PAI
Disusun Oleh :
Kelompok 1
201410010311083
JURUSAN TARBIYAH
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang
sebagai upaya memengaruhi siswa agar belajar atau
membelajarkan siswa. Pembelajaran berbeda dengan
pengajaran, di mana pengajaran lebih mengarah
pada pemberian pengetahuan dari guru kepada siswa
yang kadang kala berlangsung secara sepihak.
Sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang berupaya membelajarkan siswa secara
terintegrasi dengan memperhitungkan faktor
lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik
bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran
baik penyampaian, pengelolaan, maupun
pengorganisasian pembelajaran (Uno, 2012: v).
Penyampaian pembelajaran disertai dengan
beberapa metode, dintaranya yaitu berdasarkan
teknologi dan media pembelajaran yang digunakan.
Teknologi pendidikan merupakan salah satu bidang
ilmu yang merupakan terapan dari komunikasi
dengan memadukan teori psikologi dan
pembelajaran. Bidang ilmu tersebut merupakan hal
yang baru berkembang seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Sedangkan dalam proses pembelajaran, media
dikenal sebagai alat bantu mengajar yang
berkembang dengan sedemikian pesatnya sesuai
dengan kemajuan teknologi. Ragam dan jenis
mediapun sangat beragam, sehingga dapat
dimanfaatkan berdasarkan situasi dan kondisi yang
dipelukan (Uno dan Nina, 2011: 116).
Pada dasarnya secara individual manusia iu
berbeda-beda, demikian pula dalam memahami
konsep-kosep abstrak. Setiap manusia akan
1
mencapai dipenuhi. Jika tidak, maka proses belajar akan
tingkat belajar mengalami kesulitan atau dalam mencapainya
yang berbeda. memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh Karena
Namun ada itu, di dalam makalah ini akan menjabarkan tentang
suatu teknologi dan media serta pemahaman tentang
keyakinan, belajar dan pembelajaran.
anak belajar
dengan melihat
dunia nyata dan
dengan
memanipulasi
benda-benda
nyata sebagai
perantaranya.
Bahkan tidak
sedikit pula
orang dewasa
yang umumnya
sudah
memahami
konsep abstrak,
tetapi pada
situasi-situasi
tertentu masih
memerlukan
benda-benda
perantara (Uno
dan Nina,
2011: 140).
Proses belajar
akan tercapai
dengan mudah
jika prinsip
belajar dapat
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan antara teknologi dan media?
2. Apa saja enam kategori dasar media?
3. Apa yang dimaksud dengan kontinum abstrak dan konkrit?
4. Bagaimana perkembangan definisi belajar?
5. Apa saja yang termasuk 4 domain belajar?
6. Bagaimana 4 perspektif psikologi belajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami perbedaan antara teknologi dan media.
2. Memahami enam kategori dasar media.
3. Memahami pengertian kontinum abstrak dan konkrit.
4. Memahami perkembangan definisi belajar.
5. Memahami macam-macam domain belajar.
6. Memahami 4 perspektif psikologi belajar.
BAB II
PEMBAHASA
N
1. Perbedaan Antara Teknologi dan Media
a. Definisi Teknologi Pembelajaran
Secara etimologis, Teknologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Technologia”.
Techne artinya kemampuan, cara, pengetahuan, keahlian, keterampilan. dan Logia
artinya ungkapan, ilmu. Jadi teknologi yaitu ilmu untuk menggunakan kemampuan
atau keahlian. Teknologi merupakan istilah yang luas berkaitan dengan pemanfaatan
dan pengetahuan tentang keterampilan (Sharon, Dkk, 2012: 4).
Menurut Uno dan Nina (2011: 16), mengatakan bahwa:
Secara singkat teknologi pembelajaran dapat didefinisikan bahwa “teori dan
praktik dalam desain pembangunan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi
proses dan sumber untuk belajar”.
Teknologi pada dasarnya identik dengan bagian-bagian natural scientis,
digunakan sebagai bagian dalam pendidikan yang bertujuan untuk menghidupkan
kreatifitas anak didik dan pengajarnya. Teknologi pendidikan merupakan cara untuk
menjeaskan bagian pendidikan yang menyangkut segala aspek pemecahan
permasalahan belajar manusia melalui proses yang rumit dan saling berkaitan.
Sedangkan teknologi pembelajaran didefinisikan sebagai bagian dari teknologi
pendidikan dengan alasan bahwa pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan
yang bersifat terarah dan terkendali (Uno dan Nina, 2011: 19).
Ada beberapa pendapat yang agak berbeda satu sama lain tentang teknologi.
Pertama teknologi diartikan sebagai sekedar Hardware yang dapat menunjang
kegiatan dalam sistem pembelajaran. Hardware sendiri merupakan komponen-
komponen media teknologi yang dapat digunakan sebagai sarana yang menunjang
kemajuan sebuah sistem pengajaran. Media-media tersebut dapat berupa televisi,
radio, internet, komputer, dan bermacam media lainnya.
Teknologi kedua diartikan sebagai keseluruhan komponen yang ada dalam
sebuah sistem pendidikan, baik peralatan-peralatan media teknologi maupun teknik-
teknik pengembangan yang selalu progres menuju sebuah proses pelajaran yang
dinamis sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Oleh karena itu,
teknologi pembelajaran merupakan perpaduan antara software dan hardware sistem
pendidikan, dengan melihat bahwa mengajar dan belajar adalah masalah yang harus
dapat diselesaikan dan dihadapi secara rasional dan alamiah (Nasution, 2005: 1-2).
b. Definisi Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti antara. Makna tersebut
dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu
informasi dari suatu sumber kepada penerima.
Menurut Association of Education and Communication Technology (AECT)
Amerika serta menurut Briggs yang dikutip dalam buku Uno dan Nina (2011: 121),
mengatakan bahwa:
media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan
pesan atau informasi. Menurut Briggs menyatakan bahwa media adalah segala
bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik
untuk belajar.
Menurut Heinich, media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari
bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah
berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan
(a receiver). Dia mencotohkan media ini seperti film, televisi, video, diagram, bahan
tercetak, komputer, dan instruktur.
Media salah satu alat komunikasi dalam menyampaikan pesan tentunya sangat
bermanfaat jika diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran, media yang di
gunakan dalam proses pembelajaran di sebut media pembelajaran. Heinich dkk
mengemukakan media pembelajaran sebagai berikut: batasan mesium sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Media
pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang dapat di gunakan
untuk keperluan pelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk
menyampaikan materi pelajaran (Rusman, 2012: 169).
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli mengenai media,
maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media dalam pembelajaran adalah segala
bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari
sumber ke peserta didik. Tujuannya adalah untuk memancing mereka dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran media. Selain digunakan untuk megantarkan
pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian
tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi (Uno
dan Nina, 2011: 122).
c. Enam Kategori Dasar Media
a. Teks
Teks merupakan media yang paling umum serta memiliki karakter alfanumerik yang
mungkin di tampilkan dalam format apapun, seperti buku, poster, papan tulis, layar
computer dan sebagainya.
b. Audio
Audio adalah media lain yang bisa digunakan dalam pembelajarn yang mencakup
apa saja yang anda dengar. Seperti, suara orang, musik, suara mekanis (deru mesin
mobil), suara berisik dan sebagainya. Suara – suara tersebut bias langsung di dengar
atau rekam.
c. Visual
Visiul sering digunakan untuk memicu pembelajaran atau digunakan untuk
mempromosikan pembelajaran dan termasuk diagram di layar komputer. Visual
meliputi diagram poster, gambar pada sebuah papan tulis putih, foto, gambar pada
sebuah buku, kartun dan lain sebagainya.
d. Vidio
Jenis lain dari media yakni video, ini media yang merupakan media yang
menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, streaming dari internet,
animasi computer dan sebagainya.
e. Prekayasa (Manipulative)
Perekayasa bersifat 3D dan bisa disentuh dan dipegang oleh para siswa. Media ini
sering tidak dianggap karena menggunakan benda tidak nyata dan model
manipulatif.
f. Orang – orang
Media ini bisa berupa guru, siswa, atau ahli bidang studi.
Sebuah format pendidikan merupakan bentuk fisik yang di dalamnya terdapat pesan-
pesan dan ditampilkan. Format media mencakup, sebagai missal, papan tulis
penanda (Visual dan teks), slide powerpoint (teks dan visual), CD (suara dan
musik), DVD (vidio), masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang
berbada-beda dalam hal jenis pesan yang dapat direkam dan ditampilkan (Sharon
dkk, 2011: 7).
d. Pengertian Kontinum Abstrak dan Konkrit
Pendekatan kontium (contium learning approuch) atau juga bisa disebut dengan
pendekatan berdaur dan berkelanjutan dalam pembelajaran, pendekatan ini dapat
dimulai dari pendagogi dan dilanjutkan ke andragogi; atau sebaliknya, yaitu berawal
dari andragogi kemudian dilanjutkan ke pendagogi (Tim Pengemabang Ilmu
Pendidikan FIP-UPI, 2007: 1-2).
Pendekatan kontium didasarkan pada asmusi semakin dewasanya peserta didik
maka semakin:
a. Mengonsep dirinya semakin berubah dari ketergantungannya kepada pendidik
menuju sikap dan perilaku mengarahkan diri dan saling belajar secara mandiri.
b. berakumulasi pengalaman belajarnya yang dapat dijadikan sumber belajar dan
orientasi belajar peserta didik berubah dari penguasaan terhadap materi ke
kemampuan pemecahan masalah
c. Siapa belajarnya yaitu untuk menguasai kemampuan dalam menyatakan tugas-
tugas kehidupan nyata
d. Membutuhkan keterlibatan diri dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran (Tim Pengemabang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 1-2).
Dengan demikian jika kita melihat dari perkembanganya, pada mulanya media
hanya dianggap sebagai alat bantu guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai
adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat
memberikan pengalaman secara konkret kepada peserta didik, motivasi belajar, serta
mempertinggi daya serap dan retensi belajar peserta didik (Sadiman dkk, 2010: 7).
Setelah masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke-20,
alat visualuntuk mengkongkretkan setiap ajaran dalam proses pembelajaran
dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal dengan alat audio visual atau audio
visual aids (AVA). Bermacam peralatan dapat digunakan oleh pendidik untuk
menyampaikan pesan ajaran kepada peserta didik melalui pengelihatan dan
pendengaran dengan tujuan menghindari verbalismeyang masih mungkin terjadi kalau
hanya digunakan alat bantu visual semata. Dalam usaha pemanfaatan media ini
sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran Edgar Dale mengadakan klasifikasi
pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of
experience) dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan
alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu (Sadiman dkk,
2010: 8).
verbal Abstrak
simbol visual
visual radio
film tv
wisata demonstrasi partisipasi observasi
pengalaman langsung
Konkret
d. Domain Interpersonal
Belajar dalam ranah interpersonal melibatkan interaksi diantara orang-orang.
Kemampuan interpersonal merupakan keterampilan orang yang membutuhkan
kemampuan untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain. Guru bertugas
sebagai fasilitator dan para siswa sering ditempatkan dalam kelompok kooperatif
untuk berbagai kegiatan belajar. Seorang guru harus mengajarkan pada siswa
bagaimana menyimak, berbagi, menghormati, membantu dan memimpin. Hal itu
dilakukan untuk mencapai komunikasi antar personal yang efektif. Permainan
yang dilkukan di kelas serta kegiatan pendidikan fisik juga membutuhkan
keterampilan antar personal.
Selain itu, dalam ranah ini seorang peserta didik juga diajarkan tentang
bagaimana menghargai sesama teman dan melakukan kegiatan sosial antar satu
sama lain baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan lainnya. Sehingga
diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman serta tidak
membosankan (Sharon dkk, 2012: 12).
g. Empat Perspektif Psikologi Belajar
a. Perspektif Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi
populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang
meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
Sebagian besar psikolog berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif
manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal dan modal dasar perkembangan
manusia, yakni kapasitas motor dan kapasitas sensori ternyata juga dipengaruhi oleh
aktivitas ranah kognitif. Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan
kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai
mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya saja, cara dan intensitas
pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut masih belum jelas benar. Argumen
yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah bahwa kapasitas
sensori dan jasmani seorang bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan
tanpa aktivitas pengendalian sel-sel otak bayi tersebut.
Hasil-hasil riset para ahli psikologi kognitif menyimpulkan bahwa aktivitas ranah
kognitif manusia pada prinsipnya sudah berlangsung sejak bayi, yakni rentang
kehidupan antara 0-2 tahun. Semua bayi manusia sudah berkemampuan menyimpan
informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan informasi-
informasi lain yang diserap melalui indera-indera lainnya. Selain itu, bayi juga
berkemampuan merespons informasi-informasi tersebut secara sistematis.
Selanjutnya, Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi empat tahapan. Di bawah ini empat tahapan tersebut akan diuraikan :
1. Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Intelegensi sensori-motor dipandang sebagai intelegensi praktis yang
bermanfaat bagi anak usia 0-2 tahun untuk belajar berbuat terhadap
lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia
perbuat. Mereka belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan secara praktis
dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang ia
perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan seperti di atas.
Piaget berkesimpulan bahwa bayi di bawah usia 18 bulan pada umumnya
belum memiliki pengenalan object permanence. Artinya, benda apapun yang
tidak dilihat, tidak disentuh, atau tidak didengar selalu dianggap tidak ada
meskipun sesungguhnya benda itu ada di tempat lain. Dalam rentang usia
antara 18-24 bulan, barulah kemampuan mengenal object permanence anak
tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.
2. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)
Perkembangan kognitif pra-operasional bermula pada saat anak telah
memiliki penguasaan sempurna mengenai object permanence. Artinya, anak
sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada
atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah tak
dilihat dan tak didengar lagi.
Dalam periode perkembangan pra-operasional, diperoleh pula kemampuan
berbahasa. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan
mampu pula mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
Kemampuan-kemampuan skema kognitif anak dalam rentang usia 2-7 tahun
memang masih sangat terbatas.