Anda di halaman 1dari 6

KONSEP TRIAS POLITIKA

Montesquieu paling dikenal dengan ajaran Trias Politika (pemisahan kekuasaan negara menjadi
tiga): eksekutif (pelaksana undang-undang), legislatif (pembuat undang-undang),
dan yudikatif atau kehakiman (pengawas pelaksanaan undang-undang).

Trias politica menurut montesquieu, adalah sebagai berikut:

Eksekutif: merupakan lembaga yang melaksanakan undang-undang. Lembaga eksekutif


dipimpin oleh seorang raja atau presiden beserta kabinetnya. Tidak hanya melaksanakan undang-
undang, lembaga ini juga mempunyai beberapa kewenangan. Menurut Miriam Budiardjo,
lembaga eksekutif mempunyai kewenangan diplomatik, yudikatif, administratif, legislatif, dan
militer. Kewenangan diplomatik yaitu kewenangan menyelenggarakan hubungan diplomatik
dengan negara-negara lain. Kewenangan yudikatif adalah kewenangan memberikan grasi dan
amnesti kepada warga negaranya yang melakukan pelanggaran hukum. Kewenangan
administratif adalah kewenangan melaksanakan peraturan dan perundang-undangan dalam
administrasi negara. Melalui kewenangan legislatifnya, seorang presiden atau menteri dapat
membuat undang-undang bersama dewan perwakilan. Lembaga eksekutif juga mempunyai
kewenangan mengatur angkatan bersenjata, menyatakan perang apabila dibutuhkan, dan menjaga
keamanan negara.

Legislatif: merupakan lembaga yang dibentuk untuk mencegah kesewenang-wenangan raja atau
presiden. Lembaga legislatif yang merupakan wakil dari rakyat ini diberikan kekuasaan untuk
membuat undang-undang dan menetapkannya. Tidak hanya itu, lembaga ini juga diberikan hak
untuk meminta keterangan kebijakan lembaga eksekutif yang akan dilaksanakan maupun yang
sedang dilaksanakan. Selain meminta keterangan kepada lembaga eksekutif, lembaga ini juga
mempunyai hak untuk menyelidiki sendiri dengan membentuk panitia penyelidik. Hak mosi
tidak percaya juga dimiliki oleh lembaga ini. Hak ini merupakan hak yang memiliki potensi
besar untuk menjatuhkan lembaga eksekutif.

Yudikatif: mempunyai kekuasaan untuk mengontrol seluruh lembaga negara yang menyimpang
atas hukum yang berlaku pada negara tersebut. Lembaga yudikatif dibentuk sebagai alat
penegakan hukum, hak penguji material, penyelesaian penyelisihan, hak mengesahkan peraturan
hukum atau membatalkan peraturan apabila bertentangan dengan dasar negara.1

Trias Politica merupakan konsep pembagian lembaga negara yang dicetuskan oleh Montesquieu.


Pada konsep tersebut, lembaga negara dibedakan berdasarkan kekuasaan atau tanggung jawab
yang diembannya.

1
Windyastuti, Dwi Budi. 2016. Montesquieu (ppt) materi disampaikan pada kuliah Pemikiran Politik Barat,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Konsep Trias Politica sendiri umumnya banyak digunakan oleh negara-negara yang menganut
sistem demokrasi, salah satunya seperti Indonesia. Adapun pelaksanaan dari konsep ini ialah
membagi lembaga negara menjadi tiga bagian yakni lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan
lembaga yudikatif.

Pembagian Lembaga Negara Menjadi 3 Kelompok Berdasakan Fungsinya

Seperti yang sudah disebutkan tadi, Trias Politica memiliki konsep untuk membagi-bagi lembaga
negara menjadi tiga kelompok berdasarkan fungsi dan tanggung jawabnya.

Lembaga legislatif merupakan kelompok pertama yang memiliki tanggungjawab dalam membuat
peraturan dan undang-undang. Pada sistem pemerintahan Indonesia sendiri, kekuasaan ini
dipegang oleh anggota MPR, DPR dan DPD.

Selanjutnya ada lembaga eksekutif yang memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan dan
menerapkan aturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh lembaga legislatif. Fungsi ini
sendiri dimiliki oleh Presiden dan Wakil Presiden. Presiden sendiri memiliki hak untuk
mengangkat menteri guna membantunya dalam melaksanakan fungsi eksekutif.

Lembaga terakhir dalam Trias Politica ialah lembaga yudikatif. Lembaga ini memiliki peranan
untuk mengatur sistem hukum dan kekuasaan kehakiman untuk menegakan hukum serta
keadilan. Fungsi ini sendiri dipegang oleh lembaga negara seperti Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (YK).

Namun dalam prakteknya, Indonesia juga memiliki dua lembaga negara lain yakni lembaga
eksaminatif dan lembaga negara Independen. Adapun yang berperan memegang fungsi sebagai
lembaga eksaminatif ialah BPK atau Badan Pemeriksa Keuangan yang merupakan salah satu
lembaga tinggi negara dengan tanggungjawab mengelola keuagan negara.

Sedangkan lembaga negara independen dimiliki oleh lembaga-lembaga seperti Bank Indonesia
(BI), TNI dan Polri, Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan
Umum (KPU), dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM). Tujuan diadakannya lembaga
negara independen ini sendiri ialah untuk menciptakan sistem pemerintahan yang bersih dan
berkredibilitas tinggi.2

Di bawah ini adalah penerapan konsep Trias Politika dalam system pemerintahan republic
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945:

a. Sebelum Amandemen

2
https://kumparan.com/berita-update/pembagian-lembaga-negara-dalam-konsep-trias-politica-1v1QM0XoAeA
(diakses pada tanggal 14 November 2021)
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa lembaga negara atau lembaga pemerintah
dalam system pemerintahan republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Sebelum Amandemen ada 6 enam) yaitu : MPR, DPR, Presiden, DPA, BPK, dan MA.

Lembaga-lembaga tersebut memegang kekuasaan negara masing-masing. Berdasarkan ajaran


Trias Politica yang membagi kekuasaan negara menjadi 3 (tiga) yaitu Legislatif, Eksekutif dan
Yudikatif, maka dari ke 6 (enam) yaitu : MPR, DPR, Presiden, DPA, BPK, dan MA apakah itu
termasuk di dalamnya.

Untuk itu akan dilakukan dianalisis sebagai berikut:

1) Kekuasaan Legislatif (Legislative Power)

Kekuasaan Legislatif, adalah pembuat undang-undang. Legislatif di


Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebelum amandemen adalah terdiri
dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). MPR
berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebelum amandemen, bertugas
menetapkan Undang Undang Dasar, sedangkan DPR dalam Pasal 20, 21, 22, bertugas
menyetujui, memajukan rancangan undang-undang, dan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang.

2) Kekuasaan Eksekutif (Executive Power)

Kekuasaan Eksekutif (Executive Power) adalah kekuasaan menlaksanakan undang-undang.


Kekuasaan Eksekutif di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebelum
amandemen adalah Presiden. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebelum
amandemen, Presiden memegang kekuasaan pemerintahan (Pasal 4), memegang kekuasaan atas
AD, AL, danAU (Pasal 10), menyatakan perang (Pasal 11), menyatakan keadaan bahaya (Pasal
12), mengangkat dan menerima duta dan konsul (Pasal 13), member grasi, amnesti, abolisi dan
rehabilitasi (Pasal 14), dan member gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan (Pasal 15).

3) Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan Yudikatif atau Kekuasaan Kehakiman (Yudicative Powers) adalah kekuasaan


kekuasaan yang berkewajiban mempertahankan undang-undang dan berhak memberikan
peradilan kepada rakyatnya. Badan Yudikatif adalah yang berkuasa memutus perkara,
menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran undang-undang yang telah diadakan dan
dijalankan. Di Indonesia berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebelum
amandemen adalah MA.

4) Kekuasaan Konsultatif
Kekuasaan Konsultatif adalah kekuasaan yang memberikan nasehat dan pertimbangan kepada
Eksekutif selaku pelaksana undang-undang. Di Indonesia berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 sebelum amandemen adalah DPA

5) Kekuasaan Eksaminatif

Kekuasaan Eksaminatif adalah kekuasaan terhadap pemeriksaan keuangan negara. Di Indonesia


berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebelum amandemen adalah BPK.

Untuk mempermudah pemahaman, maka dapat kami sajikan dalam sebuah bagan sebagai
berikut:

Bertolak dari uraian di atas, maka pembagian kekuasaan dalam sistem pemerintahan republik
Indonesia secara implisit menerapkan pembagaian kekuasaan berdasarkan konsep Trias
PoliticaMontesquieu di mana adanya pembagian kekuasaan berdasarkan fungsi negara baik
Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif, namun selain dari 3 (tiga) fungsi tersebut, masih di bagi lagi
yaitu Kekuasaan Konsultatif dan Kekuasaan Eksaminatif. Sehingga dapat dikatakan penerapan
konsep Trias Politica dalam sistem pemerintahan republik Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 sebelum amandemen tidak obsolut.

b. Sesudah Amandemen

Sedangakan lembaga negara atau lembaga pemerintah dalam sistem pemerintahan republik
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Sesudah Amandemen ada 7 (tujuh)
yaitu: MPR, DPR, DPD, Presiden,BPK, MA dan MK.3

Dalam teori trias politica yang dikemukakan oleh Montesqieau terlihat sangat jelas bahwa
lembaga perwakilan rakyat atau lembaga legislatif merupakan salah satu lembaga negara yang
berdiri sendiri yang terpisah dengan lembaga negara yang lainnya.4

Sebagai perwujudan kedaulatan rakyat, maka lembaga perwakilan rakyat juga merupakan
lembaga yang berfungsi sebagai checks and balances terhadap lembaga negara lainnya. Untuk
menjalankan fungsinya terse-but, maka lembaga perwakilan rakyat biasa-nya diberikan beberapa
fungsi misalkan fungsi legislasi, fungsi pengawasan, dan fung-si anggaran. Checks and balances
tersebut bertujuan supaya antar pelaksana kekuasaan negara saling mengawasi dan mengimbangi
satu dengan yang lainnya. Dalam artian bahwa kewenangan lembaga negara yang satu akan
selalu dibatasi dengan kewenangan lembaga negara yang lain. Dengan konsep tersebut, maka
sesungguhnya checks and balances bertitik tolak pada adanya power limit power.

Prinsip Check and Balances dalam Trias Politika

3
Jurnal Dinamika Sosial Budaya, Volume 18, Nomor 2, Desember 2016

4
Romi Librayanto, Trias Politica Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Makasar: PuKAP, 2008), hlm. 18
Prinsip checks and balances tersebut tidak hanya berlaku ke luar, dalam artian bahwa hanya
ditujukan kepada lembaga negara yang menjalankan fungsi selain fungsi yang di-jalankan oleh
lembaga perwakilan rakyat.

Namun dalam ketatanegaraan modern, prinsip tersebut juga harus diterapkan di dalam lembaga
parlemen itu sendiri. Artinya dalam lembaga perwakilan rakyat itu sendiri, prinsip checks and
balances diterapkan dengan cara mendesain lembaga perwakilan rakyat itu sendiri baik dari segi
kelembagaan maupun dari segi kewenangan.

Apabila dilihat dari struktur kelembagaan, Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa secara umum
ada tiga prinsip perwakilan yang dikenal di dunia yaitu:

i) representasi politik (political representation),

ii) representasi teritorial (territorial representation), dan

iii) representasi fungsional (functional representation).

Lebih lanjut Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa:5

“yang pertama adalah perwakilan melalui prosedur partai politik sebagai salah satu pilar
demokrasi modern. Namun pilar partai politik ini dipandang tidak sempurna jika tidak dilengkapi
dengan sistem “double check” sehingga aspirasi dan kepentingan seluruh rakyat benar-benar
dapat disalurkan dengan baik. Karena itu diciptakan pula adanya mekanisme perwakilan daerah
(regional representation) atau perwakilan teritorial (territorial representation). Untuk negara-
negara yang kompleks, apalagi negara-negara yang berbentuk federal, sistem “double check” ini
dianggap lebih ideal. Karena itu, banyak diantaranya mengadopsi keduanya dengan membentuk
struktur parlemen bicameral atau dua kamar.

5
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. BIP, 2007), hlm. 154
DAFTAR PUSTAKA

1. Windyastuti, Dwi Budi. 2016. Montesquieu (ppt) materi disampaikan pada kuliah
Pemikiran Politik Barat, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga

2. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, Volume 18, Nomor 2, Desember 2016

3. https://kumparan.com/berita-update/pembagian-lembaga-negara-dalam-konsep-trias-
politica-1v1QM0XoAeA

4. Romi Librayanto, Trias Politica Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Makasar:


PuKAP, 2008), hlm. 18

5. Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. BIP,
2007), hlm. 154

Anda mungkin juga menyukai