Anda di halaman 1dari 18

81

Asuhan Keperawatan Pada Ny.J Suspeks Kanker Serviks di RSUD


Bekasi
1
Novi Triana, 2Merida Simanjuntak
Akademi Keperawatan Pasar Rebo, Departemen Keperawatan Maternitas
E-mail: merida_juntak@yahoo.com
Jl. Tanah Merdeka, no.16. 17,18 Pasar Rebo, Jakarta Timut

Abstrak

Salah satu masalah kesehatan reproduksi saat ini yang paling tinggi prevalensinya adalah kanker serviks.
Kanker serviks terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim
(abnormal) biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Menurut Internasional Agency For Research
On Cancer (IARC) 2015, 85 % dari kasus kanker di dunia dengan jumlah sekitar 493.000 dengan jumlah
273.000 kematian terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Peran perawat terkait masalah
kanker serviks dapat dicegah dengan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. bagaimana
gambaran pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks pada pasien Ny. J dengan
suspeks kanker serviks di RSUD Dr. Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi. Bertujuan untuk memperoleh
pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang diduga kanker
serviks. Dilaksanakan dengan metode deksriptif naratif. Terdapat 5 (lima) diagnosa yaitu nyeri
berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi), resiko perdarahan dibuktikan dengan faktor
resiko: kurangnya terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan, proses keganasan; defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, anoreksia; defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya terpapar informasi, resiko infeksi dibuktikan dengan faktor resiko: prosedur invasive.
Setelah dilakukan implementasi selama dua hari didapatkan bahwa dua masalah yang teratasi dan tiga
yang belum teratasi yaitu masalah nyeri, resiko perdarahan dan deficit nutrisi.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Kanker Serviks

Abstract

One of the highest reproductive health problems at present is cervical cancer. Cervical cancer occurs
characterized by the growth of cells in the cervix that are not unusual (abnormal) usually attack women
aged 35-55 years. According to the 2015 International Agency For Research On Cancer (IARC), 85% of
cancer cases in the world with a total of around 493,000 with a total of 273,000 deaths occur in
developing countries like Indonesia. The role of nurses regarding cervical cancer problems can be
prevented by promotive, preventive, curative and rehabilitative efforts. How is the description of the
provision of nursing care in patients with cervical cancer in patients Mrs. J with suspected cervical cancer
in Dr. Chasbullah Abdulmajid Hospital at Bekasi City. Aims to gain real experience in providing nursing
care for patients suspected of cervical cancer. Implemented with a descriptive narrative method. There are
5 (five) diagnoses of pain associated with physical agents (surgical procedures), the risk of bleeding is
evidenced by risk factors: lack of exposure to information about prevention of bleeding, malignancy
process; Nutritional deficits are associated with the inability to digest food, anorexia; Knowledge deficits
are associated with a lack of exposure to information, the risk of infection is evidenced by risk factors:
invasive procedures. After two days of implementation, it was found that two problems were resolved and
three that had not been resolved were pain, risk of bleeding and nutritional deficit.
Key words: Cervical Cancer, Nursing Care

Pendahuluan Persoalan kesehatan reproduksi tidak


hanya menyangkut wanita usia subur
82

tetapi mencakup setiap perkembangan Research On Cancer (IARC) 2015, 85


wanita mulai dari kanak-kanak, remaja, % dari kasus kanker di dunia dengan
dewasa sampai dengan lanjut usia. jumlah sekitar 493.000 dengan jumlah
Salah satu masalah kesehatan 273.000 kematian terjadi di negara-
reproduksi saat ini yang paling tinggi negara berkembang seperti Indonesia.
prevalensinya adalah kanker serviks. Di Indonesia kanker serviks menempati
Banyak wanita yang tidak memahami urutan pertama daftar kanker dan saat
tentang resiko dan penyebab dari kanker ini ada sekitar 100 per 100.000
serviks sehingga hampir rata-rata yang penduduk atau 200.000 kasus setiap
terkena datang sudah sampai stadium tahunnya. Sebanyak 41 kasus baru dan
lanjut. 20 kematian akibat kanker serviks
ditemukan setiap harinya. Sedangkan
Kanker serviks merupakan suatu proses data menurut yayasan kanker Indonesia
keganasan yang sering terjadi pada kanker serviks telah menyebabkan 8000
leher rahim sehingga jaringan kematian di Indonesia setiap tahunnya
disekitarnya tidak dapat melaksanakan yang diakibatkan karena lebih dari 70%
fungsi sebagaimana mestinya. Kanker kasus yang datang ke rumah sakit
serviks terjadi ditandai dengan adanya ditemukan dalam stadium lanjut.
pertumbuhan sel-sel pada leher rahim Sementara hasil presentase di ruangan
yang tidak lazim (abnormal). Tetapi Dahlia Rumah Sakit Dr. Chasbullah
sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel Abdul Majid Kota Bekasi didata selama
kanker, terjadi perubahan yang dialami 3 bulan terakhir terdapat 246 pasien dan
oleh sel-sel tersebut. Perubahan tersebut yang terdapat kanker serviks ada sekitar
biasanya memakan waktu bertahun- 8 orang jadi pervalensi ruangan dahlia
tahun sebelum sel-sel tadi berubah yang menderita kanker serviks adalah
menjadi sel kanker (Ramli, 2002). 0,03%.
Kanker serviks diseluruh dunia adalah
kanker yang paling sering menyerang Penyebab dari kanker serviks yaitu
perempuan setelah kanker payudara dan virus HPV tetapi ada beberapa faktor
menjadi penyebab kematian pada yang menyebabkan kanker serviks
wanita. Kanker serviks biasanya antara lain: hubungan seksual pada usia
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. dini, hubungan seksual multi partner,
Menurut Internasional Agency For personal hygiene dan kebiasaan
83

merokok. Jika faktor penyebab tersebut Berdasarkan data di atas penyusun ingin
tidak ditangani lebih lanjut maka bisa membahas bagaimana gambaran
terjadi komplikasi. Komplikasi berupa pemberian asuhan keperawatan pada
menopause dini, penyempitan vagina, pasien dengan kanker serviks dengan
munculnya limfedema atau judul asuhan keperawatan pada pasien
penumpukan cairan tubuh, perdarahan Ny. J dengan suspeks kanker serviks di
berlebih, gagal ginjal, produksi cairan rumah sakit Dr. Chasbullah Abdulmajid
vagina yang tidak normal. Kota Bekasi.

Pengertian
Peran perawat terkait masalah kanker
Menurut Notodiharjo (2002) kanker
serviks berupa upaya promotif,
serviks adalah tumor ganas primer yang
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran
berasal dari sel epitel skuamosa akibat
perawat dalam upaya promotif yaitu
tumor ganas pada daerah mulut rahim
dapat memberikan pendidikan
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
kesehatan pada individu, keluarga,
jaringan yang tidak terkontrol dan
kelompok dan masyarakat tentang
merusak jaringan normal di sekitarnya.
pentingnya deteksi dini, pentingnya
mengetahui tanda & gejala terkait
Etiologi
dengan kanker serviks. Upaya preventif
Penyebab kanker serviks belum jelas
seperti pemeriksaan sejak dini untuk
diketahui namun beberapa faktor resiko
mencegah akibat lanjut dari kanker
dan predisposisi yang menonjol
serviks, bagaimana pencegahannya agar
menurut Imam (2010) antara lain:
tidak berlanjut ke tahap yang lebih
Human Papiloma Virus (HPV) yaitu
berat. Upaya kuratif berupa
virus penyebab kutil genetalia
pendampingan klien dengan kanker
(Kondiloma Akuminata) yang
serviks, penanggulangan stress akibat
ditularkan melalui hubungan seksual.
penyakitnya. Upaya rehabilitatif adalah
HPV merupakan virus yang berukuran
upaya pemulihan kesehatan dirumah,
sangat kecil dan bisa menular lewat
pemanfaatan fasilitas pelayanan
bagian vagina yang mengalami
kesehatan, motivasi untuk pola hidup
perlukaan, penularan terjadi saat
sehat dengan mengkonsumsi makanan
melakukan hubungan seksual. Infeksi
sehat dan bergizi.
virus herpes (HSV-2) dan virus
84

papiloma atau virus kondiloma pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
akuminata. Beberapa factor resiko dibandingkan dalam serum, efek
seperti: umur pertama kali melakukan langsung bahan tersebut pada serviks
hubungan seksual. Penelitian adalah menurukan status imun lokal
menunjukkan bahwa semakin muda sehingga dapat menjadi kokarsinogen;
melakukan hubungan seksual semakin Sosial ekonomi, Karsinoma serviks
besar mendapatkan kanker serviks; banyak dijumpai pada golongan sosial
Berganti - ganti pasangan seksual, ekonomi rendah mungkin faktor sosial
hubungan seksual usia muda (dibawah ekonomi erat kaitannya dengan gizi dan
18 tahun), berganti-ganti pasangan dan kebersihan perorangan. Pada golongan
pernah menikah dengan wanita yang sosial ekonomi rendah umumnya
menderita kanker serviks; wanita yang kuantitas dan kualitas makanan kurang
sering partus. Semakin sering partus hal ini mempengaruhi imunitas hidup.
semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks; Wanita Patofisiologi
yang sering melakukan hubungan Menurut Andrijono (2011) perjalanan
seksual dan berganti-ganti pasangan penyakit kanker serviks didahului
mempunyai faktor resiko yang besar dengan infeksi HPV onkogenik (Virus
terhadap kanker serviks ini; Pemakaian HPV ganas) yang menyebabkan sel
pil KB dalam jangka panjang lebih dari normal menjadi sel kanker prakanker
lima tahun dapat meningkatkan resiko dan berkembang lagi menjadi sel
relative 1,53. WHO melaporkan resiko kanker. Untuk menjadi sel kanker dan
relative pada pemakaian kontrasepsi menjadi kanker serviks dibutuhkan
oral sebesar 1,19 kali dan meningkat waktu yang tidak singkat, setidaknya
sesuai dengan lamanya pemakaian; butuh waktu yang lama tetapi tidak
pemakaian AKDR (Alat Kontrasepsi menutup kemungkinan bisa berlangsung
dalam Rahim) berpengaruh terhadap dalam waktu kurang dari setahun.
serviks yaitu bermula dari adanya erosi
serviks yang kemudian menjadi infeksi Dysplasia kanker atau kondisi
yang berupa radang yang terus menerus, prakanker adalah istilah yang digunakan
hal ini dapat sebagai pencetus untuk menggambarkan pertumbuhan
terbentuknya kanker serviks; Merokok, awal dari sel abnormal dalam serviks
pada wanita perokok konsentrasi nikotin yang bisa berkembang menjadi kanker.
85

Dysplasia kanker ini merupakan adalah kelainan sel serviks (NIS/CIN)


tahapan pertama dari kanker serviks. yang kelainan berupa perubahan inti sel
Namun sebaliknya, saat anda berada sebelum inti sel menjadi inti sel kanker.
dalam tahapan dysplasia, tetapi tidak Lesi prakanker bisa juga diartikan
mendapatkan penanganan yang cepat, sebagai kelainan sel sebelum terjadinya
maka dysplasia rendah dan ringan itu kanker. Berdasarkan derajat lesi
bisa berkembang menjadi sel kanker prakanker dibagi menjadi dua jenis
dan akhirnya menjadi kanker serviks. yaitu, LSIL (Low Squamous
Intraephitelial Lesi) lesi prakanker
Manifestasi Klinis derajat rendah, HSIL (High Squamous
Tahap awal: Perdarahan atau bercak Intraephitelial Lesi) lesi prakanker
pada vagina yang tidak dapat dijelaskan, derajat tinggi. Pada lesi prakanker
sifatnya bisa intermenstruasi atau derajat rendah pada umumnya tidak
perdarahan kontak, kadang-kadang memerlukan pengobatan atau terapi,
perdarahan baru terjadi pada stadium sedangkan pada lesi prakanker derajat
selanjutnya. Pada jenis intraservikal tinggi harus mendapatkan terapi secara
perdarahan terjadi lambat. Biasanya intensif. b. Tahapan kanker serviks
menyerupai air, kadang - kadang Penanganan terhadap kanker
timbulnya sebelum ada perdarahan; bergantung pada stadiumnya. Jenis
Perdarahan pasca coitus, keluar cairan pengobatan yang biasa dilakukan untuk
dari vagina: Berair, purulen atau penanganan kanker serviks adalah
mucoid; Perdarahan paska koitus. operasi, kemoterapi, radiasi atau
kombinasi dari ketiganya.
Tahap lanjut ditandai perdarahan, Berkembangnya teknologi kesehatan,
keputihan dan berbau; Nyeri pelvis, sudah dikembangkan pula terapi lain
iritasi, vulvitis; Gejala perkemihan, yang bisa dilakukan untuk pasien
kebocoran urin atau feses dari vagina; kanker serviks seperti imunoterapi dan
Anoreksia dan penurunan berat badan. gen terapi. Tahapan terapi untuk
masing-masing stadium sebagai berikut:
Penatalaksanaan Medis 1) Stadium 0 terapi/ penanganannya
Pengobatan disesuaikan dengan tahapan
adalah menganut terapi lesi prakanker
keparahan atau stadium kanker. a.
konisasi, elektrocautery. Untuk mereka
Tahapan lesi prakanker Lesi prakanker
yang sudah berusia tua dilakukan
86

sampel histerektomi. 2) Stadium I status kesehatan pasien (Nursalam,


terapi/ penanganannya adalah 2009).
histerektomi. Jika pasien masih B. Diagnosa keperawatan Diagnosa
menginginkan kesuburan, maka keperawatan mengacu pada SDKI
konisasi (biopsy kerucut) bisa dipilih (2017): Nyeri akut berhubungan
sebagai opsi terapi. 3) Stadium II terapi/ dengan agen pencedera fisik
penangannnya adalah kemoradiasi. (prosedur operasi), resiko
Kemoradiasi adalah radiasi luar dan perdarahan dibuktikan dengan
pemberian obat selama radiasi luar. faktor resiko : proses keganasan,
Kemoradiasi dengan operasi kurangnya terpapar informasi
histerektomi radikal dan tentang pencegahan pendarahan,
limfadenektomi pelvis. 4) Stadium III Defisit nutrisi berhubungan dengan
terapi penanganannya adalah ketidakmampuan mencerna
kemoradiasi dengan eksterasi, dapat makanan, anoreksia, Ansietas
dipertimbangkan pada stadium IV jika berhubungan dengan kurang
tidak meluas sampai dinding panggul, terpapar informasi, Resiko syok
terutama jika ada rektovaginal fistula dibuktikan dengan faktor resiko :
dan vesiko vaginal. 5) Stadium IV hipoksemia, Resiko infeksi
terapi penanganannya adalah dengan dibuktikan dengan faktor resiko :
residif lokal sesudah radioterapi. Terapi prosedur invasive, Resiko
local dengan radiasi untuk mengurangi kerusakan intergritas kulit
gejala seperti nyeri karena metastasis dibuktikan dengan faktor resiko :
tulang, pembesaran kelenjar getah perubahan sirkulasi, Keletihan
bening dan supraklavikula berhubungan dengan kondisi
fisiologis
Asuhan Keperawatan C. Intervensi
Asuhan keperawatan terdiri dari: Rencana tindakan keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan disusun untuk mengatasi masalah
Pengkajian keperawatan merupakan keperawatan yang ditemukan.
langkah pertama dari proses yang Sesuai prioritas masalah yaitu
sistematis dalam pengumpulan data nyeri, tindakan keperawatan antara
dari berbagai sumber data untuk lain: pantau keluhan nyeri secara
mengevaluasi dan mengidentifikasi komprehensif (lokasi, karakteristik,
87

durasi frekuensi, kualitas dan faktor dari pengkajian, diagnosa,


presipitasi), Observasi reaksi perencanaan, tindakan, dan evaluasi
nonverbal dari ketidaknyamanan, itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi
gunakan teknik komunikasi merupakan tahap akhir yang
teraputik untuk mengetahui bertujuan untuk menilai apakah
pengalaman nyeri, pantau pengaruh tindakan keperawatan yang telah
budaya yang mempengaruhi respon dilakukan tercapai atau tidak untuk
nyeri, kontrol lingkungan yang mengatasi suatu masalah Pada
dapat mempengaruhi nyeri seperti tahap evaluasi, perawat dapat
suhu ruangan, pencahayaan dan mengetahui seberapa jauh diagnosa
kebisingan dan Kolaborasi untuk keperawatan, rencana tindakan, dan
memberikan obat analgesik. pelaksanaan telah tercapai.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah Tinjauan Kasus
Pengkajian Keperawatan
tahap proses keperawatan dimana
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13
perawat memberikan intervensi
Maret 2018 pasien masuk rumah sakit
keperawatan langsung dan tidak
pada tanggal 7 Maret 2018 pada pukul
langsung terhadap pasien (Potter &
14.00 WIB dengan nomor register
Perry, 2009).
09985711 dengan diagnosa medis susp.
E. Evaluasi
kanker serviks.
Evaluasi adalah langkah proses
A. Identitas Klien
keperawatan yang memungkinkan
Nama Ny. J usia 37 tahun
perawat untuk menentukan apakah
pendidikan terakhir SMA, bekerja
intervensi keperawatan telah
sebagai karyawan swasta, suku
berhasil meningkat kondisi klien
Betawi, agama Islam, alamat di Kp.
(Potter & Perry, 2009). Evaluasi
Kayu ringan RT 03/01 Bekasi
yaitu penilaian hasil dan penilaian
Selatan, status menikah selama 7
proses. Penilaian hasil menentukan
bulan dengan suami yang keduanya
seberapa jauh keberhasilan yang
ini, nama suami pasien Tn. B umur
dicapai sebagai keluaran dari
57 tahun pendidikan terakhir SMP,
tindakan. Penilaian proses
pekerjaan karyawan swasta, suku
menentukan apakah ada kekeliruan
betawi, agama Islam.
dari setiap tahapan proses mulai
88

