Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN PAKAN SAPI POTONG

DI PT. SEDANA PETERNAK SENTOSA DI DUSUN SEGUNUNG, DESA

JOMBOK, KECAMATAN KESAMBEN, KABUPATEN JOMBANG

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian (S-1) Pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Kadiri

FERDIAN DWI GINANJAR

NPM : 19230620085

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI

2022
MANAJEMEN PAKAN SAPI POTONG

DI PT. SEDANA PETERNAK SENTOSA DI DUSUN SEGUNUNG, DESA

JOMBOK, KECAMATAN KESAMBEN, KABUPATEN JOMBANG

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian (S-1) Pada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Kadiri

FERDIAN DWI GINANJAR

NPM : 19230620085

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul PKL : Pengolahan Pakan Sapi Potong Di PT Sedana Peternak

Sentosa di Dusun Segunung, Desa Jombok, Kecamatan

Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur

Nama Mahasiswa : Ferdian Dwi Ginanjar

NPM : 19230620085

Fakultas/Prodi : Pertanian/Peternakan

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Menyetujui

Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Lapang

Amiril Mukminin S.Pt., MP., M. Sc. Krisetyo Ady Wicaksono


NIK. 1987020920140910.1.70324

Tanggal Persetujuan :
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

proposal Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “ manajemen Pakan Sapi

Potong Di PT. Sedana Peternak Sentosa Di Dusun Segunung, Desa Jombok,

Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang “. Untuk memenuhi persyaratan

dalam pengajuan kerja praktek di PT. Sedana Peternak Sentosa.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada

pihak-pihak yang memberi sumbangsih dalam menyelesaikan proposal ini,

khususnya kepada :

1. Bapak Ir. Edy Soenyoto, MMA selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Islam Kadiri, Kediri.

2. Bapak Amiril Mukmin S.Pt., M.P., M.Sc selaku Ketua Program Studi

Peternakan sekaligus dosen pembimbing PKL, atas segala bimbingan dan

arahanya sehingga proposal ini segera terselesaikan.

3. Krisetyo Ady Wicaksono, selaku pembimbing lapang.

Penulis menyadari bahwa proposal yang di susun ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan

dimasa mendatang dan semoga proposal ini dapat dijadikan sebagai syarat dalam

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan PKL..........................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
2.1. Sapi Potong........................................................................................................4
2.2. Manajeman Pakan..............................................................................................7
2.3. Konversi Pakan...................................................................................................9
2.4. PBBH.................................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................12
METODOLOGI..............................................................................................................12
3.1 Waktu Dan Lokasi............................................................................................12
3.2 Materi PKL.......................................................................................................12
3.3 Alat...................................................................................................................12
3.4 Metode............................................................................................................13
3.4.1 Pengamatan.............................................................................................13
3.4.2 Metode Wawancara.................................................................................13
3.4.3 Kegiatan PKL.............................................................................................13
3.5 Variable Yang Diamati.....................................................................................13
3.6 Analisa Data.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha penggemukan sapi potong saat ini mempunyai kecenderungan yang

semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat di

daerah yang mengusahakan penggemukan sapi. Prospek usaha penggemukan sapi

sangat menjanjikan terbukti dari beberapa hasil kajian menunjukkan keuntungan

usaha yang cukup memadai bagi peternak. Usaha penggemukan sapi dapat

dilakukan secara perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala besar,

namun ada pula yang mengusahakan secara kelompok pula.

Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan agar dapat menjadi peternak

sukses sehingga kelangsungan usaha ternak tersebut dapat berjalan. Ketiga hal

tersebut yaitu breeding (bibit/bakalan), feeding (pakan), dan management

(manajemen), yang saling terkait sama lain dan saling melengkapi. Usaha untuk

meningkatkan pengadaan daging sapi dapat dilakukan dalam usaha feedlot.

