Anda di halaman 1dari 17

USULAN KEGIATAN PKL

MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH DI PETERNAKAN MIRA


KAD’DI KELURAHAN FATULULI KECAMATAN OEBOBO KOTA KUPANG

OLEH

DWITA DARA PRASASTI PANDIE (1805030387)


JULAI SISILIA ATOK (1805030199)
INGGRID ELSENIA LAY (1805030286)
RESSY PUTRA MELINIUM SINLAELOE (1805030215)
WILIBRODUS REPING (1805030122)

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH DI PETERNAKAN MIRA
KAD’DI KELURAHAN FATULULI KECAMATAN OEBOBO KOTA KUPANG

Rencana Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

OLEH

DWITA DARA PRASASTI PANDIE (1805030387)


JULAI SISILIA ATOK (1805030199)
INGGRID ELSENIA LAY (1805030286)
RESSY PUTRA MELINIUM SINLAELOE (1805030215)
WILIBRODUS REPING (1805030122)

Di susun pada tanggal: 27 July 2021

Mengetahui Menyetujui

An Dekan Fapet Undana


Ketua Program Studi Dosen Pembimbing PKL

Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo ,MP Ir. Ni Putu Febri Suryatni, MP
NIP. 196504141989031002 NIP. 196402121989012001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Manajemen
Pemeliharan Burung Puyuh di Peternakan Mira Kad’di Kelurahan Fatululi Kecamatan Oebobo
Kota Kupang” dengan baik.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Ni Putu Febri Suryatni, MP selaku
pembimbing PKL yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis,
sehingga penulisan proposal usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Arnold E. Manu, Mp selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitan Nusa
Cendana.
2. Bapak Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, Mp selaku Ketua Program Studi Fakultas Peternakan
Universitan Nusa Cendana.

3. Ibu Mira Orapau selaku pemilik usaha ternak ayam broiler yang telah memberikan
kesempatan, kepercayaan, dan fasilitas kepada kami untuk melaksanakan PKL.

4. Orang Tua tercinta yang selalu memberi dukungan moril dan materi bagi penulis dan
teman-teman terkasih yang setia mendukung dan membantu selama penulisan proposal
usulan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini.

Penulis menyadari bahwa proposal PKL ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi menyempurnakan proposal usulan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini.

Kupang, 27 July 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................4
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................5
1.2 Tujuan................................................................................................................................................6
1.3. Manfaat.............................................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................7
2.1 Usaha Peternakan Burung Puyuh.................................................................................................7
2.2 Pemeliharaan Burung Puyuh........................................................................................................7
1.   Perkandangan dan Peralatan..........................................................................................................7
2.PenyiapanBibit.................................................................................................................................9
3. Pemeliharaan...................................................................................................................................9
4.   Persyaratan lokasi........................................................................................................................10
2.3 Biosecurity.......................................................................................................................................10
2.4 Pemasaran Burung Puyuh................................................................................................................11
2.4.1 Biaya Produksi..........................................................................................................................12
2.4.2 Penerimaan...............................................................................................................................12
2.4.3 Pendapatan................................................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................14
METODE KEGIATAN.............................................................................................................................14
3.1 Metode Kegiatan........................................................................................................................14
3.2 Waktu dan Lokasi Kegiatan.......................................................................................................14
3.3 Rencana Kegiatan......................................................................................................................14
3.4 Jadwal Kegiatan.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hulu Sungai Tengah peternakan puyuh masih jarang diusahakan. Usaha puyuh hanya
ditujukan untuk menghasilkan telur ,namun dalam perkembangnnya kemudian bisa saja
usaha dikembangkan untuk menghasilkan telur puyuh tetas menjual DOQ,menjual
puyuh layer (siap bertelur) atau sebagai penghasil daging. Tujuan usaha harus dibuat
dengan pertimbangan modal yang dimiliki .

