DISUSUN OLEH :
Pembimbing Residen
dr. Wahyuni Indayani Bahrul
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Halaman sampul…………………………………………………………………………..i
Halaman Pengesahan………..…………………………………...……………………….ii
Daftar Isi………………………...……………………………………………………......iii
BAB I Pendahuluan………...………………………………………………………….....4
2.1 Definisi….………………………………………………………………………….5
Usus halus dan usus besar merupakan bagian terpanjang pada saluran
cerna. Ketika terjadi gangguan akan berefek pada gangguan nutrisi dan
transport air yang mengakibatkan malabsorbsi, diare, proses infeksi, dan
inflamasi.(1)
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus baik total
ataupun parsial yang menganggu jalannya isi usus. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan kelainan di dalam lumen usus, dinding usus atau benda asing diluar
usus yang menekan, serta kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
dapat menyebabkan nekrosis segmen usus.(2)
Kejadian ileus obstruksi sering didahului dengan munculnya gejala
klinis pada sistem gastroinstestinal. Tanda dan gejala yang biasa terjadi serta
penting untuk dikenali pada pasien ileus obstruksi diantaranya adalah nyeri
abdomen yang bersifat kram, nausea, distensi abdomen, muntah empedu,
konstipasi, singultus, kenaikan suhu tubuh, tidak terdengarnya bising usus
disebelah distal obstruksi serta penurunan berat badan. Penyebab terjadinya
ileus obstruksi pada usus halus antara lain hernia inkarserata, adhesi atau
perlekatan usus, invaginasi (intususepsi), askariasis, volvulus, tumor, batu
empedu yang masuk ke ileus.(2)(3)
Ileus obstruksi merupakan salah satu kasus emergensi abdomen yang
memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi apabila tidak ditangani.
Maka dari itu pencitraan dengan foto abdomen ataupun CT scan sangat penting
dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosa ileus obstruksi serta membantu
pegambilan keputusan dalam perencanaan terapi.(4)(5)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ileus obstruksi didefisnisikan sebagai gangguan aliran makanan pada usus
yang disebabkan oleh adanya obstruksi mekanis pada usus.(5)
Secara umum obstruksi dapat dibedakan obstruksi partial atau komplit.
Obstruksi parsial memungkinkan cairan dan gas melewati titik obstruksi, sedangkan
obstruksi komplit/total menghambat perjalanan semua isi usus. Berdasarkan jenis
obstruksinya ileus obstruktif dibedakan menjadi obstruksi sederhana, closed loop, dan
strangulasi. Obstruksi sederhana adalah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah. Closed loop obstruction terjadi jika kedua segmen usus yang terlibat
mengalami obstruksi. Sedangkan pada obstruksi strangulasi terjadi penjepitan
pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya iskemia usus, ditandai dengan gejala
umum yang berat. Tidak seperti obstruksi sederhana, strangulasi dapat mengakibatkan
iskemia, infark, dan perforasi.(6)
Klasifikasi berdasarkan lokasi obstruksinya dibedakan menjadi small bowel
obstruction yang mengenai usus halus, atau disebut juga ileus obstruksi tinggi dan
large bowel obstruction yang mengenai usus besar dan disebut juga sebagai ileus
obstruksi letak rendah. Obstruksi usus halus lebih umum daripada obstruksi usus besar
dan merupakan indikasi paling sering dilakukan operasi.(6)(7)
2
Terdapat berbagai macam etiologi yang mendasari kejadian ileus obstruksi.
Diperkirakan adhesi intra-abdominal yang berhubungan dengan pembedahan
abdominal sebelumnya adalah faktor etiologi pada 75% kasus obstruksi usus halus.
Berbeda dengan obstruksi kolon, obstruksi usus halus jarang disebabkan oleh
neoplasma, kurang dari 3% kasus disebabkan oleh neoplasma usus halus primer.
