Rontik (Rt.2), Baruu
Rontik (Rt.2), Baruu
Rontik (Rt.2), Baruu
OLEH:
KELOMPOK 5
Nurhikmah (18301060)
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt. Yang maha pengasih, penulis panjatkan puji
syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga dapat mneyelesaikan makalah ini. Makalah ini telah penulis sususn
dengan semaksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat mempelancar pembuatannya. Makalah ini belum sempurna, penulis
menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan di masa
mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................3
BAB II: PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Pengertian Presbikusis ..........................................................................4
B. Tanda dan Gejala Presbikusis ...............................................................4
C. Etiologi dan Patofisiologi Presbikusis ...................................................5
D. Manifestasi Klinis Presbikusis ..............................................................10
E. Faktor Resiko Presbikusis......................................................................10
F. Penatalaksanaan Presbikusis...................................................................12
G. Pencegahan presbikusis..........................................................................12
H. Komplikasi Presbikusis .........................................................................13
I. Konsep Asuhan Keperawatan Presbikusis .............................................13
BAB III: PENUTUP..........................................................................................20
A. Dimpulan................................................................................................20
B. Saran ......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Tentang Bagaimana “Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan
Perubahan Fisiologis Sistem Penginderaan (Presbikusis)?”
b. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tentang Pengertian presbikusis.
b. Mendeskripsikan Tentang tanda dan gejala presbikusis.
c. Mendeskripsikan Tentang etiologi dan patofisiologi presbikusis.
d. Mendeskripsikan Tentang manifetsi klinis presbikusis.
3
e. Mendeskripsikan Tentang factor resiko presbikusis.
f. Mendeskripsikan tentang penatalaksanaan presbikusis.
g. Mendeskripsikan Tentang pencegahan presbikusis.
h. Mendeskripsikan Tentang komplikasi presbikusis.
i. Mendeskripsikan Tentang konsep asuhan keperawatan presbikusis.
j.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Presbikusis
Presbikusis adalah kurang pendengaran sensorineural pada usia lanjut
akibat proses degenerasi organ pendengaran, terjadi secara berangsur-angsur dan
simetris. Terbanyak pada usia 70 – 80 tahun. Presbikusis dialami sekitar 30-35%
pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi di atas 75 tahun.
Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada wanita (Zulfikar, dkk
2018). Presbikusis merupakan gangguan sensorik yang sering terjadi pada lansia,
dan prevalensianya meningkat sesuai bertambahnya usia. sebagian besar pada
orang berusia 60 tahun atau lebih dan sebagian besar terjadi karena proses
neurodegeneratif.
3
Dilaporkan bahwagangguan pendengaran merupakan kondisi kronik
ketiga terbanyak yang terjadi di Amerika. Gangguan pendengaran dimulai sejak
usia 30 sampai 40 tahun. jadi semakin bertambahnya usia, maka akan semakin
meningkatnya prevalensi kejadian gangguan pendengaran. Banyak faktor- faktor
lain yang juga mempengaruhi gangguan pendengaran, salah satunya tingkat
pendidikan. Dilaporkan bahwa prevalensi gangguan pendengaran lebih tinggi
terjadi pada kelompok yang kurang akan hal pendidikan. Ini dikaitkan karena
kurangnya atau terbatasnya akses ke layanan kesehatan, paparan kebisingan
ataupun penyalahgunaan obat-obatan yang menyebabkan ototoksik.
2) Presbikusis Neural
Prebikusis neural terjadi karena adanya degenerasi atau penurunan fungsi saraf
pendengaran, berdasarkan histologinya sekitar 50% atau 35.500 neuron yang
hilang pada koklea, dan sekitar 2.100 sel neuron akan hilang setiap 10 tahunnya.
3
Apabila sudah ada tanda terjadinya penurunan diskriminasi bicara,
disebabkan sel neuron yang hilang sekitar 50% dan apabila hilangnya sudah
mencapai 90%, maka akan terjadi perubahan pada ambang pendengaran dan
kemungkinan sebagian besar disebabkan hubungan genetik. Keparahan tipe ini
menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan
dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan
pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab
gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Pengurangan
jumlah sel-sel neuron ini sesuai dengan normal speech discrimination. Bila
jumlah neuron ini berkurang di bawah yang dibutuhkan untuk tranmisi getaran,
terjadilah neural presbyacusis. Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih
parah terjadi pada basal koklea. Gambaran klasik : speech discrimination sangat
berkurang dan atrofi yang luas pada ganglion spiralis
3
Presbikusis koklear konduktif yang disebut juga presbikusis mekanik,
merupakan proses perubahan degeneratif akibat perubahan pada daerah basal
koklea yang menjadi kaku. Gangguan pada tipe ini berupa, adanya gangguan
pada frekuensi yang rendah dan tidak ada masalah pada pengenalan suara dan
sering dengan bertambahnya usia terjadi proses degeneratif yang akan
menyebabkan hipoperfusi hingga iskemik pada daerah koklea, sehingga
terjadinya gangguan pendengaran. Histologi : Tidak ada perubahan morpologi
pada struktur koklea ini. Perubahan atas respon fisik khusus dari membran
basalis lebih besar di bagian basal karena lebih tebal dan jauh lebih kurang di
apikal, di mana di sini lebih lebar dan lebih tipis. Kondisi ini disebabkan oleh
penebalan dan kekakuan sekunder membran basilaris koklea. Terjadi perubahan
gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis.
Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat lambat.
3
Pathway gangguan persepsi sensori pada presbikusis
Multifaktor
Degenerasi, Lingkungan, Arteriosklerosis
Perubahan status
Klien menarik diri Kehilangan pendengaran kesehatan
Cemas
3
mengenali suara. Pada awalnya kehilangan sensitivitas ambang dengar pada
frekuensi tinggi yaitu 8000 Hz, dan perlahan-lahan mengakibatkan frekuensi-
frekuensi yang penting dalam memahami bicara yaitu pada frekuensi 1000-3000
Hz. Pada semua kasus presbikusis penderita selalu mengeluhkan bahwa meraka
tidak dapat mendengar atau tidak dapat memahami lawan bicara.
a) Genetik
Riwayat dalam keluarga sangat berperan dengan terjadinya presbikusis. Dampak
keadaan genetik lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-
laki, dan yang sering terjadi ialah presbikusis strial atau metabolik, Sekitar 55%
kasus presbikusis didapatkan banyak terjadi karena faktor genetik.
b) Faktor Lingkungan
Memiliki peranan besar sebagai penyebab keparahan pada gangguan
pendengaran. Terutama karena paparan-paparan luar berupa kebisingan yang
berlebihan, obat- obat yang bersifat ototoksik terutama antibiotik golongan
aminoglikosida dan obat anti-kanker dan pelarut industri. Faktor lingkungan
yang seperti ini sangat menyebabkan trauma oksidatif dan memperparah
gangguan pendengaran seiring bertambahnya usia.
d) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus memiliki 2 tipe yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2.
Keduanya menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran dan kerusakan pada
organ koklea. Akan tetapi, diabetes mellitus tipe 2 yang lebih sering
menyebabkan gangguan pendengaran pada orang berusia ≥60 tahun. Diabetes
mellitus menyebabkan terjadinya disregulasi pada sel. Sehingga menyebabkan
3
hilangnya fungsi pendengaran seiring bertambahnya usia. Pada mulanya,
peningkatan kadar glukosa pada darah akan menyebabkan terjadinya hipoksia
pada sel dan terjadi perubahan struktur kolagen dan mikrotubulus pada sel.
e) Penyakit Kardiovaskular
Semua keadaan yang dapat mempengaruhi fungsi dari pembuluh darah, seperti
keadaan hiperlipidemia, hiperkolesterolemia, hipertensi atau tekanan darah
tinggi, hiperlipoproteinemia, dan penyakit kardiovaskular lainnya yang dapat
menyebabkan gangguan pendengaran pada lansia. Pada presbikusis tipe
metabolik, stria vaskularis akan lebih rentan dan meningkat risiko kerusakan
dengan adanya hambatan pada aliran darah, sehingga fungsi dari stria vaskularis
menjadi terganggu.
