Terapi Rasional Dan Tidak Rasional
Terapi Rasional Dan Tidak Rasional
Terapi
rasional dan
tidak
rasional
Dampak
Definisi Persyaratan Siklus
Skenario Pengobatan penggunaan
terapi terapi terapi Permasalahan tidak rasional obat tidak
rasional rasional rasional rasional
I. DEFINISI
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan,
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI,
2005).
Untuk periode adekuat. Jadi, maksud dari adekuat disini adalah hal-hal
yang harus diprioritaskan. Misalnya pada orang yang menderita
penyakit dengan berbagai gejala, dimana gejala yang muncul tidak
saling berhubungan. Maka dari gejala-gejala tersebut harus ada yang
menjadi prioritas terapi utama agar masalah cepat terselesaikan.
Prioritas utama itulah yang disebut dengan adekuat.
Proses pemilihan terapi untuk mencapai terapi yang rasional terdiri dari 6 langkah,
antara lain :
1. Tetapkan masalah pasien
Setelah melakukan diagnosa dan anamnesa kepada pasien, dokter harus menemukan dan
mengidentifikasi masalah pokok yang menyebabkan penyakit dari pasien
2. Tentukan tujuan terapi
Setelah menetapkan masalah pasien, maka dilakukan pemilihan terapi berdasarkan penentuan
tujuan terapinya terlebih dahulu
3. Tentukan cocok tidaknya terapi-P anda untuk pasien
Setelah menentukan tujuan terapi, maka perlu dianalisa kecocokan dari terapi-P untuk pasien.
Proses pemilihan terapi-P antara lain :
Pola peresepan yang menyimpang memiliki andil besar pada pengobatan tidak rasional.
Peresepan yang tidak rasional dapat juga dikelompokkan dalam lima bentuk:
Peresepan yang salah (Incorrect Prescribing), yaitu pemakaian obat untuk indikasi
yang salah, obat yang tidak tepat, cara pemakaian salah, mengkombinasi dua atau
lebih macam obat yang tak bisa dicampurkan secara farmasetik dan terapetik; serta
pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi penderita secara menyeluruh.
Peresepan majemuk (multiple prescribing), yaitu pemberian dua atau lebih kombinasi
obat yang sebenarnya cukup hanya diberikan obat tunggal saja. Termasuk disini
adalah pengobatan terhadap semua gejala yang muncul tanpa mengarah ke penyakit
utamanya.
Peresepan kurang (Under Prescribing), terjadi kalau obat yang diperlukan tidak
diresepkan, dosis obat tidak cukup, dan lama pemberian obat terlalu pendek
waktunya.
Seperti yang telah disebut pada artikel terdahulu, Pengobatan Rasional sesungguhnya
merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis, dimana terkait beberapa komponen,
mulai dari diagnosis, pemilihan dan penentuan dosis obat, penyediaan dan pelayanan obat,
petunjuk pemakaian obat, bentuk sediaan yang tepat, cara pengemasan, pemberian label dan
kepatuhan penggunaan obat oleh penderita.
Penyimpangan terhadap hal tersebut akan memberikan pelbagai kerugian. Dampak
negatif pemakaian obat yang tidak rasional sangat luas, namun secara ringkas dampak
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan.
Masalah efek samping obat dianggap tidak kalah penting dengan masalah efek terapi
obat. Dampak negatif dari efek samping obat ini kurang banyak disadari oleh para penulis
resep. Efek samping obat merupakan reaksi yang sifatnya merugikan si pemakai dan
timbulnya pada penggunaan obat dengan dosis terapi, diagnostik atau profilaksis.
Kemungkinan resiko efek samping obat dapat diperbesar oleh penggunaan obat yang
tidak rasional. Hal ini dapat dilihat secara individual pada masing-masing pasien atau
secara epidemiologik dalam tingkat populasi.
Pemakaian obat yang berlebihan baik dalam jenis maupun dosis, jelas akan
meningkatkan resiko efek samping. Pemakaian antibiotika secara berlebihan juga
dikaitkan dengan meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik yang bersangkutan
dalam populasi.
Hampir sebagian besar efek samping obat terjadi pada sistem gastrointestinal, sistem
hemopoetika, kulit, saraf, kardiovaskuler, dan sistem respirasi.
Beberapa penelitian yang dilakukan Dit. Jen. POM menemukan bahwa 60-65 % biaya
obat pada ISPA non pneumonia digunakan untuk antibiotika yang sebenarnya tidak
diperlukan. Satu hal yang mungkin sering dilupakan oleh praktisi medik adalah
meresepkan obat yang harganya tidak terjangkau oleh pasien. Meskipun kecil
presentasenya, sekitar 15,4 % pasien ternyata hanya membeli sepertiga hingga setengah
bagian dari resep antibiotika. Sehingga pada akhirnya pasienlah yang mendapat dampak
negatif peresepan tersebut seperti misalnya risiko terjadinya resistensi bakteri karena
kurang adekuatnya pemakaian antibiotika.
Pemakaian obat yang berlebihan oleh dokter sering akan memberikan pengaruh
psikologik pada masyarakat. Masyarakat menjadi terlalu tergantung kepada terapi obat
walaupun intervensi obat belum tentu merupakan pilihan utama untuk kondisi tertentu.
Hal ini akan merangsang pola self medication yang tak terkendali ada masyarakat. Bentuk
peresepan yang sifatnya ”pemaksaan” vitamin dan obat penambah nafsu makan pada
anak-anak merupakan contoh khas penggunaan obat yang tidak rasional. Peresepan ini
seakan-akan memberi kesan bahwa obat-obat vitamin pada anak-anak adalah esensial
untuk kesehatan, yang pada hakekatnya obat-obat vitamin tersebut tidak lebih dari
plasebo yang harus dibayar mahal yang melebihi dari harga makanan yang memiliki
nutrisi tinggi. Dalam klinik juga dirasakan, karena terlalu percaya pada pemberian
antibiotika profilaksis, tindakan-tindakan aseptis pada pembedahan menjadi tidak atau
kurang diperhatikan secara ketat.
Sebenarnya dampak psikososial ini dapat dihindari dengan memberikan informasi
dan edukasi secara benar kepada masyarakat. Dan tidak kalah pentingnya adalah
kesadaran dari petugas kesehatan untuk melaksanakan pengobatan rasional.