Naufal Wira Pratama - Praktikum 7
Naufal Wira Pratama - Praktikum 7
(..................................) (4 N o ve m b e r 2 0 2 1 )
LAPORAN PRAKTIKUM
GEOMORFOLOGI DASAR
Oleh :
LABORATORIUM GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
A. JUDUL
BENTUK LAHAN ASAL PROSES DENUDASIONAL
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi bentuk lahan denudasional dan menganalisis
proses pembentukannya
2. Mahasiswa mampu menganalisis proses pembentukan bentuk lahan denudasional
3. Mahasiswa mampu mengamati bentuk lahan asal proses denudasional pada citra satelit
(google earth/google maps)
4. Mahasiswa mampu menganalisis proses terjadinya lahan rusak
• Jenis-jenis pelapukan
1) Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan
volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan
(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan petir),
atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan.
2) Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap
massa batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan mineral,
sehingga membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi yaitu:
- Komposisi batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada
juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas
asam arang akan cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air,
oksigen dan asam arang.
- Iklim
Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
- Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti
makin cepat pelapukannya.
- Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti
makin cepat pelapukannya.
3) Pelapukan organik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti
lumut. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat
mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-
tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat
kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan
menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman
mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas
penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
b. Erosi
Erosi adalah proses terlepsnya agrerat material (tanah atau batuan lapuk) dan
terpindahnya material tersebut ke tempat lain.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah :
- Iklim
Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur,
kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan
distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan
kecepatan aliran permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain
sebagai agen transport dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama
dengan temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari terhadap
evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti
memperbesar investasi tanah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap
kepekaan erosi tanah.
- Topografi
Kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng
mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen.
Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan dan memperbesar
kecepatan aliran permukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya
angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.
- Vegetasi
Vegetasi berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis
tumbuhan, aliran permukaan dan jumlah erosi.
c. Gerak massa batuan
Gerak massa batuan yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah
yang ada di lereng oleh pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa
air. Ada yang menganggap mass wasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada
pula yang memisahkannya. Hal ini mudah dipahami karena memang sukar untuk
dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada
batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya
berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya
sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan
adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh
adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi. Faktor-faktor pengontrol mass
wasting antara lain :
- Kemiringan lereng
Semakin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan maka semakin besar
peluang terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.
- Relief lokal
Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah, perbukitan
mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.
- Ketebalan hancuran (debris) di atas batuan dasar
Ketebalan hancuran batuan atau debris di atas batuan dasar makin tebal hancuran
batuan yang berada diatas batuan dasar, maka semakin besar pula peluang untuk
terjadinya Mass Wasting, karena permukaan yang labil makin besar pula.
- Orientasi bidang lemah dalam batuan
Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan,
karena orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi
yang lapuk akan bergerak.
- Iklim
Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass
wasting.
d. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang diangkut oleh media air,
angin, es atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai
merupakan hasil dan proses pengendapan material- material yang diangkut oleh air
sungai sedangkan gumuk pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi
pantai merupakan pengendapan yang diangkut oleh angin. Macam-macam
pengendapan berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1) Sedimentasi akuatis adalah sedimentasi yang disebabkan oleh air dimana proses
pengendapannya dibawa oleh aliran air di tempat yang dilaluinya. Contoh : Delta.
2) Sedimentasi marine adalah sedimentasi yang disebabkan oleh air laut dimana
proses pengendapannya dibawa oleh gelombang air laut. Contoh : Tumpukan
karang di pantai.
3) Sedimentasi aeolis adalah sedimentasi yang disebabkan oleh aangin dimana
proses pengendapannya dibawa oleh hembusan angin. Contoh : Gumuk pasir.
b. Analisis
Pada pengamatan praktikum kali ini, kenampakan bentuk lahan denudasional yang
terdapat pada tabel yaitu plateau, mesa, butte, pinnacle, pegunungan denudasional,
perbukitan denudasional, dan lahan rusak. 1) Plateau adalah dataran yang terletak
pada ketinggian di atas 700-1.000 meter di atas permukaan air laut. Plateau terbentuk
sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Plateau memiliki ukuran yang luas dan berbentuk
seperti meja. 2) Mesa adalah bukit datar yang berukuran sedang. Mesa memiliki luas
permukaan kurang dari 10 km dan banyak ditemukan di daerah kering. Sisi lereng
mesa selalu tererosi dan menyisakan endapan pasir halus di setiap sisinya. 3) Butte
adalah bukit datar yang kecil dan runcing, serta terbentuk dari sisa hasil erosi mesa.
Luas butte lebih kecil dari mesa, yaitu kurang dari 1.000 meter persegi. 4) Pinnacle
adalah contoh bentuk lahan denudasional yang terbentuk karena erosi lateral oleh
sungai yang menyebabkan erosi vertikal yang terjadi secara berkelanjutan. Pinnacle
memiliki bentuk runcing seperti tiang dan berukuran lebih kecil dari mesa dan butte.
5) Pegunungan denudasional adalah pegunungan yang terbentuk akibat dua proses
utama, yaitu pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng
bawah oleh proses erosi dan gerak dari batuan. Pegunungan denudasional mempunyai
topografi bergunung dengan lereng sangat curam, mempunyai lembah yang dalam dan
berdinding terjal berbentuk V karena proses yang dominan adalah pendalaman
lembah. 6) Perbukitan denudasional adalah bukit yang terjadi akibat terjadinya erosi
yang cukup kuat, tetapi batuannya resisten sehingga hanya lereng-lereng bukit yang
tererosi. Perbukitan denudasional memiliki ketinggian kurang dadi 500 m dan
dikelilingi oleh lembah-lembah. 7) Lahan rusak merupakan daerah yang mempuny ai
topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat schingga
mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir
tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif
sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
Menganalisis bentuk lahan denudasional yang terdapat pada citra satelit (sebutkan dan
jelaskan kenampakan denudasional yang ditemui)
Bentuk lahan denudasional yang terdapat pada citra satelit yaitu mesa, butte,
pinnacle, dan lahan rusak. Seperti yang terlihat para citra satelit, mesa memiliki
bentuk yang luas dibandingkan kenampakan lainnya. Mesa memiliki luas permukaan
kurang dari 10 km. Sedangkan butte memiliki ukuran lebih kecil dari mesa, tetapi
memiliki ukuran yang lebih besar dari pinnacle. Ukuran butte kurang dari 1.000 meter
persegi. Pinnacle merupakan contoh bentuk lahan denudasional yang memiliki ukuran
yang paling kecil jika dibandingkan dengan mesa dan butte. Pinnacle memiliki bentuk
runcing dan tinggi serta berukuran kecil. Lahan rusak merupakan daerah yang
mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat
kuat schingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam
serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat
aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
Lahan rusak merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam
hingga sangat curam. Lahan rusak terjadi akibat proses erosi yang mengikis sangat
kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam
serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat
aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
Proses dominan pembentuk lahan denudasional yaitu pelapukan dan erosi. Akibat
dari proses pelapukan adalah terjadinya perubahan warna pada batuan, misalnya
kuning-coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Proses pelapukan ini
berlangsung lambat, karena telah berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama maka
di beberapa tempat terjadi pelapukan yang sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang
hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali. Hal ini terjadi
sebagai akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke
tempat lain. Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan
partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada
tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal
hewan yang membuat liang, dalam hal in disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan
pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan
dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Pada saat menganalisis bentuklahan dan mencari bentuklahan pada mode citra
satelit dan mode medan, menurut saya lebih mudah menggunakan mode medan untuk
menunjukkan bentuklahan di suatu tempat karena pada saat menggunakan mode medan, maka
bentuklahan yang dicari akan terlihat dengan jelas ukuran dan bentuknya. Sedangkan untuk
mode citra satelit menurut saya sulit karena bentuklahan yang dicari tidak terlalu terlihat yang
disebabkan oleh warna disekeliling dan bentuklahannya yang sama.
G. KESIMPULAN
Secara umum, bentuk lahan denudasional adalah bentuk lahan yang terjadi akibat sebuah
proses yang mengakibatkan terjadinya pengikisan permukaan bum sehingga akan menjadi
bentukan yang lebih rendah dan proses tersebut akan terhenti apabila permukaan bumi telah
mencapai level dasar yang sama dengan permukaan disekitarnya (baselevel)
Ciri-ciri bentuk lahan denudadional yaitu :
Nazhiffa, Yuaffi., Anwar, Syafri., Afdhal. (2017). RELEVANSI BENTUK LAHAN DENGAN
KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA DI KELURAHAN
BALAI GADANG KOTA PADANG. Jurnal Swarnabhumi. 2(1).
Tabel kenampakan bentuklahan asal proses denudasional (Digambar dan diwarnai manual,
kenampakan asal proses denudasonal meliputi : Plateau, Mesa, Butte, Pinnacle, Pegunungan
denudasional, bukit denudasional, dan bukit/lahan terisolir)
LAMPIRAN B
Gambar identifikasi bentuklahan denudasional (tunjukan mana yang bute, messa, dan
lahan rusak)
Lahan
Mesa
rusak
Butte
(tunjukan mana yang butte, mana messa dan lahan rusak) citra ini sama dengan citra sebelumnya,
hanya saja yang ini diambil dalam mode satelit)
Lahan
rusak
Mesa
Butte
s
(tunjukan mana yang bute, messa, dan lahan rusak)
Lahan
rusak
Butte
Mesa
(tunjukan mana yang butte, mana messa dan lahan rusak) citra ini sama dengan citra sebelumnya,
hanya saja yang ini diambil dalam mode satelit
Lahan
rusak
Butte
Mesa
Lahan
rusak
(tunjukan messa dan pinnacle)
Pinnacle
Mesa
Mesa
(tunjukan mana messa, dan pinnacle) citra ini sama dengan citra sebelumnya, hanya saja yang ini
diambil dalam mode satelit
Pinnacle
Mesa
Mesa