f) Gaya Hidup
Gaya hidup atau kebiasaan yang dapat memperburuk kesehatan seperti
berhubungan dengan olahraga, merokok dan juga makanan dianggap sebagai
faktor risiko yang juga dapa memperparah gangguan pendengaran. Karena dari
kebiasaan tersebut akan mempengaruhi beberapa fungsi organ salah satunya
fungsi kardiovaskular.
g) Psikologi
Stigma atau pandangan dimasyarakat bahwa orang yang tua atau lansia pasti
mengalami penurunan fungsi pada semua organ. Pandangan masyarakat tersebut
menjadikan faktor risiko yang independen terhadap hilangnya atau berkurangnya
fungsi pendengaran seiring bertambahnya usia, hal tersebut memiliki dampak
yang lebih kuat dari pada faktor jenis kelamin maupun ras.
F. Penatalaksanaan Presbikusis
Terapi Medikamentosa
G. Pencegahan Presbikusis
3
a. Pencegahan Primer
H. Komplikasi Presbikusis
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien presbiakusis adalah sulit untuk
mendengar pesan atau adanya rangsangan suara.
3. Riwayat kesehatan
3
Adanya perasaan cemas, takut pada pasien presbiakusis, pasien sering
menyendiri, pasien mudah curiga dan tersinggung.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan berfokus pada pendengaran.
Inspeksi :
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Otoskopik : Untuk memeriksa meatus akustikus eksternus
dan membrane timpani dengan cara inspeksi.
Hasil:
b) Klien tidak mendengar dengan jelas detak jarum jam pada jarak 1-2
inchi.
d) Uji Rinne
3
Hasil : Klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas
mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang
b. Diagnosa Keperawatan
Perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
c. Intervensi keperawatan
- Tampak
bingung saat - Batasi stimulus
- Selalu
meminta - Jadwalkan aktifitas
untuk istirahat
meminta - Kombinasikan
3
mengulangi Meningkat prosedur/tindakan
perkataan dengan kriteria dalam satu waktu,
- Tidak adanya hasil : sesuai kebutuhan
umpan balik
saat di ajak Edukasi
bicara
- Ajarkan cara
- Respon tidak
meminimalisasi
sesuai
stimulus
- Suka
Kolaborasi
menyendiri
- Kolaborasi
dan melamun.
dalam meminimalkan
prosedur
- Kolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi
persepsi stimilasi
Observasi:
2. Dx:Resiko
- Identifikasi
cidera
area lingkungan yang
Ds:
berpotensi atau
mengatakan saat di lakukan
dalam keadaan baik.
sering terjadi intervensi selama
- Identifikasi
kebisingan. 24 jam maka
obat yang berpotensi
Sering sakit tingkat cedera
menyebabkan cedera.
kepala dan menurun.
- Identifikasi
telinga
kesesuaian alas kaki
berdenging.
atau stoking.
DO:
Terapeutik:
-tampoak
cendrung - Diskusikan
menghindari mengenal latihan
percakapan dan terapi fisik yang
dengan orang di perlukan
lain
3
-tidak mampu - Diskusikan bersama
mendengar keluarga yang dapat
suara rendah mendapingi klien
-tidak adanya - Tingkatkan
keseimbanga frekuensi observasi
n antara dan pengawasan
kedua telinga pasien sesuai
saat di kebutuhan. .
lakukan (uji
weber) Edukasi
- Jelaskan intervensi
pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga.
- Ajarkan berganti
posisi secara
perlahan dan duduk
selama beberapa
menit sebelum
berdiri.
- Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus
Kolaborasi
- Kolaborasi
dalam meminimalkan
prosedur
- Kolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi
persepsi stimilasi
3
3
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
a. Nama : Tn.S
f. Agama : Islam
g. Suku : Melayu
39
3.1.2 Struktur keluarga
3
Jenis Hubungan Keteranga
No Nama Umur pekerjaan
Kelamin dengan Klien n
1. Tn.S 63 thn Laki laki Kakek Tidak bekerja
c. Sumber Pendapatan
II Riwayat Kesehatan
kesal. Tn. S mengatakan sering terjadi kebisingan saat dahulu bekerja di pabrik,
1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Tn.S tampak bingung saat diajak bicara,
selalu meminta orang lain mengulangi perkataan, dan tidak ada umpan balik dan
Tn.S saat diajak bicara. Tn.S cenderung menghindari percakapan dengan orang
lain, tidak mampu mendengar suara rendah, serta tidak ada keseimbangan
3
sesuai, suka menyendiri dan melamun. Dilakukan tes garpu tala dan tes rinne
tensinya naik.
3.1.3 Genogram
Tn.M Ny.T
Tn.B Ny.S
Tn.T Ny.D
Sdr.A Sdr.I
keterangan :
: Klien
: Tinggal serumah
: Laki-laki : Menikah
: Perempuan : Meninggal
: Keturunan
Klien berperan sebagai ayah dari anak dan sebagai kakek dari cucunya. Klien adalah duda
yang ditinggal meninggal oleh istrinya. Anak, menantu dan cucu mengasuh dengan rasa
kasih sayang, komunikasi dalam keluarga sangat harmonis dan keputusan selalu
disepakati bersama.
3.1.4 Rekreasi
pekerjaan rumah
b. Pola eliminasi :
a) BAK :
b) BAB :
2.Konsistensi : Padat
makan jeroan
baik.
pendidikan terakhir SD. Klien merasa bersyukur karena masih bisa menikmati
3. Peran diri : Klien mengatakan berperan sebagai ayah dari anaknya dan
saat ini, ia sudah mampu melakukan kewajibannya sebagai ayah dan sebagai
5. Harga diri : Klien mengatakan merasa senang jika suatu saat nanti
1. Penyebab stress : Klien mengatakan sedikit stres dan bosan selalu dirumah
meninggal
berjama’ah
f. Pembuangan sampah
rumah
g. Sumber pencemaran
Baik / composmentis
b) TTV
Respirasi : 24 x/menit
: 36,5°C
Suhu
Nadi : 88 x/menit
Hidung : Simetris
1. Jantung
c. : pekak
Perkusi
d. Auskultasi : reguler, tidak ada bungi jantung tambahan
2. Paru
c. Perkusi : redup
d. Auskultasi : vasikule
3. Abdomen
a. Inspeksi : simetris
d. Perkusi : timpani
4. Persyarafan
olfaktorius (+) optikus (+) okulomotorius(+) trochlearis(+) trigeminalis(+)
5. Ekstremitas
kekuatan otot atas dan bawah
5 5
4 4
2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
5 Kontinen Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter, pispot,
enema dan pembalut (pampers)
6 Makan Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral (NGT)
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien.
Analisis Hasil :
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil, mandi
dan berpakaian.
Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan
satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
Lain – lain : ketergantungan sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,
D, E, F, G
N
Item Pertanyaan Benar Salah
o
1 Jam berapa sekarang ?
Jawab: Jam 09.00
2 Tahun berapa sekarang ?
Jawab: 2021
3 Kapan Bapak/Ibu lahir?
Jawab: tidak tahu saya lupa
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab : sekitar 63 mungkin
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab : desa muneng.
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu?
Jawab : 6 orang
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu ?
Jawab : Ny.S
Analisis Hasil :
Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual
Ringan
Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual
Sedang
Skore :8-10 : Kerusakan intelektual
Salah Berat
JADI FUNGSI INTELEKTUAL Tn.S UTUH
3.1.10 Pengkajian status psikologi (Geriatric depression scale ( skala depresi ))
N Pertanyaan Tidak Ya
o
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda?
