Anda di halaman 1dari 19

118

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare


Zuraida Sukma Abdillah1 , IGA Dewi Purnamawati2
Akademi Keperawatan Pasar Rebo
Email: zuraidasukma29@gmail.com, ig4dewi@gmail.com
Jl. Tanah Merdeka No.16, 17, 18 Jakarta Timur

Abstrak

ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi tersebut sehingga bayi
yang minum ASI lebih jarang sakit terutama pada awal dari kehidupannya. Komponen zat anti
infeksi yang banyak dalam ASI akan melindungi bayi dari berbagai macam infeksi, baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan antigen lainnya. Penyakit yang sering diderita oleh anak-
anak yaitu masalah pencernaan seperti diare atau gastroenteritis. Diare merupakan
gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan
sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain dehidrasi, gangguan sistem kardiovaskular
akibat hipovolemia berat, kejang karena demam tinggi terutama pada infeksi Shigella,
perforasi usus akibat demam tifoid, muntah dan kematian. Tujuan penulisan diharapkan
mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami diare.
Metode penulisan adalah deskriptif atau gambaran suatu kasus dan kepustakaan. Hasil
dari karya tulis ilmiah ini adalah mahasiswa memperoleh gambaran tentang asuhan
keperawatan pada anak dengan diare. Masalah keperawatan berupa: Bersihan jalan
nafas tidak efektif, Hipovolemia, Defisit nutrisi, Risiko infeksi, Gangguan pertumbuhan
perkembangan.
Kata kunci: ASI, diare, dehidrasi

Abstract
BREAST MILK provides immune substances that have yet to be made by the baby so baby
drinking BREAST MILK more rarely ill especially at the beginning of his life. Components of
the anti-infective substances in BREAST MILK protects babies from a variety of infections,
caused by bacteria, viruses and other antigens. The Disease is often suffered by children namely
digestive problems such as diarrhea or gastroenteritis. Diarrhea is a symptom that occurs
because of a disorder that involves the digestive functions, absorption and secretion. Diarrhea
caused by the transport of water and electrolytes that are abnormal in the intestine.
Complications that can occur include dehydration, cardiovascular system disorders due to heavy
hipovolemia, seizures due to high fever especially in Shigella infection, perforated the intestine
due to typhoid fever, vomiting and death. The purpose of writing expected of students able to
provide nursing care in children experiencing diarrhea. The method of writing is descriptive or
description of a case and the library. The results of this scientific paper is a student gain an
overview of nursing care in children with diarrhea. Nursing problems include: Airway
ineffective, Hipovolemia, nutritional Deficits, the risk of infection, impaired growth
development.
Keywords: BREAST MILK, diarrhea, dehidrasion.
119

Pendahuluan ekonomi. Oleh karena itu, sangat


penting untuk mengenali dan
Pada saat bayi baru lahir sampai
mewaspadai tanda bahaya diare pada
beberapa bulan sesudahnya, bayi belum
anak (Suharyono dalam Fahrunnisa,
dapat membentuk kekebalan sendiri
2017).
secara sempurna. ASI memberikan zat-
zat kekebalan yang belum dapat dibuat
Diare juga bisa terjadi karena
oleh bayi tersebut sehingga bayi yang
mengkonsumsi makanan yang
minum ASI lebih jarang sakit terutama
terkontaminasi bakteri. Pada anak-anak
pada awal dari kehidupannya.
banyak sekali ditemukan kasus tersebut,
Komponen zat anti infeksi yang banyak
karena mereka tidak mencuci tangan
dalam ASI akan melindungi bayi dari
sebelum makan. Diperlukan peran
berbagai macam infeksi, baik yang
orang tua untuk lebih aktif mengawasi
disebabkan oleh bakteri, virus dan
anak-anaknya supaya selalu mencuci
antigen lainnya (Rahmadhani, 2013).
tangan sebelum makan. Upaya tersebut
dapat meminimalkan kasus diare yang
Penyakit yang sering diderita oleh anak-
sedang marak sekarang ini. Hal ini
anak yaitu masalah pencernaan seperti
disebabkan karena kondisi anak yang
diare atau gastroenteritis. Gastroenteritis
memburuk dengan cepat dan tanda-
adalah peradangan pada lambung, usus
tanda bahaya yang kurang diwaspadai
kecil dan usus besar dengan berbagai
oleh orang tua (Suharyono dalam
kondisi patologis dari saluran
Fahrunnisa, 2017).
gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai
Di seluruh dunia terdapat kurang lebih
muntah, serta ketidaknyamanan
500 juta anak yang menderita diare
abdomen (Muttaqin, 2011).
setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh
kematian pada anak yang hidup di
Ada beberapa faktor yang menjadi
Negara berkembang berhubungan
penyebab terjadinya diare pada balita,
dengan diare serta dehidrasi (Sazawal
diantaranya faktor infeksi, faktor
dkk di dalam Kyle, 2014). Di Negara
malabsorbsi dan faktor makanan. Serta
berkembang, 50-60% diare disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi
oleh infeksi bakteri dan 35%
diare meliputi faktor lingkungan, faktor
disebabkan infeksi virus (Fahrunnisa,
perilaku, faktor gizi dan faktor sosial
120

2017). Menurut Riskesdas (2018), bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
provinsi di Indonesia dengan kasus konsistensi feses encer, dapat berwarna
diare tertinggi yaitu Sumatera Utara hijau atau dapat pula bercampur lender
sebanyak 14,2 %, sedangkan di Jawa dan darah atau lender saja (Potter dan
Barat sebanyak 12,8%. Data yang Perry, 2010).
diperoleh dari Ruang Anggrek RSUD Etiologi
dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Menurut Wong (2009), penyebab diare
Bekasi terhitung mulai bulan Desember kebanyakan yaitu mikroorganisme
sampai bulan Februari 2019, jumlah patogen yang disebarluaskan lewat jalur
pasien sebanyak 1489 orang, dari fekal-oral melalui makanan atau air
jumlah tersebut terdapat 206 orang yang terkontaminasi atau ditularkan
penderita diare atau sekitar 13,8 %. antar-manusia dengan kontak yang erat
Penyakit diare merupakan kasus (misalnya pada tempat penitipan anak).
terbanyak di Ruang Anggrek jika Kurang bersihnya air, tinggal
dibandingkan dengan penyakit saluran berdesakan, hygiene yang buruk,
pencernaan lain seperti kurang gizi dan sanitasi yang jelek
gastritis/vomitus, thypoid, dyspepsia, merupakan faktor risiko utama,
appendix dan konstipasi. Dari hasil khususnya untuk terjangkit infeksi
tersebut menunjukkan bahwa kasus bakteri atau parasit yang patogen.
diare masih tinggi dan tidak bisa Peningkatan insidensi dan beratnya
dianggap sebagai kasus yang ringan, penyakit diare pada bayi juga
melainkan sebagai kasus yang harus berhubungan dengan perubahan yang
segera ditangani untuk menurunkan spesifik menurut usia pada kerentanan
angka kejadian diare. terhadap mikroorganisme pathogen.
Pengertian Sistem kekebalan bayi belum pernah
Menurut Sazawal dalam Wong (2009) terpajan dengan banyak
Diare merupakan gejala yang terjadi mikroorganisme patogen sehingga tidak
karena kelainan yang melibatkan fungsi memiliki antibody pelindung yang
pencernaan, penyerapan dan sekresi. didapat. Rotavirus merupakan agens
Diare disebabkan oleh transportasi air paling penting yang menyebabkan
dan elektrolit yang abnormal dalam penyakit diare disertai dehidrasi pada
usus. Diare adalah keadaan frekuensi anak-anak kecil diseluruh dunia.
buang air besar lebih dari 4 kali pada Gejalanya dapat berkisar mulai dari
121

gambaran klinik tanpa manifestasi akan mengakibatkan bakteri timbul


gejala sehingga kematian akibat berlebihan selanjutnya timbul diare
dehidrasi. Infeksi rotavirus pula.
menyebabkan sebagian besar perawatan Manfiestasi Klinis
rumah sakit karena diare berat pada Menurut Setiati (2014), tanda dan gejala
anak-anak kecil dan merupakan infeksi bisa bersifat inflamasi atau
nosokomial (infeksi yang didapat dalam noninflamasi. Diare noninflamasi
rumah sakit) yang signifikan oleh bersifat sekretorik (watery) bisa
mikroorganisme patogen. mencapai lebih dari 1 liter per hari.
Patofisiologi Biasanya tidak disertai dengan nyeri
Menurut Dewi (2010), mekanisme diare abdomen yang hebat dan tidak disertai
yang menyebabkan timbulnya diare darah atau lender pada feses. Demam
adalah sebagai berikut : gangguan dapat dijumpai atau tidak. Gejala mual
osmotik merupakan akibat terdapatnya dan muntah bisa dijumpai. Pada diare
makanan atau zat yang tidak dapat tipe ini penting diperhatikan kecukupan
diserap akan menyebabkan tekanan cairan karena pada kondisi yang tidak
osmotic dalam rongga usus meninggi terpantau dapat meyebabkan terjadinya
sehingga terjadi pergeseran air dan kehilangan cairan yang mengakibatkan
elektrolit kedalam rongga usus, isi syok hipovolemik.
rongga usus yang berlebihan akan Diare yang bersifat inflamasi bisa
merangsang usus untuk mengeluarkan berupa sekretori atau disentri. Biasanya
sehingga timbul diare. Gangguan disebabkan oleh patogen yang bersifat
sekresi akibat rangsangan tertentu invasif. Gejala mual, muntah, disertai
misalnya toksin pada dinding usus atau dengan demam, nyeri perut hebat dan
terjadi peningkatan sekresi air dan tenesmus, serta feses berdarah dan
elektrolit kedalam rongga usus dan berlendir merupakan gejala dan tanda
selanjutnya timbul diare karena terdapat yang dapat dijumpai.
peningkatan isi rongga usus. Gangguan Komplikasi
motilitas usus hiperperistaltik akan Menurut Marcdante (2014), komplikasi
mengakibatkan berkurangnya utama dari diare adalah dehidrasi dan
kesempatan usus untuk menyerap gangguan fungsi kardiovaskular akibat
makanan sehingga timbul diare hipovolemia berat. Kejang dapat terjadi
sebaliknya bila peristaltik usus menurun dengan adanya demam tinggi, terutama
122

pada infeksi Shigella. Abses intestine biasanya sembuh sendiri (lamanya


dapat terjadi pada infeksi Shigella dan sakit kurang dari 14 hari) dan akan
Salmonella, terutama pada demam mereda tanpa terapi yang spesifik
tifoid, yang dapat memicu terjadinya jika dehidrasi tidak terjadi.
perforasi usus, suatu komplikasi yang 2. Diare kronis. Didefinisikan sebagai
dapat mengancam jiwa. Muntah hebat keadaan meningkatnya frekuensi
akibat diare dapat menyebabkan rupture defekasi dan kandungan air dalam
esofagus atau aspirasi. feses dengan lamanya (durasi) sakit
Kematian akibat diare mencerminkan lebih dari 14 hari. Kerap sekali
adanya masalah gangguan sistem diare kronis terjadi karena keadaan
hemeostatis cairan dan elektrolit, yang kronis seperti sindrom malabsorbsi,
memicu terjadinya dehidrasi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
ketidakseimbangan elektrolit dan kekebalan, alergi makanan,
instabilitas vascular, serta syok. intoleransi laktosa atau diare
Diperkirakan 10% pasien yang nonspesifik yang kronis atau
menderita demam tifoid akan menjadi sebagai akibat dari penatalaksanaan
penyebar kuman S. typhi selama 3 diare akut yang tidak memadai.
bulan, dan 4% akan menjadi karier Penatalaksanaan
kronik. Risiko menjadi karier kronik Penatalaksanaan medis
pada anak cukup rendah. Menurut Setiati (2014), penanganan
Klasifikasi diare akut sebagai berikut :
Menurut Kyle (2014) klasifikasi diare 1. Rehidrasi Cairan
yaitu : Pada keadaan awal dapat diberikan
1. Diare akut. Didefinisikan sebagai sediaan cairan/bubuk hidrasi
keadaan peningkatan dan peroral setiap kali diare. Pemberian
perubahan tiba-tiba frekuensi hidrasi melalui cairan infus dapat
defekasi yang sering disebabkan meggunakan sediaan berupa Ringer
oleh agens infeksius dalam traktus Lactat ataupun NaCl isotonis.
GI. Keadaan ini dapat menyertai 2. Pengaturan Asupan Makanan
infeksi saluran napas atas (ISPA) Pemberian asupan makanan
atau saluran kemih (ISK), terapi diberikan secara normal, sebaiknya
antibiotik atau pemberian obat dalam porsi kecil namun dengan
pencahar (Laksatif). Diare akut frrekuensi yang lebih sering. Pilih
123

makanan yang mengandung 8. Radiografi abdomen (KUB):


mikronutrien dan energy adanya feses di usus dapat
(pemenuhan kebutuhan kalori dapat mengindikasikan konstipasi atau
diberikan bertahap sesuai toleransi impaksi feses (massa feses yang
pasien). Menghindari makanan atau imobil dan mengeras); tingkat
minuman yang mengandung susu cairan-udara dapat
karena dapat terjadinya toleransi mengindikasikan obstruksi usus.
laktosa, demikian juga makanan Konsep Tumbuh Kembang Bayi
yang pedas ataupun mengandung Menurut Wong (2009), tumbuh
lemak yang tinggi. kembang usia bayi sebagai berikut:
Pemeriksaan penunjang 1. Motorik kasar
Menurut Kyle (2014), pemeriksaan Bayi baru lahir dapat memutar
laboratorium dan diagnostic untuk diare kepala dari sisi yang satu ke sisi
yaitu : yang lain pada posisi tengkurap
1. Kultur feses: dapat kecuali jika permukaannya sangat
mengindikasikan adanya bakteri. lunak yang dapat menyebabkan
2. Feses untuk adanya ovum dan keadaan tercekik (asfiksia), tidak
parasit: dapat mengindikasikan ada keterlambatan dalam
adanya parasite. kemampuan mengangkat kepala
3. Feses untuk panel atau kultur virus: diusia sekitar 3 bulan, berguling
untuk menentukan adanya rotavirus dari depan kebelakang kira-kira
atau virus lain. pada usia 5 bulan dan berguling
4. Feses untuk darah samar: dapat dapat sedikit terhambat pada
positif jika inflamasi atau ulserasi beberapa bayi akibat dari posisi
terdapat di saluran GI. tidur terlentang untuk mengurangi
5. Feses untuk leukosit: dapat positif kemungkinan syndrom kematian
pada kasus inflamasi atau infeksi. bayi mendadak atau biasa disebut
6. pH feses/mengurangi zat: untuk Sudden Infant Death Syndrome
melihat apakah diare disebabkan (SIDS).
oleh intoleransi karbohidrat. 2. Motorik halus
7. Panel elektrolit: dapat Bayi memiliki genggaman yang
mengindikasikan dehidrasi. kuat pada usia sekitar 1 bulan,
reflek menggenggam bayi dapat
124

memutar dan bayi dapat memegang sayang yang terus menerus dari orang
mainan (terutama yang yang mengasuhnya. Bayi berusaha
mengeluarkan bunyi) pada usia 3 mengendalikan lingkungannya dengan
bulan, dapat menggenggam secara ungkapan emosional, seperti menangis
sadar pada usia 5 bulan dan atau tersenyum. Dirumah sakit, tanda-
memindahkan dari tangan ke tanda semacam itu sering terlewatkan
tangan pada usia 5 bulan. atau disalah artikan, dan rutinitas
3. Perilaku sosisal dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
Bayi memperlihatkan senyum pada staf rumah sakit bukan kebutuhan bayi
usia 2 bulan, mengenali wajah- tersebut. Asuhan yang tidak konsisten
wajah yang familiar pada usia 3 dan penyimpangan dari rutinitas harian
bulan, menikmati interaksi sosial bayi tersebut dapat menyebabkan rasa
pada usia 4 bulan, tersenyum pada tidak percaya dan menurunkan rasa
bayangan dicermin pada usia 5 kendali.
bulan, mulai takut terhadap orang Asuhan Keperawatan
asing pada usia 6 bulan, secara 1. Pengkajian Keperawatan
konsisten menunjukkan ansietas Menurut Kyle (2014), temuan
terhadap orang asing pada usia 8 pengkajian yang mengarah ke diare
bulan, memperlihatkan emosi yaitu sebagai berikut:
seperti rasa cemburu dan rasa a. Riwayat kesehatan. Kaji
sayang pada usia 12 bulan. riwayat sakit saat ini dan
4. Bahasa keluhan utama. Informasi
Bayi mulai mampu memberikan penting yang berkaitan dengan
respons terhadap suara, mulai riwayat diare anatra lain:
mengenal kata-kata “da da, pa pa, jumlah dan frekuensi defekasi,
ma ma”. lama gejala, volume feses,
Konsep Hospitalisasi gejala terkait (nyeri abdomen,
Menurut Wong (2009), Reaksi kram, mual, muntah, demam),
hospitalisasi pada bayi adalah: adanya darah atau mucus di
Bayi sedang mengembangkan ciri feses. Gali riwayat medis saat
kepribadian sehat yang paling penting ini dan sebelumnya untuk
yaitu rasa percaya. Rasa percaya faktor risiko seperti:
dibangun melalui pemberian kasih kemungkinan pajanan terhadap
125

agens infeksius (air sumur, diare/gastroenteritis. Perkusi.


binatang ternak, kehadiran Perhatikan adanya
ditempat penitipan anak), abnormalitas. Adanya
riwayat diet, riwayat keluarga abnormalitas pada pemeriksaan
dengan gejala serupa, untuk diagnosis diare akut atau
perjalanan baru-baru ini, usia kronik dapat mengindikasikan
anak (untuk mengidentifikasi proses patologis. Palpasi. Nyeri
etiologic umum untuk pada abdomen kuadran bawah
kelompok usia tersebut). dapat berkaitan dengan
b. Pemeriksaan fisik. Inspeksi. gastroenteritis. Nyeri pantul
Kaji dehidrasi anak yang atau nyeri tidak ditemukan saat
mengalami diare. Observasi palpasi, jika ditemukan, hal ini
penampilan umum dan warna dapat mengindikaiskan
kulit anak. Pada dehidrasi apendisitis atau peritonitis.
ringan, anak dapat tampak 2. Diagnosa Keperawatan
normal. Pada dehidrasi sedang, Menurut Wong (2009), diagnosa
mata mengalami penurunan yang muncul pada diare yaitu
produksi air mata atau lingkar sebagai berikut:
mata cekung. Membrane a. Kekurangan volume cairan
mukosa juga dapat kering. yang berhubungan dengan
Status mental dapat diperburuk kehilangan Cairan yang
dengan dehidrasi sedang berlebihan dari traktur GI ke
hingga berat, yang dibuktikan dalam feses atau muntahan.
dengan lesu atau letargi. b. Perubahan nutrisi: kurang dari
Auskultasi. Auskultasi bising kebutuhan tubuh yang
usus untuk mengkaji adanya berhubungan dengan
bisisng usus hipoaktif atau kehilangan cairan yang tidak
hiperaktif. Bising usus adekuat.
hipoaktif untuk c. Risiko menularkan infeksi
mengindikasikan obstruksi atau yang berhubungan dengan
peritonitis. Bising usus mikroorganisme yang
hiperaktif dapat menginvasi traktus GI.
mengindikasikan
126

d. Risiko kerusakan integritas Rasional: untuk


kulit yang berhubungan mengatasi dehidrasi dan
dengan iritasi karena vomitus yang berat.
defekasi yang sering dan 3) Berikan oralit secara
feses yang cair. bergantian dengan cairan
e. Ansietas berhubungan rendah natrium seperti
dengan keterpisahan anak air, ASI atau susu
dari orang tuanya, formula.
lingkungan yang tidak biasa, Rasional: untuk terapi
dan prosedur yang cairan rumatan
menimbulkan distress. (kebanyakan pakar
f. Perubahan proses keluarga mengatakan bahwa susu
yang berhubungan dengan formula yang diberikan
krisis situasi dan kurangnya harus bebas laktosa jika
pengetahuan. bayi tidak dapat
3. Intervensi Keperawatan menoleransi susu
Menurut Wong (2009), rencana formula biasa).
asuhan keperawatan pada diare 4) Setelah rehidrasi
yaitu sebagai berikut: tercapai, berikan
a. Kekurangan volume cairan makanan seperti biasa
yang berhubungan dengan kepada anak selama
kehilangan Cairan yang makanan tersebut dapat
berlebihan dari traktur GI ke ditoleransinya.
dalam feses atau muntahan. Rasional: karena
Intervensi: penelitian
1) Berikan larutan oralit. memperlihatkan bahwa
Rasional: untuk rehidrasi pemberian kembali
maupun penggantian secara dini makanan
cairan yang hilang yang biasa dikonsumsi
melalui feses. akan membawa manfaat
2) Berikan dan pantau dengan mengurangi
pemberian cairan infus frekuensi defekasi dan
sesuai program. meminimalkan
127