Kanker usus halus lebih sering disebabkan oleh kompresi ekstrinsik atau invasi oleh
keganasan lanjut yang timbul pada organ selain usus halus. Meskipun kelainan bawaan
dapat menyebabkan obstruksi usus halus tetapi selama masa kanak-kanak terkadang
tidak terdeteksi, kemudian baru terdiagnosis untuk pertama kalinya pada pasien
dewasa yang mengalami gejala abdominal. Malrotasi usus dan mid-gut volvulus patut
dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pasien dewasa dengan gejala akut atau
kronis dari obstruksi usus halus, terutama bila tanpa riwayat operasi abdominal
sebelumnya. Obstruksi usus halus dan usus besar serupa pada insidennya sama pada
pria dan wanita. Faktor utama yang mempengaruhi kejadian dan distribusi ileus
obstruktif tergantung pada faktor-faktor risiko pasien, termasuk operasi perut
sebelumnya, kanker usus besar atau metastasis, penyakit radang usus kronis, hernia
inguinalis, radiasi sebelumnya, dan konsumsi benda asing. Ileus obstruktif lebih sering
pada usus halus dari pada usus besar dengan perbandingan 4: 1. Di usus halus biasanya
karena adhesi dari operasi sebelumnya (65%) atau hernia (15%), sedangkan ileus usus
besar biasanya karena kanker (70%) atau karena adhesi dan stenosis setelah
divertikulitis berulang (hingga 10%). Penyebab yang lebih jarang dari ileus usus besar
termasuk volvulus sigmoid (5%) dan hernia (2,5%).(10)
3
Gambar 1. Sembilan regio abdomen
4
2.3.2 Anatomi Traktus Gastrointestinal
1. Gastric/Lambung
Lambung adalah organ muscular yang terletak diantara esophagus dan
duodenum di daerah atas abdomen. Gaster terletak di sisi kiri rongga perut di
bawah diafragma pada level T10. Gaster dibagi menjadi beberapa region:(13)
- Cardia: area yang bersambung dengan esofagus (gastro-esophageal
junction)
- Fundus: dibentuk dari upper curvature, bagian dari gaster yang ada di atas
gastro-esophageal junction
- Corpus (body): region sentral dari organ
- Pylorus (antrum): bagian bawah dari gaster yang memfasilitasi
pengosongan isi gaster ke usus halus, berlokasi di sebelah kanan midline
di level L1
Lesser curvature membentuk batas cekung yang lebih pendek dan greater
curvature membentuk batas cembung yang lebih panjang dari gaster. Lesser
omentum menempel pada lesster curvature dari liver sedangkan greater
omentum menempel pada greater curvature gaster.(14)
2. Usus Halus
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
- Duodenum
5
Duodenum adalah ruang berongga berbentuk C dengan pnajang sekitar 20-30
cm yang secara dominan berada di sisi kanan dari kolum vertebra. Duodenum
tertelak pada tingkat L1-3. Duodenum dimulai di bulbus duodenum dan
berakhir di ligamentum Treitz, di mana ia berlanjut sebagai jejunum (ini sering
disebut fleksur duodenojejunal). Ini terdiri dari empat bagian berbeda dan tidak
seluruhnya peritoneal atau retroperitoneal.(15)
- Jejunum
Dibandingkan dengan ileum, jejunum punya lebih banyak valvulae
conniventes dan lebih sedikit lipatannya per panjang unit. Seperti ileum,
ketebalan dinding adalah <3 mm. Jejunum punya diameter yang lebih besar
dari ileum. Bersama dengan ileum, jejunum berada di free margin dari
mesenteri sebagai kontinuasi dari duodenum. Jejunal loop terdapat pada
sebelah kiri abdomen. Maksimum diameter untuk jejunum adalah 3,5cm. (16)
- Ileum
Ileum panjangnya 2 – 4 meter dan terpisah dari cecum dengan ileocecal valve.
