OLEH
FAKULTAS PETERNAKAN
KUPANG
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH DI PETERNAKAN MIRA
KAD’DI KELURAHAN FATULULI KECAMATAN OEBOBO KOTA KUPANG
OLEH
Mengetahui Menyetujui
Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo ,MP Ir. Ni Putu Febri Suryatni, MP
NIP. 196504141989031002 NIP. 196402121989012001
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Manajemen
Pemeliharan Burung Puyuh di Peternakan Mira Kad’di Kelurahan Fatululi Kecamatan Oebobo
Kota Kupang” dengan baik.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Ni Putu Febri Suryatni, MP selaku
pembimbing PKL yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis,
sehingga penulisan proposal usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Arnold E. Manu, Mp selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitan Nusa
Cendana.
2. Bapak Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, Mp selaku Ketua Program Studi Fakultas Peternakan
Universitan Nusa Cendana.
3. Ibu Mira Orapau selaku pemilik usaha ternak ayam broiler yang telah memberikan
kesempatan, kepercayaan, dan fasilitas kepada kami untuk melaksanakan PKL.
4. Orang Tua tercinta yang selalu memberi dukungan moril dan materi bagi penulis dan
teman-teman terkasih yang setia mendukung dan membantu selama penulisan proposal
usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.
Penulis menyadari bahwa proposal PKL ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi menyempurnakan proposal usulan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................4
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................5
1.2 Tujuan................................................................................................................................................6
1.3. Manfaat.............................................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................7
2.1 Usaha Peternakan Burung Puyuh.................................................................................................7
2.2 Pemeliharaan Burung Puyuh........................................................................................................7
1. Perkandangan dan Peralatan..........................................................................................................7
2.PenyiapanBibit.................................................................................................................................9
3. Pemeliharaan...................................................................................................................................9
4. Persyaratan lokasi........................................................................................................................10
2.3 Biosecurity.......................................................................................................................................10
2.4 Pemasaran Burung Puyuh................................................................................................................11
2.4.1 Biaya Produksi..........................................................................................................................12
2.4.2 Penerimaan...............................................................................................................................12
2.4.3 Pendapatan................................................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................14
METODE KEGIATAN.............................................................................................................................14
3.1 Metode Kegiatan........................................................................................................................14
3.2 Waktu dan Lokasi Kegiatan.......................................................................................................14
3.3 Rencana Kegiatan......................................................................................................................14
3.4 Jadwal Kegiatan.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kami tertarik untuk melaksanakan PKL mengenai Manejemen Burung Puyuh, karena
masih banyak potensi yang dimilikinya dan masih jarang untuk di budidayakan. Sosoknya
yang kecil dan beratnya tidak lebih dari 150 gram per ekor ,tapi siapa sangka puyuh
(quail) menyimpan potensi yang sangat besar dalam menghasilkan telur dan daging.
Sebagai gambaran tentang puyuh bisa diperhatikan beberapa ilustrasi berikut :
1. Seekor ayam baik ayam ras maupun ayam kampung dengan berat kurang lebih 2 kg
menghasilkan telur seberat 60-80 gram (hanya 4 persen dari berat badannya)
sedengkan puyuh mampu menghasilkan telur seberat 10 gram (hampir 7 persen dari
berat badannya).
2. Seekor ayam membutuhkan waktu tidak kurang dari 6 bulan untuk mulai bertelur
,sedangkan puyuh berumur 41 hari sudah mulai bertelur.
3. Harga telur ayam ras cenderung berfluktuasi dari waktu ke waktu ,sementara ,harga
telur puyuh seperti halnya telur ayam kampung ,relative stabil.
4. Puyuh memiliki kemampuan produksi sekitar 300 butir telur per tahun sedikit lebih
rendah dari pada ayam negeri yang mencapai 325 butir per tahun.
5. Setelah masa produksi telur terlewati,daging puyuh masih bisa dikonsumsi sebagai
santapan lezat.
6. Harga telur puyuh dijual secara enceran dengan harga 4.250-, per seperempat
kilogram (isi 22 butir) atau 200-, per butir.
5
Dari beberapa ilustrasi di atas, peternakan puyuh menjadi sangat relevan bagi para
usahawan yang bermodal kecil. Kecilnya modal usaha dan tingginya hasil produksi
yang dihasilkan mengindikasikan keuntungan yang menggiurkan.
1.2 Tujuan
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang peternakan terutama pada
ternak burung puyuh.
2. Untuk memahami dan menganalisis aspek-aspek dalam manajemen pemeliharaan
burung puyuh di peternakan Mira Kad’di Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo.
Aspek-aspek tersebut adalah perkandangan, pemeberian pakan dan air minum,
kesehatan, biosecurity, pengolahan limbah, dan pemasaran.
