Soal :
10
1. Bagaimana Fase manajemen perubahan yang merupakan proses formal?
2. Mohon jelaskan terjadinya proses perubahan berbasis pengetahuan dan berikan
20
contoh terjadinya proses perubahan tersebut?
3. Jelaskan ciri-ciri dari karyawan menerima perubahan!
10
4. Mohon jelaskan terjadinya pendekatan manajemen menurut Kotter!
5. Dampak perubahan organisasi terhadap karyawan secara psikologis adanya
20
dimensi tersembunyi dalam perubahan, mohon kira di jelaskan beserta contohnya!
6. Bagaimana mengelola manusia pada saat implementasi perubahan dalam suatu
10
organisasi?
7. Jelaskan pola dari kepemimpinan dalam suatu organisasi dan menurut saudara
20
dari pola kepemimpinan tersebut mana yang lebih efektif jelaskan alasannya?
8. Apa yang saudara ketahui tentang tahapan dalam kepemimpinan transformasional
10
terkait dengan menciptakan visi yang baru?
Total poin
100
--- Selamat Mengerjakan ---
TUGAS 2 MANAJEMEN PERUBAHAN
NAMA : ACHMAD FUDHOLI
NIM : 031157172
Model perubahan yang konsep awalnya dikembangkan Kurt Lewin dan dikenal
sebagai model tiga tahap – unfreeze-change-refreeze, belakangan juga dikembangkan oleh
teoritis lainnya. Berdasarkan hasil telaah terhadap 30an model perubahan terencana,
Bullock & Baten (1985) mengembangkan model perubahan terencana yang terintegrasi
yang terdiri dari 4 fase yaitu:
1. Fase Eksplorasi.
Pada fase ini organisasi dituntut untuk melakukan eksplorasi dan memutuskan
apakah organisasi tersebut menghendaki perubahan secara spesifik pada kegiatan
operasinya. Tujuannya agar organisasi memiliki komitmen untuk menyediakan sumber
daya yang dibutuhkan untuk perubahan. Sementara itu proses perubahan pada fase ini
meliputi: kesadaran akan pentingnya perubahan, mencari bantuan pihak luar (konsultan
atau fasilitator) untuk membantu perencanaan dan implementasi perubahan,
menetapkan kontrak dengan konsultan untuk mendefinisikan tanggung jawab masing-
masing pihak.
2. Fase Perencanaan.
3. Fase Tindakan.
Pada fase ini dilakukan implementasi perubahan yang didasarkan pada rencana
perubahan sebelumnya. Prosesnya meliputi desain untuk menggerakkan kondisi
berjalan menuju kondisi yang diharapkan termasuk menetapkan aransemen yang cocok
untuk mengelola proses perubahan dan dukungan terhadap tindakan yang dilakukan,
dan melakukan evaluasi terhadap implementasi perubahan dan memberikan umpan
balik terhadap hasil yang telah dicapai sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi yang
dianggap perlu.
4. Fase Integrasi.
Tahap ini dimulai setelah perubahan berhasil diimplementasikan. pada tahap ini
perhatian ditujukan pada upaya untuk melakukan konsolidasi dan stabilisasi hasil
perubahan sehingga perubahan menjadi bagian hidup sehari-hari dan tidak diperlukan
lagi adanya kondisi khusus hanya sekedar untuk mempertahankan hasil perubahan.
Prosesnya meliputi beberapa hal antara lain: memperkuat prilaku baru melalui
mekanisme umpan balik dan sistem penghargaan sehingga kebergantungan pada
konsultan sedikit demi sedikit mulai berkurang, menyebarkan hasil perubahan ke
seluruh elemen organisasi, dan melakukan pelatihan kepada para manajer dan
karyawan untuk memonitor hasil perubahan dan kemungkinan peningkatan yang
diperlukan.
Selanjutnya bersama Dan Cohen (2002) Kotter melanjutkan tulisannya dalam bentuk
buku diberi judul ―The Heart of Change‖. Tulisan terakhir mencoba mengurai satu persatu
esensi dari 8 langkah perubahan yang digagas sebelumnya.
Berikut ini adalah 8 Langkah Perubahan yang diperkenalkan oleh John Kotter atau
biasanya disebut dengan “Kotter’s 8 Step Change Model”.
Langkah pertama dalam Kotter’s 8 Step Change Model ini adalah menciptakan
kebutuhan mendesak atau menumbuhkan rasa urgensi atas perlunya suatu perubahan.
Apabila kita dapat menciptakan lingkungan dimana setiap individu didalam organisasi
menyadari masalah yang ada dan dapat melihat solusi yang dapat memecahkan
permasalahan yang terjadi, maka dukungan untuk perubahan akan meningkat. Ini juga akan
memicu motivasi awal untuk membuat semua individu dalam organisasi bergerak
mendukung perubahan.
Menurut Kotter, langkah ini adalah langkah persiapan dan sekitar 75% manajemen
perusahaan harus terlibat dalam perubahan ini agar tingkat keberhasilan perubahan ini
menjadi lebih tinggi. Ini menekankan bahwa penting untuk mempersiapkan diri sebelum
terjun ke proses perubahan. Langkah ini menciptakan ‘kebutuhan’ untuk perubahan, bukan
hanya ‘keinginan’ untuk berubah. Hal ini sangat penting ketika menyangkut dukungan dan
kesuksesan perubahan yang mungkin terjadi.
Inisiatif Perubahan mungkin sangat rumit dan sering sulit untuk dimengerti atau
dipahami oleh semua anggota organisasi terutama anggota-anggota organisasi yang berada
di hirarki paling bawah organisasi. Oleh karena itu, menciptakan suatu Visi yang mudah
dipahami dan merangkum keseluruhan tujuan akan perubahan adalah cara yang sangat
bermanfaat untuk mendapatkan dukungan dari seluruh organisasi. Selain harus mudah
dimengerti dan sederhana, Visi juga harus dapat menjadi inspirasi agar efek yang
diinginkannya tersebut mencapai tingkat yang paling maksimum.
Empat langkah pertama sangat penting dalam membangun kekuatan inisiatif suatu
perubahan yang akan kita lakukan. Langkah selanjutnya adalah mencari dan mengetahui
rintangan atau hambatan apa yang kemungkinan akan menghalangi perubahan kita.
Rintangan atau hambatan tersebut dapat datang dari pribadi anggota organisasi,
perundang-undangan dan tradisi. Identifikasikan sedini mungkin dan gunakan sumber daya
yang tersedia untuk memecahnya tanpa harus menganggu kegiatan-kegiatan lainnya dalam
organisasi kita.
Banyak proses perubahan yang berakhir gagal karena rasa puas diri dan
kesuksesan yang dinyatakan terlalu dini. Oleh karena itu, Kotter berpendapat bahwa sangat
penting untuk mempertahankan dan memperkuat terus perubahan tersebut meskipun telah
mencapai suatu perubahan yang diinginkan. Tetaplah menetapkan tujuan dan menganalis
apa yang dapat dilakukan dengan lebih baik untuk peningkatan yang berkelanjutan.
Hanya mengubah proses dan kebiasaan saja tidak cukup untuk menanamkan
budaya perubahan ke seluruh organisasi. Perubahan harus menjadi bagian dari inti
organisasi agar perubahan dapat memberikan efek manfaat yang lama. Mempertahankan
para senior dalam perubahan dan mendorong karyawan baru untuk mengadopsi perubahan
akan membantu mempromosikan perubahan hingga ke seluruh organisasi.
Menurut Kotter, Perubahan bukanlah proses yang mudah dan cepat sehingga
memerlukan langkah-langkah perencanaan perubahan dan bahkan ketika sebuah
perubahan dilaksanakan masih banyak lagi yang harus dilakukan untuk memastikan
keberhasilannya. Kita disarankan untuk mengikuti langkah-langkah perubahan Kotter ini
untuk memastikan inisiatif perubahan kita dapat berhasil dan memberikan manfaat bagi
organisasi.
Akibat terlalu fokus pada aspek formal rasional, pada umumnya manajer tidak dapat
melihat sisi lain yang bersifat nonrasional. Padahal dampak yang ditimbulkan aspek
nonrasional terhadap keberhasilan perubahan organisasi sering kali justru jauh lebih besar.
Kecenderungan seperti inilah yang ditengarai menjadi penyebab utama kegagalan
perubahan organisasi. Aspek rasional, seperti dikatakan Marshak, sesungguhnya hanya
salah satu dari enam dimensi perubahan organisasi. Kelima dimensi lainnya adalah politik,
inspirasi, emosi, mindset dan psikodinamik. Marshak mengatakan pula, dari keenam
dimensi tersebut hanya rasional atau reason yang bersifat overt (terbuka) sedangkan
selebihnya bersifat hidden (tersembunyi).
George & Jones (2001) dalam membangun modelnya berbasis pada teori schema
maka perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan schema. Per definisi
schema adalah struktur kognitif yang bersifat abstrak yang berisi pengetahuan tentang
stimulus atau konsep, fitur atau atribut-atribut dari konsep tersebut, dan saling keterkaitan di
antara atribut dimaksud (lihat von Hoppel, et al., 1993). Setiap individu akan
mengembangkan schema ketika menghadapi stimulus yang datang secara berulang-ulang
kepadanya. Sekali sebuah schema terbentuk dan cocok dengan konsep yang
dikembangkannya maka schema tersebut akan digunakan untuk menginterpretasikan
informasi yang diperoleh seseorang.
3) schema mempengaruhi jenis-jenis informasi yang akan diingat kembali dari ingatan-
ingatan yang sebelumnya telah tersimpan dalam memori,
4) struktur dari schema merupakan dasar untuk mengisi informasi yang hilang sehingga
seseorang tidak sekedar menerima informasi yang ada,
5) schema menjadi alat untuk memecahkan sebuah masalah dengan cara jalan pintas
(short cut) sebagai upaya untuk menyederhanakan proses penyelesaian masalah,
dan dengan membandingkan realitas dengan harapan, schema dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengevaluasi pengalaman seseorang.
Berdasarkan teori schema seperti tersebut di atas, George & Jones mengatakan
bahwa proses perubahan individu saat menghadapi perubahan terdiri dari 7 tahapan yaitu:
Tahap 1 terjadi discrepancy atau inkonsistensi antara schema yang telah dibangun
karyawan dengan kondisi riil karena perubahan.
Tahap 6 karyawan mulai mencari tambahan informasi baru untuk membangun schema baru
karena menganggap schema lama sudah tidak cocok lagi dengan kondisi berjalan.
Terakhir tahap 7 terjadi perubahan schema dalam pengertian karyawan memahami bahwa
schema yang telah dibangun sebelumnya dianggap tidak cocok lagi dengan kondisi saat ini
saat terjadi perubahan organisasi.
Perhatian terhadap pengelolaan manusia sekali lagi menjadi isu penting mengingat
manusia memegang peran krusial dalam perubahan organisasi. Memang dalam situasi
perubahan tidak semua karyawan meresponsnya secara negatif. Tetapi harus disadari
bahwa sebagai besar karyawan cenderung merespon perubahan dengan sinis dan
kelesuan. Bahkan karyawan yang memiliki motivasi diri yang sangat tinggi sekalipun bias
jadi merespon perubahan dengan resistensi jika mereka tidak melihat keuntungan yang
bakal mereka peroleh.
Selain itu mengelola manusia dalam situasi perubahan juga bukan pekerjaan mudah
lebih-lebih jika pihak manajemen khususnya manajer lini yang bertanggung jawab langsung
terhadap pengelolaan manusia tersebut juga merasa tidak aman akan posisi yang sekarang
ditempatinya, tidak yakin apakah perubahan merupakan tindakan yang bijak dan tidak
memiliki informasi lengkap tentang perubahan yang akan dilaksanakan.
Dari penjelasan di atas, uraian akan difokuskan pada peran manajer lini dalam
memandu pengelolaan manusia dalam implementasi perubahan organisasi. Holbeche
(2006) misalnya mengatakan bahwa peran yang harus dimainkan seorang manajer lini saat
implementasi berubahan adalah:
1. Menciptakan iklim yang mendukung perubahan organisasi. Cara yang bias dilakukan
adalah mengaitkan budaya organisasi, sistem imbalan, kebijakan perusahaan, prosedur
kerja, sistem organisasi dan norma prilaku yang kesemuanya itu pada akhirnya bias
mendukung perubahan yang diharapkan. Untuk itu, lini manajer tidak diposisikan
sebagai seorang komando yang hanya melakukan command and control tetapi harus
bergaya sebagai seorang manajer yang partisipatif dan fasilitatif. Di sisi lain, karyawan
diajak untuk ikut bertanggung jawab dalam perubahan dan terus melakukan continuous
improvement.
5. Mengelola kinerja.
6. Mendorong karyawan agar mau mencoba cara kerja baru dalam menjalankan kegiatan
organisasi.
8. Memastikan bahwa load pekerjaan dikelola secara efektif sehingga karyawan tidak
tenggelam dalam kegiatan kerja.
7. Jelaskan pola dari kepemimpinan dalam suatu organisasi dan menurut saudara dari
pola kepemimpinan tersebut mana yang lebih efektif jelaskan alasannya?
Jenis pengaruh yang diharapkan dari seorang pemimpin agar organisasi berjalan efektif
tidak sama untuk semua pemimpin. Masing-masing pemimpin dituntut untuk memainkan
peran dan kemampuan berbeda tergantung pada level organisasi yang ditempati dan
kondisi organisasi yang sedang dikelola. Sebagai contoh, kemampuan kognitif dan afektif
seorang pemimpin pada level atas berbeda dengan mereka yang berada pada level bawah.
Tiga jenis peran yang biasanya dimainkan seorang pemimpin adalah: peletak dasar,
interpolasi dan administrasi.
Sebagai peletak dasar (origination) seorang pemimpin dituntut untuk membuat keputusan
strategic berkaitan dengan formulasi dan perubahan struktur organisasi. Keputusan ini
sangat penting karena akan menentukan misi dan budaya organisasi.
Stimulasi intelektual.
Faktor kedua dalam kepemimpinan transformasional adalah kemampuan pemimpin
memberi tantangan kepada para pengikutnya. Para pengikut ditantang untuk memecahkan
masalah yang sebelumnya tidak terselesaikan, bukan dengan nilai-nilai lama dan asumsi
yang sudah kedaluwarsa melainkan dengan nilai-nilai baru dan asumsi baru.
Pemimpin bisa meyakinkan para pengikutnya bahwa nilai-nilai lama dan
asumsi-asumsi yang selama ini berlaku bukan pendekatan yang bias digunakan untuk
menyelesaikan persoalan yang ada. Nilai-nilai lama adalah masa lalu dan oleh karenanya
harus dibuang jauh-jauh. Sebaliknya mereka didorong untuk menyelesaikan masalah
dengan cara-cara baru yang tidak konvensional.
Stimulasi intelektual ini sekali lagi, menegaskan para pengikut bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk melakukan hal-hal yang dianggap tidak mungkin menjadi hal yang sangat
mungkin untuk dilakukan.
Konsiderasi individual.
Faktor terakhir sangat erat kaitannya dengan teori LMX (Leader Member Exchange =
teori pertukaran antara pemimpin dengan anggota). Menurut teori ini, setiap kepemimpinan
mempunyai hubungan personal dengan orang yang dipimpin. Hubungan personal ini
membawa implikasi bahwa setiap orang yang dipimpin harus diperlakukan secara khusus
karena masing-masing orang mempunyai karakteristik berbeda. Artinya tidak semua orang
diperlakukan dengan cara yang sama meski mereka harus diperlakukan secara adil.
Dengan perlakuan seperti ini mereka merasa sebagai orang spesial, orang teperhatikan,
merasa dibesarkan hatinya dan termotivasi. Di samping itu, pemimpin yang bisa memberi
pertimbangan individu berarti dia bisa memadukan kekhasan kemampuan dan keterampilan
masing-masing karyawan untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan.
Sumber:
1. Achmad Sobirin. BMP EKMA4565 Manajemen Perubahan. Universitas Terbuka.
Tangerang Selatan
2. https://www.academia.edu/11708532/PROSES_MANAJEMEN_EDITORIAL
3. https://www.scribd.com/document/337587461/Jurnal-Pola-Kepemimpinan
4. https://www.academia.edu/11332695/Rangkuman_Buku_Manajemen_Pemasaran_P
hilips_Kotler_14_e