B. Resume ke ruang ICU dan juga setelah di


Pasien datang datang dari UGD lalu lakukan observasi ternyata tidak
dipindahkan ke ruangan VK pada ada perubahan kemudian pasien di
tanggal 7 Maret 2018 pada pukul pindahkan ke ruang ICU setelah
14.00 pasien dengan keluhan keluarganya setuju untuk masuk
pendarahan tidak berhenti selama ruangan ICU lalu pasien di
kurang lebih 1 tahunan. Pasien pindahkan ke ruang ICU, setelah
ganti pembalut sehari 10x/ hari saat ruang ICU ternyata pasien harus
pertama kali datang ke rumah sakit dilakukan Curet untuk
pasien merasa kolik pada perut membersihankan rahim agar
bagian bawah sebelah kanan, pendarahan berhenti, lalu pasien
pasien tampak sakit sedang, masuk ruang Operasi pada tanggal
keadaan umum compos mentis, 8 Maret 2018 setelah masuk ruang
wajah pucat, akral dingin, TD: operasi pasien masuk kembali ke
130/90 mmHg, N: 84 x/menit, RR: ruang ICU pasien di ruang ICU
18 x/menit, S: 36,5o C. dilakukan selama diruang ICU pasien
loading NaCl 500 cc, RL 1000 cc mendapatkan transfusi darah pada
dengan terpasang infus RL 2 line. tanggal 9 Maret 250 ml, lalu pasien
Selama di VK pasien ganti pampers mendapatkan transfusi darah pada
setiap satu jam sekali, transfusi tanggal 10 Maret 250 ml. selama di
darah sebanyak 4 kantong, tanggal ruang ICU pasien mendapatkan
7 Maret transfusi darah 250 ml dan terapi cairan NaCl 0,9% + adona
8 Maret transfusi darah 250 ml, (500cc), PRC 250cc, dobutamin
pada tanggal 9 Maret pasien 250 mg/50cc, NaCL+Kalnex 500
mendapatkan trasnfusi kembali 250 mg + Vit.K, FFp 180. Terapi obat
ml, pada tanggal 10 Maret pasien kalnex 3x500mg, Vit.K 3x1 amp,
mendapatkan transfusi darah 250 Lasix ekstra 1 amp, Ca gluconal 1
ml kan dan hasil laboratium pada amp extra, ondansentron 3x4mg,
tanggal 08 Maret 2018 Hb pasien Omz 1x400mg kalnes 500mg,
2,7 g/dL. Pada tanggal 8 Maret ceftrianoxe 2x1gr (skintest)
pasien mengalami syok Sampai dengan tanggal 11 Maret
hipovolemik kemudian sesuai 2018 setalah keluar dari ruang ICU
anjuran dokter pasien harus dibawa pasien dipindahkan diruang Dahlia.
89

Pada saat diruangan pasien seperti melilit, pasien belum


terpadang infus double lumen mengalami menopause. Keluhan
dibagian punggung bagian kiri atas, lainnya sudah kurang lebih 1 tahun
keluhan pasien pada saat itu adalah ini pendarahan tidak berenti-berenti
pasien masih merasa nyeri pada dan dalam jumlah yang sangat
saaat berjalan dengan skala 6 banyak. Riwayat Obstetri:
seperti melayang selama 1-2 menit, melahirkan 3 kali dan tidak pernah
lengan pasien terlihat edema karena abortus dengan jumlah anak hidup
bekas lokasi penusukan infuse. 3. Anak pertama sekarang berumur
Hasil TTV pada saat pengkajian : 12 tahun lahir pada usia kehamilan
TD: 110/70 mmHg, Nadi 40 minggu jenis kelamin laki-laki,
80x/menit, S: 36oC, RR: persalinan normal dengan berat
18x/menit. 2600 gram panjang badan 48 cm.
Anak kedua berumur 10 tahun lahir
C. Pengkajian pada usia kehamilan 38 minggu,
Riwayat Keperawatan meliputi: jenis kelamin perempuan.
Keluhan utama Pasien mengatakan Persalinan normal dengan berat
merasa nyeri pada saat bergerak lahir 2850 gram, panjang badan 46
dengan skala 6 seperti tertarik cm. Anak ketiga sekarang berumur
selama 1-2 menit. Pasien 7 tahun lahir pada usia kehamilan
mengatakan kalau berjalan kakinya 39 minggu dengan jenis kelamin
masih sakit dan masih seperti perempuan. Persalinan normal
mengambang; Riwayat Menstruasi: dengan berat lahir 2650 gram dan
Haid pertama kali pada usia 13 panjang badan 47 cm.
tahun, mengalami pendarahan Riwayat Ginekologi dan Penyakit:
secara terus-menerus selama Pemeriksaan papsmear pada
kurang lebih 2 tahun, siklus haid tanggal 7 Maret 2018 hasilnya
sebelum terjadi pendarahan teratur, negatif. Masalah
biasanya haid 5 - 7 hari dengan ginekologi/infertilitas tidak ada.
jumlah banyak, berwarna merah Belum pernah dilakukan operasi
merah segar, ganti pembalut 3 – 5 sebelumnya. Pasien memiliki
kali sehari, saat haid biasanya riwayat darah rendah. Mengeluh
mengalami nyeri yang sangat hebat pusing dan nyeri hebat setiap kali
90