3. Untuk mengetahui berapa besar keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh dari
usaha burung puyuh di masyarakat.
4. Membandingkan antara teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dengan
implementasi pada lokasi secara langsung tentang pemeliharaan burung puyuh.
1.3. Manfaat
1 Menambah pengetahuan serta keterampilan kerja(skill) baik secara tim maupun inidividu
bagi mahasiswa dalam dunia peternakan unggas.
2 Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktek langsung dalam bidang peternakan serta
mampu meningkatkan pengembangan peternakan di Indonesia.
3 Membuka pikiran mahasiswa untuk beternak sebagai peluang bisnis
4 Mahasiswa dapat membandingkan antara teori–teori yang didapat selama perkuliahan
dengan mengaplikasikan teori-teori tersebut secara nyata dilapangan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
pagi dapat masuk kedalam kandang. Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa
diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1
m 2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari
sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m 2 sampai masa bertelur.
Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:
a. Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan mneghasilkan telur
yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah
puyuh yang akan dipelihara.
b. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
c. Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai
bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi
bisa juga sama.
d. Kandang untuk anak puyuh/umur stater (kandang indukan)
Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur
satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga
agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat
panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya
ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi
kaki 50 cm (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
e. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang
biasanya berupa kawat ram.
Lokasi peternakan Mira Kad’di memiliki luas dengan panjang 10 m dan lebar 6 m dan
luas setiap petak 2 x 1 m. Di dalam kandang terdapat beberapa jenis yaitu kandang broder,
kandang fase grower dan kandang fase layer. Beberapa bangunan yang ada disekitar lokasi PKL
yakni:
1) Dua belas (12) unit kandang puyuh
2) Satu (1) unit kandang ayam
3) Dua (2) buah sumur bor
4) Satu ( 1) unit tempat tinggal
Peralatan yang digunakan di Peternakan Mira Kad’di adalah tempat makan dan minum,
tandon untuk menampung air untuk puyuh petelur, ember, serta alat-alat kebersihan seperti
sapu dan tempat sampah
8
2.PenyiapanBibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga)
unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha
peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga)
macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas
dari kerier penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi
telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin
telur tetas yang baik.
3. Pemeliharaan
a. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan
kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini
mungkin.
b. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat
terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau
dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
c. Pemberian Pakan
Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk
pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil mematuk temannya akan
mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh
anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja / dewasa
diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak
puyuh pada bibitan terus-menerus.
d. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin
dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral) .Pemberian obat
segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk
dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda
beternak puyuh.
9
4. Persyaratan lokasi
a. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
b.Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
c. Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
d. Bukan merupakan daerah sering banjir
2.3 Biosecurity
Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit
baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara
keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Biosecurity
adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan
dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular
dan penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010) .
Biosekuriti mencakup tiga hal utama yaitu (1) Meminimalkan keberadaan penyebab
penyakit, (2) Meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan
(3) Membuat tingkat kontaminasi Lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin.
Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga komponen yaikni biosekuriti
konseptual, biosekuriti structural dan biosekuriti operasional.
Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari
seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan umur
unggas, control kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk
gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
Biosekuriti struktural, merupakan biosekuriti tingkat kedua, meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan tataletak peternakan (farm), pernbuatan pagar yang-benar, pembuatan
saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang
ganti pakaian dan peralatan kandang. Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti
tingkat ketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi
dalam suatu farm. Biosekuriti ini harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh
karyawan, berbekal status kekebalan terhadap penyakit. Biosekuriti operasional terdiri atas tiga
hat pokok, yakni (a) pengaturan traffic control, (b) pengaturan dalam farm dan, (c) desinfeksi
10
yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti golongan fenol (alkohol, lisol dan
lainnya); formalin; kaporit; detergen, iodine dan vaksinasi. (Dwicipto, 2010)
Biosecurity adalah suatu tindakan untuk menghindari kontak antara hewan dan
mikroorganisme dan merupakan pintu pertahanan pertama dalam upaya pengendalian
penyebaran suatu penyakit. Penerapan biosecurity sangat diperlukan mulai pada awal
pemeliharaan unggas di kandang sampai pada saat penjajaan di pasar. Beberapa hal yang harus
dipedomani terhadap prinsip biosecurity yang tepat adalah sebagai berikut :
1. Setiap kendaraan pengangkut unggas yang masuk dan keluar kandang atau tempat
penampungan unggas harus di desinfektan.
2. Setiap unggas yang atang harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan
(SKKH) yang dibuat oleh dokter hewan berwenang di daerah asal unggas.
3. Setiap unggas yang datang harus mendapat pemeriksaan antemortem oleh petugas
dibawah pengawasan dokter hewan yang berwenang.
4. Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib didokumentasikan dan
dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada dokter hewan berwenang.
5. Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan makan dan minum khusus
6. Tidak mencampurkan unggas yang baru datang dengan yang lama
7. Melakukan pengosongan kandang atau penampungan unggas satu hari dalam dua
minggu untuk proses pembersihan dan desinfektan.
8. Mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan pengganggu lainnya dalam
kandang atau penampungan unggas.
9. Menempatkan unggas yang sakit didalam kandang tersendiri.
10. Setiap unggas yang mati harus segera dimusnahkan dengan cara membakar. (Nunung
Akhirany, 2010)
11
2.4.1 Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan peternak dalam proses produksi untuk
menghasilkan suatu produk (Hernanto, 1993). Mulyadi (1993) menyatakan bahwa biaya
produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang
siap dijual, contohnya biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian baik yang langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
Menurut pendapat Rasyaf (2002) rumus biaya total yaitu :
TC = FC+VC
Dimana :
TC = Biaya Total
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel
2.4.2 Penerimaan
Husein (2004) menyatakan bahwa penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari
penjualan produk kepada pedagang atau langsung kepada konsumen. Penerimaan bersumber
pada penjualan hasil usaha seperti panen tanaman beserta barang olahannya serta panen
peternakan beserta barang ikutannya (Ryanto dan Bambang, 1999).
Menurut pendapat Rasyaf (2002) rumus penerimaan, yaitu :
TR = Q×P
Dimana :
TR = Penerimaan Total (Rp/hari)
Q = Jumlah produk yang dihasilkan (Kg/hari)
P = Harga Produk (Rp/kg daging)
12
2.4.3 Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah yang ditagih kepada pelanggan atas barang ataupun jasa yang
diberikan kepada mereka. Pendapatan atau revenue merupakan kenaikan kotor atau gross dalam
pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan
atau klien, penyewa harta, peminjaman uang, dan semua kegiatan usaha serta profesi yang
bertujuan memperoleh penghasilan (Niswonger, 2001). Menurut Harahap (2003) pendapatan
berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa dan diukur dengan jumlah yang dibebankan
kepada langganan, klaim atas barang dan jasa yang disiapkan untuk mereka. Sukirno (2001)
menyatakan bahwa tingkat pendapatan merupakan indicator ekonomi yang sering digunakan
dalam penilaian status gizi masyarakat, karena tingkat pendapatan menggambarkan posisi social
ekonomi yang sebenarnya. Pendapatan keluarga diukur dengan jumlah penghasilan yang
diperoleh dari seluruh anggota keluarga dihitung dalam satuan (Rp/minggu). Peningkatan
pendapatan akan menambah kemampuan untuk membeli barang yang lebih baik (Rasyaf, 2002)
Adapun rumusnya:
ℼ = TR - TC
Dimana:
ℼ = Pendapatan (Rp/hari)
13
BAB III
METODE KEGIATAN
14
Manajemen Pemasaran, Melatih kemampuan pemasaran produk dengan cara
mempelajari pola pemasaran yang dilakukan dikandang pemilik usaha ayam broiler
tersebut.
2. Melakukan wawancara dengan pemilik industry untuk mengetahui berbagai informasi
mengenai manajemen pemeliharaan burung puyuh termasuk cara pemasaran, keuntungan
dan lain-lain.
1 2 3 4 5 6 7 8
Pendaftaran dan pembekalan
PKL
Penulisan usulan PKL serta
konsultasi usulan PKL
Pelaksanaan
Penulisan draft laporan
Ujian PKL
Revisi laporan dan pengesahan
laporan
DAFTAR PUSTAKA
15
Aak. 1986 Beternak ayam Pedaging ,Kanisius Yokyakrta.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Fadilla R. 2004 Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler Daerah Tropis Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Santoso ,H. Dan T .Sudrayani .2015 . Panduan Praktis Pembesaran Ayam Pedaging Peneber
Swadaya , Jakarta
Santoso, H dan Sudaryani, T. 2009. pemebesaran ayam pedaging di kandang panggung terbuka .
penebar swadaya
16
Seryono D. Dan Ulfa M. 2011 7 Jurusan Sekses Menjadi Peternak Pedaging .Cetakan .1 Penebar
Swadya Jakarta.
Williamson, G. Dan W.J.A.Payne .1993. pengantar peternakan di daerah tropis. Edisi ketiga .
penerjemah SGN Djiwa Darmadja.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production: Where are we and where do we go?
Prosiding 11th International Congress of the World Poultry Association.
17