1 3
Po s t a g l a n d i n
4 5
Asetogenin
Diarylheptanoid
HORMON PADA
SERANGGA
Aplikasi dari juvenile hormone (JH) untuk kontrol insekta berdasarkan kenyataan
bahwa selama siklus perkembangan ada periode waktu y an g sangat tepat dimana JH
alami ada atau tidak ada dalam cairan tubuh Jadi pengaplikasian JH atau senyawa
y an g mempunyai aktivitas JH pada insekta dilakukan ketika m a s a dimana JH secara
alami harusnya tidak ada atau ada dalam konsentrasi y an g rendah. D e n gan cara ini
diharapkan dapat dihasilkan bentuk intermediet (larva-dewasa, larva-pupa, pupa-
dewasa) atau abnormalitas pada embryogenesis)
Methoprene merupakan analog dari JH y ang telah digunakan secara luas untuk melawan nyamuk,
semut, kutu. Tetapi tidak berefek toksik secara langsung pada insekta melainkan merusak
perkembangan dengan menyebabkan kematian atau kegagalan reproduksi pada waktu tertentu
dari siklus hidupnya, tetapi biasanya bukan pada tahap perlakuan. Jadi larva y ang diperlakukan
jarang mati sebagai larva melainkan mati sebagai dewasa atau selama proses pupa
PROSTAGLANDIN
P E N G E RT I A N
P E R A N P R O S TA G L A N D I N
DALAM TUBUH
Pa d a S i s t e m
Reproduksi
Pa d a P r o s e s
Pen y em b u h a n
COX -2
Prostaglandiin G2
A s a m Arakidonat
(PGG2)
COX -1
Prostaglandin H 2
(PGH2)
Reseptor D P PGD 2
Reseptor FP PGF 2 a
Reseptor IP PGI2
Reseptor TP TXA 2
Reseptor EP PGE 2
M e k a n i s m e Kerja
Prostaglandin F2 a
Prostaglandin H2 (PGH2) Prostaglandin E2 (PGE2)
(PGE2 a )
PG 9-keto
reduktas e
merangsang otot Rahim untuk
berkontraksi untuk membantu Reseptor FP
pengeluaran darah.
TETRASIKLIN
Pengertian
• Tetrasiklin adalah antibiotik bakteriostatik berspektrum luas y a ng menghambat sintesis protein. Tetrasiklin
bekerja aktif terhadap banyaknya bakteri Gram positif dan Gram negatif, termasuk bakteri anaerob,
riketsia, klamidia, mikroplasma, bentuk L, dan terdapat beberapa protozoa, misalnya amoeba.
• Tetrasiklin merupakan basa y a ng sukar larut dalam air, tetapi bentuk ga ra m natrium atau garam HCL ny a
mud a h larut. Dalam keadaan kering bentuk basa dan HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan,
• Tetrasiklin bekerja denga n menghalangi penambahan a s a m amino baru pada rantai peptida y a ng seda n g
terbentuk, biasanya bersifat meng hambat atau memb unu h bakteri Gram positif dan Gram negatif atau
baik pada mikroba ekstrasel m a m p u intrasel, tipe kerjanya bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu
hambatan pada sintesis protein ribosom dengan menghabat pemasukkan aminoasil t- R N A pada fase
pemanjangan y a ng termasuk fase translasi ini akan menyebabkan blokade perpanjangan rantai peptida.
• Berdasarkan proses farmakokinetiknya, tetrasiklin m a m p u diabsorbsi sebanyak 3 0 - 8 0 % melalui
saluran cerna, n a m u n proses absorbsi ini sebagian belangsung di lambung dan u s u s halus
bagian atas. Sebagian besar golongan tetrasiklin dalam darah terikat pada protein plasma dalam
area dentin d an email gigi serat dapat melewati sawar urin. Pengeluaran atau proses eliminasi
tetrasiklin terjadi di ginjal melalui mekanisme filtrasi glomerulus dan dikeluarkan melalui urin.
• Tetrasiklin bekerja baik pada mikroba ekstrasel m a u p u n intrasel, tipe kerjanya bakteriostatik.
Mekanisme kerjanya yaitu hambatan pada sintesis protein ribosom dengan mengham bat
p emasukan aminoasil t-RNA pada fase pemanjangan y a n g termasuk fase translasi ini akan
• Hubungan struktur-aktifitas Tetrasiklin. Pengaturan linier dari empat cincin adalah persyaratan untuk dapat
menimbulkan aktifitas biologis. Konfigurasi pusat kiral pada C-4, C- 4a dan C-12a sangat penting untuk aktifitas,
sedang konfigurasi pada C-5a dan C-6 kemungkinan dapat berubah-ubah. Adanya dua sistem elektron π yang
berbeda (gugus kromofor fenoldiketon dan trikarbonilmetan) penting untuk aktifitas antibakteri. Adanya gugus 4-
dimetilamino penting untuk pembentukan ion Zwitter, untuk distribusi optimum dalam tubuh dan untuk aktivitas
in vivo. Hilangnya gugus tersebut menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas. Pada g ugus 2-karbonamid, hanya
gugu s karbonil yang penting untuk aktivitas. Satu atom H pada gugu s amida dapat diganti dengan gug us lain
tanpa kehilangan aktifitas. Modifikasi pada C-6 dan C-7 menghasilkan turunan yang mempunyai stabilitas kimia
dalam regimen kombinasi untuk mengobati ulkus lambung dan duodenum akibat Helicobacter pylory, obat ini dapat pula digunakan dalam
berbagai infeksi Gram fositif dan Gram negatif, termasuk infeksi vibrio, asalkan organisme tersebut tidak resisten. Pada kolera, tetrasiklin
cepat menghentikan pengeluaran vibrio, tetapi tampaknya muncul resistensi terhadap tetrasiklin selama terjadinya epidemik. Tetrasiklin
tetap efektif pada sebagian besar infeksi klamidia, termasuk penyakit menular seksual. Tetrasiklin tidak lagi direkomendasikan untuk terapi
penyakit gonokokus karena adanya resistensi. Suatu tetrasiklin biasanya dalam kombinasi dengan aminoglikosida diindikasikan untuk pes,
tularemia, dan bruselosis. Tetrasiklin kadang digunakan dalam terapi infeksi protozoa, misalnya akibat Entamoeba histolytica atau
Plasmodium falcifarum. Penggunaan lainnya meliputi terapi jerawat, eksaserbasi bronchitis, pneumonia yang didapat dari masyarakat dan
• Semakin berkembangnya jenis antibiotik dalam bidang peternakan, terutama untuk meningkatkan produksi peternakan, maka para peternak
perlu mengetahui cara-cara pemberian dan pemakaian macam antibiotika secara selektif dan sesuai dengan tujuan, seperti;
1. Untuk pengobatan sehingga mengurangi resiko kematian dan mengembalikan kondisi ternak yang dapat berproduksi kembali (normal),
2. Untuk memacu pertumbuhan (promotor growth), sehingga dapat mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produksi hasil ternak
reaksi alergi yaitu dapat mengakibatkan peningkatan kepekaan, kemudian reaksi resistensi akibat
• Organ tubuh y an g paling berperan dalam proses eliminasi obat adalah ginjal, obat dapat di keluarkan
dalam bentuk y an g tidak berubah atau dalam bentuk metabolit, obat juga dapat di eliminasi melalui
sistem empedu masu k ke dalam u su s kecil dan dieliminasi melalui feses, eliminasi jalur ini masih
memungkinkan terjadi reabsorbsi. Jalur eliminasi obat lainnya adalah melalui air ludah.
Acetogenin Annonaceae
Acetogenins
Annonaceae
• Annonaceae
• Annonaceae merupakan family terbesar
dari Ordo Magnoliales.
• Tumbuhan buah ya ng termasuk ke dalam
family annonaceae antara lain sirsak,
paw paw, srikaya, dan lancewood.
• Termasuk tanaman ya ng sedikit di serang
hama, hal ini dikarenakan tumbuhan
annonaceae banyak mengandung
acetogenin ya ng bersifat sitotoksik.
Annonaceous Acetogenin
Tahapan 2:
Tahapan 3:
Tahapan 4:
Tahapan 5:
Klasifikasi Acetogenin
Kerajaan: Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelass : Magnoliids
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona
Muricata
Sumber Nama
Epomuriceni n - A (or
epo xym ur i n - A)
E po m ur i ceni n - B
• Dalam tanaman sirsak ini telah Di epo mur i cani n - A
ditemukan lebih dari 5 0 jenis Biji Co r epo xylo ne
annonaceous acetogenin dan 1 8
Solamin
jenis di antaranya ditemukan pada
M ur i so li n
bagian daun sirsak (Geum S o o g et
al, 1998). Annonaceous Co r o sso li n
Daun Anno m ur i ci n - A
Anno m ur i ci n - B
ISOLASI SENYAWA ACETOGENIN
Gambar 2. Representasi karakteristik kelas diarylheptanoid: linier (kurkumin, 1), siklik jenis difenil eter (juglanin A, 2), jenis siklik
bifenil (acerogenin E, 3) dan diarylheptanoid dengan rantai C7-siklis (siklokurkumin, 4).
Bioaktivitas
• Anti inflamasi
• Antioksidan
• Antimikroba
• Anti karsinogenik
• Anti kanker
Antioksidan
Kunyit dan Temulawak
TERIMA KASIH