Tanggal Pelaksanaan
FKH 516
KESMAVET (27/09/2021 – 02/10/2021)
Disusun oleh:
Kelompok H PPDH Periode II Semester 2 Tahun Ajaran 2020/2021
Dosen Pembimbing:
Dr med vet drh Denny Widaya Lukman, MSi
Susu dari beberapa spesies hewan seperti kambing, domba, sapi, kerbau,
dan unta dilaporkan mengandung takizoit dari Toxoplasma gondii (Saad et al.
2018). Kambing dapat terinfeksi toxoplasmosis akibat kebiasaan makan rumput
saat digembalakan atau diberi makan seperti daun-daunan dan tanaman perdu
yang akan mempermudah hewan tersebut untuk terinfeksi Toxoplasma gondii.
Selain itu, kambing yang berada di daerah pemukiman penduduk, sering mencari
makan di tempat sampah yang mana kucing sering mencari makan di tempat
tersebut sehingga meningkatkan kemungkinan untuk kambing terinfeksi (Iskandar
2008). Inang yang terinfeksi Toxoplasma gondii dapat melepaskan takizoit ke
dalam susu yang menyebabkan infeksi ketika meminum susu yang mentah atau
tidak dipasteurisasi. Telah dilaporkan bahwa takizoit yang terdapat pada susu
yang disimpan dalam mesin pendingin dapat bertahan selama 7 hari (Ranucci et
al. 2020). Takizoit merupakan salah satu tahap infektif pada siklus aseksual
Toxoplasma gondii. Siklus perkembangan aseksual terjadi dalam seluruh sel
berinti pada hewan berdarah panas. Takizoit yang berada pada sel inang akan
mengalami multifikasi dengan cepat diberbagai jenis sel inang (Pereira et al.
2010). Takizoit dapat ditemukan pada darah dan cairan sekresi (Iskandar 2008).
PEMBAHASAN
Toxoplasma gondii memiliki siklus hidup yang terdiri dari 3 tahap infektif,
yaitu takizoit, bradizoit (dalam kitas jaringan), dan sporozoit (dalam ookista).
Manusia dapat terinfeksi Toxoplasma gondii karena meminum susu yang
mengandung takizoit dari Toxoplasma gondii (Pereira et al. 2010). Topozoit
sensitif terhadap pH rendah dan mungkin tidak dapat bertahan dalam cairan
lambung manusia yang memiliki pH 1-3. Akan tetapi, nilai pH dapat bergeser ke
arah yang mendekati netral karena memakan makanan tertentu (Koethe et al.
2017). Takizoit dapat menyebabkan infeksi melalui penetrasi permukaan mukosa
(Sacks et al. 1982).
Manusia yang terkena toxoplasmosis umumnya tidak menyadari terinfeksi
karena kekebalan tubuh mencegah timbulnya gejala klinis. Manusia yang terkena
toxoplasmosis umumnya memiliki gejala seperti terserang flu disertai dengan
pembengkakan pada kelenjar limfa dan nyeri pada otot yang berlangsung selama
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dan kemudian menghilang.
Toxoplasmosis yang parah akan menyebabkan kerusakan pada otak, mata, dan
organ lainnya. Perubahan perilaku atau kepribadian secara halus dapat terjadi pada
manusia yang terinfeksi (Abdel-Rahman 2017). Kejadian toxoplasmosis pada
laki-laki dapat menyebabkan infertilitas atau kemandulan dan orchitis (Dalimi &
Abdoli 2013). Toxoplasmosis yang terjadi pada wanita dapat menyebabkan
infertilitas atau kemandulan, gangguang folikulogenesis pada ovarium, atrofi
uterus, dan kegagalan reproduksi (El-Tantawy et al. 2014). Pada wanita yang
sedang hamil dengan kehamilan sangat awal, toxoplasmosis dapat menyebabkan
abortus atau keguguran, sedangkan infeksi pada kehamilan trimester I dapat
menyebabkan kelainan yang berat pada bayi ketika lahir. Kelaianan pada bayi
dapat berupa hidrosepalus, mikrosepalus, perkapuran otak, gangguan syaraf
seperti kejang-kejang, gangguan refleks, retardasi mental, gangguan penglihatan
yang dapat menyebabkan kebutaan dan radang hati (Iskandar 2014). Pencegahan
toxoplasmosis dapat dilakukan dengan tidak meminum susu kambing mentah
(Jones & Dubey 2012), melakukan pasteurisasi pada susu kambing dengan suhu
72 ℃ selama 15 detik sebelum mengonsumsi susu kambing (Saridewi et al.
2015), dan tidak mengembalakan kambing di daerah pemukiman penduduk atau
di dekat tempat pembuangan sampah (Iskandar 2008).
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA