Anda di halaman 1dari 29

BAB III

PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

A. Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK)

1. Siklus 1

a. Persiapan

Diawali dengan berdiskusi dengan kepala sekolah mengenai

pentingnya RPP oleh semua guru sebagai pedoman dalam kegiatan proses

belajar mengajar. Salah satunya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam

Menyusun RPP Melalui IHT yang diselenggarakan di sekolah. Hasil diskusi

dengan kepala sekolah memutuskan untuk diselenggarakannya sosialisasi

program On the Job Learning (OJL) bagi calon kepala sekolah pada hari

Selasa tanggal 16 Juni 2015 pukul 10.00 pada jam istirahat.

Melalui sosialisai program On the Job Learning (OJL) bagi calon

kepala sekolah tahun 2015 dihadiri oleh seluruh guru melalui sosialisasi

diharapkan para guru akan mendukung dan akan memberikan bantuan kepada

calon kepala sekolah untuk melakukan On the Job Learning (OJL).

b. Pelaksanaan

Rencana tindak kepemimpinan yaitu “Meningkatkan Kemampuan

Guru dalam Menyusun RPP Melalui IHT” di sekolah dilaksanakan yang

dihadiri oleh 10 orang sebagai sumber dalam kegiatan tersebut diantaranya

kepala sekolah, guru, yang telah mengikuti cara-cara penyusunan RPP.

30
31

Pelaksanaan diawali dengan penyampaian materi secara umum,

mengulas sekilas tentang kurikulum KTSP menyampaikan pentingnya

kepemilikan perangkat pembelajaran mulai dari program, program tahunan,

program semester, dan RPP sesuai dengan kurikulum KTSP kemudian

dilanjutkan dengan menyusun perangkat pembelajaran oleh guru karena

waktu terbatas dilanjutkan di rumah masing-masing.

c. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilaksanakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari

kegiatan pembuatan RPP diawali dengan kepemilikan perangkat

pembelajaran dalam hal ini RPP KTSP. Kegiatan monitoring dan evaluasi

melibatkan kepala sekolah dan guru senior instrumen monitoring terlampir.

Instrumen monitoring dan evaluasi diberikan setelah kegiatan berlangsung.

Kepada kepala sekolah untuk mengisi instrumen siklus 1 berkaitan dengan

calon kepala sekolah dalam menyiapkan kegiatan dengan kemampuan guru

sebagai peserta dalam kegiatan pembuatan RPP melalui IHT.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil perhitungan dan instrumen monitoring dan

evaluasi yang dilakukan calon kepala sekolah pada siklus 1 sebagai berikut :

44
x 100% = 84,61% kategori B (Baik)
52
32

dengan menggunakan kreteria sebagai berikut :

ANGKA HURUP KETERANGAN


86 – 100 A Sangat Baik
71 – 85 B Baik
56 – 70 C Cukup
< 55 D Kurang

Hal ini calon kepala sekolah mempersiapkan perencanaan kegiatan

pembuatan RPP dan dapat menyampaikan materi dengan baik. Sedangkan

hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan calon kepala sekolah terhadap

guru-guru dalam menyusun RPP dengan mengisi instrumen monev dan

menilai RPP yang telah dibuat guru tersebut. berdasarkan hasil instrumen

monev perhitungan sebagi berikut.

Skor
No Instrumen Jml
(%)
No Nama Guru
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kuswati, S.Pd.SD 4 4 4 4 4 3 3 3 29 90,62
2 Karya Supriatna 4 4 4 3 4 3 3 3 28 87,50
3 Uus Ruswana, S.Pd 4 4 3 3 3 3 3 3 26 81,25
4 Desi Kurniasari, S.Pd.I 4 3 3 3 3 2 3 3 24 75,00
Eka Mustikawati,
5 4 2 3 3 3 2 2 3 22 68,75
S.Pd.I
6 Lin Herlina, S.Pd.SD 4 2 3 3 3 2 2 3 22 68,75
7 Elsa Wiganda, S.Pd.SD 4 3 2 2 3 2 2 3 21 65,62
33

Kriteria nilai yang digunakan adalah :


ANGKA HURUP KETERANGAN
86 – 100 A Sangat Baik
71 – 85 B Baik
56 – 70 C Cukup
< 55 D Kurang

Berdasarkan hasil penilaian terhadap RPP yang telah dibuat guru,

dapat disimpulkan bahwa dari 7 orang guru terdapat 2 orang guru

memperoleh nilai diatas 86 dengan ketegori (A), 2 orang guru memperoleh

nilai diatas 71 dengan kategori (B), dan 3 orang guru yang masih mendapat

nilai di bawah 70 dengan ketegori (C).

Sebagai tindak lanjut maka ketiga orang guru tersebut diberikan

pendampingan oleh calon kepala sekolah dalam menyusun RPP untuk

mempersiapkan perbaikan di siklus 2.

2. Siklus 2

a. Persiapan

Merenungi dan mengamati setiap tahapan yang telah dilaksanakan

dalam pembuatan RPP siklus 1. Bersama guru mudah untuk

menyempurnakan, mendiskusikan dengan guru mengenai hal-hal yang harus

ditingkatkan dalam kegiatan menigkatkan guru dalam menyusun RPP melalui

IHT di sekolah.

Hasil diskusi dengan rekan guru, kepada guru senior dan kepada

kepala sekolah diminta pendampingan kembali menentukan jadwal.

b. Pelaksanaan
34

Melakukan kegiatan kepada guru mengenai hal-hal yang harus

diperbaiki kegiatan pendampingan dilakukan oleh calon kepala sekolah

dibantu oleh pengawas. Pendampingan dilaksanakan tanggal 28 Juli 2015.

Calon kepala sekolah melakukan observasi kegiatan pendampingan

berlangsung.

c. Monitoring

Monitoring dilakukan melalui observasi kegiatan yang melibatkan

guru senior dan kepala sekolah. Instrumen monitoring dilakukan setelah

kegiatan berlangsung untuk mengisi siklus-siklus calon kepala sekolah

mengisi instrumen yang berkaitan dengan penyusunan RPP di siklus 1

d. Refleksi

Berdasarkan hasil instrumen monitoring yang dilakukan terhadap

calon kepala sekolah oleh kepala sekolah pada siklus 2. Hal ini merupakan

bahwa calon kepala sekolah dapat memmbimbing melalui 7 (tujuh) orang

guru.

Berdasarkan hasil penilai instrumen diperoleh sebagi berikut :

47
X 100% = 90,38 kategori A (Sangat Baik)
52

Hal ini menunjukan bahwa calon kepala sekolah dapat membimbing

melalui pendampingan terhadap 3 (tiga) orang guru yang masih memiliki

kekurangan dalam membuat RPP.


35

Sedangkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan calon

kepala sekolah terhadap guru-guru dalam menyusun RPP mengisi instrumen

monev dan menilai kembali instrumen monev tersebut diperoleh perhitungan

sebagai berikut:

Skor
No Instrumen Jml
No Nama Guru (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
Eka Mustikawati,
1 4 4 4 4 4 3 3 3 29 90,62
S.Pd.I
2 Lin Herlina, S.Pd.SD 4 4 4 3 4 3 3 3 28 87,50
Elsa Wiganda,
3 4 3 3 3 3 3 4 3 26 81,25
S.Pd.SD

Kriteria nilai yang digunakan adalah :

ANGKA HURUP KETERANGAN


86 – 100 A Sangat Baik
71 – 85 B Baik
56 – 70 C Cukup
< 55 D Kurang

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan setelah mengisi dan

menghitung instrumen monitoring dan evaluasi pada guru dalam mereviu

RPP pada siklus 2 melalui kegiatan pendampingan dapat disimpulkan bahwa

ternyata memperoleh hasil yang sangt memauskan, artinya ketiga orang guru

telah dapat memperbaiki yang kurang dalam membuat RPP.

B. Supervisi Guru Junior


36

Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi

akademik membantu guru dalam mengembangkan kemampuan pengelola

pembelajaran. Spervisi akademik merupakan kegiatan terencana, terpola

dalam terprogram, merubah prilaku guru, menigaktakan kualitas pendidikan.

Supervisi akademik dilakukan calon kepala sekolah antara lain :

a. Membimbing guru memilih menggunakan strategi/metoda/teknik dapat

mengembangkan berbagai potensi.

b. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

bimbingan di kelas.

c. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan

menggunakan pasilitas pembelajaran.

d. Memotifasi guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan terperinci

dan terarah.

Sasaran utama supervisi akademik adalah kemapuan guru dalam

merencanakan kegiatan pembelajaran. Menciptakan lingkungan pembelajaran

yang menyenangkan, memanfaatkan sumber pembelajaran yang ada.

 Tujuan supervisi guru junior bagi calon kepala sekolah :

1. Mengembangkan kompetensi akademik

2. Melatih kemampuan melaksanakan supervisi.

3. Melatih kemampuan mengidentifikasi permasalah guru junior, dalam

rangka meningkatkan mutu proses hasil pembelajaran.


37

4. Membantu guru dalam mengambangkan kompetensi guru meningkatkan

kualitas pembelajaran.

5. Membantu guru junior mengembangkan kurikulum silabus dan RPP.

 Hasil yang diharapkan dari supervisi guru juior:

- Mampu mengembangkan kompetensi perencanaan supervisi.

- Melaksanakan supervisi akademik.

- Mampu melaksanakan tindak lanjut dalam rangka menigkatkan hasil

pembelajaran.

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan kegiatan observasi guru junior, calon kepala

sekolah melakukan hal-hal berikut :

a. Meningkatkan pengetahuan supervisi akademik; dengan membaca modul

tentang sipervisi akademik.

b. Melakukan wawancara dengan kepala sekolah tentang supervisi akademik.

c. Menyusun program, membuat jadwal, membuat istrumen perencanaan

kegiatan pembelajaran, instrumen observasi kelas, daftar pernyataan

setelah observasi, dan instrumen tindak lanjut supervisi akademik.

Penulis memutuskan guru junior yang akan disupervisi adalah :

Lin Herlina, S.Pd.SD mengajar di kelas II.

b. Pelaksanaan
38

Kegiatan supervisi akademik meliputi tiga tahapan kegiatan yaitu :

1). Pra observasi dalam tahapan ini guru diberitahu dan dinyatakan

kesiapannya untuk disupervisi oleh kepala sekolah atau guru senior, setelah

ada kesepakatan jadwal, guru diminta untuk mengisi format pra observasi

yang harus diisi, dan memberikan RPP yang akan digunakan pada saat

disupervisi. Supervisor dalam hal ini kepala sekolah atau guru senior

menelaah RPP yang telah diberikan oleh guru yang akan disupervisi.

2). Observasi, sesuai dengan jadwal yang telah disepakati kegiatan

supervisipun dilakukan. Calon kepala sekolah selaku guru senior yang

ditunjuk melakukan supervisi terhadap 7 (tujuh) orang guru, namun untuk

kegiatan pelaporan On the Job Learning (OJL) calon kepala sekolah hanya

memaparkan observasi terhadap 1 (satu) orang guru junior saja yaitu : Lin

Herlina, S.Pd.SD guru kelas II disupervisi pada hari Rabu tanggal 29 Juli

tahun 2015 jam kesatu dan kedua di kelas IV. Pendahuluan pembelajaran

diawali dengan mengucapkan salam dan berdoa sebelum pembelajaran

dimulai, lalu guru mengabsen kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan

pembelajaran. Kegiatan inti menyampaikan informasi yang akan dipelajari.

Kemudian peserta didik diminta untuk mengolah dan menganalisis hasil

gambar pengamatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS

setelah selesai mengisi LKS. Mempersentasikan hasil percobaan dan

pengamatan. Kegiatan penutup diakhiri dengan menyimpulakan materi yang

telah disampaikan.
39

3). Pasca observasi, setelah observasi dilakukan kegiatan refleksi

secara singkat dengan guru junior dengan ditanya bagaimana perasaan/kesan

guru junior tersebut setelah melakukan proses pembelajaran yang diamati

oleh calon kepala sekolah, lalu calon kepala sekolah memberikan pujian

terhadap hal-hal yang sudah baik yang dilakukan oleh guru junior selama

proses pembelajaran, setelah itu guru junior diberi instrumen format 3 (pasca

observasi)

c. Tindak Lanjut dan Hasil

Tindak lanjut dan hasil, setelah mengisi instrumen pasca observasi

calon kepala sekolah memperlihatkan hasil penilaian format 1 tentang

instrumen Perencanaan Kegiata Pembelajaran, untuk Lin Herlina, S.Pd.SD.

Hasil menunjukan guru junior memperoleh nilai 34. Dimasukan

dalam perhitungan maka perolehannya adalah :

34
X 100 % = 77,27% = B (Baik).
44

Dalam format 2 instrumen observasi kelas, Lin Herlina, S.Pd.SD

memperoleh nilai 54, dimasukan dalam menghitung maka memperolehnya

adalah:

54
x 100% = 79,41% = B (Baik)
68
40

Untuk observasi kelas calon kepala sekolah menyarankan untuk

mendorong peserta didik untuk memanfaatkan TIK, diakhir pembelajaran

guru junior tidak lupa menyampaikan pemberian tugas pada pertemuan

berikutnya.

Setelah mengisi format 3 calon kepala sekolah bersama guru junior

mendiskusikan hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk perbaikan dalam

supervisi siklus 2 nanti sebagai tindak lanjut.

Kesimpulan hasil observasi guru junior siklus 1 adalah sebagai berikut :

Format 1 Format 2
No Nama Guru Junior
Angka Huruf Angka Huruf
1 Lin Herlina, S.Pd.SD 77,27 B 79,41 B

2. Siklus 2

a. Perencanaan

Mendiskusikan jadwal untuk supervisi berikutnya, kapan kesediaan

dari guru junior tersebut, hasil berdiskusi dengan Lin Herlina, S.Pd.SD

menyepakati untuk melakukan sepervisi berikutnya di siklus 2 pada hari

Kamis tanggal 30 Juli 2015

b. Pelaksanaan

1). Pra observasi, sebelumnya guru junior diberi instrumen pra

observasi untuk diisi, baru setelah itu dilakukan observasi untuk guru junior.
41

2). Observasi, dilaksanakan sebagai berikut : Lin Herlina, S.Pd.SD

pada saat observasi proses pembelajaran guru junior terlihat lebih baik dalam

mempresiapkan pembelajaran, baik dari segi penyampaian materi. Pada

kegiatan penutup guru junior juga menyampaikan materi dan memberikan

tugas untuk pertemuan berikutnya.

3). Pasca Observasi setelah observasi, seperti halnya pada siklus 1

guru junior diberi pertanyaan bagaimana perasaan/kesan setelah melakukan

proses pembelajaran tadi yang diamati oleh calon kepala sekolah lalu calon

kepala sekolah memberikan pujian terhadap hal-hal yang sudah baik yang

dilakukan guru junior selama proses pembelajaran, setelah itu guru junior

diberi instrumen format 3 (pasca observasi), setelah mengisi instrumen format

3 guru junior diperlihatkan hasil penilaian format 1 dan format 2.

c. Tindak Lanjut dan Hasil

Hasil penilaian untuk Lin Herlina, S.Pd.SD pada siklus 2 untuk

format 1 Instrumen Perencanaan Kegiatan Pembelajaran diperoleh nilai skor

40, dimasukan dalam perhitungan maka diperoleh :

40
x 100% = 90,90% = A (Baik Sekali)
44

Dari pengamatan pada siklus 1 dan siklus 2, untuk guru junior a.n

Lin Herlina,S.Pd.SD pada peningkatan untuk perencanaan kegiatan

pembelajaran, ini diperlihatkan dengan adanya peningkatan perolehan nilai

skor (77,27%) menjadi (90,90%) dari klasifikasi B (Baik) menjadi klasifikasi


42

A (Baik sekali), dan untuk kegiatan observasi kelas diperoleh nilai skor 62,

dimasukan dalam perhitungan diperoleh :

62
x 100% = 91,17% = A (Baik Sekali)
68

Dari pengamatan siklus 1 dan siklus 2, untuk guru junior a.n Lin

Herlina, S.Pd.SD pada observasi kelas ada peningkatan yang signifikan, yaitu

dari 79,41% menjadi 91,17% dari klasifikasi B (Baik) menjadi klasifikasi A

(Baik Seklai)

Kesimpulan hasil observasi guru junior siklus 2 adalah sebagai

berikut :

Format 1 Format 2
No Nama Guru Junior Huru
Angka Angka Hurup
p
1 Lin Herlina, S.Pd.SD 90,90 A 91,17 A

Dari hasil wawancara dengan keduanya terlihat ada kepuasan,

walaupun belum sempurna, bahkan setelah kegiatan ini guru junior lebih

antusias agar program supervisi ini berkesinambungan, dengan supervisi

akademik guru junior merasakan adanya manfaat yang mereka rasakan, a)

dalam penyusunan RPP, b) pelaksanaan proses pembelajaran. Sehingga dapat

menigkatan kompetensi mereka.

C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


43

Penyusunan perangkat pembelajaran merupakan hal penting yang

harus dilakukan oleh guru sebelum pelaksanaan proses pembelajaran.

Perangkat pembelajaran meliputi : 1). Analisa keterkaitan Standar

Kompotensi dengan Kompetensi Dasar, serta Indikator Pencapaian

Kompetensi, 2) Silabus, 3) program tahunan, dan 5) RPP.

Calon kepala sekolah juga adalah seorang guru karenanya dalam

menjalankan kewajibannya sebagai seorang guru, calon kepala sekolah juga

dituntut untuk menyusun RPP sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Bahkan karena calon kepala sekolah adalah calon pemimpin yang sedang

dilatih, ia harus lebih memahami dan memberikan contoh kepada rekan guru

lainnya dalam menyusun perangkat pembelajaran.

Tahap awal dalam pembelajaran yaitu menyusun perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan yaitu pembuatan perencanaan pembelajaran

yang diwujudkan dengan kegiatan pembuatan rencana pembelajaran (RPP).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP

dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta

didik dalam upaya pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada

satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk

berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreatifitas dan kemadirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan


44

fisik serta fsikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan Kompetensi

Dasar (KD) atau sub topik yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau

lebih.

Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri

dan/atau kelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, dipasilitasi, dan

disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah atau guru senior yang ditunjukan

oleh kepala sekolah.

RPP mencakup : 1). Data sekolah, mata pelajaran, dan

kelas/semester, Alokasi waktu 2). Standar Kompetensi (SK) 3). Kompetensi

Dasar (KD) 4). Indikator 5). Tujuan Pembelajaran 6). Materi Ajar 7). Metoda

Pembelajaran 8). Langkah-langkah Pembelajaran. 9). Alat dan Sumber

Belajar. 10). Penilaian. Dalam laporan On the Job Learning (OJL) ini calon

kepala sekolah juga menyusun RPP sesuai dengan mata pelajaran yang

diampu. Sebagai langkah awal dalam menyusun RPP adalah penulisan data

sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester, alokasi waktu. Dan sesuai

dengan program semester yang telah dibuat sebelumnya, bertepatan dengan

materi ajar “Energi dan Perubahannya” alokasi waktu 2 x 35 menit ( 2 jam

pelajaran )

Penentuan SK dan KD diambil dari silabus untuk penentuan

indikator disesuaikan dengan SK, KD dan cakupan materi yang akan

disampiakan. Alat dan sumber belajar juga disesuaikan dengan kondisi

dilapangan, dimana di sekolah kami berapa guru telah memanfaatkan TIK

dalam penyampaian proses pembelajaran. Untuk langkah-lankah


45

pembelajaran diawali dengan pendahuluan (memberi salam, mengecek

kehadiran peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran) pendahuluan

diperkirakan 10 menit. Dilanjutkan dengan kegiatan inti, berkaitan dengan

kegiatan inti.

Peserta didik mengumpulkan informasi untuk menjawab salah satu

pertanyaan yang telah dirumuskan dengan membaca bahan ajar, juga dari

buku sumber lain yang relevan dengan materi yang disampaikan, setelah

mendapat jawaban dari berbagai sumber, kemudian peserta didik diminta

untuk merumuskan secara tertulis, selam peserta didik melakukan kegatan ini

guru dapat melakukan penilaian sikap, peserta didik bersama guru membuat

kesimpulan atas jawaban dari pertanyaan (kegiatan ini berlangsung kurang

lebih selama 50 menit). Dilanjutkan dengan kegiatan penutup dengan

memberikan kesempatan kepada peserta didik bila ada hal yang belum

dipahami guru memberikan penjelasan atas pertanyaan yang disampiakan

peserta didik, peserta didik diberi pertanyaan lisan untuk mengetahui sejauh

mana tujuan pembelajaran dapat diserap peserta didik.

2. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang

dimaksud berupa tertulis maupun tidak tertulis.

Jenis-jenis bahan ajar dapat dibedakan atas beberapa kriteria

pengelompokan. Menurut Koesnandar (2008), jenis bahan ajar berdasarkan


46

subjeknya terdiri dari dua jenis, yaitu : a) Bahan ajar yang sengaja dirancang

untuk belajar seperti buku, LKS. b) Bahan ajar yang dirancang dapat

dimanfaatkan untuk belajar menyatakan bahwa jika ditinjau dari fungsinya

maka bahan ajar yang dirancang terdiri atas 3 kelompok, yaitu : bahan ajar

persentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri.

Pengembangan bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan

siswa terdapat beberapa alasan mengapa perlu pengembangan bahan ajar,

yaitu :

a) Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang

dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.

b) Krakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat

disesuiakan dengan krakteristik siswa sebagai sasaran.

c) Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan

masalah atau kesulitan dalam belajar.

Berkaitan dengan salah satu tugas On the Job Learning (OJL) yaitu

menyusun bahan ajar, maka calon kepala sekolah juga mencoba menyusun

bahan ajar. Seperti yang diuraikan di atas tentang pengertian bahan ajar dan

dasar pengembangan bahan ajar, diantaranya adalah ketersediaan bahan

sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus

sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang

dikembangkan dapat disesuiakan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.


47

Maka pengembangan bahan ajar yang dilakukan guru akan sangat

bermanfaat.

3. Instrumen Penilaian

Penilaian memang peranan yang penting dalam pembelajaran.

Penilaian berfungsi untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan

pembelajaran. Kurikulum KTSP memberlakukan sistem autentik dalam

penilaiannya, artinya penilaian pembelajaran yang meliputi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam RPP instrumen penilaian ada dibagian paling akhir, untuk

keperluan On the Job Learning (OJL) calon kepala sekolah juga melakukan

penyusunan instrumen penilaian.

D. Pengkajian Aspek Manajerial

Dalam mengkaji 9 aspek manajerial, sebagai langkah persiapan

calon kepala sekolah menyiapkan beberapa dokumen, 1) Bahan ajar yang

calon kepala sekolah memperoleh berupa modul suatu kegiatan In-Service 1.

2) Untuk mencari kondisi ideal digunakan atau berpedoman pada

Permendiknas/Permendikbud sesuai dengan aspek kajian manajerial. 3)

Kemudian calon kepala sekolah menyusun instrumen kajian 9 aspek

manajerial yang akan dijadikan panduan mencari informasi dari pemegang


48

jabatan di sekolah, dan 4) Jika informasi dirasa masih kurang calon kepala

sekolah melakukan wawancara dengan para pemegang jabatan tersebut.

1. Rencana Kerja Sekolah

Setelah mempelajari bahan pembelajaran penyusunan rencana kerja

sekolah (RKS) kemudian  mengkaji RKS dan RKJM SDN Jatimulya 03 dan

SDN Bojong 01 penulis  mengerti dan memahami beberapa cara penyusunan

RKS dan RKJM diantaranya model RKS/RKJM yang disusun dikembangkan

berdasarkan rekomendasi EDS mengelompokkan kegiatan-kegiatan sekolah

ke dalam 8 standar : 1) standar isi, 2) Standar proses, 3) standar kompetensi

lulusan, 4) PTK, 5) sarana dan prasarana, 6) pengelolaan, 7) pembiayaan, dan

8) penilaian.

Pengelompokan ini sejalan dengan ketentuan permendiknas nomor

19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan yang mengamanatkan

penyusunan RKS harus memuat kejelasan mengenai: 1) kesiswaan, 2)

kurikulum dan kegiatan pembelajaran, 3) PTK serta pengembangannya, 4)

sarana dan prasarana, 5) keuangan dan pembiayaan, 6) budaya dan

lingkungan sekolah, 7) peran serta masyarakat dan kemitraan, dan 8) rencana

kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu.

Pemahaman penulis tentang penyusunan RKS/RKJM sekolah belum

utuh dan sempurna karena belum pernah menyusun RKS/RKJM sekolah


49

secara lengkap. Untuk memaksimalkan penguasaan kompetensi penulis

tentang penyusunan RKS/RKJM, penulis berharap agar dalam penyusunan

RKS/RKJM sekolah pada tahun berikutnya dapat dilibatkan secara langsung

guna mempraktekkan ilmu yang telah dimiliki.

2. Pengelolaan Keuangan Sekolah

Di SDN Jatimulya 03, dapat disimpulkan bahwa sumber keuangan

sekolah berasal dari pemerintah berupa BOS pusat, BOS provinsi. Namun

belakangan ini ada peraturan daerah yang melarang sekolah melakukan

pungutan pada peserta didik sehingga menyebabkan sumber keuangan

sekolah terbatas hanya mengandalkan dari dana BOS. Semementara dana

BOS peruntukannya sudah ditentukan pengalokasiannya, tidak bisa

digunakan seperti mendistribusikan dana yang bersumber dari masyarakat

sehingga solusi menghadapi peraturan daerah tersebut adalah Sekolah

melakukan pengolahan keuangan secara epektif dan efisien.

Dengan adanya peraturan daerah tersebut tidak menyurutkan

sekolah dalam mengelola keuangan di sekolah dengan melibatkan dana dari

orang tua siswa, karena dana tersebut diperoleh berdasarkan hasil

musyawarah antara orang tua siswa dengan komite sekolah.

Kegiatan perencanaan anggaran pembiayaan sekolah sudah sesuai

dengan aturan dan petunjuk penggunaan yaitu: 1) Disusun setiap awal tahun

pelajaran, 2) Melakukan analisis kebutuhan, 3) Melakukan penyusunan

program strategis, 4) Dituangkan dalam RKS, hanya ada satu kesenjangan


50

yaitu dalam menyusun perencanaan anggaran pembiayaan sekolah belum

melibatkan stakeholder sekolah, solusinya adalah sekolah harus membentuk

tim pengembang sekolah yang akan dilibatkan dalam menyusun perencanaan

anggaran pembiayaan sekolah.

3. Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan pendidik dan

tenaga kependidikan kemudian mengkaji pengelolaan pendidik dan tenaga

kependidikan sekolah tempat magang, penulis mengetahui keadaan guru dan

pegawai, kualifikasi pendidikan, serta memahami pengaturan pembagian

tugasnya masing-masing. Berdasarkan permendiknas nomor 39 tahun 2009

tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas sekolah yang mewajibkan

guru mengajar 24 jam tatap muka kualifikasi pendidikan guru

memperlihatkan bahwa guru-guru sudah memenuhi standar kualifikasi

pendidikan.

Untuk mengembangkan kompetensi guru-guru, kepala sekolah

mengarahkan guru untuk terlibat aktif dalam kegiatan KKG. Penulis juga

memahami kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan setelah

mempelajari permendiknas terkait. Kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan sekolah magang sebaiknya dapat diidentifikasi dan petakan

oleh kepala sekolah untuk menjadi pertimbangan dalam pembagian tugas dan

pembinaannya secara berkelanjutan. Untuk itu sebagai calon kepala sekolah,


51

penulis berharap ada penilaian atau uji kompetensi bagi guru-guru untuk

mengetahui tingkat kompetensinya.

4. Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah (TAS)

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pembinaan tenaga

administrasi sekolah, permendiknas nomor 24 tahun 2008 tentang tenaga

administrasi sekolah yang dimiliki dimensi kompetensi, yaitu: (1) kompetensi

kepribadian, (2) kompetensi sosial, (3) kompetensi teknis administrasi

sekolah, dan (4) kompetensi manajerial ketatausahaan sekolah.

Kemudian mengkaji pembinaan TAS tempat magang, penulis

mendapat pengetahuan tentang kompetensi TAS yang harus dibina oleh

kepala sekolah. Penulis juga memperoleh pengetahuan tentang model-model

pembinaan TAS.

5. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan sarana dan

prasarana sekolah kemudian mengkaji pengelolaan sarana dan prasarana

sekolah tempat magang, penulis mengetahui sumber daya sarana dan

prasarana yang dimiliki sekolah magang. Penulis juga mendapat pemahaman

tentang perencanaan pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan

penghapusan sarana prasarana sekolah. Standar sarana dan prasarana sekolah

menurut permendiknas nomor 24 tahun 2007 harus dijadikan sebagai acuan

dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.


52

6. Pengelolaan Kurikulum

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan kurikulum

kemudian mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah tempat magang, penulis

lebih mengerti tentang pengelolaan kurikulum sekolah, proses penyusunan

kurikulum, bentuk-bentuk RPP yang memuat nilai-nilai karakter bangsa

sesuai dengan KI dan KD yang dikembangkan. RPP yang dikembangkan oleh

guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL),

dan panduan penyusunan Kurikulum. Kegiatan penyusunan dan

pengembangkan RPP dilakukan secara mandiri ataupun berkompok dalam

pertemuan Kelompok Kerja Guru ( KKG ) sekolah. Untuk memaksimalkan

kompetensi pengelolaan kurikulum sekolah, termasuk penyusunan RPP yang

memuat nilai-nilai karakter, penulis akan lebih banyak belajar dan berusaha

selalu terlibat secara langsung dalam penyusunan dan pengembangan

kurikulum sekolah.

7. Pengelolaan Peserta Didik

Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan peserta didik

kemudian mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang,

penulis memiliki pemahaman tentang perencanaan dan penerimaan peserta

didik baru. Kegiatan pembinaan peserta didik sebagaimana diatur dalam

permendiknas nomor 39 tahun 2008 tentang pembinaan dimaksud adalah :

1. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia;


53

2. Melaksanakan tata tertib sekolah;

3. Melaksanakan gotong royong dan kerja bakti (bakti sosial);

4. Melaksanakan norma-norma yang berlaku dan tatakrama pergaulan;

5. Menumbuhkembangkan kesadaran untuk rela berkorban terhadap sesama;

6. Melaksanakan kegiatan 7K (Keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan,

kekeluargaan, dan kedamaian ).

Penulis juga mendapat informasi dan pengetahuan tentang kegiatan-

kegiatan pengembangan diri siswa yang dikembangkan berdasarkan bakat,

minat, kreativitas dan kemampuan siswa. Untuk mengembangkan penguasaan

kompetensi dalam pengelolaan peserta didik, penulis akan lebih banyak

membaca bahan-bahan pembelajaran terkait pengelolaan peserta didik dari

berbagai sumber.

8. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran

Setelah mempelajari bahan pembelajaran TIK dalam pembelajaran

kemudian mengkaji pemanfaatn TIK dalam pembelajaran sekolah tempat

magang, berdasarkan Permendiknas nomor 13 tahun 2007 kompetensi

manajerial memiliki kemampuan mengoperasikan hardware dan software

dalam presentasi multimedia pembelajaran dan pengaplikasian media

pembelajaran TIK, penulis mendapat informasi tentang sumber daya sarana

dan prasarana yang dimiliki sekolah yang masuk dalam ketegori TIK serta

mendapat gambaran kompetensi pendidik (guru) dalam penguasaan TIK

terutama komputer
54

9. Monitoring dan Evaluasi

Setelah mempelajari bahan pembelajaran monitoring dan evaluasi

program sekolah kemudian mengkaji monitoring dan evaluasi sekolah tempat

magang, berdasarkan Permendiknas nomor 13 tahun 2007 kompetensi

manajerial mencapai terget kompetensi “Melakukan monitoring, evaluasi, dan

pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat,

serta merencanakan tindak lanjutnya” Penulis belum mendapatkan hasil

monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah magang berdasarkan

prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi sehingga belum memperoleh

pengetahuan yang utuh yaitu paham secara teori dan praktek. Untuk

meningkatkan penguasaan kompetensi penulis dalam pelaksanaan monitoring

dan evaluasi program sekolah, maka penulis berharap agar dapat dilibatkan

secara langsung dalam pelaksanaan monev program-program sekolah dimasa

yang akan datang.

E. Peningkatan Kompetensi Berdasarkan AKPK yang Kurang di Sekolah

ke Dua ( SDN Bojong 01 Pameungpeuk)

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pengalaman yang sudah

dimiliki berkenan dengan calon kepala sekolah, sebelumnya telah dilakukan

penyebaran angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian kepada

seluruh calon kepala sekolah yang mengikuti program tersebut oleh Dinas

Pendidikan Kabupaten Garut.


55

Tujuan dilakukannya AKPK bagi calon kepala sekolah adalah untuk

mengidentifikasi bagian-bagian kompetensi yang dikuasai oleh calon kepala

sekolah (merupakan kekuatan) yang ditunjukan melalui pengetahuan dan

pengalamnya. Selain itu, juga untuk mengidentifikasi bagian-bagian

kompetensi yang belum dikuasai oleh calon kepala sekolah (sebagai

kelemahan) dan memerlukan pengalaman pengetahuna serta pengalaman,

sehingga akan menjadi bahan pengembangan lebih lanjut dalam diklat calon

kepala sekolah.

Berdasarkan hasil penilaian Analisis Kebutuhan Pengembangan

Kepofresian (AKPK) sebagai peserta diklat calon kepala sekolah

memperlihatkan hasil sebagai berikut.

Kompetensi Kode Jumlah


Kepribadian 1 86
Kompetensi Manajerial 2 71
Kewirausahaan 3 67
Supervisi 4 50
Sosial 5 67

Diperoleh temuan kelemahan pada dimensi supervisi.

Berdasarkan Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian

(AKPK) di atas kelemahan yang ada pada diri calon kepala sekolah dalam

kompetensi supervisi dan manajerial. Hal ini diakui oleh calon kepala sekolah

terutama kompetensi supervisi ksrena jarang dilakukan kegiatan supervisi di

sekolah. Hal ini berpengaruh pada pengalaman kerja calon kepala sekolah

dalam kompetensi-kompetensi yang masih kurang berdasarkan Analisis

Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) tersebut cenderung lemah.


56

Sebagai tindak lanjut dari hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan

Keprofesian (AKPK) calon kepala sekolah yang masih kurang atau sangat

lemah, dan juga merupakan salah satu tugas dari kegiatan On the Job

Learning (OJL), maka calon kepala sekolah harus meningkatkan kompetensi

supervisi di sekolah magang 2, yaitu di SDN Bojong 01 Pameungpeuk

melalui kegiatan pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan kegiatan

supervisi yang dilakukan di SDN Bojong 01 Pameungpeuk.

Sebagai langkah awal dalam kegiatan ini, calon kepala sekolah

melalui hal-hal berikut :

a) Menemui kepala SDN Bojong 01 Pameungpeuk, pada tanggal 17 Juni

2015, menyampaikan surat tugas magang sekolah 2 sekaligus

menyampaikan maksud dan tujuan On the Job Learning (OJL) di sekolah

magang 2 yaitu SDN Bojong 01 Pameungpeuk.

b) Pada hari Rabu, tanggal 25 Juli 2015 calon kepala sekolah melakukan

kajian aspek manajerial dan pada kesempatan itu juga calon kepala

sekolah menyempatkan wawancara kepala sekolah seputar pelaksanaan

supervisi akademik di sekolah yang beliau pimpin, dan diakhir

pertemuan beliau memberikan program supervisi di SDN Bojong 01

Pameungpeuk kepada penulis.

Hasil dari wawancara dan studi dokumentasi calon kepala sekolah

dapat menjabarkan bahwa kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepada guru

di SDN Bojong 01 Pameungpeuk sebanyak 2 kali dalam satu semester untuk


57

setiap orang guru di sekolah tersebut. Adapun supervisi ini dilaksanakan

dengan menitik beratkan pada proses pembelajaran. Supervisi akademik di

SDN Bojong 01 Pameungpeuk rencana pelaksanaannya disesuaikan dan

dirancang berdasarkan jadwal pembelajaran proses pembelajaran tatap muka

di kelas. Untuk pelaksanaan supervisi akademik dengan observasi di kelas

kepala sekolah membuat kesepakatan dengan guru yang akan dikunjungi

untuk disupervisi akademik dalam melaksanakan proses pembelajaran di

kelas, biasanya kepada guru tersebut di informasikan oleh kepala sekolah

bidang akademik/kurikulum tiga hari sebelum supervisi dilaksanakan.

Bagi guru yang memperoleh nilai sebutan cukup atau kurang,

langkah kepala sekolah akan mengadakan pelaksanaan supervisi kelinis bagi

guru tersebut, dengan menggunakan pendekatan kolaboratif artinya tanggung

jawab terbagi relatif sama antara kepala sekolah/pengawas dengan guru, dan

langkah-langkah pelaksanaan supervisi klinisnya menggunakan tiga tahap,

yaitu : tahap pertemuan awal, tahap observasi proses pembelajaran, dan tahap

pertemuan balikan, serta instrumen yang digunakannya pun sama seperti pada

whaktu pelaksanaan supervisi akademik.

Dari hasil supervisi akademik dan supervisi klinis maka akan

ditindaklanjuti. Sedangkan yang mendapat perolehan nilai sebutan cukup atau

kurang diikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan yang dapat

meningkatkan kompetensinya dan keprofesionalannya sebagai guru, diberi

bimbingan teknis, supervisi klinis berkelanjutan, dan IHT. Adapun instrumen

tindak lanjutnya dibuat perorangan untuk setiap guru. Instrumen supervisi


58

akademik yang digunakanpun lebih cocok untuk obserfasi kelas yang

mengajak di kelas 1 menggunakan KTSP, ditandai dengan adanya kegiatan

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Anda mungkin juga menyukai