Daun Jelatang
Daun Jelatang
SKRIPSI
OLEH:
RISNANTO
NIM 151524001
SKRIPSI
OLEH:
RISNANTO
NIM 151524001
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya,
Gel Anti-Aging Ekstrak Etil Asetat Daun Jelatang (Urtica dioica L.)”. Skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
penelitian ini formulasi dan uji efektivitas anti-aging sediaan gel ekstrak etil
asetat daun jelatang. Hasilnya ekstrak etil asetat daun jelatang dapat
kepada Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. dan Ibu Dr. Marline
Nainggolan, M.S., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran
dan tanggung jawab selama penelitian hingga selesainya skripsi ini, Ibu Prof. Dr.
Masfria M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan
berbagai fasilitas perkuliahan, Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku
v
Universitas Sumatera Utara
ketua penguji dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., selaku anggota penguji
yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Bapak Drs.
Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak
kasih juga penulis sampaikan kepada UPT Puskesmas Paliyan Gunungkidul dan
kepada kedua orang tua terhormat, Ayahanda Atmowiryo, dan Ibunda Kemiyem,
istri tercinta Desi Wahyuningsih dan putra tersayang Sayyed Oemar Hamdillah,
kakak-kakakku atas limpahan kasih sayang, doa, dan semangat yang tak ternilai
dengan apapun.
Risnanto
NIM 151524001
vi
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan
plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Risnanto
NIM 151524001
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI GEL ANTI-AGING EKSTRAK
ETIL ASETAT DAUN JELATANG
(Urtica dioica L.)
ABSTRAK
Latar Belakang: Urtica dioica L. atau yang disebut dengan jelatang merupakan
tumbuhan menahun dari famili Urticaceae. Daunnya mengandung berbagai
senyawa organik yang penting secara medis dan memiliki potensi antioksidan di
antaranya adalah flavonoid. Antioksidan dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk
pengembangan anti-aging dalam bentuk sediaan topikal berupa gel karena
penggunaannya yang mudah.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk formulasi dan uji efektivitas anti-aging
sediaan gel ekstrak etil asetat daun jelatang.
Metode: Daun jelatang diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etil
asetat dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C, kemudian
ekstrak dibuat menjadi sediaan gel dengan variasi konsentrasi 0,05% (F1); 0,10%
(F2); dan 0,15% (F3). Sebagai blanko (F0) digunakan basis gel tanpa
penambahan ekstrak. Evaluasi terhadap sediaan gel meliputi uji stabilitas,
homogenitas, pH, viskositas, iritasi, dan uji efektivitas anti-aging menggunakan
alat skin analyzer. Pengamatan dilakukan selama 28 hari dengan mengaplikasikan
sediaan gel terhadap kulit punggung tangan sukarelawan. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara blanko (F0) terhadap (F1, F2, F3) dan
juga di antara masing-masing formula (F1, F2, F3).
Hasil: Ekstrak etil asetat daun jelatang dapat diformulasikan dalam bentuk
sediaan gel yang homogen, dengan pH 4,8-5,3, viskositas 2000-2450 cps, stabil
dalam penyimpanan selama 28 hari, dan tidak mengiritasi kulit sukarelawan.
Analisa uji Mann-Whitney menunjukkan F3 memiliki perbedaan yang signifikan
(p<0,05) tehadap blanko (F0), F1, dan F2, ditandai dengan perubahan kondisi
kulit yaitu berkurangnya keriput sebesar 10,9%, pigmen hitam 36,9%, pori
semakin mengecil 14,1%, meningkatnya kadar air 11,8% dan elastisitas 13,1%.
Kesimpulan: Ekstrak etil asetat daun jelatang dapat diformulasikan dalam
bentuk sediaan gel dan konsentrasi 0,15% menunjukkan efektivitas anti-aging
yang terbaik.
viii
Universitas Sumatera Utara
ANTI-AGING GEL FORMULATION CONTAINING THE ETHYL
ACETATE EXTRACT OF NETTLE LEAVES
(Urtica dioica L.)
ABSTRACT
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
x
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Manfaat ............................................................................ .. 7
xi
Universitas Sumatera Utara
3.6 Evaluasi Stabilitas Fisik Sediaan Gel ......................................... 20
xii
Universitas Sumatera Utara
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.8 Hasil pengukuran besar pori (pore) pada kulit punggung tangan
sukarelawan ................................................................................... 32
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
21 Data hasil uji statistik elastisitas (elasticity) ................................... 82
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
fungsi organ tubuh karena bertambahnya umur. Umumnya proses penuaan dapat
terlihat jelas dari garis-garis kerutan di permukaan kulit, baik kulit wajah ataupun
kulit di bagian tubuh lain (Sadewo, 2009). Penuaan kulit merupakan sebuah
fenomena komplek yang terdiri dari dua komponen yaitu faktor intrinsik dan
mana tak dapat dihindari dengan bertambahnya umur dan ditunjukkan terutama
untuk meneliti adanya pengaruh lingkungan serta faktor genetik dalam proses
penuaan (Gilchrest, 2000). Jaringan terluar dari tubuh kulit sering dan secara
(ultraviolet), pemakaian obat-obatan, dan polusi udara (Elsner & Howard, 2000).
berupa kemampuan mengikat oksigen tunggal dan oksigen khas yang reaktif
(Pfenninger, 2010). Oksidasi dan produk radikal bebas diproduksi dalam tubuh
untuk menjalankan fungsi biologis yang penting, tapi di sisi lain dapat merusak
karena sangat reaktif (Papas, 1998). Pada dasarnya radikal bebas dapat terbentuk
melalui dua cara, yaitu secara endogen sebagai respon normal proses biokimia
1
Universitas Sumatera Utara
intrasel maupun ekstrasel dan secara eksogen misalnya dari polusi, makanan,
bahan aktif antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat
oksidasi sehingga mencegah penuaan dini (Masaki, 2010). Penuaan dapat dicegah
bila radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh seimbang dengan antioksidan yang
antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas
yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan dari luar (Rohdiana, 2011).
Banyak zat yang berasal dari tanaman yang secara kolektif disebut
radikal bebas (Shah et al., 2016). Uji antioksidan ekstrak jelatang telah dilakukan
n-butanol, dan etil asetat. Ekstrak jelatang dengan pelarut etil asetat memiliki
potensi antioksidan yang tergolong kuat dibanding dengan pelarut lainnya dengan
nilai IC50 (inhibitory concentration) 78,99 µg/ml (Joshi et al., 2015). Ekstrak
penyakit seperti diabetes, eksema, hemoroid, anemia, rematik, dan kanker prostat
(Aksu & Kaya, 2004). Di samping itu jelatang diketahui dapat menghasilkan efek
2
Universitas Sumatera Utara
toksik pada sistem saraf pusat dan tepi, sistem kardiovaskuler, serta sistem
pernafasan. Komponen toksik itu adalah asetil kolin, histamin, dan asam format
yang terkonsentrasi pada rambut tumbuhan tersebut (Otles & Buket, 2012). Saat
asam format dan histamin (Eskin & Snait, 2005), daun jelatang mengakibatkan
sensasi rasa menyengat, ruam, dan gatal-gatal (Fu et al., 2006). Perendaman daun
(Hailemeskel & Fekadu, 2015) dengan cara merendamnya selama 20 menit atau
Gel yang mengandung bahan alam sebagai zat aktif masih jarang
fisiologis kulit karena tidak melapisi permukaan kulit secara kedap dan tidak
menyumbat pori-pori kulit, memberi sensasi dingin, mudah dicuci dengan air,
gel anti-aging ekstrak etil asetat daun jelatang (Urtica dioica L.) yang
digunakan, kandungan senyawa kimia, dan nilai IC50 dari tumbuhan lain yang
hampir sama dengan jelatang. Formulasi gel kemudian diuji mutu fisik dan
3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
ini adalah:
a. Apakah ekstrak etil asetat daun jelatang dapat diformulasikan menjadi sediaan
gel anti-aging.
b. Apakah gel yang mengandung ekstrak etil asetat daun jelatang dapat
yang terbaik.
1.3 Hipotesis
adalah:
a. Ekstrak etil asetat daun jelatang dapat diformulasikan menjadi sediaan gel
sebagai anti-aging.
b. Gel yang mengandung ekstrak etil asetat daun jelatang mampu memberikan
b. Untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari gel ekstrak etil asetat daun jelatang
4
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
gel anti-aging ekstrak etil asetat daun jelatang (Urtica dioica L.).
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Hamamelidae
Order : Urticales
Family : Urticaceae
Genus : Urtica L.
2.1.2 Morfologi
Urtica (Ramzan, 2015), yang dapat tumbuh di Eropa, Asia, bagian utara Afrika,
dan Amerika Utara dengan sebutan umum yaitu stinging nettle (Beck, 2017).
rumpun, tumbuhan perennial ini mampu tumbuh hingga mencapai 1-2 meter
6
Universitas Sumatera Utara
lancip (Baumgardner, 2016). Di Indonesia tumbuhan ini juga juga dapat
seperti isokuersetin dan rutin, tanin, histamin, serotonin, asam format, asam resin,
2.1.4 Manfaat
uterus, dan nyeri sendi, permasalahan saluran kemih (Mantle & Denise, 2009).
Ekstrak daunnya memiliki aktivitas antioksidan yang kuat (Saad & Omar 2011),
2.2 Ekstrasi
Ekstraksi adalah suatu teknik yang biasa digunakan dalam kimia organik
untuk memisahkan senyawa yang diinginkan (Gilbert & Stephen, 2015). Sebelum
dahulu (Kemenkes RI, 2013). Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu
sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
7
Universitas Sumatera Utara
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
dua yaitu cara panas (refluks, digesti, sokletasi, infudasi, dekoktasi) dan cara
memasukkan sampel dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup
rapat pada suhu kamar. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode ini adalah memakan banyak
waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa
senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstrasi pada
suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya
dilakukan tanpa perlakuan khusus (Verawati dkk, 2017), secara teknis peralatan
2.3 Gel
Gel adalah sistem semi padat yang terdiri dari susunan partikel kecil
anorganik maupun molekul besar organik yang terpenetrasi dalam suatu cairan
(USP, 2009). Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan
8
Universitas Sumatera Utara
organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
disebut basis gel, air, humektan, dan bahan pengawet (Voigt, 1994).
Basis gel merupakan bahan utama dalam formulasi sediaan gel. Basis
Hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC) merupakan gelling agent semi sintetik
turunan selulose yang stabil pada pH 3-11, dapat membentuk gel yang jernih dan
bersifat netral serta memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka
panjang (Rowe et. al, 2009). Dikenal sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak
mengiritasi (Harwood, 2006), dengan ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak
memiliki bau dan rasa, sangat sukar larut dalam eter, etanol, aseton tetapi dapat
mudah larut dalam air panas dan segera membentuk gumpalan koloid, mampu
menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan dalam aplikasi
Berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk ktristal putih, tidak berbau
atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Metil paraben atau yang
lain. Metil paraben (0,18%) dikombinasi dengan propil paraben (0,02%) telah
sediaan krim ataupun sediaan topikal lainnya adalah sebagai anti mikroba. Dalam
9
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Propil paraben
Bentuknya kristalin putih, tidak berbau, dan tidak berasa serta berfungsi
topikal adalah 0,01-0,06%. Propil paraben efektif sebagai pengawet pada rentang
agent. Kelarutannya dapat larut dalam air, aseton, kloroform, eter, dan beberapa
dengan konsentrasi 15% (Rowe et al., 2009). Propilen glikol digunakan sebagai
2.4 Kulit
Kulit adalah organ terluas dari tubuh, kira-kira luasnya 14-16% berat
badan orang dewasa (Xu, 2011), mempunyai enam fungsi utama yaitu sensasi,
regulasi panas, absorpsi, proteksi, ekskresi, dan sekresi (Hiscock et al., 2004).
Selain itu berfungsi sebagai penunjang penampilan, fungsi yang terkait dengan
kecantikan yaitu kulit halus, putih, dan bersih (Mustikawati, 2017). Kulit
merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh
(Wasitaatmadja, 1997).
10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Struktur kulit (Brown & Tony, 2005)
1. Epidermis
Merupakan lapisan permukaan kulit paling luar yang terdiri dari beberapa
dan corneum. Di epidermis terdapat dua sistem yaitu sistem malpighi yang sel-
2. Dermis
Terdiri atas dua lapisan yang tidak begitu jelas batasnya yaitu stratum papilare,
kolagen halus, dan stratum reticulare yang mengandung serabut kolagen kasar
11
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Jenis-jenis kulit
normal, kulit berminyak, kulit kering, dan kulit sensitif (Irianto, 2017).
1. Kulit normal
berembun, segar bercahaya, halus, mulus, elastis, dan tidak terlihat minyak
yang berlebihan serta tidak terlihat kering. Meski demikian kulit normal tetap
harus dirawat, jika tidak dirawat akan mudah mengalami penuaan dini seperti
2. Kulit berminyak
dikeluarkan.
3. Kulit kering
umumnya menimbulkan efek yang tidak segar dan cenderung berkeriput. Kulit
kering memiliki kadar minyak yang sangat rendah. Ciri-cirinya adalah kulit
terasa kaku dan mereda setelah memakai pelembab. Kondisi kulit dapat
menjadi lebih buruk apabila terkena angin, perubahan cuaca dari dingin ke
4. Kulit sensitif
cepat terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit
lainnya sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan alergi
12
Universitas Sumatera Utara
(alergen). Ciri-cirinya adalah mudah alergi, cepat bereaksi terhadap allergen,
tekstur kulit tipis, mudah iritasi dan terluka, serta mudah terlihat kemerahan.
penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh termasuk kulit. Faktor-faktor
dan stres.
akibat kehilangan jaringan lemak, 2) kulit kering dan kurang elastis karena
tidak bekerja dengan baik, 4) kulit pucat, terdapat bintik-bintik hitam akibat
rambut berhenti, rambut menipis, botak serta warna rambut kelabu, 6) pada
keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak,
metabolisme menurun, 9) kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, 10)
13
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Radiasi UV (ultraviolet) dan photoaging
terhadap 90% gejala penuaan dini kulit. Banyak perubahan kulit yang umumnya
diyakini karena faktor usia, seperti keriput dan mudah iritasi, sebenarnya juga
2. Sinar UVB biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (epidermis). Paparan
berlebih sinar ini dapat menimbulkan kulit kemerahan/ terbakar. Sinar UVB
juga dapat menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga memicu
Tipe I : Merupakan photoaging tahap awal, tidak ada kerut, terjadi perubahan
Tipe II : Merupakan kelanjutan photoaging tahap awal, tetapi sedikit lebih berat.
Timbul kerut jika kulit digerakkan, keratosis atau penebalan kulit pada
14
Universitas Sumatera Utara
daerah tertentu yang menimbulkan bintik-bintik hitam seperti sisik
Tipe III : Merupakan photoaging yang parah, timbul keriput walaupun kulit
Tipe IV : Merupakan tahap photoaging yang sangat parah, warna kulit menjadi
kuning atau abu-abu, pada kulit hanya ada keriput, terjadi pada usia 60
tahun ke atas.
energi. Jika kondisi radikal bebas dalam tubuh terlalu banyak maka radikal bebas
akan bersifat merusak tubuh. Meningkatnya radikal bebas yang berlebih ini akan
berakibat pada penuaan dini, karena dapat merusak senyawa lemak yang dapat
(Adhi, 2016).
antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi
salah satu faktor penyebab penuaan dini. Anti-aging atau anti penuaan adalah
15
Universitas Sumatera Utara
sehingga mampu mencegah timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit
Ada dua kelompok utama komponen sediaan topikal anti penuaan kulit
Beberapa regulator sel seperti retinol dan peptida mempunyai efek langsung di
efikasi maksimal zat aktif dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan
BAB III
16
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
(Urtica dioica L.). Bahan kimia yang digunakan adalah etil asetat hasil destilasi
(teknis), HPMC, metil paraben, propil paraben, propilen glikol, dan akuades.
3.2 Sukarelawan
kriteria inklusi dan ekslusi yaitu wanita berusia sekitar 23-37 tahun, tidak
diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang penelitian yang akan dilakukan dan
17
Universitas Sumatera Utara
bersedia menandatangani surat persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian
sampai selesai.
Utara.
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah daun jelatang yang diperoleh dari Bukit Sepakat, Lawe Sigala-
jam. Dipisahkan maserat dengan cara filtrasi. Diulangi proses penyarian sebanyak
tiga kali menggunakan jenis pelarut yang sama setengah kali jumlah volume
18
Universitas Sumatera Utara
dengan rotary evaporator pada suhu ±40ºC, ekstrak diuapkan di atas penangas air
membebaskan pelarut.
Ardana (2015). Rancangan formula sediaan gel anti-aging dapat dilihat sebagai
berikut:
R/ HPMC 2,75
Propilen glikol 20
Akuades ad 100
Konsentrasi (% b/b)
Bahan
F0 F1 F2 F3
Ekstrak (g) 0 0,05 0,10 0,15
Basis gel (g) 100 99,95 99,90 99,85
Total sediaan (g) 100 100 100 100
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%.
pada suhu 70°C (Rahmawanty dkk, 2014), dibiarkan selama kurang lebih 30
menit (Wigati & Lilies, 2016). Setelah kembang ditambahkan metil paraben dan
propil paraben yang telah dilarutkan dengan propilen glikol kemudian digerus
19
Universitas Sumatera Utara
sampai homogen, tambahkan sisa air yang dibutuhkan (Budiman dkk., 2015).
tambahkan basis gel sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen dan
terakhir cukupkan hingga mencapai 100 g. Perlakuan yang sama dilakukan untuk
membuat sediaan gel dengan ekstrak daun jelatang 0,10% dan 0,15%.
yang meliputi warna, bau, dan konsistensinya secara visual (Chen et al., 2016),
dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan
harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran
3.6.3 Pengukuran pH
menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam
dicuci menggunakan akuades, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam
20
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dengan akuades
(Rawlins, 2003).kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
dimasukkan dalam gelas hingga mencapai volume 100 ml, kemudian spindel 62
tombol ON. Kecepatan spindel diatur 12 rpm, dibaca skalanya (dial reading) di
mana jarum merah bergerak stabil. Nilai viskositas (ɳ) dalam centipoise (cps)
diperoleh dari skala baca (dial reading) dikali faktor koreksi (f). Pengamatan
pada kulit (eritema) dan penumpukan cairan tubuh (edema). Caranya: kosmetika
hari berturut-turut (pagi, siang, sore). Reaksi iritasi ditandai adanya kemerahan,
gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan atas bagian dalam yang diberi
sukarelawan, diukur terlebih dahulu kondisi awal kulit punggung tangan yang
21
Universitas Sumatera Utara
telah ditandai dengan berbagai parameter uji, seperti: keriput (wrinkle), pigmen
hitam (melanin), besar pori (pore), kadar air (moisture), dan elastisitas (elasticity)
sehari, pagi dan sore. Perubahan kondisi kulit diukur setiap 7 hari sekali selama
jelatang 0,05%
jelatang 0,10%
jelatang 0,15%
22
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
merupakan daun jelatang (Urtica dioica L.), dapat dilihat pada Lampiran 1,
halaman 46. Gambar daun jelatang segar, simplisia, dan serbuk simplisia daun
senyawa yang terdapat dalam simplisia. Hasil ekstraksi dari 500 gram simplisia
diperoleh ekstrak etil asetat 7,5 gram. Gambar hasil ekstraksi dan perhitungan
48.
meliputi warna, bau, dan konsistensi yang diamati secara visual. Sediaan
dinyatakan stabil apabila warna, bau, dan konsistensi tidak berubah secara visual
selama penyimpanan dan juga tidak ditumbuhi jamur dari hari pertama sampai 28
hari. Hasil pengamatan organoleptis sediaan gel ekstrak etil asetat daun jelatang
23
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa semua sediaan gel tidak mengalami perubahan yang berarti
dari segi penampilan baik warna, bau dan konsistensinya selama penyimpanan 28
hari. Hal ini menunjukkan sediaan gel ekstrak etil asetat daun jelatang stabil.
Hasil pengamatan organoleptis sediaan gel ekstrak etil asetat daun jelatang dapat
Tabel 4.1 Hasil pengamatan organoleptis sediaan gel ekstrak etil asetat daun
jelatang
Penampilan
Sediaan
Warna Bau Konsistensi
F0 Bening Praktis tidak berbau Agak kental
F1 Hijau terang Berbau khas Agak kental
F2 Hijau gelap Berbau khas Agak kental
F3 Hijau gelap Berbau khas Agak kental
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
warna merata dan pemisahan fase tidak terjadi. Hasil pengamatan homogenitas
dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Lampiran 11, halaman 56. Hasilnya
Keterangan: (+): tidak homogen, (-): homogen, F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan
F3 sediaan gel ekstrak etil asetat dengan konsentrasi berturut-turut
0,05%; 0,10%; dan 0,15%
24
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Hasil pengukuran pH
dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Fatma, 2007).
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
zat. Semakin tinggi nilai viskositasnya maka semakin tinggi kekentalan zat
tersebut (Martin dkk., 1993). Hasil pengamatan viskositas sediaan gel selama
sediaan akan meningkat pada temperatur rendah. Hal ini dikarenakan adanya
panas sehingga memperbesar jarak antar partikel yang membuat gaya antar
sediaan menurun. Hasil pengamatan viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.4.
25
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Data pengukuran uji viskositas
Keterangan: cps: centipoise, F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel
ekstrak etil asetat dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%;
dan 0,15%
Uji iritasi dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan. Hasil uji iritasi dapat
dilihat pada Tabel 4.5. Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada
kulit yang tipis di lengan atas bagian dalam, seperti pada Lampiran 12, halaman
57, sebanyak 3 kali sehari (pagi, siang, sore) selama 3 hari berturut-turut,
menunjukkan tidak ada efek samping berupa gatal, kemerahan, atau pengkasaran
No Pernyataan Sukarelawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Gatal - - - - - - - - - - - -
2 Kemerahan - - - - - - - - - - - -
3 Pengkasaran kulit - - - - - - - - - - - -
Aram Huvis perbesaran lensa 30x (Lampiran 9, halaman 54), di mana parameter
26
Universitas Sumatera Utara
besar pori (pore), pengukuran kadar air (moisture), dan elastisitas (elasticity).
sebelum dilakukan perawatan, hal ini bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar
nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal,
sehingga dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis kemudian dilanjutkan uji
Pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa terdapat penurunan
jumlah keriput pada kulit punggung tangan sukarelawan setelah pemakaian gel
ekstrak etil asetat daun jelatang. Persentase penurunan jumlah keriput pada kulit
punggung tangan sukarelawan yaitu sebesar 6,6% (F1), 9,1% (F2), dan 10,9%
Kruskal Wallis untuk mengetahui efek formula terhadap keriput kulit punggung
tangan sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05, yaitu adanya perbedaan statistika
Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-
yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, dan F3. Nilai yang ditunjukkan adalah
p<0,05.
27
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan kering menyebabkan terbentuknya keriput di permukaan kulit
karena berkurangnya kadar air dalam kulit tanpa ada perubahan dalam struktur
pelembab. Pada kulit kering distribusi air dalam stratum korneum berubah
dibandingkan dengan kulit sehat terutama kadar air menurun di permukaan kulit
(Quan, 2016). Pada proses menua, tulang dan otot mengalami atropi atau
Tabel 4.6 Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit punggung tangan
sukarelawan kelompok F0, F1, F2, dan F3 pada kondisi awal sebelum
perawatan serta pemulihannya setelah 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari
Keriput
Gel Sukarelawan Kondisi Pemulihan
awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari %
1 39 38 38 37 37 5,1
2 38 38 38 38 37 2,6
F0
3 39 39 39 39 38 2,5
38,6 38,33 38,33 38 37,3 3,4
1 38 38 37 36 35 7,8
2 38 37 35 35 35 7,8
F1
3 38 38 37 36 34 10,5
38 37,6 36,3 35,6 34,6 8,7
1 38 37 35 35 35 7,8
2 37 35 35 34 32 13,5
F2
3 36 36 35 34 34 5,5
37 36 35 34,3 33,6 8,9
1 37 34 34 33 33 10,8
2 36 35 34 34 32 11,1
F3
3 37 36 35 34 33 10,8
36,6 35 34,3 33,6 32,6 10,9
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
28
Universitas Sumatera Utara
50
40
30 F0
% keriput
(wrinkle) F1
20
F2
10
F3
0
0 7 14 21 28
waktu (hari)
Gambar 4.1 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap jumlah keriput pada
kulit punggung tangan sukarelawan
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat penurunan
pigmen hitam pada kulit punggung tangan sukarelawan setelah pemakaian gel
ekstrak etil asetat daun jelatang. Persentase penurunan pigmen hitam pada kulit
punggung tangan sukarelawan yaitu sebesar 27,3% (F1), 29,5% (F2), dan 36,9%
Kruskal Wallis untuk mengetahui efek formula terhadap pigmen hitam kulit
pengurangan nilai pigmen hitam yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, dan
29
Universitas Sumatera Utara
Noda hitam atau yang sering disebut dengan hiperpigmentasi bisa muncul
pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang belum menua karena berbagai
pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari (Bogadenta, 2012),
(Sumaryati, 2012) dan terlihat jelas pada mereka yang berkulit putih, sedangkan
pada kulit yang gelap tidak begitu tampak (Darmawan, 2013). Selain sinar
matahari, noda hitam dapat terjadi akibat pemakaian obat hormonal contohnya
Tabel 4.7 Hasil pengukuran pigmen hitam (melanin) pada kulit punggung
tangan sukarelawan kelompok F0, F1, F2, dan F3 pada kondisi awal
sebelum perawatan serta pemulihannya setelah 7 hari, 14 hari, 21
hari, dan 28 hari
Pigmen hitam
Gel Sukarelawan Kondisi Pemulihan
awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari %
1 39 39 36 36 36 7,6
2 36 36 36 36 34 5,5
F0
3 38 38 38 37 36 5,2
37,7 37,7 36,7 36,3 35,3 6,1
1 36 33 31 27 25 30,5
2 36 31 30 28 27 25
F1
3 34 31 30 28 25 26,4
35,3 31,7 30,3 27,7 25,7 27,3
1 34 32 28 26 24 29,4
2 32 29 26 24 23 28,1
F2
3 32 29 27 24 22 31,2
32,7 30 27 24,7 23 29,5
1 30 28 26 22 19 36,6
2 30 27 24 23 22 40
F3
3 32 28 26 23 21 34,3
30,7 27,7 25,3 22,7 20,7 36,9
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
30
Universitas Sumatera Utara
50
40
% pigmen 30 F0
hitam
(melanin) 20 F1
F2
10 F3
0
0 7 14 21 28
waktu (hari)
Gambar 4.2 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap jumlah pigmen hitam
pada kulit punggung tangan sukarelawan
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat penurunan
jumlah pori pada kulit punggung tangan sukarelawan setelah pemakaian gel
ekstrak etil asetat daun jelatang. Persentase penurunan jumlah pori pada kulit
punggung tangan sukarelawan yaitu sebesar 7,9% (F1), 11,7% (F2), dan 14,1%
Kruskal Wallis untuk mengetahui efek formula terhadap pori kulit punggung
tangan sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05, yaitu adanya perbedaan statistika
Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-
pori kulit yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, dan F3. Nilai yang
31
Universitas Sumatera Utara
Jika kulit sering terkena sinar matahari secara terus-menerus, bisa
menyumbatnya karena minyak pada pori-pori itu selanjutnya bisa menjadi tempat
menempel kotoran dan debu yang mengakibatkan kulit tidak indah dipandang.
yang mendatangi lemak yang tertimbun hingga timbullah masalah pada kulit
Tabel 4.8 Hasil pengukuran besar pori (pore) pada kulit punggung tangan
sukarelawan kelompok F0, F1, F2, F3 pada kondisi awal sebelum
perawatan serta pemulihannya setelah 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari
Pori
Gel Sukarelawan Kondisi Pemulihan
awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari %
1 31 31 30 30 29 6,4
2 32 32 32 32 31 3,1
F0
3 32 32 32 31 30 6,2
31,6 31,6 31,3 31 30 5,2
1 31 30 28 27 27 12,9
2 31 31 30 30 30 3,2
F1
3 30 30 30 27 27 10
30,6 30,3 29,3 28 28 8,7
1 31 31 29 28 27 12,9
2 30 29 27 27 26 13,3
F2
3 29 28 26 25 25 13,7
30 29,3 27,3 26,6 26 13,3
1 27 25 24 24 23 14,8
2 28 27 27 27 26 7,1
F3
3 29 26 25 24 23 20,6
28 26 25,3 25 24 14,1
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
32
Universitas Sumatera Utara
50
40
30 F0
% pori
(pore) F1
20
F2
10 F3
0
0 7 14 21 28
waktu (hari)
Gambar 4.3 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap jumlah pori pada kulit
punggung tangan sukarelawan
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
Pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan
kadar air pada kulit punggung tangan sukarelawan setelah pemakaian gel ekstrak
etil asetat daun jelatang. Persentase peningkatan jumlah kadar air pada kulit
punggung tangan sukarelawan yaitu sebesar 21,2% (F1), 22,5% (F2), dan 24,6%
Kruskal Wallis untuk mengetahui efek formula terhadap kadar air kulit punggung
tangan sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05, yaitu adanya perbedaan statistika
Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-
Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan nilai kadar air
kulit yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, dan F3. Nilai yang ditunjukkan
adalah p<0,05.
33
Universitas Sumatera Utara
Peran kelembaban kulit adalah menjaga kadar air yang berada dalam kulit
elastisitas bagian atas kulit sehingga kulit akan tampak lembut, halus, dan
bercahaya. Epidermis dan dermis memiliki kadar air berkisar 80%, bagian teratas
epidermis terdapat lapisan keratin yang hanya memiliki kadar air 10-30%
(Prianto, 2014). Kandungan air kulit sehat minimal 60% agar kulit kenyal, cerah,
memasok sel dengan nutrisi cukup sehingga kulit tetap lembut dan berfungsi baik
(Lonnie & Jeffrey, 2006). Kulit mengatur 20% pengeluaran cairan tubuh melalui
kulit, manusia membuang 2 pints cairan tubuh per hari (Keller, 1992).
Tabel 4.9 Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit punggung tangan
sukarelawan kelompok F0, F1, F2, dan F3 kondisi awal sebelum
perawatan serta pemulihannya setelah 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari
Kadar air
Gel Sukarelawan Kondisi Pemulihan
awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari %
1 16 16 16 17 17 6,2
2 15 16 16 16 16 5,8
F0
3 16 17 17 17 17 5,8
15,6 16,3 16,3 16,6 16,6 5,9
1 18 18 18 19 19 5,2
2 17 18 18 18 19 10,5
F1
3 17 18 18 18 18 5,5
17,3 18 18 18,3 18,6 7
1 18 19 19 19 20 10
2 19 19 19 20 20 5
F2
3 18 18 18 19 20 10
18,3 18,6 18,6 19,3 20 8,3
F3 1 19 21 21 21 22 13,6
2 20 20 21 21 22 9
3 20 20 20 20 23 13
19,6 20,3 20,6 20,6 22,3 11,8
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
34
Universitas Sumatera Utara
50
40
30 F0
% kadar air
(moisture) F1
20
F2
10 F3
0
0 7 14 21 28
waktu (hari)
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 010%; dan 0,15%
Pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan
elastisitas pada kulit punggung tangan sukarelawan setelah pemakaian gel ekstrak
etil asetat daun jelatang. Persentase peningkatan elastisitas pada kulit punggung
tangan sukarelawan yaitu sebesar 17,8% (F1), 20,2% (F2), dan 24,8% (F3).
peningkatan nilai elastisitas kulit yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, dan
35
Universitas Sumatera Utara
Kulit bisa menjadi cermin keadaan tubuh seseorang. Orang yang tidak
sehat kulitnya kurang cerah, kisut, dan tidak elastis karena kekurangan gizi dan
matahari, debu, gesekan, dan perubahan cuaca, kulit perlu nutrisi seimbang
seperti protein, kalori, dan lemak. Selain itu kulit membutuhkan vitamin C yang
(melindungi kulit dari pengaruh luar). Asam lemak tak jenuh juga membuat
penampakan akan lebih muda, oleh karena itu ketika melakukan diet asam lemak
tak jenuh jangan sampai ditinggalkan karena berperan untuk menjaga elastisitas
Tabel 4.10 Hasil pengukuran elastisitas (elasticity) pada kulit punggung tangan
sukarelawan kelompok F0, F1, F2, dan F3 kondisi awal sebelum
perawatan serta pemulihannya setelah 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari
Elastisitas
Gel Sukarelawan Kondisi Pemulihan
awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari %
1 16 17 17 17 17 5,8
2 15 15 15 16 16 6,2
F0
3 16 17 17 18 18 11,1
15,6 16,3 16,3 17 17 7,7
1 16 18 18 18 18 11,1
2 17 18 18 18 19 10,5
F1
3 17 18 19 19 19 10,5
16,6 18 18,3 18,3 18,6 10,7
1 18 19 19 19 20 10
2 19 19 19 21 21 9,5
F2
3 18 18 18 19 21 14,2
18,3 18,6 18,6 19,6 20,6 11,2
1 19 19 20 22 23 17,3
2 20 20 21 21 23 13
F3
3 20 20 20 21 22 9
19,6 19,6 20,3 21,3 22,6 13,1
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
36
Universitas Sumatera Utara
50
40
30 F0
% elastisitas
(elasticity) F1
20
F2
10 F3
0
0 7 14 21 28
waktu (hari)
Keterangan: F0: basis gel (blanko), F1, F2, dan F3 sediaan gel ekstrak etil asetat
dengan konsentrasi berturut-turut 0,05%; 0,10%; dan 0,15%
37
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak daun jelatang dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel yang
0,15% dengan mengurangi keriput 10,9%, pigmen hitam 36,9%, pori semakin
kecil 14,1%, meningkatkan kadar air 11,8%, dan meningkatkan elastisitas kulit
13,1%.
5.2 Saran
daun jelatang dalam bentuk sediaan lain misalnya krim atau lotion.
38
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, A. (2016). Tetap Sehat dan Bugar Di Usia 40 Tahun. Yogyakarta: Healthy.
Halaman 183.
Ahmed, M., dan Subramani, P. (2014). Urtica dioica L., (Urticaceae): A Stinging
Nettle. Systematic Reviews In Pharmacy, 5(1): 6.
Ardana, M., Vebry, A., dan Arsyik, I. (2015). Formulasi dan Optimasi Basis Gel
HPMC (Hidroxy Propyl Methyl Cellulose) Dengan Berbagai Variasi
Konsentrasi. J Trop Pharm Chem, 3(2): 102.
Barel, A.O., Marc, P., dan Howard, I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science
and Technology, 3rd Edition. USA: Informa Healthcare USA, Inc.
Halaman 362.
Baumgardner, D.J. (2016). Stinging Nettle: The Bad, The Good, The Unknown. J
Patient-Centered Res Rev, 3(1): 48.
Bourgeois, C., Emilie, A.L., Cyrielle, C., Joel, D., Valerie, S., Jean-Raymond, V.,
et al. (2016). Nettle (Urtica dioica L.) as a source of antioxidant and anti-
aging phytochemicals for cosmetic applications. Comptes Rendus Chimie,
1091.
39
Universitas Sumatera Utara
Brown, R.G., dan Tony, B. (2005). Lecture Notes On Dermatology,
diterjemahkan oleh dr. M. Anies Zakaria, M. Kes., Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga. Halaman 5.
Budiman, A., Melina, F., Anna, Y., dan Anis, K. (2015). Uji Aktivitas Sediaan
Gel Shampo Minyak Atsiri Buah Lemon (Citrus limon Burm.), IJPST,
2(2): 68.
Chen, M.X., Kenneth, S.A., dan Gabriela, B. (2016). Formulation and Evaluation
of Antibacterial Creams and Gels Containing Metal Ions for Topical
Application. J Pharm (Cairo), 2016(2016): 5754349.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 33.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 7.
El Haouari, M., Isaac, J., Mekhfi, H., dan Gines, M.S. (2007). Urtica dioica
extract reduces platelet hyperaggregability in type 2 diabetes mellitus by
inhibition of oxidant production, Ca2+ mobilization and protein tyrosine
phosphorylation. J Appl Biomed, (5): 105-113.
Elsner, P., dan Howard I.M. (2000). Cosmeceuticals: Drugs vs. Cosmetics. New
York: Marcel Dekker. Inc. Halaman 145.
Farage, M.A., Kenneth, W.M., dan Howard, I.M. (2010). Textbook of Aging Skin.
Berlin: Springer Science & Business Media. Halaman 129.
40
Universitas Sumatera Utara
Ferguson, S. (2011). Eastern European Beauty Secrets and Skin Care
Techniques: A Practical Manual For Skin Care Professionals.
Pennsylvania: RoseDog Books. Halaman 102.
Fragoso, L.R., Jorge R.E., Scott, W.B., Dea, H.R., dan Eliseo, T. (2008). Risk
and benefits of commonly used herbal medicines in Mexico. Toxicology
and Applied Pharmacology, 227: 128-135.
Fu, H.Y., Shiang, J.C., Ruei, F.C., Wang, H.D., Ling, L.K.H., dan Rong, N.H.
(2006). Identification of Oxalic Acid and Tartaric Acid as Major
Persistent Pain-inducing Toxins in the Stinging Hairs of the Nettle Urtica
thunbergiana. Ann Bot, 98(1): 57–65.
Ganceviciene, R., Aikaterini, I.L., Athanasios, T., Evgenia, M., dan Christos,
C.Z. (2012). Skin Anti-Aging Strategies. Dermatoendocrinol, 4(3): 308-
319.
Gilchrest, B.A. (2000). Skin and Aging Processes. Florida: CRC Press. Halaman
1.
Hailemeskel, B., dan Fekadu, F. (2015). The Use of Urtica dioica (Stinging
Nettle) as a Blood Sugar Lowering Herb: A Case. Diabetes Res Open J,
1(5): 123-127.
Herrera, M.V. (2013). The Front Yard Forager: Identifying, Collecting, and
Cooking The 30 Most Common Urban Weeds. USA: Skipstone. Halaman
121.
41
Universitas Sumatera Utara
Hiscock, J., Elaine, S., dan Jeanine, C. (2004). Beauty Therapy. Oxford:
Heinemann Educationa Publishers. Halaman 146.
Joshi, B.C., Minky, M., dan Sushmita, S. (2015). Antioxidant Potential and Total
Phenolic Content of Urtica dioica (Whole Plant). J App Pharm, 7(2): 120-
128
Keller, E. (1992). Aromatherapy Handbook For Beauty, Hair, and Skin Care.
USA: Inner Traditions. Halaman 74.
Lonnie, D.B., dan Jeffrey, L.W. (2007). Systems Analysis and Design For The
Global Enterprise, 7th Edition, International Edition. New York:
McGrawHill. Halaman 173.
Martin, A., James, S., dan Arthur, C. (1993). Farmasi Fisik: Dasar-Dasar
Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, diterjemahkan oleh Yoshita, Edisi
III. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 1143-1175.
42
Universitas Sumatera Utara
Mukhriani. (2014). Ekstrasi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa
Aktif. Jurnal Kesehatan, 7(2): 361-367.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex
Media Komputindo. Halaman 16-17, 21-22.
Mulyani, D., dan Mega, Y. (2015). Uji Aktivitas Sitotoksik Kulit Buah Sirsak
(Annona muricata Linn) dan Srikaya (Annona squamosa Linn) Terhadap
Larva Udang Artemia Salina Leach. Scientia, 5(1): 53-56.
Otles, M., dan Buket, Y. (2012). Phenolic Compounds Analysis of Root, Stalk,
and Leaves of Nettle. The Scientific World Journal, 2012: 564367.
Papas, A.M. (1999). Antioxidant Status, Diet, Nutrition, and Health. Florida:
CRC Press. Halaman 21.
Pfenninger, J.L., dan Grant F.C. (2011). Pfenninger and Fowler's Procedures for
Primary Care. Philadelphia: Mosby Elsevier. Halaman 298.
Prianto, J. (2014). Cantik: Panduan Lengkap Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Halaman 117-119.
Putro, D.S. (1997). Agar Awet Muda. Purwodadi: Trubus Agrisarana. Halaman 8-
10, 16-18.
43
Universitas Sumatera Utara
Rohdiana, D. (2011). Teh Ini Menyehatkan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Halaman 7-8.
Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Sian, C.O. (2005). Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5th Edition. Philadelphia: Washington Square Press. Halaman
346.
Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Edition. USA: Pharmacetical Press. Halaman 283, 326.
Rusdiana, T., Boesro, S., dan Ade, K.S. (2007). Formulasi Gel Antioksidan Dari
Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dengan menggunakan
Aquapec HV-505. Makalah Kongres Ilmiah XV ISFI, 2.
Saad, B., dan Omar, S. (2011). Greco-Arab and Islamic Herbal Medicine:
Traditional System, Ethics, Safety, Efficacy, and Regulatory Issues. New
Jersey: John Wiley & Sons Inc. Halaman 85.
Sadewo, B. (2009). Buku Pintar Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta:
AgroMedia Pustaka. Halaman 73.
Salma. (2014). Tetap sehat Setelah Usia 40. Jakarta: Gema Insani. Halaman 283-
287.
Shailajan, S., Dipti, S., Harshada, H., dan Bhavesh, T. (2014). Estimation of
Ursolic Acid From Urtica dioica L. Using Validated HPTLC Method.
JAPS, (2014): 40517.
Shilpi, J., Singh, K., Parashar, A., Gupta, D. (2017). A Drug: Urtica dioica.
Journal of Drug Discovery and Therapeutics, 5(2): 17-22.
Tim Penulis Plus. (2009). 260 Tips Seputar Kecantikan. Jakarta: Penebar Plus.
Halaman 105.
44
Universitas Sumatera Utara
USP 35-NF 30. (2009). Nomenclature, U.S. Pharmacopeial Convention,
Rockville, MD, Chapter 1121.
Wade, A., dan P.J. Weller. (1994). Handbook of Pharmaceutical Recipients, 2nd
Edition. Washington: American Pharmaceutical Association. Halaman
269.
Wigati, D., dan Lilies, W.A. (2016). Formulasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak
Etanol Kulit Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck) Sebagai
Obat Jerawat. Media Farmasi Indonesia, 11(2): 1-9.
Williamson, E.M., David, T.O., dan Fred, J.E. (1996). Selection, Preparation,
and Pharmacological Evaluation of Plant Material. West Sussex: John
Wiley & Sons Ltd. Halaman 16.
Yanhendri, dan Satya, W.Y. (2012). Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam
Dermatologi. CDK, 39(6): 423-430.
Zeipina, S., Ina, A., dan Liga, L. (2014). Stinging Nettle-The Source of
Biologically Active Compounds As Sustainable Daily Diet Supplement.
Research For Rural Development, 1: 34.
45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar tumbuhan, simplisia, serbuk simplisia, dan ekstrak etil
asetat daun jelatang
A B
C D
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Perhitungan rendemen ekstrak etil asetat daun jelatang
Bobot ekstrak
Rendemen = x 100%
Bobot serbuk
7,5 gram
Rendemen = x 100%
500 gram
= 1,5%
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan pembuatan serbuk simplisia daun jelatang
Daun jelatang 8 kg
Dibersihkan
Direndam
Ditiriskan
Diangin-anginkan
Dikeringkan
Diserbukkan
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan pembuatan ekstrak etil asetat daun jelatang
Maserat I Ampas
Maserat II Ampas
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan pembuatan basis gel
Air suling
Basis gel
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Bagan pembuatan dan evaluasi mutu fisik sediaan gel
Ditimbang masing-masing
konsentrasi Ditimbang
Dimasukkan ke dalam lumpang
Bagian I Bagian II
Sediaan gel
- Uji Stabilitas:
- Organoleptis
- Homogenitas
- pH
- Viskositas
- Uji Iritasi
- Uji efek anti-aging
(skin analyzer)
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Sertifikat analisis HPMC
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Gambar alat-alat penelitian
A B
C D
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Gambar sediaan gel
- Hari ke-1
- Hari ke-28
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Gambar hasil pengamatan homogenitas
- Hari ke-1
- Hari ke-28
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Gambar uji iritasi, uji efek anti-aging, dan pengoperasian skin
analyzer
A B
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Contoh gambar hasil skin analyzer keriput (wrinkle)
- Kondisi awal
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (Lanjutan)
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. (Lanjutan)
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Contoh gambar hasil skin analyzer pigmen hitam (melanin)
- Kondisi awal
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (Lanjutan)
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. (Lanjutan)
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Contoh gambar hasil skin analyzer pori (pore)
- Kondisi awal
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (Lanjutan)
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. (Lanjutan)
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Contoh gambar hasil skin analyzer kadar air (moisture) dan
elastisitas (elasticity)
- Kondisi awal
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (Lanjutan)
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. (Lanjutan)
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Data hasil uji statistik keriput (wrinkle)
1. Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
awal 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,175 3 . 1,000 3 1,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike7 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,175 3 . 1,000 3 1,000
3 ,175 3 . 1,000 3 1,000
harike14 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike21 0 ,175 3 . 1,000 3 1,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike28 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,253 3 . ,964 3 ,637
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Kruskall-Wallis
Test Statisticsa,b
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Chi-Square 8,137 9,039 9,508 9,809 8,639
df 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. ,043 ,029 ,023 ,020 ,034
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: formula
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. (Lanjutan)
3. Mann-Whitney
- Blanko dengan f1
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 1,500 2,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 7,500 8,000 6,000 6,000 6,000
Z -1,581 -1,291 -2,023 -1,993 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,114 ,197 ,043 ,046 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b ,400b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,500 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,500 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -1,798 -1,993 -2,121 -1,993 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,072 ,046 ,034 ,046 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,023 -1,993 -2,023 -1,993 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,046 ,043 ,046 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. (Lanjutan)
- f1 dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 1,500 ,500 1,500 ,500 2,500
Wilcoxon W 7,500 6,500 7,500 6,500 8,500
Z -1,549 -1,798 -1,581 -1,826 -,943
Asymp. Sig. (2-tailed) ,121 ,072 ,114 ,068 ,346
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b ,100b ,200b ,100b ,400b
Sig.)]
- f1 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,500 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,500 6,000 6,000
Z -2,121 -1,993 -1,826 -2,023 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,034 ,046 ,068 ,043 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- f2 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 3,500 2,000 1,500 2,000 2,500
Wilcoxon W 9,500 8,000 7,500 8,000 8,500
Z -,471 -1,124 -1,581 -1,291 -,899
Asymp. Sig. (2-tailed) ,637 ,261 ,114 ,197 ,369
Exact Sig. [2*(1-tailed
,700b ,400b ,200b ,400b ,400b
Sig.)]
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Data hasil uji statistik pigmen hitam (melanin)
1. Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
awal blanko ,253 3 . ,964 3 ,637
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike7 blanko ,253 3 . ,964 3 ,637
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike14 blanko ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,175 3 . 1,000 3 1,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike21 blanko ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike28 blanko ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,175 3 . 1,000 3 1,000
3 ,253 3 . ,964 3 ,637
a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Kruskall-Wallis
Test Statisticsa,b
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Chi-Square 9,632 9,769 10,188 10,532 10,274
Df 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. ,022 ,021 ,017 ,015 ,016
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: formula
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. (Lanjutan)
3. Mann-Whitney
- Blanko dengan f1
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 7,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -1,623 -1,993 -2,023 -2,023 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,105 ,046 ,043 ,043 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -1,993 -1,993 -1,993 -2,023 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046 ,046 ,046 ,043 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -1,993 -1,993 -2,023 -2,023 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046 ,046 ,043 ,043 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. (Lanjutan)
- f1 dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,500 2,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,500 8,000 6,000 6,000 6,000
Z -1,826 -1,124 -1,993 -2,023 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,068 ,261 ,046 ,043 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,400b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- f1 dan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,023 -2,023 -2,023 -2,023 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,043 ,043 ,043 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- f2 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 1,000 ,000 1,000 ,000 ,500
Wilcoxon W 7,000 6,000 7,000 6,000 6,500
Z -1,650 -2,023 -1,623 -2,023 -1,771
Asymp. Sig. (2-tailed) ,099 ,043 ,105 ,043 ,077
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b ,100b ,200b ,100b ,100b
Sig.)]
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Data hasil uji statistik pori (pore)
1. Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
awal 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,175 3 . 1,000 3 1,000
3 ,175 3 . 1,000 3 1,000
harike7 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,253 3 . ,964 3 ,637
3 ,175 3 . 1,000 3 1,000
harike14 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,253 3 . ,964 3 ,637
3 ,253 3 . ,964 3 ,637
harike21 0 ,175 3 . 1,000 3 1,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,253 3 . ,964 3 ,637
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike28 0 ,175 3 . 1,000 3 1,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,175 3 . 1,000 3 1,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Kruskall-Wallis
Test Statisticsa,b
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Chi-Square 8,757 9,088 9,049 8,029 8,884
df 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. ,033 ,028 ,029 ,045 ,031
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: formula
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. (Lanjutan)
3. Mann-Whitney
- Blanko dengan f1
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 1,000 ,500 1,000 ,500 1,500
Wilcoxon W 7,000 6,500 7,000 6,500 7,500
Z -1,650 -1,826 -1,650 -1,798 -1,348
Asymp. Sig. (2-tailed) ,099 ,068 ,099 ,072 ,178
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b ,100b ,200b ,100b ,200b
Sig.)]
- Blanko dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,500 ,500 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,500 6,500 6,000 6,000 6,000
Z -1,798 -1,798 -1,993 -1,964 -1,964
Asymp. Sig. (2-tailed) ,072 ,072 ,046 ,050 ,050
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -1,993 -1,993 -1,993 -1,993 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046 ,046 ,046 ,046 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. (Lanjutan)
- f1 dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 2,500 2,500 1,000 3,000 1,000
Wilcoxon W 8,500 8,500 7,000 9,000 7,000
Z -,943 -,899 -1,550 -,696 -1,623
Asymp. Sig. (2-tailed) ,346 ,369 ,121 ,487 ,105
Exact Sig. [2*(1-tailed
,400b ,400b ,200b ,700b ,200b
Sig.)]
- f1 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 1,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 7,000 6,000
Z -1,993 -1,993 -1,993 -1,650 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046 ,046 ,046 ,099 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,200b ,100b
Sig.)]
- f2 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,500 ,000 1,500 1,500 1,500
Wilcoxon W 6,500 6,000 7,500 7,500 7,500
Z -1,771 -1,964 -1,328 -1,348 -1,348
Asymp. Sig. (2-tailed) ,077 ,050 ,184 ,178 ,178
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,200b ,200b ,200b
Sig.)]
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Data hasil uji statistik kadar air (moisture)
1. Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
awal 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike7 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike14 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike21 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike28 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Kruskall-Wallis
Test Statisticsa,b
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Chi-Square 10,011 10,275 10,275 10,011 10,645
df 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. ,018 ,016 ,016 ,018 ,014
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: formula
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. (Lanjutan)
3. Mann-Whitney
- Blanko dengan f1
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,023 -2,121 -2,121 -2,023 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,034 ,034 ,043 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,023 -2,023 -2,023 -2,023 -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,043 ,043 ,043 ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,023 -2,023 -2,023 -2,023 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,043 ,043 ,043 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. (Lanjutan)
- f1 dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 1,000 1,500 1,500 1,000 ,000
Wilcoxon W 7,000 7,500 7,500 7,000 6,000
Z -1,650 -1,581 -1,581 -1,650 -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,099 ,114 ,114 ,099 ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b ,200b ,200b ,200b ,100b
Sig.)]
- f1 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 1,000 1,500 1,500 1,000 ,000
Wilcoxon W 7,000 7,500 7,500 7,000 6,000
Z -1,650 -1,581 -1,581 -1,650 -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,099 ,114 ,114 ,099 ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b ,200b ,200b ,200b ,100b
Sig.)]
- f2 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,500 ,000 ,000 ,500 ,000
Wilcoxon W 6,500 6,000 6,000 6,500 6,000
Z -1,826 -2,023 -2,023 -1,826 -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,068 ,043 ,043 ,068 ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Data hasil uji statistik elastisitas (elasticity)
1. Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
awal 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike7 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike14 0 ,385 3 . ,750 3 ,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike21 0 ,175 3 . 1,000 3 1,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
harike28 0 ,175 3 . 1,000 3 1,000
1 ,385 3 . ,750 3 ,000
2 ,385 3 . ,750 3 ,000
3 ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Kruskall-Wallis
Test Statisticsa,b
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Chi-Square 10,037 9,873 9,804 9,448 10,311
df 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. ,018 ,020 ,020 ,024 ,016
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: formula
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. (Lanjutan)
3. Mann-Whitney
Blanko dengan f1
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U 1,000 ,000 ,000 1,000 ,500
Wilcoxon W 7,000 6,000 6,000 7,000 6,500
Z -1,650 -2,121 -2,023 -1,623 -1,798
Asymp. Sig. (2-tailed) ,099 ,034 ,043 ,105 ,072
Exact Sig. [2*(1-tailed
,200b ,100b ,100b ,200b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,023 -2,023 -2,023 -1,993 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,043 ,043 ,046 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- Blanko dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,023 -2,023 -2,023 -1,993 -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,043 ,043 ,046 ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. (Lanjutan)
- f1 dengan f2
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 1,500 3,000 1,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 7,500 9,000 7,000 6,000
Z -2,023 -1,581 -,745 -1,650 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,114 ,456 ,099 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,200b ,700b ,200b ,100b
Sig.)]
- f1 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,023 -2,121 -2,023 -2,023 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 ,034 ,043 ,043 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,100b ,100b ,100b ,100b
Sig.)]
- f2 dengan f3
Test Statisticsa
awal harike7 harike14 harike21 harike28
Mann-Whitney U ,500 1,000 ,000 1,000 ,000
Wilcoxon W 6,500 7,000 6,000 7,000 6,000
Z -1,826 -1,650 -2,023 -1,650 -2,023
Asymp. Sig. (2-tailed) ,068 ,099 ,043 ,099 ,043
Exact Sig. [2*(1-tailed
,100b ,200b ,100b ,200b ,100b
Sig.)]
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. Contoh surat pernyataan suka relawan peserta penelitian
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
88
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
91
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
93
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
95
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. (Lanjutan)
96
Universitas Sumatera Utara