Anda di halaman 1dari 88

Dr. H. Sudi Prayitno, M.Si.

BUKU AJAR
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERBIT DUTA PUSTAKA ILMU


Bersama Menyebar Ilmu

i
BUKU AJAR
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BUKU AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Penulis: Dr. H. Sudi Prayitno, M.Si.
Editor: Dr. H. Dadi Setiadi, M.Sc.
Desain cover dan Lay Outer: Tim Kreatif Duta Pustaka Ilmu
Diterbitkan oleh: Duta Pustaka Ilmu – Gedung Catur 1.2 FPMIPA IKIP
Mataram, Jln. Pemuda No. 59A Mataram – Lombok-NTB.
Email: dutapustakailmu@yahoo.co.id
Hp. +6285937010453
Tahun Cetak: Januari 2019

ISBN: 978-623-7004-07-3

Hak cipta dilindungi Undang-undang


Dilarang mencetak atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku dalam bentuk dan cara apapun tanpa ijin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DUTA PUSTAKA ILMU


Bersama Menyebar Ilmu
ii
s BerpikirKausalitas…

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya,


sehingga penulisan buku ajar EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam penulisan
buku ajar ini melibatkan beberapa pihak, oleh karenaya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Mataram
2. Bapak Dekan FKIP Universitas Mataram
3, Bapak Ketua Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Mataram
4. Bapak Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unram
5. Bapak Dr. Didik Santoso, M.Sc. selaku Ketua Tim Penjamin Mutu FKIP
Universitas Mataram
6. Bapak Dr. H. Dadi Setiadi, M.Sc. selaku reviewer dalam penulisan buku
ini
Diakui bahwa buku ajar yang tersusun ini belum sempurna, untuk
itu saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan buku ajar ini sangat
diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga buku ajar ini dapat
digunakan dalam perkuliahan evaluasi pembelajaran matematika di
program studi Pendidikan Matematika FKIP Unram. Pemanfaatan buku
ajar ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di FKIP
Universitas Mataram.

Mataram, November 2018


Penulis

iii
s BerpikirKausalitas…

PRAKATA

Buku ajar Evaluasi Pembelajaran Matematika memuat tujuh bab


yang bermanfaat dalam mempelajari evaluasi pembelajaran. Bab pertama
membahas tentang pengertian evaluasi, tujuan evaluasi, fungsi evaluasi,
dan manfaat evaluasi. Bab kedua membahas tentang hubungan
pengukuran, penilaian, dan evaluasi serta prinsip-prinsip evaluasi
pembelajaran. Bab ketiga membahas tentang ruang lingkup evaluasi
berdasarkan domain hasil belajar. Bab keempat membahas tentang jenis-
jenis penilaian dan teknik-teknik peniliaan. Bab kelima membahas tentang
validitas dan reliabilitas intrumen tes. Bab keenam membahas tentang
analisis butir soal yang meliputi analisis daya pembeda, tingkat kesukaran,
dan fungsi pengecoh. Bab ketujuh membahas tentang pengolahan hasil
evaluasi mulai memberikan skor mentah, pedoman penyekoran, sampai
dengan konversi skor.
Pada setiap akhir bab disediakan latihan untuk penguatan
kompetensi dalam memahami konsep-konsep evaluasi pembelajaran. Pada
akhir buku ajar ini disajikan contoh-contoh penerapan evaluasi
pembelajaran. Mahasiswa diharapkan dapat mengerjakan tugas yang
sifatnya terapan untuk melakukan evaluasi pembelajaran pada suatu topik
matematika pada jenjang sekolah menengah. Oleh karenanya buku ini juga
bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan mahasiswa calon guru
untuk melakukan evaluasi pembelajaran yang mendekati kondisi riil di
sekolah.
Mataram, November 2018
Penulis buku ajar

iv
s BerpikirKausalitas…

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN BALIK JUDUL ........................................................................ ii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... iii
PRAKATA ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Pengertian Evaluasi ................................................................... 1
B. Tujuan Evaluasi Pembelajaran .................................................. 3
C. Fungsi Evaluasi Pembelajaran................................................... 4
D. Manfaat Evaluasi Pembelajaran dalam Pendidikan .................. 7
BAB 2 PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI .................. 11
A. Pengukuran ................................................................................ 11
B. Penilaian .................................................................................... 12
C. Evaluasi ..................................................................................... 12
D. Hubungan antara Evaluasi, Pengukuran dan Penilaian ............. 13
E. Prinsip Evaluasi Pembelajaran ................................................. 14
BAB 3 RUANG LINGKUP EVALUASI PEMBELAJARAN .............. 18
A. Kerangka Dasar Evaluasi Pembelajaran.................................... 18
B. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perseptif
Domain Hasil Belajar ................................................................ 19
C. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Rendah .................. 26
BAB 4 JENIS DAN TEKNIK PENILAIAN ............................................ 28
A. Jenis Evaluasi Pembelajaran...................................................... 28
B. Teknik Penilaian ........................................................................ 30
C. Teknik Penilaian Melalui Tes.................................................... 31
D. Teknik Penilaian Melalui Non Tes ............................................ 40

v
s BerpikirKausalitas…

BAB 5 VALIDITAS DAN RELIABILITAS ........................................... 51


A. Validitas..................................................................................... 51
B. Reliabilitas ................................................................................. 58
BAB 6 ANALISIS BUTIR ......................................................................... 64
A. Analisis Butir Soal..................................................................... 64
B. Daya Pembeda ........................................................................... 65
C. Tingkat Kesukaran..................................................................... 67
D. Fungsi Pengecoh ........................................................................ 70
BAB 7 PENGOLAHAN HASIL BELAJAR ........................................... 74
A. Teknik Penyekoran .................................................................... 74
B. Penyekoran Tes Bentuk Uraian ................................................. 74
C. Penyekoran Tes Bentuk Objektif............................................... 78
D. Konversi Skor ............................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82

vi
BAB PENDAHULUAN
1

Kemampuan Akhir
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian, tujuan, fungsi, dan manfaat evaluasi dalam pembelajaran

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian evaluasi pembelajaran.
2. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan evaluasi pembelajaran.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi evaluasi pembelajaran.
4. Mahasiswa dapat mendeskripsikan manfaat evaluasi dalam
pembelajaran.

A. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
Evaluation.Evaluasi berarti penilaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1996).Pengertian evaluasi menurut beberapa ahli dapat disarikan
sebagai berikut.
1. Evaluation refer to the act or process to determining the value of
something (Wandt& Brown, 1977). Artinya evaluasi mengandung
pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu.
2. Evaluation is a handbook on formative and summative evaluation of
student learning (Benyamin S. Bloom). Artinya evaluasi adalah

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 1


pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk dijadikan dasar
penetapan ada tidaknya perubahan yang terjadi pada anak didik.
3. Evaluation is a process which determines the extent to which objectives
have been achieved (Cross). Artinya evaluasi merupakan proses
yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah dapat
dicapai.
4. Evaluasi merupakan suatu proses sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan pengajaran
(Grondlund, 1993 dalam Ratnawulan & Rusdiana, 2015).
5. An evaluation is a declaration that some things has or does not have
value (Witherington dalam Arifin, 1988). Artinya evaluasi adalah
dekalarasi apakah sesuatu itu mempunyai atau tidak mempunyai
nilai.
6. Evaluasi adalah penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan
siswa ke arah tujuan atau nilai yang telah ditetapkan dalam
kurikulum (Wrighstone dalam Purwanto, 1992).
7. Evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan membandingkan
antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata
yang dicapai (Lessinger dalam Gibson, 1981).
8. Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh, atau
menghasilkan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan
suatu keputusan (Wysong, 1974).
9. Evaluasi pembelajaran adalah proses mengumpulkan,
menganalisis, dan menginterpretasi informasi secara sistematis
untuk menetapkan ketercapaian tujuan pembelajaran (Grondlund
& Line, 1990).

2 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


10. Evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian
tujuan(Nurgiyantoro, 2001).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan tingkat
pencapaian suatu kegiatan berdasarkan kriteria tertentu. Dalam hal
pembelajaran, evaluasi pembelajaran adalah proses sistematis untuk
menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.

B. Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Tujuan utama evaluasi pembelajaran adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai pencapaian tujuan
pembelajaran yang dicapai oleh siswa, Depdiknas (2003)
menyampaikan bahwa tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk:
1. melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar,
2. memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru,
3. memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program
belajar-mengajar,
4. mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa
selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan
5. menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat
sesuai dengan kemampuannya.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 3


C. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran pada umumnya mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran.
Melalui hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat diketahui
tingkat penguasaan bahan pelajaran yang dikuasai siswa.
2. Untuk mengetahui efektifitas proses belajar mengajar yang telah
dilakukan guru. Rendahnya hasil belajar siswa tidak hanya
disebabkan oleh rendahnya kemampuan siswa, namun juga bisa
disebabkan kurang berhasilnya guru dalam mengajar. Hasil
evaluasi dapat dijadikan bahan bagi guru dalam memperbaiki
proses belajar mengajar selanjutnya.
Fungsi evaluasi cukup luas, tergantung dari sudut pandang
mana melihatnya.Apabila dilihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi
dapat ditinjau dari sisi psikologis, sosiologis, didaktis-metodis dan
administrative (Arifin, 2012).Secara psikologis, peserta didik perlu
mengetahui prestasi belajarnya, sehingga peserta didik merasakan
kepuasan dan ketenangan.Secara sosiologis, hasil evaluasi dapat
digunakan untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup
mampu (berkomunikasi dan adaptasi) untuk terjun ke masyarakat
dengan segala karakteristiknya. Secara didaktis-metodis, evaluasi
berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik
pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan
kecakapannya masing-masing.Secara adminstratif, evaluasi berfungsi
untuk memberikan laporan kemajuan peserta didik kepada orang tua,
pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru, dan
peserta didik itu sendiri.

4 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Evaluasi pembelajaran sering diidentikan dengan tes.Sebagai
suatu tes, fungsi evaluasi pembelajaran dapat dikategorikan sebagai
fungsi instruksional, fungsi administratif, dan fungsi bimbingan.
Ketiga fungsi evaluasi ini saling berinteraksi satu sama lainnya.
Fungsi instruksional meliputi: (1) suatu tes dapat digunakan
ketercapaian kompetensi dasar yang dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran, (2) suatu tes memberikan umpan balik kepada guru, (3)
suatu tes yang dikonstruksi secara cermat dapat memotivasi peserta
didik dalam belajar, dan (4) ulangan adalah alat bermakna dalam
rangka pemantapan, penguasaan dan pengembangan belajar,
sebaiknya dilaksanakan secara perodik dan kontinu. Ulangan dapat
dilaksanakan dalam bentuk review, latihan, pengembangan
keterampilan, dan pemahaman konsep.

Rencana
Pembelajaran

Pelaksanaan
Umpan Balik
Pembelajaran

Penilaian

Sumber: Kemendikbud (2013)


Gambar 1.1 Siklus keterkaitan penilaian dan proses pembelajaran

Fungsi Administratif meliputi: (1) tes merupakan suatu


mekanisme untuk mengontrol kualitas suatu sekolah, (2) tes berguna
untuk menilai keberhasilan suatu program atau penelitian, misalnya
penelitian yang menelaah efektifitas suatu eksperimen model

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5


pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan spesifik (misalnya
pemecahan masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi
matematis, koneksi matematis, dan lain-lain) dari peserta didik, (3) tes
dapat meningkatkan kualitas hasil seleksi, misalnya tes untuk seleksi
dalam memilih siswa yang dapat mewakili sekolah dalam suatu
lomba, untuk memilih siswa yang mendapat beasiswa, atau untuk
memilih siswa yang berbakat dalam suatu bidang olahraga atau seni
atau keterampilan tertentu.
Fungsi bimbingan meliputi: (1) tes sangat penting untuk
mendiagnosis bakat-bakat khusus dan kemampuan peserta didik, (2)
tes standar dapat menemukan bakat skolastik, prestasi, minat, dan
kepribadian dari peserta didik. Hal ini diperlukan dalam proses
bimbingan dan seleksi ke sekolah yang lebih tinggi, terutama dalam
memilih jurusan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.
Evaluasi pembelajaran terkait dengan hasil belajar. Fungsi
evaluasi hasil belajar menurut Arifin (2012) meliputi:
1. Fungsi formatif, berfungsi untuk memberikan feed back bagi
pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran dan
mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum
menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Fungsi sumatif, berfungsi untuk memberikan gambaran tingkat
penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. Hasil ini
dapat digunakan untuk menentukan angka (nilai) sebagai bahan
keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar.
3. Fungsi diagnostik, berfungsi untuk mengetahui kelemahan siswa,
dan sebab-sebab kelemahan siswa. Selain itu, hasil evaluasi dapat
digunakan untuk mengetahui latar belakang peserta didik

6 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


(psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan
belajar.
4. Fungsi penempatan, berfungsi untuk menetukan seorang siswa
berada di suatu kelompok, misalkan kelompok-kelompok yang
dibedakan berdasarkan kemampuan tertentu. Sekelompok siswa
yang mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dalam
kelompok yang sama dalam belajar. Hasil evaluasi dapat
digunakan untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara
teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang
atau kurang.

D. Manfaat Evaluasi Pembelajan dalam Pendidikan


Keberhasilan atau kegagalan pendidikan dapat dilihat setelah
dilakukan evaluasi terhadap proses dan hasil pendidikan. Apabila
proses dan hasil pendidkan sesuai dengan tujuan dari pendidikan
tersebut, maka pendidikan tersebut dikatakan berhasil. Apabila
hasilnya tidak sesuai tujuan pendidikan, maka usaha pendidikan
tersebut dinilai gagal. Kondisi ini menggambarkan bahwa evaluasi
pembelajaran dalam suatu proses pendidikan cukup penting untuk
mengetahui keberhasilan pendidikan.
Evaluasi dapat digunakan untuk mencerminkan seberapa jauh
perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan.Dengan evaluasi,
kualitas pendidikan dapat diketahui, di samping itu kelemahan
pendidikan juga dapat diketahui sehingga dapat dicari jalan keluar
untuk memperbaikinya. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah
proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil
belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 7
menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatifmaupan
kuantitatif.Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha
mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil
yang dimaksud adalah baik, atau tidak baik, bermanfaat, atau tidak
bermanfaat, dan lain-lain. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia
dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui
sejauh mana proses pembelajran yang dia lakukan dapat
mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran
yang dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat
dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh
pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik dapat berupa evaluasi hasil
belajar dan evaluasi pembelajaran.
Evaluasi mempunyai peranan penting dalam
pendidikan.Evaluasi dalam proses pembelajaran merupakan proses
untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi informasi
untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.Evaluasi
bermanfaat bagi guru, peserta didik, maupun lembaga/sekolah.
Manfaat evaluasi hasil belajar bagi guru diantaranya adalah:
(1) guru memperoleh data kemajuan belajar siswanya, (2) guru
mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan dapat diterima siswa
atau tidak, sehingga dapat menentukan materi prasyarat pada
pembelajaran berikutnya, (3) guru dapat mengetahui efektifitas model

8 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


pembelajaran yang diterapkan di kelas, (4) guru dapat melaporkan
hasil belajar siswanya.
Manfaat evaluasi hasil belajar bagi siswa diantaranya adalah:
(1) siswa mengetahui kemajuan belajarnya, (2) hasil evaluasi dapat
mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan menyusun strategi
belajar selanjutnya agar lebih baik.
Manfaat evaluasi hasil belajar bagi sekolah meliputi: (1)
mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang
dilakukan guru, (2) merencanakan pengembangan dan kebijakan
sekolah untuk mengingkatkan kualitas sekolah di masa yang akan
datang.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 9


Latihan Penguatan Kompetensi
Jawablah soal-soal berikut berdasarkan pemahaman yang anda
peroleh setelah mempelajari bab 1. Jawaban yang anda ungkapkan
hendaknya dikonstruksi dengan kata-kata sendiri, bukan menulis
ulang teori yang ada dalam bab ini.
1. Jelaskan pengertian evaluasi pembelajaran!
2. Jelaskan tujuan evaluasi pembelajaran!
3. Jelaskan evaluasi pembelajaran!
4. Jelaskan manfaat evaluasi pembelajaran!
5. Deskripsikan kedudukan evaluasi dalam proses pembelajaran!
6. Deskripsikan dampak yang mungkin terjadi apabila suatu
program (dalam hal ini terkait pendidikan/pembelajaran)
dijalankan tanpa diadakan evaluasi!
7. Carilah informasi yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran
dalam undang-undang sistem pendidikan nasional. Bagaimana
pendapat anda tentang hal tersebut!

Go to Chapter 2

10 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BAB PENGUKURAN,
2 PENILAIAN, DAN EVALUASI

Kemampuan Akhir
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat membedakan
pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pembelajaran

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pengukuran.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penilaian.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian evaluasi.
4. Mahasiswa dapat membedakan istilah pengukuran, penilaian,
dan evaluasi.
5. Mahasiswa dapat menyajikan hubungan antara pengukuran,
penilaian, dan evaluasi.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip umum evaluasi
pembelajaran!

A. Pengukuran
Pengukuran adalah proses untuk menghasilkan deskripsi
kuantitatif. Pengukuran dapat dipandang sebagai kegiatan
membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat
kuantitatif (dalam bentuk angka). Menurut Cangelosi (1995)
pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan
untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 11
untuk melakukan penilaian. Khususnya dalam dunia pendidikan,
yang dimaksud pengukuran adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris.
Contoh hasil pengukuran meliputi: (1) skor tes kemampuan
menyelesaikan soal-soal matematika pokok bahasan himpunan
adalah 85, (2) skor tes kemampuan pemahaman hubungan antar
konsep segiempat adalah 78, (3) skor persepsi siswa terhadap
pembelajaran matematika menggunakan alat peraga adalah 130, dan
lain-lain.

B. Penilaian
Penilaian adalah proses untuk menghasilkan deskripsi
kualitatif (dalam bentuk kategori atau kata-kata). Penilaian dapat
dipandang sebagai kegiatan mengambil keputusan untuk
menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik atau buruk dan
bersifat kualitatif.
Contoh hasil penilaian meliputi: (1) nilai matematika seseorang
adalah A, (2) kemampuan pemahaman konsep geometri seseorang
dalam kategori baik, (3) nilai akreditasi program studi pendidikan
matematika adalah B, dan lain-lain.

C. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses sistematis untuk untuk
menentukan tingkat pencapaian suatu kegiatan berdasarkan kriteria
tertentu. Hasil evaluasi sangat terkait dengan hasil pengukuran dan
penilaian yang dilakukan oleh pihak lain. Stufflebeam et al. (1971)
mendefinisikan evaluasi sebagai “the process of delineating, obtaining,

12 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya
evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan.
Contohnya nilai akreditasi program studi pendidikan
matematika adalah B. Hasil evaluasi ini memberikan indikasi bahwa
pelaksanaan kegiatan akademik sudah baik, dan masih dapat
ditingkatkan. Keputusan untuk meningkatkan kualitas suasana
akademik di program studi pendidikan matematika dapat ditelusuri
pada hasil-hasil pengukuran yang skornya masih rendah.

D. Hubungan Antara Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian


Pada hakikatnya evaluasi pembelajaran adalah proses
pengukuran dan penilaian terhadap suatu pembelajaran dimana
seorang pendidik mengukur atau menilai peserta didik dengan
menggunakan alat tes. Dalam pengukuran alat tesnya bersifat
kuantitatif dengan menggunakan perhitungan angka dalam
mengukur hasil belajar peserta didik. Sedangkan dalam penilaian alat
tesnya bersifat kualitatif dengan menilai peserta didik sesuai kualitas
hasil belajar mereka. Evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan di
akhir pembelajaran, namun evaluasi di rancang dan disiapkan
sebelum pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian menilai adalah
kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil
pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf
pengambilan keputusan, sedangkan evaluasi sampai ke tahap
pengambilan keputusan.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 13


Arifin (2013) menggambarkan keterkaitan antara evaluasi,
pengukuran, dan penilaian dalam Gambar 2.1. Dalam gambar
tersebut pengukuran merupakan himpunan bagian dari penilaian,
selanjutnya penilaian merupakan himpunan bagian dari evaluasi.

Gambar 2.1 Hubungan Evaluasi, Peniliaan dan Pengukuran

E. Prinsip Evaluasi Pembelajaran


Dalam rangka memproleh hasil evaluasi pembelajaran yang
lebih baik, maka dalam melakukan evaluasi pembelajaran perlu
memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi. Menurut Arifin (2012)
prinsip-prinsip evaluasi secara umum meliputi: (1) kontinuitas, (2)
komprehensif, (3) objektivitas, (4) kooperatif, dan (5) praktis. Prinsip-
prinsip umum sevaluasi ini dijabarkan sebagai berikut.
1. Kontinuitas
Evaluasi bukan kegiatan incidental (sesaat), namun
merupakan proses yang berlangsung terus-menerus sesuai
hakikat pembelajaran yang juga berlangsung secara kontinu.
Hasil evaluasi yang diperoleh saat harus dikaitkan dengan hasil
evaluasi sebelumkan dan menjadi informasi penting untuk
melakukan evaluasi berikutnya dan seterusnya. Hal ini
mengandung pengertian bahwa hasil evaluasi yang kontinu
memberikan gambaran utuh keadaan dan perkembangan belajar
14 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
peserta didik, bukan hanya dari segi produk namun juga dilihat
dari segi proses dan input.
2. Komprehensif
Komprehensif mengandung pengertian menyeluruh. Saat
dilakukan evaluasi terhadap peserta didik sebagai objeknya,
maka seluruh aspek yang ada pada diri siswa perlu dilibatkan
dalam evaluasi, yaitu seluruh aspek kepribadian yang meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
3. Objektivitas
Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran harus
berlangsung secara objektif, yaitu adil terhadap semua peserta
didik, semua perserta didik diperlakukan sama, tanpa adanya
pilih kasih terhadap peserta didik tertentu. Tindakan evaluasi
pembelajaran berdasarkan data dan fakta sesungguhnya (apa
adanya) sesuai dengan kemampuan peserta didik (perasaan,
keinginan), tidak melakukan manipulasi dan rekayasa, serta
menjauhkan segala prasangka yang bersifat negatif.
4. Kooperatif
Kegiatan evaluasi melibatkan banyak pihak, yaitu peserta
didik, sesama pendidik, kepala sekolah, dan orang tua peserta
didik. Oleh karena itu, pelaksanaan evaluasi harus ada kerja sama
antara pendidik dengan phak-pihak terkait tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar hasil evaluasi bersifat tranparan, semua pihak
merasa puas dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai karena
dilibatkan dalam membahas evaluasi pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 15


5. Praktis
Praktis mengandung makna mudah digunakan. Alat dan
proses evaluasi hendaknya mudah digunakan oleh penyusun dan
pengguna evaluasi pembelajaran. Oleh karena itu, alat evaluasi
yang digunakan harus disusun dengan bahasa yang mudah
dipahami dan memuat petunjuk mengerjakan evaluasi tersebut.

16 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Latihan Penguatan Kompetensi
Jawablah soal-soal berikut berdasarkan pemahaman yang anda
peroleh setelah mempelajari bab 2. Jawaban yang anda ungkapkan
hendaknya dikonstruksi dengan kata-kata sendiri, bukan menulis
ulang teori yang ada dalam bab ini.
1. Jelaskan pengertian pengukuran!
2. Jelaskan pengertian penilian!
3. Jelaskan pengertian evaluasi!
4. Jelaskan perbedaan pengukuran, penilaian, dan evaluasi! Sajikan
perbedaan-perbedaan tersebut dalam bentuk tabel!
5. Deskripsikan kedudukan pegukuran, penilaian, dan evaluasi
dalam proses pembelajaran!
6. Deskripsikan contoh-contoh hasil pengukuran, penilian, dan
evaluasi dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah!
7. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran!

Go to Chapter 3

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 17


BAB RUANG LINGKUP
3 EVALUASI PEMBELAJARAN

Kemampuan Akhir
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menguraikan ruang
lingkup evaluasi pembelajaran

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mahasiswa dapat menjelaskan secara rinci ruang lingkup evaluasi
pembelajaran berdasarkan domain hasil belajar.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan secara rinci ruang lingkup evaluasi
pembelajaran berdasarkan sistem pembelajaran.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan secara rinci ruang lingkup evaluasi
pembelajaran berdasarkan proses dan hasil belajar.

A. Kerangka Dasar Penilaian Hasil Belajar


Penilaian hasil belajar berperan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran. Taksonomi Bloom (dibuat oleh Benjamin S.
Bloom, tahun 1956) merupakan taksonomi pertama untuk mengurai
tujuan pendidikan. Berdasarkan taksonomi Bloom, tujuan pendidikan
dibagi dalam tiga domain (ranah, kawasan), yaitu sebagai berikut.
1. Cognitive domain (ranah kognitif), memuat perilaku yang
menekankan aspek intelektual, contohnya pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan berpikir.

18 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


2. Affective domain (ranah afektif), memuat perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, contohnya minat, sikap,
penghargaan, dan penyesuaian diri.
3. Psychomotor domain (ranah psikomotor), memuat perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motoric, contohnya
keterampilan menulis, mengetik, olah raga, dan mengoperasikan
mesin.
Setiap ranah dibagi lagi menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara bertingkat (hierarkis), mulai dari
perilaku yang paling sederhana hingga perilaku yang paling
kompleks.
Dalam merumuskan taksonomi, Bloom menggunakan empat
prinsip dasar, yaitu (1) prinsip metodologis (memperhatikan cara-cara
guru dalam mengajar), (2) prinsip psikologis (memperhatikan
kejiwaan seseorang), (3) prinsip logis (memperhatikan penalaran dan
kekonsistenan), dan (4) prinsip tujuan (memperhatikan tingkatan
tujuan disesuaikan dengan tingkatan nilai).

B. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif


Domain Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga domain/ranah,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap ranah disusun menjadi
beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal sederhana hingga
kompleks, mulai dari hal yang mudah hingga sukar, dan mulai dari
hal kongkret hingga abstrak.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 19


1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Segala sesuatu yang menyangkut aktivitas otak dalam berpikir
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang
kemampuan, yaitu sebagai berikut.
1) Pengetahuan (Knowledge), disebut C1
Pengetahuan merupakan jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui tentang
fakta, konsep, prinsip, istilah tanpa harus memahami atau dapat
menggunakannya. Dalam jenjang kemampuan ini ditekankan
pada proses mental mengingat dan mengungkapkan kembali
secara tepat informasi yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
Informasi yang dimaksud berkaitan dengan simbol-simbol
matematika, terminology dan peristilahan, fakta, keterampilan,
dan prinsip.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya adalah
a) Mendefinisikan,
b) Mengidentifikasi,
c) Memberi nama,
d) Menyusun daftar,
e) Mencocokkan,
f) Menyebutkan,
g) Membuat garis besar,
h) Menyatakan,
i) Memilih.

20 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


2) Pemahaman (Comprehension), disebut C2
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi
pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya
tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dalam
jenjang ini, peserta didik diharapkan mampu memahami ide-ide
matematika dan apabila diperlukan, dapat menggunakannya
tanpa perlu menghubungkan dengan ide-ide lainnya.
Kemampuan ini secara umum meliputi kemampuan
menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasikan. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan meliputi:
a) Mengubah,
b) Mempertahankan,
c) Membedakan,
d) Memprakirakan,
e) Menjelaskan,
f) Menyimpulkan,
g) Memberi contoh,
h) Meramalkan,
i) Meningkatkan.
3) Penerapan (Application), disebut C3
Penerapan merupakan jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan
kongkret. Dalam jenjang ini, peserta didik diharapkan dapat
mendemonstrasikan pemahamannya berkenaan abstraksi
matematika melalui penggunaannya secara tepat.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 21


Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah meliputi:
a) Mengubah,
b) Menghitung,
c) Mendemonstrasikan,
d) Mengungkapkan,
e) Mengerjakan dengan teliti,
f) Menjalankan,
g) Memanipulasikan,
h) Menghubungkan,
i) Menunjukkan,
j) Memecahkan,
k) Menggunakan.
4) Analisis (Analysis), disebut C4
Analisis merupakan jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke
dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Dalam
jenjang ini, peserta didik diharapkan mampu memilah sebuah
informasi dalam komponen-komponen hingga hirarki dan
keterkaitan antar ide dalam informasi tersebut menjadi tampak
dan jelas. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-
prinsip yang terorganisasi.
Kata kerja operasional yang digunakan meliputi:
a) Mengurai,
b) Membuat diagram,
c) Memisahkan,
d) Menggambarkan kesimpulan,

22 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


e) Membuat garis besar,
f) Menghubungkan,
g) Merinci.
5) Sintesis (Synthesis), disebut C5
Sintesis adalah jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk meghasilkan sesuatu yang baru dengan cara
menggabungkan beberapa faktor. Hasil yang diperoleh berupa
tulisan, rencana, atau mekanisme. Dalam matematika, sistesis
melibatkan pengkombinasian dan pengorganisasian konsep dan
prinsip matematika untuk mengreasikannya menjadi struktur
matematika yang berbeda dari yang sebelumnya.
Kata kerja operasional yang dapa digunakan meliputi:
a) Menggolongkan,
b) Menggabungkan,
c) Memodifikasi,
d) Menghimpun,
e) Menciptakan,
f) Merencanakan,
g) Merekonstruksikan,
h) Menyusun,
i) Membangkitkan,
j) Mengorganisir,
k) Merevisi,
l) Menyimpulkan,
m) Menceriterakan.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 23


6) Evaluasi (Evaluation), disebut C6
Evaluasi merupakan jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan,
pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Dalam
jenjang ini, evaluasi dapat memandu seseorang untuk
mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik,
penerapan dan cara baru yang unik dalam analisis dan sistesis.
Hal penting dalam evaluasi adalah menciptakan kondisi
sedimikian rupa sehingga peserta didik mampu mengembangkan
kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan meliputi:
a) Menilai,
b) Membandingkan,
c) Mempertentangkan,
d) Mengeritik,
e) Membeda-bedakan,
f) Mempertimbangkan kebenaran,
g) Menyokong,
h) Menafsirkan,
i) Menduga.

2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Ranah afektif merupakan internalisasi sikap yang menuju kea
rah pertumbuhan batiniah, dimana peserta didik sadar untuk
menerima suatu nilai atau norma, kemudian mengambil sikap

24 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku.
Jenjang kemampuan dalam ranah afektif dikategorikan dalam
empat jenjang sebagai berikut.
1) Kemauan menerima (receiving)
2) Kemauan menanggapi/menjawab (responding)
3) Kemauan menilai (valuing)
4) Kemauan mengorganisasi (organizing)

3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan kemampuan peserta didik yang
berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari
gerakan sederhana sampai kompleks. Ranah psikomotor dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
1) Keterampilan motorik, dengan kata kerja operasional meliputi:
mempertontonkan gerakan, menunjukkan hasil, melompat,
menggerakkan, dan menampilkan.
2) Keterampilan memanipulasi objek atau material, dengan kata
kerja operasional meliputi: mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.
3) Keterampilan koodinasi otak, dengan kata kerja operasional
meliputi: mengamati, menerapkan, menghubungkan,
menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik,
dan menggunakan.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 25


C. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Rendah
Berdasarkan taksonomi Bloom, keterampilan berpikir peserta
didik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan
tingkat rendah. Keterampilan berpikir tingkat rendah (low order
thinking skills, disingkat LOTS) meliputi jenjang pengetahuan,
pemahaman, dan penerapan. Sedangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi (high order thinking skills, disingkat HOTS) meliputi
jenjang analisis, sintesis, evaluasi, dan kreativitas.
Berdasarkan cara berpikirnya, HOTS dibagi menjadi dua, yaitu
berpikir kreatif dan berpikir kritis. Berpikir kreatif adalah
kemampuan melakukan generalisasi atau mencipta gagasan baru
dengan cara menggabungkan atau mengubah ide-ide yang telah
dimiliki sebelumnya. Sedangkan berpikir kritis adalah kemampuan
memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan
penilaian terhadap sesuatu tersebut.

26 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Latihan Penguatan Kompetensi
Jawablah soal-soal berikut berdasarkan pemahaman yang anda
peroleh setelah mempelajari bab 3. Jawaban yang anda ungkapkan
hendaknya dikonstruksi dengan kata-kata sendiri, bukan menulis
ulang teori yang ada dalam bab ini.
1. Jelaskan kerangka dasar evaluasi pembelajaran berdasarkan
tujuan pendidikan!
2. Jelaskan pengertian ranah kognitif!
3. Jelaskan pengertian ranah afektif!
4. Jelaskan pengertian ranah psikomotor!
5. Jelaskan perbedaan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor!
6. Jelaskan persamaan dan perbedaan pendapat Ki Hajar
Dewantoro tentang cipta (penalaran), rasa (penghayatan), dan
karsa(pengamalan) dan taksonomi Bloom!
7. Jelaskan cara mengklasifikasikan HOTS dan LOTS!
8. Jelaskan mengapa peserta didik perlu dibekali pengetahuan yang
memerlukan berpikir tingkat tinggi (kreatif dan kritis)!

Go to Chapter 4

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 27


BAB JENIS DAN TEKNIK
4 PENILAIAN

Kemampuan Akhir
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan macam-
macam jenis dan teknik penilaian.

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis penilaian.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam teknik penilaian.
3. Mahasiswa dapat menyebutkan teknik penilaian bentuk tes.
4. Mahasiswa dapat menyebutkan teknik penilaian bentuk non tes.
5. Mahasiswa dapat menyajikan peta konsep jenis dan teknik
penilaian.

A. Jenis Evaluasi Pembelajaran


Jenis evaluasi pembelajaran banyak ragamnya, tergantung sisi
peninjaunya. Berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas, jenis
evaluasi pembelajaran berdasarkan tujuan dibedakan menjadi tujuh
jenis evaluasi. Ketujuh jenis evaluasi ini dijabarkan sebagai berikut.
1. Pre-test dan post-test
Pre-test merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan pada awal
pembelajaran sebelum peserta didik mendapatkan materi. Tujuan
kegiatan pre-test adalah untuk mengidentifikasi kemampuan
awal peserta didik terhadap bahan/materi yang akan
dipelajarinya.
28 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Post-test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada akhir
kegiatan pembelajaran. Tujuan kegiatan post-test adalah untuk
mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik setelah
mempelajari suatu materi/bahan pelajaran.
Perbedaan hasil evaluasi pada pre-test dan post-test dalam satu
kegiatan pembelajaran digunakan untuk melihat keberhasilan
atau kegagalan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik dilakukan setelah selesai penyajian sebuah
satuan pelajaran. Tujuan dilakukan evaluasi diagnostic adalah
untuk mengidentifikasi atau menelaah kelemahan peserta didik
beserta faktor-faktor penyebabnya (Syah, 2008).
3. Evaluasi Selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih
peserta didik yang paling tepat atau sesuai dengan kriteria
program kegiatan tertentu.Misalnya seleksi peserta didik yang
mengikuti lomba paskribaka, olimpiade, olahraga, dan lain-lain.
4. Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan peserta didik dalam pendidikan tertentu yang
sesuai dengan karakteristik siswa. Misalnya untuk memilih
jurusan/bidang keahlian tertentu.
5. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif sering disebut dengan “ulangan harian”.
Evaluasi formatif dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan
pelajaran. Tujuan evaluasi formatif dilakukan adalah untuk
mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik setelah
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 29
mempelajari suatu materi/bahan pelajaran, dan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
berikutnya.
6. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif sering disebut dengan “ulangan umum”.
Evaluasi sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja akademik
atau prestasi belajar peserta didik pada akhir periode
pelakasanaan program pembelajaran (biasanya semester).
Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan
belajar peserta didik.
Evaluasi sumatif lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau
akhir tahun pelajaran. Hasil evaluasi sumatif dijadikan bahan
laporan resmi mengenai kinerja akademik peserta didik dan
bahan penentu naik atau tidaknya peserta didik ke kelas yang
lebih tinggi.
7. Ujian Nasiona (UN)
Ujian nasional (UN) pada prinsipnya sama dengan evaluasi
sumatif, yaitu sebagai alat penentu kenaikan status peserta didik
(Syah, 2008).

B. Teknik Penilaian
Teknik dan alat penilaian digunakan oleh pendidik untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan belajar dan hasil belajar
peserta didik. Penggunaan teknik dan alat penilaian perlu
memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan penilaian, (2) waktu
yang tersedia, (3) sifat tugas yang dikerjakan peserta didik, dan (4)

30 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


banyaknya materi pembelajaran yang sudah dipelajari oleh peserta
didik.
Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat
digunakan pendidik untuk mendapatkan informasi. Teknik penilaian
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu teknik tes dan
teknik non tes.

C. Teknik Penilaian Melalui Tes


Istilah “tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu “testum”,
artinya piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari
benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Tes
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat
serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau suatu
kelompok.
Dari segi pelaksanaannya, tes dibagi ke dalam tiga jenis,
yaitu(1) tes tertulis, (2) tes lisan, dan (3) tes perbuatan. Dari segi
bentuk soal, tes dapat diklasifikasikan ke dalam lima bentuk soal,
yaitu (1) soal pilihan ganda, (2) soal benar salah, (3) soal
menjodohkan, (4) soal melengkapi/jawaban singkat, dan (5) soal
uraian. Dilihat dari segi cara atau pola jawaban yang diberikan, soal
dapat dibedakan ada soal yang telah disediakan jawabannya, peserta
tes tinggal memilih jawaban tersebut (pilihan ganda, benar salah,
menjodohkan) dan ada soal yang tidak disediakan jawabannya
(uraian). Kemudian dilihat dari segi cara pemberian skornya,
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 31
dibedakan ke dalam soal yang bersifat objektif dan soal yang bersifat
subjektif. Berikut ini dijelaskan jenis-jenis tes yang dapat digunakan
oleh pendidik sebagai berikut.
1. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab oleh
peserta didik dengan cara menuliskan jawaban pada kertas
lembar jawaban. Jenis tes tertulis secara umum dibedakan
menjadi dua, yaitu tes objektif, dan tes uraian.
a. Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang pemeriksaan hasil tesnya hanya
ditentukan oleh pekerjaan peserta didik, tidak dipengaruhi
oleh (sudut pandang atau pemikiran) pemeriksa. Jadi benar-
benar murni hasil pekerjaan peserta didik. Istilah lain dari tes
tipe objektif adalah tes dengan jawaban singkat (short answer
test). Tes ini hanya memerlukan jawaban yang pendek,
singkat tapi tepat. Peserta didik cukup hanya dengan
memberikan tanda silang (X) atau tanda cek (√) saja pada
jawaban yang paling tepat yang telah tersedia.
Menurut bentuknya tes tipe obyektif terdiri dari 4 macam,
yaitu: bentuk benar-salah (true false), bentuk pilihan ganda
(multiple choice), bentuk menjodohkan (matching item), bentuk
melengkapi (completion).

1) Bentuk Benar-Salah (True-False)


Tes bentuk Benar-Salah (B-S) soalnya disajikan
dalam bentuk pernyataan (stem). Pernyataan tersebut
mengandung nilai kebenaran Benar (B) atau Salah (S).

32 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Bentuk soal benar-salah digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam membedakan antara
fakta dan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak
digunakan unyuk mengukur kemampuan
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana.
Dalam menyusun soal bentuk B-S sebaiknya: (1)
jumlahnya banyak, (2) banyaknya jawaban benar dan
salah adalah sama, (3) menggunakan kalimat yang
sederhana, dan (4) berikan petunjuk mengerjakan soal
dengan jelas.
Contoh soal bentuk benar-salah:
Persegi adalah segiempat yang semua sisinya sama panjang dan
salah satu sudutnya siku-siku.
2) Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choise)
Dilihat dari strukturnya, soal pilihan ganda terdiri
dari dua bagian, yaitu pokok soal (stem) yang berisi
permasalahan yang akan ditanyakan dan sejumlah
pilihan atau kemungkinan jawaban (option). Dari
sejumlah pilihan jawaban yang disediakan, hanya ada
satu jawaban yang benar atau yang paling benar, yang
disebut kunci jawaban, sedangkan kemungkinan-
kemungkinan jawaban yang lain disebut pengecoh
(distractor). Tugas peserta didik adalah memilih salah satu
di antara jawaban yang tersedia, yang benar atau yang
paling benar.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 33


Ragam soal bentuk pilihan ganda telah
dikembangkan menjadi lima macam, yaitu: pilihan ganda
biasa, hubungan sebab-akibat, analisis (tinjauan) kasus,
asosiasi pilihan ganda (pilihan ganda kompleks), dan
membaca diagram.
Seperangkat tes bentuk pilihan ganda sebaiknya:
(1) jumlahnya banyak, (2) berpedoman pada kompetensi
dasar dan indikator, (3) hanya memuat tepat satu pilihan
jawaban yang benar, dan (4) membuat pengecoh jawaban
yang rasional.
Kelebihan soal bentuk pilihan ganda anatara lain
adalah (1) cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah,
cepat, dan objektif, (2) dapat mencakup ruang lingkup
bahan/materi yang luas, (3) mampu mengungkap tingkat
kognitif rendah sampai tinggi, dan (4) dapat digunakan
berulang kali. Sedangkan kekurangannya antara lain
adalah (1) proses penyusunan soal membutuhkan waktu
yang lama, (2) memberi peluang siswa untuk menebak
jawaban, dan (3) kurang meningkatkan daya nalar siswa.
Contoh soal bentuk pilihan ganda:
1. Berapakah luas daerah persegi yang panjang diagonalnya 10
cm?
A. 100 cm2
B. 50 cm2
C. 40 cm2
D. 25 cm2

34 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


2. Panjang sisi suatu segitiga diketahui berturut-turut 𝑝 cm,
2𝑝 cm, dan 𝑝 + 4 cm. keliling segitiga tersebut adalah ….
A. (3𝑝 + 4) cm
B. (4𝑝 + 4) cm
C. (5𝑝 + 6) cm
D. (6𝑝 + 2) cm

3) Bentuk Menjodohkan (Matching Item)


Bentuk ini terdiri dari dua kelompok, yaitu
kelompok pertama berisi stem atau pokok masalah (soal)
yang biasanya ditulis di sebelah kiri. Kelompok kedua
berisi kemungkinan jawaban. Bentuk soal seperti ini
sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam mengidentifikasi hubungan antara dua hal. Dalam
menyusun soal bentuk menjodohkan sebaiknya
menggunakan kalimat sederhana dan fokus pada
persoalan.
Contoh soal bentuk menjodohkan
Pernyataan soal Kemungkinan jawaban
1. Bangun segiempat yang semua A. Trapesium
sisinya sama panjang dan salah
B. Jajargenjang
satu sudutnya 60 0 .
2. Bangun segiempat yang C. Persegi
memiliki tepat sepasang sisi
D. Belah ketupat
yang sejajar.
3. Bangun segiempat yang dua E. ….
sudut berdekatannya
F. …. dan seterusnya
mempunyai jumlah 180 0.
4. …
dan seterusnya

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 35


4) Bentuk Melengkapi (Completion)
Soal bentuk melengkapi seringkali disebut dengan
tes isian singkat atau menyempurnakan. Pada tes bentuk
ini peserta didik diminta untuk melengkapi pokok masalah
(soal) dengan cara mengisi titik-titik atau tempat kosong
sebagai pelengkap kalimat dalam soal. Jadi soal bentuk
melengkapi ini disajikan dalam bentuk pernyataan (bukan
pertanyaan) yang kalimatnya belum selesai. Dalam
menyusun soal bentuk melengkapi sebaiknya pernyataan
tidak diambil persis dengan buku, titik-titik (tempat
mengisi jawaban) ditempatkan di akhir kalimat, dan bila
memungkinkan disajikan gambar dengan tanda-tanda
khusus (angka atau huruf) pada bagian yang ditanyakan.
Contoh soal bentuk melengkapi:
1. Grafik fungsi 𝑦 = 5𝑥 2 − 15𝑥 + 3 adalah terbuka ke- ....
2. Luas daerah persegipanjang yang kelilingnya 20 cm dan
lebarnya 4 cm adalah ... cm2.
3. Suatu bangun segiempat yang mempunyai dua pasang sisi
yang sama panjang dan sejajar disebut ....

b. Tes subjektif
Tes subjektif adalah tes pemeriksaan hasil tesnya tidak
hanya ditentukan oleh pekerjaan peserta didik, tetapi juga
dipengaruhi oleh subjektivitas (sudut pandang atau
pemikiran) pemeriksa.Soal tes tipe subjektif adalah bentuk
uraian, yaitu soal yang menuntut peserta didik untuk
menuliskan jawaban secara terurai, rinci, terorganisasi,

36 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


sistematik dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya
sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu
dengan yang lainnya.Selain harus benar-benar menguasai
materi tes, dalam tes ini peserta didik dituntut untuk bisa
mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan baik,
sehingga proses berpikir akan tampak jelas dalam jawaban.
Untuk mengurangi subjektivitas pemeriksa saat memeriksa
hasil pekerjaan peserta didik, perlu disusun pedoman
penskoran yang merinci skor-skor pada tiap-tiap langkah
jawaban soal tersebut.Ada dua jenis tes bentuk uraian, yaitu
uraian terbatas dan uraian bebas.
1) Uraian terbatas (restricted respon items)
Soal bentuk uraian terbatas adalah soal uraian yang
menuntut peserta didik menjawab dengan
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-
batasnya.Walaupun jawaban peserta didik itu beraneka
ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang
terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan
batas-batas yang telah ditentukan dan dikendaki dalam
soalnya.
Contoh soal bentuk uraian terbatas,
Gambarlah grafik fungsi 𝑦 = 𝑥 2 − 3𝑥 − 10 dengan terlebih
dahulu menentukan titik potong grafik dengan sumbu-x dan
sumbu-y, dan menentukan sumbu simetri grafik tersebut!
2) Uraian bebas (extended respond items)
Soal tes bentuk uraian bebas adalah soal uraian
yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 37
menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri.
Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta
didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-
beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau patokan
dalam mengoreksi jawaban peserta didik. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam soal uraian bebas unsur
subjektivitas pemeriksaan jawabannya sangat tinggi.
Contoh soal bentuk uraian bebas,
Jelaskan prosedur menggambar grafik fungsi kuadrat! Berikan
contoh grafik fungsi yang digambar!

Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada beberapa


petunjuk praktis yang dapat diikuti oleh pendidik atau
pembuat soal, yaitu sebagai berikut.
 Dalam setiap pertanyaan, berikan petunjuk dan rumusan
yang jelas sehinggamaksud soal mudah dipahami.
 Hindari soal yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memilih beberapa soal dari sejumlah
soal yang diberikan. Cara ini tidak memungkinkan untuk
memperoleh skor yang dapat dibandingkan antar peserta
didik.
 Gunakan kata kerja operasional yang menuntut peserta
didik menjawab dengan menguraikan jawaban.
Contohnya, peserta didik diminta untuk: menjelaskan,
menelaah, mendeskripsikan, membandingkan,

38 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


memecahkan masalah,mengemukakan kritik, dan lain
sebagainya.
Soal bentuk uraian melikiki beberapa kelebihan, antara lain
sebagai berikut.
 Proses penyusunan soal relatif mudah karena jumlah
soalnya sedikit.
 Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
menjawab dengan argumentasi dan caranya sendiri
dalam menyampaikan tanggapan dan pendapatnya
terhadap masalah yang diberikan dalam soal.
 Mengurangi faktor menebak jawaban atau menjawab
asal-asalan.
Di samping itu, soal uraian juga memiliki beberapa
kekurangan, antara lain sebagai berikut.
 Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengoreksi
jawaban peserta didik.
 Banyaknya kompetensi yang diukur relatif sedikit.
 Pemeriksaan jawaban memungkinkan adanya
kecenderungan bersikap subjektif.
 Pemeriksa sering terkecoh dengan keindahan
tulisan/kalimat dalam memberikan skor penilaian.
2. Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaanya berbentuk tanya
jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.
Kelebihan tes lisan antara lain: (1) dapat menilai kemampuan,
tingkat pengetahuan, sikap, serta keprbadian peserta didik secara
langsung dan menyeluruh (utuh), (2) ketidakjelasan soal dapat
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 39
dikurangi karena peserta didik dapat menanyakan langsung
bagian-bagian soal yang tidak jelas atau kurang dimengerti, dan
(3) hasil tes dapat langsung diketahui oleh peserta didik.
Sedangkan kelemahan tes ini adalah (1) pelaksanaan tes cukup
memakan waktu apalagi kalau jumlah peserta didik yang dites
jumlahnya banyak, dan (2) subjektivitas pendidik sering
mencemari hasil penilaian.
3. Tes Perbuatan
Tes perbuatan atau tindakan adalah tes yang
penugasannya disampaikan dalam bentuk tertulis atau lisan,
namun pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau
unjuk kerja. Ada beberapa rambu-rambu dalam pelaksanaan tes
perbuatan, antara lain sebagai berikut.
a. Peniliaan tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik
melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan
penyelesaian tugas.
b. Penilaian tes perbuatan memerlukan format pengamatan yang
rinci, sistematis, dan mudah menggunakannya, yaitu pendidik
tinggal memberi tanda cek(√) atau mengisikan angka di
tempat yang telah disediakan. Format penilaian disesuaikan
keperluan, bisa pengamatan kelompok atau individual.

D. Teknik Penilaian Melalui Non Tes


Tuntutan kurikulum saat ini adalah penggunaan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran matematika sehingga memerlukan
asesmen otentik. Oleh karena itu teknik penilaiannyapun tidak cukup
hanya melalui teknik tes, namun perlu juga penilaian dengan teknik

40 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


non tes yang pelaksanaannya memperhatikan perbedaan individu
baik dari sisi kognitif, afektif, mapun psikomotor.
Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada
ranah afektif (misalnya sikap dan minat siswa terhadap pelajaran
matematika) dan psikomotor (keterampilan membuat alat peraga
matematika dan mendemosntrasikannya), berbeda dengan teknik tes
yang lebih menekankan asfek kognitif. Intrumen evaluasi non tes
yang berkenaan dengan daerah afektif berkaitan dengan sikap
(attitude) sebagai manifestasi-perwujudan dari kondisi minat (interest),
motivasi (motivation), kecemasan (anxiety), apresiasi (appreation),
penyesuaian diri (self adjusment), bakat (aptitude), dan semacamnya.
Perwujudan dari sikap dapat bermacam-macam, bisa bersifat
menerima (receiving), memberikan respon (responding), menilai
(valuing), mengorganisasikan (organizating), dan karakteristikasi
(characterization).
Aspek penilian nontes ini termasuk di dalamnya aspek
kepribadian, yaitu kelakuan, kerajinan, kedisiplinan, kerapihan, dan
kebersihan. Berikut ini akan dibahas berbagai bentuk penilaian untuk
evaluasi nontes, di antaranyaadalah: pengamatan/observasi
(observation), wawancara (interview), angket/kuisener (questionaire),
skala, rubrik, jurnal, dan catatan harian/lapangan.
1. Observasi
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu atau terjadinya suatu proses
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situsi buatan. Observasi dapat mengukur atau

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 41


menilai hasil dan proses belajar seperti: tingkah laku siswa pada
waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain.
Ada tiga jenis observasi yaitu observasi langsung,
observasi dengan menggunakan alat (tidak langsung) dan
observasi partisipasi.Ketiga jenis observasi itu digunakan sesuai
dengan tujuan dan kebutuhan dari kegiatan observasi
tersebut.Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam
mengembangkan penilaian dengan menggunakan teknik
observasi adalah sebagai berikut:
 Tentukan aspek kegiatan yang akan diobservasi. Aspek
kegiatan ini mungkin berkaitan dengan kegiatan siswa secara
individu, kegiatan siswa secara kelompok, interaksi guru
dengan siswa, interaksi antara siswa dengan siswa dan lain
sebagainya.
 Menentukan pedoman observasi yang akan digunakan.
Tentukan bentuk pedoman observasi yang akan digunakan,
apakah bentuk bebas (tidak perlu ada jawaban, tetapi mencatat
apa yang nampak) atau pedoman yang berstruktur (memakai
alternatif jawaban). Bila dipakai bentuk yang berstruktur,
tetapkan pilihan jawaban serta indikator-indikator setiap
jawaban sebagai pedoman dalam pelaksanaanya nanti.
 Melaksanakan observasi, yaitu mencatat tingkah laku yang
terjadi pada saat kegiatan berlangsung. Cara dan teknik
pencatatannya sesuai dengan format atau bentuk pedoman
observasi yang digunakan.

42 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


 Mengolah hasil observasi.
Dalam observasi diperlukan pedoman observasi, yaitu
rambu-rambu tertulis yang dipakai untuk mengamati suatu
aktivitas (siswa dalam pembelajaran) sehingga pelaksanaan
observasi terarah pada aspek yang direncanakan
semula.Peristiwa pembelajaran yang dapat diobservasi
diantaranya adalah implementasi pembelajaran dengan
menggunakan model/pendekatan/metode tertentu, aktivitas
psikomotorik, aktivitas kognitif, kemampuan komunikasi,
suasana pembelajaran, partisipasi siswa, atau hal-hal lainnya.
Kategori untuk penilaian hasil observasi bisa
menggunakan alternatif pilihan ya atau tidak, atau bisa juga
menggunakan skala bertingkat SB (sangat baik) dengan skor 5, B
(baik) dengan skor 4, C (cukup) dengan skor 3, K (kurang) dengan
skor 2, dan SK (sangat kurang) dengan skor 1. Penskoran dan
penafsiran data hasil observasi bisa menggunakan nilai rerata
seperti halnya pada Skala Likert.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik penilian non tes yang dilakukan
secara lisanuntuk menilai hasil belajar siswa yang berkaitan
dengan pendapat, keyakikan, aspirasi, harapan, prestasi,
keinginan dan lain-lain. Sebagai alat penilaian, wawancara
memiliki kelebihan yaitu dapat berkomunikasi langsung dengan
siswa, sehingga siswa dapat mengungkapkan jawaban dengan
lebih bebas dan mendalam.Ada dua macam wawancara, yaitu
wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tidak berstruktur).

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 43


Dalam wawancara diperlukan pedoman wawancara, yaitu
rambu-rambu tertulis yang dipakai evaluator untuk menilai suatu
aktivitas dengan cara tanya jawab lisan. Materi wawancara
berkenaan dengan aspek non kognitif seperti yang telah
diungkapkan terdahulu. Dalam konteks pembelajaran
matematika, biasanya ada wawancara survai, diagnostik, dan
perbaikan. Wawancara survai sifatnya umum dan bertujuan ingin
mengetahui tentang sesuai hal (akademik non akademik),
diagnostik mengetahui penyebab ketidak-berhasilan siswa dalam
belajar, dan perbaikan adalah wawancara untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran.
3. Angket
Angket atau kuisener adalah teknik penilaian non tes
tertulis untuk menggali informasi tentang pendapat, aspirasi,
keyakinan dan lain-lain.Angket berbentuk lembar pernyataan-
pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengetahui-menilai
responden berkenaan dengan aspek sikap atau pendapat
terhadap sesuatu hal (dalam hal ini pembelajaran
matematika).Angket memiliki beberapa kelebihan yaitu bersifat
praktis, hemat waktu dan tenaga.Namun demikian, angket juga
memiliki kelemahan, yaitu jawaban yang diberikan seringkali
tidak objektif, siswa memberi jawaban yang pura-pura.Seperti
wawancara, angket juga ada dua macam, yang berstruktur dan
tidak berstruktur.Dalam angket berstruktur, setiap pertanyaan
telah disediakan jawabannya, peserta didik tinggal memilih/
mencocokannya. Sedangkan dalam angket tidak berstruktur,

44 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan jawabannya
sendiri.
4. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat atau
perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai
oleh responden yang hasilnya dalam bentuk rentangan nilai
sesuai dengan kriteria yang digunakan.
Ada dua jenis skala yang sering digunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar siswa, yaitu skala sikap dan skala
penilaian.
a. Skala Sikap
Sikap dalah kecenderungan seseorang dalam berperilaku.
Sikap juga dapat diartikan respon/reaksi seseorang terhadap
stimulus/pemicu yang datang pada dirinya. Skala sikap
digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap suatu
objek tertentu. Hasilnya berupa katagori sikap, yakni
mendukung, menolak atau netral.
Ada tiga komponen sikap yakni kognisi (berkenaan
dengan pengetahuan tentang objek), afeksi (berkaitan dengan
perasaan terhadap objek), dan konasi (berkaitan dengan
kecenderungan berperilaku terhadap objek itu).
Ada beberapa bentuk skala yang biasa digunakan untuk
menilai derajat sifat nilai sikap seseorang terhadap suatu objek ,
antara lain :
 Menggunakan bilangan, untuk menunjukan tingkat-tingkat
dari sifat (objek ) yang dinilai. Misalnya, 1, 2, 3, 4 dan
seterusnya.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 45


 Menggunakan frekuensi terjadinya/timbulnya sikap itu.
Misalnya; selalu, seringkali, kadang-kadang, pernah, dan tidak
pernah.
 Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, misalnya:
bagus sekali, baik, sedang, dan kurang. Atau istilah-
istilah:sangat setuju, stuju, tidak punya pendapat, tidak stuju,
dan sangat tidak setuju.
 Menggunakan istilah-istilah yang menunjukan status/
kedudukan,misalnya: paling rendah, di bawah rata-rata, di atas
rata-rata, dan paling tinggi.
 Menggunakan kode bilangan atau huruf,misalnya: selalu
diberi kode 5, kadang-kadang 4, jarang, 3, jarang sekali 2, dan
tidak pernah diberi kode bilangan 1.
b. Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau prilaku
siswa melalui pernyataan prilaku pada sutu titik kontinum
atau suatu katagori yang bermakna nilai.Titik atau kategori itu
diberi rentangan nilai dari yang tertinggi sampai yang
terendah. Rentangan ini bisa berupa hurup abjad (A, B, C, D)
atau angka (1,2,3, 4). Hal yang harus diperhatikan adalah
kriteria sekala nilai, yakni penjelasan oprasional untuk setiap
alternatif jawaban.
Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur
suatu proses, misalnya proses belajar pada siswa, atau hasil
belajar yang berbentuk prilaku (performance), seperti
hubungan sosial diantara siswa atau cara-cara memecahkan
masalah.

46 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Ada beberapa skala penilaian yang sering digunakan,
diantaranya adalah Likert, Thurstone, dan Guttman.Dalam
skala Likert, angket disajikan dalam bentuk pernyataan positif
(favorable) dengan skor:
5 untuk Sangat Setuju,
4 untuk Setuju,
3 untuk Netral (yang biasanya dieliminasi),
2 untuk Tidak Setuju, dan
1 untuk Sangat Tidak Setuju.
Untuk pernyataan negatif skor diberikan
sebaliknya.Pengolahan skor dan penafsirannya tidak
menggunakan persentase, melainkan dengan menghitung
rerata skor tersebut untuk setiap peserta didik pada setiap
aspek (kelompok aspek). Jika rerata skornya:
Mendekati 5 ditafsirkan bersikap sangat baik,
Mendekati 4 ditafsirkan bersikap baik (positif),
Mendekati 3 ditafsirkan tidak punya sikap,
Mendekati 2 ditafsirkan bersikap jelek (negatif), dan
Mendekati 1 ditafsirkan bersikap sangat jelek.
5. Rubrik
Rubrik adalah instrumen penilian terhadap kinerja dari
suatu aktivitas atau terhadap suatu portofolio. Skala yang
digunakan adalah dengan menggunakan skala bertingkat seperti
halnya pedoman observasi, dari hasil penyekoran tersebut dicari
nilai reratanya kemudian ditafsirkan sepereti skala Likert.
Perbedaan antara rubrik dengan pedoman observasi dengan skala
bertingkat adalah terletak pada objek yang dievaluasi. Observasi
dengan mengamati kejadian yang berlansung saat itu, sedangkan

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 47


rubrik dengan cara menilai berkas hasil karya (dokumen). Contoh
rubrik adalah penilaiaan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik, penilaian kemampuan komunikasi matematis, dan
lain-lain.
6. Jurnal
Jurnal adalah karangan peserta didik tentang pelaksanaan
pembelajaran yang diikutinya. Karangan ini sifatnya subyektif,
yang berisi tentang potret pelaksanaan pembelajaran, kesan dan
pesan peserta didik kepada pendidik.Jurnal dapat dipergunakan
untuk koreksi dan revisi pelaksanaan pembelajaran, sehingga
terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
7. Catatan Harian
Catatan harian dibuat oleh pendidik pada setiap
pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kelas, isinya tentang
aktivitas perilaku peserta didik yang menonjol (negatif maupun
positif). Catan harian ini berguna untuk revisi pelaksanaan
pembelajaran, meningkatkan partisipasi siswa, atau untuk
mencegah peserta didik yang tidak mengikuti proses
pembelajaran.
Pada akhir semester, rekap dari catatan harian ini sebagai
salah satu sumber otentik dan objektif untuk menentukan nilai
akhir peserta didik, dengan demikian asesmen otentik dalam
pelaksanaan pembelajaran seperti yang dituntut oleh kurikulum
2013 dan revisinya dapat terlaksana.

48 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Latihan Penguatan Kompetensi
Jawablah soal-soal berikut berdasarkan pemahaman yang anda
peroleh setelah mempelajari bab 4. Jawaban yang anda ungkapkan
hendaknya dikonstruksi dengan kata-kata sendiri, bukan menulis
ulang teori yang ada dalam bab ini.
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis evaluasi pembelajaran
berdasarkan tujuan!
2. Jelaskan perbedaan teknik tes dan non tes!
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam teknik tes!
4. Sebutkan dan jelaskan macam-macam teknik non tes!
5. Mengapa teknik tes diperlukan dalam suatu evaluasi
pembelajaran? Jelaskan!
6. Mengapa teknik non tes diperlukan dalam evaluasi
pembelajaran? Jelaskan!
7. Buatlah seperangkat tes bentuk benar-salah dan menjodohkan
untuk satu kompetensi dasar! Lengkapi dengan kunci jawaban
dan pedoman penskoran!
8. Buatlah seperangkat tes bentuk pilihan ganda dan uraian untuk
satu kompetensi dasar! Lengkapi dengan kunci jawaban dan
pedoman penskoran!
9. Buatlah pedoman observasi kegiatan pembelajaran matematika
yang menerapkan model pembelajaran tertentu! Lengkapi dengan
pedoman penyekoran dan kriteria interpretasinya!

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 49


10. Buatlah rubrik penilaian kemampuan tertentu dari peserta didik!
Lengkapi dengan pedoman penyekoran dan kriteria
interpreatsinya!

Go to Chapter 5

50 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BAB VALIDITAS DAN
5 RELIABILITAS

Kemampuan Akhir
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menilai kualitas suatu
instrumen menggunakan validitas dan reliabilitas.

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian validitas .
2. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam validitas.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian validitas.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam reliabiltas.
5. Mahasiswa dapat menilai kualitas seperangkat tes menggunakan
validitas dan reliabilitas.

A. Validitas
Validitas (validity, kesahihan) adalah ketepatan suatu tes
terhadap apa yang diukur. Validitas berkaitan dengan permasalahan
tes yang dimaksudkan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang
akan diukur (Nurgiyantoro, 2005). Misalnya suatu tes ditujukan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan persamaan
linier, secara tepat tes tersebut dapat mengukur kemampuan itu,
bukan kemampuan lain, misalkan menyelesaikan pertidaksamaan
linier atau bahkan persamaan kuadrat. Jika suatu tes dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah, maka tes tersebut
harus dapat mengungkapkan kemampuan tersebut, bukan
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 51
kemampuan lain yang menyebabkan bias. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa suatu tes dikatakan valid atau sahih apabila tes itu
dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas tes dapat dilakukan dari dua segi, yaitu (1) validitas
total dan (2) validitas butir (item).
1. Validitas Total
Validitas total merupakan validitas secara keseluruhan butir
tes atau seperangkat tes. Secara umum, validitas dibedakan menjadi
dua, yaitu validitas teoritis dan validitas empiris.Jenis-jenis validitas
total dapat disajikan dalam Gambar 5.1.
a. Validitas teoritis (rasional)
Validitas teoritis atau rasional adalah validitas yang dilakukan
menggunakan pertimbangan teori dengan analisis rasional atau
menggunakan penalaran logis.Validitas teoritis yang memerlukan
kemampuan teori dan penalaran biasanya dilakukan oleh ahli atau
pakar di bidang yang bersesuaian, hal ini sering disebut dengan
validitas ahli atau expert judgment. Validitas teoritis terbagi dalam
cara, yaitu validitas isi dan validitas konstruk.

Gambar 5.1 Jenis-jenis validitas total


52 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Validitas isi (content validity) adalah kesesuaian antara butir-
butir soal dalam tes dengan deskripsi materi yang diajarkan.Sebuah
tes dikatakan mempunyai validitas isi yang baik apabila mengukur
suatu tujuan khusus tertentuyang selaras dengan materi atau isi
pelajaran yang diberikan dan tertuang dalam kurikulum.Validitas isi
juga sering disebut validitas kurikulum (Arikunto, 1977). Untuk
mendapatkan validitas isi, penyusunan tes diawali dengan menyusun
kisi-kisi soal yang memuat: kompetensi dasar, materi atau deskrisi
materi, indikator, dan jumlah pertanyaan per-indikator. Kisi-kisi
adalah suatu bagan atau matrik yang menggambarkanpenyebaran
soal-soal sesuai dengan aspek atau pokok bahasan yanghendak
diukur, tingkat kesukaran dan jenis soal. Kisi-kisi itu harusdisusun
sedemikian rupa sehingga mencakup seluruh bahan pelajaranyang
akan diteskan.Setelah pertanyaan disusun, butir-butir pertanyaan
ditelaah menggunakan kriteria tertentu oleh orang yang berkompeten
dalam bidang yang bersangkutan.Penelaahan ini sering dikenal
dengan penilaian oleh ahli (expert judgment).
Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang
mempertanyakan butir-butir soal dalam tes telah sesuai dengan
tingkatan kompetensi atau ranah yang ada, yang sesuai dengan
tuntutan dalam kurikulum (Sukiman, 2009).Validitas konstruk
mengacu kepada sejauh mana suatu tes menilai suatu konstruk,
dimana konstruk merupakan konstruksi teoritis yang digunakan
untuk menjelaskan perilaku. Analisis validitas konstruk dapat
dilakukan dengan cara melakukan pencocokan antara kemampuan
berpikir yang tercantum dalam setiap rumusan indikator yang akan
diukur. Analisis validitas konstruk dilakukan dengan caraexpert

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 53


judgment, dilakukan secara rasional, berpikir kritis atau menggunakan
logika.
b. Validitas empiris
Validitas empiris adalah validitas yang pertimbangannya
dilakukan menggunakan data empiris (lapangan).Data empiris
diperoleh dari lapangan, biasanya merupakan hasil ujicoba dalam
bentuk data kuantitatif, analisisnya memerlukan rumus-rumus
statistik.Validitas empiris dibedakan menjadi dua, yaitu validitas
ramalan dan validitas bandingan.
Validitas ramalan (predictive validity) adalah validitas yang
berkaitan dengan kemampuan suatu tes untuk meramalkan sesuatu
yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Arikunto, 1997).
Basuki dan Hariyanto (2016) menyatakan bahwa umumnya psikotes
mengutamakan validitas ramalan, demikian pula tes intelegensi.Hal
ini terkait dengan fungsi suatu tes intelegensi yang ingin
memprediksikan apakah orang yang dites (testee) mampu
mempertimbangkan dengan baik (to judge well), mampu memahami
dengan baik (to understand well), serta mampu menalar dengan baik
(to reason well).
Analisis validitas ramalan tes dilakukan dengan cara
mengorelasikan antara nilai tes dengan suatu tolok ukur atau kriteria.
Contohnya tes masuk perguruan tinggi negeri, tes ini dikatakan
memiliki validitas ramalan yang baik jika memiliki kesesuaian atau
kesejajaran arah antara hasil tes dengan kriteria yang ada. Dengan
kata lain, terdapat hubungan searah yang sangat erat antara tes yang
sedang diuji validitasnya dengan kriteria yang telah ditetapkan,
dalam ilmu statistika dikenal dengan istilah korelasi positif. Uji

54 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


validitas ramalan menggunakan teknik analisis korelasional product
moment dari Karl Pearson (Sudjiono, 1996). Prosedur untuk
melakukan validitas ramalan ini adalah sebagai berikut.
1) Melakukan komputasi matematis untuk menghitung harga
koefisien korelasi r product moment, rumusnya:
𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌
𝑟𝑋𝑌 =
2 2
𝑁 𝑋2 − ( 𝑋)2 {𝑁 𝑌 − ( 𝑌) }

Keterangan:
X dan Y : variabel dikotomi yang dikorelasikan
rXY : korelasi antara variabel X dan Y
N : banyak peserta tes
Dalam contoh di atas, X merupakan hasil tes masuk perguruan
tinggi negeri, Y merupakan skor kriteria yang telah ditetapkan
oleh tiap-tiap perguruan tinggi negeri.
2) Melakukan interprestasi terhadap harga koefisien korelasi
product moment yang diperoleh. Ada dua cara dalam
interprestasi ini, yaitu
a) Konsultasikan harga r yang diperoleh dengan untuk
mendapatkan makna menggunakan patokan sebagai berikut.

Tabel 5.1 Kriteria dalam menentukan makna harga koefisien korelasi r


product moment.

Nilai korelasi (r) Tingkat Validitas


0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
Sumber: Arikunto (2012)

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 55


b) Bandingkan harga r yang diperoleh (rhitung) dengan rtabel, dimana
rtabeldicari dengan derajat kebebasan (dk) = N – nr, dengan N
adalah banyaknya peserta tes dan nr adalah banyaknya
variabel yang dikorelasikan. Kriteria pengujiannya
menggunakan ketentuan: apabila 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka
diperoleh kesimpulan ada korelasi antara variabel-variabel
yang diujikan, atau dengan kata lain tes tersebut valid.

Validitas bandingan disebut juga dengan istilah validitas ada


sekarang (concurrent validity) atau validitas pengalaman. Validitas
bandingan adalah validitas yang diperoleh dengan cara
membandingkan hasil tes sekarang dengan hasil tes pengalaman di
masa lampau, dimana data pengalaman sudah ada (ada sekarang,
concurrent) (Sukiman, 2008). Cara melakukan analisis validitas
bandingan serupa dengan cara menganalisis validitas ramalan, yaitu
mengorelasikan antara hasil tes sekarang (misal sebagai variabel X)
dengan hasil tes terdahulu (misal sebagai variabel Y) menggunakan
korelasi product moment.
Validitas kriteria (criterion validity) merupakan salah satu jenis
validitas bandingan. Dalam validitas kriteria, hasil tes sekarang
dibandingkan dengan hasil tes lain sebagai kriterianya. Kriteria yang
digunakan adalah hasil tes yang valid.Contohnya, hasil tes
matematika buatan guru dibandingkan dengan hasil tes matematika
yang standar. Contoh lain, skor tes matematika akhir tahun
dibandingkan dengan rata-rata nilai matematika selama setahun.
Rumus yang digunakan untuk validitas kriteria juga menggunakan
rumus korelasi Pearson’s Product Moment.Hal terpenting dan tersulit

56 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


dalam validitas kriteria adalah mendapatkan hasil tes yang dijadikan
kriteria.Apabila kriterianya buruk atau tidak valid, maka validitas tes
yang diperoleh tidak berguna atau percuma saja.
2. Validitas Butir
Validitas butir adalah ketepatan yang dimiliki oleh sebutir soal
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan
(seperangkat) tes (total), dalam mengukur sesuatu yang seharusnya
diukur melalui butir soal (Sukiman, 2008). Cara untuk melakukan
validitas butir adalah mengorelasikan antara skor yang diperoleh
tiap-tiap butir soal dengan skor total.Skor total berkedudukan sebagai
variabel terikat (dependent variable), sedangkan skor butir soal
berkedudukan sebagai variabel bebas (independent variable). Teknik
korelasi yang dipandang tepat untuk digunakan dalam validasi butir
adalah rumus korelasi point Bisserial, hal ini dikarenakan jenis datanya
diskrit murni (dikotomi) dan kontinu.

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 =
𝑆𝑡 𝑞

Keterangan:
rpbis : korelasi point biserial
Mp : rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab benar
butir yang diuji validitasnya
Mt : rata-rata skor total
St : standar deviasi skor total
p : proporsi subjek yang menjawab benar pada butir yang
diuji validitasnya
q : proporsi subjek yang menjawab salah pada butir yang
diuji validitasnya

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 57


𝑏
Untuk menghitung p digunakan rumus 𝑝 = 𝑁, dimana b adalah

banyak subjek yang menjawab benar pada butir yang diuji


validitasnya dan N adalah banyak seluruh subjek. Sedangkan q = 1 –
p. Simpangan baku (standard deviation) dihitung menggunakan rumus:

𝑥𝑖 − 𝑥
𝑆=
𝑁−1

Keterangan:
S = St : standar deviasi atau simpangan baku
N : banyak subjek
xi : nilai dari tiap-tiap subjek ke-i, untuk i = 1, 2, 3, …, N.
𝑥 : rata-rataskor subjek

Apabila dalam suatu perangkat tes tersebut memiliki 10 butir


soal, maka diperoleh sepuluh koefisien korelasi rpbis yang
merepresentasikan seberapa kuat hubungan tiap-tiap butir dengan
seperangkat tes secara keseluruhan.
Untuk menafsirkan kriteria koefisien validitas butir digunakan
pedoman atau kriteria dalam Tabel 5.1 di atas.

B. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan pada
subjek yang sama (Arikunto, 2008: 90). Reliabilitas berhubungan
dengan keajegan, ketetapan, atau masalah kepercayaan. Suatu tes
akan menghasilkan kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap. Jika hasilnya berubah-uabh,
maka perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak signifikan.Hal-
hal yang mempengaruhi reliabilitas adalah (1) panjang tes dan
58 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
kualitas butir-butir tes, dan (2) keacakan peserta tes. Semakin panjang
tes dengan kualitas baik akan semakin tinggi reliabilitas. Semakin
acak peserta tes maka akan semakin tinggi reliabilitasnya.
1. Analisis reliabilitas tes bentuk uraian (essay)
Penyekoran tes bentuk uraian tidak menggunakan model
dikotomi (benar diberi skor 1, salah diberi skor 0), namun
penyekorannya lebih bersifat kontinu (rentangan angka, misalnya 0 –
10, atau 0 – 100, atau lainnya). Oleh karenanya analisis reliabilitas tes
bentuk uraian pada umumnya menggunakan rumus Alpha Cronbach
(Arikunto, 2006), yaitu
𝑘 𝜎𝑏2
𝑟11 = 1− 2
𝑘−1 𝜎𝑡
Keterangan
𝑟11 : koefisien reliabilitas
k : banyak butir soal/pertanyaan
𝜎𝑏2 : jumlah varians skor butir i, untuk i = 1, 2, 3, …, k
𝜎𝑡2 : varians total

Penentuan reliabilitas tes dilakukan dengan membandingan nilai r11


hasil perhitungan dari rumus AlphaCronbach dengan harga rtabelyang
mengambil nilai𝛼 = 0,05 = 5% dan derajat kebebasan dk = N – 2,
dimana N adalah banyaknya peserta tes. Apabila r11 > rtabel maka tes
tersebut dinyatakan reliabel.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas tes digunakan
kategori sebagai berikut.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 59


Tabel 5.2 Kriteria penafsiran nilai koefiesien korelasi alpha (𝑟11 ) terhadap reliabilitas
Interval nilai 𝑟11 Interpretasi
0,800 ≤ 𝑟11 ≤ 1,000 Reliabilitas sangat tinggi
0,600 ≤ 𝑟11 ≤ 0,799 Reliabilitas tinggi
0,400 ≤ 𝑟11 ≤ 0,599 Reliabilitas cukup
0,200 ≤ 𝑟11 ≤ 0,399 Reliabilitas rendah
0,000 ≤ 𝑟11 ≤ 0,199 Reliabilitas sangat rendah
Sumber: (Hadi, 1999).

Pada umumnya patokan reliabilitas tes adalah harga koefisien


reliabilitas (𝑟11 ) harus lebih besar atau sama dengan 0,7. Suatu tes
yang sedang diuji apabila memperoleh 𝑟11 ≥ 0,7 maka tes tersebut
dikatakan telah memiliki reliabilitas tinggi.

2. Analisis reliabilitas tes bentuk pilihan ganda (objective)


Penentuan reliabilitas tes bentuk objektif dapat dilakukan
melalui salah satu pendekatan, yaitu pendekatan tes ulang (test-retest),
pendekatan tes sejajar (alternate-forms), atau pendekatan konsistensi
internal (internal consistency).
a. Reliabilitas tes objektif dengan pendekatan tes ulang
Pendekatan tes ulang menunjukkan konsistensi
pengukuran dari waktu ke waktu dan menghasilkan koefisien
reliabilitas yang stabil, sering disebut sebagai koefisien stabilitas.
Pendekatan tes ulang juga disebut dengan istilah single test-double
trial methods, yaitu sebuah tes yang diujicobakan dua kali dengan
tenggang waktu tertentu, terhadap sekelompok subjek yang
sama. Koefisien reliabilitas ditentukan dengan menghitung
korelasi antara skor hasil pelaksanaan tes pertama dan skor hasil
tes pelaksanaan tes yang kedua.Rumus yang digunakan untuk
menghitung korelasi ini adalah teknik korelasi product moment
60 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
dari Karl Pearson. Kelemahan pendekatan tes ulang adalah
kurang praktis karena tes dikenakan dua kali pada subjek yang
sama. Selain itu besar kemungkinan terkontaminasi efek bawaan
(carry-effect) dari satu pelaksanaan tes pertama ke pelaksanaan tes
yang kedua, dimana hal ini dimungkinkan karena saat
pelaksanaan tes kedua, peserta tes masih mengingat jawaban saat
pelaksanaan tes pertama.
b. Reliabilitas tes objektif dengan pendekatan tes sejajar
Pendekatan tes sejajar mensyaratkan tersedianya dua tes
yang memenuhi asumsi paralel (sejajar). Salah satu indikator
bahwa kedua tes memenuhi asumsi parallel adalah korelasi
antara skor kedua tes terhadap skor suatu ukuran lain adalah
setara. Koefisien reliabilitas ditentukan dengan menghitung
korelasi antara skor tes menggunakan instrumen pertama dan
skor tes menggunakan instrumen kedua.Rumus yang digunakan
untuk menghitung korelasi ini adalah teknik korelasi product
moment dari Karl Pearson.Kelemahan pendekatan tes sejajar
adalah sulitnya menyusun dua alat ukur yang memenuhi asumsi
paralel atau sejajar.Di samping itu, pendekatan tes sejajar ini juga
tidak menghilangkan terjadi pengaruh bawaan (carry effect).
c. Reliabilitas tes objektif dengan pendekatan konsistensi internal
Reliabilitas dengan pendekatan konsistensi internal
merupakan estimasi reliabilitas yang didasarkan pada data sekali
penggunaan dari satu bentuk tes pada sekelompok subjek (single
trial administration).
Suatu instrumen dapat dibagi menjadi dua, tiga, atau empat
bagian, atau bahkan dapat dibagi menjadi sejumlah item-itemnya.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 61


Bentuk dan sifat alat ukur serta banyaknya baian yang dibuat
akan menentukan teknik perhitungan koefisien reliabilitasnya.
Penentuan koefisien reliabilitas dilakukan setelah keseluruhan
instrumen yang telah dikenakan pada subjek dibagi menjadi
beberapa bagian.

62 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Latihan Penguatan Kompetensi
Jawablah soal-soal berikut berdasarkan pemahaman yang anda
peroleh setelah mempelajari bab5. Jawaban yang anda ungkapkan
hendaknya dikonstruksi dengan kata-kata sendiri, bukan menulis
ulang teori yang ada dalam bab ini.
1. Jelaskan pengertian validitas!
2. Jelaskan pengertina reliabilitas!
3. Jelaskan perbedaan antara validitas dan reliabilitas!
4. Sebutkan dan jelaskan macam-macam validitas!
5. Sebutkan dan jelaskan macam-macam relibilitas!
6. Carilah data-data ulangan harian mata pelajaran matematika di
suatu sekolah! Ujialah validitas dan relibilitas tes buatan guru
tersebut! Uji juga validitas butir-butir soal buatan guru tersebut!

Go to Chapter 6

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 63


BAB ANALISIS BUTIR
6

Kemampuan Akhir
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menilai kualitas butir
soal melalui pengukuran daya pembeda, tingkat kesukaran, dan
efektifitas pengecoh.

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian daya pembeda.
2. Mahasiswa dapat menghitung indeks diskriminasi (D).
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tingkat kesukaran.
4. Mahasiswa dapat menghitung indeks kesukaran soal.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan efektifitas pengecoh dalam soal
bentuk pilihan ganda.

A. Analisis Butir Soal


Analisis butir soal adalah suatu cara menilai kualitas tiap-
tiapbutir soal dalam suatu tes.Baik buruknya tes tergantung pada
butir-butir soal yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan tes yang baik perlu dipilih butir-butir yang baik.Butir
yang buruk harus dibuang, yang kurang baik perlu direvisi. Untuk
mengetahui kualitas tiap butir soal perlu analisis satu persatu.
Analisis butir soal meliputi perhitungan (1) daya pembeda, (2) tingkat
kesukaran, dan(3) khusus bentuk tes pilihan ganda dilakukan analisis
distraktor/pengecoh.

64 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


B. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah cara mengukur sejauh mana suatu butir
soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai
kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Perhitungan daya pembeda
menggunakan rumus indeks diskriminasi (Arikunto, 2013)sebagai
berikut.
BA BB
D= − = PA − PB
JA JB
Keterangan:
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab
benar
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan
melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks
diskriminasi item adalah sebuah angka yang menunjukkan besar
kecilnya daya pembeda yang dimiliki oleh sebutir item. Daya
pembeda pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian siswa ke
dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yakni kelompok yang
tergolong pandai, dan kelompok bawah, yaitu kelompok siswa yang
tergolong bodoh. Dalam hubungan ini, jika sebutir item memiliki
angka indeks diskriminasi item dengan tanda positif, hal ini
EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 65
merupakan petunjuk bahwa butir item tersebut telah memiliki daya
pembeda, dalam arti bahwa siswa yang termasuk kategori pandai
lebih banyak yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item
yang bersangkutan, sedangkan siswa yang termasuk kategori bodoh
lebih banyak yang menjawab salah.
Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil),
maka hal ini menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak
memiliki daya pembeda sama sekali, dalam arti bahwa jumlah siswa
kelompok atas yang jawabannya betul (atau salah) sama dengan
jumlah siswa kelompok bawah yang jawabannya betul. Jadi diantara
kedua kelompok siswa tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali,
atau perbedaannya sama dengan nol. Adapun daya pembeda dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 6.1 Klasifikasi dan Interpretasi Indeks Daya Pembeda

Angka indeks
Klasifikasi Interpretasi
daya pembeda (D)
Butir item yang bersangkutan
daya pembedanya lemah
Kurang dari 0,20 Poor (jelek) sekali, dianggap tidak
memiliki daya pembeda yang
baik
Butir item yang bersangkutan
Satisfactory
0,20 – 0.40 telah memiliki daya pembeda
(cukup)
yang cukup (sedang)
Butir item yang bersangkutan
0,40 – 0,70 Good (baik) telah memiliki daya pembeda
yang baik
Butir item yang bersangkutan
Excellent (sangat
0,70 – 1,00 telah memiliki daya pembeda
baik)
yang baik sekali
Butir item yang bersangkutan
Bertanda negatif - daya pembedanya negatif
(jelek sekali)

66 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal,
semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik
yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang
menguasai kompetensi. Butir soal yang daya pembedanya rendah,
tidak ada manfaatnya, bahkan dapat merugikan siswa yang belajar
sunguh-sungguh.

C. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha pemecahannya. Sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
diluarjangkauannya. Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah
pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal.
Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat
kesukaran butir soal dikenal dengan istilah difficulty index (indeks
kesukaran). Indeks kesukaran dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Arikunto, 2013).
𝐵
P=
𝐽𝑆

Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan
betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 67


Rumus untuk menghitung indeks kesukaran merupakan proporsi
banyaknya siswa yang menjawab benar, sehingga simbol yang
melambangkan indeks kesukataran butir soal menggunakan huruf
“P” singkatan dariproportion.
Indeks kesukaran dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan
sebagai berikut (Kusaeri dan Suprananto, 2012).
Tabel 6.2 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal

Koefisien Tingkat Kategori Keputusan


Kesukaran
0,70 – 1,00 Mudah Ditolak/direvisi
0,30 – 0,69 Sedang Diterima
0,00 – 0,29 Sukar Ditolak/direvisi

Angka indek kesukaran butir soal besarnya berkisar antara 0


sampai dengan 1. Angka indek kesukaran sebesar 0 (P= 0) merupakan
petunjuk bagi pembuat soal bahwa butir soal tersebut termasuk
dalam katagori butir soal yang terlalu sukar, sebab di sini seluruh
peserta tes tidak dapat menjawab butir soal dengan benar. Sebaliknya,
apabila angka indek kesukaran butir soal adalah 1 (P= 1) hal ini
mengandung makna bahwa butir soal tersebut termasuk dalam
katagori butir soal yang terlalu mudah, sebab di sini seluruh peserta
tes dapat menjawab dengan benar butir soal tersebut.
Seperangkat tes dikatakan baik apabila memiliki butir-butir
soal yang tingkat kesukarannya seimbang/proporsional.Salah satu
pedoman proporsi tingkat kesukaran soal yang seimbang adalah
sebagai berikut (Kunandar, 2014).

68 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Tabel 6.3 Proporsi Tingkat Kesukaran Suatu Perangkat Tes
Kategori Tingkat Persentase(%)
Kesukaran Butir Soal
Mudah 30%
Sedang 50%
Sukar 20%

Contoh:
Dalam suatu tes matematika, jumlah siswa peserta tes adalah 40
orang.Banyaknya siswa yang menjawab dengan benar tiap-tiap soal adalah
sebagai berikut.
Soal nomor 1 dijawab benar oleh 25 orang
Soal nomor 2 dijawab benar oleh 10 orang
Soal nomor 3 dijawab benar oleh 38 orang
Soal nomor 4 dijawab benar oleh 20 orang
Soal nomor 5 tidak ada yang menjawab dengan benar.
Berdasarkan informasi tersebut dapat dihitung indeks kesukaran (P)
dn kategorinya dari tiap-tiap soal sebagai berikut.
25
P (soal nomor 1) = 40 = 0,625; tingkat kesukarannya sedang,
10
P (soal nomor 2) = 40 = 0,25; tingkat kesukarannya sukar,
38
P (soal nomor 3) = 40 = 0,95; tingkat kesukarannya mudah,
20
P (soal nomor 4) = 40 = 0,5; tingkat kesukarannya sedang,
0
P (soal nomor 5) = 40 = 0; tingkat kesukarannya sukar.

Soal nomor 5 mempunyai tingkat kesukaran sukar, bahkan bisa


dikatakan sukar sekali karena tidak ada siswa yang bisa menjawab
dengan benar soal tersebut.Apabila tes ini masih ujicoba, maka
sebaiknya soal nomor 5 dianulir. Namun apabila tes ini adalah tes

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 69


sumatif, maka sebaiknya soal nomor 5 tersebut tidak digunakan lagi
untuk tahun-tahun berikutnya.

D. Fungsi Pengecoh
Fungsi pengecoh (distractor) atau pola penyebaran jawaban
adalah distribusi peserta didik dalam menentukan pilihan jawaban
pada soal bentuk pilihan ganda. Fungsi distraktor ini diperoleh
dengan menghitung banyaknya peserta didik yang memilih pilihan
jawaban a, b, c, d, dan o, dimana o (singkatan dari omit) adalah
banyaknya peserta didik yang tidak memilih pilihan jawaban
manapun. Dalam soal pilihan ganda, salah satu pilihan jawaban
adalah kunci jawaban, sedangkan pilihan (opsi) yang lainnya adalah
pengecoh.
Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir
soal adalah untuk menarik perhatian peserta didik memilihnya, meski
bukan kunci jawaban namun peserta didik yang memilihnya
menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih itu merupakan
jawaban benar.Jadi mereka terkecoh, menganggap bahwa distraktor
yang terpasang pada item itu sebagai kunci jawaban item, padahal
bukan.Semakin banyak peserta tes yang terkecoh, maka dapat
dikatakan bahwa distraktor yang dipasang itu telah menjalankan
fungsinya. Suatu distraktor pada suatu butir soalmungkin saja “tidak
laku”(maksudnya: semuapeserta testidak tertarik untuk memilih
distraktor tersebut), maka dalam hal ini distraktor tersebut tidak
menjalankan fungsinya dengan baik.Suatu distraktor yang “sangat
laku” (maksudnya dipilih oleh semua peserta), maka distraktor ini
juga tidak baik, sering dikatakan distractor yang “menyesatkan”.

70 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh
berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang
tidak dipilih sama sekali oleh siswa berarti pengecoh itu jelek, dan
terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor dapat
dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut
mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang
kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.
Efektivitas pengecoh dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Sudijono, 2015).
BO
EP = X 100%
Jt
Keterangan:
EP = Persentase Efektifitas Pengecoh
BO = Banyaknya peserta tes yang memilih option tertentu
Jt = Jumlah seluruh peserta tes

Suatu pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila


efektifitas pengecoh tersebut sekurang-kurangnya telah dipilih oleh
5% dari seluruh peserta tes. Selain itu, butir soal yang baik memiliki
nilai efektifitas pengecoh untuk omit sebesar-besarnya 10%. Penilaian
efektivitas pengecoh pada setiap butir soal menggunakan kriteria
yang diadaptasi dari skala Likert sebagai berikut.
a) Sangat baik, apabila ketiga jawaban pengecoh soal dapat
berfungsi dengan baik.
b) Baik, apabila terdapat dua jawaban pengecoh yang berfungsi
dengan baik.
c) Cukup baik, apabila hanya terdapat satu jawaban pengecoh yang
berfungsi dengan baik.
d) Jelek, apabila semua jawaban pengecoh tidak berfungsi.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 71


Contoh
Suatu butir soal memiliki pola jawaban sebagai berikut.
Tabel 6.4 Contoh Analisis Fungsi Pengecoh

Pilihan
A b* c d o Jumlah
Jawaban
Kelompok 3 15 7 5 0 30
Atas
Kelompok 5 4 8 11 2 30
Bawah
Jumlah 8 19 15 16 2 60
EP 13,3% 31,7% 25% 26,7% 3,3%

Berdasarkan data analisis butir dalam Tabel 6.4 dapat diketahui


bahwa nilai EP (efektifitas pengecoh) pilihan jawaban a, c, dan d telah
lebih dari 5%.Artinya semua pengecoh berfungsi dengan baik,
sehingga butir soal tersebut memiliki efektifitas pengecoh yang
berkategori sangat baik.Nilai EP untuk omit butir soal tersebut
kurang dari 10% sehingga memberikan penguatan bahwa butir soal
tersebut berkategori baik. Selain itu dapat dilakukan perhitungan lain,
19
yaitu 𝑃 = 60 = 0,32 (tingkat kesukaran butir soal tersebut berkategori
15 4 11
sedang) dan 𝐷 = 30 − 30 = 30 = 0,37 (daya pembeda butir soal

tersebut berkategori cukup/sedang, sehingga soal perlu direvisi).

72 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Latihan Penguatan Kompetensi
Jawablah soal-soal berikut berdasarkan pemahaman yang anda
peroleh setelah mempelajari bab6. Jawaban yang anda ungkapkan
hendaknya dikonstruksi dengan kata-kata sendiri, bukan menulis
ulang teori yang ada dalam bab ini.
1. Jelaskan pengertian daya pembeda!
2. Jelaskan cara menghitung ibdeks daya pembeda (D)!
3. Jelaskan pengertian tingkat kesukaran!
4. Jelaskan cara menghitung indeks kesukaran (P) !
5. Jelaskan pengertian fungsi pengecoh pada soal bentuk pilihan
ganda
6. Carilah data-data ulangan harian mata pelajaran matematika di
suatu sekolah! Ujialah daya pembeda, tingkat kesukaran tiap-tiap
butir soal tes buatan guru tersebut! Uji juga fungsipengecoh soal
buatan gurubentuk pilihan ganda!

Go to Chapter 7

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 73


BAB PENGOLAHAN HASIL
7 EVALUASI

Kemampuan Akhir
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat mengolah hasil belajar
berdasarkan tes buatan sendiri.

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penyekoran mentah tiap-tiap
bentuk soal.
2. Mahasiswa dapat mengonversi skor mentah.
3. Mahasiswa dapat menyusun pedoman penyekoran suatu tes.

A. Teknik Penyekoran
Dalam mengolah hasil evaluasi belajar diawali dengan
melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban peserta didik dan
penyekoran. Penyekoran adalah kegiatan memberikan skor mentah
dari hasil evaluasi dengan menggunakan rumus tertentu berdasarkan
bentuk soalnya. Dalam kegiatan menyekor diperlukan tiga alat bantu,
yaitu kunci jawaban, kunci skoring, dan pedoman konversi.

B. Penyekoran Tes Bentuk Uraian


Dalam memberikan skor untuk soal bentuk uraian biasanya
skor mentah diberikan dengan menggunakan sistem bobot. Sistem
pembobotan terdapat dua cara, yaitu (1) bobot dinyatakan dalam skor
maksimum sesuai dengan tingkat kesukaran soal, (2) bobot
74 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
dinyatakan dalam bilangan sesuai tingkat kesukaran soal, namun
skor maksimal tiap soalnya sama. Pada cara pertama, skor maksimum
untuk soal dengan tingkat kesukaran mudah diberi skor terendah,
sedangkan skor maksimal untuk soal dengan tingkat kesukaran sukar
diberi skor tinggi. Sedangkan pada cara kedua semua soal diberikan
skor maksimal yang sama namun diberi bobot yang berbeda-beda
tiap soalnya berdasar tingkat kesukaran.

Contoh pengolahan hasil belajar soal uraian dengan cara pertama

Para peserta didik diminta mengerjakan 5 soal uraian dan


memperoleh skor sebagai berikut

No Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Skor maks 10 20 20 25 25
1 A 10 20 18 25 20
2 B 10 18 20 10 25
3 C 10 20 20 25 25

Skor tiap-tiap peserta didik diperoleh dengan menjumlahkan skor
tiap-tiap soal.
Skor peserta didik A = 10 + 20 + 18 + 25 + 20 = 93
Skor peserta didik B = 10 + 18 + 20 + 10 + 25 = 83
Skor peserta didik C = 10 + 20 + 18 + 25 + 20 = 100

Contoh pengolahan hasil belajar soal uraian dengan cara kedua


Para peserta didik diminta mengerjakan 5 soal uraian dan
memperoleh skor sebagai berikut
No Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
Skor maks 10 10 10 10 10
Bobot 2 2 3 3 5
1 X 10 8 8 5 6
2 Y 9 10 6 8 7
3 Z 10 10 10 10 10

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 75
Skor tiap-tiap peserta didik dipeoleh dari jumlah bobot kali
skor tiap-tiap soal, hasilnya dibagi dengan jumlah bobot (2+2+3+3+5
= 15) dikalikan 10. Mengapa dikalikan 10 ?Hal ini dikarenakan tiap-
tiap soal skor maksimalnya 10, maka untuk mendapatkan skor total
maksimal 100 perlu dikalikan 10. Jadi pengali ini tergantung skor
maksimal dari tiap-tiap soal.

Skor peserta didik X = ( (2x10 + 2x8 + 3x8 + 3x5 + 5x6) : 15 ) x 10

= ( ( 20 + 16 + 24 + 15 + 30 ) : 15 ) x 10

= ( 105 : 15 ) x 10

= 7 x 10

= 70

Skor peserta didik Y = ( (2x9 + 2x10 + 3x6 + 3x8 + 5x7) : 15 ) x 10

= ( ( 18 + 20 + 18 + 24 + 35 ) : 15 ) x 10

= ( 115 : 15 ) x 10

= 7,7 x 10

= 77

Skor peserta didik Z = ( (2x10 + 2x10 + 3x10 + 3x10 + 5x10) : 15 )


x 10

= ( ( 20 + 20 + 30 + 30 + 50 ) : 15 ) 10

= ( 150 : 15 ) 10

= 10 x 10

= 100

76 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Penyekoran untuk soal bentuk uraian baik cara pertama
maupun cara kedua hendaknya dilakukan secara objektif. Oleh
karenanya diperlukan pedoman penyekoran yang bersifat objektif.

Contoh pedoman penyekoran soal bentuk uraian

Pak Joko memiliki sebidang tanah berbentuk persegipanjang yang


kelilingnya 96 meter dan ukuran panjangnya tiga kali lebarnya.Pak
Joko ingin menjual tanahnya dengan harga per meter peresegi
sebesar Rp. 150.000,00.Berapakah harga jual sebidang tanah milik
Pak Joko tersebut.

Langkah-langakah penyelesaian soal dan pedoman penyekoran


Langkah-langkah Skor
Diketahui
Persegipanjang Keliling = 96 m, panjang (p) = 3 x lebar (l) 1
Harga per m2 = Rp. 150.000,00
Ditanyakan
Harga jual sebidang tanah pak Joko? 1
K = 2p + 2l dengan p = 3l 1
96 = 2 x 3l + 2 x l 1
96 = 6l + 2l = 8l
l = 96 : 8 = 12 1
p = 3 x l = 3 x 12 = 36 1
Luas tanah = p x l 1
= 36 x 12
= 432 m2 1
Harga total = 432 x 150.000 =64.800.000 1
Jadi harga jual tanah pak Joko adalah Rp. 64.800.000,00 1
Skor maksimum 10

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 77


C. Penyekoran Tes Bentuk Objektif
Dalam memberikan skor pada soal tes bentuk objektif ini dapat
menggunakan dua cara, yaitu :

1. Tanpa rumus tebakan (non-guessing formula)


Penyekoran dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban yang
benar saja. Cara ini biasanya digunakan apabila soal belum pernah
diujikan sehingga peserta didik belum mengetahui jawaban soal-
soal tersebut. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1, dan jawaban
yang salah diberi skor 0.

Jadi, skor = jumlah jawaban yang benar.

2. Menggunakan rumus tebakan (guessing formula)


Penyekoran menggunakan rumus tertentu. Cara ini digunakan
apabila soal-soal tes itu sudah pernah diujicobakan dan
dilaksanakan, sehingga peserta didik dimungkinkan masih
mengingat jawaban soal-soal tersebut. Penggunaan rumus tebakan
ini bukan karena pendidik sudah mengetahui bahwa peserta didik
itu bisa menebak, tetapi tes bentuk objektif ini memang sangat
memungkinkan peserta didik untuk menebak. Adapun rumus-
rumus tebakan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Untuk item bentuk benar-salah (true-false)

Rumus : Skor = 𝐵− 𝑆

Keterangan :

𝐵= jumlah jawaban yang benar

𝑆= jumlah jawaban yang salah

78 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


b. Untuk item bentuk pilihan-ganda (multiple choice)
𝑆
Rumus : Skor = 𝐵 − 𝑛−1
Keterangan :
𝐵= jumlah jawaban yang benar
𝑆= jumlah jawaban yang salah
n = jumlah alternatif jawaban (option) yang disediakan
c. Untuk soal bentuk menjodohkan, menggunakan rumus seperti
bentuk benar salah
d. Untuk soal bentuk isian singkat, perhitungan skornya juga
hanya dihitung jumlah jawaban yang benar saja.

D. Konversi skor
Sebelum melakukan konversi skor, terlebih dahulu diolah skor
total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal
setelah diolah dengan rumus tebakan (guessing formula)maupun tanpa
rumus tebakan (non guessing formula). Skor ini sering dikenal dengan
skor mentah (raw score). Setelah dihitung skor mentah dari setiap
peserta didik, berikutnya adalah mengolah skor mentah tersebut
menjadi nilai. Pengolahan skor dimaksudkan untuk menetapkan
batas lulus (passing grade) dan untuk mengubah skor mentah menjadi
skor standar. Untuk menentukan batas lulus, terlebih dahulu dihitung
rata-rata (mean) dan simpangan baku(standard deviation), kemudian
mengubah skor mentah menjadi skor standar berdasarkan kriteria
atau norma tertentu.
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang
dicapai peserta didik ke dalam skor standar untuk menetapkan nilai
hasil belajar yang diperoleh. Secara konvensional, dalam menentukan

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 79


nilai peserta didik pada setiap mata pelajaran, guru menggunakan
rumus sebagai berikut :

Nilai = Skor mentah dibagi skor maksimal dikali 100

Istilah skor dan nilai sering diabaikan maknanya, atau dengan


kata lain disamakan atau tidak dibedakan. Padahal dalam evaluasi
pembelajaran istilah skor dan nilai mempunyai makna yang berbeda.
Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan
menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab benar
oleh peserta didik .Sedangkan nilai adalah angka ubahan dari skor
dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan
standar.

Skor dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu skor yang


diperoleh (obtainedscore), skor sebenarnya (true score), dan skor
kesalahan (error score).Skor sebenarnya juga disebut skor alami
(universe score) adalah nilai dugaan yang sangat tergantung dari
perbedaan individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki
secara tetap. Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor
sebenarnya, disebut dengan istilah skor kesalahan. Hubungan antara
ketiga macam skor tersebut adalah sebagai berikut:

Skor yang diperoleh = skor sebenarnya + skor kesalahan

80 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Latihan Penguatan Kompetensi
Jawablah soal-soal berikut berdasarkan pemahaman yang anda
peroleh setelah mempelajari bab 7. Jawaban yang anda ungkapkan
hendaknya dikonstruksi dengan kata-kata sendiri, bukan menulis
ulang teori yang ada dalam bab ini.
1. Jelaskan cara-cara pemberikan skor mentah!
2. Jelaskan cara konversi skor mentah menjadi skor skala 100!
3. Jelaskan perbedaan skor dan nilai!
4. Buatlah tiga butir soal dalam bentuk uraian bebas dan tiga butir
soal bentuk uraian terbatas. Berdasarkan soal tersebut, Anda
susun pedoman penyekorannya.

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA 81


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Basuki, I. & Hariyanto. (2016). Asesmen Pembelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Calongesi, J. S. (1995). Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa.


Bandung: ITB.

Grondlund. (1993). How to Make Achievement Text and Assessment 5th


Ed. New York: Macmillan Co.

Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013: Pedoman Penilaian Pendidikan


Dasar dan Menengah. Jakarta: Balitbang Kemendikbud.

Kunandar. (2014). Penilaian Autentik. Jakarta: Rajawali Pers.

Kuseri & Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ratnawulan, E. & Rusdiana, H. A. (2015). Evaluasi Pembelajaran.


Bandung: Pustaka Setia.

Purwanto, N. (1988). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remadja Karya.

Purwanto, N. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Syah, M. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sudijono, A. (2015). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali


Press.

Zein, M., & Darto. (2012). Evaluasi Pembelajaran Matematika.


Pekanbaru: Daulat Riau.

82 EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Anda mungkin juga menyukai