Anda di halaman 1dari 5

Iman Kepada Takdir : Hidup dalam Keteraturan

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teologi Islam Terapan

Dosen Pengampu: Winarto, S.Th.I., M.S.I.

Disusun Oleh:

Fatimah Nur Aini 1904016070


Muhamad Yusuf Fitrianto 1904016072
M Habibulloh Ichsan 1904016052

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

2021
BAB I
PENDAHULUAN
Beriman kepada Takdir (Qada' dan Qadar) Allah adalah rukun iman ke-6.Masalah takdir
mungkin tidak akan habis untuk dibahas, maksudnya takdir ini merupakan hal yang berkaitan
tentang hal yang ada di muka bumi ini bahkan alam semesta yang akan datang. Sehingga
pembahasan itu berguna secara luas.Semua itu telah diaturoleh Allah yang menjadi suatu
ketentuan dan ketetapan sejak penciptaannya. Percaya kepada qada dan sunnatullah adalah
mempercayai bahwa segala yang berlaku adalah ketentuan Allah semata.Takdir juga sebuah hal
yang dianggap barang ghoib dikehidupan masyarakat kareana kedatangannya belum tentu
diketahui sebelumnya seperti halnya hidup, mati,jodoh, dan rejeki.
Akan tetapi takdir tidak terbatas dalam hal seperti itu saja, memiliki ciri fisik ras/keturunan dan
hal yang ingin dicapai juga termasuk dalam masalah Takdir itu sendiri.namun disamping itu,
ketetapan Allah tetaplah kita jalan dengan baik danbukan hanya berpasrah diri dari takdir
Allah.Sunatullah itu pasti ada dan sudah ditentukan oleh Allah, tinggal pribadi masing-masing
yang menjalaninya.Pemahaman mengenai takdir itu sendiri berbeda-berbeda tergantung pada
presepektif yang digunakan.Oleh karena itu menyusun makalah dengan mengulik masalah
percaya kepada Takdir implementasi iman kepada takdir dari berbagai sumber.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian iman terhadap Takdir?
2. Apa saja fungsi iman terhadap takdir?
3. Bagaimana hubungan antara iman terhadap Takdir dengan hidup dalam keteraturan?

BAB II
PEMBAHASAN
Iman kepada Takdir
Kata Takdir berasal dari Qadara yang berarti ukuran terhadap sesuatu atau memebri
kadar. Pengertian takdir secara umum ialah ukuran yang telah ditentukan oleh Allah sejak zaman
azali mengenai baik ataupun buruknya sesuatu, namun dapat berubah jika ada usaha dalam
mengubah sesuatu tersebut. sehingga jika Allah telah mentakdirkan sesuatu demikian maka
Allah telah memberikan ukuran, batas ataupun kadar tertrntu dalam kemampuan makhluk-Nya.
Kemampuan dalam diri manusia yang dapat berubah kadang disebabkan oleh usaha yang
dilakukan oleh manusia untuk mengubahnya.
Al-Qadharwi berpendapat bahwa iman merupakan kepercayaan yang meresap dalam hati
seseorang dengan penuh keyakinan dan memberikan pengaruh terhadap pandangan hidup serta
tingkah laku seorang individu. Sehingga keimanan seseorang terhadap takdir bukan hanya
sebatas akan percaya akan kekuasaan Allah yaitu berupa takdir namun dengan keimanan juga
dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia. Dan kata takdir biasanya dihubungkan
dengan Qadha dan Qadar. Takdir merupakan kekuasaan dari Allah terhadap kehidupan yang
dijalani manusia saat ini, takdir sedniri wajib diimani oleh setiap muslim karena menjadi salah
satu rukun iman. Dan dalam penyebutannya, takdir adalah Qadar. Sedangkan Qadha ialah
ketetapan hukum Allah terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk.1
Dengan begitu pemaknaan qadha sebagai ketetapan dan qadar sebagai perwujudan dari
ketetapan itu dan sebagai ukuran yang dipahami berdasarkan ukuran-Nya. Ukuran tersebut
terdapat pada alam dan sesuai dengan usaha ataupun kemampuan manusia. Atau dapat
disimpulkan bahwa Allah telah menetapkan sesuatu kepada manusia, namun manusia tetap
diberikan ruang untuk berusaha dan memilih takdir yang baik untuk dirinya sendiri.
Fungsi Iman kepada Takdir
Seseorang yang mengimani qadha dan qadar dari Allah akan menimbulkan sikap sebagai
berikut:
a. Yakin akan pertolongan Allah. Seorang yang merasa yakin bahwa segala sesuatu
datangnya dari Allah. Maka, akan tetapi berusaha semaksimal mungkin serta
memperbanyak ibadah. Kesabaran juga diperlukan dalam berusaha, sebab Allah tidak
akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya.2
b. Tumbuh rasa semangat dalam beribadah dan menjalani kehidupan. Seorang yang
mengetahui bahwa segala sesuatu yang ia alami telah tertulis di zaman azali maka akan
tumbuh rasa semangat dalam dirinya untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan
di akhirat, serta mengikuti hukum sebab akibat yang telah di tetapkan Allah.
c. Tenang menghadapi berbagai macam masalah. Setiap manusia pasti ada masalah,
masalah itu kadang membuat manusia pusing dan tidak tahu berbuat apa. Ada yang
belum menyelesaikan tugas, rencana yang gagal, bangkrut, dan semua itu sering dialami
oleh setiap orang. Pada saat mendapat musibah dan kerugian maka ia akan bersabar serta
tenang karena meyakini semua itu adalah kesalahannya sendiri dan karena cobaan dan
ujian dari Allah, yang kelak akan mendatangkan kebaikan.
d. Koreksi diri serta berpikir positif. Saat menghadapi kenyataan tidak sesuai dengan
harapan, maka seseorang akan mengevaluasi diri sendiri dan tidak menyalahkan orang
lain, serta tidak mudah terjerumus dalam putus asa. Manusia juga tidak mengetahui apa
yang telah dituliskan Allah di lauh al-mahfudz mengenai rezeki, ajal,kebahagiaan, serta
kesedihan yang ia alami dalam menjalani kehidupan. Maka dari itu, sebagai makhluk
yang ilmunya tidak setingkat dengan ilmu Allah akan berusaha berpikiran bahwa yang
telah dituliskan oleh-Nya adalah yang terbaik.3 Setelah seseorang berusaha maksimal, ia
1
Rosihon Anwar. Aqidah Akhlak. (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm 189.
2
Taufik Rahman. Tauhid Ilmu Kalam. (Bandung: Pustaka Setia, 2013)
3
Rusydi. Sukses dengan Menguak Rahasia Qadha dan Qadar (Jakarta: Bestai Buana Murni, 2005) hlm 118.
akan bertawakal kepada Allah atas apapun hasilnya. Hasil yang tidak sesuai harapan akan
menjadikan seseorang lebih baik sebab sebuah perbaikan.
e. Jika kepercayaan takdir mengenai baik dan buruknya, sakit dan senang, hina dan mulia,
naik dan jatuh dan sebagainyatelah masuk ke dalam jiwa setiap orang dan kepercayaan
yang utama di dalam diri adalah tauhid yakni ke-Esaan Allah, itulah yang memberi nilai
hidup.4 Sebab, ketauhidan memberikan kesimbangan bagi jiwa setiap orang sehingga
tidak sombong ketika berada di atas, tidak lemah semangat ketika berada di bawah, dan
tidak putus asa dengan ketentuan Allah.
f. Jika seseorang mempercayai takdir maka ia akan selalu membuat kontak dengan Allah,
jika mendapat nikmat maka ia bersyukur. Begitu juga ketika mendapat bencana, maka ia
bersabar serta selalu berdoa semoga diberi hidayah oleh- Nya.
g. Manusia tidak perlu ragu dan bimbang di dalammengerjakan suatu amal yang baik.5
Berdasarkan beberapa fungsi iman kepada takdir dalam bentuk perilaku tersebut, terdapat
sebuah kesimpulan bahwa manusia tidak dapat melakukan sesuatu keputusan tanpa kekuatan dari
Allah. Manusia juga dalam menjalani kehidupannya banyak hal yang tidak ia mengerti dan
ketahui,seperti nafas dan pergerakan tubuh yang tanpa sadar manusia lakukan tanpa ada perintah
dari diri sendiri untuk melakukan hal tersebut maka dapat di ketahui juga bahwa kehendak Allah
mengalahkan kehendak manusia. Meskipun demikian, seseorang akan tetap berusaha menjadi
lebih baik, seseorang akan selalu meningkatkan ketauhidan didalam dirinya, begitu pula dengan
sifat optimisme akan selalu ada, karena ia akan merasa dan selalu berprasangka baik kepada
Allah serta yakin bahwa semua yang telah di tetapkan oleh Allah adalah yang terbaik untuk
hamba-Nya.
Iman kepada Takdir :Hidup dalam keteraturan
Ayat-ayat kauniyah menjadi salah satu bukti keteraturan takdir Allah. Artinya, terdapat
rancangan dan pola dalam alam semesta yang menunjukkan adanya sesuatu yang mengatur.
Contohnya seperti adanya matahari dan bulan, keseimbangan peredaran planet- planet di tata
surya serta adanya pergantian siang dan malam. Semua itu menjadi bukti dari keteraturan yang
Allah tentukan. Keteraturan yang diciptakan Allah sudah tertulis dalam ketentuan-Nya.
Ketentuan Allah adalah untuk sebuah keteraturan. Segala yang telah ditentukan oleh Allah,
semuanya akan tunduk dan patuh pada kehendak-Nya. Dari keteraturan tersebut, manusia
hendaknya dapat mengambil pelajaran untuk menjadi pribadi yang disiplin akan aturan yang ada.
Baik aturan syari’at maupun norma yang berlaku di masyarakat. Pembahasan iman kepada takdir
menjadi penting,sebab pembahasan tentang beberapa rukun iman sebelumnya, iman tidak lagi
dipahami sebagai dogma, melainkan berfungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motivasi
bagi segala tindakan manusia. Sehingga iman kepada takdir nantinya tidak dimaksudkan untuk
menjadikan manusia lemah, pasif, dan apatis.
Takdir sendiri telah dipahami sebagai ukuran yang sudah ditentukan Tuhan sejak zaman
azali baik atau buruknya sesuatu, tetapi bisa saja berubah jika ada usaha untuk mengubahnya.
4
Hamka. Pelajaran Agama Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) Hlm 374.
5
Teungku Muhammad Hasbi as-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid.(Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2009) hlm 75.
Artinya, takdir juga melibatkan intervensi manusia. Dimana manusia mempunyai peran dalam
mengusahakan takdirnya, sehingga masih terdapat kemungkinan takdir akan berubah.
Sebagaimana tertulis dalam firman Allah surat ar-Ra’d ayat 11 yang artinya
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Q.S. Ar-Ra’d/13: 11)
Berdasarkan ayat tersebut, terdapat dua cara yang dapa tditempuh untuk suatu perubahan.
Pertama, menjalani kehidupan sesuai petunjuk agama yang menyebabkan hidup teratur. Kedua,
mengubah pola pikir. Yaitu senantiasa berpikir positif dan husnudzan kepada ketentuan Allah.
Demikian yang dapat dilakukan manusia dalam upaya mengubah kemungkinan takdir buruk.

KESIMPULAN
Mengimani al-qadha dan al-qadar merupakan salah satu dasar keimanan seorang muslim.
Dengan menyakini sepenuhnya akan takdir yang telah ditetapkan Allah atas dirinya serta
memahmai benar akan takdir itu sedniri, maka tidak akan menajdi sia-sia hidup seorang individu,
karena ia akan selalu bersungguh-sungguh dalam berusaha dan beramal. Rasullah saw telah
memberikan petunjuk kepada kita untuk tidak pasrah begitu saja terhadap takdir karena masnusia
mempunyai peranan yang cukup penting dalam setiap amalan mereka. Kita sebagai individu
perlu untuk berusaha melakukan yang terbaik dan berikthiar semaksimal mungkin dalam
beribadah dan beramal untuk mencapi tujuan hidup, baik untuk kebahagiaan duia maupun
akhirat.

Daftar Pustaka

Anwar, Rosihon. 2008. Aqidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.


Hamka.1984. Pelajaran Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Rahman, Taufik. 2013. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Rusydi. 2005. Sukses dengan Menguak Rahasia Qadha dan Qadar. Jakrata: Bestai Buana Murni.
As-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Anda mungkin juga menyukai