Feedlot merupakan pemeliharaan sapi di dalam kandang tertentu, tidak

dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nutrien yang optimal untuk

menaikkan berat badan dan kesehatan sapi (Darmono, 1993).

Pakan yang diberikan kepada sapi potong harus memiliki syarat sebagai

pakan yang baik. Pakan yang baik yaitu pakan yang mengandung zat makanan

yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak, mineral,

dan vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang

1
sehingga bisa menghasilkan produk daging yang berkualitas dan berkuantitas

tinggi (Haryanti, 2009).

Pakan yang diberikan kepada sapi potong pada umumnya terdiri atas

hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan yang berasal dari tumbuhan

yang diberikan pada sapi potong dalam bentuk segar, sedangkan konsentrat

merupakan pakan penguat yang disusun dari biji-bijian dan limbah hasil proses

industri bahan pangan yang berfungsi meningkatkan nilai nutrisi yang rendah agar

memenuhi kebutuhan normal ternak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat

(Akoso, 2009).

Pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan itu akan memberi

peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah, bisa juga terdiri atas

hijauan ataupun konsentrat saja. Apabila pakan terdiri atas hijauan saja maka

biayanya relatif murah dan lebih ekonomis, tetapi produksi yang tinggi sulit

tercapai, sedangkan pemberian pakan yang hanya terdiri atas konsentrat saja akan

memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi biaya ransumnya relatif

mahal dan kemungkinan bisa terjadi gangguan pencernaan (Siregar, 2008).

Manajemen pakan yang baik yaitu yang memperhatikan jenis pakan yang

diberikan, jumlah pakan yang diberikan sesuai kebutuhan, imbangan hijauan dan

konsentrat, serta frekuensi dan cara pemberian pakan yang tepat. Berdasarkan hal

tersebut, perlu dilakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan tentang manajemen

pakan ternak sapi potong di perusahaan PT. Sedana Peternak Sentosa.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengolahan pakan pada sapi potong ?

2. Bagaimana sistem pemberian pakan pada sapi potong ?

3. Bagaimana cara memanajemen bahan pakan sapi potong di peternak ?

1.3 Tujuan PKL

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan dalam sistem pemeliharaan pada sapi potong,

untuk mengetahui sistem pemberian pakan dan pengolahan pakan pada

sapi potong dan manajemen pakan yang dilakukan.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh keterampilan dan pengalaman dalam pengolahan dan

sistem manejemen pakan pada sapi potong di PT. Sedana Peternak

Sentosa.

b. Selain itu untuk menambahkan pengetahuan dalam pemeliharaan pada

sapi potong terutama pada manajemen pakan dari sistem pengolahan

bahan pakan.

c. Cara pengolahan pakan sapi potong agar bisa mendapatkan produksi

daging yang baik.

d. Mengetahui jenis-jenis bahan pakan yang baik untuk meningkatkan

produksi daging pada sapi potong.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Potong

Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga

kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di

dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari Famili

Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus). Menurut Sugeng

(2003), domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM.

Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke

Eropa, Afrika dan ke seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi

Ongole dari India dimasukkan ke Pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut

dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni (Susilawati, 2017). Sapi

merupakan salah satu genus dari Bovidae. Ada beberapa sapi jenis primitif yang

telah mengalami domestikasi. Sapi-sapi ini digolongkan menjadi 3 kelompok

yaitu: Bos Indicus, Bos Taurus, dan Bos Sondaicus.

Di peternakan PT. Sedana Peternak Santosa memiliki jenis sapi yang

diternakan ialah sapi potong. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak

strategis yang dapat mendukung stabilitas nasional sebagai penghasil daging

(Hartati, 2009). Sapi potong berasal dari daerah tropis memiliki kelebihan daya

adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu memanfaatkan pakan berkualitas

rendah, dan mempunyai daya reproduksi yang baik dibanding kan dengan sapi

potong dari daerah subtropis (Siregar, 2013).

4
Produktivitas sapi potong dipengaruhi oleh genetik, pakan yang

dikonsumsi dan manajemen (Wiyatna, 2012). Sapi potong berhasil mengalami

perkembangan melalui perkawinan atau persilangan yang menurunkan bangsa–

bangsa sapi modern seperti tipe potong-perah, tipe potong-kerja, tipe perah

maupun tipe potong-murni (Murtidjo, 2001).

Beberapa jenis sapi potong yaitu seperti sapi Limousin, Madura, Angus,

dan jenis sapi Pegon atau sapi campuran dari Limousin dengan Angus. Sapi

Limousin merupakan salah satu jenis sapi potong yang sedang dikembangkan di

Indonesia. Sapi Limousin berasal dari benua Eropa yang banyak ditemukan di

negara Perancis. Sapi Limousin yang dipelihara peternak Indonesia adalah

Peranakan Limousin yang merupakan hasil persilangan dengan Peranakan Ongole

(PO), Brahman, Hereford dan jenis sapi lainnya (Syamsul dan Ruhyadi, 2012).

Sapi Peranakan Limousin juga memiliki ukuran tubuh yang besar, dengan

berat badan yang berbeda antara jantan dan betina. Sapi jantan dewasa memiliki

bobot badan 1.100 kg dan sapi betina 575 kg serta pertambahan bobot badan

harian yaitu ± 1,1 kg per hari (Blakely dan Bade, 1994).

Sapi yang memiliki ukuran tubuh besar akan menghasilkan pertumbuhan

yang optimal dan menghasilkan bobot karkas yang tinggi. Bobot hidup akan

mempengaruhi bobot karkas, bobot karkas berhubungan dengan luas urat daging

mata rusuk, luas urat daging mata rusuk bukanlah satu-satunya indikator yang

mempengaruhi bobot karkas. menurut Soeparno (2009), bobot karkas dapat juga

dipengaruhi oleh tingkat umur dan kondisi tubuh ternak.

5
Sapi Madura merupakan salah satu ternak lokal Indonesia yang

mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan. Tubuh dan tanduknya relatif

lebih kecil dibandingkan dengan sapi Bali. Warna bulu pada sapi jantan dan betina

cokelat muda, sedangkan pada bagian bawah lutut berwarna putih atau hampir

putih dan bobot badan sapi jantan mampu mencapai 249 kg, sedangkan betina 204

kg dengan pakan seadanya (Rianto dan Purbowati, 2010).

Kelemahan dan keterbatasan manajemen pemeliharaan sapi lokal adalah

pada manajemen pemberian pakan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas pakan.

Umumnya pemberian pakan yang dilakukan oleh peternak, baik secara kuantitas

maupun kualitas belum memenuhi kebutuhan ternak. Pemenuhan kebutuhan

nutrien pada ternak perlu dilakukan agar produk ternak yang dihasilkan lebih

optimal dan bisa menghasilkan daging yang lebih banyak (Abidin, 2008).

Jenis sapi potong dengan kualitas terbaik juga bisa didapatkan dari sapi

Angus. Jenis sapi Angus berasal dari Skotlandia yang mempunyai ciri khas kulit

hitam dengan bobot besar (Adinata, 2017). Tidak kalah dengan jenis sapi lainnya,

sapi Angus juga memiliki kualitas daging unggul bernutrisi tinggi. Daging sapi

Angus ini dipercaya mempunyai kandungan rendah lemak, serta serat yang padat.

Seperti halnya sapi Brahma, sapi Angus memiliki daya tahan tubuh yang tinggi

sehingga mampu beradaptasi dengan baik.

6
2.2. Manajeman Pakan

Ransum merupakan satu atau beberapa jenis pakan yang di berikan untuk

seekor ternak selama sehari. Pemberian ransum makanan pada sapi potong

merupakan hal yang penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan

reproduksinya. Kebutuhan makanan pada ternak akan meningkat selama masa

pertumbuhan dan pada masa kebuntingan (Murtidjo, 1990). Ransum ruminansia

pada umumnya terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan ada dua macam yaitu

hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan hijauan yang

diberikan dalam keadaan segar.

