Dokumen - Tips - Makalah Bendung Gerak
Dokumen - Tips - Makalah Bendung Gerak
“BENDUNG GERAK”
disusun oleh:
KELAS A
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya lah penyusun
dapat menyelesaikan Makalah Bangunan Irigasi yang bertema tentang “Bendung Gerak” ini
dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai tugas tambahan dalam mengikuti mata kuliah Bangunan
Irigasi. Adapun tugas ini dimaksudkan agar mahasiswa jurusan Teknik Pengairan lebih
memahami dan mendalami materi yang dibahas, serta dapat mengupdate berita terbaru karena
makalah ini bersumber dari internet.
. Dalam pembuatan makalah ini, penyusun telah mendapat bantuan dari banyak pihak.
Untuk itu tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Rini Wahyu Sayekti, MS. Selaku dosen pengajar mata kuliah Bangunan Irigasi.
2. Orang tua penyusun yang telah mendukung penyusun
3. Serta teman-teman Teknik Pengairan 2012
Makalah ini telah dibuat secara cermat. Namun penyusun masih menyadari masih
banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu penyusun selalu mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar pada penyusunan makalah kami selanjutnya dapat
menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB 1
PENGANTAR BENDUNG GERAK
Komponen bendung gerak hampir sama dengan bendung tetap. Adapun komponennya
sebagai berikut:
Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung pada bendung tetap merupakan struktur utama yang berfungsi untuk
membendung laju aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal.
Adapun pada bendung gerak, tubuh bendung merupakan bagian yang selalu atau boleh
dilewati air baik dalam keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman
terhadap tekanan air, tekanan akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa, dan
akibat berat sendiri.
Pintu Air (Gates)
Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka, dan
menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari
pintu air, yaitu:
Daun Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk
membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan
untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan
rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke
dalam konstruksi beton.
Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup
dengan mudah.
Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan kadang-
kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada pintu
pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras
pun terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan
bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang
pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini
terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak
antara dinding tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan
pilar. Lebar pilar antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai.
Pintu penguras ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah
udik pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat,
pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-
benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk
membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-
benda hanyut dapat lewat diatasnya.
Bangunan Peredam Energi
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun
pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada
daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring).
Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk
hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring,
penampang lengkung, dan penampang lurus.
Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar
dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07 mm ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir
bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur
kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan
aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.
Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan
utama untuk keperluan:
Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
Pengoperasian pintu.
Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan
pemeliharaan.
Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau
agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
(Sumber: http://arsipdosen.wordpress.com/2013/03/29/perencanaan-bendung/)
Gambar 1. Komponen Bendung Gerak
Pintu Engsel
Pintu engsel (reversible gate) adalah salah satu tipe pintu air yang terbuka dan tertutup
dengan gerakan berputar pada poros horisontal. Poros horisontal berbentuk engsel
ditempatan pada pinggir bawah daun pintunya dan dilekatkan di atas lantai atau mercu
pelimpah. Akan tetapi kelemahan dari pintu ini pada saat dilalui aliran air, timbul
getaran yang cukup kuat. Akibatnya kinerja engsel kurang sempurna atau mudah
terjadi kerusakan pada daun pintu serta mekanisme operasi pintu. Mengingat
banyaknya kelemahan pada pintu engsel, maka pintu tipe ini dibuat tidak melebihi
tinggi 3 m.
Pintu Rol
Tipe ini digunakan pada pintu air yang lebar, sehingga membutuhkan tubuh pintu yang
panjang. Konstruksi tubuh pintunya terdiri dari beberapa balok horisontal yang
arahnya terpusat pada satu titik dan dibungkus dengan pelat baja membentuk silinder.
Untuk memperkuat daun pintu, maka balok-balok horisontal tersebut ditambah dengan
balok pembantu vertikal. Pada balok pembantu vertikal yang paling pinggir di kedua
ujung pintu dipasang gigi dan dikaitkan dengan rel gigi yang dipasang pada pilar
bendung. Pada pintu yang bukaannya tinggi, guna mengurangi beratnya, maka di
bagian bawah pintu dipasang semacam sayap. Pintu rol mempunyai kekakuan yang
tinggi, oleh sebab itu cocok untuk sungai-sungai yang banyak membawa pasir dan
kerikil atau yang banyak menghanyutkan batang-batang pohon. Pintu tipe ini
mempunyai beberapa kekurangan yang terutama adalah stabilitasnya rendah, karena
pada saat terjadi pelimpahan, pintu dalam posisi mengambang oleh gaya apung air
yang menyebabkan terjadinya perbedaan yang besar pada beban operasinya. Selain itu
bobot tubuh pintu sangat besar dan mekanisme pemutar cukup mahal.
Gambar 5. Pintu Rol
(Sumber: http://eprints.undip.ac.id/34318/6/1954_CHAPTER_II.pdf)
(Sumber: http://cicicuitshare.blogspot.com/2012/05/bendung-gerak-rentang.html)
BAB III
PERENCANAAN BANGUNAN
3.1 Data
3.1.1 Pendahuluan
Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan bangunan utama dalam suatu jaringan
irigasi adalah:
(a) Data kebutuhan air: merupakan data kebutuhan air yang diperlukan dan meliputi
jumlah air yang diperlukan untuk irigasi pertanian.
(b) Data topografi: peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai peta situasi untuk
letak bangunan utama; gambar-gambar potongan memanjang dan melintang sungai di sebelah
hulu maupun hilir dari kedudukan bangunan utama.
(c) Data hidrologi: data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andal. Data ini
harus mencakup beberapa periode ulang; daerah hujan; tipe tanah dan vegetasi yang terdapat
di daerah aliran.
(d) Data morfologi: kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar(bedload) maupun
layang (suspended load) termasuk distribusiukuran butir, perubahan-perubahan yang terjadi
pada dasar sungai, secara horisontal maupun vertikal, unsur kimiawi sedimen.
(e) Data geologi: kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan; keadaan
geologi lapangan, kedalaman lapisan keras, sesar, kelulusan (permeabilitas) tanah, bahaya
gempa bumi, parameter yang harus dipakai.
(f) Data mekanika tanah: bahan pondasi, bahan konstruksi, sumber bahan timbunan,
batu untuk pasangan batu kosong, agregat untukbeton, batu belah untuk pasangan batu,
parameter tanah yang harus digunakan.
(g) Standar untuk perencanaan: peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara
nasional, seperti PBI beton, daftar baja, konstruksi kayu Indonesia, dan sebagainya.
(h) Data lingkungan dan ekologi
(i) Data elevasi bendung sebagai hasil perhitungan muka air saluran dan dari luas
sawah yang diairi.
3.1.4.1 Morfologi
(a) Data-data fisik yang diperlukan dari sungai untuk perencanaan bendung adalah:
- Kandungan dan ukuran sedimen disungai tersebut
- Tipe dan ukuran sedimen dasar yang ada
- Pembagian (distribusi) ukuran butir dari sedimen yang ada
- Banyaknya sedimen dalam waktu tertentu
- Pembagian sedimen secara vertikal dalam sungai.
- Floting debris.
(b) Data historis profil melintang sungai dan gejala terjadinyadegradasi dan agradasi
sungai dimana lokasi bendung direncanakan dibangun.
3.1.4.2 Geometrik Sungai
Data geometri sungai yang dibutuhkan berupa bentuk dan ukuran dasarsungai
terdalam, alur palung dan lembah sungai secara vertikal dan horisontal mencakup parameter-
parameter yang disebut di bawah.
- lebar
- kemiringan
- ketinggian
4. Bila galian menemui lapisan tanah keras, dilakukan pekerjaan galian batu
5. Dipilih metode drilling and blasting, yaitu pada permukaan batuan dibuat pola
blasting. Kemudian dibuat lubang dengan rock drill (cradler rock driller) atau canal
drilling untuk diisi sejumlah bahan peledak (dynamit) dan detonator sebagai
pemicunya
6. Setelah peledakan, hasil galian dikumpulkan dengan excavator dan diangkut dump
truck ke disposal area
7. Galian batuan dengan blasting (peledakan) biasanya sulit untuk membentuk dasar
galian yang rapi sesuai rock line excavation yang ada dalam shop drawing
8. Selanjutnya digunakan giant breaker yang dipasangkan pada excavator untuk
membentuk dan merapikan galian batuan
9. Sebelum pekerjaan beton fondasi bendung dimulai, pekerjaan yang harus dilakukan
adalah finising permukaan batuan dengan membersihkan semua loose material dan
menutup permukaan dengan splash grouting.
10. Splash grouting adalah campuran semen pasir dan air yang disiramkan ke permukaan
batuan
11. Tahap selanjutnya adalah pekerjaan beton (concrete) untuk fondasi, tubuh bendung,
kolam olakan (stilling basin) dan piers serta column
12. Di permukaan bendung yang terjadi pergesekan dengan air sungai dimana
diasumsikan terdapat batuan lepas, ranting dan pohon, oleh karena itu perlu dilapisi
dengan steel fibre concrete
13. Pada bendung gerak dibuat bangunan hoist room yaitu tempat mesin penggerak pintu,
dipasang berupa katrol (hoist) elektrik untuk menaikkan dan menurunkan pintu
18. Pelaksanaan bendung gerak dan bendung tetap merupakan lintasan kritis . Sedangkan
pekerjaan apron, stilling basin dan fishway merupakan pekerjaan tidak kritis tetapi
dapat dilaksanakan paralel dengan pekerjaan bendung sesuai kapasitas penyediaan
beton per hari
19. Untuk pembuatan pier dan kolom beton digunakan climbing formwork dengan dua
tipe, yaitu untuk lengkung dipakai bekisting baja dan untuk yang lurus digunakan
bekisting kayu dan plywood
Gambar 20. Pembuatan Pier dan Kolom Beton
20. Pada tahap pelaksanaan pengecoran beton untuk pier terdapat dua jenis beton yang
harus dilaksanaan bersama untuk menghindari sambungan dingin (cold joint) yaitu
antara beton biasa dan beton campuran berton campuran steel fibre
21. Agar kedua jenis beton tidak tercampur, digunakan kawat ayam yang ditahan dengan
besi beton atau wire mesh
22. Pengecorannya dilakukan secara bergantian dalam waktu yang relatif bersamaan
antara steel fibre concrete dan beton biasa
23. Dilanjutkan dengan pengecoran bagian-bagian pada dan elevasi di atasnya sesuai
dengan ketinggian climbing formwork
24. Untuk dinding bangunan hoist room yang awalnya adalah beton biasa, dilakukan
inovasi menjadi kolom dan balok rangka baja dengan dinding precast prestressed
panel (hollow core wall) untuk dinding maupun plat atap.
(Sumber: http://smb-bali.blogspot.com/2013/01/metode-pembuatan-bendung.html)
3.4 Perencanaan
Bendung Gerak dengan Pintu
a) Pertimbangan Perencanaan
Berdasarkan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Bendung Gerak bendung gerak akan dipilih
dengan pertimbangan jika peninggian dasar sungai akibat konstruksi bendung tetap tidak
dapat diterima dikarenakan mempersulit pembuangan air atau membahayakan pekerjaan
sungai yang telah ada akibat peninggian muka air.
b) Persyaratan Perencanaan
Berdasarkan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Bendung Gerak bendung gerak akan
didesain dengan memperhatikan persyaratan :
kemiringan sungai relatif kecil atau datar;
peninggian dasar sungai yang diakibatkan oleh konstruksi bendung tetap tidak dapat
diterima karena akan mempersulit pembuangan air atau membahayakan pekerjaan
sungai yang telah ada
debit banjir tidak bisa dilewatkan dengan aman melalui bendung tetap;
berada pada lapisan tanah pondasi yang kuat.
c) Persyaratan Kemanan Bangunan
Bangunan bendung dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan memperhatikan
kemanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi dan pemeliharaan sesuai
dengan SNI 03-1724-1989, yang meliputi :
(1) Kemanan hidraulik
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman
terhadap :
- bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir;
- bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan tebing;
- bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;
- bahaya kavitasi;
- bahaya akibat perubahan perilaku sungai.
(2) Kemanan Struktural
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan
kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per
bagian dengan rincian meliputi :
- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya;
- kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.
(3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan
i. keamanan operasi
Bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu pengatur debit, penangkap
pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk dapat dioperasikan dengan
mudah, aman dan efisien;
ii. pemeliharaan
Untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah beroperasi diperlukan
pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang perlu dipelihara yaitu :
- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang rusak;
- pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen
- secara hidraulik;
- pembilasan penangkap pasir secara periodik.
- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap
d) Desain Hidraulik
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah
sebagai berikut :
(1) Pra Desain Hidraulik
Kegiatan pra desain meliputi :
(a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data yang
diperlukan yaitu :
i. data topografi berupa :
- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimum 1 : 50.000;
- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta detail
dengan skala minimum 1 : 5000
ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai dan
perubahan - perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara horisontal maupun
vertikal;
iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah sungai,
kemiringan dasar sungai;
iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan gradasi
angkutan sedimen dasar;
v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit banjir,
kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;
vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi serta
kegempaan di daerah calon lokasi
vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat teknik tanah di
sekitar calon lokasi;
viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan ketahanan
umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan kualitas bahan
bangunan;
ix. data lingkungan dan ekologi
(b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat masukan
data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahui dan memperkirakan masalah yang
akan timbul;
(c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan atas
beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan faktor-faktor lain;
topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya; geoteknik; lingkungan;
pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;
(d) penentuan debit desain mencakup :
- debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk mendesain
bangunan pelimpah dan tembok pangkal;
- debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi
- debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan
pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta penangkap pasir
(2) Penentuan Bentuk dan Dimensi
(a) panjang bendung
i. diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana dengan tinggi
jagaan yang cukup;
ii. sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan umumnya
ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil;
(b) Pertimbangan pemilihan tipe pintu
Penetapan pintu didasarkan berbagai pertimbangan yang antara lain berdasarkan tujuan
penggunaan, lokasi pemasangan, besarnya harga dan biaya exploitasi dan pemeliharaan
(c) Lantai bendung
Lantai bendung harus mempunyai kemampuan dalam mendukung beban yang ada di
atasnya dan menjamin kerapatan terhadap rembesan air. Sebagai tambahan kadang-
kadang dibutuhkan untuk penyangga di antara pilar-pilar bendung dan apabila pilar-
pilar bendung juga akan dipakai sebagai bendung pengelak sementara, maka pilar-pilar
tersebut harus mempunyai stabilitas yang memadai.
(d) Pilar Bendung
Bentuk penampang pilar bendung harus ramping dan pada pinggir hulunya dibentuk
setengah lingkaran, tetapi pada pada pinggir hilirnya agak lonjong atau berbentuk busur
yang runcing. Lebar dan panjang pilar bendung ditetapkan berdasarkan lebar jembatan
inspeksi, dimensi mekanisme penggerak daun pintu dan perhitungan stabilitas mekanis.
Celah diperlukan untuk memasang perapat pintu diperhitungkan untuk menentukan
sponing pintu. Perapat bawah supaya dapat bertumpu pada landasan pintu yang
dipasang di atas permukaan lantai bendung sedang perapat samping harus dibuat dengan
konstruksi yang mudah dibongkar – pasang untuk memudahkan pemeriksaan dan
perbaikan.
Tinggi pilar bendung harus lebih tinggi dari elevasi muka air banjir rencanan tanggul
untuk menjamin keamanan pilar-pilar pintu dan menjamin jagaan antar MAT dan
gelagar jembatan inspeksi.
(e) Pilar Pintu
Pilar pintu ditentukan berdasarkan tipe pintu yang digunakan sebagai tubuh bendung.
Tinggi ditentukan berdasarkan kemudahan operasi pintu termasuk tinggi perlengkapan
mekanisme pengangkat daun pintu dan tambahan untuk tinggi jagaan
(f) Ruang Operasi Pintu
Ruang operasi pintu dilengkapi panel dan peralatan pengatur pintu, seperti tombol-
tombol mekanisme pembukaan-penutupan pintu yang ditempatkan di atas pilar
(g) Elevasi Sisi Atas Daun Pintu
Elevasi sisi atas daun pintu ditentukan berdasarkan kenaikan elevasi muka air banjir
yang diinginkan.
(h) Bangunan pembilas
kriteria desain bangunan pembilas sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain
Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
- lebar pembilas total 1/6 – 1/10 dari lebar bendung;
- bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu;
- bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari pembulatan setengah lebar pilar;
- bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2 x lebar pilar;
- bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka kepala bendung;
- kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan perbandingan 1 : n;
- lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,0 m;
- lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m;
- mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan elevasi mercu bendung atau
0,10 m lebih tinggi dari elevasi mercu bendung;
(i) tembok baya-baya
kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata
Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
- penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi bendung;
- bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar;
- tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah hulu sama
dengan lebar mulut undersluice dan tidak menghalangi pengaliran ke intake
(j) tembok pangkal
Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara :
i. tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain untuk kapasitas
pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu;
ii. panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan peredam energi;
iii. bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring;
iv. ujung tembok pangkal ke arah hilir (Lpi) ditempatkan di tengah-tengah panjang lantai
peredam energi sesuai dengan RSNI T-04-2002:
Lpi = Lb + 0,5 Ls
v. panjang tembok pangkal di bagian hulu (Lpu) bagian yang tegak di hitung dari sumbu
mercu bendung sesuai dengan RSNI T-04-2002:
0,50 Ls
≤ Lpu ≤ Ls
(k) tembok sayap hulu dan hilir
Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan:
i. bentuk dan dimensi peredam energi;
ii. geometri sungai di hilir dan sekitarnya;
iii.prediksi kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai yang akan
terjadi;
iv. stabilitas tebing;
v. tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan;
vi. panjang tembok sayap hulu ditentukan :
- kemiringan tembok diambil 1 : 1
- pertemuan dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih dari 450
- bagi tebing yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung tembok sayap hulu
dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang total tembok pangkal ditambah sayap
hulu sesuai dengan RSNI T-04-2002:
1,0 Ls
≤ Lsu ≤ 1,5 Ls
- bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok p[angkal bendung atau palung sungai di
hulu bendung yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan dengan lebar pelimpah
bendung maka tembok sayap hulu perlu diperpenjang dengan tembok pengarah arus
yang panjangnya diambil minimum sesuai dengan RSNI T-04-2002:
2 x Lpu
vii. panjang tembok sayap hilir (Lsi) :
- kemiringan tembok diambil 1 : 1
- panjang tembok dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi diambil sesuai dengan
RSNI T-04-2002 :
Ls
≤ Lsi ≤ 1,5 Ls
viii. jika tinggi tembok sayap lebih dari 4,0 m maka perlu dibuat bertangga dengan :
Lsi = panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke hilir, meter
Lsu = panjang tembok sayap hulu, meter
Lpu = panjang tembok pangkal hulu bendung dari sumbu mercu bendung ke hulu,
meter
Ls = panjang labtai peredam energi, meter
(l) lantai hulu dan hilir
Dimensi bangunan pelengkap ini dtentukan dengan memperhatikan permeabilitas tanah,
kemungkinan degradasi dasar sungai dan penggerusan setempat di hilir bangunan, dan
kebutuhan pengurangan daya angkat air. Hal itu dilakukan agar tidak meliebihi
kekuatan dan stabilitas bangunan.
(m) Rip – rap
Lengkapi bangunan dengan rip-rap yang berfungsi sebagai pelindung bangunan
terhadap bahaya penggerusan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A :
Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, dengan kriteria :
i. ditempatkan di bagian hilir ambang akhir sepanjang tembok sayap hilir;
ii. material rip-rap berupa bongkahan batu dengan kriteria bulat, padat, keras dengan
berat jenis batu 2,4 t/m3;
iii. material rip-rap berupa blok beton dengan 1,0 x 1,0 x 1,0 m dan 0,5 x 0,5 x 0,5 m;
iv. kedalaman penanaman sekitar 2,0 m pada bagian hilir ambang dan 1,5 m pada
bagian kaki tembok sayap hilir
(n) Perlengkapan lainnya
i. Sumber tenaga listrik cadangan
Pada pintu-pintu air yang sumber tenaga utamanya diperoleh dari jaringan komersil,
maka diperlukan adanyalistrik cadangan.
ii. Gedung pusat operasi pintu
Dalam gedung ini terdapat kantor, ruang pembangkit listrik cadangan, ruang operasi,
ruang operasi, ruang petugas jaga malam dan lain-lain
iii. Alat ukur tinggi muka air
Alat ukur tinggi muka air dipasang di hulu dan hilir bendung. Pada bangunan penerus,
maka alat ukur tinggi muka air dipasang, di dalam kolam tunggu. Tinggi muka air
pada masin-masing lokasi dapat dibaca langsung dari dalam ruang operasi.
iv. Sarana penerangan
Sarana penerangan yang memadai haruslah dipasang untuk menerangi daun pintu,
jembatan inspeksi, ruang operasi dan semua tempat-tempat yang diperlukan untuk
kelancaran operasi pintu.
v. Tangga inspeksi
Tangga inspeksi harus diadakan pada permukaan perkuatan lerang tanggul kiri dan
tanggul kanan baik di lereng belakang maupun di lereng depan. Lebar efektif tangga
minimum 1 mdan terbuat dari blok-blok beton.
vi. Tangga untuk ruang operasi pintu
Konstruksi dan lokasi tangga supaya disesuaikan dengan keadaan sekitarnya,
keseimbangan antara pilar pintu dan ruang operasi serta keamanan terhadap
kemungkinan kecelakaan
(Sumber: http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/pdf/modul/013.pdf)
Pola Tanam
Daerah Irigasi Kalibawang melayani lahan seluas 1832.63 ha. Daerah Irigasi Mataram
melayani lahan seluas 4973.02 ha.Tanaman yang ditanam Padi, Kedelai dan tebu.
Perhitungan Konstruksi
Perencanaan mercu mengunakan tipe ambang, dengan menggunakan debit banjir
rencana permodelan HEC-HMS 100 th 1157 m3/dtk didapat tinggi air banjir diatas mercu H1
= 5.553 m. tinggi mercu bendung 2 m dan elevasi hulu sungai +15, elevasi di hilir bendung
163.54 m. kedalaman kritis hc= 4.050 m.
Kolam olak menggunakan tipe ambang Bila 1,7 < Fru ≤ 2,5 maka kolam olak
diperlukan untuk meredam energi secara efektif. Fru = 2,34. Dengan panjang kolam olak 35
m dan tebal end sill = 1.6 m
a. Terhadap Guling
b. Terhadap Geser
KP penunjang
KP 1-7 Mulai
Teknik perhitungan debit
bangunan air
TIDAK
-tekanan hidrostatis
Analisa - berat pilar
Kestabilan - ½ berat pintu
- Pa (tekanan aktif)
YA - Pp (tekanan pasif)
- ketabilan geser
Kesimpulan - kestabilan guling
- rembesan
selesai
(Sumber: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-16986-3108030075-Presentation.pdf )
BAB IV
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
4.1 Pengoperasian
Pengoperasian memegang peranan penting dalam memaksimalkan fungsi, tujuan dan
kinerja dari bendung gerak. Bendung gerak memerlukan eksploitasi secara terus menerus
karena pintunya harus tetap terjaga dan dioperasikan dengan baik. Berikut adalah pola
pengoperasian bendung gerak:
a) Pada musim kemarau atau debit normal.
Dianjurkan mengoperasikan dengan cara kolam tenang. Jika tidak adapembilasan
(pintu pembilas ditutup), pintu pengambilan dibuka untukmemperoleh debit pengambilan
yang dibutuhkan. Sisa debit pengambilandilepas melalui pembilas sungai (jika ada) atau
melalui beberapa pintu pelimpah(spillway gate) yang dekat dengan pintu
pembilas.Pembilasan dilaksanakan bila endapan dalam kantong pembilas telahmencapai 30
sampai 50 cm di bawah ambang pengambilan dengan menutuppintu pengambilan dan
membuka pintu pembilas. Setelah selesai pembilasan,pintu pembilas ditutup kembali dan
pintu pengambilan dibuka. Umumnyakandungan endapan pada musim kemarau kecil. Bila
bendung gerak dilengkapibangunan pembersih lumpur, debit pengambilan maupun debit
pembilasanmengalir melalui kantong pembilas.
Cara pengoperasian dan cara penentuan debit pembilas sama dengan cara pada
bendung tetap. Debit sisa dialirkanmelalui pembilas sungai (jika ada) atau melalui dua atau
tiga pintu pelimpahyang dekat dengan pembilas. Pintu pembilas tidak dibuka lebih tinggi dan
atap(lantai atas) bangunan pembersih lumpur. Jika dalam kenyataan alur sungaimenjauhi
kantong pembilas, operasi kolam semi tenang dapat dicoba.
b) Waktu banjir kecil (banjir tahunan) dan kala ulang 20 tahun.
Pada musim banjir kecil, operasi kolam tenang sama dengan cara pada
musimkemarau. Debit sisa dan pembilasan dan bangunan pembersih lumpur diatur sebagai
berikut:
- Bendung gerak dengan pembilas sungai.