APGAR KELUARGA
Selalu Kadang- Tidak
NO Items penilaian kadang pernah
(2) (1) (0)
1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah saya.
3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)
saya menerima & mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktifitas atau arah
baru.
4 A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman- teman)
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai.
5 R : Resolve
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan
saya menyediakan waktu bersama- sama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 8 1
Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi Nilai : 4-6 :
Disfungsi keluarga sedang Nilai : 7-10 : fungsi keluarga
baik
TTV :
Kesulitan mengerti
TD : 140/100 mmhg pembicaraan
N : 88 x/menit
Umur : 61 tahun
No Tgl Muncul Diagnosa Keperawatan Tgl Teratasi TTD
Nama : Tn.S
Umur : 61 tahun
1. D.0085 Gangguan e
Persepsi Sensori p
L.09083 s
Luaran Utama : i
Definisi :
Persepsi Sensori t
e
P r
e h
r a
u d
b a
a p
h
a s
n t
i
p m
e u
r l
s u
s n
a
l
b y
a a
i n
k g
i
n
t disert
e ai
r deng
n an
a respo
l n
yang
m kuran
a g,
u Setel
p ah
u dilak
n ukan
interv
e ensi
k selam
s a 24
t berle
e bihan
r atau
terdis
torsi. jam, maka Persepsi ngar
Sensori bisikan
Meningkat dengan kriteria 3. Gangguan
hasil : penghidupan berkurang
Penyebab :
Gejala dan Tanda
Mayor: 4. Perilaku
menarik diri semakin
1. Gangg
uan menurun
penglih
1.
atan
M
1.
e
Melam
n
un
d
menja
e
di
n
berkur
g
ang
a
2. Gangg r
uan
pende s
ngaran u
2. a
Konsen r
trasi a
semaki
n b
memb i
aik s
i
3. Verbali k
sasi a
mende n
a e
t s
a u
u a
t
m u
e
l m
i e
h l
a a
t l
u
b i
a
y i
a n
n d
g e
a r
n a
p
2. e
M r
e a
r b
a a
s a
a n
k ,
a
n p
e
s n
c Intervensi
i
u Utama :
m
a
Minimalis
n
, asi
Rangsang
p
e an
r
a 1.
b Observasi:
a
- Periksa
a
status
n
mental,
,
status
sensori,
a dan tingkat
t kenyaman
a an.
u
2. Tera
p
peu
e
tik:
n
g - Diskusikan
e tingkat
c toleransi
a terhadap
p beban
a sensor.
n
.
- Batasi stimulus lingkungan
3. Edu
- Jadwalkan aktifitas harian dan kasi:
waktu istirahat
- Ajarkan
- Kombinasikan prosedur/tindakan cara
dalam satu waktu, sesuai meminima
kebutuhan lisasi
stimulus
4. Konsentrasi buruk
1. Glaukoma
2. Presbikusis
3. Katarak
2. D.0136 Risiko Cedera L.14136
Luaran Utama : 1.14537 Intervensi Utama :
Defisini :
Tingkat Cedera
Pencegahan Cedera
Faktor Risiko :
1. Gangguan kognitif berkurang
- Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
cedera
Eksternal 2. Agitasi menurun
1.
Terpapar patogen 3. Iritabilitas semakin
membaik - Identifikasi kesesuaian alas kaki
atau stoking
4. Tekanan darah mulai menurun elastis pada
ekstremitas bawah
2.
Terpapar zat kimia toksik
3.
Terpapar agen nosokomial
4.
Ketidakamanan transportasi 2. Terapeutik :
Internal
- Diskusikan mengenal latihan dan
terapi fisik yang diperlukan 1. Perubahan orientasi
afektif
2. Sinkop
3. Vertigo
4. Gangguan pendengaran
5. Gangguan penglihatan
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena
penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata empurna dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang lebih baik.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Boedhi, D. R. 2018. Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) edisi
ke – 4. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.