Kami tertarik untuk melaksanakan PKL mengenai Manejemen Burung Puyuh, karena
masih banyak potensi yang dimilikinya dan masih jarang untuk di budidayakan. Sosoknya
yang kecil dan beratnya tidak lebih dari 150 gram per ekor ,tapi siapa sangka puyuh
(quail) menyimpan potensi yang sangat besar dalam menghasilkan telur dan daging.
Sebagai gambaran tentang puyuh bisa diperhatikan beberapa ilustrasi berikut :

1. Seekor ayam baik ayam ras maupun ayam kampung dengan berat kurang lebih 2 kg
menghasilkan telur seberat 60-80 gram (hanya 4 persen dari berat badannya)
sedengkan puyuh mampu menghasilkan telur seberat 10 gram (hampir 7 persen dari
berat badannya).
2. Seekor ayam membutuhkan waktu tidak kurang dari 6 bulan untuk mulai bertelur
,sedangkan puyuh berumur 41 hari sudah mulai bertelur.
3. Harga telur ayam ras cenderung berfluktuasi dari waktu ke waktu ,sementara ,harga
telur puyuh seperti halnya telur ayam kampung ,relative stabil.
4. Puyuh memiliki kemampuan produksi sekitar 300 butir telur per tahun sedikit lebih
rendah dari pada ayam negeri yang mencapai 325 butir per tahun.
5. Setelah masa produksi telur terlewati,daging puyuh masih bisa dikonsumsi sebagai
santapan lezat.
6. Harga telur puyuh dijual secara enceran dengan harga 4.250-, per seperempat
kilogram (isi 22 butir) atau 200-, per butir.

5
Dari beberapa ilustrasi di atas, peternakan puyuh menjadi sangat relevan bagi para
usahawan yang bermodal kecil. Kecilnya modal usaha dan tingginya hasil produksi
yang dihasilkan mengindikasikan keuntungan yang menggiurkan.

1.2 Tujuan
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang peternakan terutama pada
ternak burung puyuh.
2. Untuk memahami dan menganalisis aspek-aspek dalam manajemen pemeliharaan
burung puyuh di peternakan Mira Kad’di Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo.
Aspek-aspek tersebut adalah perkandangan, pemeberian pakan dan air minum,
kesehatan, biosecurity, pengolahan limbah, dan pemasaran.
3. Untuk mengetahui berapa besar keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh dari
usaha burung puyuh di masyarakat.
4. Membandingkan antara teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dengan
implementasi pada lokasi secara langsung tentang pemeliharaan burung puyuh.

1.3. Manfaat
1 Menambah pengetahuan serta keterampilan kerja(skill) baik secara tim maupun inidividu
bagi mahasiswa dalam dunia peternakan unggas.
2 Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktek langsung dalam bidang peternakan serta
mampu meningkatkan pengembangan peternakan di Indonesia.
3 Membuka pikiran mahasiswa untuk beternak sebagai peluang bisnis
4 Mahasiswa dapat membandingkan antara teori–teori yang didapat selama perkuliahan
dengan mengaplikasikan teori-teori tersebut secara nyata dilapangan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Peternakan Burung Puyuh


Burung puyuh merupakan salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran
tubuh yang relatif kecil, dan juga memiliki kaki yang pendek. Burung puyuh pertama kali
diternakan di Amerika Serikat pada tahun 1870, sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai
dikenal dan diternakan sekitar tahun 1979 (Menegristek, 2008).
Burung puyuh dapat dijadikan salah satu usaha ternak yang mudah untuk dibudidayakan dan
dapat meningkatkan pendapatan. Keunggulan yang dimiliki oleh burung puyuh yaitu produksi
telur yang tinggi, kandang pemeliharaan tidak memerlukan tempat yang luas, kotoran tidak
terlalu bau, dan masa pemeliharaan yang singkat (Listiyowati dan Roospitasari, 2007).
Keunggulan lain yang didapat dari berternak burung puyuh adalah tidak memerlukan areal yang
luas dan modal yang cukup besar, sehingga peternak pemula tidak membutuhkan modal yang
besar untuk memulai usaha. Usaha perternakan burung puyuh memiliki prospek yang baik dilihat
dari permintaan pasar terhadap hasil produk seperti telur dan daging. Kemampuan adaptasi yang
bagus menjadikan burung puyuh dapat di temukan diseluruh bagian dunia, sebagian besar hidup
secara liar, sebagian kecil di lakukan usaha budidaya (Nugroho & Mayun, 1981).
Pengembangan usaha peternakan burung puyuh yang maju dan dapat bersaing dengan negara
lain membutuhkan bibit yang memadai ditinjau dari kualitas maupun kuantitas. Teknolologi
yang mampu mempercepat upaya peningkatkan kualitas dan kuantitas ini antara lain melaui
inseminasi buatan. Dalam menunjang perkembangan teknologi ini diperlukan ketersediaan
semen burung puyuh yang berkualitas dan ketersediannya secara berkesinambungan.

2.2 Pemeliharaan Burung Puyuh

1.   Perkandangan dan Peralatan


Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang
ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan
kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku
untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari

7
pagi dapat masuk kedalam kandang. Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa
diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1
m 2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari
sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m 2 sampai masa bertelur.
Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:
a.   Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas  dan kemampuan mneghasilkan telur
yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah
puyuh yang  akan  dipelihara.
b.   Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
c.    Kandang untuk induk petelur
Kandang  ini berfungsi sebagai kandang untuk induk   pembibit. Kandang ini   mempunyai  
bentuk,  ukuran,  dan  keperluan  peralatan  yang  sama. Kepadatan  kandang  lebih besar  tetapi
bisa juga sama.
d.   Kandang untuk anak puyuh/umur stater (kandang indukan)
Kandang  ini  merupakan  kandang  bagi  anak  puyuh  pada  umur starter, yaitu  mulai  umur
satu   hari  sampai  dengan  dua  sampai  tiga  minggu. Kandang   ini   berfungsi  untuk   menjaga
agar  anak  puyuh  yang masih memerlukan  pemanasan  itu  tetap  terlindung  dan  mendapat
panas yang sesuai  dengan  kebutuhan.  Kandang  ini  perlu  dilengkapi  alat pemanas. Biasanya
ukuran  yang  sering  digunakan  adalah  lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi
kaki 50 cm (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
e.     Kandang  untuk  puyuh  umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Bentuk,  ukuran  maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang
biasanya berupa kawat ram.
Lokasi peternakan Mira Kad’di memiliki luas dengan panjang 10 m dan lebar 6 m dan
luas setiap petak 2 x 1 m. Di dalam kandang terdapat beberapa jenis yaitu kandang broder,
kandang fase grower dan kandang fase layer. Beberapa bangunan yang ada disekitar lokasi PKL
yakni:
1) Dua belas (12) unit kandang puyuh
2) Satu (1) unit kandang ayam
3) Dua (2) buah sumur bor
4) Satu ( 1) unit tempat tinggal
Peralatan yang digunakan di Peternakan Mira Kad’di adalah tempat makan dan minum,
tandon untuk menampung air untuk puyuh petelur, ember, serta alat-alat kebersihan seperti
sapu dan tempat sampah
8
2.PenyiapanBibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga)
unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha
peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga)
macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis  ketam betina yang sehat atau bebas
dari kerier penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi
telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin
telur tetas yang baik.

