Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI

FILSAFAT ISLAM

Untuk memenuhi tugas Filsafat Umum

Dosen pengampu :

Luqman Fauzi, M.Ag

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Siti Choiriyah (126406202190)


2. Siti Choirunnisak (126496202191)
3. Siti Latifatul Ulfa (126406202192)
4. Siti Nur Aida (126406202193)

SEMESTER 1

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH 1E

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI TULUNGAGUNG

NOVEMBER 2020
A. Sejarah Munculnya Filsafat Islam
Timbulnya filsafat dalam dunia Islam dapat dilihat dari beberapa Faktor yaitu :
1. Faktor dorongan ajaran Islam
Untuk membuktikan adanya Allah. Islam menghendaki umatnya memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi. Penciptaan tersebut tentu ada yang
menciptakan, pemikirannya demikian itu kemudian menimbulkan penyelidikan
dengan pemikiran filsafat.
Para ahli mengakui bahwa bangsa Arab pada abad 8-12 tampil ke depan (maju)
karena dua hal :
- Pertama, karena pengaruh sinar al-Qur’an yang memberi semangat terhadap
kegiatan keilmuan.
- Kedua, karena pergumulannya dengan bangsa asing (Yunani), sehingga ilmu
pengetahuan atau filsafat mereka dapat diserap, serta terjadinya akulturasi budaya
antar mereka .
Agama Islam selalu menyeru dan mendorong umatnya untuk senantiasa
mencari dan menggali ilmu. Oleh karena itu ilmuwan pun mendapatka perlakuan
yang lebih dari Islam, yang berupa kehormatan dan kemuliaan. al-Qur’an dan as-
Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mengembangkan ilmu serta
menempatkan mereka pada posisi yang luhur. Beberapa ayat petama yang
diwahyukan Muhammad s.a.w. menandaskan pentingnya membaca, menulis dan
belajar-mengajar. Allah menyeru: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah
dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
(QS. Al-Alaq: 1-5). Sebagian ahli tafsir berpendapat, Al-Razi misalnya, bahwa
yang dimaksud dengan “iqra” dalam ayat pertama itu berarti “belajar” dan “iqra”
yan kedua berarti “mengajar”. Atau yang pertama berarti “bacalah dalam
shalatmu” dan yang kedua berarti “bacalah di luar shalatmu” (Binti Syathi’,
1968:20. Bandingkan dengan Jawad Maghniyah 1968: 587, Abdul Halim
Mahmud, 1979:55-56). Zamakhsyari berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan
“qalam” adalah “tulisan”. Karena tanpa tulisan semua ilmu tidak dapat
dikodifikasikan, seandainya tidak ada tulisan maka tidaklah tegak persoalan
agama dan dunia (Mahmud, 1979:23 lihat juga Abu Hayan, tt.: 492). Dan tentang
penciptaan alam, al-Qur’an menjelaskan bahwa Malaikat pun diperintahkan untuk
sujud kepada Adam setelah Adam diajarkan nama-nama: “Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada Malikat dan berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu,
jika kamu memang orang-orang yang benar’. Mereka menjawab: ‘Maha suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; Engkau Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Baqarah: 31-
32).
2. Faktor Perpecahan di Kalangan Umat Islam (intern)
Setelah khalifah Islam yang ketiga, Usman bin Affan terbunuh, terjadi
perpecahan dan pertentangan di kalangan umat Islam. Perpecahan dan pertentagan
tersebut pada mulanya adalah karena persoalan politik. Tetapi kemudian
merembet ke bidang agama dan bidang-bidang lain. Untuk membela dan
mempertahankan pendapat-pendapat mereka serta untuk menyerang pendapat
lawan-lawannya, mereka berusaha menggunakan logika dan khazanah ilmu
pengetahuan di masa lalu, terutama logika Yunani dan Persi, sampai akhirnya
mereka dapat berkenalan dan mendalami pemikiran-pemikiran yang berasal dari
kedua negeri tersebut. Kemudian mereka membentuk filsafat sendiri, yang
dikenal dengan nama filsafat Islam.
3. Faktor Dakwah Islam
Islam menghendaki agar umatnya menyampaikan ajaran Islam kepada sesama
manusia. Agar orang-orang yang diajak masuk Islam itu dapat menerima Islam
secara rasional, maka Islam harus disampaikan kepada mereka dengan dalil-dalil
yang rasional pula. Untuk keperluan itu diperlukan filsafat.
4. Faktor Menghadapi Tantangan Zaman (ekstern)
Zaman selalu berkembang, dan Islam adalah agama yang sesuai dengan segala
perkembangan. Tetapi hal itu bergantung kepada pemahaman umatnya. Karena itu
setiap zaman berkembang, menghendaki pula perkembangan pemikiran umat
Islam terhadap agamanya. Pengembangan pemikiran tersebut berlangsung di
dalam filsafat.
5. Faktor Pengaruh Kebudayaan Lain

Setelah daerah kekuasaan meluas ke berbagai wilayah, umat Islam berjumpa


dengan bermacam-macam kebudayaan. Mereka menjadi tertarik, lalu
mempelajarinya dan akhirnya terjadi sentuhan budaya diantara mereka. Hal ini
banyak sekali ditemukan dalam beberapa teori filsafat Islam, misalnya “teori
emanasi” dari Al-Farabi.

Pertumbuhan Filsafat Islam

Filsafat, sebagaimana telah dijelaskan di muka berasal dari Keldania (sekarang


Irak), kemudian pindah ke Mesir, lalu ke Yunani, Suryani, dan akhirnya sampai ke
negeri Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah datangnya Islam. Setelah kaum
muslimin membentuk suatu negara raksasa yang membentang dari penghujung negeri
Cina di timur, sampai ke penghujung semenanjung Andalusia di Barat. Mereka telah
menerima dan memegang panji-panji peradaban dunia, mendalami berbagai disiplin
ilmu dan seni, serta merenungkan dasar-dasarnya. Watak ajaran Islam adalah terbuka,
oleh sebab itu sesuai dengan perkembangan dan perluasan wilayah Islam itu sendiri,
maka ajaran Islam tidak bisa lepas dari pergumulan dengan budaya dan pengetahuan
bangsa lain serta berkembang semakin luas dan menyangkut berbagai disiplin ilmu,
termasuk filsafat.

Pergumulan antara bangsa satu dengan bangsa lain di dunia hampir tak bisa
dihindari sama sekali. Implikasi dari semua ini adalah, tidak adanya kemurnian
budaya satu pun di dunia ini. Dan biasanya negara besarlah yang memiliki pengaruh
dan bersifat hegemonik. Hanya, Islam memiliki originalitas dan otentisitas ajaran.
Oleh sebab itu ketika Islam bersinggungan dengan budaya Yunani, Persi, Cina atau
yang lainnya, maka tidak otomatis Islam di Yunanikan, diPersikan, diCinakan dst.
Islam datang pada permulaan abad ke-7 M, kemudian berkembang sampai ke seluruh
Timur Tengah, Afrika Utara dan Spanyol pada akhir abad tersebut. Pada wilayah ini
peradaban yang sudah ada tetap dikembangkan dan disemangati oleh karakteristik
ajaran Islam (baca: islamisasi). Karena sesuai dengan watak ajaran Islam itu sendiri,
yaitu memberikan kesempatan kepada pemeluknya untuk menyerap ide-ide dari
banyak sumber (Khuz al-hikmata walau fi ayyi wi’ain kana, Uthlub al-‘ilma walau
bis-Shin). Kontak dengan wilayah baru itu menyebabkan umat Islam menyerap ilmu
pengetahuan yang berasal dari Yunani dan juga Cina. Mereka mentransfer ilmu-ilmu
tersebut dalam paradigma baru dan kemudian berkembang sehingga menjadi bagian
dari peradaban Islam.

Perkembangan Filsafat Islam


Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa sebelum Islam datang bangsa
Arab belum mempunyai filsafat. Akan tetapi dengan mengatakan bahwa filsafat tidak
terdapat pada bangsa Arab pada permulaan Islam, bukan berarti mereka tidak
menghiraukan filsafat. Setelah filsafat meninggalkan Yunani, ia dikembangkan oleh
orang Islam, sehingga filsafat tersebut menjadi bagian terpenting dari kebudayaan
Islam. Beratus tahun filsafat itu lepas dari bangsa Yunani, selama itu pula filsafat
dibangun oleh orang Islam. Pada saat pertama kali filsafat itu pindah ke dalam
masyarakat Islam belum kelihatan bahwa filsafat tersebut merupakan bagian dari
peradaban. Ia baru kelihatan peranannya dalam peradaban Islam pada abad ke-9
Masehi, yaitu di masa pemerintahan Abassiyah.

Filsafat muncul dalam gelanggang pemerintahan Islam. Rupanya sebelum itu


filsafat merupakan sesuatu yang belum matang di kalangan kaum muslimin. Dari abad
ke-9 sampai abad ke-12 filsafat berkembang dengan suburnya dalam khazanah ilmu
pengetahuann dan masyarakat Islam. Masa ini adalah masa perkembangan filsafat
yang tiada taranya dalam dunia Islam. Dunia Islam telah melahirkan ahli-ahli filsafat
Islam yang banyak jumlahnya, bahkan ada yang sampai diberi julukan sebagai “guru
kedua” filsafat, yaitu Al-Farabi. Guru pertamanya adalah Aristoteles, dan sampai saat
ini belum ada guru ketiganya.

Demikianlah halnya, filsafat mengalami perkembangan yang pesat di dunia


Islam yaitu pada masa pemerintahan Abbasiyah. Akan tetapi pada abad ke- 12 secara
tiba-tiba perkembangan filsafat Islam terhenti, karena mendapat serangan dari ahli-
ahli agama. Banyak ahli-ahli filsafat dihukum sebagai orang-orang mulhid (atheis),
akibatnya pada akhir abad ke-12 menghilanglah filsafat dari kebudayaan Islam. Buku-
buku filsafat betapapun besar dan tinggi nilainya, dibakar dalam perunggunan di
musim dingin dan akhirnya pada abad ke 14. Tidak seorangpun lagi dalam dunia
Islam yang berani mempelajari filsafat, apalagi menamakan dirinya sebagai filosuf.
Sebab dengan demikian akan menyebabkan dia dihukumi sebagai orang mulhid.
Sejak itulah perkembangan filsafat di dunia Islam menjadi tertinggal. Sementara
dunia Barat yang pada mulanya mempelajari filsafat dari orang-orang Islam
mengalami kemajuan yang amat pesat sampai saat ini. Demikianlah, filsafat Islam
telah mengalami perkembangan yang pesat dalam kurun waktu yang sangat lama,
akan tetapi setelah mendapat serangan dari ahli-ahli agama, filsafat Islam menjadi
mandek. Kemandekan filsafat Islam inilah yang dianggap oleh sebagian kalangan,
yang menyebabkan tertinggalnya umat Islam saat ini dari negara-negara Barat. V1.
Gerakan Keilmuan Islam dan Pengaruhnya Terhadap Renaissance.

Wahyu pertama yang turun (Q.S. Al-’Alaq :1-5) itu --dan sejumlah hadis
Nabi-- memiliki implikasi besar terhadap perkembangan keilmuan pada masa-masa
berikutnya. Sebagaimana yang dicatat oleh Ahmad Amin (1969:141) bahwa pada
awal timbulnya Islam, barulah tujuh belas orang suku Quraisy yang pandai baca-tulis.
Nabi juga menganjurkan para pengikutnya untuk belajar membaca dan menulis.
Aisyah, isterinya pun belajar membaca. Anak angkatnya, Zaid bin Haritsah disuruh
pula belajar tulisan Ibrani dan Suryani. Para tawanan perang dibebaskan setelah
mereka dapat mengajar sepuluh orang muslim untuk membaca dan menulis (meski
Nabi sendiri ummi, tetapi ke-ummi-an beliau sangat beralasan untuk menolak
anggapan, bahwa al-Qur’an itu ciptaannya). Beberapa wahyu (nash) penting
mengenai ilmu telah menjadikan alasan bagi dukungan dan respon Islam terhadap
ilmu pengetahuan dan peradaban. Oleh sebab itu, tak heran jika tradisi keilmuan
dalam Islam lantas begitu subur dan semarak pada masa-masa berikutnya.
Demikianlah, gerakan melek huruf untuk pertama kalinya dilakukan Islam dalam
rangka pengamalan ilmu pengetahuan. Jika pada mulanya aktivitas keilmuan itu
hanya telaah agama yang lebih khusus, maka pada periode berikutnya menjadi
berkembang secara menyeluruh dan dalam skop yang lebih luas. Jika pada umumnya
kajian keislaman hanya terpusat pada al-Qur’an, al-Hadits, Kalam, Fiqh serta ilmu
gramatika bahasa (nahwu, sharaf, balaghah), maka pada periode berikutnya, setelah
kemenangan Islam ke berbagai wilayah, kajian itu berkembang dalam berbagai
disiplin ilmu: filsafat, kedokteran, astronomi, fisika dan ilmu-ilmu sosial.

B. Filsafat Islam Klasik di Dunia Timur (Asia)


Perkembangan filsafat islam klasik adalah periode perkembangan filosofis dimulai
pada abad ke-2 H (Awal abad ke-9 M) dan berlangsung hingga abad ke-6 H (Akhir
abad 12 M) dan dikenal sebagai zaman keemasan islam yang memiliki pengaruh
penting dalam perkembangan filsafat dan sains modern. Untuk Eropa Renaisans,
"inovasi maritim, pertanian, dan teknologi Muslim, serta banyak teknologi Asia
Timur melalui dunia Muslim, berjalan ke Eropa Barat dengan salah satu transfer
teknologi terbesar dalam sejarah dunia”.
Beberapa pencapaian penting dari filsuf Muslim awal termasuk pengembangan ilmu kutipan
yang ketat, isnad atau "dukungan", pengembangan metode inkuiri terbuka untuk menyangkal
klaim, ijtihad , yang secara umum dapat diterapkan pada banyak jenis pertanyaan (meskipun
yang diterapkan adalah pertanyaan etis), kesediaan untuk menerima dan menantang otoritas
dalam proses yang sama, pengakuan bahwa sains dan filsafat sama-sama berada di bawah
moralitas, dan bahwa pilihan moral harus dibuat sebelum penyelidikan atau perhatian apa
pun, pemisahan teologi ( kalam ) dan hukum ( syariah ) selama periode awal Abasiyyah dll.
Berikut para filsuf diwilayah timur :

1. Al-Kindi

Al Kindi lahir pada masa Abbasiyah dalam suasana intelektual dan sosio politik yang. Salah
satu usaha Al-Kindi memperkenalkan filsafat ke dalam dunia Islam dengan cara mengetok
hati umat supaya menerima kebenaran walaupun darimana sumbernya. Menurutnya kita tidak
pada tempatnya malu mengakui kebenaran darimana saja sumbernya. Al-Kindi orang Islam
yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan
agama, atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara keduanya tidaklah bertentangan
karena masing-masing keduanya adalah ilmu tentang kebenaran. Sedangkan kebenaran itu
adalah satu (tidak banyak). Ilmu filsafat meliputi ketuhanan, keesaanNya, dan keutamaan
serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang
bermanfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang mudarat.

Beberapa konsep pemikiran filsafat al-Kindi mengenai filsafat dan agama, logika dan
episemologi, kosmologi, filsafat jiwa dan sesudah mati, akal dan akhlak.

2. Ar-Razi

Hidup sepanjang tahun 250-313 H / 864-925 Merupakan dokter terkenal pada masa keemasan
islam dengan ketekunan tuylis menulis yang luar biasa seperti tulisan Filsafat Lima Kekal,
Jiwa Dan Materi, Akal Sebagai Karunia Tuhan, Tuduhan Lawan Entang Sikapnya Terhadap
Agama. Amat disayangkan tulisannya tentang filsafat belum ditemukan setelah dihancurkan
oleh para seterunya yang menuduhnya mulhid (menyimpang dari atau mengingkari ajaran
islam)

3. Al Farabi

Lahir pada tahun 258 H/870 M, Dimana dibidang filsafat ia melahap habis karya Aristoteles
dan dijuluki Guru Kedua dan dipuji sebagai filsuf muslim terbesar dan tak tertandingi dalam
dunia sains dan filsafat dengan berbagai konsep pemikirannya seperti Ontologi, Metafisika
Teologis, Kosmologi, Psikologi dan Filsafat Politik.

4. Ikhwan Ash Shafa

Merupakan sekelompok anak manusia yang menamakan dirinya Ikhwab Ash Shafa (saudara-
saudara yang mementingkan kesucian jiwa) yang mewariskan adikarya ensoklopedis tenang
ilmu pengetahuan dan filsafat yang berisi 50 risalah mengulas pelbagai bidang keilmuan.

5. Ibnu Miskawaih

Merupakan filsuf muslim yang hidup tahun 330-421 H/ 940-1030 M dengan menulis pelbagai
prinsip dan sejarah, evolusi, jiwa manusia dan akhlak.

6. Ibnu Sina

Ibnu Sina lahir pada tahun 980 H/1037 M merupakan filsuf ternama dengan penguasaan
filsafa Aristoeles dan Neo-Platonis yang sangat mumpuni menulis berbagai karya dengan
konsep Kosmologi, Psikologi.

7. Al-Ghazali

Al-Ghazali dilahirkan pada tahun 450H/1058 M di Ghazal, Thus, provinsi Khurasan,


Republik Islam Iran.dengan demikian ia adalah keturunan Persia asli.

Al-Ghazali melontarkan sanggahan luar biasa keras terhadap pemikiran para filosof. Adapun
yang dimaksudkan para filosof disini dalam berbagai literatur disebutkan ialah selain
Aristoteles dan Plato, juga Al-Farabi dan Ibnu Sina karena kedua filosof muslim ini
dipandang Al-Ghazali sangat bertanggung jawab dalam menerima dan menyebarluaskan
pemikiran filosof dari Yunani (Sokrates, Aristoteles, dan Plato) di dunia Islam. Kritik pedas
tersebut ia tuangkan dalam bukunya yang terkenal Tahafut al-Falasifat. Dalam buku ini ia
mendemonstrasikan kepalsuan para filosof beserta doktrin-doktrin mereka.

C. Filsafat Islam Klasik di Dunia Barat (Eropa)


Dalam sejarah perkembangan peradaban Islam, mengalami pasang surut dan
periodesasi, yang oleh Harun Nasution membagi atas lima periode, yaitu: (1)
Klasik/650-1250 M; (2) Disintegrasi 1000-1250 M; (3) Pertengahan/1250-1800 M;
(4) Tiga kerajaan besar/1500-1800 M; dan (5) Modern/1800-sekarang. Dengan
memperhatikan periodesasi sejarah tersebut, nampak peranan umat Islam dalam
percaturan perkembangan peradaban dunia yang memegang peranan penting. Kalau
pada awalnya, peradaban dunia dimotori oleh orang-orang Yunāni dengan lahirnya
para filosof yang berkaliber besar seperti Socrates, Plato, Aristoteles dan sebagainya,
sebagai peletak dasar teori-teori ilmu pengetahuan dan filsafat.
Sistem monopoli Gereja seperti ini menyebabkan Eropa mengalami
keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Suasana seperti ini barulah
mengalami perubahan setelah pemikiran skolastik Islam memasuki dunia Eropa
seperti yang diakui oleh DR K. Bon bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di
Eropa adalah berkat sumbangan kaum Muslimin, sehingga Eropa Kristen
menyorakkan kebiadabannya. Sebagai reaksi atas kejadian ini, pemimpin Gereja yang
memegang kekuasaan riil di Eropa mengkafirkan pendurhaka-pendurhaka tersebut,
menghalalkan darah dan harta penemu ilmu untuk tegaknya agama Masehi.
Kedatangan Islam merupakan revolusi yang dapat membalikkan arus gelombang
kebudayaan ke arah dunia baru, yang dapat meletakkan nilai-nilai kemanusiaan,
kemerdekaan dan keselamatan.
Sejarah telah mencatat bahwa Dunia Barat mengenal Islam melalui Khalifah Al-
Walid (705-715) salah seorang khalifah dari bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Sebelumnya umat Islam menguasai Afrika Utara(Maroko), yang akan
dijadikan batu loncatan dalam penaklukan wilayah Spanyol. Spanyol merupakan
wilayah bagian Imperium Romawi yang pertama kali mengalami masa pencerahan
dibawa naungan pemerintahan Muslim yang dapat mengantarkan negeri-negeri Eropa
lainnya mencapai masa pencerahan pula.
Abad pertengahan, suatu abad di mana bangsa Eropa tengah dilanda kegelapan
dan kebodohan. Mereka hanya mempersiapkan diri menghadapi serangan-serangan
kejam dari Asia, sedangkan di belakang mereka terbentang lautan luas. Keadaan ini
berlangsung selama kurang lebih delapan abad lamanya (711-1429M), Dalam suasana
kegelapan seperti itu, akhirnya mereka berhasil mengambil melalui pemuda-pemuda
kristen yang datang belajar di universitas terkemuka, lalu sesudah mereka kembali Ia
menyebarkan ke daerahnya. inilah kelak melahirkan renaisance sebagai cikal bakal
kemajuan dan peradaban barat hingga sekarang. Dengan lahirnya renaisance ini, maka
masyarakat eropa dapat membangkitkan peradaban klasik Yunani yang juga punya
andil terhadap kemajuan Islam. Berikut ini akan disampaikan cara-cara orang barat
melakukan kontak dengan dunia islam.
 Sosok Thariq bin Ziyad
 Melalui penerjemahan
 Melalui Pendidikan
 Melalui perang salib
D. Perkembangan Filsafat Islam di Abad Modern

Filsafat islam modern mulai berkembang sejak abad 19, tepatnya antara 1850-1914,
ketika muncul kebangkitan (nadhab) atau renaissance islam, kebangkitan ini merupakan
upaya mengejar kertinggalan islam dari kemajuan peradaban Eropa, kesadaran ini bermulai
dari Syiria berkembang di Mesir. Kemajuan peradaban Eropa membuka mata umat Islam
untuk merevitalisasi khazanah pemikiran Islam klasik, termasuk filsafat. Para tokoh islam
seperti Jamal al-Din al-Afghani menyatakan bahwa ajaran islam bersifat rasional, sehingga
tetap relevan didunia modern dalam menghadapi problem masyarakat muslim modern.

Di Maroko, Muhammad ‘Abid al-Jabiri mengemukakan kebangkitan Arab hanya


mungkin melalui dekonstruksi dan kritik nalar Arab, juga mengkritik dikotomi antara pola
pikir kalangan Islamisis yang terpesona “ Masa Keemasan” Islam dimasa lalu disatu sisi dan
kalangan Muslim berhaluan Barat yang liberal yang menyanjung renaissance Eropa yang
hanya melahirkan kolonialisme, solusi yang ditawarkan adalah membebaskan pemikiran
Arab modern dari ikatan bahasa dan teologi masalalu melalui karyanya tentang trilogi kritik
nalar Arab atau upaya merevitalisasi khazanah intelektual lama menuju kemoderenan.

Di Mesir, kesadaran keteringgalan umat islam dibandingkan Barat juga


membangkitkan filosof yang concern pada proyek pembebasan yaitu Hasan Hanafi dengan
slogan “dari akidah ke revolusi” dengan pembebasan yang berbasis teologi juga
merekonstruksi ilmu-ilmu keislaman. Fazlur Rahman seorang imigran Pakistan yang
berkiprah di Universitas Chicago dikenal dengan pembedaannya antara ajaran ideal-moral al-
Qur’an dan ajaran spesifiknya bertujuan agar umat Islam dalam memahami ajaran al-Quran
terlepas dari ikatan historisnya menuju ajaran moral yang fundamental, agar tetap relevan
dalam masyarakat modern. Di Afrika Ali Mazrui berupaya mempertemukan antara faktor-
faktor terkait dalam teologi islam dengan realitas global kekinian melalui sarana budaya
menginginkan perubahan sosial dengn merangkul ide tenang multikulturalisme, politik
panislamisme dan globalisme.

Tipologi tren-tren modern dalam pemikiran Filsafat Islam Modern.

Tren-tren modern dalam pemikiran filsafat Islam, dibedakan menjadi empat kelompok filosof
Islam dengan kecenderungan titik-tolak pemikiran dominan yang mendasarinya memiliki sisi
pertimbangan tertentu yang sifatnya relativ berkaitan dengan penilaian terhadap seorang
pemikir sebagai filosof atau bukan antara lain filosof-filosof Muslim berhaluan Islamis,
filosof-filosof Muslim Berhaluan Marxisme, filosof-filosof Muslim berhaluan materialisme,
filosof-filosof Muslim berhaluan skolastik, filosof-filosof Muslim berhaluan modern
(bersifat eklektik).

Perkembangan modern dalam kajian filsafat Islam, melalui beberapa fase:

Fase pertama, dimulai sejak abad ke-19 dari gerakan modernisasi yang dilancarkan
Jamâl adDîn al-Afghânî yang menjadi momentum kesadaran umat Islam akan keteringgalan
mereka. Rasionalitas yang seiring dengan pemberantasan taqlîd dan kembali ke ajaran Islam
yang otentik menjadi jargon pertama modenisasi.

Fase kedua, dimulai kajian filsafat Islam di kalangan orientalis Yahudi sejak abad ke-
19 di tangan semisal Moritz Steinschneider dan Salomo Munk, kemudian berlanjut hingga
abad ke-20 di tangan tokoh-tokoh orientalis awal seperti seperti Harry Austryn Wolfson,
Georges Vadja, Simon van der Bergh, dan Richard Walzer. Kajian mereka sangat
dipengaruhi oleh semangat Yahudi karena memanasnya iklim politik di Palestina.

Fase ketiga, dimulai dari momen setelah Perang Dunia II, kajian filsafat Islam mulai
meretas batas-batas Timur-Barat, karena masa-masa kolonialisme menyebabkan kedua dunia
itu berinteraksi, meski tidak seimbang secara politik.

Fase keempat, dimulai dari akhir abad ke-20 hingga sekarang yang bisa kita sebut
sebagai “abad keemasan” (golden age) dengan meleburnya batas-batas Timur-Barat, di mana
intelektual Barat dan Islam sama-sama berkolaborasi dalam proyek keilmuan filsafat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinsu.ac.id
/2882/1/Filsafat%2520islam.pdf&ved=

https://www.researchgate.net/publication/311340379_PERKEMBANGAN_PEMIKIRA
N_FILSAFAT_ISLAM_MODERN_SEBUAH_TINJAUAN_UMUM.

https://www.uin-malang.ac.id/r/131101/sejarah-pertumbuhan-dan-perkembangan-
filsafat-islam.html

Anda mungkin juga menyukai