penurunan berat badan 1) Setelah rehidrasi


serta memperpendek tercapai, beri tahu ibu
lama sakit. yang menyusui sendiri
5) Pertahankan catatan bayinya agar
asupan dan haluaran melanjutkan pemberian
cairan (urine, feses dan ASI.
muntahan). Rasional: karena
Rasional: untuk tindakan ini cenderung
mengevaluasi mengurangi intensitas
keefektifan intervensi. dan lamanya sakit.
6) Pantau berat jenis urine 2) Hindari pemberian diet
setiap 8 jam sekali atau pisang, beras, apel, dan
sesuai indikasi. roti panggang atau teh.
Rasional: untuk menilai Rasional : Karena diet
status hidrasi. ini memiliki kandungan
7) Timbang berat badan energi dan protein yang
setiap hari. rendah, kandungan hidrat
Rasional: untuk menilai arang yang terlampaui
keadaan dehidrasi. tinggi.
8) Nilai tanda-tanda vital, 3) Monitor berat badan
turgor kulit, membrane pasien sesuai indikasi.
mukosa dan status Rasional : untuk menilai
kesadaran setiap 4 jam keadaan dehidrasi.
sekali atau sesuai 4) Amati dan catat respons
indikasi. anak terhadap pemberian
Rasional: untuk menilai makan.
status hidrasi. Rasional: untuk menilai
b. Perubahan nutrisi: kurang toleransi anak terhadap
dari kebutuhan tubuh yang makanan/susu formula
berhubungan dengan yang diberikan.
kehilangan cairan yang tidak 5) Beri tahu keluarga agar
adekuat. menerapkan diet yang
Intervensi: tepat.
128

Rasional: untuk pun pada daerah yang


menghasilkan kepatuhan terkontaminasi.
terhadap program Bila mungkin ajarkan
terapeutik. tindakan proteksi kepada
6) Gali kekhawatiran dan anak-anak.
prioritas anggota d. Risiko kerusakan integritas
keluarga. kulit yang berhubungan
Rasional: untuk dengan iritasi karena
meningkatkan kepatuhan defekasi yang sering dan
terhadap program feses yang cair.
terapeutik. Intervensi:
c. Risiko menularkan infeksi 1) Ganti popok dengan
yang berhubungan dengan sering.
mikroorganisme yang Rasional: untuk menjaga
menginvasi traktus GI. agar kulit selalu bersih
Intervensi: dan kering.
1) Pertahankan kebiasaan 2) Bersihkan bagian
mencucui tangan yang bokong secara berhati-
cermat. hati dengan sabun
Rasional: untuk nonalkalis yang lunak
mengurangi risiko dan air atau merendam
penyebaran infeksi. anak dalam bathup agar
2) Pasang popok disposibel dapat dibersihkan
yang superabsorbent. dengan hati-hati.
Rasional: untuk menahan Rasional: karena feses
feses pada tempatnya pasien diare bersifat
dan mengurangi sangat iritatif pada kulit.
kemungkinan terjadinya 3) Oleskan salep seperti
dermatitis popok. zink oksida.
3) Upayakan bayi dan anak Rasional: untuk
kecil tidak meletakkan melindungi kulit
tangannya dan benda apa terhadap iritasi.
129

4) Bila mungkin biiarkan Rasional: untuk


kulit utuh yang berwarna mencegah stress pada
agak kemerahan terkena anak karena berpisah
udara. dari keluarganya.
Rasional: untuk 3) Sentuh, peluk dan
mempercepat berbicara dengan anak
kesembuhan. sebanyak mungkin.
5) Hindari pemakaian tisu Rasional: untuk
pembersih komersial memberikan rasa
yang mengandung nyaman dan mengurangi
alkohol pada kulit yang stress.
mengalami ekskoriasi. 4) Lakukan stimulus dan
Rasional: karena perkembangan anak.
penggunaan tisu ini akan Rasional: untuk
menimbulkan rasa perih. meningkatkan
e. Ansietas berhubungan pertumbuhan dan
dengan keterpisahan anak perkembangan yang
dari orang tuanya, optimal.
lingkungan yang tidak biasa, f. Perubahan proses keluarga
dan prosedur yang yang berhubungan dengan
menimbulkan distress. krisis situasi dan kurangnya
Intervensi: pengetahuan.
1) Lakukan perawatan Intervensi:
mulut dan berikan dot 1) Berikan informasi
kepada bayi. kepada keluarga
Rasional: untuk mengenai keadaan sakit
memberikan rasa anaknya dan tindakan
nyaman. terapeutiknya.
2) Anjurkan kunjungan dan Rasional: untuk
partisipasi keluarga mendorong kepatuhan
dalam perawatan anak terhadap program
sesuai kemampuan terapeutik, khususnya
keluarga. dirumah.
130

