Cerpen Kelompok

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

TEMAN PERTAMA DI HIDUPKU

Aku hanya tertududuk terdiam menundukan kepalaku, ya... seperti ini lah
kehidupanku disekolah yang menurutku sangat kejam ini. Bagaimana tidak ?semua
anak membenciku karna aku seorang putri yang profesi orang tuaku adalah seorang
penjual susu kaleng keliling yang memaksakan diri bersekolah disekolahan elit
seperti ini, jika tidak karena beasiswa yang kudapat mungkin aku sudah melawan
perbuatan mereka yang menurutku sudah di luar batas peri kemanusiaan.
Bel istirahat berbunyi semua anak berhamburan keluar terkecuali hanya aku
yang tersisa diruangan yang bagaikan neraka ini, aku terduduk menunduk seluruh
wajahku tertutup oleh rambut hitam panjangku. Cukup lama aku terdiam disini
hingga pada saatnya aku merasa bosan, akhirnya aku putuskan untuk melangkah
pergi keluar kelas.
Dengan berjalan menunduk menyusuri trotoar kelas dan bertemu dengan
para mulut kejam yang tak salah lagi sedang membicarakanku, aku tidak peduli
aku tetap melanjutkan langkahku. Sampai suatu saat sesuatu mengenai kepalaku,
benda itu terjatuh di bawah tepatnya dihadapan kakiku, ternyata itu hanya botol air
mineral yang tak berisi, aku memungut botol itu dan memasukannya kedalam
ember sampah yang berada disampingku. Saat hendak memasukkan botol itu
semua anak melempariku dengan tepung dan juga telur aku hanya terdiam
menunduk pasrah menerima perlakuan mereka.
Semua anak menghampiriku, salah satu dari mereka mendorong tubuhku hingga
aku terjatuh ke lantai.
"bangunlah.... ayo bangun anak miskin!" ucap seorang murid pria yang
mendorongku tadi
Aku hanya bisa menangis menunduk, semua anak memukuliku hingga
seluruh wajahku memar.
Tak berseling lama tiba-tiba seseorang datang yang tak lain itu adalah ibu kim,
guru wali kelasku.
"Hentikan semuanya!" teriyaki ibu Kim,
Sesaat semua murid yang mengelilingiku terkejut dan spontan berlari
berhamburan memasuki ruangan kelasnya masing-masing. Ibu Kim secepat
mungkin mendekatiku dan membantuku berdiri, "Kau tak apa Melati?" tanya ibu
Kim lembut
"Tidak bu, aku baik-baik saja" jawabku menunduk
"Lebih baik kau obati dulu lukamu, dan ibu akan meminta seragam baru untukmu"
tutur ibu Kim
"Tidak bu tidak usah, aku baik-baik saja, terima kasih" kataku
"Baiklah, kau akan diijinkan pulang sekarang, ibu yang akan bertanggung jawab"

Oh sungguh ini tak begitu buruk untukku, akhirnya aku bisa pulang lebih cepat
juga mimpi aapa aku semalam sampai bisa beruntung seperti ini.

Aku mengangkat wajahku kulihat disebelah ibu Kim berdiri seorang anak pria
berpakaian seragam dan tersenyum padaku, jelas saja dia bukan siswa sekolah ini
aku pun baru melihatnya.
Ibu Kim berkata jika ia pun akan memasuki ruangan kelasku untuk mengenalkan
murid baru, aku berjalan mengikuti ibu Kim tepatnya dibelakang murid pria baru
itu

Sesampainya diruang kelas aku segera menuju tempat dudukku dan mengambil tas
milikku, semua anak memandangku sinis meski aku tidak melihatnya langsung
karna aku menundukan kepalaku ketika berjalan tapi aku bisa merasakannya.
***

Pagi yang begitu cerah, membuat bahagia siapapun orangnya yang melihat
keindahannya, angin pagi berhembus kencang menerpa tubuhku. Langkah demi
langkah aku tapaki hingga sampailah kedepan gerbang sekolahku.

Aku memasuki ruang kelasku, terlihat disana beberapa orang anak memandangku
dengan sinis bahkan ketika aku melewati mereka, mereka menghalang jalanku dan
mendorong tubuhku hingga terjatuh. hanya tawa kesenangan yang mereka
dapatkan.
Tiba-tiba seseorang mengulurkan tangannya padaku, aku secepat mungkin
memastikan orang itu, ternyata itu adalah murid baru yang kemarin aku bertemu
dengannya.
"ayolah... bangun.." ucap pria itu yang akupun tak mengenalnya

Sontak semua anak merasa heran dan bingung,


"Fandy! apa yang sedang kau lakukan?" tanya seorang murid laki-laki padanya
tapi dia tak menghiraukannya

Aku tak menerima uluran tangan miliknya, aku berfikir dia pun pasti sama seperti
anak-anak lain, akhirnya aku pergi berlari keluar kelas.

Aku menangis dibawah pohon ditaman, aku tak peduli bel pelajaran sekolah
dimulai. Hatiku hancur kenapa juga aku harus dilahirkan oleh sepasang keluarga
penjual susu kaleng keliling? kenapa aku tidak seperti mereka? tuhan tak adil!.

Sampai sekolah sepi ditinggalkan oleh penghuninya, aku masih tetap berada
dibawah pohon itu terduduk dengan kaki menegak menompang tangan dan daguku
pandanganku sayu kedepan.

Tiba-tiba seseorang memegang pundakku, aku menoleh


"kau..." ucapku
"yah ini aku, apa aku boleh duduk disampingmu ?" tanya pria itu
"Untuk apa kau kemari ? apa kau pun ingin melihat seberapa menyedihkannya
aku ?" Tanyaku dingin
"Tidak! aku kemari ingin berkenalan denganmu...." jawab pria itu
"Lebih baik kau pergi saja, bukankah teman-teman kayamu juga sudah pergi
meninggalkan sekolah ini?" tanyaku lagi kecut
"Biarlah, tapi aku ingin bersamamu...." jawab nya

aku memandangnya muak secepat mungkin aku pergi meninggalkannya tapi ia


mengejarku.
"Aku ingin menjadi temanmu, tak bisa kah kau terima aku menjadi temanmu?"
tanya pria itu mengikuti dibelakangku
aku tak memperdulikannya, aku berlari berusaha menghindar darinya tapi ia tetap
mengejarku.

Keesokan harinya anak pria murid baru itu tetap mengikutiku kemanapun
aku pergi, dan anehnya pagi itu tak ada ejekan yang terlontar dari mulut semua
murid disini tidak seperti biasanya, "Aku yang mengencam mereka untuk tidak
memperlakukanmu dengan buruk!" tuturnya padaku ketika aku sedangterduduk
sendiri dibangku ruang kelas "Apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti dengan
perkataanya
"Aku ingin menjadi temanmu... apa kau benar-benar membenciku ?aku hanya
ingin menjadi temanmu tak lebih!"
"kenapa harus aku?" tanyaku "Dan asal kau tau aku tidak butuh siapapun disekolah
ini termasuk seorang teman!" lanjutku tegas
"Tapi kenapa?" tanyanya
"Apa kau tak mengerti atau memang pura-pura tidak mengerti?" semua orang
orang disini tak ada yang baik satu pun! apa itu yang selalu dilakukan oleh orang-
orang kaya terhadap orang miskin sepertiku?" tanyaku dengan kedua bolamataku
menatapnya
"Tidak semua orang seperti itu...." jawabnya
"Tidak?" tanyaku " Apa ada didunia ini orang yang memihak kepada orang miskin
sepertiku ?"lanjutku menangis
"Ada!" jawabnya "Akulah orangnya, aku berada dipihakmu. Tak peduli siapa
kamu dan siapa aku ... Yang jelas aku ingin berteman denganmu" Lanjutnya

Aku sejenak terdiam memandang matanya dalam.


"apa kau tidak malu jika berteman denganku?" Tanyaku masih memandang
matanya
"Malu? apa maksudmu?" tak peduli siapa kamu dan siapa aku bagiku itu tak
penting bukankah berteman dengan siapapun bisa tanpa harus memandang derajat
orang tersebut?" jelasnya

Aku tersenyum padanya, ia pun membalas senyumanku dengan manis.

Anda mungkin juga menyukai