Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

Analisis Penggunaan Majas Dalam Kumpulan Cerpen


Robohnya Surau Kami Karya A. A. Navis

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

yang Dibimbing oleh Bapak H. Ucu Jamaludin A, M. Pd

Disusun Oleh :

Della Rahmattia NIS : 181910296

XII Bahasa dan Budaya

Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 1 Karawang

Tahun 2021
ABSTRAK ABSTRACT
Karya Sastra adalah karangan yang Literary works are articles
disampaikan dengan komunikatif dengan delivered communicatively with
tujuan estetika. Karya sastra sendiri aesthetic purposes. Literary works
merupakan karangan yang bebas, seperti themselves are free essays, such as
puisi, prosa, drama, dongeng, hikayat, poetry, prose, drama, fairy tales, saga,
roman, novel, legenda, naskah drama, romance, novels, legends, drama
pantun dan cerpen. Cerpen merupakan scripts, rhymes and short stories. Short
singkatan dari cerita pendek. Karya sastra story is an abbreviation of short story.
dibuat dengan dua unsur pembangunan, Literary works are made with two
yaitu unsur ekstrinsik dan usnur intrinsik. elements of development, namely
Unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh, extrinsic elements and intrinsic
penokohan, latar, sudut pandang, gaya elements. The intrinsic elements consist
bahasa (majas), dan amanat. Gaya bahasa of themes, characters,
atau majas adalah cara menggunakan characterizations, settings, points of
bahasa. Gaya bahasa atau mjas view, language style (figure of speech),
memungkinkan kita dapat menilai pribadi, and mandate. Language style or figure
watak, dan kemampuan seseorang yang of speech is a way of using language.
menggunakan bahasa itu. Berdasarkan hal Language style or mjas allows us to
tersebut maka penulis bermaksud untuk judge the personality, character, and
menganalisis penggunaan majas dalam abilities of someone who uses the
kumpulan cerpen robohnya surau kami language. Based on this, the writer
karya A. A. Navis. intends to analyze the use of figure of
Cerpen (cerita pendek) merupakan speech in a collection of short stories
salah satu jenis dari karya sastra. cerpen from the fall of our surau by A. A.
adalah sebuah karya sastra pendek yang Navis.
bersifat fiktif dan mengisahkan tentang Short stories (short stories) are
suatu permasalahan yang dialami oleh one type of literary work. short story is
tokoh secara ringkas mulai dari a short literary work that is fictional
pengenalan sampai akhir dari and tells about a problem experienced
permasalahan yang dialami oleh tokoh. by a character in brief, starting from the
Pada umumnya cerpen hanya introduction to the end of the problems
mengisahkan satu permasalahan yang experienced by the character. In
dialami oleh satu tokoh. Selain itu, cerpen general, short stories only tell one
hanya terdiri tidak lebih dari 10.000 kata. problem experienced by one character.
Hal inilah yang membuat cerpen dapat In addition, the short stories only
selesai dibaca dalam sekali duduk. Dalam consist of no more than 10,000 words.
cerpen terdapat majas-majas yang This is what makes the short story read
bertujuan untuk menambahkan nilai in one sitting. In the short story there
keindahan terhadap cerpen itu sendiri. are figures of speech that aim to add
Majas sendiri merupakan cara aesthetic value to the short story itself.
mengungkapkan pikiran melalui bahasa Majas itself is a way of expressing
secara khas yang memperlihatkan jiwa thoughts through language in a
dan kepribadian penulis. distinctive way that shows the soul and

i
Cerpen Robohnya Surau Kami personality of the author.
adalah cerpen bertema sosio – religi dari The short story of Our Surau
A.A.Navis yang terbit pertama kali pada Robohnya is a socio-religious themed
1956. Cerpen ini menceritakan tentang short story from A.A. Navis which was
kematian seorang kakek penjaga surau published for the first time in 1956. This
atau masjid kecil di kota kelahiran sang short story tells about the death of a
tokoh utama cerpen. Sebagai cerita klasik, grandfather who keeps a surau or a
sudah pasti cerpen Robohnya Surau Kami small mosque in the hometown of the
mengandung banyak majas atau gaya main character of the short story. As a
bahasa di dalamnya yang turut classic story, the short story Robohnya
memperkaya isi kandungannya. Surau Kami contains many figures of
Penggunaan majas dalam kumpulan speech or language style in it which
cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A also enriches its contents.
Navis sebanayak 18 Majas, yaitu majas The use of figure of speech in a
alegori 1 kalimat, majas repetisi 56 collection of short stories Robohnya
kalimat, majas hiperbola 29 kalimat, Surau Kami by AA Navis is in the
majas metafora 11 kalimat, majas simile 5 amount of 18 majors, namely 1 sentence
kalimat, majas sarkasme 10, majas allegory, 56 repetition sentence, 29
epizeuksis 3 kalimat, majas personofikasi sentence hyperbolic figure, 11 sentence
4 kalimat, majas sinekdoke 1 kalimat, metaphoric figure, 5 sentence simile
majas asonansi 1 kalimat, majas Innuendo figure, 10 sarcasm figure, 3 sentence
2 kalimat, majas anafora 2 kalimat, majas epizeuksis figure, 4 sentences
Pleonasme 1 kalimat, majas eufimisme 1 personofication figure, 1 sentence
kalimat, majas ironi 1 kalimat, majas sinekdoke figure, 1 sentence asonance
antitesis 2 kalimat, majas pararelisme 3 figure, 2 sentence Innuendo figure, 2
kalimat, dan majas Siniseme 2 kalimat. sentence anaphora figure, 1 sentence
Berdasarkan hasil penelitian, saya Pleonasm figure, 1 sentence euphemism
sebagai penulis mengharapkan pembaca figure, 1 sentence irony figure, 2
agar dapat menambah pengetahuan sentence antithesis figure, 3 sentence
mengenai macam-macam majas yang parallelism figure, and 2 sentences
terdapat pada buku kumpulan cerpen syniseme figurehead.
robohnya surau kami. Dari pengetahuan Based on the results of the
tersebut diharapkan setiap pembaca dapat research, I as a writer hope that readers
memahami semua yang telah dijelaskan can increase their knowledge about the
dalam makalah ini. penulis mengharapkan kinds of figure of speech found in the
kepada peneliti selanjutnya agar dapat short story book collection of our surau.
meneliti dengan metode berbeda untuk From this knowledge, it is hoped that
mendapatkan kesimpulan penelitian dari every reader can understand everything
pandangan yang berbeda juga. that has been described in this paper.
The writer expects the next researchers
to be able to research with different
methods to get research conclusions
from different views.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan Untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Tahun Ajaran 2020-2021 Semester Gasal

Disusun Oleh

Della Rahmattia NIS : 181910296 ..................

Disetujui, ..... Maret 2021 Dibimbing. ..... Maret 2021

Wakasek kurikulum Guru Bahasa Indonesia

Widada, S. Pd., M. Si H. Ucu Jamaludin A, M. Pd

NIP : 19650909 19801 1 002 NIP : 19650618 199802 1 001

Disahkan, ... Maret 2021

Kepala SMA Negeri 1 Karawang

Drs. H. Wayat Nurhidayat, M.Pd

NIP : 19670313 199803 1 007

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb…
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya kami diberi kemudahan dalam penyusun makalah sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Penggunaan Majas dalam
Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A. A. Navis”. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun dengan sepenuh hati dan pikiran, tetapi meskipun
demikian, kami pun mengahadapi beberapa kendala baik yang dating dari luar maupun
dari diri kami pribadi, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan secara tepat waktu.
Oleh karena itu, dengan terselesaikannya makalah ini, kami ucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusun makalah ini terutama
kepada :
1. Bapak Drs. H. Wayat Nurhidayat, M. Pd selaku Kepala SMA Negeri 1
Karawang yang telah menyetujui dan mengesahan makalah ini;
2. Bapak Widada M. Pd. selaku Wakasek Kurikulum yang telah mengizinkan
penggunaan fasilitas sekolah terhadap kebutuhan dalam penyusunan dan
menyutujui hasil penyelesaian makalah ini;
3. Bapak H. Ucu Jamaludin A, M. Pd yang telah membimbing dan menyetujui
dalam upaya tercapainya penyelesaian makalah ini;
Mengingat atas kemampuan yang kami miliki, kami merasa masih terdapat
kekurangan baik dari segi teknis maupun materi, untuk itu kritik dan saran dari berbagai
pihak kami harapkan demi penyempurnaan makalah kami.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat pada umumnya bagi pembaca
khususnya bagi diri kami pribadi.
Wassalamu’alaikum Wr Wb…
Karawang, …Maret 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.4 Landasan Teori .................................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
1.6 Hipotesis ............................................................................................................. 3
1.7 Sistematika Penelitian ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Majas ............................................................................................... 4


2.2 Macam-macam Majas ....................................................................................... 4
2.3 Pengertian Cerpen ............................................................................................. 11
2.4 Struktur Cerpen ................................................................................................ 12
2.5 Ciri-ciri Cerpen ................................................................................................. 13
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Berita Utama...................................................................................................... 16


3.2 Sebab .................................................................................................................. 20
3.3 Akibat................................................................................................................. 20
BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Penggunaan Majas Dalam Kumpulan Cerpen Robohnya

v
Surau Kami ........................................................................................................ 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 43


5.2 Saran .................................................................................................................. 43
5.2.1 Saran Bagi Pembaca .............................................................................. 43
5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 44

LAMPIRAN .................................................................................................................. 45

BIODATA PENULIS .................................................................................................... 46

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Karya sastra sering dikenal sebagai tulisan atau karangan yang indah.
Misalnya dalam puisi, drama dan prosa. Menurut KKBI, prosa merupakan
karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi). 1 Prosa dapat
dibagi menajdi beberapa jenis. Contohnya roman, novel, dongeng, hikayat, da
cerpen. Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Akan tetapi, dalam
penulisan cerpen tidak lebih dari 10.000 kata.
Karya sastra dibangun oleh unsur-unsur pembangunan. Secara garis besar,
unsur-unsur pemabangunan di bagi menajadi dua bagian, yaitu unsur ekstrinsik dan
unsur intrinsik. Unsur instrinsik merukan unsur yang harus ada di dalam sebuah
karya sastra, terutama cerpen.2 Unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh, penokohan,
latar, sudut pandang, gaya bahasa (majas), dan amanat. Gaya bahasa atau majas
adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai
pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu.3
Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra yang dapat
memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan
pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan
pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang
universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup
dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan,
percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan
sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen sedang
melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan
1
Badan dan Pengembangan Pembinaan Bahasa dan Perbukuan, Kamus Besar Bahasa Indonesia V 0.4.0
Beta (40), (Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016-2020)
2
Faozan Tri Nugroho, “Unsur Intrinsik Yang Perlu Diketahui”
https://www.bola.com/ragam/read/4377838/unsur-unsur-intrinsik-cerpen-yang-perlu-diketahui diakses
Senin, 4 Januari 2021, pukul 12.30 WIB.
3
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016, hlm 113)

1
2

yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan
permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan
oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan
tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang
tokoh atau membencinya. 4
Dipilihnya cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yaitu karena
cerpen ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan cerpen A.A. Navis yang
lain. Keistimewaannya yaitu terletak pada alur dan latar penceritaan pada cerpen
karya A.A. Navis yang tidak seperti biasanya. Tidak biasanya karena A.A. Navis
menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain pada cerpen ini. Bahkan di
sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis bermaksud untuk menganalis
penggunan majas yang terdapat pada kumpulan cerpen robohnya surau kami karya
A. A. Navis, sebagai pembatasan masalah dalam penelitian pada makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan tersebut, masalah yang akan
dijadikan fokus penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagimana penggunaan majas dalam kumpulan cerpen robohnya surau kami?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam upaya untuk membahas makalah ini, maka perlu adanya landasan teori
sebagai dasar pengkajian terhadap penelitian ini :
1. Untuk mengetahui penggunaan majas dalam pada kumpulan cerpen robohnya
surau kami.
1.4 Landasan Teori
Dalam upaya untuk membahas makalah ini, maka perlu adanya landasan teori
sebagai dasar pengkajian terhadap penelitian ini :
1. Pengertian Majas

4
Awan Sundiawan, “ Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami”
https://awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-surau-kami/ diakses Senin, 4
Januari 2021, pukul 13.00 WIB.
3

2. Macam-macam Majas
3. Pengertian Cerpen
4. Struktur Cerpen
5. Ciri-ciri Cerpen
1.5 Manfaaat Penelitian
Penilitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pembaca untuk
menambah wawasan tentang penggunaan majas yang terdapat pada cerpen dan
untuk memahami majas dalam menyampaikan pikiran, dan perasaan, baik secara
lisan maupun tertulis.
1.6 Hipotesis
Dari uraian diatas, maka dapat diambil untuk keputusan sementara bahwa
cerita pendek (cerpen) merupakan salah satu jenis karya sastra, dan di dalam cerita
pendek (cerpen) terdapat macam-macam majas seperti majas reptisi, majas hiperbola,
majas metafora dan sebagainya.
1.7 Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah penulisan makalah ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang terdiri dari beberapa bab, yaitu :
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Majas


Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan
cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun
tertulis. Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di
dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak
majas dibandingkan dengan prosa. Majas adalah bahasa kiasan yang dapat
menghidupkan sebuah karya sastra dan menimbulkan konotasi tertentu.
Penggunaan majas yang tepat akan membantu pembaca untuk memahami makna
dalam sebuah karya sastra.5
2.2 Macam-macam Majas
Adapun pengertian dan contoh kalimatnya dalam setiap majas, yaitu sebagai
berikut :
1. Majas Perbandingan
a. Majas Personifikasi
Majas Personifikasi adalah majas dengan menggunakan gaya bahasa
yang uangkapannya seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat
bersikap seperti manusia. Majas ini membandingkan benda mati dan
manusia. Jadi intinya adalah pada kata “person” yang berarti orang, atau
mengorang-orang-kan benda mati.
b. Majas Metafora
Majas Metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek
yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu

5
Wikipedia, “Majas” https://id.wikipedia.org/wiki/Majas diakses Senin, 4 Januari 2021, pukul 13.30 WIB.

4
5

ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain yang


serupa sifatnya, tetapi bukan manusia.
c. Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan
kesan yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara
yang hampir tidak masuk akal.
d. Majas Eufemisme
Majas Eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang
menggantikan kata-kata yang dianggap kurang baik atau kurang etis,
dengan padanan kata yang lebih halus dengan bermakna sepadan.
e. Majas Asosiasi
Majas Asosiasi adalah majas yang mengguanakan ungkapan dengan
membandingkan dua objek berbeda, namun dianggap sama, yang
dilakukan dengan pemberian kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
f. Majas Metonimia
Majas Metonimia adalah majas yang menggunakan gaya bahasa
dengan menyandingkan merek atau istilah tertentu yang sudah populer,
untuk merujuk benda yang sebenarnya lebih umum.
g. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara
lebih lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari
perumpaan yang digunakan.
h. Majas Alegori
Majas Alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang
menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi
atau ungkapan.
6

i. Majas Sinekdok
Majas Sinekdok ini menunjukkan adanya perwakilan dalam
mengungkap sesuatu. Majas sinekdok ini terbagi menjadi dua yaitu
Sinekdok Pars Pro Toto dan Sinekdok Totem Pro Parte.
Sinekdok Pars Pro Toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagaian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda.
Sedangkan Sinekdok Totem Pro Parte adalah kebalikannya, yaitu berupa
gaya bahasa yang menunjukkan keseluruhan bagian yang mewakili
hanya pada sebagian benda atau situasi saja.
j. Majas Simbolik
Majas Simbolik adalah majas yang membandingkan anatara manusia
dengan sikap mahkhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.
k. Majas Alusio
Majas Alusio adalah majas yang penngunkapannya dengan kiasan
yang memiliki kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.
l. Majas Sinestesia
Majas Sinestesia adalah majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari
suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
m. Majas Antonomasia
Majas Antonomasia adalah majas yang penggunaan sifatmya
sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
n. Majas Aptronim
Majas Aptronim adalah majas yang pemberian nama nya yang cocok
dengan sifat atau pekerjaan orang.
o. Majas Hipokorisme
Majas Hipokorisme adalah majas yang penggunaan nama nya
timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
p. Majas Dipersonifikasi
Majas Dipersonifikasi adalah majas yang pengunkapan dengan
membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu bukan manusia.
7

q. Majas Disfemisme
Majas Disfemisme adalah majas yang pengunkapan pernyataan tabu
atau yang dirasa kurang panas sebagaimana adanya.
r. Majas Fabel
Majas Fabel adalah majas yang menyatakan perilaku binatang
sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
s. Majas Parabel
Majas Parabel adalah majas yang ungkapan pelajaran atau nilai
tetapi dikiasan atau disamarkan dalam cerita.
t. Majas Perifrasa
Majas Perifrasa adalah majas yang ungkapan panajang sebagai
pengganti ungkapan yang lebih pendek.
u. Majas Eponim
Majas Eponim adalah majas yang menyebutkan nama seseorang
yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.
v. Majas Litotes
Majas Litotes adalah majas yang ungkapannya yang berupa
penurunan kualitas suatu fakta dengn tujuan merendahkan diri.
2. Majas Penegasan
a. Majas Pleonasme
Majas Pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada
pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang
sebenarnya tidak diperlukan.
b. Majas Repitisi
Majas Repitisi adalah majas perulangan kata, frasa, dan klausa yang
sama dalam suatu kalimat.
c. Majas Retoris
Majas Retoris adalah majas ungkapan pertanyaan yang jawabannya
telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
8

d. Majas Antiklimaks
Majas Antiklimaks adalah majas pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal
yang sederhana/kurang penting.
e. Majas Paralelisme
Majas Paralelisme adalah majas pengungkapan dengan
menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
f. Majas Tautologi
Majas Tautologi adalah majas perulangan kata dengan menggunakan
sinonimnya.
g. Majas Apofasis
Majas Apofasis adalah majas penegasan dengan cara seolah-olah
menyangkal yang ditegaskan.
h. Majas Pararima
Majas Pararima adalah majas pengulangan konsonan awal dan akhir
dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
i. Majas Aliterasi
Majas Aliterasi adalah majas yang berwujud perulangan konsonan
yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam
prosa, untuk perhiasan atau penekanan.
j. Majas Sigmatisme
Majas Sigmatisme adalah majas yang menegaskan sesuatu dengan
mengulang bunyi konsonan “s” dengan tujuan memberi efek tertentu.
k. Majas Antanaklasis
Majas Antanaklasis adalah majas yang menggunakan perulanagn
kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
l. Majas Klimaks
Majas Klimaks adalah majas pemaparan pikiran atau hal secara
berturut-turut dari yang seerhana/kurang penting meningkat kepada hal
yang kompleks/lebih penting.
9

m. Majas Inversi
Majas Inversi adalah majas yang menyebutkan predikat terlebih
dahulu dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
n. Majas Elipsis
Majas Elipsis adalah majas penghilanagn satu atau beberapa unsur
kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
o. Majas Koreksio
Majas Koreksio adalah majas ungkapan dengan menyebutkan hal-hal
yang dianggap keliru atau kurang teapat, kemudian disebutkan maksud
yang sesungguhnya.
p. Majas Polisindenton
Majas Polisindenton adalah majas pengungkapan suatu kalimat atau
wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
q. Majas Asindenton
Majas Asindeton adalah majas pengungkapan suatu kalimat atau
wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
r. Majas Interupsi
Majas Interupsi adalah majas ungkapan berupa penyisipan
keterangan tambahan di antar unsur-unsur kalimat.
s. Majas Ekslamasio
Majas Ekslamasio adalah majas ungkapan dengan mengguanakan
kata-kata seru sebagai tanda penegasan.
t. Majas Enumerasio
Majas Enumerasio adalah majas ungkapan penegasan berupa
penguaraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
u. Majas Preterito
Majas Preterito adalah majas ungkapan penegasan dengan cara
menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
v. Majas Alonim
10

Majas Alonim adalah majas pengguanaan varian dari anam untuk


menegaskan.
w. Majas Kolokasi
Majas Kolokasi adalah Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata
lain yang berdampingan dalam kalimat.
x. Majas Silepsis
Majas Silepsis adalah penggunaan satu kata yang mempunyai lebih
dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu kontruksi
sintaksis.
y. Majas Zeugma
Majas Zeugma adalah silepsisdengan menggunakan kata yang tidak
logis dan tidak gramatis untuk kontruksi sintaksis yang kedua, sehingga
menjai kalimat yang rancu.
3. Majas Pertentangan
a. Majas Paradoks
Majas Paradoks adalah majas pengunkapan dengan menyatakan dua
hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
b. Majas Antitesis
Majas Antitesis majas yang pengukapan dengan menggunakan kata-
kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
c. Majas Kontradiksi Interminus
Majas Kontradiksi Interminus adalah majas yang pernyataannya
bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
d. Majas Oksimoron
Majas Oksimoron adalah majas yang mengandung pertentangan
dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama,
dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks.
4. Majas Sindiran
a. Majas Ironi
11

Majas Ironi adalah majas sindiran dengan menyembunyikan fakta


yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
b. Majas Sinisme
Majas Sinisme adalah majas ungkapannya yang bersifat mencemooh
pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia.
c. Majas Sarkasme
Majas Sarkasme adalah majas yang mengandung kepahitan dan
celaan yang getir. Majas Sarkasme selalu akan menyakiti hatidan kurang
enak didengar.
d. Majas Satire
Majas Satire adalah majas yang pengunkapannya menggunakan
Sarkasme, Ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan
gagasan, kebiasaan, dll.
e. Majas Innuendo
Majas Innuendo adalah majas sindiran yang bersifar mengecilkan
fakta sebenarnya. 6
2.3 Pengertian Cerpen
Pengertian cerpen, cerpen adalah sebuah karya sastra pendek yang bersifat
fiktif dan mengisahkan tentang suatu permasalahan yang dialami oleh tokoh secara
ringkas mulai dari pengenalan sampai akhir dari permasalahan yang dialami oleh
tokoh.
Pada umumnya cerpen hanya mengisahkan satu permasalahan yang dialami
oleh satu tokoh. Selain itu, cerpen hanya terdiri tidak lebih dari 10.000 kata. Hal
inilah yang membuat cerpen dapat selesai dibaca dalam sekali duduk.7

6
Hasna Wijayanti “Majas atau Gaya Bahasa: Pengertian, 24 Macam dan Contoh” https://portal-
ilmu.com/majas-atau-gaya-bahasa/ diakses selasa, 4 Fbruari 2020, pukul 19.30 WIB.
7 Saintif, “Pengertian Cerpen [LENGKAP]: Struktur, Unsur, Ciri dan Fungsi”

https://saintif.com/pengertian-cerpen/ diakses Senin, 15 Februari 2021, pukul 15.00 WIB.


12

2.4 Struktur Cerpen


Struktur cerpen adalah berbagai tahapan yang mengisi suatu cerita atau narasi
dalam cerpen. Struktur cerpen pada intinya adalah struktur yang membentuk kisah
yang dibawakan dalam cerpen. Berikut adalah struktur penyusun cerpen :
1. Abstrak
Abstrak adalah gambaran umum secara keseluruhan mengenai berbagai
situasi, peristiwa dan bermacam unsur lain dalam cerita. Dalam tahap ini ide
kasar penulis biasanya dimunculkan namun belum ada awal yang benar-
benar konkret.
2. Orientasi (Pengenalan Situasi Cerita)
Bagian ini memperkenalkan setting atau latar cerita baik dalam segi
waktu, tempat maupun peristiwa. Orientasi juga dapat mulai memperkenalkan
tokoh, menata berbagai adegan dan menjelaskan hubungan antartokoh.
3. Komplikasi
Merupakan bagian dimana berbagai konflik mulai muncul. Konflik dapat
berupa masalah, pertentangan atau kesukaran-kesukaran bagi tokoh utama
mulai diperlihatkan. Bagian ini menjelaskan bagaimana sebab-akibat konflik
yang terjadi antartokoh
Biasanya komplikasi juga mulai membentuk, mengubah atau
memperlihatkan karakter tokoh yang sebenarnya pula, jika dalam bagian
orientasi tokoh tidak benar-benar keluar wataknya.
4. Pencapaian konflik (rising action)
Berbagai masalah, peristiwa menantang, pertentangan atau kesukaran-
kesukaran tokoh terus berkembang dan hampir mencapai puncaknya.
5. Puncak konflik (turning point)
Konflik sering disebut juga sebagai klimaks. Ini adalah bagian puncak
dari konflik. Bagian cerita yang paling mendebarkan dan permasalahan
mencapai batasnya. Bagian ini juga akan menentukan berbagai perubahan
nasib dari tokohnya, terutama tokoh protagonis dan antagonis. Biasanya, plot
yang terjadi adalah keberhasilan atau justru kegagalan protagonis.
13

6. Evaluasi
Konflik atau berbagai masalah lain yang telah memuncak mulai
mendapatkan pencerahan untuk jalan penyelesaiannya. Evaluasi adalah tahap
ketika konflik bisa jadi diselesaikan atau justru benar-benar berhasil
menghentikan keinginan atau tujuan tokoh utama.
7. Resolusi
Bagian ini berisi penjelasan maupun penilaian akhir cerita mengenai
sikap ataupun berbagai nasib yang dialami oleh tokoh setelah mengalami
peristiwa puncak sebelumnya. Bagian ini adalah akhir dari konflik atau
penyelesaiannya secara utuh. Pada bagian ini juga sering dilakukan
pernyataan terhadap kondisi akhir yang dialami oleh tokoh protagonis (tokoh
utama)
8. Koda
Koda adalah penutup atau akhir dari keseluruhan isi cerita. Koda dapat
berisi kesimpulan dari seluruh cerita seperti interpretasi penulis mengenai
kisah yang disampaikan. Tidak semua cerita memiliki koda, terutama karya-
karya sastra serius yang bersifat tidak ingin menggurui dan ingin pembaca
yang menyimpulkan sendiri berbagai pesan dan amanat yang terdapat dalam
sebuah karya. 8
2.5 Ciri-cri Cerpen
Adapun ciri-ciri cerpen beserta penjelasannya, baik dari segi bahasa, plot
cerita, penokohan, panjang kata dan lain-lain. Ciri-ciri nya yaitu :
A. Jalan ceritanya pendek
Dalam sebuah cerpen harus lebih pendek jalan ceritanya dikarenakan
panjang jalan ceritanya anatara 3 sampai 10 halaman buku.
B. Maksimal 10 ribu kata

8
Serupa. Id, “Struktur Cerpen, Pengertian, Bagian, Susunan, Alur & Kualitas” https://serupa.id/struktur-
cerpen-pengertian-bagian-susunan-alur-kualitas/ diakses Senin, 15 Februari 2021, pukul 15.10 WIB.
14

Pada umumnya cerpen tidak boleh lebih dari 10.000 kata. Hal ini
kemudian banyak diakui sebagai salah satu karakteristik cerpen. Artinya sebuah
cerpen harus memiliki jumlah kata di bawah 10 ribu kata.
C. Bersifat fiktif
Bersifat fiktif maksudnya cerita yang disajikannya adalah buah pemikiran
dari penulis, bisa dari imajinasi atau pengalamn, namun semuanya terjadi pada
kehidupan yang nyata.
D. Hanya mempunyai 1 alur cerita saja
Dalam cerpen hanya memiliki alur tunggal. Artinya plot cerita pada
cerpen hanya memiliki 1 alur cerita saja. Dalam 1 alur cerita ini terdapat berupa
masalah dan penyelesaiannya di akhir cerita. Tidak ada sub-plot atau alur cerita
lain yang ada pada cerpen.
E. Ceritanya tentang kehidupan sehari-hari
Secara umum, isi cerpen biasanya menceritakan tentang kehidupan sehari-
hari. Penggambaran cerita cerpen pun memiliki setting yang cukup familiar
dengan pembacanya yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang dijalani
tanpa unsur-unsur fantasi lainnya.
F. Dapat selesai dibaca sekali duduk
Umumnya cerpen dapat dibaca dalam waktu singkat, dalam kata lain, tidak
membutuhkan waktu lama untuk membaca keseluruhan isi cerita cerpen seperti
novel. Cerpen dapat selesai dibaca dengan sekali duduk.
G. Alur ceritanya lurus
Karakteristik cerpen memiliki alur cerita tunggal. Selain itu alur cerita
pada cerpen juga bersifat lur atau maju sesuai kronologi waktu.
H. Penokohan cerita sangat sederhana
Salah satu hal yang membedakan cerpen sangatlah sederhana, tidak
mendalam serta singkat. Hal ini tentu berbeda dengan novel atau karangan lain
dimana penokohan satu tokoh sangat detail dan mendalam.
I. Tidak menggambarkan semua kisah tokohnya
15

Pada cerpen tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya. Hal ini
karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja. Artinya
hanya tokoh utama saja yang diberi penokohan dan menjadi fokus cerita.
J. Terdapat masalah atau konflik dan penyelesaian
Dalam cerpen akan ada suatu masalah atau konflik yang dihadapi oleh
tokoh utama cerpen. Hal ini menjadi plot dasar yang selalu ada pada tiap cerpen.
Selain itu alur cerita pada cerpen juga bersifat lurus atau maju sesuai kronologi
waktu.
K. Menggunakan kata yang sederhana
Cerpen menggunakan kata yang sederhana dan ekonomis. Pemilihan kata
pada cerpen cenderung seimpel sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau
orang awam.
L. Memiliki pesan atau amanat
Pada sebuah cerpen biasanya mengandung sebuah intisari berupa pesan
atau amanat yang bisa diambil. Memang pesan ini tidak tersurat secara jelas,
melainkan hanya tersirat. Dengan kata lain, pembaca dapat mengambil hikmah
dan kesan dari isi cerita.
M. Meninggalkan kesan bagi pembacanya
Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga
pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita yang ada pada cerpen tersebut. 9

9
ZonaReferensi, “13+ Ciri-ciri Cerpen Beserta Karakteristik dan Penjelasannya [lengkap]”
https://www.zonareferensi.com/ciri-ciri-cerpen/ diakses Kamis, 4 Februari 2020, pukul 20.10 WIB.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Berita Utama


Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu bentuk karya sastra fiksi, yang
dibangun dari dua unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen. Salah
satu unsur intrinsik dalam cerpen adalah gaya bahasa yang turut mempengaruhi
nilai dari suatu karya sastra. Untuk menganalisis mengenai macam – macam majas
dalam cerpen sebagai gaya bahasa yang digunakan, cerpen berjudul “Robohnya
Surau Kami” buah karya A.A. Navis akan dijadikan sebagai acuan.
A.A. Navis lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 17 November 1924
dan memiliki beberapa karya lain seperti Hujan Panas (1964), Kemarau (1967), Di
Lintasan Mendung (1983), Dialektika Minangkabau (1983), Alam Terkembang Jadi
Guru (1984), Bertanya Kerbau Pada Pedati (2002) dan Saraswati, Si Gadis Dalam
Sunyi (2002).
Robohnya Surau Kami adalah cerpen bertema sosio – religi dari A.A.Navis
yang terbit pertama kali pada 1956. Cerpen ini menceritakan tentang kematian
seorang kakek penjaga surau atau masjid kecil di kota kelahiran sang tokoh utama
cerpen. Dengan cara bunuh diri setelah mendapat cerita dari Ajo Sidi si pembual
tentang Haji Soleh yang masuk neraka walaupun sehari – hari ia beribadah di
masjid seperti si kakek. Cerpen ini cukup memikat para pembacanya dan dianggap
sebagai karya monumental dalam dunia sastra Indonesia sehingga dijadikan sebagai
bahan ajar dan literatur klasik dalam bahasa Indonesia.
Sebagai cerita klasik, sudah pasti cerpen Robohnya Surau Kami mengandung
banyak majas atau gaya bahasa di dalamnya yang turut memperkaya isi
kandungannya. Pembahasan mengenai apa saja gaya bahasa dalam cerpen
Robohnya Surau Kami dapat disimak berikut ini.
A. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah gaya bahasa yang menyatakan perbandingan
dengan tujuan untuk meningkatkan kesan kepada pembacanya. Ada

16
17

beberapa macam majas perbandingan sebagai gaya bahasa dalam cerpen


Robohnya Surau Kami yaitu:
1. Majas Simile
Simile merupakan pengungkapan dengan menggunakan perbandingan
secara eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan atau kata penghubung.
Gaya bahasa perbandingan yang ditemukan dalam cerpen Robohnya
Surau Kami salah satunya adalah majas simile, yang berasal dari kalimat :
“Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemerisikan sumbu”.
Kalimat tersebut digolongkan kepada majas simile karena menggunakan
kata bagai dan seperti.
2. Majas Metafora
Pengertian majas metafora mengungkapkan sesuatu secara langsung
berupa perbandingan analogis. Gaya bahasa dalam cerpen Robohnya Surau
Kami ini terlihat pada salah satu kalimat, misalnya pada kalimat :
“Sedangkan bibirnya membariskan senyum, serta matanya menyinarkan
cahaya yang cemerlang”. Majas tersebut mengandung mengenai makna
kebahagiaan seseorang terhadap sesuatu yang terjadi pada dirinya, melalui
kalimat diatas mengandung arti ada sebuah kebahagiaan yang ditunggu –
tunggu.
3. Majas Personifikasi
Personifikasi membandingkan benda – benda tidak bernyawa sehingga
seolah – olah hidup atau bersifat seperti manusia. Majas personifikasi
terlihat pada kalimat : “Kedamaian alam yang memagutnya tadi, serta
merta terlempar jauh, terpelanting remuk”. Majas personifikasi terdapat
pada kata alam yang seakan – akan hidup seperti manusia.
4. Majas Alegori
Majas alegori yang menyatakan dengan cara lain, kiasan atau
penggambaran lain. Majas alegori biasanya berbentuk cerita penuh dengan
simbol moral.
18

B. Majas Pertentangan
Contoh majas pertentangan terdapat pada kata – kata yang mengandung
kiasan dengan menyatakan pertentangan dengan yang sebenarnya dimaksudkan
oleh pembicara atau penulisnya untuk meningkatkan kesan kepada pembaca.
Dalam Robohnya Surau Kami, terdapat dua macam majas pertentangan.
1. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih – lebihkan suatu
peristiwa. Dalam salah satu bagian mengandung kalimat bermajas hiperbola
sebagai gaya bahasa dalam cerpen Robohnya Surau Kami seperti berikut :
“ Api neraka tiba – tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji
Saleh”. Majas hiperbola dalam kutipan tersebut adalah kata – kata api
neraka.
2. Majas Litotes
Majas litotes terdapat pada gaya bahasa yang merendahkan diri atau
tidak menyebutkan yang sebenarnya. Gaya bahasa Litotes terdapat pada
kalimat : “Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima,
membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti Tuan temui
sebuah surau tua”. Kata surau tua termasuk pada majas litotes pada cerpen,
yang artinya adalah sebuah masjid di suatu perkampungan.
C. Majas Perbandingan
Majas pertautan merupakan kata – kata kiasan yang bertautan dengan
gagasan atau ingatan. Ada dua majas pertautan sebagai gaya bahasa dalam
cerpen Robohnya Surau Kami yaitu:
1. Majas Sinekdoke
Pada salah satu judul cerpen yang bernama Dari Masa ke Masa terdapat
dialog “Apa janji itu beliau lakukan?” Tanya sobat saya yang bekas
diplomat itu. Yang menjadi salah satu gaya bahasa majas sinekdoke totem
pro parte adalah kata – kata bekas diplomat.
2. Majas Eufemisme
19

Terdapat pada salah satu cerpen yang berjudul Anak Kebanggan, yaitu :
“Bila perlu, meski dengan resiko besar, bangunkanlah kembali mahligai
angan – angannya”. Contoh majas eufemisme terletak pada kata
“bangunkanlah kembali mahligai angan – angannya”, yang berarti
memberikan semangat kepada yang jiwa semangatnya sedang redup.
D. Majas Perulangan
Majas perulangan atau majas penegasan adalah kata – kata kiasan yang
menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan serta pengaruh kepada
pendengar atau pembacanya. Dalam cerpen Robohnya Surau Kami, hanya ada
satu majas perulangan yang ditemukan.
1. Majas Asonansi
Salah satu gaya bahasa dalam cerpen Robohnya Surau Kami
adalah contoh majas asonansi pada cerpen Dari Masa ke Masa yaitu pada
kalimat “Orang – orang muda lebih mudah digembalakan”. Asonansi
terlihat pada kata muda dan mudah.
E. Majas Sindiran
Majas sindiran adalah gaya bahasa yang mengungkapkan maksud atau
pernyataan menggunakan kata – kata bersifat menyindir untuk memperkuat
maknanya. Gaya bahasa dalam cerpen Robohnya Surau Kami mengandung
satu majas sindiran yaitu majas sinisme.
1. Majas Sinisme
Majas atau gaya bahasa yang menggunakan kata – kata sebaliknya,
mirip dengan ironi tetapi lebih kasar. Majas sinisme sebagai gaya bahasa
dalam cerpen Robohnya Surau Kami terlihat pada kalimat yang dinyatakan
oleh tokoh aku : “…dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia
sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tak dijaga lagi”.
Pernyataan itu adalah sebuah simbol untuk menunjukkan keadaan
masyarakat sekarang, untuk mengingatkan, menasehati atau mengejek
pembaca dan masyarakat secara umum.
20

Sebagai salah satu bentuk karya sastra, cerpen sudah jelas dapat memberikan
manfaat sebagaimana bentuk karya sastra yang lainnya. Cerpen dapat memberikan
hiburan berupa kenikmatan membaca, mengembangkan imajinasi, memberikan
pengalaman, menggambarkan perilaku manusia secara umum. Maka dengan
manfaatnya tersebut, sudah tentu suatu cerpen sangat layak untuk dijadikan bahan
pembelajaran mengenai bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar. 10

3.2 Sebab
Dalam menulis sebuah karya sastra termasuk cerpen robohnya surau kami
harus menggunakan majas karena hal tersebut akan mempermudah penulis
menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen yang dibuatnya. Majas
dalam cerpen robohnya surau kami dibuat agar menambahkan nilai keindahan
terhadap cerpen itu sendiri.
3.3 Akibat
Akibatnya penggunaan majas dalam cerpen robohnya surau kami membuat
pembaca lebih tertarik untuk membacanya. Hal tersebut dikarenakan majas mampu
mempengaruhi sudut pandang pembaca.

10
Halo Edukasi, “10 Gaya Bahasa Dalam Cerpen Robohnya Surau Kami” https://haloedukasi.com/gaya-
bahasa-dalam-cerpen-robohnya-surau-kami diakses Jumat, 5 Februari 2021, pukul 08.00 WIB.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Penggunaan Majas Dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami


Pada bab IV ini akan dijelaskan hasil analisis dan pembahasan mengenai
penggunaan majas dalam buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A
Navis. Dari masing masing majas tersebut hanya ada 18 Majas yang terdapat dalam
buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami yaitu majas alegori 1 kalimat, majas
repetisi 56 kalimat, majas hiperbola 29 kalimat, majas metafora 11 kalimat, majas
simile 5 kalimat, majas sarkasme 10, majas epizeuksis 3 kalimat, majas
personofikasi 4 kalimat, majas sinekdoke 1 kalimat, majas asonansi 1 kalimat,
majas Innuendo 2 kalimat, majas anafora 2 kalimat, majas Pleonasme 1 kalimat,
majas eufimisme 1 kalimat, majas ironi 1 kalimat, majas antitesis 2 kalimat, majas
pararelisme 3 kalimat, dan majas Siniseme 2 kalimat.
A. Majas Alegori
Majas Alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan
suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan. Dalam
buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk majas alegori adalah :
1. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan
sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Hlm.
B. Majas Repetisi
Majas repetisi adalah majas perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama
dalam suatu kalimat. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Repitisi adalah :
1. Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan kebutulan
ada pula seorang yang ketagihan jadi pemimpin berkekuan seperti katak
itu, maka untuk selanjutnya pemimpin tersebut kami sebut pemimpin
katak. Hlm. 3.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
pemimpin diulang sebanyak 3x dan kata katak diulang sebanyak 3x

21
22

2. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya.


Hlm. 4.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata rusak
karenanya diulang sebanyak 2x.
3. Karena aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya padaku,
“Kau kenal padaku, bukan? Sedari kau kecil aku sudah di sini. Sedari
mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan? terkutuklah
perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?” Hlm. 4.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata bertanya,
padaku, dan sedari diulang sebanyak 2x.
4. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan
manusia dan tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang
setiap waktu. Aku puji-puji dia. Aku baca Kitab-Nya. „Alhamdulillah‟
kataku bila aku menerima karunia-Nya. „Astagfirullah‟ kataku bila ku
terkejut. „Masya Allah‟, kataku bila aku kagum. Apakah salahnya
pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Hlm.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata aku
diulang sebanyk 8x.
5. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang
Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami
ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, maka disini,
atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman
yang ku jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke
surga sebgaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu. Hlm. 10.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitsi dikarenakan kata kami
diulang sebayak 4x dan kata maka diulang sebanyak 2x.
6. Dan Engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu,
saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas, kau
lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh tidak
membanting tulang. Hlm. 11-12.
23

Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata suka,


saling, beribadat diulang sebanyak 2x dan kata kau diulang sebanyak 3x.
7. Dan kalau ompi melihat orang membuat rumah, lalu ia berkata:
“Ah.sayang. Rumah-rumah orang kita masih kuno arsiterkturnya. Coba
kalau anakku, Indra Budiman, sudah menjadi insinyur, pastilah ia akan
membantu mereka membuat rumah yang lebih indah. Hlm. 16.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repeti dikarenakan kata orang dan
kata rumah diulang sebanyak 2x.
8. Aku sudah tua, sudah banyak pengalaman. Aku sudah mengerti benar
segala sifat dan fiil. Hlm. 29.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata aku
diulang sebanyak 2x dan kata sudah diulang sebanyak 3x.
9. “Tentulah gadis itu gila. Ya, tentulah dia itu gila.” Kata orang tua itu
seraya memandang kepada Hasibuan yang duduk dihadapannya. Hlm. 29.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata itu
diulang sebanyak 2x dan kata gila diulang sebanyak 3x.
10. Sedang aku sudah tua. Sudah lama hidup dan banayk pengalaman. Aku
sudah tahu betul akan kongkalikong hidup manusia ini. Hlm. 33.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan Kata aku,
hidup diulang sebanyak 2x dan kata sudah diulang sebanyak 3x.
11. Dipandangannya Hasibuan tenang-tenang, dengan perasaan hati yang puas
keunggulan dirinya. Tapi kemudian ia meneruskan menambah
keunggulannya. Katanya, “ada hal-hal yang meyebabkan ia tak mau
kembali ke kampungnya, menurut sangkamu? Apa tidak terpikirkan
olehmu, sebabnya dia tak mau kembali itu, karena memangnya dia telah
diusir orang kampungnya?” Hlm. 33.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata ia, tak,
mau, dan kampungnya diulang sebanyak 2x.
24

12. Dan ... memeriksa, ia mendengar betapa meriahnya susana dalam lubang di
bawah lok itu, orang-orang lain yang sedang bekerja di bagian laik lok itu
ikut pula masuk ke lubang itu. Hlm. 42.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk majas Repetisi dikarenakan kata lubang,
lok, dan itu diulang sebanyak 2x.
13. Topi itu tiga tahun yang lalu dibelinya di Semarang, ketika ia dipindahkan
ke kota kecil Padang Panjang. Kota penghujan itu menjadikan topi itu
lekas tua. Dan untuk penggantinya di kota itu tidak mungkin, karena tidak
ada orang jual. Meski topi helm itu telah tinggal tergantung di kapstok di
rumahnya, namun julukan “Si Topi Helm” masih juga lengket pada Tuan
O.M sampai ia dipindahkan ke Bandung. Hlm. 44.
Penjelasan : Kalimat ni termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata topi,
dipindahkan diulang sebanyak 2x dan kata kota diulang sebanyak 3x.
14. Pada waktu buruh bengkel kereta api yang dikerahkan R.M Gunarso sibuk
mengepak perabotan rumah yang akan dibawa pindah, topi helm yang tua
itu sampai terlupakan. Barulah ketika rumah itu sudah kosong, Nyonya
Gunarso melotot melihat sang topi tergantung sendiri pada paku di dinding.
Hlm. 44.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata rumah
dan kata topi diulang sebanyak 2x.
15. Dan Pak Kari menatap mata perempuan itu dengan nanap, seperti ada
suatu perjanjian antara mereka, bahwa topi itu seharusnya buat dia diberikan
perempuan itu. Tapi perempuan itu berkaa, “Coba dulu siapa yang pas
betul.” Hlm. 45.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata
perempuan itu diulang sebanyak 3x.
16. Akan tetapi semenjak Pak Kari menjadi pemilik baru topi helm yang besar
itu ia pun mendapat julukan. Bukan Si Topi Helm sebagaimana yang
ditonggokkan kepada Tuan O.M., melainkan ia mendapat nama julukan Si
Gunaro. Berbeda dengan Tuan O.M. yang tidak menyenangi nama julukan
25

yang diberikan orang dengan Si Topi Helm, Pak Kari malah merasa
bahagia dipanggil Si Gunarso. Hlm. 46.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata julukan
diulang sebanyak 3x dan kata si topi helm diulang sebanyak 2x.
17. Susahnya kawan-kawannya tahu, Pak Kari bergenting selagi
sembahnyang meski ia tahu topinya diambil orang untuk disembunyikan.
Sungguh-guhpun demikian kawan-kawannya lebih suka menggodanya
selagi sembahyang itu. Hlm. 47.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kawan-
kawannya dan kata sembahnyang diulang sebanyak 2x.
18. Akan tetapi topi itu tidak praktis dipakai oleh tukang rem di daerah
pegunungan, yang seringkali memeriksa roda apakah masih berputar atau
terhenti karena dicekam rem pada waktu kereta api meluncur di
penurunan. Karena kalau rel yang licin di kala hujan, roda gerbong yang
terlalu kuat dicekam rem akan terhenti berputar, namun kereta api terus
meluncur juga, akan bisa menyebabkan gerbong terlepas dari rel bila tiba
di tikungan. Akan tetapi bila gerbong tidak direm, kereta api akan kian
kencang meluncur. Hlm. 48.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata dicekam
rem, rel diulang sebanyak 2x dan kata kereta api, meluncur, dan gerbong
diulang sebanyak 3x.
19. Jika bunyi itu ditimbulkan oleh pergeseran roda dengan rel, itu artinya
roda sudah berhenti berputar. Bisa-bisa pada satu tikungan yang tajam,
roda itu keluar dari rel. Dan itu berbahaya sekali. Kalau roda berhenti
berputar, rem mesti dilonggarkan sedikit. Hlm. 51.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata roda
diulang sebanyak 4x dan kata rel diulang sebanyak 2x.
20. Seorang tukang rem mengatakan bahwa saat terakhir ia melihat Pak Kari
ketika kereta api akan menempuh jembatan berpelengkung setelah air
mancur terlewati. Ia melihat Pak Kari berjongkok sambil bergayut dengan
26

sebelah tangannya. Bergaulah susana setelah mendengar penjelasan tukang


rem itu. Ingatan orang kembali pada peristiwa beberapa tahun yang lalu.
Seorang tukang rem disambar pelengkung jembatan itu kepalanya ketika
berjongkok-jongkok melihati keaadaan roda. Persis seperti yang dilakukan
Pak Kari di jembatan itu juga. Dan tukang rem itu, Si Buyung, akhirnya
ditemui sejauh satu kilometer di hilir Batang Anai. Tersekat pada sebuah
batu besar. Tak bernyawa lagi. Hlm. 52.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tukang
rem diulang sebanyak 4x dan kata jembatan diulang sebanyak 3x.
21. Dan Masinis yang memegang pimpinan kereta api batu bara itu mengambil
putusan untuk membawa lok dan sebuah gerbong kembali ke arah jembatan
yang dikira telah mencelakakan Pak Kari. Beberapa tukang rem dibawa
untuk mengawasi Batang Anai yang mengalir sejajar rel kereta api itu dan
akan membantu mengangkat Pak Kari yang mungkin telah jadi mayat
seperti Si Buyung beberapa tahun yang lalu. Di sepanjang jalan tak putus-
putusnya peluit lok dibunyikan. Siapa tahu kalau-kalau Pak Kari bisa
mendengarnya, pikir Masinis itu. Hlm. 52.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata masinis,
kereta api, dan lok diulang sebanyak 2x.
22. Hari datang hari pergi. Semua orang sudah lupa pada peristiwa topi helm
Pak Kari. Malah orang pun lupa sudah bahwa pada suatu kali Pak Kari
pernah menjunjung topi helmnya Tuan O.M., Tuan O.M., yang ditakuti
mereka. Orang juga lupa, oleh topi helm itu Pak Kari pernah hendak
mengamuk, bahwa Pak Kari pernah meninggalkan gerbongnya karena topi
helmnya jatuh dilanggar pelengkung jembatan sehingga orang menyangka
Pak Kari lah yang terlanggar dan jatuh ke batang air seperti Si Buyung pada
masa lalu. Hlm. 55.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata orang
diulang sebanyak 4x dan kata topi helmnya diulang sebanyak 2x.
27

23. Akan tetapi sekali hari, ketika Pak Kari sedang bekerja mengeruk-ngeruk
tahi arang dari lambung lok di stasiun Kayutanam, tiba-tiba ia melihat
seorang mandor jalan kereta api. Mandor itu memakai topi helm. Topi
helm yang persis sama dengan topi helmnya. Topi helm yang terbakar
hangus dalam tungku api di lambung lok itu juga. Hlm. 55.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata lambung
lok, mandor diulang sebanayk 2x dan kata topi helm diulang sebanyak 3x.
24. Ketika surat pertama Masri datang, melonjaklah keinginan hendak
menemuinya di tahun yang lalu. Surat itu diciumnya berulang-ulang dan
disimpannya di antara lembaran Quran. Setiap hari ia membaca Quran itu,
setiap itu pula ia menciumnya. Dan sebuah kalimat yang disenanginya
selalu saja mengikat matanya. Meski kalimat itu sudah lengket dalam
ingatan masih juga dibacanya lagi. Hlm. 59.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata surat,
Quran, dan kalimat diulang sebanyak 2x.
25. Waktu itu ia masih muda. Dan hatinya patah sudah. Dan ia merasa-
merasakan, bahwa bahagia tak mungkin lagi datang padanya. Tapi
kesunyian menerpanya selalu. Sepi sekali. Itu tiada terderitakan. Dan
datangnya pada malam di waktu matanya tak hendak terpicingkan.
Datangnya mengoyak-ngoyak. Maka akhirnya ia kawin lagi. Hlm. 60.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majaas Repetisi diakreanakan kata waktu,
tak, dan datangnya diulang sebanyak 2x.
26. Lama kemudian ia kawin lagi. Tapi bercerai pula akhirnya. Kawin dan
cerai lagi. Dan terasalah olehnya bahwa rumah tangga tak mungkin
memberikan kesenangan lagi baginya. Lalu kesepian hatinya diisinya
dengan perempuan yang takkan mengikatnya dengan syarat-syarat kawin.
Hlm. 61.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repitisi dikarenakan kata waktu,
tak, datangnya diulang sebanyak 2x dan kata kawin, lagi diulang sebanyak
3x.
28

27. Ah, ibu Masri Cuma satu. Cuma satu perempuan seperti dia. Dia baik.
Baik sekali. Semua orang suka padanya. Semua orang. Dan dia pandai,
pandai dalam segala hal. Tapi, yah, tuhan terlalu cepat mengambil tiap-tiap
yang dikasihi seseorang. Hlm. 61.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata Cuma
satu, baik, semua orang, dan pandai diulang sebanyak 2x.
28. Anak yang kutampar, anak yang kuusir dulunya, anak itu yang mengajak
aku datang ke rumahnya. Aku malu. Malu sekali, Masri. Dan aku tak mau
datang. Enggan karena malu. Hlm. 64.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata anak dan
kata malu diulang sebanyak 3x.
29. Dan kemudian datang suratmu lagi. Juga tak kubalas. Dan suratmu yang
ketiga beserta wesel uang itu, tidak mengguncangkan hatiku dari
penderianku semula. Tapi Masri, uang itu aku ambil juga ke kantor pos
akhirnya. Karena terpaksa. Karena ada orang lain yang hendak kutolong
dengan uang kirimanmu. Hlm. 64.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata suratmu,
itu, karena diulang sebanyak 2x dan kata uang diulang sebanyak 3x.
30. Cerita maaf, memang paling mudah diucapkan oleh orang yang telah
merasakan hidup senang. Tapi bagiku, orang yang selamanya dalam
kesulitan ini, cerita maaf haruslah diperhitungkan dulu. Hlm. 68.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata cerita
maaf dan kata orang diulang sebanyak 2x.
31. Tapi apalah arti waktu. Waktu hanya suatu ukuran yang tak mampu
memisahkan ingatan dan kenangan yang pernah terjadi. Dan dalam waktu
yang berlalu, semua cerita yang terjadi dalam jaraknya yang tumbuh dan
hidup sepanjang masa, meski antara pelakunya tiada lagi kini. Hlm. 75.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi karena kata waktu diulang
sebanyak 3x.
29

32. Tapi di kala pemberontakanku terkahir, yaitu di kala usiaku menjadi tujuh
tahun, sengaja tak dirayakan. Kami baru saja dapat kemalangan. Nenekku,
promotor segala upacara perayaan, telah dikuburkan orang lima belas hari
sebelumnya. Namun hadiah pemberontakan berlanjut terus tanpa upacara
dan pesta-pestaan. Hanya tiga orang saja yang hadir dalam upacra
pemberontakan itu. Yaitu aku, Kakek Montok si tukang cukur, dan Maria.
Dan maria inilah yang memberikan bahan cerita celaka ini, melalui upacara
pemberontakanku. Hlm. 76.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
pemberontakanku dan kata pemberontak diulang sebanyak 2x.
33. Aku erasa ibu minta nyawa. Dan kueratkan pelukanku ke dadanya dalam
sedu sedanku rasanya kukatakan kepada Ibu, “Ibu, ibu jangan mati. Bu.
Aku tak mau seperti Maria. Kalua ibu mati, aku juga mau mati.” Tapi Ibu
tak menyahuti kata-kataku. Karena, ya, aku hanya berkat dalam hatiku
seorang. Hlm. 80.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas repetisi dikarenakan kata ibu
diulang sebanyak 5x dan kata mati diulang sebanyak 2x.
34. Ada penekuk di dalamnya. Penekuk Maria. Ketika aku memakannya,
bukan main enak rasanya. Tidak pernah seenak yang sudah-sudah. Dan aku
mengumpat Ibu dalam hati, kenapa penekuk yang seenak itu hanya sebuah
yang dibeli. Hlm. 81.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata penekuk
diulang sebanyak 3x dan kata seenak diulang 2x.
35. Tak usah bayar. Sebab kau sudah ajarkan aku main sembang, main lore,
dan main congklak, kau anak baik. Tapi aku tak bisa beri kau apa-apa. Aku
tak punya apa-apa. Tapi kalau aku punya, pasti akan kuberi kau. Hlm. 82.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tak dan
kata main diulang sebanyak 3x,
36. Ibu menyuruh Maria pulang dulu supaya mengatakan pada Mak Pasah,
bahwa Ibu akan menggantinya nanti bila ayahku pulang. Tapi Maria tak
30

mau pulang. Ibu membujuk juga. Tapi Maria tak juga mau pulang.
Setelah lama dibujuk dan didesak Ibu, bahkan Kakek pun ikut membujuk,
barulah Maria mau pulang. Hlm. 84.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata pulang
diulang sebanyak 4x dan kata membujuk diulang sebanyak 2x.
37. Mulanya aku suka menangis. Menangisi segala yang sudah hilang. Tapi
kini aku tak menangis lagi. Hlm. 88
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
menangis diulang sebanyak 2x.
38. Sebagai suami, sebagai ayah, sebagai laki-laki, sebagai manusia juga,
seperti yang kita omongkan dulu, kau dapat mencapai sesuatu yang
kauinginkan. Hlm. 89.
Penjelasan : kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata sebagai
diulang sebanyak 4x.
39. Kaki itu kaki yang dulu juga. Kaki yang pernah menggodaku. Sekarang
kaki itu terhampar begitu saja. Dan aku tak dapat memandangnya lama-
lama, karena kaki itu tidak berbicara pa-apa lagi bagiku lagi. Hlm. 91.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kaki
diulang sebanyak 5x.
40. Doa serasa tak berharga kni. Tiap-tiap orang punya doa. Dan doa sekedar
doa, tak ada gunanya. Hlm. 91.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata doa
diulang sebayak 5x.
41. Tapi dia tidak menoleh lagi. Hilang di balik belukar itu. Dan belukar itu
bertambah ria menari ditiup angin dari gunung. Angin dari gunung yang
meniup belukar hingga bergoyang dan menari ria itu, angin itu juga yang
meniup aku, meniup Nun, dan meniup gadis kecil itu. Hlm. 95.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata belukar
diulang sebanyak 3x, kata angin dari gunung diulang sebanyak 2x dan kata
meniup diulang sebanyak 4x.
31

42. Dengan kata-kata tajam dia berkata lagi, “ke aman? Ke amana, katamu?
Kalau dulu, kaulah yang selalu mengajak aku. Kau yang menentukan ke
mana kita mau pergi. Tapi kini sesudah aku begini, mengapa kau tak
mengajak aku lagi?”. Hlm. 99.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
mengajak diulang sebanyak 2x.
43. Nyonya. Kalau Nyonya tidak kasihan kepadaku, kasihanilah bayi ini,
Nyonya. Dia tidak berayah lagi, Nyonya. Hlm. 103.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata nyonya
diulang sebanyak 4x.
44. Sejak kehamilannya, sesungguhnya ia kurang bergairah keluar dari rumah.
Lebih-lebih keluar bersama suaminya. Perasaannya selalu tidak enak bila
bersama suaminya. Alasan tidak orang yang menunggui rumahnya, itu
memang sebab, lainnya. Meninggalkan rumah pada pembantu saja, sulit
dipercaya. Hlm. 106.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata keluar,
rumah, dan suaminya diulang sebanyak 2x.
45. Waktu itu ia benar-benar merasakan Haris adalah suaminya yang ideal,
seperti yang diharapkannya dulu. Ia merasa senang pada Haris, suaminya.
Padahal selama ini ia begitu benci, muak, hingga ia menjadi cerewet dan
suka marah-marah. Hlm. 108.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata ia
diulang sebanyak 4x dan kata suaminya diulang sebanyak 2x.
46. Rem dapat menghentikan roda berputar, tapi dapat menghentikan kereta api
itu meluncur. Karena muatan berlebih dari kemanapun, kereta melncur
kian kencang dan kian kencang lagi. Hlm. 114.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kereta,
meluncur, dan kian kencang diulang sebanyak 2x.
32

47. Tapi seseorang berkata lagi, “Angkat yang masih hidup.” Dan mereka
mencari korban yang masih hidup. Seorang korban yang merintih,
mereka angkat berdua. Hlm. 116.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata angkat,
masih hidup, mereka, dan korban diulang sebanyak 2x.
48. Sidin mempererat genggamannya agar si korban tidak melotot. Tapi si
korban mengerang kesakitan. Dan Sidin menduga pegangannya tepat pada
bagian yang cedera. Tapi ia tak mungkin mengendurkan pegangannya.
Korban itu mengerang terus. Hlm. 117.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata korban
diulang sebanyak 3x dan kata pegangannya diulang sebanyk 2x.
49. Ketika Jepang-jepang itu telah pergi ke tiang lain, Sidin tersandar keletihan
di bawah tiang. Hawa malam terasa dingin dengan tiba-tiba. Hawa malam
di lembah pegunungan itu. Hlm. 120.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata tiang
dan hawa malam diulang sebanyak 2x.
50. Ditampungnya air itu dengan kedua telapak tangannya, lalu dibawanya ke
mulutnya. Ia minum sepuas-puasnya untuk menghilangkan haus dan
mengisi perutnya yang kosong. Ia minum sampai keluar sendawa dari
mulutnya. Hlm. 121.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata
mulutnya dan ia minum diulang sebanyak 2x.
51. Ia kembali ke jembatan jalan umum. Sambil bersandar ke pagar besi di
tengah-tengah jembatan itu, dia memandang ke arah jembatan kereta api
yang ambruk. Hlm. 122.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Kalimat Repetisi dikarenakan kata
jembatan diulang sebanyak 3x.
52. Gerbong terbawah itu tergencet antara gerbong barang dan gerbong
penumpang. Pada bagian yang ditimpa gerbong di atasnya begitu
33

remuknya, hingga roda-roda gerbong yang menimpanya terbenam ke dalam


gerbong di bawah itu. Hlm. 123.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata gerbong
diulang sebanyak 6x.
53. Pikirnya tak mungkin digunakan kampak itu untuk memotong mayat yang
menjepit itu. Kalau mesti menggunakannya, ia tak mampu
melaksanakannya. Ia keluarkan kepalanya lewat jendela yang dibongkar
itu. Pikirnya selintas, mungkin tadi kampak itulah yang digunakan untuk
memperlebar lubang jendela itu. Hlm. 126.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kampak
dan jendela diulang sebanyak 2x.
54. Misalnya dengan salaman pakai guncangan tangan atau tepuk-tepuk di bahu
kami. Ada yang lagi asyik menulis terus setelah tahu kami datang. Juga ada
yang baru muncul setelah sejam kami menunggunya di ruang tamu. Hlm.
132.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata kami
diulang sebanyak 3x.
55. Kalau organisasi kami tidak bisa mereka caplok secara utuh, maka anggota
kamilah yang mereka preteli seorang demi seorang. Terutama anggota
yang potensial, kalau tidak anggota pengurus. Ada banyak yang berhasil
dicaplok atau di menteli. Hlm. 135.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata seorang
diulang sebanyak 2x dan kata anggota diulang sebanyak 3x.
56. Begitu menyetak datangnya, ketika orang-orang muda secara bergelombang
menemui saya minta restu, minta nasihat, minta pendapat, dan juga minta
bantuan uang dan tanda tangan. Saya menoleh ke sekeliling, terutama pada
teman sebaya saya, yang dulu sama giatnya dengan saya. Hlm. 135-136.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Repetisi dikarenakan kata minta
diulang sebanyak 4x.
34

C. Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan
yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir
tidak masuk akal. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Hiperbola adalah :
1. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh.
Hlm. 7
2. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti merupa jadi
kenyataan. Hlm. 16.
3. “Bacakan pelan-pelan, biar sepatah demi sepatah bisa menjalari segala
saraf-sarafku.” Kata Ompi dengan terputus-putus. Hlm. 25.
4. Sehingga ledakan kegembiraan ini tak membunuhku. Hlm. 25.
5. Seolah pada asap itu terlukis segala ilham nasihatnya. Hlm. 28.
6. Sekurang-kurangnya, dia hendak mengorek isi kantungmu sampai tandas.
Itu paling kurang. Nasihatku dalam hal ini, begini. Meski dia menangis
sampai mengeluarkan air mata darah, jangan kau peduli. Hlm. 34.
7. Meskipun begitu, mataku yang tua ini, mata yang telah banyak melihat ini,
masih dapat menangkap suatu kekurangannya. Hlm. 39.
8. Nasihatku, kawini dia lekas. Jangan tunggu lama. Jangan biarkan angin
jahat masuk, seperti yang pernah kualami dulu. Hlm. 39.
9. Hasibuan berkata tanpa memperhatikan gelagat orang tua sekali lagi dsengat
listrik. Tak tahu ia muka orang tua itu sudah jadi pucat dan badannya
gemetar. Hlm. 40.
10. Sekarang listrik yang menyengat naik beberapa kilo watt lagi. Mukannya
yang pucat jadi biru. Hlm. 40.
11. Tapi masinisi melihatbetapa takutnyaorang-orang oleh bisikan yang berbisa
itu, jadi tertawa terbahak-bahak sendiri. Hlm. 43.
12. Kalau sekarang ada Si Topi Helm itu di sini, aku patahkan lehernya. Seperti
kingkong mematahkan leher kera tentunya, ha ha haaa. Hlm. 43.
35

13. Ia ragu-ragu menetapkan. Tapi ketika matanya tertumbuk kepada Pak Kari,
sesuatu pada jantung orang tua itu terasa bergetar. Hlm. 45.
14. Tuan O.M. mengedarkan pandangan ke semua bawahannya seorang demi
seorang, sehingga para tukang remi itu berdegupan darahnya oleh harapan
bakal mendapat topi helm itu. Hlm. 45.\
15. Di antara suara tertawaan, Pak Kari merasa badanya terlambung setinggi
rumah dan membesar seperti gajah. Hlm. 45.
16. Pak Kari yang kekuyupan pada pagi hari di lembah pegunungan itu, tidak
merasa dingin lagi dengan tiba-tiba. Ia mereasa begitu panasnya oleh
bakaran api di dalam dadanya. Hlm. 54.
17. Datanglah, Ayah. Hati kami rasa terbakar karena rindu. Hlm. 59.
18. Ah, betapala hancurnya hati si anak. Mungkin ingin ia membutakan
matanya, agar segala yang didepan matanya itu tiada terlihat. Hlm. 62.
19. Dan dalam liputan kedamaian itu pula ia meningkat anak tangga rumah
anaknya. Tidaklah ia merasa capek sedikit pun oleh guncangan kereta api
hampir sepenuh hari itu tapi napasnya menyesak juga oleh pukulan
jantungnya yang tambah berdebar, seperti debar ketika mula pertama ia
memasuki ambang pintu bilik istrinya. Hlm. 65-66.
20. Ras kesombongan yang telah lama mengedap jauh di lubuk hatinya,
menjolak lagi dengan panasnya. Hlm. 66.
21. Pikiran dan perasaanya menampak bayangan kacau yang bertelau-telau
tiada berbentuk apapun. Hlm. 69.
22. Kudengar dia terbatuk-batuk. Batuk yang dalam sekali. Lalu dia meludah.
Dan ludahnya itu merah seperti darah. Hlm. 82.
23. Apa yang kutakutkan melihatnya tadi tersua juga jadinya. Hingga seluruh
bulu romaku berdiri rasanya. Hlm. 82.
24. Lalu kupegang tangan Ibu lebih kuat da tubuhku kurapatkan padanya.
Sedang bulu tengkukku rasanya berdiri. Hlm. 84.
25. Yang kurasaterpaan ucapannya pada mukaku, karena terasa terasa sebagai
umpatan yang pahit tapi dicelup dengan tengguli. Hlm. 93.
36

26. Kau sudah bosan. Pasti. Napasnya jadi tesengal-sengal kini. Hingga
dadanya turun naik dengan kencangnya. Hlm. 100.
27. Dan bersamaan ia dengar hatinya sendiri merintih dan lehernya
membengkak serta jakunnya terasa tersendat di lehernya untuk menhaan
jeritan hatinya keluar dari kerongkongan. Hlm. 125-126.
28. Tapi tenaganya bagai telah habis, karena tusukan rasa nyeri pada hampir
seluruh tubuhnya. Hlm. 128.
29. Tiba-tiba ketawa saya meledak, sehingga air mata saya pun berderai-derai.
Hlm. 138.
D. Majas Metaora
Majas Metafora adalah suatu majas yang menggunakan sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan.
Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa sifatnya, tetapi
bukan manusia. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Metafora adalah :
1. Semua orang, tua-muda, besar-kecil, memanggilnya ompi. Hatinya akan
kecil bila dipanggil lain. Hlm. 15.
2. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang ismail terhukum karena
maling dan membunh, ompi naik pitam. Hlm. 15.
3. Sekarang kau diomongi orang-orang yang busuk mulut, Anakku. Hlm. 17.
4. Dan oleh seleranya yang patah, Ompi bertambah menderita jua. Hlm. 21.
5. Ku karang cerita kenangan masa lalu dan angan-angan masa depan yang
meyenangkan. Ku ceritakan dengan hati yang kecut. Hlm. 23.
6. Sedangkan bibirnya membariskan senyum, serta matanya menyinarkan
cahaya yang cemerlang. Hlm. 25.
7. Nah, ucapanmu itu, sudah menujukkan betapa mudamu. Mukamu, gerakmu,
dapat aku baca, seperti aku membaca koran saja. Itu aku takkan silap.” Hlm.
34.
8. Tapi sebagai orang tua yang telah banyak makan garam kehidupan , ia tidak
hendak melecehkan kesukaran orang lain. Hlm. 37.
37

9. Pada air mukamu yang muda itu, dapat aku baca semua. Hlm. 38.
10. Tapi masinis, yang badannya besar hingga dipanggil “Kingkong” oleh
buruh lainnya, setelah masuk ke lubang itu untuk memeriksa, ia tidak keluar
lagi. Hlm. 42.
11. Wah, susah amat menggotong buaya ini. Letakkan saja di sini. Hlm. 118.
E. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang membandingkan kegiatan dengan
menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih
lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari perumpaan
yang digunakan. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk
Majas Simile adalah :
1. Nama anaknya seolah ikut tercemar. Hlm. 15.
2. Dab semenjak itu ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan jalan hari.
Seperti calon pengantin yang sedang menunggu hari perkawinan. Hlm. 17.
3. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari anaknya.
Layaknya macan lapar yang terkurung menunggu orang memberikan daging.
Hlm. 20
4. Ia merasa seperti bermimpi dan tububnya serasa seringan kapas yang
melayang ditiup angin. Hlm. 21.
5. Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemersikan sumbu.
Hlm. 21.
F. Majas Sarkasme
Majas Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan
celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi
yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak di
dengar. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Sarkasme adalah :
1. Apalagi seorang studen dokter tentu takkan mau dengan gadis kampungan
yang kolot lagi. “Pilihlah saja gadis di Jakarta, Anakku. Gadis yang
sederajat dengan titelmu kelak.” Penutup suratnya. Hlm. 19.
38

2. “Hm. Apa yang kalian takutkan? Si topi helm?” ia mengejek. Apa pula yang
ditakutkan pada si pendek seperti kera itu kalian takut. Puahhh. Hlm. 43.
3. Dan sebelum Pak Kari sadar pada apa yang tengah terjadi atas dirinya,
masinis telah mengahrdiknya lagi, “Ayo, pergi kau, Babi!” Hlm. 55.
4. Kurang ajar kau. Bikin malu. Ayo pergi. Kau bukan anakku lagi! Hlm. 62.
5. Si ayah betul-betul hilang kesabarannya. Jika tadi perempuan jalang yang
dibayarnya sudah pandai menerima tawakannya, maka sekarang anaknya
sendiri yang menghinanya. Hlm. 63.
6. “Kau murtad, iyah!” “Lebih baik dari orang sepengecut kau!” hlm. 71.
7. Dan rupa anak itu begitu jelek. Seperti kera. Hlm. 101.
8. Dia selamanya merasa jijik pada orang yang kumal, bodoh, dan tak sopan
menurut pandangannya. Hlm. 101.
9. Tapi perempuan itu sudah menegurya, “Nyonya, kami dengar Nyonya perlu
babu.” Hlm. 102.
10. Kemudian ia memanjati pundak Sidin yang kurus kerempeng itu, lalu
dengan berpijak di pundak itu ia mengikatkan kawat-kawat. Hlm. 119.
G. Majas Epizeuksis
Majas Epizeuksis adalah majas yang bersifat langsung, artinya kata yang
dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Dalam buku kumpulan
cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Epizeuksis adalah :
1. Di negeri dimana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa
ditanam? Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami. Di negeri, dimana
penduduknya sendiri melarat? Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami. Hlm. 10.
2. Yang ia ingat Cuma satu, api dendamnya kian marak, kian marak juga. Dan
makin kian marak ketika masinis itu datang memeriksa pekerjaan Pak Kari
yang membersihkan tungku api di lambung lok itu. Hlm. 57.
3. Ini semua dosa, iyah. Dosa besar. Dosar bagi kita. Dosa bagiku, dosa bagi
kau. Juga dosa bagi mereka. Hlm. 69.
39

H. Majas Personifikasi
Majas Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa
seolah-seolah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Dalam buku kumpulan cerpen
ini kalimat yang termasuk Majas Personifikasi adalah :
1. Maka darah Ompi kencang berdebar. Hlm. 21.
2. Dan telegram itu jatuh dan terkapar di pangkuannya. Hlm. 26.
3. Dan ketika matanya mengalih ke dalam tungku api di lambung lok, di mana
apinya sedang garang menyala, Pak Kari seperti melihat topi helmnya yang
dulu lagi. Menari-nari oleh nyala api. Dan kemudian seperti terlihat dirinya
di bawah topi yang menari-nari dalam nyala api itu. Hlm. 55.
4. Yang memangutnya tadi, serta merta terlempar jauh, terpelanting remuk. Hl.
66.
I. Majas Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani
synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah
semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk
menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan
untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Dalam buku kumpulan cerpen
ini kalimat yang termasuk Majas Sinekdoke adalah :
1. “Aapa janji itu Bung lakukan?” tanya sobat saya yang bekas diplomat itu.
Hlm. 138.
J. Majas Asonansi
Majas Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan
bunyi vokal yang sama. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang
termasuk Majas Sinekdoke adalah :
1. Orang-orang muda sekarang lebih mudah digembalakan. Hlm. 137.
K. Majas Innuendo
Majas Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan
yang sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan
40

sering tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lal. Dalam buku
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Inuendo adalah :
1. Sedang mata pertamamu melihat aku tadi, kau melihat pengemis yang
dijijiki. Hlm. 93.
2. Tapi lebih terkenal sebagai pencari perempuan untuk oang-orang Jepang
dan dapat upah dengan menjualkan barang-barang curian milik Jepang
langgananya itu. Dan mak Gadang menjadi kaya karenanya. Hlm. 117.
L. Majas Anafora
Majas Anfora adalah repitisi yang berwujud perulangan kata pertama pada
tiap baris atau kalimat berikutnya. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat
yang termasuk Majas Anafora adalah :
1. Tentu Masri takkan begitu kalau bukan aku ayahnya. Tentu masri takkan
begitu kepada ayahnya. Tentu anak orang lain takkan berkata begitu kepada
ayhnya. Tentu aku ayah yang salah. Hlm. 63.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Anafora dikarenakan kata tentu
diulang diawal pada tiap baris pertama sebanyak 4x.
2. Ia tak tahu main sembang, tak tahu main congklak, tak tahu main lore
apalgi basbal. Hlm. 77.
Penjelasan : Kalimat ini termasuk Majas Anfora dikarenakan kata tak tahu
main diulang diawal pada tiap baris pertama sebanyak 3x.
M. Majas Pleonasme
Majas pleonasme adalah majas acuan yang mempergunakan kata-kata
lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau
gagasan. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Pleonasme adalah :
1. Mendengar kalimat terakhir itu, hilanglah sinar mata kecewa orang tua itu.
Hlm. 31.
N. Majas Eufimisme
Majas Eufimisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang
halus untuk mengantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina,
41

menyinggung perasaan atau mengsugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan.


Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Eufimisme
adalah :
1. Bila perlu, meski dengan risiko besar, bangunkanlah kembali mahligai
angan-angannya.”. Hlm. 23.
O. Majas Ironi
Majas Ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakn sesuatu dengan
makna atau bermaksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian
kata-katanya. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas
Ironi adalah :
1. Siapa yang tak kenal dia. Indra Budiman. Seluruh jakarta kenal. Seluruh
gadis mengharap cintanya. Hlm. 18.
P. Majas Antitesis
Majas Antitesis adalah majas yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan. Gaya ini timbul dari kalimat berimbang. Dalam buku kumpulan
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Antitesis adalah :
1. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya
menyunggingkang senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk
surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan „selamat
ketemu nanti‟. Hlm. 6
2. Alangkah tercengang Haji saleh, karena di neraka itu banyak teman-
temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah
tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya
di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah
seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh
pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka
dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun,
tak mengerti juga. Hlm. 8.
42

Q. Majas Pararelisme
Majas Pararelisme adalah majas yang berusaha mencapai kesejajaran
dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama
dalam bentuk gramatikal yang sama. Dalam buku kumpulan cerpen ini kalimat
yang termasuk Majas Pararelisme adalah :
1. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting,
memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong,
memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Hlm. 2.
2. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti
pakuannya. Hlm. 2.
R. Majas Sinisme
Majas Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Dalam buku
kumpulan cerpen ini kalimat yang termasuk Majas Sinisme adalah :
1. Dan terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak
memlihara apa yang tidak dijaga lagi. Hlm. 2.
2. Setelah ia merasa bahwa kata-katanya cukup terbayang, disambung lagi
perkataannya, buaya itu, Hasibuan, bukan jantan saja jenisnya. Mengerti
kau. Siapa tahu. Barangkali dia sedang mengakalimu. Sedang memikatmu
supaya kukawini dia. Hlm. 34.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa majas yang terdapat dalam
buku kupulan cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis sebanyak 18 majas
diantaranya : majas alegori yaitu 1 kalimat, majas repetisi 56 kalimat, majas
hiperbola 29 kalimat, majas metafora 11 kalimat, majas simile 5 kalimat, majas
Sarkasme 10, ajas Epizeuksis 3 kalimat, majas Personofikasi 4 kalimat, majas
Sinekdoke 1 kalimat, majas Asonansi 1 kalimat, majas Inuendo 2 kalimat, majas
Anafora 2 kalimat, majas Pleonasme 1 kalimat, Majas Eufimisme 1 kalimat, majas
Ironi 1 kalimat, majas Antitesis 2 kalimat, majas Pararelisme 3 kalimat, dan majas
Siniseme 2 kalimat.
5.2 Saran
Kami sebagai penulis memiliki beberapa saran baik untuk pembaca maupun
untuk peneliti selanjutnya.
5.2.1 Bagi pembaca
Berdasarkan hasil penelitian, saya sebagai penulis mengharapkan
pembaca agar dapat menambah pengetahuan mengenai macam-macam
majas yang terdapat pada buku kumpulan cerpen robohnya surau kami. Dari
pengetahuan tersebut diharapkan setiap pembaca dapat memahami semua
yang telah dijelaskan dalam makalah ini.
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan fokus penelitian terkait analisis penggunaan majas dalam
kumpulan cerpen robohnya surau kami, penulis mengharapkan kepada
peneliti selanjutnya agar dapat meneliti dengan metode berbeda untuk
mendapatkan kesimpulan penelitian dari pandangan yang berbeda juga.

43
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 2016. Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama).
Badan dan Pengembangan Pembinaan Bahasa dan Perbukuan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia V 0.4.0 Beta (40), (Jakarta : Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 2016-2020)
Faozan Tri Nugroho, “Unsur Intrinsik Yang Perlu Diketahui”
https://www.bola.com/ragam/read/4377838/unsur-unsur-intrinsik-cerpen-
yang-perlu-diketahui diakses Senin, 4 Januari 2021, pukul 12.30 WIB.
Awan Sundiawan, “ Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami”
https://awan965.wordpress.com/2008/12/20/analisis-cerpen-robohnya-
surau-kami/ diakses Senin, 4 Januari 2021, pukul 13.00 WIB.
Wikipedia, “Majas” https://id.wikipedia.org/wiki/Majas diakses Senin, 4 Januari
2021, pukul 13.30 WIB.
Hasna Wijayanti “Majas atau Gaya Bahasa: Pengertian, 24 Macam dan Contoh”
https://portal-ilmu.com/majas-atau-gaya-bahasa/ diakses selasa, 4 Fbruari
2020, pukul 19.30 WIB.
Saintif, “Pengertian Cerpen [LENGKAP]: Struktur, Unsur, Ciri dan Fungsi”
https://saintif.com/pengertian-cerpen/ diakses Senin, 15 Februari 2021,
pukul 15.00 WIB.
Serupa. Id, “Struktur Cerpen, Pengertian, Bagian, Susunan, Alur & Kualitas”
https://serupa.id/struktur-cerpen-pengertian-bagian-susunan-alur-kualitas/
diakses Senin, 15 Februari 2021, pukul 15.10 WIB.
ZonaReferensi, “13+ Ciri-ciri Cerpen Beserta Karakteristik dan Penjelasannya
[lengkap]” https://www.zonareferensi.com/ciri-ciri-cerpen/ diakses
Kamis, 4 Februari 2020, pukul 20.10 WIB.
Halo Edukasi, “10 Gaya Bahasa Dalam Cerpen Robohnya Surau Kami”
https://haloedukasi.com/gaya-bahasa-dalam-cerpen-robohnya-surau-kami
diakses Jumat, 5 Februari 2021, pukul 08.00 WIB

44
45

LAMPIRAN
46

DATA DIRI

Nama : Della Rahmattia

Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 14 Juni 2003

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Perum Purwasari Permai Blok C No. 90

RT/RW O4/09 Kec. Purwasari Kab. Karawang

No HP : 089639719356

Email : dellarahmattia@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

TK : TK Miftahul Jannah

SD : SDN II Purwasari

SMP : MTS Al-I‟anah

SMA : SMAN 1 Karawang

Anda mungkin juga menyukai