Makanan dalam hal ini diantaranya rumput segar, batang jagung muda,

kacang-kacangan dan rumput gajah. Hijauan kering adalah makanan yang berasal

dari hijauan yang dikeringkan, misalnya jerami padi. Konsentrat yaitu bahan

makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasarnya relatif

rendah dan mudah dicerna. Pakan konsentrat antara lain adalah dedak padi

(Anonim, 2013).

Pertumbuhan sapi akan cepat jika diberi makanan dengan jumlah yang

seimbang. Sapi dara yang kekurangan pakan dalam jangka waktu lama dapat

menghambat dewasa kelamin, sedangkan pada sapi induk dapat menyebabkan

siklus birahi yang tidak normal dan anestrus (Hardjopranjoto, 1995). Pengaruh

pakan terhadap reproduksi ternak diatur melalui sistem endokrin. Kekurangan

energi atau zat gizi menyebabkan pengurangan hormon tertentu. Kenyataanya

sangat sukar menghubungkan faktor pakan dengan hormon, karena sangat

7
kompleks, menyangkut sistem endokrin yang mempengaruhi fisiologi reproduksi

dan masih banyak dipelajari hingga sekarang (Tillman. 1986).

Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha peternakan,

bahkan dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan tergantung

pada manajemen pakan. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda

sesuai dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan dan kondisi

fisiologis ternak. Pakan harus mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh

tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan

oleh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur

anorganik serta mineral (Sudita, 2020).

Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan

pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan

dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau pakan

lengkap. Konsentrat bertujuan sebagai makanan ternak penguat yang kaya

karbohidrat dan protein seperti jagung, bekatul dan bungkil-bungkilan (Hernaman,

2018).

Konsentrat digunakan terutama pada saat pertumbuhan, pada masa

kebuntingan maupun saat menyusui bagi induknya. Konsentrat ada dua macam

yaitu konsentrat sebagai sumber energi dan konsentrat sumber protein. Konsentrat

dikatakan sebagai sumber energi apabila konsentrat tersebut memiliki kandungan

protein kasar kurang dari 20%, sedangkan dikatakan konsentrat sebagai sumber

protein karena mempunyai kadar protein lebih dari 20% (Prayitno et al, 2018).

8
Pemberian pakan dan minum biasanya 2 sampai 3 kali sehari, dengan

pemberian pakan konsentrat terlebih dahulu baru diberi hijauan. Pakan pokok

(basal) dapat berupa rumput, legum, perdu, pohon-pohonan serta tanaman sisa

panen, sedangkan pakan konsentrat antara lain berupa biji-bijian, bungkil, dan

bekatul (Umiyasih dan Anggraeny, 2007). Air minum diberikan secara adlibitum

dan harus diganti setiap hari, sehingga selalu mendapatkan air minum yang bersih

dan segar (Ngadiyono, 2007).

Tingkat konsumsi ternak ruminansia umumnya didasarkan pada konsumsi

bahan kering pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, presentase

konsumsi bahan kering memiliki grafik meningkat sejalan dengan pertambahan

berat badan sampai tingkat tertentu, kemudian mengalami penurunan. Rata-rata

kemampuan konsumsi bahan kering bagi ruminansia adalah 2-3% dari berat badan

(Mc. Cullough, 1973).

2.3. Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan

dengan produksi daging yang dihasilkan. Konversi pakan dipengaruhi oleh

kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas

pakan, juga faktor lingkungan. Menurut Sutardi (1990), konversi pakan

dipengaruhi oleh kuantitas pakan.

Konversi pakan = jumlah bahan kering yang dikonsumsi (kg/hari)

Pertambahan bobot badan (kg/hari)

9
Peningkatan nilai kecernaan dan efisiensi pemnafaatan nutrient dalam

proses metabolism di dalam jaringan tubuh ternak dipengaruhi oleh semakin oleh

semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, hal ini di ikuti dengan

pertambahan bobot badan yang tinggi maka nilai konversi semakin rendah dan

efisiensi pakan yang digunakan (Pond et al., 1995).

2.4. PBBH

Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-

zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan

merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan

makanan ternak. Beberapa faktor yang mempengaruhi PBBH adalah kualitas

pakan yang diberikan, lingkungan, jenis kelamin, dan kepadatan ternak (Sandford

and Woodgate, 1979). Hasil ini sesuai dengan Hughes (1998) yang melaporkan

bahwa probiotik dapat meningkatkan pertambahan bobot badan.

PBBH = W2 – W1
t2 – t1

keterangan : t1 = Waktu awal pengamatan (hari)

t2 = Waktu akhir pengamatan (hari)

W1 = Bobot badan awal (kg)

W2 = Bobot badan akhir (kg)

Peningkatan pertambahan bobot badan diimbangi dengan meningkatnya

konsumsi pakan. Peningkatan konsumsi disebabkan terjadinya peningkatan laju

cerna serat dan peningkatan laju alir mikroba penyerap protein. Hasil ini sesuai

10
dengan Gomez, Dudas dan Huber (1990), yang melaporkan bahwa probiotik dapat

meningkatkan konsumsi pakan. Ditambahkan pula oleh Parker (1974) pemberian

probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikroba dalam sistem

pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga

kesehatan ternak.

2.5.

11
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Lokasi

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 14 Februari

2022 s/d 14 Mei 2022. Kegiatan PKL ini berlokasi di perusahaan PT. Sedana

Peternak Sentosa Dusun Segunung, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben,

Kabupaten Jombang.

3.2 Materi PKL

Materi yang digunakan sebagai bahan kajian Praktek Kerja Lapangan

(PKL) ini adalah sistem pengolahan/produksi pakan per hari dan juga komposisi

ransumnya, menghitung sisa pakan per hari, jumlah sapi potong yang akan

dipelihara, merata-rata konsumsi pakan per hari, menghitung atau menimbang

bobot badan sapi berdasarkan acuan perusahaan di PT. Sedana Peternak Sentosa

di Desa jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

3.3 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan diantara

lainnya, wear pack, sepatu boods, alat tulis menulis, HP/ponsel untuk mengambil

gambar sebagai dokumentasi serta alat lainnya yang sifatnya kondisional untuk

menunjang keberhasilan Praktek Kerja Lapangan ini.

12
3.4 Metode

3.4.1 Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap kegiatan yang

berhubungan dengan pelaksanaan operasional perusahaan yang

berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan magang guna memperoleh

informasi dan kegiatan perusahaan.

3.4.2 Metode Wawancara

Mahasiswa menanyakan langsung kepada responden yang ada di PT.

Sedana Peternak Sentosa. Responden yang dimaksud adalah pengelola,

manajer kandang, karyawan dan pihak-pihak yang terkait dalam

kegiatan perusahaan.

3.4.3 Kegiatan PKL

Kegiatan PKL dilakukan dengan keikutsertaan mahasiswa secara

langsung dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang berkaitan

dengan manajemen pemeliharaan sapi potong yang ada agar

mahasiswa memperoleh pengetahuan kerja secara langsung dari

kegiatan.

3.5 Variable Yang Diamati

Variable yang diamati dalam Praktek Kerja Lapangan ini meliputi

pengolahan/produksi pakan, pemberian pakan, menghitung sisa pakan,

menghitung rata-rata pakan yang dikonsumsi atau konversi pakan, dan

13
menghitung bobot badan sapi secara rutin menurut prosedur dan ketentuan di

perusahaan atau PBBH.

3.6 Analisa Data

Dari hasil pengamatan dibandingkan dan dibahas secara deskritif, dengan

informasi yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, diskusi, dan dari studi

pustaka maupun dokumen yang relevan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, I.Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. AgroMedia.

Adinata, Y. 2017. Identifikasi Fenotipik Sapi Peranakan Angus di Kabupaten


Sragen. In Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner (pp.53-61).

Akoso, B.T. 2009. Epidemologi dan Pengendalian Antraks, Kanisius. Yogyakarta.

Anggraeny, Y.N., U. Umiyasih, dan D. Pamungkas. 2005. Pengaruh suplementasi


multinutrien terhadap performans sapi potong yang memperoleh pakan
basal jerami jagung. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Bogor, 12 – 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor.
hlm. 147 – 152.

Anonim. 2013. 1000 Tanaman Khasiat dan Manfaatnya. www.indonews.co.id.


Diakses tanggal 2 Desember 2015.

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan Cetakan ke-4. Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B.Srigandono).
http://bbibsingosari.com/variant/.

Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius Yogyakarta.

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University


Press. Surabaya.

Hartati. 2009. Sistem Pakar Dan Pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Haryanti, N.W. 2009. Ilmu nutrisi Dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Hernawan, I. 2018. Perbaikan Mutu Ransum Sapi Potong Melalui Pemberian


Konsentrat Berbasis Bahan Pakan Lokal di Sentra Peternakan Rakyat
(SPR) Purwakarta. Dharmakarya, 7(1), 1-5.

Hughes, J. 1998. The Effect Of A High Strength Yeast Culture In The Diet Of
Early Weaned Calves. Anim. Prod. 46, 526.
Peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazol162-4.pdf.

Mc Cullough, K.G. 1973. The african elephants deficient in essential fatty acids.
Nature. 242: 267-268.

Murtidjo, B.A., 2001. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta. Office


Internasional des Epizooties.2006. Guide to good farming practices

15
foranimal production food safety. Animal Production Food Safety
Working Group. World Organization for Animal Health (OIE), Paris.

Ngadiyono, N. 2007. Beternak Sapi. PT. Citra Aji Pratama, Yogyakarta.

Parker, R. B., 1974. Probiotics The Other Half of Antibiotic Story. Animal
Nutrition Health. 29:4-8.

Pond, W.G., D.C. Church, and K.R. Pond. 1995. Probiotics in clinical practice: a
critical review of the evidence. Nutrien. Research 21 (2001) 343-353.

Prayitno, R. S., F. Wahyono, dan E. Pangestu. 2018. Pengaruh Suplementasi


Sumber Protein Hijauan Leguminosa Terhadap Produksi Amonia dan
Protein Total Ruminal secara In Vitro. Jurnal Peternakan Indonesia
(Indonesian Journal Of Animal Sciense). 20(2), 116-123.

Rianto, E. dan E. Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Cetakan ke 2.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Sanford, P.C. dan F.G. Woodgate. 1979. The Domestic Rabbit. 3nd Edition.
Granada Publishing Inc. London.

Siregar, S.B. 2013. Teknik Pemeliharan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar. 2008. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta.

Sudita, I. D. N. 2020. Pemenuhan Nutrien pada Ransum untuk Sapi Bali.


Scopindo Media Pustaka.
Sugeng, Y.B., 2003. Pembiakan Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta.

Susilawati, T. 2017. Sapi Lokal Indonesia. Jawa Timur dan Bali. Universitas
Brawijaya Press.

Syamsul, F. dan D. Ruhyadi. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi. PT Agromedia


pustaka. Jakarta Thomas, V. M. 1991. Beef Cattle Production. Wafel and
Press. Montana University. USA.

Sutardi, T. 1990. Landasan Ilmu Nutrien Departemen Ilmu Makanan Ternak. IPB,
Bogor.

16
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosukojo, 1996. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Wiyatna, M.F. 2012. Potensi dan strategi pengembangan sapi potong di


Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

17

Anda mungkin juga menyukai