Tidak ada garis jelas yang memisahkan jejunum dengan ileum tetapi ada
beberapa perbedaan dari keduanya. Pada foto polos, air fluid levels dapat
terlihat pada foto normal (<5 masih bisa dianggap normal pada foto abdomen
erect). Maksimum diameter dari ileum adalah 2,5cm.(16)
Ileocaecal valve adalah katup yang berfungsi untuk mencegah aliran
retrograde gas da isi lumen usus dari usus besar kembali ke ileum. Ileocaecal
valve yang inkompeten dapat dilihat pada barium enema dengan gambaran
filling defect.(16)
3. Usus besar
Usus besar panjangnya mencapai 1,5 meter dan dimulai dari caecum sampai
rectum. Colon memiliki 3 lapisan otot longitudinal (taena coli) yang bertemu di
appendix proksimal dan distal rectum. Taena coli 30 cm lebih pendek dari colon
sehingga muncul haustra. Colon biasanya diidentifikasi pada foto polos
abdomen dengan struktur dengan gas atau feses di dalamnya.(16)
6
Gambar 3. Lokasi usus besar yang umumnya berada di perifer abdomen
- Appendix
Muncul dari dinding posteromedial caecum. Sangat mobile, ada 75%
kemungkinan berada di retrocaecal dan ada 20% lokasi berada di dinding
samping pelvis kanan. Biasanya terlihat di ultrasaound. (16)
- Caecum
Panjangnya sekitar 6 cm dan berada dibawah ileocaecal valve. Hampir
seluruhnya ditutupi oleh peritoneum kecuali bagian posterior dimana ada
jaringan ikat yang menghubungkan caecum dengan lantai dari iliac fossa
kanan. Caecum dapat mempunyai mesenteri, yang dapat rotasi dan
mengakibatkan volvulus, membentuk closed-loop obstruction. (16)
- Colon descendens dan ascendens
Colon descendens (panjang 25 cm) dan ascendens (panjang 15 cm)
adalah struktur retroperitoneal dan ditutupi oleh peritoneum pada permukaan
anterior dan lateralnya. Keduanya melekat pada dinding abdomen posterior.
Lekukan anteromedial colon ascendens distal membentuk hepatic flexure.
Hepatic flexure membentuk impresi pada permukaan inferior liver dan
melekat pada anterior pararenal fascia, D2 dan kepala pancreas.(16)
- Colon transversus
Colon transversus (panjang 45 cm) menggantung antara hepatic dan
splenic flexure dan ditutupi seluruhnya oleh peritoneum. Colon transversus
juga melekat pada gaster dengan ligamen gastrocolic yang merupakan
kontinuitas dari greater omentum. Lekukan posteromedial colon transversus
dari bagian lateral dari limpa membentuk splenic flexure. Splenic flexure
7
lebih tinggi dari hepatic flexure. (16)
- Colon sigmoid
Colon descendens distal meninggalkan fossa iliac kiri dan bergabung
dengan colon sigmoid. Loop sigmoid memiliki derajat yang variable dan
kemudian turun untuk bergabung dengan rektum di level S3. Sigmoid
ditutupi sepenuhnya oleh peritoneum. (16)
- Rectum
Panjangnya 15 cm dan berada di antara level vertebra S3 dan ujung
coccyx. Bagian bawah rectum membentuk rectal ampulla. (16)
4. Anal canal
Bagian terminal dari traktus gastrointestinal, 2-3 cm dari ujung coccyx dan
panjangnya 3 cm. MRI adalah modalitas yang penting untuk evaluasi anal
canal, fistula, sphincter robek dan tumor. (16)
Penting untuk membedakan gambaran usus halus dan usus besar pada foto
radiologi. Perbedaan gambaran usus halus dan usus besar dapat dilihat pada gambar 5
dan table 1.
8
Gambar 5. (a) Usus besar. Nampak gambaran haustra. (b) Usus kecil. Nampak
gambaran valvula conniventes(17)
9
dengan klinis yang samar-samar. Dalam sebuah review 140 kasus dengan dugaan
large bowel obstruction, foto polos abdomen memiliki sensiticitas 84% dan
spesifisitas 72%. (5)(18)
Foto polos abdomen idelanya dilakukan dalam tiga posisi (supine, erect dan
left lateral decubitus (LLD)) atau minimal dua posisi yaitu posisi supine dan erect.
Pada posisi supine, dapat ditemukan adanya dilatasi loop usus kecil, dan udara tidak
terdistribusi dengan baik sampai ke distal colon. Pada posisi tegak dan left lateral
decubitus (LLD), dapat ditemukan gambran air fluid level yang memberikan
gambaran stepladder appearance. Gambaran ini merupakan temuan yang khas pada
kasus small bowel obstruction. Pada obstruksi komplit akan didapatkan dilatasi
usus, air-fluid level, dan hilangnya gas pada area usus distal dari obstruksi.
Pemeriksaan ini juga dapat dengan cepat menemukan apakah pasien mengalami
perforasi usus atau tidak.(5)(19)
Meskipun pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup
baik, pemeriksaan ini tidak dapat memberikan informasi mengenai etiologi yang
mendasari terjadinya obstruksi. Selain itu hasil pemeriksaan yang normal juga
mungkin kita dapatkan pada pasien ileus obstruksi tahap awal atau letak proksimal,
sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.(5)
2. Ultrasonography (USG)
Pada pasien ileus obstruksi high grade, evaluasi USG memiliki sensitivitas
diagnostic mendekati 85%. Namun adanya gas intraluminal usus secara signifikan
dapat mengaburkan pemeriksaan, sehingga interpretasi hasil pemeriksaan
terkadang besifat objektif, berdasarkan keahlian pemeriksa. Karena hal tersebut dan
semakin tersedianya pemeriksaan CT scan, pemeriksaan USG saat ini memiliki
peran yang sangat terbatas dalam mendiagnosa ileus obstruksi.Pemeriksaan ini
mungkin dapat dijadikan modalitas evaluasi awal pada pasien dengan hemodinamik
tidak stabil atau dengan gambaran klinis yang meragukan. Pemeriksaan ini juga
dilakukan pada pasien yang harus menghindari paparan radiasi, misalnya wanita
hamil.(5)
3. CT scan
American College of Radiology merekomendasikan pemeriksaan computed
tomography (CT) sebagai modalitas awal untuk evaluasi obstruksi usus pada pasien
10
dengan kecurigaan klinis yang tinggi. Pemeriksaan CT scan dalam mendiagnosis
obstruksi komplit memiliki sensitivitas diatas 90%. Pemeriksaan ini dapat
mengidentifikasi ada atau tidaknya obstruksi, penyebab, lokasi, serta komplikasi
yang mungkin terjadi akibat obstruksi, seperti perforasi dan iskemik
Pada pasien dengan kecurigaan obstruksi namun bukan derajat tinggi atau
ketika terdapat kontraindikasi pemberikan kontras secara IV, maka pemberian
kontras larut air/isoosmolar melalui nasogastric tube direkomendasikan.
Sebaliknya, pemeriksaan intravenous contrast CT pada abdomen dan pelvis
direkomendasikan untuk pasien dengan kecurigaan obstruksi derajat tinggi
berdasarkan gejala klinis atau foto polos abdomen, ketika terdapat intolerasi
pemberian kontras oral atau kontras yang tidak mencapai lokasi yang mengalami
obstruksi.
Pada pasien yang mengalami obstruksi parsial, media kontras oral dapat
terlihat melintasi saluran usus tanpa daerah transisi yang jelas. Temuan klasik pada
pasien dengan obstruksi usus akut adalah dilatasi saluran gastrointestinal di
proksimal obstruksi, dengan dekompresi/kolaps saluran gastrointestinal di distal
obstruksi. Penebalan dinding usus dan aliran media kontras yang buruk ke dalam
bagian usus menunjukkan adanya iskemia. Sedangkan gambaran pneumatosis
intestinalis, pneumoperitoneum, menunjukkan nekrosis dan perforasi.(5)
Gambar 6. Foto abdomen laki-laki berusia 50 tahun dengan nyeri perut, mual dan
muntah. (a) posisi supine menunjukan adanya dilatasi loop usu halus dan tidak
tampaknya gas di usus besar. (b) posisi erect menunjukkan gambaran multiple air fluid
level/stepladder appearance (anak panah) dengan ketinggian yang tidak sama dalam loop
usus kecil yang melebar (garis hitam horizontal).(20)
12
Gambar 7. Partial small bowel obstruction. (A) posisi supine. (B) posisi erect.
Obstruksi parsial pada usus kecil menyebabkan udara dapat melewati titik kolaps,
sehingga terdapat gambaran udara pada usus halus (panah hitam). Hal yang
penting untuk diamati adalah adanya dilatasi loop usus halus (panah putih putus-
putus). Tanda panah putih menunjukan klip riwayat operasi yang pernah dijalani
pasien.(17)
Temuan radiologi CT pada kasus SBO adalah loop usus kecil berisi cairan dan
berdilatasi (diameter > 2,5 cm) di titik proksimal lokasi obstruksi. Pada daerah ini kita
dapat menjumpai small bowel feces sign, yaitu penumpukan cairan dan intestinal
debris. Dapat pula diidentifikasi titik transisi, yaitu titik dimana terjadi perubahan
caliber usus yang awalnya berdilatasi menjadi normal yang mengindikasikan lokasi
obstruksi. Pada titik ini dapat diidentifikasi massa atau penyebab obstruksi, sebagian
besar penyebabnya adalah adhesi. Selain itu, terdapat kolaps usus kecil dan atau usus
besar di distal titik obstruksi. Closed-loop obstruction terjadi ketika dua titik loop usus
pada tingkat yg sama mengalami obstruksi pada satu lokasi, menyebabkan dilatasi
loop usus yang membentuk gambaran huruf U atau C.(17)
13
Gambar 8. CT scan small bowel obstruction karena hernia. Zona transisi (panah
putih padat), usus yang mengalami hernia (panah putih putus-putus), dilatasi
musltipel loop usus kecil di proksimal obstruksi (panah hitam padat) dan kolaps usus
besar (panah hitam putus-putus).(17)
Gambar 9. Small bowel feces sign (panah putih padat), menunjukan akumulasi
cairan, intestinal debris, dan old contrast. Terdapat pula dilatasi loop usus halus
(panah putih putus-putus).(17)
14
Gambar 10. Closed-loop obstruction (anak panah putih padat), gambaran kontras di
proksimal sumbatan yang tidak bisa masuk ke closed-loop (anak panah putih putus-
putus) (17)
Gambar 11. USG pada kasus simple small bowel obstruction. Menunjukan dilatasi
dari usus kecil yang berisi cairan.(21)
Pada foto polos abdomen didapatkan adanya dilatasi loop usus besar di proksimal
titik obstruksi. Karena jumlah usus besar yang terbatas, maka usus besar cenderung
tidak tumpang tindih satu sama lain (seperti halnya loop usus kecil), hal ini terkadang
memungkinkan kita untuk mengidentifikasi lokasi obstruksi dengan melihat segmen
usus besar terakhir yang berisi udara. Terlepas dari titik obstruksinya, cecum
seringkali merupakan segmen usus besar yang paling melebar.(17)
15
Gambar 12. Foto polos abdomen posisi supine laki-laki 67 tahun. Menunjukan
dilatasi kolon ascendens, transversa dan descendens dengan daeran transisi (panah
hitam) (4)
Rectum umunya mengandung sedikit atau tidak sama sekali udara karena letaknya
distal dari titik obstruksi. Mengingat usus besar berfungsi untuk reabsorbsi air, maka
umumnya tidak terlihat gambaran air-fluid level di usus besar. Selain itu, pada kasus
LBO tidak dijumpai dilatasi loop usus halus (kecuali jika telah terjadi inkompenten
katup ileocacal). Katup ileocaceal berfungsi untuk mencegah gas dari usus besar
masuk ke usus halus, sehingga usus besar akan terus berdilatasi diatara titik obstruksi
dan katup ileocaecal. Jika tekanan intrakolon meningkat cukup tinggi dan katup
ileocecal terbuka (inkompeten katup ileocaecal), gas dari usus besar mengalami
dekompresi mundur ke usus kecil, seperti udara yang keluar dari balon. Sehingga dapat
menghasilkan gambaran dilatasi usus kecil yang tidak proporsional dibandingkan
dengan usus besar yang mengalami dekompresi. Kondisi ini dapat membingungkan
karena dapat memberikan gambaran SBO. Pada kondisi ini kita dapat melakukan
pemeriksaan CT abdomen.(17)
Pemeriksaan CT abdomen dilakukan untuk mengetahui secara pasti lokasi dan
etiologi obstruksi, menilai adanya udara bebas di ruang intraperitoneal, dan
mengidentifikasi lesi terkait, misalnya metastasis ke liver dan limfo nodus apabila
penyebab obstruksi adalah karena keganasan. Dapat ditemukan adanya dilatasi usus
besar di proksimal titik obstruksi, diikuti dengan caliber usus besar yang normal pada
distal lesi. Penyebab tersering obstruksi pada usus besar adalah karsinoma, yang
memberikan gambaran seperti massa jaringan lunak pada CT scan.(17)
16
Gambar 13. Gambaran CT abdomen laki-laki 76 tahun dengan LBO (a) CT scout
menunjukan dilatasi usus besar yang berisi udara dimulai dari kuadrran kiri atas
(panah putih). (b) CT scan abdomen potongan koronal dengan pemberikan
kontras secara IV, menunjukan adanya obstruksi adenokarsinoma kolon kiri
(panah putih) disertai perforasi dan abses yang berdekatan (panah hitam).(4)
Gambar 14. USG large bowel obstruction. Gambran dilatasi loop kolon asendens (di
atas anak panah). Karena semua loop usus besar yang tervisualisasi terisi dengan
substansi padat, sehingga sulit untuk mengidentifikasi loop usus.(21)
17
tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan
yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.(22)
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal
distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada mungkin pula tidak
ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan
perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut
kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien bervariasi dari ringan sampai berat
bergantung pada penyakit yang mendasarinya, didapatkan adanya distensi abdomen,
perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak
terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak
pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas
negatif).(22)
Foto polos abdomen sangat membantu menegakkan diagnosis. Pada ileus
paralitik akan ditemukan distribusi udara sampai ke dital, distensi lambung usus halus
dan usus besar, selain itu bila ditemukan air fluid level biasanya berupa suatu
gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif
yang memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga).(22)
Gambar 15. Ileus paralitik, posisi supine(kiri) dan tegak (kanan). Nampak
distribusi udara sampai ke distal (panah kanan), dilatasi usus besar (panah putih), dan
dilatasi usus halus (panah putih putus-putus) (22)
Iskemia mesenterika akut (IMA) adalah sindrom yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya aliran darah yang melalui pembuluh mesenterika, mengakibatkan iskemia
18
dan bahkan gangren dinding usus. Atrial fibrilasi, penyakit kardiovaskular atau
penyakit arteri perifer, khususnya seseorang yang baru saja mengalami infark miokard,
memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami iskemik mesenteric akut.(23)
Perfusi darah yang tidak adekuat pada usus halus dan kolon dapat terjadi akibat
oklusi arteri oleh emboli atau thrombus, oklusi vena trombotik, atau proses non oklusi
seperti vasospasme pembuluh darah atau karena curah jantung rendah. Insufisiensi
arteri ini menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan, yang kemudian menyebabkan
spasme dinding usus (gambar 1). Kondisi ini menyebabkan terjadinya pengosongan
usus dengan muntah atau diare. Pengelupasan mukosa usus dapat terjadi sehingga
menyebabkan perdarahan saluran cerna. Jika terus berlanjut kerusakan barrier mukosa
dapat terjadi, menyebabkan bakteri, toksin dan substansi vasoaktif dilepaskan ke
dalam pembuluh darah.(23)
Secara klinis pasien mengeluhkan nyeri abdomen sedang-berat, difus,
terlokalisasi, konstan dan kadang-kadang kolik. Mual dan muntah dapat ditemukan
75% kasus. Didapatkan pula anoreksian dan diare yang kemudian berlanjut menjadi
obstipasi. Distensi abdomen dan perdarahan gastrointestinal merupakan gejala utama
yang dijumpai pada 25% kasus. Jika terjadi gangren pada usus, maka dapat dijumpai
perdarahan rectal dan tanda-tanda sepsis (takikardi, takipnea, hipotensi, demam dan
perubahan tingkat kesadaran).(23)
Foto polos abdomen hanya membantu mendiagnosa pada 20-30% kasus IMA,
dan sering memberikan gambaran normal, sehingga hasil yang normal tidak
menyingkirkan kemungkinan IMA. Namun, foto polos abdomen diperlukan untuk
menyingkirkan penyebab nyeri abdomen yang dapat diidentifikasi, misalnya perforasi
yang ditandai dengan adanya udara bebas di intraperitoneal.(23)
Temuan bermakna pada foto polos abdomen biasanya terlambat dan tidak
spesifik, dapat memberikan gambaran ileus obstruksi letak tinggi, edema atau
penebalan dinding usus. Tanda yang lebih spesifik untuk IMA, seperti pneumatosis
intestinalis (gas di submukosa) dan gambaran thumb printing usus.(23)
19
Gambar 2. A. gambaran radiologi spasme usus (tanda awal iskemik usus). B. Gambaran
thumb printing yang khas pada IMA(23)
20
Sindrom ini ditandai dengan hilangnya peristaltik, mengakibatkan dilatasi
kolon besar-besaran, umumnya pada kolon ascendens atau seluruh kolon dan
menyerupai gambaran ileus obstruksi letak rendah. (17)
21
Tabel 2. Diagnosa banding ileus obstruksi(17)(22)(23)
Penyakit Definisi Gejala dan Tanda Gambaran radiologi
Ileus keadaan di mana usus gagal -Distensi abdomen Foto polos abdomen :
Paralatik / tidak mampu melakukan -Anoreksi, mual dan obstipasi -Distribusi udara sampai ke
kontraksi peristaltik untuk -Perasaan tidak nyaman di distal
menyalurkan isinya. perut - Dilatasi loop-loop usus
-Bising usus lemah/tidak -Air fluid level berupa satu
terdengar garis lurus
-Perkusi timpani
-Tidak ada nyeri tekan dan
nyeri lepas
Iskemia Iskemia/gangren dinding -Nyeri abdomen sedang-berat, Foto polos abdomen :
Meseterik usus karena tidak difus, tidak terlokalisasi, -Spasme usus
Akut adekuatnya aliran darah konstan, terkadang kolik. -Thumb printing
yang melalui pembuluh -Perdarahan gastrointestinal. - Pneumatosis intestinal
mesenterika. -Mual-muntah
Faktor resiko : Atrial -Anoreksia, diare
fibrilasi, penyakit -Distensi abdomen
kardiovaskular atau
penyakit arteri perifer.
Acute Hilangnya peristaltik usus -Distensi abdomen Foto polos abdomen :
Intestianl mengakibatkan dilatasi -Tidak ada nyeri perut
20
Pseudoobs kolon, sehingga menyerupai -Bising usus normal atau Gambaran menyerupai ileus
truction gambaran ileus obstruksi meningkat obstruksi letak rendah
(Sindrom letak rendah. (pseudo obstruction), namun
Ogilvie) Terjadi pada pasien dewasa tidak didapatkan adanya
lanjut usia yang dirawat di sumbatan mekanik.
rumah sakit, tirah baring
lama, atau karena efek
penggunaan obat.
21
2.7 Contoh Kasus
KASUS PENDERITA
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Z
Umur : 69 tahun
No. Rekam Medik : 950500
Alamat : Jl. Teuku Umar
Ruang Perawatan : Bedah IGD RS. Wahidin Sudirohusodo
Tanggal MRS : 18 Oktober 2021
2. Anamnesis
Keluhan utama :
Tidak BAB sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien masuk ke IGD Bedah dengan keluhan tidak BAB sejak 3 hari
lalu, dan tidak flatus. Keluhan disertai nyeri seluruh perut, dirasakan seperti
menusuk-nusuk. Riwayat BAB seperti kotoran kambing ada sejak 2 bulan
terakhir. Riwayat bercampur darah tidak ada. Riwayat BAB encer tidak ada.
.Riwayat BAB hitam sebelumnya tidak ada. Pasien mengeluh lemas, sulit
makan, mual dan muntah ada. Riwayat penurunan BB tidak ada. Riwayat
operasi tidak ada.
3. Pemeriksaan Fisis
Status Generalis :
Sakit berat/Gizi cukup/Composmentis/GCS E4M6V5
Status Vitalis :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
22
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,1°C
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Leher : Nyeri tekan tidak ada.Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
a. Thorax
Inspeksi : Pergerakan hemithorax simestris kanan dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus normal pada paru kanan dan kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronkhi -/-, wheezing -/-
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan atas jantung ICS II Dextra
Batas kiri atas jantung ICS II Sinistra
Batas kiri bawah jantung ICS V line midclavicularis
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular
c. Abdomen
Inspeksi : Cembung ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik kesan menurun
Palpasi : Nyeri tekan (+), massa tumor (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Asites (-)
d. Ekstremitas
23
Ekstremitas superior : udem (-/-), gerak (+/+), kekuatan (5/5)
Ekstremitas Inferior : udem (-/-), gerak (+/+), kekuatan(5/5)
e. Pemeriksaan lainnya
Rectal Toucher: Sphingter ani mencekik, ampula tidak collapse,
mukosa licin, tidak teraba massa
4. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 12.1 x 103/Ul 4-10 x 103 /uL
RBC 4.76 x 106/Ul 4-6 x 106/uL
HB 14.7 g/dl 12-16 g/dl
HCT 44.0% 37-48%
MCV 93 Fl 80-97 fL
MCH 31 pg 26.5-33.5 pg
MCHC 33 g/dl 31.5-35 g/dl
PLT 365 x 103/uL 140-400 x
103/uL
NEUT 84,1% 52,0-75%
LYMPH 9,7% 20,0-40,0 %
MONO 4,2 x 103/uL 2,0 - 8,0 x
103/uL
EO 1,3 x 103/uL 1,0 - 3,0 x
103/uL
BASO 0,09 x 103/uL 0,00-0,10 x
103/uL
PT 11,8 detik 10-14 detik
APTT 26,6 detik 22,0-30,0
detik
GDS 120 mg/dl 140 mg/dl
24
Ureum 37 mg/dl 10 - 50 mg/dl
Kreatinin 0,85 mg/dl L: <1,3 P:<1,1
mg/dl
SGOT 15 U/L <38 U/L
SGPT 35 U/L <41 U/L
Albumin 4,6 gr/dl 3,5-5,0 gr/dl
Natrium 135 mmol/l 136-145
mmol/l
Kalium 3,6 mmol/l 3,5-5,1 mmol/l
Klorida 101 mmol/l 97-111 mmol/l
25
5. Hasil Radiologi
26
27
Pemeriksaan foto polos abdomen 3 posisi (18 Oktober 2021)
Hasil pemeriksaan :
- Udara usus tidak terdistribusi hingga ke distal colon
- Tampak dilatasi loop-loop usus halus dan usus besar disertai gambaran herring
bone
- Tampak gambaran air fluid level bertingkat yang memberikan gambaran step
ladder pattern
- Kedua psoas line sulit dievaluasi, kedua preperitoneal fat line baik
- Tulang-tulang intak
Kesan :
Gambaran ileus obstruksi
28
6. Resume Klinis
Tn Z, 69 tahun, masuk ke IGD Bedah dengan keluhan tidak BAB sejak 3
hari lalu, dan tidak flatus. Keluhan disertai nyeri menusuk-nusuk di seluruh
perut. Riwayat BAB seperti kotoran kambing ada sejak 2 bulan terakhir. Pasien
mengeluh lemas, sulit makan, mual dan muntah ada.
Keadaan umum didapatkan pasien sakit berat, kesadaran compos mentis.
GCS E4 M6 V5, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x /menit, pernapasan
20x menit, suhu 36.1 C. Inspeksi abdomen cembung ikut gerak nafas, tampak
distended, auskultasi abdomen peristaltik menurun. Rectal toucher didapatkan
sphingter ani mencekik, ampula tidak kolaps, mukosa licin, serta tidak teraba
massa.
Pada hasil pemeriksaan radiologi, didapatkan gambaran ileus
obstruksi.
7. Diagnosis
Ileus Obstruksi
8. Terapi
a. Infus NACl 0,9% 20 ttm
b. Ceftriaxone 1g/12 jam/ IV
c. Metomizole 1g/12jam/IV
d. Ramitidin 50mg/12jam/IV
e. Pasang NGT
f. Pasang kateter
g. Rencana laparotomy eksplorasi CITO
29
DAFTAR PUSTAKA
6. Sjamsuhidajat R. D jong wim. No Title. Buku Ajar Ilmu Bedah EGC, Ed 3. 2014;
10. Doshi R, Desai J, Shah Y, Decter D DS. No Title. Incid Featur in-hospital outcomes
Predict in-hospital Mortal Assoc with toxic megacolon Hosp United States.
2018;881–7.
11. Wade, C. I. & SM. No Title. Anatomy, Abdomen Pelvis, Abdomen Treasure Isl
StatPearls; 2020. 2020;
30
2020https//radiopaedia.org/articles/stomach?lang=us. 2020;
14. Klein JS, Brant WE, Helms CA VE. No Title. Brant Helms’ Fundam Diagnostic
Radiol. 2019;
16. Butler P, Mitchell AWM EH. No Title. Appl Radiol Anatomy; 2015
doi101017/CBO9780511663406. 2015;
17. Herring W. Learning Radiology Recognizing The Basics. 3rd ed. Elsevier Ltd;
2016. 150–157 p.
20. Paulson EK, Thompson WM. Review of small-bowel obstruction: The diagnosis
and when to worry. Radiology. 2015;275(2):332–42.
21. Bland KI. Abdominal sonography for the diagnosis of bowel obstruction. Ann Surg.
1996;223(3):235–6.
22. Djumhana A SA. Ileus paralitik Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009;226.
2009;226.
31