Modul Akuntansi Keuangan 1 Penulis Drs Abdul Kadir Msi Ak CA Drs H Safriansyah Msi Ak Nur Astri Sari Mak Ak Compress
Modul Akuntansi Keuangan 1 Penulis Drs Abdul Kadir Msi Ak CA Drs H Safriansyah Msi Ak Nur Astri Sari Mak Ak Compress
AKUNTANSI KEUANGAN 1
Penulis:
Drs. Abdul Kadir, M.Si., Ak., CA
Drs. H. Safriansyah, M.Si., Ak.
Nur Astri Sari, M.Ak, Ak., CA
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi 1
Bab 2 Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi 6
Bab 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan Ekuitas 12
Bab 4 Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas 18
Bab 5 Kas dan Piutang 24
Bab 6 Persediaan 29
Bab 7 Aset Tetap dan Properti Investasi 35
Bab 8 Aset Tak Berwujud 41
Bab 9 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual 46
DAFTAR PUSTAKA 50
ii
Bab 1 Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi 1
Bab 1
Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi
1.1 Akuntansi
Akuntansi didefinisikan sebagai suatu sistem dengan input data dan output
berupa informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna internal
maupun ekternal entitas (Kieso, et al, 2010). Sebagai sistem, akuntansi terdiri atas
input, yaitu transaksi, proses yaitu kegiatan untuk merangkum transaksi, dan output
berupa laporan keuangan. Berdasarkan pengertian akuntansi tersebut, ada 4 hal
penting, yakni:
a. Input akuntansi adalah transaksi yaitu peristiwa bisnis yang bersifat keuangan.
b. Proses, merupakan serangkaian kegiatan untuk merangkum transaksi menjadi
laporan.
c. Output akuntansi adalah informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan.
d. Pengguna informasi keuangan adalah pihak yang memakai laporan keuangan
untuk pengambilan keputusan.
1.2 Akuntansi Keuangan
Bidang akuntansi dilihat dari sisi pengguna informasi dibagi menjadi dua
yakni, akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Bidang akuntansi yang
membahas penyusunan laporan keuangan untuk pengguna eksternal disebut sebagai
akuntansi keuangan. Sedangkan bidang akuntansi yang berfokus pada akuntansi
untuk tujuan internal entitas disebut akuntansi manajemen. Berikut adalah
perbedaan antara akuntansi keuangan dan manajemen:
Keuangan Manajemen
Tujuan Mengkomunikasikan posisi Membantu manajer dalam
keuangan pengambilan keputusan.
Pemakai Pihak eksternal Pihak internal/manajemen
Fokus Berorientasi masa lalu Berorientasi masa depan
Dasar pencatatan Prinsip Akuntansi Berterima Umum Cost-benefit
Rentang Waktu Tahunan/kuartal/semester Bervariasi
1.3 Standar Akuntansi Keuangan
Laporan keuangan untuk tujuan umum dibuat untuk memenuhi kebutuhan
sebagian besar pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan yang
beragam dengan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menyusun laporan
keuangan diperlukan standar akuntansi. Standar berfungsi memberikan acuan dan
pedoman dalam penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan antar-
entitas menjadi lebih seragam.
Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan.
Standar akuntansi terdiri dari kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan
dan penyataan standar akuntansi. Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen
laporan, karakteristik kualitatif, dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan.
Sedangkan, PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) berisikan pedoman
untuk penyusunan laporan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen
tertentu dalam laporan keuangan.
Saat ini, hanya dua standar akuntansi yang banyak dijadikan referensi atau
diadopsi di dunia, yaitu IFRS (International Financial Accounting Standard) dan
US GAAP (US Generally Accepted Accounting Principles). IFRS disusun oleh
International Accounting Standard Board (IASB) sedangkan US GAAP disusun
oleh Financial Accounting Standard Board (FASB).
Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri atas empat standar,
sering disebut sebagai 4 pilar standar akuntansi, yaitu;
a. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas
terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang
menggunakan dana masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pension).
SAK mulai mengadopsi IFRS penuh mulai tahun 2012.
b. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntantabilitas Publik (SAK
ETAP)
SAK ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntanbilitas publik
signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. Standar ini
mengadopsi IFRS untuk SME (small medium enterprise) dengan beberapa
penyederhanaan.
c. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
SAK Syariah adalah standar yang digunakan untuk entitas yang memiliki
transaksi syariah atau entitas berbasis syariah.
permasalahan akuntansi yang belum diatur dalam standar yang telah ada. Kerangka
konseptual ditujukan untuk:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya;
b. Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;
c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku; dan
d. Para pemakai dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
Bab 2
Sistem Informasi dan Siklus Akuntansi
Beban perlengkapan Rp 15 jt
Perlengkapan kantor Rp 15jt
2. Akrual
a. Beban yang harus dibayar, yaitu seluruh beban yang sudah terjadi
(dimanfaatkan atau digunakan), namun belum dibayarkan secara tunai.
Contoh: PT XYZ memiliki 5 orang karyawan kontrak yang upahnya
dibayarkan upahnya setiap hari jumat untuk lima hari kerja. Besarnya
upah yang dibayarkan untuk kelima karyawan tersebut Rp 2.500.000 per
minggu. Pembayaran upah untuk kelima karyawan tersebut akan
dilakukan pada 1 Januari 2016, maka jurnal penyesuaian yang perlu
dibuat pada 31 Desember 2015 adalah:
Beban upah Rp 2 jt
Utang upah Rp 2 jt
Piutang usaha Rp 3 jt
Pendapatan jasa Rp 3 jt
f. Gaji dan upah terutang pada tanggal 31 Des 2015 adalah Rp 8.000
Diminta:
a) Buatlah kertas kerja untuk membantu penyusunan laporan keuangan
b) Susunlah ayat jurnal penyesuaian
c) Susunlah laporan keuangan berupa laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan modal, dan laporan posisi keuangan.
d) Buatlah ayat jurnal penutup.
Bab 3
Laporan Laba Rugi Komprehensif dan Laporan Perubahan
Ekuitas
o Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui.
Terdiri atas (i) penyesuaian akibat perbedaan antara asumsi aktuarial dan
kenyataan dan (ii) dampak perubahan asumsi aktuarial.
o Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan
dari entitas asing.
o Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali asset keuangan yang
dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual. Keuntungan dan kerugian ini
berasal dari keuntungan dan kerugian belum terealisasi berupa selisih antara
nilai tercatat asset keuangan tersedia untuk dijual dengan nilai wajarnya ada
tanggal pelaporan keuangan.
o Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas.
Contoh penyajian laporan laba rugi komprehensif:
Bab 4
Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas
2. Asset tetap: asset berwujud yang digunakan dalam operasi entitas, misalnya
tanah, bangunan, mesin, dan furniture.
3. Asset tak berwujud: asset tanpa wujud fisik yang bukan berbentuk instrumen
keuangan, seperti hak paten, hak cipta, franchise, dan goodwill.
4. Asset lain yang bersifat tidak lancar: piutang jangka panjang dan biaya dibayar
dimuka jangka panjang.
Selanjutnya, entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka
pendek, jika:
1. Liabilitas diharapkan akan diselesaikan dalam siklus operasi normal;
2. Liabilitas yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan;
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Liabilitas yang tidak termasuk kategori di atas, diklasifikasikan sebagai liabilitas
jangka panjang. Liabilitas jangka panjang mencakup:
Liabilitas yang berasal dari pembiayaan, seperti penerbitan obligasi, utang sewa
guna usaha, dan utang bank jangka panjang;
Liabilitas yang berasal dari kegiatan operasi entitas, seperti kewajiban pension,
dan kewajiban pajak tangguhan.
Liabilitas yang bergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa di
masa depan, seperti provisi untuk kewajiban garansi.
Bab 5
Kas dan Piutang
5.1 Kas
Kas adalah asset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan. Kas merupakan asset paling likuid karena dapat digunakan untuk
membayar kewajiban perusahaan. Kas terdiri dari uang kartal yang tersimpan dalam
entitas, uang tersimpan dalam rekening bank, dan setara kas. Setara kas adalah
investasi jangka pendek yang sangat likuid. Agar dapat diklasifikasikan dalam
setara kas harus memenuhi karakteristik dapat dikonversi menjadi kas pada jumlah
tertentu tanpa risiko perubahan nilai dan jatuh temponya sangat dekat. Ukuran jatuh
tempo untuk dapat dikategorikan dalam setara kas biasanya tiga bulan.
5.1.1. Sistem Kas Kecil
Untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran kas dalam jumlah kecil entitas
membentuk dana kas kecil. Terdapat dua sistem kas kecil, yaitu:
1. Sistem imprest kas kecil : mekanisme kas kecil dimana dana dipertahankan
tetap. Pada awal dibentuk dana kas kecil dalam jumlah tertentu. Setiap ada
pengeluaran akan dibuat bukti pengeluaran tetapi tidak dibuat jurnal. Jika
jumlah kas kecil akan habis, maka akan dilakukan penggantian sejumlah dana
yang telah dipakai.
2. Fluctuating system: dana kas kecil tidak ditetapkan sejumlah tertentu sehingga
saldonya bervariasi dari waktu ke waktu.
Contoh:
PT Kirim Cepat menetapkan kas kecil Rp 5.000.000 pada 1 Desember 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan fisik kas kecil oleh kasir pada tanggal 31 Desember
2015, kas kecil yang tersisa adalah Rp 1.000.000. Berikut adalah bukti pengeluaran
yang terjadi:
Membayar penggantian biaya perjalanan dinas sebesar 1.400.000
Membayar honor kurir tidak tetap sebesar 750.000
Membayar biaya konsumsi rapat senilai 1.850.000
Sampai dengan akhir periode belum dilakukan penggantian dana kas kecil.
Penggantian baru dilakukan pada 16 Januari 2016 sebesar 4.000.000.
Jurnal:
Contoh:
Pada 31 Desember 2015, PT X mencatat saldo kas sebesar 3.969,45, sedangkan
saldo rekening koran di bank menunjukkan saldo sebesar 4.150. Berikut adalah item
yang berbeda antara pencatatan bank dan PT X
• Bank mengenakan biaya administrasi sebesar 25 dan belum dicatat PT X
• Bank menerima pembayaran wesel tagih dari pelanggan PT X, pokok wesel
1.200 dan bunga 36. Atas transaksi tersebut bank mengenakan biaya sebesar
5,5. Transaksi ini belum diketahui oleh entitas.
• Setoran sebesar 3.390 yang dilakukan pada 31 Des 2015 belum muncul pada
laporan bank.
• Cek yang dikeluarkan namun belum dicairkan sebesar 2.136,05
• Cek dari pelanggan sebesar 253,20 belum dapat diuangkan karena dananya
tidak cukup.
• Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan cek pembayaran dari pelanggan
yang seharusnya 90 namun dicatat 60.
• Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan cek untuk pembayaran hutang, cek
#742 senilai 491 dicatat sebesar 419 dan cek #747 senilai 58,2 dicatat sebesar
582.
PT X
Rekonsiliasi Bank
31 Des 2015
saldo per laporan bank 4150 saldo per laporan entitas 3969.85
deposit dalam transit 3390 administrasi bank -25
cek masih beredar -2136.05 pembayaran wesel tagih 1236
administrasi bank -5.5
Non sufficient fund -253.2
kesalahan pencatatan penerimaan cek 30
kesalahan cek#742 -72
kesalahan cek#747 523.8
Saldo 5403.95 Saldo 5403.95
5.2 Piutang
Piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Bentuk klaim
pada pihak lain dapat didasarkan pada perjanjian atau komitmen tertulis. Klain yang
didasarkan pada perjanjian tertulis disebut wesel tagih (promissory notes) atau
notes receivable. Piutang dapat juga didasarkan pada faktur (invoice) dari transaksi
penjualan, yang disebut piutang dagang atau account receivable.
Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar.
Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah
pihak pada tanggal transaksi. Pada saat perolehan, entitas seharusnya mengukur
piutang sebesar nilai kini dari kas yang akan diterima di masa depan (present value
of future cash flow).
Contoh:
PT Matahari menerima wesel tagih dari PT Edelwais untuk melunasi penjualan
mesin sebesar Rp 300.000.000. Harga pokok mesin tersebut Rp 250 juta. Wesel
tagih tersebut berbunga 12%. Wesel tersebut diterbitkan tanggal 31 Desember 2014
dan jangka waktu 12 bulan. Pokok akan diangsur selama 3 kali dengan jumlah
angsuran yang sama. Pembayaran dilakukan setiap akhir tahun.
Nilai angsuran (300 jt, 3, 13%) = Rp 124.904.690
Jurnal
31 Des 14 Wesel Tagih Rp 300 jt
Penjualan Rp 300 jt
HPP Rp 250 jt
Persediaan Rp 250 jt
31 Des 15 Kas Rp 124,90 jt
Pendapatan Bunga Rp 36 jt
Wesel Tagih Rp 88,90 jt
Bab 6
Persediaan
6.1 Pengertian
PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai asset yang;
i. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
ii. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut;
iii. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Klasifikasi persediaan antara satu entitas dengan entitas lain dapat berbeda-
beda. Entitas perdagangan baik perusahaan ritel maupun perusahaa grosir mencatat
persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory). Sedangkan
perusahaan manufaktur memiliki 3 jenis persediaan, yakni persediaan barang jadi,
persediaan barang dalam penyelesaian, dan persediaan bahan baku. Namun bagi
entitas jasa, biaya jasa yang belum diakui pendapatannya diklasifikasikan sebagai
persediaan.
Secara teknis, seharusnya suatu entitas mencatat pembelian atau penjualan
atas persediaan ketika telah mendapatkan atau melepaskan hak kepemilikan atas
barang tersebut. Namun, sering kali penentuan atas perpindahan hak kepemilikan
tersebut relative sulit untuk dilakukan, seperti dalam kasus berikut:
Barang dalam transit
Dalam proses pembelian barang, dapat saja terjadi di mana barang masih berada
pada posisi transit pada akhir periode fiskal. Apabila barang dikirim dengan
pengiriman FOB destination, maka biaya transportasi akan dibayar oleh penjual
dan hak kepemilikan tidak beralih hingga pembeli menerima barang tersebut,
sehingga pengakuan persediaan tetap berada pada penjual selama periode
transit. Sedangkan, apabila FOB shipping point, maka biaya transportasi akan
dikirim oleh pembeli dan hak kepemilikan beralih ketika barang dikirimkan,
sehingga pengakuan persediaan berada pada pembeli ketika periode transit.
Penjualan konsinyasi
Pada kerja sama penjualan konsinyasi ini pemilik barang (consignor)
mengirimkan barang kepada penjual (consignee), dimana penjual setuju untuk
menerima barang tanpa ada kewajiban apa pun, kecuali perawatan dan
6.2 Pengukuran
Berdasarkan PSAK 14 (revisi 2008) menyatakan bahwa persediaan diukur
berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Biaya
persediaan meliputi:
1. Biaya pembelian, meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya, biaya
pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat,
dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian
2. Biaya konversi, mencakup biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku
menjadi barang jadi atau barang dalam produksi.
3. Biaya lainnya, mencakup semua biaya yang timbul agar persediaan tersebut
berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Dalam melakukan pencatatan persediaan, entitas dapat menggunakan
sistem:
Sistem periodik merupakan sistem pencatatan persediaan dimana kuantitas
persediaan ditentukan secara periodic yaitu hanya pada saat perhitungan fisik
yang biasanya dilakukan secara stock opname.
Sistem perpertual merupakan sistem pencatatan persediaan diman pencatatan
yang up to date terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi
perubahan nilai persediaan.
Contoh:
Asumsi arus biaya yang digunakan oleh suatu entitas ini dapat saja berbeda
dengan asumsi arus fisik dari barang persediaannya. Standar akuntansi tidak
mengatur bahwa suatu entitas harus memilih asumsi arus biaya yang sesuai dengan
arus fisik persediaan. Terdapat 3 alternatif arus biaya yang bisa digunakan entitas,
yakni:
a. Metode Identifikasi Khusus
Berdasarkan metode ini maka suatu entitas harus mengidentifikasikan barang
yang dijual dengan tiap jenis dalam persediaan spesifik. Metode ini merupakan
metode yang paling ideal karena terdapat kecocokan antara biaya dan
pendapatan (matching cost against revenue). Metode ini hanya diterapkan pada
entitas yang memiliki persediaan sedikit, nilainya tinggi, dan dapat dibedakan
satu sama lain.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau FIFO
MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau
digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah barang yang dibeli atau diproduksi kemudian. Kelebihan metode ini
adalah relevansi nilai persediaan yang disajikan dalam laporan posisi keuangan
perusahaan. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah tidak merefleksikan
nilai laba yang paling akurat karena metode ini kurang cocok antara biaya dan
pendapatan.
c. Metode Rata-rata Tertimbang
Metode rata-rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya setiap unit
berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode
dan biaya unit serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode.
Perusahaan dapat menghitung rata-rata biaya secara berkala atau pada saat
penerimaan kiriman.
Nilai realisasi neto merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk
membuat penjualan. Persediaan akan dinilai pada nilai realisasi netonya apabila
nilai persediaan (yang didapat dari metode identifikasi khusus/MPKP/rata-rata)
lebih tinggi dari estimasi nilai yang akan diperoleh kembali. Penurunan nilai
menjadi nilai realisasi neto mungkin saja terjadi apabila barang persediaan
mengalami kerusakan, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau harga
jualnya telah turun. Ketika suatu entitas memiliki kelompok produk yang sejenis,
Bab 7
Aset Tetap dan Properti Investasi
Hitunglah bunga yang boleh dikapitalisasi atas pembangunan gedung tersebut dan
buatlah jurnalnya?
Setelah pengakuan awal entitas harus memilih model biaya atau model
revaluasi. Model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap seluruh asset
tetap dalam kelompok yang sama.
Dalam model biaya, setelah diakui sebagai asset maka suatu asset tetap
dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai asset.
Sedangkan dengan model revaluasi, setelah pengakuan awal, asset tetap
yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah
revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Berdasarkan PSAK 16, nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk
mempertukarkan suatu asset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s length
transaction). Berikut adalah berbagai kondisi terkait dengan perubahan jumlah
tercatat akibat penerapan metode revaluasi:
Kondisi 1: jika jumlah tercatat asset meningkat akibat revaluasi, kenaikan
tersebut langsung dikreditkan ke surplus revaluasi.
Kondisi 2: jika sebelumnya asset tersebut telah mengalami penurunan nilai
yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif, maka kenaikan revaluasi
harus diakui dalam laporan laba rugi komprehensif hingga sebesar jumlah
penurunan tersebut.
Kondisi 3: jika jumlah tercatat asset turun akibat revaluasi, maka penurunan
tersebut diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Kondisi 4: penurunan nilai akibat revaluasi langsung didebet ke surplus
revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus
revaluasi untuk asset tersebut.
Terdapat dua alternative perlakuan saldo surplus revaluasi, yakni:
1. Surplus revaluasi asset tetap yang disajikan dalam pendapatan komprehensif
lain dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat asset tersebut
dihentikan pengakuannya.
7.1.1. Penyusutan
Setiap bagian dari asset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh asset harus disusutkan secara
terpisah. Entitas harus mengestimasi nilai residu dan umur manfaat dari asset tetap
untuk menentukan besaran penyusutan tiap periode. Umur manfaat adalah (i) suatu
periode dimana asset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau (ii) jumlah
produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari asset tersebut oleh
entitas. Berikut adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan umur manfaat dari asset:
a. Prakiraan daya pakai dari asset yang bersangkutan.
b. Prakiraan tingkat keusangan fisik, yang pergantung pada factor pengoperasian
asset tersebut.
c. Keusangan teknis dan keusangan komersial.
d. Pembatasan pengunaan asset karena aspek hukum atau peraturan tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai residu asset adalah jumlah yang
diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset, setelah dikurangi
taksiran biaya pelepasan, jika asset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang
diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Terdapat beberapa alternatif metode penyusutan, yaitu:
1. Metode garis lurus
2. Metode saldo menurun
3. Metode jumlah unit.
7.1.2. Penurunan Nilai
Entitas harus melakukan review setiap akhir periode untuk menentukan
apakah terjadi penurunan nilai atas asset tetapnya. Berdasarkan PSAK 48 tentang
penurunan nilai, suatu asset mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya lebih
besar dibandingkan nilai terpulihkan (recoverable amount). Nilai terpulihkan
adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya menjual (fair value less cost
to sell) dan nilai pakai (value in use). Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah
jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu asset atau unit penghasil kas
dalam transaksi antar pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan,
dikurangi biaya pelepasan asset. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari
taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima. Dalam mempertimbangkan ada
tidaknya indikasi penurunan nilai asset tetap, maka entitas harus
mempertimbangkan informasi dari sumber eksternal dan internal.
Bab 8
Aset Tak Berwujud
8.1 Definisi
PSAK 19 (revisi 2010) mendefinisikan asset tak berwujud sebagai asset non
moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Karakteristik utama asset tak
berwujud, antara lain:
1. Dapat diidentifikasi, suatu asset dapat dikatakan memenuhi kriteria ini jika:
a. Dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan,
dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau
bersama-sama dengan kontrak terkait, asset atau liabilitas teridentifikasi,
terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut.
b. Timbul dari kontrak atau hal legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut
dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan
kewajiban-kewajiban lainnya.
2. Kendali, entitas mengendalikan suatu asset jika entitas memiliki kemampuan
untuk memperoleh manfaat ekonomis dari asset tersebut dan dapat membatasi
akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomi tersebut.
3. Tidak mempunyai wujud fisik.
Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak yang tidak dapat
dikembalikan, dikurangi diskon dan rabat;
Biaya yang secara langsung dapat diatribusikan yang terjadi dalam
menyiapkan asset tersebut sehingga siap untuk digunakan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
2. Akuisisi sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis
Biaya perolehan asset tak berwujud yang diakuisisi sebagai bagian dari
kombinasi bisnis adalah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi.
3. Akuisisi dengan Hibah Pemerintah
Pemerintah dapat memindahkan atau mengalokasikan asset tak berwujud,
seperti hak untuk mendarat di bandara udara, hak beroperasi pada stasion
televise atau radio, hak impor atau hak quota atau hak untuk mengakses sumber
terbatas lainnya, kepada entitas tertentu. Terdapat beberapa pilihan dalam
menentukan biaya perolehannya, seperti:
Mengakui sebesar nilai wajar; atau
Mengakui asset tak berwujud dan hibah dengan nilai nominal ditambah
dengan segala pengeluaran yang berhubungan secara langsung untuk
menyiapkan asset tersebut agar bisa digunakan sesuai dengan maksud
penggunaannya.
4. Pertukaran Aset
Biaya perolehan dari asset tak berwujud yang diperoleh dari pertukaran diukur
pada nilai wajar, kecuali transaksi pertukaran tersebut kurang memiliki
substansi komersial atau nilai wajar asset baik yang diterima maupun yang
dilepaskan tidak dapat diukur dengan andal. Jika asset yang diperoleh tidak
diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehan asset tak berwujud diukur
sesuai dengan jumlah tercatat dari asset yang dilepaskan.
5. Aset Tak Berwujud yang Dihasilkan secara internal
Goodwill hanya boleh diakui sebagai akibat dari kombinasi bisnis. Goodwill
yang timbul internal tidak diakui sebagai asset tak berwujud karena tidak
memenuhi kriteria pengakuan. Untuk menentukan apakah asset tak berwujud
yang dihasilkan secara internal (selain goodwill) dapat diakui sebagai asset tak
berwujud, maka perlu dibedakan antara tahap penelitian dan pengembangan.
8.3.1. Amortisasi
Setelah pengakuan awal, maka entitas perlu melakukan amortisasi atas asset tak
berwujud. Amortisasi sama halnya dengan depresiasi yang dilakukan atas asset
tetap. Untuk melakukan amortisasi, entitas perlu menentukan masa manfaat dari
asset tak berwujud. Asset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas harus
diamortisasi. Jumlah yang diamortisasi adalah harga perolehan asset dikurangi nilai
sisanya. Amortisasi dimulai pada saat asset tersebut siap untuk digunakan dan
8.4 Penyajian
Dalam laporan posisi keuangan, asset tak berwujud termasuk dalam asset tak lancar.
Dalam laporan laba rugi komprehensif, penyajian beban amortisasi dan kerugian
dari penurunan nilai sebagai bagian dari laba operasi berkelanjutan. Berikut adalah
controh penyajian asset tak berwujud dalam laporan posisi keuangan:
- Berapa kerugian dari penurunan nilai paten yang diakui di laporan laba rugi
komprehensif 2015?
- Hitunglah beban amortisasi paten untuk tahun 2016?
Bab 9
Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
9.1 Pengertian
Asset tidak lancar adalah asset yang tidak memenuhi definisi asset lancar,
misalnya asset tetap atau asset tak berwujud. Dimiliki untuk dijual artinya nilai
tercatat asset akan dipulihkan melalui penjualan, bukan digunakan dalam kegiatan
usaha. Suatu asset yang dimiliki untuk dijual adalah ketika entitas berniat untuk
tidak menggunakan asset tersebut dalam kegiatan operasionalnya, namun berniat
untuk menjualnya. Asset ini diidentifikasi secara terpisah agar pengguna laporan
keuangan mendapat informasi mengenai kinerja entitas di masa depan. Asset tidak
lancar yang dimiliki untuk dijual diatur tersendiri dalam PSAK 58 (revisi 2009).
9.3 Pengukuran
Pada saat asset diklasifikasikan menjadi asset tidak lancar yang dimiliki
untuk dijual, asset tersebut diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai
tercatat atau nilai wajar neto. Nilai tercatat adalah nilai terakhir yang diakui pada
laporan posisi keuangan. Nilai wajar neto adalah nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual. Biaya untuk menjual adalah biaya yang akan terjadi ketika entitas melepas
asetnya. Misalnya biaya transportasi untuk mengantar asset sampai ke tempat
pembeli atau biaya untuk membuat iklan penjualan asset.
Jika pada saat awal pengakuan, nilai wajar neto asset lebih rendah dari nilai
tercatatnya, maka entitas harus mengakui sebesar nilai wajar netonya, sehingga rugi
penurunan nilai asset tersebut langsung diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif pada saat awal pengakuan.
Asset tidak lancar yang telah diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual tidak
didepresiasikan lagi. Jadi, depresiasinya dihentikan sampai sesaat asset tersebut
diklasifikasi sebagai asset dimiliki untuk dijual.
Contoh:
PT Sun membeli mesin yang diakui sebagai asset tetap pada 1 Januari 2012 dengan
biaya perolehan Rp 50 juta. Asset ini diestimasi mempunyai nilai residu Rp 5 juta
dan masa manfaat 5 tahun. Pada tanggal 1 Januari 2015 aset tersebut
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Nilai wajarnya adalah Rp 20 juta dan
diperkirakan akan mengeluarkan biaya ongkos angkus ke tempat pembeli sebesar
Rp 1 juta.
Nilai tercatat asset = Rp 50 juta – Rp 27 juta = Rp 23 juta
9.6 Penyajian
Asset yang diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar dimiliki untuk dijual
harus disajikan secara terpisah dengan kelompok asset lainnya pada laporan posisi
keuangan. Asset semacam ini disajikan sebagai kelompok asset terpisah dalam
kelompok asset tidak lancar dimiliki untuk dijual dalam kelompok asset lancar.
Asset ini disajikan dalam kelompok asset lancar karena akan direalisasikan melalui
penjualan dalam jangka waktu 1 tahun.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009.
Jakarta: Salemba Empat.
Kieso, Donald. E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2010. Intermediate
Accounting: IFRS Edition. Edisi 1. Volume 1. John Wiley & Sons.
Martani, Dwi., et. al. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK.
Edisi 1. Buku 1. Salemba Empat.
50