2) Bantu keluarga dalam klien (Doenges, 2012). Evaluasi


memberikan rasa dilakukan terus menerus pada
nyaman dan dukungan respon klien terhadap tindakan
kepada anak. keperawatan yang telah
Rasional: dilaksanakan.
3) Izinkan anggota keluarga
Tinjauan kasus
berpartisipasi menurut
Pengkajian keperawatan
keinginan mereka dalam
1. Identitas klien
perawatan anak.
Tanggal pengkajian 5 Maret 2019.
Rasional: untuk
Tanggal masuk RS 3 Maret 2019
memenuhi kebutuhan
pada pukul 23.30 WIB di ruang
anak maupun keluarga.
Anggrek, nomor rekam medis
4) Beri tahu keluarga
10017849 dengan diagnosa medis
mengenai tindakan
Diare. Nama klien By. Ny. S, nama
penjagaan yang harus
panggilan An. L (6 bulan) jenis
diambil.
kelamin perempuan, lahir di
Rasional: untuk
Jakarta, 25 Agustus 2018, agama
mencegah penyebaran
Islam, suku bangsa Jawa, bahasa
infeksi.
yang digunakan adalah bahasa
Indonesia dan klien belum sekolah.
4. Implementasi Keperawatan
Identitas orang tua : Nama Ibu klien
Pelaksanaan keperawatan adalah
Ny. S (40 tahun), pendidikan
tahap keempat dari proses
terakhir SD, pekerjaan ibu rumah
keperawatan dimana rencana
tangga, agama Islam, suku bangsa
perawatan dilaksanakan,
Jawa. Nama ayah klien Tn. N (45
melaksanakan intervensi atau
tahun), pendidikan terakhir SMA,
aktivitas yang telah dilakukan
pekerjaan pedagang, agama Islam,
(Doenges, 2012).
suku bangsa Jawa. Klien dan orang
tua tinggal di Jl. Kp. Bulak Sentul
5. Evaluasi Keperawatan
RT/RW 005/017, Kel. Harapan
Evaluasi adalah proses yang
Jaya, Kec. Bekasi Utara.
berkelanjutan untuk menilai efek
2. Resume
dari tindakan keperawatan pada
131

Bayi datang ke ruang Anggrek dari 28x/menit, frekuensi nadi


IGD dengan keluhan bab cair sudah 110x/menit, frekuensi napas
2 hari lebih dari 8 x/hari, batuk dan 60x/menit, Leukosit 10,6 ribu/ul,
terdapat sputum. Masalah yang Hb 8,3 gr/dl, Hematokrit 27 %,
muncul yaitu bersihan jalan nafas Natrium 154 mmol/L, Klorida 134
tidak efektif dan hipovolemia. mmol/L, kontak mata negatif, anak
Tindakan keperawatan mandiri tidak pernah tersenyum ketika
yang sudah dilakukan adalah melihat mainan yang lucu, anak
timbang berat badan (BB), pantau tidak pernah mengeluarkan suara
tanda-tanda vital (TTV), pantau gembira bernada tinggi.
tanda dehidrasi, pantau intake Diagnosa Keperawatan
cairan, mengkaji keluhan, tindakan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
kolaborasi yaitu memberikan terapi berhubungan dengan peningkatan
obat cefotaxime, zink, lacto B, produksi sputum.
ondancentrone, RL mikro 20 2. Hipovolemia berhubungan dengan
tpm/24 jam. kehilangan cairan yang aktif.
3. Data Fokus 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan
Data subyektif: keluarga ketidakmampuan mengabsorbsi
mengatakan BB anaknya turun makanan.
dari 2,6 kg menjadi 2,3 kg, sesak 4. Risiko infeksi berhubungan dengan
nafas, batuk terdapat sputum, bab efek prosedur invasif.
cair 7x/hari, ibu mengatakan puasa 5. Gangguan pertumbuhan
sejak kemarin, sudah ganti diapers perkembangan berhubungan dengan
7 kali dalam 24 jam. efek ketidakmampuan fisik.
Data Obyektif : bayi tampak bab Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi
konsistensi cair dan berwarna 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
kuning, mulut tampak kering, berhubungan dengan
warna bibir tampak pucat, bibir peningkatan produksi sputum
kering, turgor kulit tidak elastis, ditandai dengan data subjektif ; ibu
warna kulit pucat, derajat dehidrasi klien mengatakan sesak nafas,
yaitu 11,5 % artinya dehidrasi batuk terdapat sputum dan data
berat, suara nafas ronkhi positif, objektif ; anak tampak batuk
batuk terdapat sputum, bising usus terdapat sputum, suara nafas ronkhi
132