Debit melalui pembilas sungai dengan perbandingan (Vs/Vp >1) dan debitsisa dan
pembilasan dan pembilas sungai dialirkan melalui bendung gerak(spillway gate), dengan
membuka semua pintu/bendung gerak sama besar.Apabila ada endapan dimuka pintu gerak
yang perlu dibilas, pintu tersebutdibuka penuh untuk mengaktifkan pembilasan.
4.2 Pemeliharaan
4.2.1 Pengamanan dan Pencegahan
Pengamanan dan pencegahan adalah usaha dan pengamanan untuk menjaga kondisi
dan atau fungsi bangunan. Kegiatan pengamanan dan pencegahan, meliputi :
1) Inspeksi rutin minimal satu kali dalam 2 (dua) minggu
2) Menghalau binatang (kerbau dan lain-lain) supaya tidak masuk ke dalam saluran
3) Pada lokasi-lokasi yang penting dan berbahaya harus dipasang tanda-tanda atau rambu-
rambu peringatan
Sumber: http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/pdf/modul/015.pdf)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah
sesuai dengan yang dikehendaki. Bendung gerak biasanya dibangun pada daerah hilir sungai
atau muara. Tujuan pembuatan bendung gerak adalah sama yaitu untuk meninggikan muka air
sungai, dan dapat mengendalikan banjir. Manfaat bendung gerak bermacam-macam,
diantaranya:
Medukung sektor perikanan dan pertanian
Jaringan irigasi yang andal
Mencukupi kebutuhan air baku untuk irigasi air minum/ industri/
pengelontaran kota
Tempat wisata
Penggunaan bendung gerak dapat dipertimbangkan jika:
1. Kemiringan dasar sungai kecil / relatif datar
2. Peninggian dasar sungai akibat konstruksi bendung tetap tidak dapat diterima
karena ini akan mempersulit pembuangan air atau membahayakan pekerjaan sungai
yang telah ada akibat meningginya muka air.
3. Debit tidak dapat di lewatkan dengan aman dengan bendung tetap.
4. Dapat mengangkut pasir dan kerikil sampai ukuran 64 mm.
Komponen bendung gerak hampir sama dengan bendung tetap. Adapun komponennya
sebagai berikut:
Tubuh Bendung (Weir)
Pintu Air (Gates)
Daun Pintu (Gate Leaf)
Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Angker (anchorage)
Hoist
Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu Penguras
Bangunan Peredam Energi
Kantong Lumpur
Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan
utama untuk keperluan:
Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
Pengoperasian pintu.
Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan
pemeliharaan.
Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau
agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
Klasifikasi Bendung Gerak
Pintu Geser Roda
Pintu Engsel
Pintu Radial
Pintu Rol
3. Perencanaan Bangunan
(a) Data kebutuhan air
(b) Data topografi
(c) Data hidrologi
(d) Data morfologi
(e) Data geologi
(f) Data mekanika tanah
(g) Standar untuk perencanaan
(h) Data lingkungan dan ekologi
(i) Data elevasi bendung sebagai hasil perhitungan muka air salurandan dari luas
sawah yang diairi.
4. Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah :
1. Pertimbangan topografi
2. Kemantapan geoteknik fondasi bendung
3. Pengaruh hidraulik
4. Pengaruh regime sungai
5. Tingkat kesulitan saluran induk
6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung
7. Luas layanan irigasi
8. Luas daerah tangkapan air
9. Tingkat kemudahan pencapaian
10. Biaya pembangunan
11. Kesepakatan stakeholder
5.2 Saran
Karena penyusun mengambil sumber dari internet, hendaknya pembaca menelaah
lebih lanjut terhadap informasi yang didapat, agar informasi dapat diserap dengan baik.
Kami selaku penyusun Laporan ini masih menyadari banyak kekurangan, untuk itu
kami mohon saran dari para pembaca agar laporan ini semakin lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Presentasi Tugas Akhir. Perencanaan Bendung Gerak Kepohbaru. diakses pada
20 maret 2014, http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-16986-3108030075-
Presentation.pdf
Anonim. Teknik Irigasi dan Drainase. diakses pada 14 april 2014,
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/pdf/Topik%206%20Kuliah-sistim
%20jaringan-dkk