menstruasi. Dalam riwayat mengatakan ia adalah ibu dari


kesehatan keluarga pasien anak-anaknya Ny. J mengatakan
mengatakan orang tuanya dulu senang dengan diri sendiri, Ny. J
meninggal pada saat melahirkan mengatakan suka dengan matanya.
dikarenakan kanker rahim. Mekanisme koping pasien
Riwayat Keluarga Berencana: bermusyawarah dan dzikir.
Pasien menggunakan KB suntik Aktivitas agama/ kepercayaan yang
selama 7 tahun dan tidak pernah dilakukan saat ini berdoa dan
memakai alat kontrasepsi lainnnya. dzikir. Riwayat Kebutuhan /
Pasien mengalami gangguan Kebiasaaan Sehari-hari Sebelum di
aktifitas seksual karena sering Rawat: Frekuensi makan 3 kali
mengalami perdarahan sehari, tidak menyukai ikan, ayam,
berkepanjangan. Pasien bercerai dan daging, alergi makanan laut,
dengan suami pertamanya tahun jika memakan makanan laut merasa
2016 karena tidak bisa memenuhi gatal-gatal. Pasien tidak terlalu
kebutuhan seksualitas suami. sering konsumsi makanan cepat
Riwayat Psikososial dan Spiritual: saji. Cairan yang diminum 2000
Orang yang terdekat dengan pasien ml/hari, tidak pernah meminum
adalah suami yang sekarang. minuman kaleng. Eliminasi BAB
Interaksi dengan keluarga terbuka dengan frekuensi rutin 1 x/hari,
satu sama lain. Persepsi pasien konsistensi padat, warna coklat,
terhadap penyakit yang dipikirkan tidak ada keluhan. Frekuensi BAK
saat ini adalah pasien mengatakan 7 x/hari warna kuning jernih, bau
masih bersyukur diberikan khas, tidak ada keluhan. Personal
kehidupan kedua, harapan yang Hygiene Frekuensi mandi pasien
dijalani perawatan/ pengobatan 2x/hari, oral hygiene 2x/hari,
adalah ingin cepat sembuh agar genetalia pasien mengalami
bisa beraktivitas seperti semula, perdarahan kurang lebih 2 tahun,
perubahan yang dirasakan setelah tidak pernah menggunakan
jatuh sakit adalah pasien antiseptik pembersih untuk area
mengatakan memikirkan kondisi vagina, pasien juga tidak ada
anak-anaknya dirumah. Pengkajian keluhan di area genetalianya.
terhadap konsep diri pasien Istirahat dan Tidur Biasa hanya
91

tidur 3-4 jam saja/hari, tidak pernah kardiovaskuler: Sirkulasi Perifer:


tidur siang, tidak memiliki Nadi 80x/menit, iramanya teratur,
kebiasaaan sebelum tidur, keluhan denyutnya kuat, tekanan darah
saat tidur adalah sering terbangun 130/90 mmHg, distensi vena
di malam hari. Pengkajian terhadap jugularis kanan kiri terlihat, warna
aktivitas dan latihan: bekerja di kulit pucat, edema pada bagian
PLN bagian pemeriksaaan kWh, lengan tangan kanan dan kiri
waktu bekerja pagi dan sore hari, karena bekas lokasi penusukan
tidak pernah olahraga, tidak infus. Sirkulasi jantung: irama
memiliki keluhan pada saat sedang jantung teratur, tidak ada bunyi
beraktivitas. Kebiasaaan lainnya jantung tambahan, tidak mengalami
yang mempengaruhi kesehatan: sakit dada. Sistem Pencernaan:
tidak merokok, tidak keadaan mulut dan gigi tidak caries,
mengkonsumsi alkohol dan tidak stomatitis tidak ada, lidah tidak
ketergantungan obat-obatan. kotor, serta tidak menggunakan gigi
Pemeriksaan Fisik meliputi: palsu. Nafsu makan kurang, tidak
kesadaran kompos mentis. Sistem mengalami kesulitan menelan,
Penglihatan Posisi bola mata pasien mual, nyeri perut pada
seimbang, kelopak mata normal, bagian bawah, perut tidak terasa
pergerakan bola mata normal, penuh, bising usus 25 x/menit,
konjungtiva merah muda, sklera tidak ada konstipasi dan tidak diare.
anikterik. Sistem Pendengaran: Sistem Saraf Pusat: Tingkat
Pasien dapat mendengarkan dengan kesadaran compos mentis GCS 15.
baik pada bagian telinga kanan dan Sistem Perkemihan Pasien
telinga kiri. Sistem Wicara: mampu mengalami nocturia, frekuensi
berbicara dengan jelas dan baik. berkemih lebih sering, jumlah urine
Sistem Pernafasan: jalan nafas 1700 cc/24jam, warna urine kuning
bersih, tidak ada sumbatan, jernih, tidak mengalami distensi
frekuensi nafas 18x/menit, irama kandung kermih. Sistem
teratur, kedalamannya dalam, Intergumen: Turgor kulit tidak
dengan aktivitas tidak mengalami elastis, terdapat edema pada bagian
sesak, tidak mengalami batuk, suara lengan kanan dan kiri karena bekas
nafas vesikuler. Sistem luka penusukan infus, warna kulit
92

tampak sianosis, keadaan rambut konsistensi lunak, tidak nyeri,


tampak kusut, kotor dan kusut mobilisasi pasien terlihat seperti
kebersihannya rambutnya tidak berjalan perlahan-lahan.
bersih. Sistem Muskuloskeletal:
mengalami kesulitan dalam D. Data Penunjang
pergerakan terutama kalau saat Pemeriksaan diagnostik: pap smear
berjalan terasa nyeri di bagian kaki (negatif), pemeriksaaan pelvik:
dan belum sepenuhnya kakinya tidak dilakukan. Pemeriksaan
berasa. Pasien juga mengalami laboratorium: Hasil laboratorium
sakit persendian terutama saat tanggal 7 Maret 2018 Hematologi:
berjalan. Sistem Kekebalan Tubuh: Leukosit 6, 8 ribu/uL, Hemoglobin:
Suhu tubuh 35,6oC, Berat badan 10, 4 g/dL, Hematokrit: 34, 5 %,
terakhir pada 1 tahun yang lalu Trombosit: 318 ribu/uL.
sebelum sakit 80 kg, berat badan Hasil laboratorium tanggal 8 Maret
sesudah sakit 50 kg. Payudara dan 2018 Hematologi: Leukosit: 12, 0
Axila Payudara simetris, tidak ribu/uL, Hemoglobin: 2,7 g/dL,
teraba massa, tidak terdapat Hematokrit: 9, 1 %, Trombosit :
peradangan, puting susu retraksi, 155 ribu/Ul, Hemostasis APT: 26,7
pengeluaran asi tidak ada, tidak ada *detik, APT Control: 14.9 detik
pembesaran kelenjar axila. Belum APPTT: 43, 3 *detik, APPT
tahu tentang pemeriksaan payudara Control: 34,0 detik. Kimia Klinik
sendiri. c. Pemeriksaan abdomen Fungsi Ginjal Ureum: 35 mg/dL,
tidak ditemukan pembesaran, tidak Kretinin: 0,89 mg/dL, Kimia urine:
teraba massa, konsistensi abdomen Warna: Kuning, Jernih, pH: 6,0,
lunak dan tidak ada nyeri tekan. Berat Jenis: 1015, Albumin Urine:
Pemeriksaan Genetalia Eksterna Negatif, Glukosa: Negatif, Keton:
dan Inguinal: Keadaan vulva Negatif, Urobilinogen: Negatif,
bersih, rambut pubis normal, tidak Bilirubin: Negatif, Darah Samar:
ada pengeluaran cairan, Positif 1 (+) * Negatif, Lekosit
pembesaran kelenjar bartolini tidak Esterase: Negatif, Nitrit: Positif *
ada, tidak teraba massa, tidak ada Negatif Mikroskopis
tanda-tanda infeksi. Pembesaran Urine:Eritrosit: 0-2 /Ipb <=2
kelenjar inguinal tidak ada, b) Lekosit : 0-5 /Ipb < = 5,
93

Silinder: Negatif, Epitel: Gepeng Dobu 250mg/50cc (3x1) IV


(+), Kristal: Kalsium Oksalat(+) * (stop 10 Maret 2018) o. Tranfusi
Negatif, Bakteri: Negatif. Protein darah 4 kantong (1000cc)
Total: 2,51 G/Dl, Albumin: 1,28 (mulai tanggal 7-10 Maret),
G/Dl, AST (SGOT): 23 U/L, ALT Tindakan Curetase pada tanggal 8
(SGPT): 7 U/L, Natrium: 130 Maret 2018
mmol/L, Kalium: 4,0 mmol/L,
Clorida: 98 mmol/L. F. Data Fokus
Hasil laboratorium tanggal 10 Data Subjektif: mengatakan masih
Maret 2018 Hematologi Leukosit: nyeri apabila berjalan seperti
14,5 ribu/ uL, Hemoglobin: 9,3 melayang pada saaat berjalan skala
g/dL, Hematokrit: 27,4 %, nyeri 6 selama 1-2 menit, pasien
Trombosit: 107 ribu/uL. Hasil mengatakan badannya masih pada
laboratorium tanggal 12 Maret kaku semua, pasien mengatakan
2018 Albumin: 3,23 g/dL. masih mual, pasien mengatakan
tidak pernah makan ayam, ikan
E. Penatalaksanaan daging dan pasien biasanya hanya
Ceftriaxone 1 gr (3x1) IV bolus, makan sayur tahu dan tempe,
Omeprazole 40 gr (1x1) IV bolus, pasien mengatakan tidak
Kalnex 500 gr (3x1) IV bolus, mengetahui apa itu baiknya nutrisi
Vit.K 3x1amp IM, Profenid suppo yang seimbang, pasien mengatakan
150 mg (3x1) Suppo, mengalami penurunan BB dari 80
Ondansentron 4mg (3x1) IV bolus kg sampai ke 50 kg
(stop 14 Maret 2018), Neurobion 1 Data Objektif: Pasien terpasang
amp (3x1) IM (stop 10 Maret infus double lumen di bagian kiri
2018), Lasix ekstra 1 amp (3x1) atas divemflon, pasien terlihat
Drip (stop 11 Maret 2018), Ca pucat, pasien tampak lemas, pasien
gluconal 1 amp (3x1) IV (stop 09 hanya makan ½ porsi, pasien
Maret 2018) j. Albumin 15% mengalami riwayat perdarahan
(3x1) Drip (stop 10 Maret kurang lebih 2 tahun, hasil TTV:
2018), Infus RL 20 TPM TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit,
(stop 12 Maret 2018), NaCl 0.9 % S: 36o C, RR: 18x/menit, Pasien
20 TPM (stop 12 Maret 2018, terlihat tidak pernah memakan lauk
94

makanannya, pasien terlihat seperti berhubungan dengan ketidakmampuan


memegangi perutnya pada saat mencerna makanan dan anoreksia
berjalan, pasien terlihat berjalan dibuktikan dengan : Pasien mengatakan
secara perlahan. Pasien mengalami tidak pernah makan ayam, ikan, daging
edema pada bagian lengan tangan dan pasien biasanya hanya makan
kanan dan kiri karena bekas lokasi sayur tahu dan tempe, pasien
penusukan infus. Pasien mengalami mangatakan mual, pasien terlihat tidak
penurunan BB dari 80 kg sampai ke pernah memakan lauk makanannya,
50 kg. Hb tanggal 10 Maret 2018: pasien tampak lemas pasien hanya
9,3 g/dL, Trombosit: 107 rb/uL, BB makan ½ porsi, Hb pasien terakhir 9,3
pasien turun 30 Kg. g/dL, TB 155 cm; keempat: Defisit
pengetahuan berhubungan dengan
Diagnosa Keperawatan ketidakmauan dibuktikan dengan:
Berdasarkan hasil analisa terhadap data Pasien mengatakan tidak pernah makan
yang ada pada pasien maka ayam, ikan daging dan pasien biasanya
dirumuskan lima diagnosa hanya makan sayur tahu dan tempe,
keperawatan, pertama: nyeri akut pasien mengatakan tidak mengetahui
berhubungan dengan agen pencedera apa itu baiknya nutrisi yang seimbang,
fisik (prosedur operasi) dibuktikan pasien terlihat tidak pernah memakan
dengan pasien mengatakan masih lauk makanannya, pasien tampak lemas
nyeri, apabila berjalan seperti pasien hanya makan ½ porsi; kelima:
melayang, saat berjalan skala nyeri 6 Resiko infeksi dibuktikan dengan
selama 1-2 menit, pasien terlihat seperti faktor resiko: prosedur invasif:
memegangi perutnya pada saat terpasang infus double lumen dibagian
berjalan, pasien terlihat berjalan secara kiri atas divemflon, pasien terlihat
perlahan; kedua: Resiko perdarahan edema pada bagian lengan tangan
dibuktikan dengan faktor resiko: proses kanan dan kiri karena bekas lokasi
keganasan dan kurang terpapar penusukan infus.
informasi tentang pencegahan
Perencanaan, Pelaksanaan dan
perdarahan dibuktikan dengan: Hb 9,3
Evaluasi
g/dL, pasien tampak lemas, pasien Berdasarkan diagnosa keperawatan
tampak pucat dan pasien riwayat yang ditegakkan dari hasil analisa data,
perdarahan; ketiga: Defisit nutrisi disusun rencana tindakan yang
95

kemudian dilaksanakan dan dievaluasi berikan terapi sesuai program: Profenid


terhadap keberhasilannya. 150 mg 3x1 suppo
Diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik (prosedur Implementasi Keperawatan pada hari
operasi) dibuktikan dengan: Pasien Selasa 13 Maret 2018 Pukul 08.00
mengatakan masih nyeri apabila WIB mengukur tanda-tanda vital
berjalan seperti melayang pada saaat dengan RS:- Dan RO: TD : 110/90
berjalan skala nyeri 6 selama 1-2 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36o C,
menit, pasien terlihat seperti RR 18 x/menit. Pukul 10.00 WIB
memegangi perutnya pada saat memberikan obat profenid 150 mg
berjalan, pasien terlihat berjalan secara melalui suppo dengan RS: tidak ada,
perlahan. Tujuan: setelah dilakukan RO: obat profenid telah masuk 150 mg
tindakan keperawatan 3x24 jam melalui suppo (bidan ruangan) Pukul
diharapkan nyeri berkurang dengan 14.00 WIB mengajarkan mobilisasi
kriteria hasil: Nyeri berkurang, skala 2, RS: pasien mengatakan masih suka
Pasien tidak mengeluh nyeri lagi, nyeri pada saaat mobilisasi RO: pasien
Tanda-tanda vital batas normal: terlihat bergerak mobilisasi secara
Tekanan Darah 120/80 - 140/90 perlahan. Pukul 18.00 WIB mengukur
mmHg, nadi 60-100 x/menit, tanda-tanda vital dengan RS: - RO: TD:
pernafasan 12-20 x/menit, Suhu 36- 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu
37oC. 36,3 o
C, RR 20 x/menit. Pukul 19.00
WIB mengajarkan teknik relaksasi RS:
Rencana Keperawatan meliputi: pasien mengatakan sudah lebih
pantau terhadap keluhan nyeri secara nyaman, RO: pasien terlihat mengikuti
komperhensif termasuk lokasi, apa yang diinstruksikan. Pukul 20.00
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas WIB mengkaji pengetahuan pasien
dan faktor presipitasi, observasi reaksi tentang mobilisasi RS: pasien
nonverbal dari ketidaknyamanan, mengatakan masih suka nyeri pada saat
gunakan teknik komunikasi teraupetik mobilisasi RO: pasien terlihat bergerak
untuk mengetahui pengalaman nyeri mobilisasi secara perlahan
pasien, kontrol lingkungan yang dapat Evaluasi setelah dua hari tindakan
mempengaruhi nyeri seperti suhu didapatkan: Pasien mengatakan skala
ruangan, pencahayaan dan kebisingan, nyeri 2; Pasien tampak rileks, TD :
96

130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu melalui IM (bidan ruangan) . Pukul


36,3o C, RR 20 x/menit. Tujuan 12.00 WIB memberikan kalnex 500 gr
tercapai sebagian, masalah belum melalui IV bolus dengan RS: tidak ada,
teratasi, rencana tindakan dihentikan RO: obat Kalnex 500 gr telah masuk
karena pasien pulang. melalui IV bolus (bidan ruangan) Pukul
13.00 memantau Pukul 14.00 WIB
Diagnosa resiko Perdarahan dibuktikan mengukur tanda-tanda vital dengan RS:-
dengan faktor resiko: proses keganasan, Dan RO: TD : 130/90 mmHg, nadi 80
kurangnya terpapar informasi tentang x/menit, suhu 36,3o C, RR 20 x/menit.
pencegahan perdarahan dengan respon Evaluasi Keperawatan: Pasien
pasien tampak pucat, pasien tampak mengatakan sudah tidak ada darah lagi,
lemah, Hb: 9,3 g/dL, trombosit 107 Pasien tampak rileks, TD : 130/90
rb/uL, riwayat perdarahan sekitar 2 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,3oC,
tahun. Tujuan: setelah dilakukan asuhan RR 20 x/menit, perdarahan pervaginam
keperawatan diharapkan perdarahan sudah tidak ada, turgor kulit elastis.
tidak terjadi Kriteria hasil: turgor kulit Tujuan tercapai sebagian, masalah
elastis, TTV normal, tidak terdapat belum teratasi. Diagnosa defisit nutrisi
perdarahan pervaginam. Rencana berhubungan tentang nutrisi gizi
keperawatan: Monitor status cairan, seimbang dengan ketidakmampuan
Pantau frekuensi dan irama jantung, mencerna makanan, anoreksia
Pantau respon fisiologis untuk nilai dibuktikan dengan: pasien mengatakan
yang melebihi rentang yang normal, tidak pernah makan ayam, ikan daging
Monitor pemeriksaan TTV, Kolaborasi dan pasien biasanya hanya makan sayur
pemberian obat anti pendarahan seperti tahu dan tempe, pasien mengatakan
Vit.K dan Kalnex. Implementasi: Hari mual, Pasien terlihat tidak pernah
Selasa 13 Maret 2018 Pukul 08.00 WIB memakan lauk makanannya, pasien
mengukur tanda-tanda vital dengan RS:- tampak lemas pasien hanya makan ½
Dan RO: TD : 110/90 mmHg, nadi 80 porsi, Hb terakhir pasien 9,3 g/dL, BBi
x/menit, suhu 36o C, RR 18 x/menit. 45 kg, TB 155cm. Tujuan: Setelah
Pukul 11.00 WIB memberikan obat dilakukan tindakan keperawatan 3x24
vit.K 1 amp melalui IM dengan RS: jam diharapkan nutrisi adekuat. Kriteria
pasien mengatakan sedikit sakit, RO: hasil: tidak mual dan muntah, tidak
obat vit.K 1 amp sudah diberikan terlihat pucat, tidak lemah, nafsu makan
97

meningkat, makan habis 1 porsi, berat berhubungan dengan kurangnya


badan meningkat. Rencana terpapar informasi dibuktikan dengan:
keperawatan: Kaji riwayat nutrisi, Pasien mengatakan tidak pernah makan
termasuk makanan yang disukai. ayam, ikan daging dan pasien biasanya
Observasi dan catat masukan makanan hanya makan sayur tahu dan tempe,
pasien. Berikan makan sedikit dan pasien mengatakan tidak mengetahui
frekuensi sering, Observasi dan catat apa itu baiknya nutrisi yang seimbang,
kejadian mual/muntah, flatus dan gejala pasien terlihat tidak pernah memakan
lain yang berhubungan, berikan dan lauk makanannya, pasien tampak lemas
bantu hygiene mulut yang baik sebelum pasien hanya makan ½ porsi. Tujuan:
dan sesudah makan, gunakan sikat gigi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
halus untuk penyikatan yang lembut, 3x24 jam diharapkan pengetahuan
Diskusikan dengan ahli gizi dalam bertambah dengan kriteria hasil: Pasien
menentukan kebutuhan protein pasien dapat mengetahui tentang pentingnya
yang mengalami ketidakadekuatan nutrisi, pasien dapat menyukai makanan
asupan protein. Implementasi yang mengandung protein hewani.
Keperawatan Hari Selasa 13 Maret Rencana tindakan: Lakukan pendidikan
2018 Pukul 08.00 WIB (bidan ruangan) kesehatan tentang nutrisi gizi seimbang,
memberikan obat ondansentron melalui Diskusikan terapi /penanganan tentang
IV bolus 4 mg dengan RS: tidak ada nutrisi gizi, Kaji tingkat pengetahuan
RO : obat ondansentron telah masuk keluarga dan pasien tentang nutrisi gizi
melalui IV sebanyak 4mg. Pukul 10.00 seimbang, sediakan informasi yang
WIBPukul 12.00 WIB memfasilitasi tepat tentang kondisi pasien.
pemenuhan nutrisi pasien dengan RS : Implementasi Keperawatan: Hari Rabu
pasien mangatakan masih mual RO: 14 Maret 2018 Pukul 08.30 WIB
makan habis ½ porsi. Evaluasi melakukan pendidikan kesehatan
Keperawatan Hari Rabu 14 Maret 2018 tentang nutrisi gizi seimbang RS: pasien
S: pasien mengatakan masih mual O: mengatakan sudah memahami tentang
pasien terlihat tidak nafsu makan, nutrisi gizi seimbang, RO: pasien
makan habis ½ porsi A: Tujuan terlihat menyimak pada saat di berikan
tercapai masalah teratasi P: Rencana pendidikan kesehatan. Evaluasi Hari
tindakan dihentikan karena pasien Rabu 14 Maret 2018 Subjektif: Pasien
pulang. Diagnosa defisit pengetahuan mengatakan sudah mengetahui tentang
98

nutrisi gizi seimbang Objektif: Pasien Indonesia: Jakarta Dewan


Pengurus Pusat PPNI
terlihat sudah mengerti, pasien tampak
masih belum menyukai lauk Winkyosastro, Hanifa. 2005. Ilmu
Kandungan. Jakarta: Yayasan
makanannya. Analisa: Tujuan tercapai
Bina Pustaka.Sarwono
masalah teratasi. Rencana tindakan
dihentikan.

Daftar Pustaka

Andrijono. 2010. Kanker Serviks Uteri


Dalam Synopsis Kanker
Ginekologi, Edisi 3. Jakarta:
Pustaka Spirit

Dianandra, Rama. 2009. Panduan


Lengkap Mengenal Kanker.
Jogjakarta: Mirza Media Pustaka.

Djuanda, Sulaiman. 2006. Buku Ajar


Keperawatan Maternitas, Jakarta:
EGC

Potter, Perry. 2009. BukuAjar


Fundamental Keperawatan, Vol.
2. Jakarta: EGC

Ramli A. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah . Jakarta: EGC
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.
2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta: Buku
Kedokteran

Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2017.


Standar Diagnosis Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai