Anda di halaman 1dari 72

PERBEDAAN KADAR SERUM BILIRUBIN TOTAL YANG

DIPERIKSA SEGERA DENGAN YANG DISIMPAN


PADA SUHU 2-8oC

Oleh:
NI PUTU HENY YUDIANI LESTARI
NIM. P07134016006

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2019
KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KADAR SERUM BILIRUBIN TOTAL YANG


DIPERIKSA SEGERA DENGAN YANG DISIMPAN
PADA SUHU 2-8oC

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III
Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Analis Kesehatan
Program Reguler

Oleh:
NI PUTU HENY YUDIANI LESTARI
NIM. P07134016006

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2019

i
LEMBAR PERSEMBAHAN

“Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab,

jadilah mahakarya, gelar diploma III kuterima, orang tua dan keluarga pun

bahagia.”

Terima kasih saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
segala tuntunan, perlindungan, serta hembusan nafas yang merupakan berkat yang
sangat luar biasa sehingga saya dapat menyelesaikan karya kecil yang tak
seberapa ini.
Kepada orang tua saya terima kasih atas dukungan moral maupun finansial
yang telah diberikan kepada saya, serta doa yang selalu kalian panjatkan sehingga
dapat menguatkan langkah saya dalam menjalanin kehidupan ini. Semoga karya
yang tak seberapa ini dapat menjadi hadiah terindah atas perjuangan yang selalu
kalian lakukan untuk saya. Tak lupa terima kasih saya ucapkan untuk tante saya
yang selalu memberikan motivasi saat saya merasa kurang percaya diri dalam
menyelesaikan karya ini, serta keluarga besar yang selalu memberi dukungan dan
semangat pada saya.
Kepada Bapak/Ibu Dosen, terima kasih atas bimbingan serta ilmu yang
telah Bapak/Ibu Dosen berikan sehingga dapat membuka dunia dan pandangan
saya menjadi lebih luas, khususnya dibidang Analis Kesehatan. Semoga karya ini
dapat menjadi kenangan kecil bagi Bapak/Ibu Dosen.
Untuk teman-teman JAK’16 dan sahabat-sahabat saya, terima kasih atas
kenangan indah, kebersamaan, canda maupun tawa serta semangat yang selalu
kalian berikan bagaikan pelangi yang menambah warna dalam kehidupan saya.

Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penyusunan ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
Karya Tulis ini berjudul “Perbedaan Kadar Serum Bilirubin Total yang
Diperiksa Segera Dengan yang Disimpan pada Suhu 2-8oC”. Karya Tulis ini tidak
terlepas bantuan dari berbagai pihak dan melalui kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, S.P., MPH selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberi kesempatan untuk
mengikuti pendidikan di Program Studi Diploma III Jurrusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
2. Ibu Cokorda Dewi Widya Hana Sundari, S.KM., M.Si. selaku Ketua
Jurusan Analis Kesehatan Denpasar yang telah memberikan izin dan
dorongan dalam penyusunan karya tulis ini.
3. Ibu Dr. dr. I.G.A Dewi Sarihati, M.Biomed., selaku pembimbing utama
yang telah bersedia memberikan bimbingan penyusunan karya tulis ini.
4. Bapak Heri Setyo Bekti, S.ST., M.Biomed selaku pembimbing
pendamping yang banyak memberikan bimbingan, arahan, dan masukkan
kepada penulis hingga Karya Tulis ini dapat diselesaikan tepat waktu.
5. Semua pihak yang telah membantu sehingga proses Karya Tulis ini dapat
diselesaikan dengan waktu yang ditentukan.

v
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis
miliki, oleh karena itu penulis tetap mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Atas perhatian Bapak/Ibu, penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, Mei 2019

Penulis

vi
RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama Ni Putu Heny Yudiani Lestari,

lahir di Tampaksiring pada tanggal, 19 Januari 1998.

penulis merupakan putri pertama dari pasangan I

Made Suasta (Ayah) dan Ni Wayan Semini (Ibu).

Penulis memulai pendidikan nya pada tahun 2003 di

taman kanak kanak Dharma Kerti Sanding.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah

Dasar Negeri 1 Sanding, pada tahun 2004.

Melanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1

Tampaksiring, pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013 dari Sekolah

Menengah Pertama, kemudian melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 1 tampaksiring dan lulus pada tahun 2016. Di tahun yang sama pula

penulis lulus seleksi masuk Poltekkes Denpasar jalur PMDP. Penulis memilih

Program Studi Diploma III Analis Kesehatan.

vii
viii
THE DIFFERENCE OF TOTAL BILIRUBIN LEVELS THAT ARE CHECKED
IMMEDIATELY WITH THE STORED AT 2-8oC TEMPERATURE

ABSTRACT
Laboratory tests are very important to help diagnose of the diseases. Examination
of liver function is indicated to detect liver abnormalities. Bilirubin is the main
product of the decomposition of old red blood cells. The purpose of this study was
to determine the differences in the results of serum total bilirubin examination
which was examined immediately with those stored at 2-8oC with the type of pre-
experimental research (one group pretest-posttest), 30 samples selected by
purposive sampling from the total population conducting chemical examinations
clinic in RSUDD Sanjiwani Gianyar. Total bilirubin levels were examined by
BiOLis 24i with the DCA method (Colorimetry test-Dichloroanilline). The
average total bilirubin level decreased for 96 hours. Samples stored for 48 hours
decreased the average total bilirubin level by 1.6% of the samples examined
immediately. Samples stored for 96 hours experienced a decline in total bilirubin
levels of 4.8% for samples that were examined immediately and experienced an
average decrease in total bilirubin levels of 3.2% for samples examined for 48
hours. Based on the One Way Anova test conducted, the p value = 0.951 was
obtained, that’s showing no significant difference in the results of the examination
of total bilirubin levels examined immediately, 48 hours and 96 hours against
total bilirubin levels.

Keyword: bilirubin total, fresh serum, stored serum

ix
PERBEDAAN KADAR SERUM BILIRUBIN TOTAL YANG DIPERIKSA
SEGERA DENGAN YANG DISIMPAN PADA SUHU 2-8oC

ABSTRAK
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis
penyakit. Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk mendeteksi adanya
kelainan hati. Bilirubin merupakan produk utama dari penguraian sel darah merah
yang tua. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil
pemeriksaan serum bilirubin total yang diperiksa segera dengan yang disimpan
pada suhu 2-8oC dengan jenis penelitian pra- eksperimental (one group pretest-
posttest), 30 sampel dipilih secara purposive sampling dari total populasi yang
melakukan pemeriksaan kimia klinik di RSUD Sanjiwani Gianyar. Kadar
Bilirubin total diperiksa dengan alat BiOLis 24i dengan metode DCA
(Colorimetri test- Dichloroanilline). Rata-rata kadar bilirubin total mengalami
penurunan pada pemeriksaan 96 jam. Sampel yang disimpan selama 48 jam
mengalami penurunan rata-rata kadar bilirubin total sebesar 1,6% dari sampel
yang diperiksa segera. Sampel yang disimpan selama 96 jam mengalami penuruan
rata-rata kadar bilirubin total sebesar 4,8% terhadap sampel yang diperiksa segera
dan mengalami rata-rata penurunan kadar bilirubin total sebesar 3,2% terhadap
sampel yang diperiksa selama 48 jam. Berdasarkan uji One Way Anova yang
dilakukan, diperoleh nilai p=0,951, menunjukan tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap hasil pemeriksaan kadar bilirubin total yang diperiksa segera,
48 jam dan 96 jam terhadap kadar bilirubin total.

Kata kunci: bilirubin total, serum segar, serum simpan

x
RINGKASAN PENELITIAN

PERBEDAAN KADAR SERUM BILIRUBIN TOTAL YANG DIPERIKSA


SEGERA DENGAN YANG DISIMPAN PADA SUHU 2-8oC
Oleh: Ni Putu Heny Yudiani Lestari (NIM : P07134016006)

Dalam proses pemeriksaan laboratorium ada tiga tahapan penting, yaitu,


pra analitik, analitik, dan paska analitik. Berdasarkan fakta dalam suatu
laboatorium tahap pemeriksaan yang sering diawasi dalam pengendalian mutu
hanya tahap analitik dan pasca analitik, sedangkan tahap pra analitik kurang
mendapat perhatian. Padahal tahap pra analitik ini dapat memberikan kontribusi
sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%,
dan kesalahan paska analitik 14%.
Dalam Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi stabilitas sampel seperti kontaminan oleh kuman dan bahan
kimia, terkena paparan sinar matahari, pengaruh suhu dan metabolisme dari sel-
sel hidup seperti sel darah. Sehingga terdapat beberapa cara penyimpanan untuk
sampel darah yaitu disimpan dalam bentuk serum di dalam lemari es dengan suhu
2-80C, dengan begitu stabilitas serum akan bertahan selama 5-7 hari.
Salah satu pemeriksaan laboratorium kimia klinik adalah pemeriksaan
kadar bilirubin total. Pada pemeriksaan bilirubin dari serum yang disimpan 4 hari
pada suhu 2-8ºC memilki hasil yang berbeda dengan hasil serum segar, hal ini
terjadi karena ketahanan bilirubin total pada serum yang disimpan pada suhu 2-
8ºC tidak bisa terlalu lama walaupun dilakukan perlakuan pencegahan terpapar
cahaya, apabila disimpan lebih dari 3 hari harus pada suhu -20ºC bahkan dapat
bertahan sampai 1 bulan lamanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan
serum bilirubin total yang diperiksa segera dengan yang disimpan pada suhu 2-
8oC. Penelitian ini menggunakan metode Colorimetric Test - Dichloroaniline
(DCA), karena campuran khusus (detergen enables) sangat sesuai untuk
menentukan bilirubin total.

xi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Pra-
Eksperiment dengan rancangan one group pretest-posttest. Penelitian ini
dilakukan terhadap pasien yang melakukan pemeriksaan kimia klinik di RSUD
Sanjiwani Gianyar. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret – Mei 2019
dengan responden sebanyak 10 orang.
Pada penelitian ini ditemukan nilai kadar bilirubin total antara 0,19 mg/dL
sampai 0,76 mg/dL sehingga nilai tersebut masih dalam batas normal. Rata-rata
kadar bilirubin total mengalami penurunan pada pemeriksaan 96 jam. Sampel
yang disimpan selama 48 jam mengalami penurunan rata-rata kadar bilirubin total
sebesar 1,6% dari sampel yang diperiksa segera. Sampel yang disimpan selama 96
jam mengalami penuruan rata-rata kadar bilirubin total sebesar 4,8% terhadap
sampel yang diperiksa segera dan mengalami rata-rata penurunan kadar bilirubin
total sebesar 3,2% terhadap sampel yang diperiksa selama 48 jam.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, hasil pemeriksaan
pada ketiga perlakuan diuji secara deskriptif mendapatkan nilai rata-rata dengan
melakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro Wilk. Dari hasil uji yang telah
dilakukan diperoleh data antara lain pemeriksaan segera didapatkan nilai p =
0,728, pemeriksanan yang disimpan 48 jam didapatkan nilai p = 0,757 dan
pemeriksaan 96 jam didapatkan nilai p = 0,736. Semua hasil tersebut memiliki
nilai angka p>0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi
normal.
Uji statistik kemudian dilanjutkan dengan uji One Way Anova untuk
mengetahui apakah ada perbedaan waktu pemeriksaan yang telah dilakukan
terhadap kadar bilirubin total dari masing-masing sampel. Berdasarkan uji One
Way Anova didapatkan nilai p=0,951, menunjukan tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap hasil pemeriksaan kadar sbilirubin total yang diperiksa segera,
48 jam dan 96 jam terhadap kadar bilirubin total.

xii
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan agar
pemeriksaan kadar bilirubin total harus segera dilakukan, apabila pemeriksaan
kadar bilirubin total tidak dapat dilajutkan segera sebaiknya sampel disimpan di
lemari pendingin pada suhu 2-8oC dan dibungkus dengan alumminum foil agar
stabilitas sampel tetap terjaga.

Daftar bacaan: 30 (2008-2017)

xiii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

RIWAYAT PENULIS .................................................................................. vii

SURAT PERYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................. viii

ABSTRACT .................................................................................................... ix

ABSTRAK ..................................................................................................... x

RINGKASAN PENELITIAN ........................................................................ xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hati ............................................................................................................ 7

B. Bilirubin ..................................................................................................... 8
xiv
C. Pra Analitik .............................................................................................. 18

D. Kesalahan Pemeriksaan Laboratorium ...................................................... 19

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 21

B. Variabel Penelitian ................................................................................... 22

C. Hubungan Antar Valiabel ......................................................................... 23

D. Definisi Operasional ................................................................................ 24

D. Hipotesis ................................................................................................. 24

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 25

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................. 25

C. Populasi Dan Sampel Penelitian .............................................................. 26

D. Alat, Bahan dan Prosedur Kerja................................................................ 28

E. Jenis, Teknik, Instrumen Pengumpulan Data dan Alur Kerja..................... 30

F. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 33

B. Pembahasan ............................................................................................. 38

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................................. 41

B. Saran ....................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 44

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Tabel Perbedaan Bilirubin Indirek Dan Direk ................................... 11

Tabel 2. Definisi Operasional ......................................................................... 24

Tabel 3. Nilai Terendah Dan Tertinggi Hasil Pemeriksaan Kadar


Bilirubin Total ......................................................................... …….35

Tabel 4. Perbedaan Rata-Rata Hasil Pemeriksaan Bilirubin Total Dengan


Uji One Way Anova ……………………………………………….....37

xvi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Metabolisme Bilirubin ................................................................ 13

Gambar 2. Kerangka Konsep ....................................................................... 21

Gambar 3. Hubungan Antar Variabel Penelitian .......................................... 23

Gambar 4. Alur Kerja .................................................................................. 31

Gambar 5. Hasil Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total pada Tiga


Kelompok Perlakuan……………………………………………..36

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total Yang Diperiksa
Segera, 48 Jam Dan 96 Jam Pada Suhu 8oC…………...…………44

Lampiran 2. Tabel Hasil Analisis Data ............................................................ 45

Lampiran 3. Surat Pernyataan Etik. ................................................................. 46

Lampiran 4. Surat izin penelitian Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan


Terpadu Satu Pintu. ..................................................................... 47

Lampiran 5. Surat izin penelitian Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik


Kabupaten Gianyar...................................................................... 48

Lampiran 6. Surat izin penelitian RSUD Sanjiwani Gianyar. ........................... 49

Lampiran 7. Foto Hasil Kegiatan . ................................................................... 50

xviii
DAFTAR SINGKATAN

mg : Milligram

cm : Sentimeter

dl : Desiliter

µ : Mikroliter

mL : Mililiter

mg/dl : Miligram per Desiliter

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

DCA : Dichloroaniline

HPLC : High Performance Liquid Chromatography

Hb : Hemoglobin

LSD : Least Significant Difference

RES : Retikuloendotial Sel

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

PMI : Pemantapan Mutu Internal

PME : Pemantapan Mutu Eksternal

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang

melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik,

mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain

yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk

menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan. Dalam proses pemeriksaan laboratorium ada tiga tahapan penting,

yaitu, pra analitik, analitik, dan paska analitik. Berdasarkan fakta dalam suatu

laboratorium tahap pemeriksaan yang sering diawasi dalam pengendalian

mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik, sedangkan tahap pra analitik

kurang mendapat perhatian. Padahal tahap pra analitik ini dapat memberikan

kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan

analitik 25%, dan kesalahan paska analitik 14% (Yaqin dan Dian, 2015).

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu

menegakkan diagnosis penyakit. Pengendalian terhadap pra analitik, analitik,

dan pasca analitik dapat memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang

akurat dan dapat dipercaya. Tahap pra analitik meliputi persiapan pasien,

pengambilan sampel darah, penanganan, persiapan sampel, persiapan alat dan

bahan. Tahap analitik meliputi pengolahan sampel dan interpretasi hasil.

Tahap pasca analitik meliputi pencatatan hasil dan pelaporan (Purbayanti,

2015).

1
Proses pra analitik yang lain yang juga masih kurang diperhatikan oleh

beberapa analis di laboratorium yaitu tentang penyimpanan sampel darah.

Penyimpan sampel dilakukan jika pemeriksaan ditunda, sampel akan dikirim

ke laboratorium lain atau disimpan karena dikhawatirkan akan ada tambahan

pemeriksaan sehingga pasien tidak akan ditindaki ulang untuk pengambilan

darah kembali. Penyimpanan sampel darah sebaiknya dalam bentuk serum

aliquot (Hasan, Mansyur dan Uleng, 2017).

Pada pemeriksaan kimia klinik, hampir semua pengukuran kimiawi

darah dilakukan pada plasma atau yang lebih spesifik, pada serum yang

diperoleh setelah sampel darah dibekukan dan bekuannya dipisahkan dengan

pemusingan (Hartini dan Maria, 2016). Hati memiliki banyak fungsi yang

terkait dengan metabolismekarbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Gangguan

faal hati dapat disebabkan oleh anemia hemolitik, pada keadaan ini faal hati

pada umumnya normal kecuali bilirubin. Pemeriksaan bilirubin memberikan

informasi tentang kemampuan hati untuk mengangkut empedu dan

mengkonjugasi bilirubin yang akan diekresikan ke empedu (Panil, 2008).

Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk deteksi adanya kelainan

atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis, memperkirakan

beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit, menilai hasil

pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta

menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati. Uji fungsi hati dapat dibagi

meenjadi tiga besar yaitu penilaian fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan

mencari etiologi penyakit. Pada penilaian fungsi hati diperiksa sintesis hati,

eksresi, dan detoksifikasi. Pemeriksaan bilirubin untuk menilai eksresi hati, di

2
laboraorium terdiri dari pemeriksaan bilirubin serum total, bilirubin serum

direk, dan bilirubin serum indirek, bilirubin urin dan produk turunannya

seperti urobilinogen dan urobilin di urin, serta sterkobilin dan sterkobilinogen

di tinja (Rosida, 2016).

Dalam Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi stabilitas sampel seperti kontaminan oleh kuman dan

bahan kimia, terkena paparan sinar matahari, pengaruh suhu dan metabolisme

dari sel-sel hidup seperti sel darah. Sehingga terdapat beberapa cara

penyimpanan untuk sampel darah yaitu disimpan dalam bentuk serum di

dalam lemari es dengan suhu 2-80C, dengan begitu stabilitas serum akan

bertahan selama 5-7 hari. Di laboratorium penundaan pemeriksaan memiliki

batas waktu yang bervariasi tetapi pada umumnya maksimal 2-3 hari. Jika

lebih maka pihak laboratorium akan meminta pengambilan sampel ulang

kepada pasien (Hartini dan Maria, 2016). Serum untuk pemeriksaan bilirubin

masih stabil selama 24 jam pada suhu 20-25ºC, selama 7 hari pada suhu 2-

8ºC, selama 3 bulan pada suhu -20ºC (Seswoyo, 2016).

Pada pemeriksaan bilirubin dari serum yang disimpan 4 hari pada suhu

2-8ºC memilki hasil yang berbeda dengan hasil serum segar, hal ini terjadi

karena ketahanan bilirubin total pada serum yang disimpan pada suhu 2-8ºC

tidak bisa terlalu lama walaupun dilakukan perlakuan pencegahan terpapar

cahaya, apabila disimpan lebih dari 3 hari harus pada suhu -20ºC bahkan dapat

bertahan sampai 1 bulan lamanya (Safarina, Dewi dan Ujang, 2016).

3
Bilirubin merupakan produk utama dari penguraian sel darah merah

yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan

empedu. Bilirubin dibagi menjadi dua yaitu bilirubin direk dan indirek.

Metode yang sering digunakan dalam pemeriksaan bilirubin yaitu: Metode

Jendrassik- Grof dan Colorimetric Test - Dichloroaniline (DCA). Penelitian

ini menggunakan metode Colorimetric Test - Dichloroaniline (DCA), karena

campuran khusus (detergen enables) sangat sesuai untuk menentukan bilirubin

total (Seswoyo, 2016).

Penelitian yang dilakukan Zunaidi (2011), menyebutkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan pada kadar bilirubin dalam serum yang dilakukan

pemeriksaan segera dan penundaan (yaitu: 1, 2 dan 3 jam pada suhu 2-8oC).

Penelitian yang dilakukan Safarina, Dewi dan Ujang (2016), menyebutkan

tidak terdapat perbedaan kadar bilirubin dalam serum yang dilakukan

pemeriksaan segera dan penundaan selama 3 hari pada suhu 2-8ºC serta ada

perbedaan kadar bilirubin total dalam serum yang dilakukan pemeriksaan

segera dan penundaan selama 4 hari pada suhu 2-8ºC.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Laboratorium

RS. Sanjiwani Kabupaten Gianyar. Penyimpanan sampel dilakukan paling

lama 2 hari, hal ini disebabkan karena tempat penyimpanan sampel yang tidak

sebanding dengan jumlah sampel.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai Perbedaan Kadar serum Bilirubin Total yang Diperiksa Segara

dengan yang Disimpan pada Suhu 2-8oC.

4
B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut “Apakah terdapat Perbedaan Kadar Serum

Bilirubin Total Yang Diperiksa Segera Dengan Yang Disimpan pada Suhu

2-8oC ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan serum bilirubin total

yang diperiksa segera dengan yang disimpan pada suhu 2-8oC.

2. Tujuan khusus

a. Menghitung kadar bilirubin total pada serum yang diperiksa segera.

b. Menghitung kadar bilirubin total pada serum yang disimpan selama 48

jam suhu 2-8oC.

c. Menghitung kadar bilirubin total pada serum yang disimpan selama 96

jam pada suhu 2-8oC.

d. Menganalisis perbedaan hasil pemeriksaan bilirubin total pada serum

segar dan serum simpan selama 48 jam dan 96 jam pada suhu 2-8oC.

5
3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan pemeriksaan bilirubin di laboratorium sehari-hari, khususnya

dalam hal pemilihan sampel yang tepat untuk pemeriksaan bilirubin total.

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi

hasil perbandingan kadar bilirubin total pada serum segar dan serum simpan.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau

pembendaharaan Karya Tulis Ilmiah di perpustakaan Politeknik Kesehatan

Denpasar.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hati

1. Pengertian dan fungsi

Hati merupakan organ kelenjar terbesar yang memiliki berat kira-kira

1200-1500 gram. Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan

saluran bilier dan kandung empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi

sistemik melalui arteri hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta

yang mengandung zat makanan yang diabsorbsi usus. Secara mikroskopis,

hati tersusun oleh banyak lobulus dengan struktur serupa yang terdiri dari

hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel

kupffer yang merupakan bagian dari sistem retikuloendotelial. Hati memiliki

peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan lipid, membantu proses

pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, serta

detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik (Rosida, 2016).

Interpretasi hasil pemeriksaan uji fungsi hati tidak dapat menggunakan

hanya satu parameter tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil

pemeriksaan, karena keutuhan sel hati dipengaruhi juga faktor ekstrahepatik.

Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi adanya

kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis,

memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit,

menilai hasil pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostik

selanjutnya serta menilai prognosis penyakit dan disfungsi hati. Jenis uji

fungsi hati dapat dibagi menjadi tiga besar yaitu pemeriksaan fungsi hati,

7
mengukur aktivitas enzim, dan mencari etiologi penyakit. Pada penilaian

fungsi hati diperiksa fungsi sintesis hati, eksresi, dan detoksifikasi (Rosida,

2016).

B. Billirubin

1. Pengertian

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme

dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel.

Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang

disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam

plasma menuju hati. Bilirubin yang dihasilkan dari pemecahan eritrosit

kemudian menuju hati melalui aliran darah. Dalam hati, bilirubin diproses lalu

diekskresikan ke dalam saluran empedu dan disimpan di kantong empedu.

Akhirnya, bilirubin dalam cairan empedu dilepaskan ke usus kecil untuk

membantu mencerna lemak dan akhirnya diekskresikan pada tinja sehingga

tinja atau feses kita berwarna kekuningan (Mathindas, 2013).

Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.

Bilirubin dalam darah terdiri dari dua bentuk, yaitu bilirubin direk dan

bilirubin indirek. Bilirubin direk larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui

urin. Sedangkan bilirubin indirek tidak larut dalam air dan terikat pada

albumin. Bilirubin adalah suatu pigmen yang terdiri dari senyawa tetrapirol

yang larut dalam lemak yang berasal dari pemecahan enzimatik dari gugus

heme dari berbagai hemoprotein yang berasal dari seluruh tubuh .sumber

utama dari bilirubin adalah dari pemecahan hemoglobin dari pembentukan sel

darah merah yang tidak sempurna (inaffective eryropoesis) dalam sumsum

8
tulang. Bilirubin yang berasal dari katabolisme hemoglobin terutama

diproduksi dalam jaringan RES lain. Di samping heme yang berasal dari

hemoglobin sebagian kecil dari bilirubin berasal dari pemecahan heme bebas

atau sitokrom yang mengandung heme yang diubah menjadi bilirubin sel-sel

hati (Oktavianty, 2017).

Bilirubin terdiri dari rantai terbuka empat Pirola-seperti cincin

(tetrapyrrole), sedangkan heme memiliki empat cincin yang terhubung ke

cincin yang lebih besar, yang disebut porfirin cincin. Bilirubin yang sangat

mirip dengan pigmen phycobilin yang digunakan oleh ganggang tertentu

untuk menangkap energi cahaya, dan pada pigmen fitokrom digunakan oleh

tanaman untuk menangkap cahaya. (Sulistjono, dkk, 2010).

2. Jenis- jenis bilirubin

Hati dapat memproduksi bilirubin yang berbeda-beda yang memiliki

fungsi dan sifat yang berbeda. Berikut merupakan macam-macam bilirubin

dan sifatnya :

a. Bilirubin terkonjugasi/ direk

Bilirubin terkonjugasi/ direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut

dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi

(bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan

diekskresikan ke usus, selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi

urobilinogen. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat

yang terdiazotasi membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk

atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin

intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign)

9
intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu.

Diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin

dengan hasil negatif (Rosida, 2016).

b. Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas

yang terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk

memudahkan bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan

alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan

bilirubin indirek. Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam

diagnosis penyakit bilirubinemia karena kelelahan pada jantung akibat

gangguan dari pengangkutan bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada

keadaan ini disertai dengan tanda-tanda kelelahan jantung, yang dapat diatasi

maka kadar bilirubin akan normal kembali dan harus dibedakan dengan

chardiac chirrhosis yang tidak selalu disertai bilirubinemia. Peningkatan yang

lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau eritropoesis yang tidak

sempurna, biasanya ditandai dari anemia hemolitik yaitu gambaran apusan

darah tepi yang abnormal dan umur eritrosit yang pendek (Rosida, 2016).

10
Tabel 1
Perbedaan bilirubin direk dan indirek

Bilirubin Direk Bilirubin Indirek


- Larut dalam air -Tidak larut dalam air
-Tidak larut dalam alcohol -Larut dalam alkohol
-Tidak terikat oleh protein -Terikat oleh protein albumin
- Mewarnai jaringan -Tidak mewarnai jaringan
-Dengan reagent Azo langsung bereaksi, -Dengan reagent Azo tidak bereaksi
tidak accelerator langsung perlu accelerator
-Dapat ditemukan dalam urine -Tidak terdapat dalam urine
-Bilirubin yang dikonjugasi - Bilirubin yang belum dikonjugasi
-Dapat difiltasi oleh glomerulus - Tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus

Sumber : Zunaidi,Pengaruh Penundan Pemeriksaan Bilirubin, 2011

3. Metabolisme bilirubin

Bilirubin merupakan hasil degradasi heme. Sekitar 85% bilirubin

dibentuk dari pemecahan sel darah merah yang sudah tua. Masa hidup eritrosit

rata-rata eritrosit adalah 120 hari. Dalam sehari, sekitar 50 mL darah

menghasilkan 200-250 mg bilirubin. Sebanyak 15% berasal dari dekstruksi sel

eritrosit matang dan dari hemoprotein, terutama dari hati. Bilirubin

terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran

empedu dan diekskresikan ke usus, selanjutnya flora usus akan mengubahnya

menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui

urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang

terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering

dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung. Bilirubin tak terkonjugasi

(hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus

11
lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat

bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung.

Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati

(kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin

terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan

masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah (Kurniawan, 2014).

12
Sistem retikulum endo plasma

Detruksi sel darah merah (120 hari)

Hemoglobin

Globulin Heme

Biliverdin

Bilirubin unconjugated (tak terkonjugasi)


Berikatan dengan albumin pada serum

Urine Siklus Feses


(urobilinogen) enterohepatik (sterkobilin)

Bilirubin unconjugated + Enzim asam


glukoronat transferase

Bilirubin conjugated terkonjugasi

Sumber: Kurniawa, Kimia Klinik (Praktikum Analis Kesehatan), 2014


Gambar 1. Metabolisme Bilirubin

13
Bilirubin tidak terkonjugasi yang dibebaskan ke dalam plasma akan

terikat erat tetapi secara nonkovalen dengan albumin. Bilirubin terkonjugasi

terikat pada albumin dalam dua bentuk yaitu, reversible dan ireversibel. Ikatan

nonkovalen yang reversible serupa dengan ikatan pada bilirubin tidak

terkonjugasi, kendati kompleks ini tidak begitu stabil. Jika terdapat dalam

serum untuk periode waktu yang lama (misalnya pada hepatitis kronik aktif),

bilirubin terkonjugasi dapat membentuk kompleks kovalen yang iriversibel

dengan albumin (bilirubin delta atau biliprotein). Karena bersifat ireversibel,

kompleks ini tidak diekskresikan oleh ginjal. Bilirubin terdapat dalam cairan

tubuh (cairan serebrospinal, efusi sendi, asites, efusi pleura, dan kista) dalam

proporsi sesuai dengan kandungan albuminnya dan tidak ada pada sekresi

sesungguhnya, seperti air mata, saliva, dan cairan pankreas. Bilirubin tidak

terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak larut dalam air kecuali bila jenis

bilirubin terikat sebagai kompleks dengan molekul amfipatik seperti albumin

(Isselbacher, dkk, 2012).

Kadar bilirubin dalam serum dipengaruhi oleh metabolisme

hemoglobin, fungsi hati dan kejadian-kejadian pada saluran empedu. Apabila

destruksi eritrosit bertambah, maka terbentuk lebih banyak bilirubin. Itu

mungkin menyebabkan bilirubin prehepatik naik sedikit, tetapi hati normal

mempunyai daya ekskresi yang cukup besar, sehingga peningkatan bilirubin

dalam serum tidak terlalu tinggi. Bilirubinemia tidak pernah lebih tinggi dari 4

atau 5 mg/dl kalau sebabnya hanya hemolisis saja. Melemahnya fungsi hati

menyebabkan kenaikan kadar bilirubin dalam serum yang mengesankan

(cukup tinggi), berkurangnya daya konjugasi pada sel-sel hati mungkin

14
menyebabkan kadar bilirubin indirek meningkat, melemahnya ekskresi

bilirubin konjugat mendatangkan kadar bilirubin post hepatik meningkat.

Konjugat bilirubin bersifat larut air dan mudah menembus filter glomeruli,

bilirubin berbalik arah kembali kealiran darah jika ada obstruksi saluran

empedu dimana saja : dalam jaringan hati, pada saluran hepatik, pada kantong

empedudan pada ductus choledochus. Disfungsi hepatoseluler yang sedang

derajatnya, menghambat penyaluran bilirubin konjugat ke dalam ductus

colligentis, kadar bilirubin direk dalam darah dapat meningkat pada penyakit

hepatoseluler, biarpun saluran-saluran empedu dapat dilalui dengan bebas.

Bila kadar bilirubin direk atau indirek sampai 2-4 mg/dl (nilai normal 0,3 - 1,0

mg/dl), maka pasien menderita ikterus, yakni menguningnya kulit, selaput

lendir dan sclera jam (Zunaidi, 2011).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan bilirubin

Berdasarkan faktor yang mempenagruhi hasil kadar bilirubin total

dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam.

a. Faktor luar

1) Sinar Matahari

Stabilitas bilirubin dalam serum pada suhu kamar tidak stabil dan

mudah terjadi kerusakan terutama oleh sinar, baik sinar lampu ataupun sinar

matahari. Serum atau plasma heparin boleh digunakan, hindari sampel yang

hemolisis dan sinar matahari langsung. Sinar matahari langsung dapat

menyebabkan penurunan kadar bilirubin serum sampai 50% dalam satu jam,

dan pengukuran bilirubin total hendaknya dikerjakan dalam waktu dua hingga

tiga jam setelah pengumpulan darah. Bila dilakukan penyimpanan serum

15
hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan tabung atau botol yang berisi

serum di bungkus dengan kertas hitam atau aluminium foil untuk menjaga

stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau lemari pendingin

(Hardjoeno, 2008).

2) Suhu dan waktu Penyimpanan

Suhu merupakan faktor luar yang selalu berhubungan langsung

terhadap sampel, baik saat penyimpanan maupun saat pemeriksaan.

Pemeriksaan kadar bilirubin total sebaiknya diperiksa segera, tapi dalam

keadaan tertentu pemeriksaan kadar bilirubin total bisa dilakukan

penyimpanan. Dengan penyimpanan yang benar stabilitas serum masih stabil

dalam waktu satu hari bila disimpan pada suhu 20ºC-25ºC, 7 hari pada suhu

2ºC-8ºC, dan tiga bulan pada penyimpanan -20ºC (Seswoyo, 2016).

3) Pemipetan

Ketelitian dalam memipet sangat menentukan hasil laboratorium,

terutama pipet mikro atau semi mikro. Volume sampel atau standar sangat

mempengaruhi hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, pipet harus dibilas terlebih

dahulu dengan sampel atau standar yang akan diambil (Zunaidi, 2011).

4) Reagen

Reagen yang telah usang atau penyimpanan yang kurang baik akan

mengurangi kepekaan reaksi kimia, terutama reagen pewarna atau enzim yang

ikut mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi (Panil, 2008).

16
b. Faktor dalam

1) Hemolisis akibat inkompaktibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus,

defisiensi G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat, Infeksi,

septicemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intrauterine,

Polisitemia, Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma

lahir, Ibu diabetes, Asidosis, Hipoksia/asfiksia, Sumbatan traktus digestif

yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik (Seswoyo, 2016).

2) Peningkatan kadar dari bilirubin total dan direkdapat terjadi akibat ikterik

obstruktif karena batu atau neoplasma empedu, hepatitis, sirosis hati,

mononucleosis infeksiosa, metastasis hati, penyakit Wilson. Selain terjadi

akibat penyakit dapat pula terjadi akibat penggunaan obat misalnya yaitu :

antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,

oksasilin, tetrasiklin (Seswoyo, 2016).

5. Metode pemeriksaan bilirubin total

a. Metode Jendrassik- Grof.

Metode dalam pemeriksaan bilirubin total yaitu :Metode

Jendrassik- Grof. Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan DSA (diazotized

sulphanilic acid) dan membentuk senyawa azo yang berwarna merah.

Daya serap warna dari senyawa ini dapat langsung dilakukan terhadap

sampel bilirubin pada panjang gelombang 578 nm. Bilirubin glukuronida

yang larut dalam air dapat langsung bereaksi dengan DSA, namun

bilirubin yang terdapat di albumin yaitu bilirubin terkonjugasi hanya dapat

bereaksi jika ada akselerator. Total bilirubin →bilirubin direk + bilirubin

indirek (Ecoline Diagnostic System) (Seswoyo, 2016).

17
b. Colorimetric Test - Dichloroaniline (DCA)

Prinsip :Total bilirubin direaksikan dengan dichloroanilin

terdiazotisasi membentuk senyawa azo yang berwarna merah dalam

larutan asam, campuran khusus (detergen enables ) sangat sesuai untuk

menentukan bilirubin total.Reaksi : Bilirubin + ion diazonium

membentuk Azobilirubin dalam suasana asam (Dialine Diagnostik)

(Seswoyo, 2016).

C. Pra-Analitik

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan

proses atau tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan

hasil pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI),

Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu. Pemantapan Mutu

Internal (PMI/Internal Quality Control) adalah kegiatan pencegahan dan

pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus

agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau penyimpangan

sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan Mutu Eksternal

(PME/External Qualiy Control) adalah kegiatan yang diselenggarakan secara

periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk

memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang

pemeriksaan tertentu (Santoso, 2015).

Selama ini di laboratorium klinik penyimpanan serum termasuk dalam

tahap pra-analitik. Salah satu sampel untuk pemeriksaan di laboratorium

biasanya menggunakan sampel serum. Serum dapat disimpan untuk

penundaan pemeriksaan yang terjadi karena jarak laboratorium dengan tempat


18
pengambilan sampel terlalu jauh sehingga serum harus disimpan dalam lemari

pendingin dan juga untuk mengantisip asi adanya komplain hasil pemeriksaan

dari pasien dan biasanya dipakai untuk mengulang pemeriksaan yang sama,

sehingga pada saat penyimpanan serum tersebut membutuhkan waktu. Pada

umumnya penyimpanan sampel didalam lemari pendingin pada suhu 4 oC

selama 1 – 2 minggu (Purbayanti, 2015).

D. Kesalahan Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

membutuhkan ketelitian, tetapi adakalanya terjadi kesalahan berupa

kekeliruan dalam penanganan sampel atau sampel yang tertukar. Terjadi hasil

pemeriksaan yang berbeda meski dilakukan berulang-ulang, tapi hal ini susah

untuk dihindari hanya dapat ditekan sekecil mungkin, kesalahan ini disebut

imprecision.terjadi pula kesalahan pengukuran, berupa pemipetan, suhu

ataupun kesalahan dalam pemograman alat, sehingga mempengaruhi hasil

(Seswoyo, 2016).

Adapum kesalahan yang dapat terjadi:

1. Kesalahan kasar

Kesalahan ini menyebabkan hasil tidak rasional dan tidak masuk akal.

Contohnya pada sampel yang tertukar dengan sampel yang lain. Hasil

pemeriksaan yang menyimpang ini cepat terdeteksi, biasanya diakibatkan oleh

kekeliruan pemeriksaan (Zunaidi, 2011).

19
2. Kesalahan acak

Kesalahan ini menyebabkan hasil sampel yang sama jika diperiksa

berulang-ulang dan tidak akan memberikan hasil yang sama, pasti ada

perbedaan. Kesalahan ini di sebut imprecision. Kesalahan acak susah untuk

dihilangkan, hanya dapat ditekan sekecil mungkin. Kesalahan hanya dapat

diterima jika dalam batas toleransi yang nilainya ditetapkan berdasarkan

kepentinganya (Zunaidi, 2011).

3. Kesalahan sistemik

Penyimpangan Hasil dari nilai target atau nilai rata-rata bersifat searah,

seperti nilai keseluruhan yang meninggi atau nilai seluruhnya merendah. Hal

ini terjadi pada kesalahan ukuran yang telah menyimpang pada prosedur kerja.

Penyimpangan tersebut antara lain ukuran pipet, suhu medium pemeriksaan,

pH lingkungan atau nilai standar yang berubah (Kokasih, 2008).

20
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Serum

Disimpan pada suhu 2-8oC

Faktor Internal Faktor Eksternal

 Hemolisis  Sinar matahari


 Suhu dan waktu
 Ikterik penyimpanan
 Pemipetan
 Reagen

Penurunan/
Peningkatan Kadar Bilirubin

Keterangan :
= Variabel yang tidak dianalisis
= Variabel yang dianalisis
Gambar 2. Kerangka Konsep

21
Dalam pemeriksaan bilirubin digunakan sampel berupa serum. Untuk

menjaga stabilitas sampel, dapat dilakukan penyimpanan pada suhu 2-8oC.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan bilirubin yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas, sampel yang

hemolisis dan ikterik, sedangkan faktor eksternal terdiri atas cahaya, suhu dan

waktu penyimpanan, pemipetan serta reagen. Faktor-faktor tersebut dapat

menyebabkan penurunan maupun peningkatan kadar bilirubin.

B. Variabel Penelitian

1. Varabel bebas

Varabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.

Pada penelitian ini yang termasuk kedalam variabel bebas adalah serum segar

dan serum simpan pada suhu 2-8oC.

2. Variabel terikat

Variabel terikat terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat dari variabel bebas. Pada penelitian ini yang termasuk variabel terikat

adalah bilirubin total (mg/dL).

3. Variable kontrol

Variabel pengganggu adalah variabel yang dapat mengganggu

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini

yang termasuk variabel pengganggu adalah sinar matahari, suhu dan

penyimpanan, pemipetan, dan reagen.

22
C. Hubungan Antar Variabel

Variabel bebas Variabel terikat

1. Serum segar Kadar bilirubin total


2. Serum simpan
3.

Variabel kontrol
1. Sinar matahari
2. Suhu dan waktu penyimpanan
3. Pemipetan
4. Reagen

Gambar 3. Hubungan Antar Variabel Penelitian

23
D. Definisi Operasional Variabel

Tabel 2
Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara pengukuran Skala


1 Serum Darah vena disentrifugasi dan ≤1 jam
Segar diambil bagian serum yang
kemudian langsung dilakukan
pemeriksaan kurang dari satu jam
setelah proses sentrifugasi dan
diperiksa pada suhu kamar 22-
27oC
2 Serum Darah vena disentrifugasi dan 48 jam dan 96
simpan diambil bagian serum yang jam setelah
selanjutnya, disimpan selama 48 sampel disimpan
jam dan 96 jam pada suhu 2-8oC
3 Kadar Kadar yang diperoleh dalam serum Alat kimia klinik Ratio
Bilirubin melalui metode Colorimetri test- BiOLis 24i
Total Dichloroanilline (DCA) yang Premium
diukur dengan alat kimia klinik
BiOLis 24i Premium

E. Hipotesis

Ada perbedaan kadar serum bilirubin total yang diperiksa segera

dengan yang disimpan pada suhu 2-8oC.

24
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pra- eksperimental dengan

design one group pretest-posttest. Pada desain ini, terdapat satu kelompok

yang digunakan untuk penelitian tetapi dibagi menjadi tiga, yaitu I yang tidak

diberi perlakuan (pre-test) adalah serum segar yang segera dilakukan

pemeriksaan ≤ 1 jam setelah pengambilan sampel, II (post-test 1) diberi

perlakuan dengan cara penundaan selama 48 jam pada suhu 2-8oC dan III

(post-test 2) diberikan perlakuan dengan cara penundaan selama 96 jam pada

suhu 2-8oC. Dalam penelitian ini tidak terdapat kelompok kontrol.

Kelompok Eksperimen:

Pre-test P1 Post-test P2 Post-test


1 2

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Patologi Klinik RSUD

Sanjiwani.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2019.

25
C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini

adalah pasien yang melakukan pemeriksaan kimia klinik di Laboratorium

Patologi Klinik RSUD Sanjiwani.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin meneliti

semua yang ada dipopulasi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan

waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus presentative

(mewakili).

a. Jumlah dan besar sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat waktu

dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini besar sampel diperoleh dengan

menggunakan rumus Federer sebagai berikut (Hanafiah, 2008);

(t - 1)(n - 1) ≥ 15

(3 - 1)(n - 1) ≥ 15

(2)(n - 1) ≥ 15

2n ≥ 15 + 3

2n ≥ 17

26
Keterangan:

n : jumlah sampel perkelompok perlakuan

t : kelompok perlakuan

Dengan demikian, setiap kelompok perlakuan terdapat minimal

sampel. Peneliti memilih menggunakan 10 sampel untuk setiap perlakuan

dengan jumlah kelompok perlakuan sebanyak 3 kelompok sehingga jumlah

seluruh subjek penelitian sebanyak 30 sampel.

b. Unit analis dan responden

Unit analis dalam penelitian ini adalah perbedaan kadar serum

bilirubin total yang segar diperiksa dengan yang disimpan selama 48 jam dan

96 jam pada suhu 2-8oC. Responden penelitian ini adalah pasien di RSUD

Sanjiwani yang berjumlah 10 orang.

c. Teknik sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dan populasi

untuk mewakili populasi. Pada penelitian ini, pengambilan sampel darah pada

10 sampel pemeriksaan kadar bilirubin total di Laboratorium Patologi Klinik

RSUD Sanjiwani. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

darah dengan purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel yang dikehendaki peneliti dengan adanya

beberapa pertimbangan , seperti keterbatasan dana, waktu, dan tenaga,

sehingga tidak dapat mengambil sampel dalam jumlah besar dan jauh. Adapun

kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

27
1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

a) Sampel serum tidak hemolisis

b) Sampel serum tidak lipemik

c) Sampel serum tidak berwarna kuning akibat faktor lain, selain bilirubin

2) Kreteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri anggota populasi

yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini yaitu:

a) Sampel serum rusak

b) Sampel serum terkontaminasi kuman dan bahan kimia

D. Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja

1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Spuit BD 5 cc, pinset,

tabung vacuum tanpa antikoagulan, torniquet, cup sampel, mikropipet, Alat

kimia klinik BiOLis 24i Premium, Centrifuge, rak tabung, yellow tip dan blue

tip.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah darah vena, serum,

reagen bilirubin total, alkohol swab, plester, akuades, kapas kering, dan tissue.

28
3. Prosedur pemeriksaan

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Prosedur pembuatan serum

 Tabung vacuteiner yang berisi sampel darah didiamkan selama kurang

lebih 30 menit sampai darah membeku sempurna.

 Kemudian disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 3000 rpm

 Pisahkan serum menjadi tiga bagian, 500µL serum segar, 500µL serum

simpan 48 jam dan 500µL sampel serum simpan 96 jam Serum.

 Serum simpan dibiarkan pada suhu 2-8oC.

b. Prosedur penyimpanan serum

Sampel serum yang telah siap dipisahkan dalam tiga tabung, tabung

pertama dilakukan pemeriksaan, tabung kedua (sampel cup) yang disimpan

selama 48 jam pada suhu 2-8oC serta dilapisi dengan aluminum foil dan

tabung ketiga (sampel cup) yang disimpan 96 jam pada suhu 2-8oC serta

dilapisi aluminum foil.

c. Prosedur pemeriksaan bilirubin total

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

 Sebelum dilakukan pemeriksaan alat harus sudah dikontrol dan terkalibrasi

 Dipipet serum sebanyak 500µL

 Kemudian dimasukkan kedalam cup sampel

 Dipilih pemeriksaan BIL-T pada computer

 Klik start

29
E. Jenis, Teknik, Instrumen Pengumpulan Data Dan Alur Kerja

1. Jenis data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh

dari kadar bilirubin total pada serum yang diperiksa segera dan disimpan pada

suhu 2-8oC.

2. Teknik pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil pemeriksaan kadar bilirubin total serum

segar dan serum simpan.

3. Instrument penelitian

a. Form Pencatatan Hasil Pemeriksaan

Alat yang digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan.

b. Refrigerator

Alat yang digunakan untuk menyimpan serum.

c. Alat Tulis

Alat yang digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan.

d. Kamera

Alat yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.

e. Alat kimia klinik BiOLis 24i Premium

Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan kadar bilirubin total.

30
4. Alur Kerja Penelitian

Sampel darah vena yang


disentrifugasi 3000 rpm
selama 10 menit

Serum dipisah menjadi 3


bagian

500µL serum 500µL serum 500µL serum


segar diperiksa simpan didiamkan simpan didiamkan
segera selama 48 jam selama 96 jam
pada suhu 2-8oC pada suhu 2-8oC

Diperiksa dengan alat kimia


klinik BiOLis 24i Premium

Catat hasil yang diperoleh


masukkan dalam tabel

Analisis data

Gambar 4. Alur Kerja

31
F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang disertankan dalam tabel mencakup variabel bebas yaitu

waktu pemeriksaan dan variabel terikat yaitu hasil pemeriksaan kadar bilirubin

total. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk grafik, tabel, dan narasi. Data

yang diperoleh dilakukan uji normalitas selanjutnya akan dilakukan uji

statistik.

2. Analisis data

Analisis data yang dipergunakan pada hasil pemeriksaan kadar

bilirubin total dalam serum segar, serum simpan selama 48 jam dan serum

simpan selama 96 jam pada suhu 2-8oC dengan menggunakan analisis data uji

statistik yaitu uji One Way Anova. Pertama dilakukan pengujian apakah data

berdistribusi normal atau tidak dengan uji Saphiro Wilk. Selanjutnya jika data

berdistribusi normal dilakukan uji One Way Anova. Jika didapatkan hasil yang

bermakna pada uji ANOVA dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant

Difference).

32
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani Gianyar merupakan

rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Gianyar, yang terletak di Jalan

Ciung Wanara No. 2 Gianyar. RSUD Sanjiwani, Gianyar berdiri sejak tahun

1955, dan pada tahun 2007, menjadi rumah sakit dengan status Badan

Layanan Umum Daerah (BLUD) dan terakreditasi B dengan 12 standar

pelayanan. RSUD Sanjiwani, Gianyar mempunyai luas lahan 2000 m2 dengan

luas bangunan 11.060. Adapun batas-batas lokasi Rumah Sakit Umum Daerah

Sanjiwani Gianyar yaitu:

a. Sebelah utara : Pertokoan

b. Sebelah timur : Jln.Ciung Wanara

c. Sebelah selatan : Jln. Mangga

d. Sebelah barat : Perumahan atau pemukiman penduduk

Laboratorium Patologi Klinik RSUD Sanjiwani Gianyar terletak di

lantai dua. Laboratorium Patologi Klinik RSUD Sanjiwani dibagi menjadi,

unit sampling, unit urinalisa & mikrobiologi, unit hematologi, unit kimia

klinik, ruang tunggu, dan terdapat ruang untuk istirahat khusus petugas.

Penelitian ini dilakukan di unit kimia klinik Laboratorium Patologi Klinik

RSUD Sanjiwani Gianyar. Di unit kimia klinik terdapat 4 alat yaitu, 2 alat

BiOLis 24i Premium, Roche 9180 Electrolyte Analyzer, dan alat pemeriksaan

HbA1c (Juni, 2016).

33
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Sanjiwani Gianyar melayani

pemeriksaan selama 24 jam yang terdiri dari tiga shift kerja yaitu shift pagi

(07.00-13.00 WITA), shift sore (13.00-19.00 WITA) dan shift malam (19.00

pm - 07.00 am WITA) dengan jadwal shift yang tersusun secara terlampir

(Juni, 2016).

Pasien yang melakukan pemeriksaan ke Laboratorium Patologi Klinik

RSUD Sanjiwani Gianyar berasal dari Poliklinik, IGD, ICU, NICU, PICU,

Ruang Rawat VIP Ayodya, Ruang Rawat Arjuna, Abimanyu, Astina, Bima,

Drupadi (Nifas), Kunti (VK Bersalin), Nakula, Perinatologi, Sahadewa, dan

Yudistira.

2. Karakteristik subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan

pemeriksaan kimia klinik di Laboratorium RSUD Sanjiwani Gianyar dan telah

memenuhi kritera inklusi dan eksklusi. Sampel diambil sebanyak 10 orang

terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan. Dengan usia responden 20 sampai 55

tahun. Darah yang diambil pada masing-masing sampel disentrifugasi,

kemudian dipisahkan bagian serumnya. Serum yang telah dipisahkan dibagi

dalam tiga perlakuan sehingga besar sampel keseluruhan adalah 30 sampel.

3. Hasil pengamatan terhadap subjek penelitian berdasarkan variabel

penelitian

Pemeriksaan bilirubin total dilakukan menggunakan alat BiOLis 24 i

Premium dengan metode Colorimetri test- Dichloroanilline (DCA) terhadap

30 sampel pasien yang melakukan pemeriksaan kimia klinik di RSUD

Sanjiwani Gianyar dengan tiga kelompok perlakuan yaitu diperiksa segera,

34
disimpan 48 jam dan disimpan 96 jam pada suhu 2-8oC. Nilai normal

pemeriksaan kadar bilirubin total yaitu 0,1-1,2 mg/dL, dan pada penelitian ini

ditemukan nilai kadar bilirubin total antara 0,19 mg/dL sampai 0,76 mg/dL

sehingga nilai tersebut masih dalam batas normal.

Tabel 3
Nilai Terendah dan Tertinggi Hasil Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total
Ketiga Kelompok Perlakuan

Kadar Bilirubin (mg/dl)


No Perlakuan
Terendah Tertinggi
1 Segera 0,20 0,75
2 48 jam 0,24 0,76
3 96 jam 0,19 0,73

Tabel 3 menunjukan dari ketiga perlakuan nilai pemeriksaan kadar

bilirubin total terendah ditunjukan pada kelompok pemeriksaan 96 jam sebesar

0,19 mg/dL dan nilai tertinggi pada pemeriksaan bilirubin total ditemukan

pada kelompok pemeriksaan 48 jam sebesar 0,76 mg/dL. Hasil pemeriksaan

kadar bilirubin total yang diperiksa segera, 48 jam dan 96 jam secara

terperinci dapat digambarkan pada gambar:

35
Gambar 5. Hasil Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total pada Tiga Kelompok
Perlakuan

Gambar 5 menunjukan hasil pemeriksaan kadar bilirubin total rata-

rata mengalami penurunan pada pemeriksaan 48 jam dan pada pemeriksaan 96

jam. Penurunan terterndah dari hasil pemeriksaan kadar bilirubin total terjadi

pada pemeriksaan 96 jam. Sampel yang disimpan selama 48 jam mengalami

penurunan rata-rata kadar bilirubin total sebesar 1,6% dari sampel yang

diperiksa segera. Sampel yang disimpan selama 96 jam mengalami penuruan

rata-rata kadar bilirubin total sebesar 4,8% terhadap sampel yang diperiksa

segera dan mengalami rata-rata penurunan kadar bilirubin total sebesar 3,2%

terhadap sampel yang diperiksa selama 48 jam.

4. Analisis data

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, hasil

pemeriksaan pada ketiga perlakuan diuji secara deskriptif mendapatkan nilai

rata-rata dengan melakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro Wilk

(Lampiran 2). Dari hasil uji yang telah dilakukan diperoleh data antara lain

36
pemeriksaan segera didapatkan nilai p = 0,728, pemeriksanan yang disimpan

48 jam didapatkan nilai p = 0,757 dan pemeriksaan 96 jam didapatkan nilai p

= 0,736. Semua hasil tersebut memiliki nilai angka p>0,05. Dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

Uji statistik kemudian dilanjutkan dengan uji One Way Anova

(Lampiran 2) untuk mengetahui apakah ada perbedaan waktu pemeriksaan

yang telah dilakukan terhadap kadar bilirubin total dari masing-masing

sampel. Berdasarkan uji One Way Anova didapatkan nilai p=0,951,

menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil pemeriksaan

kadar bilirubin total yang diperiksa segera, 48 jam dan 96 jam terhadap kadar

bilirubin total. Hasil lebih rinci ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4
Perbedaan Rata-Rata Hasil Pemeriksaan Bilirubin Total
Dengan Uji One Way Anova

Rerata Kadar
No Perlakuan SD (Standar Deviasi) P
Bilirubin (mg/dl)
1 Segera 0,500 0.17404
2 48 jam 0,492 0.16739 0,951
3 96 jam 0,476 0.17386

37
B. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap perbedaan kadar

serum bilirubin total yang diperiksa segara dengan yang disimpan pada suhu

2-8oC di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Sanjiwani Gianyar, dengan

menggunakan alat BiOLis 24i Premium dimana sebelum di lakukan

pemeriksaan kadar bilirubin total sudah dilakuan kontrol pada alat terlebih

dahulu. Bilirubin merupakan pigmen berwarna kuning yang merupakan

produk utama dari hasil perombakan heme yang terjadi akibat perombakan sel

darah merah oleh sel retikuloendotel, dan hasil dari perombakan zat-zat lain.

Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan melalui cairan

empedu. Kadar bilirubin yang tinggi dalam darah (hiperbilirubinemia) dapat

mengindikasikan kerusakan hati. Kadar bilirubin normal dalam darah yaitu di

bawah 1,2 mg/dL.

Berdasarkan rata-rata hasil kadar bilirubin total pada pemeriksaan

segera diperoleh hasil masih dalam batas normal dengan rata-rata 0,5

mg/dL.Kadar bilirubin total pada pemeriksaan yang disimpan selama 48 jam

ditemukan kadar yang mengalami kenaikan ataupun penurunan, akan tetapi

masih dalam batas normal dengan rata-rata 0,492 mg/dL.Kadar bilirubin total

yang disimpan selama 96 jam ditemukan kadar yang mengalami kenaikan

maupun penurunan, akan tetapi masih dalam batas normal dengan rata-rata

0,476 mg/dL.

Pada penelitian ini terjadi peningkatan kadar serum bilirubin total pada

beberapa sampel pemeriksaan 48 jam. Peningkatan kadar dari bilirubin total

dapat terjadi akibat ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma empedu,

38
hepatitis, sirosishati, mononucleosis infeksiosa, metastasis hati, penyakit

Wilson. Selain terjadi akibat penyaki dapat pula terjadi akibat pengguna

anobat misalnya yaitu: antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin,

gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat anti

tuberkulosis (asam para amino salisilat, isoniazid),, isoniazid), alupurinol,

diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisis, dekstran, diazepam

(valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam,

indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid,

kontrasepsi oral, torbutamid, serta vitamin A, C dan K (Joyce, 2009).

Peningkatan kadar bilirubin merujuk pada tingginya kadar bilirubin

terakumulasi dalam darah dan ditandai dengan joundis atau ikterus, suatu

pewarnaan pada kulit, sclera dan kuku. Fototerapi merupakan suatu

pendekatan terapeutik yang saat ini digunakan pada penderita

hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi ditujukan untuk menguraikan bilirubin

dalam darah (Labir, Sulisnadewi dan Gumilar, 2014).

Selain itu, dalam penelitian ini juga diperoleh penurunan kadar

bilirubin pada beberapa sampel pemeriksaan 96 jam. Dimana penurunan kadar

dari bilirubin total dan direk dapat disebabkan karena anemia defisiensi besi

dan pengaruh obat seperti barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein

dalam dosis tinggi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah suhu

penyimpanan yang tidak terkontrol, waktu penyimpanan yang kurang tepat,

pemipetan yang kurang akurat dapat mempengaruhi hasil (Joyce, 2009).

39
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji one way anova

diperoleh nilai p=0,951 dimana nilai p>0,005, hal ini menunjukkan kadar

bilirubin tidak berbeda bermakna diantara sampel yang diperiksa segera, dan

disimpan selama 48 jam dan 96 jam pada suhu 2-8oC, hasil penelitian yang

sama disebutkan oleh Safarina, Dewi dan Ujang (2016), yang menyebutkan

ada perbedaan kadar bilirubin total dalam serum yang dilakukan pemeriksaan

segera dengan yang disimpan selama 3 hari pada suhu 2-8ºC sedangkan pada

pemeriksaan 4 hari diperoleh adanya perbedaan, manun dari 30 sampel 27

diantaranya tidak mengalami penurunan kadar bilirubin tetapi 3 sampel

lainnya mengalami penurunan, dari hasil ini dapat dilihat bahwa serum

mampu bertahan lebih dari 3 hari. Pada penelitian ini tidak ada perbedaan dari

kadar bilirubin total yang diperiksa segera dengan yang disimpan selama 96

jam pada suhu 2-8ºC, dapat disebabakan karena proses penyimpanan sampel,

dimana sampel disimpan pada suhu 2-8ºC yang dapat stabil selama 7 hari,

sedangkan pada suhu -20oC stabil dalam jangka waktu 3 bulan (Seswoyo,

2016), selain itu penyimpanan sampel yang minim terhadap paparan cahaya

juga akan mempengaruhi stabilitas sampel (Sofronescu, Todd dan Yusheng,

2012).

Pemeriksaan dengan hasil yang akurat perlu penanganan sampel yang

baik, pemeriksaan sampel segera, waktu penyimpanan sampel pada suhu

rendah, tempat gelap, dan dengan tabung atau botol tertutup kertas

gelap/kertas alumunium foil agar kestabilan serum atau reagen tetap terjaga

(Joyce, 2009).

40
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Maka peneliti dapat menarik simpulan sebagai berikut:

1. Kadar bilirubin total pada pemeriksaan segera diperoleh hasil masih dalam

batas normal dengan rata-rata 0,5 mg/dL.

2. Kadar bilirubin total yang disimpan selama 48 masih dalam batas normal

dengan rata-rata 0,492 mg/dL.

3. Kadar bilirubin total yang disimpan selama 96 jam masih dalam batas

normal dengan rata-rata 0,476 mg/dL.

4. Tidak ada perbedaan hasil pemeriksaaan bilirubin total segera, disimpan

48 jam dan 96 jam pada suhu 2-8oC.

B. Saran

Dalam penelitian ini saran-saran yang disampaikan adalah:

1. Bagi petugas laboratorium sebaiknya pemeriksaan kadar bilirubin total

harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari terjadinya

kesalahan, apabila pemeriksaan kadar bilirubin total tidak dapat dilakukan

segera, sebaiknya sampel disimpan pada suhu 2-8oC dan dibungkus

dengan alumminum foil agar stabilitas sampel tetap terjaga.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan analisa perbedaan kadar

serum bilirubin total pada suhu 2-8oC dengan penundaan lebih dari 4 hari

dan dengan menggunakan sampel yang lebih banyak.

41
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, K. A. 2008. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondisional


Bidang Pertanaman, Peternakan, Perikanan, Industri, dan Hayati. Cetakan
pertama. Jakarta. ECG.
Hardjoeno, H. 2008. Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Edisi 3.
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hartini, S. dan Maria. 2016. Uji Kualitas Serum Simpanan Terhadap Kadar
Kolesterol dalam Darah Di Poltekkes Kemenkes Kaltim, Jurnal Ilmiah
Manuntung, 2(1), pp. 65–69.
https://jurnal.akfarsam.ac.id/index.php/jim_akfarsam/article/view/49.
diakses tanggal 21 November 2018.
Hasan, Mansyur dan Uleng. 2017.Variasi Perlakuan Penanganan Sampel Serum
Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah, JST
Kesehatan, 7(1), pp. 72–78.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/inc/downlaod.php?id_journal=4189&linksx=
51ae1f79e15312c6beebfaffd10b5752&ext=.pdf&hit=0.
diakses tanggal 13 Januari 2019.
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci and Kasper. 2012. Prinsip-Prinsip
Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1. Edited by Ahmad H. Asdie. Jakarta. ECG.
Joyce, L.F.K. 2009. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Edisi 6.
EGC. Jakarta.
Juni, A. 2016. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar.
Administrasi Rumah Sakit, pp. 4–34.
https://www.scribd.com/document/348749947/Gambaran-Umum-Rumah-
Sakit. diakses tanggal 18 Mei 2019
Kosasih A.S. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Ed.2.
Tangerang. Karisma Publising Group.
Kurniawan, Fajar B. 2014. Kimia Klinik (Praktikum Analis Kesehatan). Jakarta.
ECG.
Labir, K., Sulisnadewi dan Gumilar. 2014. Pemberian fototerapi dengan
penurunan kadar bilirubin dalam darah pada bayi bblr dengan
hiperbilirubinemia. pp. 0–4. Available at: http://poltekkes-
denpasar.ac.id/files/Jurnal Gema Keperawatan/Juni 2014/Ketut Labir,
dkk.pdf.
Mathindas, R. dan A. 2013. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus, Jurnal Biomedik,
5(2), pp. S4-10.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/2599/2142.
diakses tanggal 17 Januari 2018
Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta;
Rineka cipta.
Oktavianty. 2017. Bilirubin dan Metabolisme Bilirubin, 13(2), pp. 25–29. doi:
10.1002/chem.201603238. diakses tanggal 8 Desember 2018.
Panil Z. 2008. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Ed.1.
Penerbit EGC.

42
Purbayanti, D. 2015. Pengaruh Waktu Pada Penyimpanan Serum Untuk
Pemeriksaan Kolesterol Total, Jurnal Surya Medika, 1(1), pp. 8–17.:
https://anzdoc.com/pengaruh-waktu-pada-penyimpanan-serum-untuk-
pemeriksaan-kole.html. diakses tanggal 24 November 2018.
Rosida, A. 2016. Pemeriksaan laboratorium pada penyakit hati’, Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung, pp. 17–25.
https://media.neliti.com/media/publications/59846-ID-pemeriksaan-
laboratorium-penyakit-hati.pdf. diakses tanggal 2 Desember 2018.
Safarina, E., Dewi dan Ujang. 2016. Perbandingan kadar bilirubin total pada
serum segar dan serum simpan 3 dan 4 hari pada suhu 2-8˚c, Program Studi
Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis, pp. 1–7.
http://ejournal.stikesmucis.ac.id/assets/dokumen/Euis Safarina
Perbandingan Kadar Bilirubin Total Pada Serum Segar Dan Serum Simpan
3 Hari Dan 4 Hari Pada Suhu 2-8Ëšc.pdf.
diakses tanggal 26 November 2018.
Santoso, K. 2015. Pengaruh Pemakaian Setengah Volume Sampel Dan Reagen
Pada Pemeriksaan Glukosa Darah Metode God-Pap Terhadap Nilai
Simpangan Baku Dan Koefisien Variasi, i, pp. 114–119.
http://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/47/47. diakses tanggal
21 November 2018
Seswoyo. 2016. Pengaruh Cahaya Terhadap Kadar Bilirubin Total Serum Segera
dan Serum Simpan Pada Suhu 20-25 0 c Selama 24 jam, Skripsi, pp. 1–49.
http://repository.unimus.ac.id/141/1/FULL TEXT.pdf.
diakses tanggal 16 Desember 2018
Sofronescu, Todd dan Yusheng. (2012). Clinica Chimica Acta Effects of
temperature and light on the stability of bilirubin in plasma samples. Clinica
Chimica Acta. Elsevier B.V., 413(3–4), pp. 463–466.
doi: 10.1016/j.cca.2011.10.036. diakses tanggal 14 Mei 2019
Sulistjono, Ingga, Fahrul, Brigitta, dan Siti. 2010. Pengaruh Karakteristik
Demografi, Klinis dan Laboratorium pada Neonatus dengan
Hiperbilirubinemia, 26(4), pp. 191–194.
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/382.
diakses tanggal 6 Desember 2018
Yaqin dan Dian. 2015. Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di Rs. Muji Rahayu Surabaya, ISSN
2087-0725, 5(10).
https://journal.unigres.ac.id/index.php/Sains/article/download/591/464.
diakses tanggal 13 Januari 2019
Zunaidi. 2011. Pengaruh penundaan pemeriksaan bilirubin total 1, 2 dan 3 jam.
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Yjg2Y
zhkYjE4NjZhZmM1Nzc5ZWYyNTNlMDU5MzVjYTU5YmQzZjMwNw=
=.pdf. diakses tanggal 19 Desember 2018

43
Lampiran 1

44
Lampiran 2

Hasil Analisis Data Statistik

A. Uji Shapiro-Wilk

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Perlakuan Sampel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Segera .172 10 .200* .955 10 .728
Kadar Disimpan 48 jam .188 10 .200*
.957 10 .757
Bilirubin Disimpan 96 jam
.200 10 .200* .956 10 .736
Total
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

B. Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Sum Mean Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Segera 10 .20 .75 5.00 .5000 .05504 .17404
Simpan48 10 .24 .76 4.92 .4920 .05293 .16739
Simpan96 10 .19 .73 4.76 .4760 .05498 .17386
Valid N
10
(listwise)

C. Uji One Way Anova

ANOVA
Hasil Kadar Bilirubin Total
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .003 2 .001 .051 .951
Within Groups .797 27 .030
Total .800 29

45
Lampiran 3

46
Lampiran 4

47
Lampiran 5

48
Lampiran 6

49
Lampiran 7
Foto Kegiatan

Alat BiOLis 24i Premium memeriksa Alat Sentrifugasi ini digunakan untuk
pemeriksaan bilirubin total memperoleh serum pada sampel darah
yang diambil

Lemari pendingin yang digunakan Termometer yang digunakan untuk


untuk menyimpan sampel mengukur suhu di dalam lemari
pendingin

50
Sampel yang digunakan untuk Sampel serum yang telah dipisakan
pemeriksaan bilirubin dan akan disimpan

Proses sentrifugasi sampel dengan Proses pemipetan dan pemisahan


kecepatan 3000 rpm selama 15 menit serum

51
Proses penyimpanan sampel Proses pengukuran kadar serum
bilirubin total pada alat BiOLis 24i
Premium

52

Anda mungkin juga menyukai