positif, Pernapasan 60x/menit, O2 2 WIB perawat ruangan mengukur


liter/menit. frekuensi nadi, pernapasan dan
Tujuan: Setelah dilakukan suhu dengan RS : tidak ada dan RO
tindakan keperawatan 3x24 jam : suhu 37,3ºC, Nadi 108 x/menit,
diharapkan bersihan jalan nafas RR 60 x/menit. Pada pukul 16.00
kembali efektif. WIB perawat ruangan memberikan
Krtiteria Hasil : Tidak sesak nafas, posisi dengan RS : tidak ada dan
tidak batuk, tidak ada sputum, RR RO : posisi semi fowler telah
normal kurang dari 50x/menit, diberikan. Pada pukul 21.15 WIB
suara nafas vesikuler. perawat ruangan mengukur
Intervensi : frekuensi nadi, pernapasan dan
a. Auskultasi jalan nafas suhu dengan RS : tidak ada dan RO
b. Lakukan fisioterapi dada : RR 62 x/menit, Nadi 100 x/menit,
c. Pantau frekuensi nadi, Suhu 37,2ºC. Pada pukul 06.30
pernapasan dan suhu WIB perawat ruangan melakukan
d. Posisikan kepala lebih tinggi suction dengan RS : tidak ada dan
dari pada kaki RO : suction telah dilakukan dan
e. Lakukan suction jika perlu jalan nafas tidak ada sumbatan.
f. Berikan terapi O2 2 liter/menit
Pelaksanaan Evaluasi
Tanggal 5 Maret 2019 Pada tanggal 7 Maret 2019
Pada pukul 10.00 WIB mengkaji Subjektif : ibu klien mengatakan
keluhan klien dengan RS : ibu klien batuk berkurang, sputum tidak ada.
mengatakan anaknya batuk terdapat Objektif : sesak nafas, RR 50
dahak dan RO : batuk berdahak. x/menit, batuk berkiurang, tidak
Pada pukul 11.00 WIB mengukur ada sputum. Analisa : tujuan
frekuensi nadi, pernapasan dan tercapai sebagian, masalah teratasi
suhu dengan RS : tidak ada dan RO sebagian. Planning : intervensi
: RR 60 x/menit, Nadi 110 x/menit, dihentikan.
Suhu 37,2ºC. Pada pukul 13.00 2. Hipovolemia berhubungan
WIB memasang O2 dengan RS : dengan kehilangan cairan yang
tidak ada dan RO : O2 2 liter/menit aktif ditandai dengan data subjektif
telah dipasang. Pada pukul 14.00 ; ibu klien mengatakan anaknya
133

mengalami penurunan BB dari 2,6 f. Pantau hasil laboratorium


kg menjadi 2,3 kg, BAB cair Hematokrit, Natrium, Klorida
7x/hari, sudah 7 kali ganti dalam 24 dan Kalium
jam dan data objektif ; klien tampak g. Berikan terapi IVFD RL 20
mulut kering, derajat dehidrasi tpm mikro/24 jam
yaitu 11,5 % artinya dehidrasi h. Berikan Zink 1x3 cc
berat, klien tampak turgor kulit i. Berikan Lacto B 1x1 sachet
tidak elastis, bising usus 28 Pelaksanaan
x/menit, BAB dengan konsistensi Tanggal 5 Maret 2019
cair, Nadi 110 x/menit, Natrium Pada pukul 10.00 WIB melakukan
154 mmol/L, klorida 134 mmol/L. pengkajian dan mengkaji keluhan
Tujuan : setelah dilakukan klien dengan RS : ibu klien
tindakan keperawatan 3x24 jam mengatakan BAB cair 7x/hari dan
diharapkan hipovolemia teratasi. RO : turgor kulit tidak elastis. Pada
Kriteria hasil : turgor kulit elastis, pukul 10.30 WIB menghitung
bibir lembab, BB naik 0,5 kg/hari, kebutuhan cairan dengan RS : tidak
BAB 1-2 kali per hari, konsistensi ada dan RO : kebutuhan cairan = BB
lunak, Nadi normal, bising usus 5- x 100 = 2,3 x 100 = 230 cc/24 jam.
15 x/menit, hasil lab normal Pada pukul 10.45 WIB memberikan
Kalium 3,5-5,0 mmol/L, Natrium obat dengan RS : tidak ada dan RO :
135-145 mmol/L, Klorida 94-111 zink 3 cc dan lacto b 1 sachet telah
mmol/L. diberikan via oral. Pada pukul 11.00
Intervensi : WIB menimbang BB dengan RS :
a. Timbang BB setiap hari tidak ada dan RO : BB 2,3 kg. Pada
b. Pertahankan catatan asupan pukul 13.30 WIB menghitung
dan haluaran cairan balance cairan dengan RS : tidak ada
c. Nilai turgor kulit, membrane dan RO : intake = 147 cc/7 jam,
mukosa output = 60 cc + 1,4 cc = 61,4 cc,
d. Setelah rehidrasi tercapai Balance cairan = 147 – 61,4 cc = +
berikan makanan seperti biasa 85,6 cc/7 jam. Pada pukul 14.15
e. Pantau balance cairan WIB mengobservasi tanda dehidrasi
dengan RS : tidak ada dan RO :
turgor kulit tidak elastis, bibir kering,
134

pucat. Pada pukul 14.30 WIB pukul 06.30 WIB menghitung


menimbang BB dengan RS : tidak balance cairan per 24 jam dengan RS
ada dan RO : BB 2,3 kg. Pada : - dan RO : intake = 500 cc/24 jam,
pukul 16.00 WIB mengambil darah output = 210 + 1,4 cc = 211,4 cc,
untuk pemeriksaan laboratorium balance cairan = 500 - 211,4 = +
degan RS : tidak ada dan RO : darah 288,6 cc.
1 cc telah diambil untuk pemeriksaan Evaluasi
DHF. Pada pukul 19.00 WIB Pada tanggal 7 Maret 2019
mengobservasi jumlah urine dengan Subjekttif : BAB masih cair 3
RS : ibu mengatakan sudah ganti x/hari. Objektif : turgor kulit tidak
diapers 5 kali dan RO : warna urine elastis, bibir pucat, kering, BB 2,3
kuning jernih. Pada pukul 20.00 kg, BAB cair 3 kali, nadi 120
WIB menghitung balance cairan x/menit. Analisa : tujuan belum
dengan RS : tidak ada dan RO : tercapai masalah belum teratasi.
intake = 147 cc/8 jam, output = 60 cc Planning : intervensi dihentikan.
+ 1,4 cc = 61,4 cc, Balance cairan = 3. Defisit nutrisi berhubungan
147 – 61,4 cc = + 85,6 cc. Pada dengan ketidakmampuan
pukul 21.30 WIB mengobervasi mengabsobrsi makanan ditandai
tanda dehidrasi dengan RS : tidak dengan data subjektif ; ibu klien
ada dan RO : turgor kulit tidak mengatakan anaknya mengalami
elastis, bibir kering, pucat. Pada penurunan BB dari 2,6 kg menjadi
pukul 21.30 WIB menimbang BB 2,3 kg, ibu klien mengatakan puasa
dengan RS : tidak ada dan RO : BB sejak kemarin dan data objektif ;
2,3 kg. Pada pukul 22.15 WIB warna kulit tampak pucat, terpasang
mengobservasi jumlah urine dengan NGT, Hb 8,3 gr/dl, konjungtiva
RS : ibu mengatakan sudah ganti anemis.
diapers 6 kali dan RO : warna urine Tujuan : setelah dilakukan tindakan
kuning jernih. Pada pukul 06.00 keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
WIB menghitung balance cairan defisit nutrisi teratasi.
dengan RS : tidak ada dan RO : Kriteria hasil : BB naik 0,5 kg per
intake = 200 cc/8 jam, output = 90 cc hari, warna kulit tidak pucat, HB
+ 1,4 cc = 91,4 cc, Balance cairan = normal 11-14,5 gr/dl, konjungtiva
200 – 91,4 cc = + 108,6 cc. Pada ananemis.
135

Intervensi : ondancentrone 0,3 mg telah


a. Amati dan catat respon anak diberikan via iv bolus.
terhadap pemberian makanan. Evaluasi
b. Monitor BB klien/hari. Pada tanggal 7 Maret 2019
c. Timbang BB setiap 3 hari. Subjektif : ibu mengatakan anaknya
d. Beri tahu ibu untuk mematuhi tidak muntah setelah diberi susu.
diit yang diberikan. Objektif : BB 2,3 kg, warna kulit
e. Berikan ondancentrone 3 x 0,3 pucat, konjungtiva anemis. Analisa
mg. : tujuan tercapai sebagian masalah
f. Pantau hasil lab albumin belum teratasi. Planning : intervensi
g. Berikan diit susu LLM 6 x 30 cc dihentikan.

Pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA


Tanggal 5 Maret 2019 Dewi V, N. L. 2010. Asuhan Neonatus
bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Pada pukul 10.45 WIB menimbang
Salemba Medika
BB dengan RS : tidak ada dan RO :
Doenges, M. E., 2012. Rencana Asuhan
BB 2,3 kg. Pada pukul 13.30 WIB
Keperawatan Pedoman untuk
memotivasi ibu untuk mematuhi diit Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan
dengan RS : ibu mengatakan paham
Pasien. Jakarta: EGC
tujuan diit dan RO : ibu tampak
Fahrunnisa; Fibriana, A. I. 2017.
memahami tujuan diit. Pada pukul
Pendidikan kesehatan Dengan
17.00 WIB memberikan obat Media Kalender “Pintare”
(Pintar Atasi Diare). Journal of
dengan RS : tidak ada dan RO :
Health Education. Diakses pada
ondancentrone 0,3 mg. Pada pukul tanggal 15 April 2019
https://webcache.googleusercont
18.00 WIB membantu memberikan
ent.com/search?q=cache:E6Ad9
susu dengan RS : tidak ada dan RO LamLXwJ:https://journal.unnes.
ac.id/sju/index.php/jhealthedu/ar
: susu LLM 30 cc telah diberikan via
ticle/view/14121/8957+&cd=9&
NGT. Pada pukul 21.30 WIB hl=en&ct=clnk&gl=id
menimbang BB dengan RS : tidak
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan
ada dan RO : BB 2,3 kg. Pada Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
pukul 22.00 WIB memberikan obat
dengan RS : tidak ada dan RO : Kyle; Terri; Carman; Susan. 2014. Buku
Ajar Keperawatan Pediatri.
Edisi 2. Vol.1. Jakarta: EGC
136

Marcdante, K. J. 2014. Ilmu Kesehatan


Anak Esensial. Singapura:
Elsevier

Muttaqin, A & Sari, K.. 2011.


Gangguan Gastrointestinal :
Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah.
Jakarta : Salemba medika

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of


Nursing: Consep, Proses and
Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta: EGC

Rahmadhani, P, E; Lubis, G; Edison.


(2013). Hubungan Pemberian
ASI Eksklusif dengan Angka
Kejadian pada Bayi Usia 0-1
Tahun di Puskesmas Kuranji
Kota Padang. Jurnal Kesehatan :
Andalas. Diakses pada tanggal
23 April 2019
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index
.php/jka/article/view/120/115

Setiati, S; Alwi, I; Sudoyo, A. W;


Stiyohadi, B; Syam, A, F. 2014.
Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Jakarta: Interna Publishing

Wong, D. L. 2009. Buku Ajar


Keperawatan Pediatrik Edisi 6.
Alih bahasa: Andry Hartono.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai