Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS MAKNA SIMBOLIS PEMAKAIAN BUSANA ADAT DAN

PERHIASAN EMAS SERTALI PADA UPACARA ADAT KARO


LUKAS TARIGAN
Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni
Fakultas Ilmu Budaya USU

ABSTRAK
Latar belakang Penulisan ini adalah kurangnya kepedulian masyarakat
Karo dalam menggali dan melestarikan makna simbolis yang terdapat pada
pemakaian Busana dan Aksesori yang dikenakan oleh masyarakat Karo baik pada
pesta yang disebut Rose Ertanda-tanda,Rose Lengkap dan Rose Lengkap Eremas-
emas. Populasi yang diambil dalam peneliian ini adalah seluruh Busana dan
Perhiasan yang dikenakan oleh masyarakat Karo dalam setiap Pesta adat Karo.
Adapun sampel dalam Penelitian ini adalah sebanyak 3 jenis pemakaian Busana
dan 14 jenis Aksesori/perhiasan yang dikenakan oleh Masyarakat Karo di sekitar
Kabanjahe,Berastagi,Simpang Empat dan Tigapanah. Sampel yang diambil
dengan tehnik “Purposive sample” yaitu sample yang disesuaikan dengan kriteria
perlengkapan busana dan Aksesori yang dipakai dalam upacara adat Perkawinan
Kerja sintua dan Kematian Cawir metua Rose.
Metode Penelitian yang digunakan pendekatan metode deskriptifKualitatif
yaitu dengan menguraikan masing masing subjek yang akan diteliti dan
disesuaikan dengan kerangka teori yang telah ditetapkan dan kemudian
diinterpretasikan oleh peneliti.
Makna simbol yang terdapat pada setiap bagian Busana dan Perhiasan dan
pada setiap kain yang digunakan oleh Sukut pemilik pesta baik Pengantin dan
Orangtua mempelai ataupun yang menjadi Sukut langsung pada upacaraadat
Kematian yang pada intinya menjunjung nilai-nilai budaya pada Masyarakat Karo
seperti nilai nilaikekerabatan,nilai sistem sosial,nilai kesopanan, nilai
berwibawa,nilai etika dalam bertatakrama kepada semua keluarga,nilai
tanggungjawab,nilai kerja keras,nilai gotongroyong dan nilai-nilai yang sarat
dengan kebenaran dan nilai kejujuran yang harus dijalankan oleh setiap
Masyarakat.
Hasil Penelitian menunjukkan Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh
Sukut terutama Pengantin dan kedua belah pihak orangtua mempelai dalam pesta
perkawinan dan juga Sukut langsung dalam acara kematian terdapat beberapa
macam tehnik pemakaian dan bentuk juga bahannya yang juga berbeda.
Pengantin,orangtua mempelai maupun” Sukut sierkemalangen “ tidak mengerti
akan makna simbolis yang terdapat pada Busana dan Aksesori tersebut dan hanya
berpikir jika Busana dan perhiasan yang mereka kenakan hanya sebagai hiasan
untuk mempercantik penampilan mereka.
Kata Kunci:Busana,Aksesori dan Simbol,Sukutdalam adat Karo.

1
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu Pulau
Sumatera,Jawa,Kalimantan dan Papua.Memiliki iklim tropis karena terletak di
daerah Khatulistiwa dengan keanekaragaman budaya,seperti dalam hal adat
istiadat,Bahasa maupun sistem kekeluargaan.
Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri
dari10 Propinsi.Salah satu Propinsi yang ada di pulau Sumatera dengan ibukota
MEDAN. Sumatera Utara terdiri dari 33 Kabupaten dan Kota yang berbatasan
dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD ) dan Sumatera Barat dan
dihuni 7 etnis asli ditambah dengan etnis pendatang.
Masyarakat Karo secara umum mendiami daerah dataran tinggi pegunungan
diantara hamparan Bukit Barisan, yang memiliki bentuk struktur sosial,budaya
dan kesenian yang beraneka ragam yang menjadi tanda pengenal(Icon) daerah
tersebut agar bisa dikenal oleh masyarakat luas. Terdapat beberapa peninggalan “
Artefak” seperti Artefak seperti peninggalan rumah adat,benda benda
pakai,Busana adat/KAIN (UIS) serta Aksesories EMAS SERTALI . Salah satu
hasil kebudayaan Karo terus dilakukan dalam kehidupan masyarakat saat
melangsungkan Upacara adat baik bersifat Sukacita maupun Dukacita seperti pada
upacara Pesta Perkawinan,Anak lahir,Upacara Penguburan baik dalam bentuk
Kategori Kerja singuda,sintengah maupun sintua,Cawir metua dan lain lainnya.
Tata busana (ROSE ADAT ) tidak pernah ketinggalan .
Biasanya Rose Ertanda-tanda,Rose Lengkap dan Rose Lengkap er emas-emas
pada masyarakat Karo baik Busana dan Aksesorinya memiliki nilai simbolis yang
dipakai pada setiap acara adat seperti Tudung Teger Limpek,Ergonje,er emas
emas sertali; PadungRaja Mehuli,Sertali layang –layang Galang,sertali layang-
laang kitik,Bura,Gelang sarung (AG SITEPU,1998:78-93 ) tidak lah selalu dapat
dipakai setiap harinya dan bahkan secara umum pada masa sekarang ini mayoritas
tidak mengerti akan makna simbolis pemakaian Busana adat dan Aksesoris yang
ada dipergunakan masyarakat.

2
Dari hasil observasi di lapangan yang telah dilakukan peneliti,Busana dan
perhiasan yang dikenakan pada tiap tiap acara adat hanya berupa pelengkap
seremonial saja. Dari latar belakang diatas penulis ingin meneliti apa makna yang
tersembunyi pada berbagai jenis busana adat serta aksesorinya yang dikenakan
pada upacara adat Karo,sehingga penulis membuat judul penelitian Analisis
Makna Simbolis Busana Adat dan Aksesori Emas Sertali yang dikenakan
pada upacara adat Karo.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diuraikan,maka dapat
dibuat identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Setiap acara adat, masyarakat selalu mengenakan Busana Adat dan disertai
Aksesori tertentu
2. Busana adat dan aksesori merupakan suatu syarat kelengkapan pakaian
adat Karo.
3. Jenis jenis busana adat dan aksesori yang dikenakan pada setiap bagian
tubuh memiliki makna yang berbeda.
4. Makna dari setiap busana dan perhiasan yang dikenakan masyarakat
seperti pengantin dan orangtua mempelai memiliki hubungan dengan
harapan dalam membentuk keluarga baru.
5. Makna tatabusana dan perhiasan yang dikenakan Sukut(pemilik pesta)
tidak saja sebagai hiasan tetapi juga dipercaya sebagai simbol status dan
penolak bala.

Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah diatas penulis membuat batasan atau
fokus masalah hanya pada masalah makna yang terdapat di setiap bagian Busana
dan perhiasan Pengantin dan Orangtua mempelai di daerah Kabanjahe dan
Berastagi. Batasan masalah ini untuk menghindari agar penelitian jangan sampai
melebar.
Perumusan Msalah

3
Untuk lebih memfokuskan dan memusatkan masalah dalam penelitian maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bentuk bentuk /jenis jenis Busana yang dikenakan masyarakat Karo
seperti Pengantin dan orangtua mempelai pada upacara adat.
2. Apakah ada makna dari bentuk bentuk simbol Busana dan perhiasan yang
dikenakan Pengantin dan orangtua mempelai tersebut?
3. Apakah Jenis jenis Busana dan perhiasan yang dikenakan Pengantin dan
orangtua mempelai dapat menjadi simbol status Pengantin/Orangtua
mempelai?
4. Apakah ada hubungan pemakaian busana dan perhiasan penganti Karo dan
orangtua mempelai dengan harapan harapan mereka sebagai keluarga baru.

Rumusan Masalah
Berkaitan dengan hal hal Penciptaan dan Penggalian Seni (PPSn) Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara dalam hal mensukseskan Seminar
BudayaPopuler tahun 2017 ini penulis menetapkan batasan batasan masalah yang
akan saya tuangkan pada kesempatan ini hanya membahas masalah masalah
berikut ini:
a. Nama nama Kain adat ( UIS ) Karo
b. Jenis jenis Pemakaian Busana Adat Karo
c. Tehnik Pembuatan Tudung (Tutup Kepala Wanita) dan Bulang (Tutup
Kepala Laki-laki)
d. Makna Pemakaian Busana Adat Karo

Kerangka Teoritis
Sejarah Suku Karo
Karo adalah salah asatu nama suku yang mendiami salah satu propinsi
Sumatera Utara.Menurut Brahma Putra dalam Darwan Prinst(2004:1) pada abad 1
M mulai berdiri suatu kerajaan di pantai timur Sumatera yaitu kerajaaan
Karo(Haru).Raja dari kerajaan ini berasal dari suku karo karena namanya yang

4
khas dalam bahasa Karo. Kerajaan Haru/mulai menjadi kerajaan besar di
Sumatera dengan nama Rajanya “Pa Lagan”.Menilik dari nama itu berasal dari
suku Karo. Pa artinya sebutan untuk seorang ayah,sedangkan Lagan berarti tempat
menggiling cabai. Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan Kerajaan Majapahit,Sriwijaya,Malaka dan Aceh.
Kerajaan Haru identik dengan Karo,yakni salah satu suku di
Indonesia.Pada masa keemasannya kekuasaan kerajaan Haru-Karo mulai dari
Aceh besar sampai ke sungai Siak Riau.Eksistensi Haru/Karo di Aceh dipastikan
dengan beberapa nama desa di sana yang berasal dari bahasa Karo seperti kuta
Raja dan Kuta Karang. Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran
Tinggi Karo,Sumatera Utara,Indonesia. Nama suku ini dijadikan salah satu nama
kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu
Kabupaten Karo. Suku iini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo.
Suku Karo tidak terlepas juga dari sejarah suku Batak,sebab jika dilihat salah”
satu dari bangsa Proto Melayu adalah suku bangsa Batak yang terdiri dari
Toba,Simalungun,Mandailing,Angkola,Dairi,Karo. Sebelum kedatangan bangsa
Proto Melayu ternyata sudah didiami oleh bangsa Negrito yang bertempat tinggal
di gua gua batu. Orang orang Karo sekarang menamakan mereka sebagai bangsa
Umang mereka tinggal di gua gua batu yang disebut bangsa Umang. Lubang
Umang ini banyak terdapat di daerah dataran Tinggi Karo,Langkat dan Deli
Serdang. Bangsa Negrito ini kemudian terdesak dengan kedatangan bangsa Proto
Melayu dengan bercampur-baur dengannya”.( Darwan,Prinst,1894:11).

Letak dan Geografis Kabupaten Karo


Secara geografis daerah tingkat II Kabupaten Karo terletak diantara 2
derajat50’ Lintang Utara sampai 3 derajat 19’ Lintang Utara dan 97 derajat 55’
Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli
Serdang,sebelah Selatan berbatasan dengan ujung utara Danau Toba dan
Kabupaten Dairi, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan Daerah tingkat II Kabupaten
Aceh Tenggara.

5
Kabupaten ini mempunyai luas 2,127.25 km bujursangkar atau 212,275.00
ha atau 2,97 % dari luas Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini merupakan daerah
pegunungan dengan puncak tertinggi Sinabung (2417 m ) dan gunung Sibayak
(2172 m ) mempunyai Danau yang indah danau Lau Kawar dengan luas (50 ha )
dengan kedalaman 100 m ( http://www.karokab.go.id/w/index.php/produk-
hukum/propinsi/peraturan-gubernur-sumatera-utara/731-gambaran-umum).
Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat Karo
Untuk memahami adat istiadat Karo secara baik tidak ada jalan lain selain
terlebih dahulu memahami tentang tatanan sosial budaya Karo,karena dalam
setiap pelaksanaan adat-istiadat ada sistem kekeluargaan yang mengatur setiap
pelaksanaan kehidupan sehari hari masyarakat Karo.Pada suku Karo ada
hubungan kekeluargaan yang terdiri dari tiga kelompok menurut fungsinya dalam
sistem kekeluargaan masyarakat Karo. Tiga kelompok tersebut memiliki
hubungan yang erat dan akan melaksanakan fungsinya masing masing dalam
keidupan sehari-hari.Biasanya pada upacara tertentu sistem kekeluargaan tersebut
akan memiliki kedudukan yang berbeda-beda.Mereka yang bersaudara dan
mempunyai marga yang sama ataupun sub marganya berbeda asalkan mereka
sangkep nggeluh.Tiga kelompok dalam sistem sosial masyarakat karo disebut
dengan Sangkep nggeluh Arti dari sangkep nggeluh tersebut adalah suatu sistem
kekeluargaan pada masyarakat karo yang secara garis besarnya terdiri dari atas
senina/Sukut Anak beru dan Kalimbubu.antara laki-laki atau perempuan antara
perempuan maka dalam masyarakat Karo disebut Senina. Pihak yang mengambil
anak perempuan satu keluarga tertentu diperistri disebut Anakberu dalam
masyarakat Karo.Kalimbubu adalah pihak yang pemberi gadis kepada kelompok
tertentu dalam masyarakat Karo.
Dalam melaksanakan upacara adat tertentu seperti
perkawinan,kematian,memasuki rumah baru,dan lain-lain sangkep nggeluh akan
berfungsi sesuai tugas masing masing.Dengan mengetahui marga orang
Karo,maka dapat ditentukan dan mengetahui ketiga kelompok sistem sosial pada
masyarakat Karo. Orang Karo menarik garis keturunan (lineage) baik dari
keturunan ayah (patrilineal ) maupun dari garis keturunan ibu (materilineal) yang

6
melekat pada setiap individu suku Karo,yang dalam bahasa sehari-hari dikenal
dengan garis keturunan oarat tutur (terombo). Adapun cara menarik garis
keturunan atau tutur meliputi: merga / beru adalah nama keluarga bagi seseorang
dari (merga ) ayah. Untuk anak peempuan disebut beru.Bagi anak laki-laki merga
ini akan diwariskan secara turun temurun. Secara singkat sistem
kekeluargaan/kekerabatan dalam kehidupan sosial bermasyarakat dikenal dengan
” Merga silima,Tutur siwaluh,Rakut sitelu,Perkade-kadeen sepuludua tambah
sada”

Kesenian Masyarakat Karo


MasyarakatKaro mengenal berbagai bidang Seni dan selalu sampai saat ini
dijalankan dan dijaga kelestariannya sperti; Seni Arsitektur,Seni Ragam
Hias/Ornamen(Seni Rupa),Seni Musik,Seni Tari,Seni Kerajinan Tangan,Seni
Sastra dan Seni Tenun/Kain (Uis ).
Tenun/Kain pada masyarakat Karo dinamakan UIS yang ditenun sendiri
oleh masyarakat dan bahan bakunya pun dari daerah Karo sendiri.Bahan-bahan
untuk Uis tersebut adalah Kambayat (Kapas) yang ditanam sendiri oleh
masyarakat,kemudian dipintal menjadi benang. Untuk mewarnai benang tersebut
dipergunakan air (lau) abu,kapur,kuning gersing(kunyit) dan telep(berasal dari
tanaman yang bernama sarap). Ramuan ramuan diatas diaduk hingga nanti
menimbulkan warna biru dan juga warna hitam. Untuk mewarnai benang ialah
dengan cara ipelabuhken (dicelup ). Setelah benang berwarna biru atau hitam
maka seterusnya dimasukkan ke dalam air tajin ( Nasi yang diremas ). Kemudian
dikeluarkan,lalu disisir,seterusnya dijemur. Setelah kering benang kemudian
digulung,dibuat ukuran sepanjang Uis dan seterusnya ditenun. Setelah selesai
ditenun maka benang sisa ujung benang dipintal dan diketang-ketang (membuat
ornamen) pada pinggiran Kanan dan Kiri Uis. Uis dipergunakan untuk pakaian
sehari-hari dan pakaian pada upacara-upacara adat. Misalnya dipakai pada pesta
perkawinan,pesta kesenian,Upacara kematian.

7
B. Pembahasan
Mengenal Nama-nama Kain Adat Karo (Uis Adat Karo)
Yang termasuk Uis Kapal Seperti;
a. Uis Gara
b. Uis Julu
c. Uis Gatip Mbiring
d. Uis Arinteneng(Teba)
e. Uis Kelam-Kelam

ARINTENENG,UIS GARA GATIP JULU,BATUJALA,UIS GARA

Uis Nipes (Selendang)


Yang termasuk Uis Nipes Seperti;
a. Uis Nipes Ragi Barat
b. Uis Nipes Ragi Mbacang
c. Uis Nipes Ragi Ireng
d. Uis Nipes Kurung Tendi
e. Uis Nipes Beka Buluh
f. Uis Jujung-jujungen

8
Kelengkapan Busana Pengantin Wanita
a. Kebaya
b. Longtorso/Kamisoll
c. Sarung
d. Uis Julu
e. Uis Nipes
f. Uis Kelam kelam
g. Uis Bekabuluh
h. Sandal
i. Emas Sertali
j. Kampil Rawang

Kebaya&Longtorso,Julu,Uisnipes,Kelam-kelam,Uis ekabuluh,Uis Jujungen

9
UIS JULU UIS NIPES

BAHAN TUDUNG KELAM –KELAM UIS BEKA BULUH

AKSESORIES PENGANTIN WANITA

10
SERTALI TUDUNG PADUNG KUDUNG KUDUNG BURA

KAMPIL RAWANG SANDAL

1. KELENGKAPAN BUSANA PENGANTIN PRIA KARO


a. Kemeja
b. Celanapanjang
c. Dasi
d. Jas
e. Gatip (Gonje)
f. Uis Nipes Bekabuluh (Bulang)
g. Uis Nipes Beka Buluh(Cengkok-cengkok)
h. Sarung/Selendang sarung(Kadangen)
i. Emas Sertali
j. Sepatu

11
2. AKSESORI PENGANTIN LAKI-LAKI

12
Sertali Bulang Rudang Mas Gelang Sarung

Bura Layang

Dalam Kehidupan sehari harinya masyarakat suku KARO yang salah satu
suku yang ada di Sumatera Utara yang mendiami dataran Tinggi daerah
pegunungan sangat melekat dengan adat istiadat yang memegang teguh sistem
kekerabatan” Mergasilima,Tutur siwaluh,Rakut sitelu” yang selalu penuh kegiatan
sehubungan dengan kaitan upacara adat,setiap saat terlihat dari TATABUSANA
nya.
Adapun pengelompokan TATABUSANA pada masyarakat KARO baik
pada acara acara adat, baik Suka maupun duka misalnya seperti
Pesta Perkawinan baik Kerja singuda,Kerja Sintengah dan Kerja Sintua.
Pesta Kematian baik acara Cawir metua la Rose maupun acara Cawir
metua Rose.
Acara Guro-guro Aron/Mantek baik saat Kerja tahun ataupun acara
Mburo ate tedeh dan lain-lainnya.
Berkaitan dengan segala acara pesta adat baik Suka maupun Duka tersebut
Seni Tatabusana khususnya pada masyarakat Karo dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar yaitu:

13
a. Rose Ertanda-tanda
b. Rose Lengkap
c. Rose Lengkap Eremas-emas
Dalam hal ini keseluruhan bahan akan diperkenalkan berkaitan dengan
seni pemakaiannya, apa sajakah yang harus dipersiapkan dan
dipakaikan seseorang yang mengenakannya.
Rose Ertanda-tanda
Laki-laki;
* .KEMEJA(Batik)
* CELANA PANJANG
* SARUNG(Sampan)
* CENGKOK-CENGKOK
Wanita;
 .KEBAYA
 SARUNG
 TUDUNG LIMPEK/LOLO
 .UIS NIPES

Rose Lengkap
LAKI-LAKI:
* .KEMEJA+ DASI
* .CELANA PANJANG + JAS
* .GONJE(GATIP 20/UIS MBIRING)
* .BULANG/TENGKULUK
* .CENGKOK-CENGKOK
* .KADANGEN
WANITA :
* .KEBAYA+LONGTORSO/KAMISOL
* .SARUNG
* .GONJE(JULU)
* .LANGGE-LANGGE(UIS NIPES)

14
* .TUDUNG KELAM KELAM(Teger limpek)

1. ROSE LENGKAP ER EMAS-EMAS

LAKI-LAKI:
* KEMEJA+ DASI
* CELANA PANJANG + JAS
* GONJE(GATIP 20/UIS MBIRING)
* .BULANG/TENGKULUK
* .CENGKOK-CENGKOK
* .KADANGEN
* .EMAS SERTALI

WANITA :
* .KEBAYA+LONGTORSO/KAMISOL
* .SARUNG
* .GONJE(JULU)
* .LANGGE-LANGGE(UIS NIPES)
* TUDUNG KELAM KELAM(Teger limpek)
* .EMAS SERTALI + KAMPIL
CONTOH PEMAKAIAN BUSANA ADAT

15
DOKUMEN ACARA” KALIMBUBU NGAMPEKEN OSE”

DOKUMEN ROSE LENGKAP DAN ROSE LENGKAP ER EMAS EMAS

DOKUMEN ROSE LENGKAP DAN ROSE LENGKAP ER EMAS EMAS

16
Busana Pengantin Modifikasi Busana Pengantin Busana

Tehnik/Langkah-langkah Pembuatan Tudung Teger Limpek ( Penutup Kepala


Wanita)
Dalam perjalanan tata kehidupan masyarakat Karo seorang Wanita tidak terlepas
dengan “Tudung” (Tutup Kepala) baik dalam kegiatan sehari hari maupun juga
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pesta/Upacara adat.
Pada masa masa sekarang ini sangat banyaksekali kaum ibu-ibu yang
sudah tidak tau cara pembuatan “Tudung” yang selalu sangat dibutuhkan dalam
setiap kegiatan sehari hari terutama dalam setiap acara adat istiadat Karo baik
bersifat Suka( misalnya pesta Perkawinan) maupun Dukacita (misalnya
Kematian).
Kami merasa perlu untuk membantu masyarakat untuk memaparkan tehnik dan
cara –cara praktis untuk pembuatan “Tudung” tersebut dengan membagi kedalam
beberapa langkah secara garis besarnya;
1. Membuat Ikat Rambut pada kepala dan Pembuatan Asak-asak(sumpel)
2. Membentuk Dasar Tudung
3. Memasang Uis Jujungen (Lapisan Luar atas Tudung)
4. Memasang Emas Sertali (Aksesori )

17
Ikat Rambut(Konde) Dasar Tudung BentukDepan

Membentuk Teger(Bentuk Belakang) Dasar Tudung Mbiring

MEMASANG JUJUNGEN

18
Memasang Aksesories

Tehnik/Langkah Pembuatan Bulang(Penutup Kepala Laki-lakiI )

1. Pertama tama Kain Uis bekabuluh dilipat menjadi 2 sesudah itu dilipat
menjadi berbentuk segi tiga dan bagian alasnya dilipat 2 kali selebar
kening (lbih kurang 3 jari)

2. Diletakkan diatas kepala pemakai,tarik ke belkang dan dililtkan pada


kepala mulai dari sisi kiri ke arah kanan lalu ke kiri

3. Rumbai ujung kain uis disisakan di sebelah kanan belakang kuping


(ikur cicak Bulang) kemudian dililit pakai bagian dari kanan ke kiri
dan dikunci di bagian Kiri (sengkul)

19
4. Dirapikan bahagian atas bagian sisi Kanan dan sisi kiri ,ditekukkan ke
depan

5. Pakaikan/lilitkan Emas Sertali Rumah –rumah Kitik pada Bulang

Acara Ngampeken Bulang(Memakaikan Bulang) secara Adat Karo

20
Makna Pemakaian Busana dan Aksesori Dalam Adat Karo
Busana “Erose Lengkap Eremas emas “ adalah merupakan kategori bbusana yang
paling tinggi dan dianggap merupakan busana yang paling diagungkan dalam
adat Karo dimana pada masa masa jaman dahulu hanya dipakai dan dimiliki oleh
orang –orang keturunan Raja yang disebut Pengulu.Ose Lengkap eremas emas
yang dipaikan Perhiasan Emas Sertali tersebut merupakan pakaian kebesaran
pada upacara adat Karo seperti pesta perkawinan (Kerja adat Erdemu Bayu
),memasuki rumah baru (Mengket Rumah Mbaru) dan Upacara Kematian
Cawirmetua Kalimbubu maba Ose.
Makna berhias/ berbusana pada masyarakat Karo secara umum dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan penting yang masing masing memiliki
perbedaan. Istilah berhias pada masyarakat Karo adalah Ose (Er-Ose ). Pada suku
Karo Er-ose itu dapat digolongkan menjadi:Er-ose Ertanda-tanda,Er-Ose
Lengkap dan Er-Ose Lengkap-er emas-emas.
Pada Er-ose ertanda tanda adalah biasanya pihak sukut atau Kalimbubu yang
mengenakannya dan hanya memakai pakaian biasa namun mereka harus
dipakaikan cengkok-cengkok dan tidak memakai bulang,sarung yang dipakai juga
sarung biasa untuk laki-laki,jika untuk perempuan sarungnya juga biasa dan

21
memakai tudung lolo/tudung limpek,kemudian harus memakai uis nipes Kadang-
kadangen (diselempangkan?diselendangkan).
Kedua adalah Erose Lengkap dimana yang akan memakai busana ini adalah kedua
orangtua mempelai pengantin pada pesta perkawinan dan juga yang menjadi sukut
pada acara kematian Cawirmetua er-ose,Untuk Laki laki harus memakai Double
dress(Jas)-pada kepala pakai bulang,Gonjenya uis Gatip 20(Uis mbiring)-pada
bahu dipakaikan selempang sarung pada bahu kanan jatuh ke arah kiri-dan juga
pada bahu dipakaikan cengkok-cengkok yang mana secara umum dapat
melambangkan makna Gagah perkasa,Sopan santun,berwibawa,Kerjakeras dan
bertanggungjawab serta punya keyakinan akan terhindar dari mara bahaya.
Ketiga adalah Er-Ose Lengkap Er-emas emas dimana yang memakai tambahan
aksesories “Emas Sertali” dari busana Ose Lengkap dan biasanya dipakaikan pada
kedua Mempelai( Pengantin Karo ). Pada pengantin Laki-laki perlengkapan yang
dipakainya adalah Doubel Dress- Bulang pada kepala dari uis bekabuluh dan juga
pada bahu uis bekabuluh sebagai cengkok-cengkok-memakai gonje uis gatip
20(gatip mbiring)-sebagai aksesori dikenakan pada Bulang diselipkan sebelah
kanan Rudang emas(Bunga mpalas) dan sertali rumah rumah kitik dililitkan pada
bulang kemudian dipakaikan Bura layang layang galang sebagai Kalung serta
gelang Sarung/gelang pijer pada tangan kanan.Dan pada masa masa awalnya
dahulu dipakaikan uis pementing sebagai ikat pinggang yang sekaligus berfungsi
sebagai tempat diselipkan pisau Tumbuk lada.Makna dari pemakaian busana ini
adalah melambangkan gagah perkasanya seorang laki-laki-punya etika sopan
santun-sanggup bekerja keras –Bertanggungjawab dan berani membela kebenaran
untuk kepentingan umum – mempunyai keyakinan akan terhindar dari mara
bahaya serta memiliki sifat yang bijaksana serta mampu hidup
sederhana/ekonomis serta menjalankan prinsip rajin menabung dan juga
menjalankan falsafah hidup suku Karo “Mergasilima,tutur siwaluh rakut sitelu
perkadekaden si sepuluhdua tambah sada.Pada masa sekarang ini pemakaian uis
pementing dan pisau tumbuklada ini sudah sangat jarang ditemukan dengan alasan
situasi. Pada pengantin perempan perlengkapannya adalah,memakai sarung
diabitkan(dililitkan),dilapisi gonje(Uis) Julu gatip 9-Uis nipes sebagai langge-

22
langge yang memiliki motif ornamen ujung panah yang melambangkan simbol
kekeluargaan dan pada kepala pengantin akan memakai tutup kepala “Tudung
teger limpek” dimana uis yang dipakai adalah uis kelam-kelam,dan Uis
Jujungen.Tudung Uis gara jongkit biasa dipakai oleh perempuan baik sukut dan
Kalimbubu.Ornamen pada Uis gara gatip memiliki lambang kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Pada uis jujungen terdapat ornamen yang motifnya ipen-ipen
yang fungsinya sebagai penolak bala. Pada tudung akan dipasang perhiasan
Sertali layang layang kitik dan padung Rajamehuli/padung kudung-kudung yang
pemakaiannya sejajar dengan telinga.selanjutnya pada leher dipakaikan Kalung
sertali layang-layang galang(besar).Makna dari pemakaian busana pada engantin
perempuan adalah beluh erjile jile (ikut membantu perbulangen) dalam
menjalankan rumah tangga yang harmonis dan sanggup menjadi Ibu yang arif dan
bijaksana-mampu menjaga harkat dan martabat keluarga-sehati sepikir dengan
suami dalam menjalani rumah tangga-menjalankan falsafah hidup suku Karo
“Mergasilima,tuturna siwalun rakut si telu perkade-kaden si sepuluhdua tambah
sada-gotongroyong-rajin dan ulet serta rajin menabung.
Perlengkapan perhiasan tersebut (emas sertali) tidak boleh sembarangan
yang memakainya karena hanya dipakai pada upacara upacara tertentu saja.Pada
awalnya perhiasan tersebut akan dilengkapi dan dipersiapkan oleh pihak
Kalimbubu,namun pada masa masa sekarang semua perlengkapan mulai dari kain
Uis sampai ke Aksesories pengantin dan pihak orangtua kedua mempelai sudah
dilengkapi oleh bidan pengatin(Salon). Setiap pengantin pada masa sekarang akan
memakai semua aksesories perhiasan pengantin tersebut,namun setiap pengantin
sudah tidak mengerti lagi makna simbol yang terdapat pada semua perlengkapan
yang mereka kenakan pada upacara perkawinan tersebut.
Setiap bagian perhiasan yang dikenakan oleh pengantin laki-laki adalah
Rudang emas,Sertali rumah-rumah kitik,Gelang Sarung/Pijer,Sertali Layang-
layang Galang,Uis Bekabuluh,Uis Gatip 20(Uis mbiring),Uis Gara-gara,Uis
Pementing dan Pisau Tumbuk Lada. Pengantin Perempuan perlengkapannya :Uis
gara Jongkit,Uis Kelam-kelam,Uis Jujung-jujungen,Uis Nipes,Padung
Rajamehuli/Kodong-kodong,Sertali Layang-layang Kitik,Sertali Layang –layang

23
Galang,dan Kampil. Makna simbol yang terdapat pada setiap bagian perhiasan
pengantin Karo adalah bilangan 3 melambangkan Rakut si
telu;Sukut/sembuyak,Kalimbubu dan Anakberu,Bilangan 5 melambangkan
lambang 5 cabang besar merga Karo (Merga si lima);Karo-
karo,Sembiring,Tarigan,Ginting,Perangin-angin.,bilangan 8 melambangkan
Tutur siwaluh; Puang Kalimbubu,Kalimbubu,Sembuyak, senina sipemeren,Senina
Sepengalon/Sendalanen,Anakberu,Anakberu menteri dan bilangan 12 dimana
bilangan tersebut memiliki lambang tentang menjunjung tinggi sistem
kekerabatan ,sistem sosial,silsilah marga dan aturan aturan adat yang masih
terjaga sampai sekarang dan tetap menjalankan peraturan adat yang berlaku.

Makna Busana Pengantin Laki-laki:


1. Bulang-bulang/Tengkuluk (Topi)=Tampe Medolat(Lambang gagah Perkasa)
2. Cengkok-cengkok=ula lit ukur kalak Ilat (Penolak Bala)
3.Kadangen=Nggeluh Erjujung Erkanting( Merupakan perlambang Kerja Keras)
4.Gonje,Sampan)=Pantang Mereha/Encidahken Kehamaten(Perlambang etika
sopan santun).
5.Gendit/Pementing=Erbenting Kibul (perlambang bertanggung jawab
menjalankan tugas.
6.Emas Sertali = Perlambang suka Menabung sehingga kumpulan kumpulan emas
dirajut dengan tali dimana simbol ini juga merupakan gambaran sistem
kekerabatan KARO dengan sebutan “Merga silima,Tutur si waluh Rakut sitelu
Perkade-kaden si sepuluhdua tambah sada”

Makna Busana Pengantin Wanita;


1. Tudung=Melambangkan Wanita Karo cantik dan baik budi pekertinya(Beluh
Erjile-jile) serta melambangkan sistem Kekerabatan Karo
2.Sarung,Gonje Langge-Langge=Merupakan perlambang keibuan serta etika
sopan santun(Pantang Mereha/Mehamat).

24
3.Kampil =Menghormati/Menghargai semua Tamu
4.Emas Sertali=Perlambang Suka Menabung sehingga kumpulan emas dirajut
dengan tali dan sekaligus merupakan gambaran sistem kekerabatan KARO yang
disebut”Merga Silima,Tutur iwaluh,Rakut Sitelu,Perkade-kadeen si Sepuluhdua
tambah sada”..
Makna Perhiasan Emas dalam Masyarakat Karo
Pada awalnya seorang perempuan itu menyimpan Emas/Suasa/Perak
menandakan dahulu seorang anak perempuan lahir akan digendong bibinya
dibawa ke pancuran atau ke mata air untuk dimandikan kemudian dibawa ke
rumah dan diucapkan kepada anak yang digendongnya”lampas kam mbelin
lampas gedang ya nakku gelah galang kam man impalndu kam ya” ( artinya cepat
besar ya keponakanku agar nanti besar menikah dengan anak tante). Anak
perempuan yang lahir pada masyarakat Karo akan ditupuk cupingna( Ditindik
kupingnya) kemudian dipakaikan Emas,kalaupun tidak ada Emas maka sebagai
penggatinya adalah sejenis rumput yaitu Padang teguh. Namun ketika sudah
tumbuh gigi dan usia anak tersebut mencapai 2 atau 3 tahun maka akan diadakan
acara CABUR BULUNG artinya diadakan perjodohan dini antara anak
perempuan tadi dengan impalnya(anak bibinya) walaupun ketika mereka dewasa
belum tentu kedua anak tersebut akan berjodoh.Pada upacara tersebut maka si bibi
anak perempuan tadi akan memberi Emas sebagai lambang kekelengen atau
lambang ikatan (lambang penghargaan bibi terhadap permennya). Jadi selain
makna simbolis juga memiliki lambang ikatan kekeluargaan untuk mempererat
semua keluarga “.
Namun disisi lain makna Emas pada dasarnya adalah melambangkan masyarakat
Karo adalah pribadi yang suka dan rajin menabung yang terbukti dari hiasan
pengantin Karo yang namanya ‘Emas Sertali” . Emas sertali asal katanya adalah
Emas si Ernali maksudnya dalah jalinan jalinan Emas yang diikat dengan tali.
Masyarakat dulu suka menyimpan emas kecil-kecil,disimpan sedikit demi sedikit
kemudian dikumpulkan dan jadilah Emas Sertali. Selain itu makna Emas pada
masyarakat Karo juga diartikan sebagai bentuk tabungan,sebab ibu ibu(Nande-
nande) suku Karo ketika mereka memiliki uang ,maka akan membeli Emas

25
dengan tujuan jadi simpanan,bila ada keperluan mendadak bisa menggadaikan
ataupun menjualkan Emas simpanan itu untuk memenuhi keperluan.

Makna Pemkakaian Wana –warna Busana Karo


a. Hitam (Mbiring) berarti memiliki makna Duka,Kelam,Teduh
(Megenggeng)
b. Biru (Biru )berarti makna Damai,Tenteram(Perkeleng )
c. Kuning (Megersing) berarti Agung,Mahal (Mehaga)
d. Merah (Megara ) berarti Berani berbuat untuk kepentingan umum (Mbisa)
e. Putih(Mbentar/Mbulan) berarti Suci,Bersih (Sabar)
f. Hijau (Meratah) berarti Sejuk,Subur ( Mehumur )

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian,Analisis data dan Observasi
lapangan,maka dapat dibuat kesimpulan perhiasan pengantin Karo berdasarkan
jumlah yang dipakai oleh pengantin Laki-laki sebanyak 8 motif yang terdiri dari 4
jenis perhiasan yang berbahan Kuningan disepuh emas.Perhiasan tersebut adalah
Rudang emas,Sertali Layang layang Kitik,Uis bekabuluh yang dikenakan pada
Kepala.Kemudian 1 jenis perhiasan dikalungkan yaitu Sertali Layang-layang
Galang dan ada 2 jenis kain uis bekabuluh sebagai Cengkok-cengkok atau
diletakkan pada bahu dengan dilipat membentuk segitiga,Uis Gara gara(Kampuh
sebagai Kadangen) sebagai Selempang yang terletak dibahu kanan dan terbentang
ke sisi pinggul kiri serta ada 1 gelang yang dipakai di tangan yaitu Gelang
sarung/Gelang Pijer. Jumlah perlengkapan yang dikenakan oleh pengantin laki-
laki yaitu ada 4 jenis perhiasan yang terbuat dari kuningan sepuhan emas dan ada
4 jenis kain yang dikenakan di kepala,di bahu dan di pinggang.

26
Pada pengantin perempuanperlengkapan yang dipakai sama jumlahnya
dengan pengantin laki-laki yaitu terdapat 8 motif yang terdiri dari 2 jenis
perhiasan yang disepuh emas biasanya dipakai pada penutup kepala (Tudung ).
Pada pengantin perempuan ada 1 jenis perhiasan berupa Kalung yang disebut
Sertali layang-layang galang . Pemakaian di pinggang ada 2 jenis kain yaitu; Uis
Julu dan Uis nipes.Kedua kain ini dililitkan pada pinggang atau bisa disebut
diabitken(Langge-langge). Selain itu ada juga tempat sirih,pinang yang selalu
dibawa pengantin perempuan yaitu Kampil yang melambangkan perempuan yang
sudah matang dalam kehidupan rumah tangga serta simbol penghormatan kepada
setiap tamu yang datang. Dalam perhiasan pengantin tersebut terdapat 30 motif
yang berbeda dan bervariasi, ada yang memiliki motif geometris motif hewan dan
motif tumbuhan. Walaupun ditemukan beberapa macam bentuk yang
berbeda,umumnya pada dasarnya memiliki makna yang sama serta tidak
mengurangi nilai Kesakralan upacara perkawinan tersebut.
Makna Simbolis yang terdapat pada setiap bagian perhiasan dan pada
setiap kain yang digunakan olehpengantin dalam upacara adat perkawinan pada
intinya menjunjung Tinggi nilai-nilai budaya pada masyarakat Karo seperti nilai
nilai kekerabatan,nilai sistem sosial, nilai kekeluargaan yang terdapat pada kain
Uis Nipes,Rudang Emas-emas,sertali layang-layang kitik,Uis Julu,Uis Jujung-
jujungen. Nilai kesopanan yang terdapat pada Uis gara-gara,Gelang sarung,Uis
Gatip 20,Uis gara Jongkit,Padung Raja mehuli,Kampil. Nilai Kesuburan dan
Kemakmuran adalah Sertali Layang-layang Galang. Nilai Kerja keras dan
pantang menyerah adalah Sertali Layang-layang Galang,Uis Mbiring atau Uis
Gatip 20, Uis Gara-gara.Nilai Tanggungjawab,Melaksanakan tugas sesuai sistem
kekerabatan pada masyarakat Karo dan nilai pembelaan diri terdapat pada pisau
Tumbuk Lada,Uis Pementing. Pada setiap perhiasan dulu dipercaya memilii nilai
simbol penolak bala,walaupun demikian pada dasarnya setiap bagian perhiasan
memilik nilai bilangan 3 yang melambangkan Rakut si Telu ,kemudian nilai
bilangan 5 yang memiliki arta 5 cabang marga pada masyarakat Karo yaitu Merga
silima dan nilai bilangan 8 yang berarti adalah Tutur si waluh atau delapan sapaan

27
panggilan kepada anggota keluarga atau sebut saja juga cara bertutur dalam
masyarakat Karo.
Diantara bentuk bentuk simbol yang dipakai oleh pengantin Karo ternyata
ada hubungan satu sama yang lain,karena ada perlengkapan yang dipakai oleh
pengantin laki-laki memiliki nilai Tanggungjawab melindungi istrinya.,dan
perlengkapan pada pengantin perempuan memiliki nilai menjaga kehormatan
suaminya.Setiap perhiasan yang dikenakan oleh kedua pengantin memiliki
hubungan yang erat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kekerabatan ,sebab
didalam satu perhiasan terdapat nilai-nilai Norma yang berlaku pada kehidupan
Masyarakat Karo. Sehingga nilai-nilai yang terdapat di masing-masing jenis
perhiasan saling melengkapi peran pasangan pengantin dalam memasuki
kehidupan rumah tangga baik untuk keluarga masing-masing pengantin maupun
untuk keluarga besar kedua belah pihak.
Jenis-jenis perhiasan yang dikenakan oleh pasangan pengantin Karo
memiliki hubungan dengan simbol status Keluarga dalam masyarakat Karo.
.Karena dalam Aksesori perhiasan pengantin Karo,Sertali juga memiliki makna
bahwa seseorang perempuan telah memiliki suami. Tiga bentuk perhiasan yang
dikenakan tersebut memiliki makna bahwa seorang pengantin perempuan yang
telah memakai Sertali memiliki makna tiga ikatan yaitu; (1)ikatan pertama diikat
dan terikat pada pasangan( Suami/Istri).
(2) Ikatan kedua diikat dan terikat kepada orangtua dan keluarga kedua belah
pihak
(3)Ikatan ke Tiga terikatkepada Tuhan Yang Maha Esa,Sertali yang juga memiliki
hubungan dengan tinali-tinali memiliki fungsi sebagai pengikat,dalam hal ini
pengikat antara pengantin Laki-laki dan Perempuan saja,tetapi mengikat
hubungan kekeluargaan atau kekerabatan baru antar dua belah pihak keluarga.
Kemudian ketika seorang perempuan telah memakai perhiasan dan mengikuti
proses Upacara pesta perkawinan,maka secara langsung ketika seorang
perempuan tersebut pergi menghadiri upacara-upacara adat lainny,maka dia akan
mengenakan Uis Nipes di bahunya sebagai selendang( Kadang-kadangen ),arti
pemakaian kain iini adalah melambangkan seorang perempuan yang sudah

28
berkeluarga dan menjadi istri,oleh karena itu kain ini tidak sembarangan dipakai
oleh anak gadis. Pada pengantin Pria juga berlaku hal yang sama,ketika mereka
sudah mengenakan perhiasan tersebut dan mengikuti proses adat
perkawinan,maka ketika pergi mengadiri upacara-upacara maka dia wajib
memakai sarung biasa dan diletakkan pada bahu mereka,dimana pemakaian kain
ini juga merupakan simbol telah berkeluarga dan telah menjadi suami.
Ketika pasangan pengantin telah berganti status menjadi suami istri maka
mereka harus mampu menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat,terutama
yang memulai kehidupan berumahtangga agar dalam kehidupan yang baru mereka
lebih mengerti akan tatanan adat yang wajib mereka junjung tinggi baik untuk
keluarga sendiri ataupun untuk keluarga pasangannya ,nilai kegotongroyongan
,nilai etika dalam bertatakrama kepada semua keluarga,nilai tanggungjawab,nilai
kerja keras,nilai berwibawa dan nilai-nilai yang sarat dengan kebenaran dan nilai
kejujuran.Hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya hubungan
pemakaian perhiasan pengantin dengan harapan-harapan baru karena dengan
mereka memakai perhiasan tersebut maka setiap pasangan ataupun pengantin
dapat menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang sudah berlaku pada masyarakat
Karo,sebab pada prosesi upacara adat yang dilakukan kedua pengantin sudah
diberikan nasehat-nasehat dalam menghadapi kehidupan berumah tangga.

29
Saran
Dengan adanya pembahasan ini maka diharapkan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Karo untuk lebih memperhatikan hasil kebudayaan daerah agar nilai-
nilai yang terdapat di setiap benda peninggalan sejarah tetap terpelihara dan wajib
dilestarikan agar tidak memudar seiring perkembangan Zaman dimana budaya
luar masuk dan berkembang ditengah-tengah kehidupan generasi muda.
Kepada Generasi muda Karo agar tetap memelihara,menjaga,dan
menjunjung tinggi serta melestarikan hasil budaya sendiri dengan jalan
mempelajari serta mengenali lebih dalam entang Busana dan Aksesories perhiasan
adat Karo secara umum dan khususnya Pengantin Karo serta mempelajari nama-
nama dan makna simbolis dari setiap bagian busana dan perhiasan yang masih
ada.
Kepada seluruh masyarakat Karo agar berperan serta dalam menanamkan
kembali nilai-nilai budaya kepada generasi muda dimulai dari lingkungan
keluarga,lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat agar tetap terjaga nilai-
nilai yang sudah menghilang karena pengaruh budaya luar dan kurang pedulinya
lapisan masyarakat terhadap budaya sendiri.
Kepada Pemerintah Daerah setempat agar membuat program sosialisasi
tentang kekayaan lokal kepada generasi muda sehingga tradisi budaya Karo tetap
dikenal oleh masyarakat luas.

30
Daftar Pustaka

Tarigan,Sarjani,2009.Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya.Balai


Adat Budaya Karo Indonesia.Medan

Sitepu AG,1980.Ragam Hias (Ornamen ) Tradisional Karo Seri A,Proyek


Penelitian Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera
Utara,Medan.

Sitepu AG,1996. Pilar Budaya Karo.Medan,Bali Scan

Prinst,Darwan,2004 Adat KaroMedan,Bina Media Perintis.

Tarigan,Henry Guntur 2008.DinamikaOrang Karo Budaya dan Modernisme.


Tanpa penerbit. Medan

31
BIODATA
1. Nama :LUKAS TARIGAN S.Pd
2. Tempat/Tanggal Lahir :Karo/12 Mei 1967
3.Jenis kelamin :Laki –laki
4.Agama :Kristen Protestan
5.Alamat :Jl.Sukaraja Munte NO 32
Kabanjahe
6.Status Perkawinan :Kawin

7.Pendidikan Terakhir :S-1 Bahasa Indonesia


8.Jabatan dalam Kursus :GURUSeniBudaya(PNS
)Fasilitator/Instruktur
9. Tempat Bertugas :SMP Negeri 2 Kabanjahe
9.Pengalaman :
a. Pendiri LKP.LINGGATA SALON

b. Sekretaris DPC Tiara Kusuma Kab.Karo Periode 2003-2008


c. Instruktur Kursus Wanita Kristen GBKP Berastagi Tahun 1994s/d
Sekarang
d. Mengikuti berbagai Seminar Kecantikan (Tatarias Rambut dan
Tatarias Wajah dari tahun 1990 s/d sekarang
e.PNS (Guru Seni Budaya ) di SMP Negeri 1 Juhar tahun 1991 s/d
1999

f.PNS (Guru Seni Budaya) di SMP Negeri 2 Kabanjahe tahun 2000 s/d
Sekarang
g.Wakil Ketua DPC HIPPKI Kab.Karo tahun 2006 s/d Sekarang.

32

Anda mungkin juga menyukai