3. Pemeliharaan
a. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk    menjaga   timbulnya   penyakit   pada   pemeliharaan  puyuh  kebersihan lingkungan   
kandang   dan   vaksinasi   terhadap   puyuh  perlu  dilakukan  sedini
mungkin.
b. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan  penyakit  dilakukan  setiap  saat  dan  apabila ada tanda-tanda yang kurang  sehat
terhadap  puyuh  harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau
dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
c. Pemberian Pakan
Ransum  (pakan)  yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:  bentuk
pallet,  remah-remah  dan  tepung. Karena  puyuh  yang  suka  usil mematuk   temannya   akan
mempunyai    kesibukan    dengan   mematuk-matuk pakannya.  Pemberian  ransum  puyuh
anakan  diberikan  2 (dua) kali sehari pagi dan  siang.  Sedangkan  puyuh  remaja / dewasa
diberikan ransum hanya satu kali sehari  yaitu  di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak
puyuh pada bibitan terus-menerus.
d. Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pada  umur  4-7  hari  puyuh  di  vaksinasi  dengan  dosis  separo dari dosis untuk ayam.  Vaksin
dapat  diberikan  melalui  tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral) .Pemberian  obat
segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit  dengan  meminta  bantuan  petunjuk
dari  PPL  setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda
beternak puyuh.

9
4.   Persyaratan lokasi
a. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
b.Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
c. Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
d. Bukan merupakan daerah sering banjir

2.3 Biosecurity
Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit
baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara
keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Biosecurity
adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan
dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular
dan penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010) .
Biosekuriti mencakup tiga hal utama yaitu (1) Meminimalkan keberadaan penyebab
penyakit, (2) Meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan
(3) Membuat tingkat kontaminasi Lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin.
Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga komponen yaikni biosekuriti
konseptual, biosekuriti structural dan biosekuriti operasional.
Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari
seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan umur
unggas, control kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk
gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
Biosekuriti struktural, merupakan biosekuriti tingkat kedua, meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan tataletak peternakan (farm), pernbuatan pagar yang-benar, pembuatan
saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang
ganti pakaian dan peralatan kandang. Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti
tingkat ketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi
dalam suatu farm. Biosekuriti ini harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh
karyawan, berbekal status kekebalan terhadap penyakit. Biosekuriti operasional terdiri atas tiga
hat pokok, yakni (a) pengaturan traffic control, (b) pengaturan dalam farm dan, (c) desinfeksi

10
yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti golongan fenol (alkohol, lisol dan
lainnya); formalin; kaporit; detergen, iodine dan vaksinasi. (Dwicipto, 2010)
Biosecurity adalah suatu tindakan untuk menghindari kontak antara hewan dan
mikroorganisme dan merupakan pintu pertahanan pertama dalam upaya pengendalian
penyebaran suatu penyakit. Penerapan biosecurity sangat diperlukan mulai pada awal
pemeliharaan unggas di kandang sampai pada saat penjajaan di pasar. Beberapa hal yang harus
dipedomani terhadap prinsip biosecurity yang tepat adalah sebagai berikut :
1. Setiap kendaraan pengangkut unggas yang masuk dan keluar kandang atau tempat
penampungan unggas harus di desinfektan.
2. Setiap unggas yang atang harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan
(SKKH) yang dibuat oleh dokter hewan berwenang di daerah asal unggas.
3. Setiap unggas yang datang harus mendapat pemeriksaan antemortem oleh petugas
dibawah pengawasan dokter hewan yang berwenang.
4. Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib didokumentasikan dan
dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada dokter hewan berwenang.
5. Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan makan dan minum khusus
6. Tidak mencampurkan unggas yang baru datang dengan yang lama
7. Melakukan pengosongan kandang atau penampungan unggas satu hari dalam dua
minggu untuk proses pembersihan dan desinfektan.
8. Mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan pengganggu lainnya dalam
kandang atau penampungan unggas.
9. Menempatkan unggas yang sakit didalam kandang tersendiri.
10. Setiap unggas yang mati harus segera dimusnahkan dengan cara membakar. (Nunung
Akhirany, 2010)

2.4 Pemasaran Burung Puyuh


Peternakan Mira kad’di memasarkan produk peternakan berupa telur, daging, maupun
kotoran ternak puyuh. (Marsudi, 2012) mengemukakan bahwa telur memang menjadi produk
utama dari usaha beternak puyuh namun, peternak dapat sekaligus memproduksi puyuh pedaging
atau menjual bibit puyuh untuk diusahakan secara bersamaan. Selain produk tersebut, puyuh
juga menghasilkan kotoran yang memiliki nilai jual.

11
2.4.1 Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan peternak dalam proses produksi untuk
menghasilkan suatu produk (Hernanto, 1993). Mulyadi (1993) menyatakan bahwa biaya
produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang
siap dijual, contohnya biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian baik yang langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
Menurut pendapat Rasyaf (2002) rumus biaya total yaitu :
TC = FC+VC
Dimana :
TC = Biaya Total
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel

2.4.2 Penerimaan
Husein (2004) menyatakan bahwa penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari
penjualan produk kepada pedagang atau langsung kepada konsumen. Penerimaan bersumber
pada penjualan hasil usaha seperti panen tanaman beserta barang olahannya serta panen
peternakan beserta barang ikutannya (Ryanto dan Bambang, 1999).
Menurut pendapat Rasyaf (2002) rumus penerimaan, yaitu :
TR = Q×P
Dimana :
TR = Penerimaan Total (Rp/hari)
Q = Jumlah produk yang dihasilkan (Kg/hari)
P = Harga Produk (Rp/kg daging)

12
2.4.3 Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah yang ditagih kepada pelanggan atas barang ataupun jasa yang
diberikan kepada mereka. Pendapatan atau revenue merupakan kenaikan kotor atau gross dalam
pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan
atau klien, penyewa harta, peminjaman uang, dan semua kegiatan usaha serta profesi yang
bertujuan memperoleh penghasilan (Niswonger, 2001). Menurut Harahap (2003) pendapatan
berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa dan diukur dengan jumlah yang dibebankan
kepada langganan, klaim atas barang dan jasa yang disiapkan untuk mereka. Sukirno (2001)
menyatakan bahwa tingkat pendapatan merupakan indicator ekonomi yang sering digunakan
dalam penilaian status gizi masyarakat, karena tingkat pendapatan menggambarkan posisi social
ekonomi yang sebenarnya. Pendapatan keluarga diukur dengan jumlah penghasilan yang
diperoleh dari seluruh anggota keluarga dihitung dalam satuan (Rp/minggu). Peningkatan
pendapatan akan menambah kemampuan untuk membeli barang yang lebih baik (Rasyaf, 2002)

Adapun rumusnya:

ℼ = TR - TC

Dimana:

ℼ = Pendapatan (Rp/hari)

TR = Penerimaan total (Rp/hari)

TC = Biaya total (Rp/hari)

13
BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Metode Kegiatan


Metode dalam melakukan praktek kerja lapangan ini yaitu observasi dan eksplorasi dalam
mengumpulkan data.Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang berkenal
dengan cara kerja selama kegiatan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan
pencataan data-data hasil pengamatan selama melakukan praktek kerja lapangan.
3.2 Waktu dan Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan selama satu bulan lebih, Di Kandang Ibu Mira Orapau Kelurahan
Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
3.3 Rencana Kegiatan
1. Melaksanakan kegiatan manajemen pemeliharaan burung puyuh di kandang Ibu Mira
Orapau Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang meliputi :
 Manajemen Biosecurity : Sanitasi kandang dan alat-alat , pengontrolan pakan & air ,
control lalu lintas keluar masuk kandang.
 Persiapan kandang : Pemasangan pemanas Indukan, penggunaan litter, pemasangan
termometer ruangan.
 Melakukan observasi tentang: Kepadatan kandang, ukuran kandang dan jenis/tipe
kandang yang digunakan
 Pemberian Pakan dan Air : Mencatat jenis pakan yang diberikan pada setiap periode
pemeliharaan (0-3 minggu) dan sampai dipasarkan
 Manajemen Kesehatan : Vaksinasi, pemberian vitamin, dan pencegahan serta
penanganan jika ada ayam yang sakit/mati
 Manajemen Limbah : pembersihan litter kandang, pengolahan limbah membuang
kotoran ayam ke unit pengolahan limbah atau unit cara penanganan limbah. Cara
penanganan limbah peternakan ayam ini di antaranya memasukkan limbah kristal ke
dalam karung kemudian dijual kepada para petani.

14
 Manajemen Pemasaran, Melatih kemampuan pemasaran produk dengan cara
mempelajari pola pemasaran yang dilakukan dikandang pemilik usaha ayam broiler
tersebut.
2. Melakukan wawancara dengan pemilik industry untuk mengetahui berbagai informasi
mengenai manajemen pemeliharaan burung puyuh termasuk cara pemasaran, keuntungan
dan lain-lain.

3.4 Jadwal Kegiatan

Kegiatan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8
Pendaftaran dan pembekalan
PKL
Penulisan usulan PKL serta
konsultasi usulan PKL
Pelaksanaan
Penulisan draft laporan
Ujian PKL
Revisi laporan dan pengesahan
laporan

DAFTAR PUSTAKA

15
Aak. 1986 Beternak ayam Pedaging ,Kanisius Yokyakrta.

Akoso . 1993. Manual kesehatan unggas . Kanisius Yogyakarta

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.

Dwicipto. 2010. Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak. Fakultas Peternakan


Universitas Padjadjaran. Bandung,

Fadilla R. 2004 Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler Daerah Tropis Agromedia Pustaka,
Jakarta.

Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya.jakarta

Lossen, S.dan J.D.Summer.2001.nutrion of the chicken .4thedition.Guelph.ontario, Canada.

Murtidjo, B.A. 1987.pedoman Meramau pakan unggas .Kanisius Yogyakarta

Nurfiyanto.“Tata Laksana Pemeliharaan Ayam  Broiler”.https;//nurfiyantoblog.


wordpress.com/2017/01/04/tata-laksana-pemeliharaan-ayam-broiler. Diakses pada 20
Agustus 2020

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.

Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Rasyaf, M.1993.beternak ayam petelur ,jakarta :penebar Swadaya

Rizal,Y.2006 ilmu nutrisi unggas ,padang :andalas universiti press.

Santoso ,H. Dan T .Sudrayani .2015 . Panduan Praktis Pembesaran Ayam Pedaging Peneber
Swadaya , Jakarta

Santoso, H dan Sudaryani, T. 2009. pemebesaran ayam pedaging di kandang panggung terbuka .
penebar swadaya

16
Seryono D. Dan Ulfa M. 2011 7 Jurusan Sekses Menjadi Peternak Pedaging .Cetakan .1 Penebar
Swadya Jakarta.

Sihombing, D.T.H.2002. Satwa Harapan I. Pengantar Budidaya Wirausaha Muda. Bogor.

Sholikin, H. Ws.“Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler Di Peternakan Ud Hadi Ps Kecamatan


Nguter Kabupaten Sukoharjo”https://id.123dok.com/document/y96ng6ly-manajemen-
pemeliharaan-broiler-peternakan-kecamatan-nguter-kabupaten-sukoharjo-html”. Diakses
pada 20 Agustus 2020

Soeradji 1987 Metode Pemeriksaan KesehatanTternak CV Yasaguna Jakarta Hal11-14

Tillman, A. D.,S, Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan S. Lebdosoekojo. 1991.


Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Williamson, G. Dan W.J.A.Payne .1993. pengantar peternakan di daerah tropis. Edisi ketiga .
penerjemah SGN Djiwa Darmadja.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production: Where are we and where do we go?
Prosiding 11th International Congress of the World Poultry Association.

Yuwanta, T. 2004 . dasar ternak unggas. Penerbit Kanisius, yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai