Anda di halaman 1dari 121

LAPORAN

PRAKTIKUM PRESTASI MESIN

NAMA : FARHAN AFRIANDA


NPM : 1807230164

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

PRESTASI MESIN

Disusun Oleh :

NAMA : FARHAN AFRIANDA


NPM : 1807230164

Disetujui Oleh :

Pembimbing Ka.Lab Prestasi Mesin

(Chandra A. Siregar, S.T,.M.T) (Chandra A. Siregar, S.T,.M.T)

Diketahui
Ketua Program Studi Teknik Mesin

(Chandra A.Siregar,S.T,.M.T)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
LABORATORIUM
PRESTASI MESIN
JL. KAPTEN MUKHTAR BASRI, BA NO. 3 MEDAN - 20238 TELP. 061-6622400 Ext. 12

Bila menjawab surat ini, agar disebutkan


nomor dan tanggalnya

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
T.A. 2020/2021

NAMA : FARHAN AFRIANDA

NPM : 1807230164

PERCOBAAN / MODUL : REFRIGRANT

NAMA PEMBIMBING :Igbal Tanjung ,S.T.,M.T

No. Asistensi Tanggal Paraf Keterangan

Telah selesai asistensi dan menyerahkan laporan praktikum pada hari, ...........................

tanggal - - 2020 .

Diketahui, Pembimbing Laporan


Kepala Laboratorium
Prestasi Mesin

(Chandra A. Siregar, S.T,.M.T.) (Iqbal Tanjung,S.T.,M.T )


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
LABORATORIUM
PRESTASI MESIN
JL. KAPTEN MUKHTAR BASRI, BA NO. 3 MEDAN - 20238 TELP. 061-6622400 Ext. 12

Bila menjawab surat ini, agar disebutkan


nomor dan tanggalnya

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
T.A. 2020/2021

NAMA : FARHAN AFRIANDA

NPM : 1807230164

PERCOBAAN / MODUL : POMPA SENTRIFUGAL

NAMA PEMBIMBING : Iqbal Tanjung, S.T.,M.T

No. Asistensi Tanggal Paraf Keterangan

Telah selesai asistensi dan menyerahkan laporan praktikum pada hari, ...........................

tanggal - - 2020 .

Diketahui, Pembimbing Laporan


Kepala Laboratorium
Prestasi Mesin

(Chandra A. Siregar, S.T,.M.T.) (Iqbal Tanjung, S.T,.M.T)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
LABORATORIUM
PRESTASI MESIN
JL. KAPTEN MUKHTAR BASRI, BA NO. 3 MEDAN - 20238 TELP. 061-6622400 Ext. 12

Bila menjawab surat ini, agar disebutkan


nomor dan tanggalnya

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
T.A. 2020/2021

NAMA : FARHAN AFRIANDA

NPM : 1807230164

PERCOBAAN / MODUL : MOTOR BAKAR

NAMA PEMBIMBING : Iqbal Tanjung, S.T,.M.T

No. Asistensi Tanggal Paraf Keterangan

Telah selesai asistensi dan menyerahkan laporan praktikum pada hari, ...........................

tanggal - - 2020 .

Diketahui, Pembimbing Laporan


Kepala Laboratorium
Prestasi Mesin

(Chandra A. Siregar, S.T,.M.T.) (Iqbal Tanjung, S.T,.M.T)


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia
dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah keberhasilan
penulis dalam menyelesaikan Laporan praktikum Prestasi Mesin.

Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktikum


Prestasi Mesin ini, untuk itu penulis menghaturkan rasa terimakasih yang tulus
dan dalam kepada:
1. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing, yang telah
banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Laporan
Praktikum Prestasi Mesin, serta Sekretaris Program Studi Teknik Mesin,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu kepada
penulis.
5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini.
Laporan Praktikum Prestasi Mesin ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif
untuk menjadi bahan pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan.
Semoga Laporan Praktikum Prestasi Mesin ini dapat bermanfaat bagi dunia
Teknik Mesin.
Medan, 30 Desember 2021

Farhan Afrianda

i
DAFTAR ISI

Cover
Lembar Pengesahan Praktikum Prestasi Mesin
Lembar Asistensi Modul Refrigrant
Lembar Asistensi Modul Pompa
Lembar Asistensi Modul Motor Bakar
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Gambar v
Daftar Tabel v
Daftar simbol dan singkatan v
BAB 1. REFRIGRANT (MESIN PENDINGIN) 1
1.1 Pendahuluan Praktikum Refrigrant 1
1.1.1 Latar Belakalang Refrigrant 1
1.1.2 Tujuan Praktikum Refrigrant 1
1.1.3 Manfaat Praktikum Refrigrant 1
1.2 Tinjuan Pustaka Refrigrant 2
1.2.1 Refrigrant (Mesin Pendingin) 2
1.2.2 Jenis-Jenis Mesin Pendingin 2
1.2.3 Fungsi Mesin Pendingin 4
1.2.4 Cara Kerja Mesin Pendingin 4
1.2.5 Bagian Utama Mesin Pendingin Kompresi Uap 5
1.2.6 Beban Pendinginan 7
1.2.6.1 Refrigerant 9
1.2.6.2 Istilah - istilah Mesin Pendingin 11
1.2.7 Rumus Perhitungan 12

1.3 Metodologi Praktikum Refrigrant 17


1.3.1 Waktu dan Tempat 17
1.3.1.1 Waktu Praktikum 17

ii
1.3.1.2 Tempat Praktikum 17
1.3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan 17

1.3.2.1 Alat yang Digunakan 18


1.3.2.2 Bahan Praktikum 18

1.3.3 Langkah Kerja 20


1.4 Hasil dan Pembahasan 24
1.4.1 Data 1 (Orifice) 24
1.4.2 Data 2 (Capiler) 29
1.5 Kesimpulan dan Saran 32
1.5.1 Kesimpulan 32
1.5.2 Saran 32
BAB 2. POMPA 34
2.1 Pendahuluan Praktikum Pompa 33
2.1.1 Latar Belakalang Pompa 33
2.1.2 Tujuan Praktikum Pompa 33
2.1.3 Manfaat Praktikum Pompa 33
2.2 Tinjauan Pustaka 34
2.2.1 Dasar Teori Pompa 34
2.2.2 Pengertian Fluida Dan Head 35
2.2.3 Jenis-Jenis Pompa 36
2.2.4 Operasi Seri Dan Paralel 37
2.2.5 Pompa Sentrifugal dan Prinsip Kerja 39
2.2.6 Teori dan Persamaan yang Mendukung Percobaan 41
2.2.7 Rumus-rumus Perhitungan 41
2.3 Metodologi Praktikum Pompa Sentrifugal 47
2.3.1 Waktu dan Tempat 47
2.3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan 47
2.3.3 Langkah Kerja Praktikum 47
2.4 Hasil dan Pembahasan 54
2.4.1 Single Pomp 54

iii
2.4.2 Pompa Seri 54
2.4.3 Pompa Paralel 56

2.5 Kesimpulan dan Saran 57


2.5.1 Kesimpulan 57
2.5.2 Saran 57

BAB 3. MOTOR BAKAR 58


3.1 Pendahuluan Praktikum Motor Bakar 58
3.1.1 Latar Belakang Motor Bakar 58
3.1.2 Tujuan Praktikum Motor Bakar 58
3.1.3 Manfaat Praktikum Motor Bakar 59
3.2 Tinjauan Pustaka 59
3.2.1 Latar Belakang Motor Bakar 60
3.2.2 Motor Bensin (Mesin Otto) 60
3.2.3 Prinsip kerja motor bensin 60
3.3 Metodologi Praktikum Motor Bakar 65
3.3.1. Waktu dan Tempat 65
3.3.2 Alat dan Bahan 66
3.3.3 Langkah kerja 69
3.4 Hasil dan Pembahasan 77
3.5 Kesimpulan dan saran 79

Daftar Pustaka 80
Lampiran

iv
BAB I
MESIN PENDINGIN (REFRIGRANT)

1.1 Pendahuluan Mesin Pendingin (Refrigrant)


1.1.1 Latar Belakang Mesin Pendingin
Kebutuhan mesin pendingin yang meningkat padadaerah-daerahtertentu
telah menyebabkan banyaknyapermintaan mengenai tenaga-tenaga yang memiliki
kemampuan dasar tentang prinsip kerja mesin pendingin.
Secara umum mesin pendingin mempunyai prinsip kerja yaitu dengan cara
refrigerant yang berada di dalam kompresor dinaikkan tekanannya sampai
menjadi gas. Kemudian zat refrigerant itu dialirkan ke dalam kondensor untuk
diubah menjadi cair untuk selanjutnya dialirkan ke dalam katup ekspansi. Setelah
melewati katup ekspansi kemudian zat refrigerant diekspansikan ke dalam
evaporator dalam keadaan gas untuk mengambil panas dari lingkungan untuk
selanjutnya diteruskan ke kompresor demikian seterusnya.
Secara umum mesin pendingin hanya dipakai untuk proses pendinginan
ruangan saja, tetapi pada masa-masa sekarang ini telah dijumpai prinsip kerja dari
mesin pendingin yang diaplikasikan untuk proses pengawetan, penyerapan kalor
dari bahan-bahan kimia pada industri petrokimia, perminyakan serta industri lain.

1.1.2 Tujuan Praktikum Mesin Pendingin


Adapun tujuan praktikum ini adalah :
1. Mengetahui tentang besarnya COP dari instalasi mesin pendingin, energi
yang hilang dari setiap potongan duct, dan efisiensi ketel sebagai komponen
pelengkap instalasi P.A. HILTON.
2. Mengetahui besarnya kapasitas pendinginan, COP berdasarkan siklus
refrigerant dan efisiensi dari evaporator sebagai komponen utama heat
exchanger.

1.1.3 Manfaat Praktikum Refrigrant


Dengan melaksanakan praktikum mesin pendingin ini, akan dapat
memahami dan mengenal proses serta siklus-siklus termodinamika yang terjadi
dan dapat mengetahui komponen yang terlibat di dalamnya sehingga praktikan
dapat mengetahui pengaruh-pengaruhnya dalam unjuk kerja mesin.

1.2 Tinjauan Pustaka Mesin Pendingin


1.2.1 Mesin Pendingin
Mesin pendingin adalah mesin konversi energi yang dipakai untuk
memindahkan kalor dari reservoir panas bertemperatur tinggi menuju reservoir
panas bertemperatur lebih tinggi dengan menambahkan kerja kalor dari luar.
Secara jelasnya, mesin pendingin merupakan peralatan yang digunakan dalam
proses pendinginan suatu materi (fluida) sehingga mencapai temperatur dan
kelembapan yang diinginkan dengan jalan menyerap panas (kalor) dari meteri
(fluida) yang dikondisikan atau dengan kata lain menyerap panas dari suatu panas
dari reservoir dingin dan diberikan ke reservoir panas.

Gambar 1.1 Mesin Pendingin LAB UMSU

1.2.2 Jenis-jenis Mesin Pendingin


1. Air conditioner (AC)
Untuk mempertahankan kelembapan relatif di dalam suatu ruangan,
sehingga diperoleh kesegaran serta kenyamanan. Mesin ini banyak digunakan
pada laboratorium, tempat tinggal, kantor, dll
Gambar 1.2 Air Conditioner (AC)
2. Cold storage
Mesin ini digunakan untuk menjaga kestabilan temperatur ruangan
(menjaga temperatur dan kelembapan). Berfungsi untuk menyimpan bahan
makanan dan minuman, alat kedokteran, dan yang lainnya.

Gambar 1.3 Cold Storage


3. Freezer
Mesin ini berfungsi untuk mendapatkan temperatur yang sangat rendah dan
biasanya mencapai 00C. Digunakan pada pembuatan es, untuk pengawetan
daging, ikan, dan lainnya. Menurut cara kerjanya mesin pendingin ini bagus untuk
pembuatan es.

Gambar 1.4 Freezer


1.2.3 Fungsi Mesin Pendingin
Secara umum mesin pendingin mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menjaga temperatur udara yang berada pada suatu ruang
2. Menyimpan bahan makanan agar tidak cepat membusuk
3. menyerap kalor yang ada pada suatu ruangan

1.2.4 Cara Kerja Mesin Pengingin


Menurut cara kerjanya mesin pendingin dapat dibagi menjadi 2,yaitu :
1. Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap
Mesin ini berfungsi untuk menaikkan tekanan uapzat pendingin dari
evaporator kemudian mendorongnya ke dalam kondensor agar mudah
diembunkan.

Gambar 1.5 Siklus sistem pendingin kompresor uap

2. Mesin pendingin dengan siklus pendinginan absorpsi


Mesin ini menggunakan zat penyerap, generator, dan absorbsi fluida. Kerja
sistem zat pendingin yang bertekanan rendah dihisap oleh larutan cair dalam
absorsi. Proses absorbsi dilakukan secara adiabatis, suhu larutan naik dan absorbsi
uap akan berhenti. Untuk mengaitkan proses absorbsi, absorso didinginkan oleh
udara atau air lalu melepas kalor ke udara bebas. Lalu dipompakan ke tekanan
tinggi. dalam generator uap dikeluarkan dan larutan menyerap dengan
menambahkan kalor.
Gambar 1.7 Sistem Pendinginan Absorbsi Sumber : Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara (W.F.Stoecker,1992 : l87)

1.2.5 Bagian Utama Mesin Pendingin Kompresi Uap


1. Kompresor
Adalah Alat yang digunakan untuk mengkompresikan refrigerant (zat
pendingin) yang berbentuk uap ke dalam kondensor sehingga tekanannya naik dan
mudah diembunkan.

Gambar 1.8 kompresor

2. Kondensor
Berfungsi untuk mengubah refrigerant yang mempunyai fase/wujud uap
menjadi cair pada tekanan konstan (sebagai alat pengembun refrigerant).
Gambar 1.9 Kondensor

3. Katup Ekspansi
Mempunyai fungsi untuk menguapkan cairan refrigerant agar mudah
menguap jika mendapat panas.

Gambar 1.10 Evaporator

4. Evaporator
Berfungsi untuk menyerap panas dari udara luar sehingga refrigerant
berubah fase menjadi uap.
Gambar 1.11 Evaporator
1.2.6 Beban Pendinginan
1. Internal
a) Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas
dari produk (orang) yang berada di dalam ruangan pendinginan itu.
Beban ini tergantung dan sebanding dengan banyaknya orang (n), kalor
yang dilepas (q) dan faktor beban (CL).
b) Peralatan Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor
yang dilepas dari peralatan-peralatan yang berada di dalam ruangan
pendinginan tersebut. Beban ini tergantung dan sebanding dengan
besarnya power atau daya (P), faktor bullast (CB) dan faktor beban (CL).

qx = P.Bf.CLf

dimana : qx : beban pendinginan peralatan (J/s)


P : power peralatan
Bf : faktor bullast (lampu Fo 1,25 ; lampu pijar = 30)
CLf : faktor beban pendinginan 2.
2. Eksternal
a) Ventilasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara dengan
luar ruangan tetapi terkendali untuk memenuhi kebutuhan akan udara
yang dibutuhkan oleh tiap produk (orang). Beban ini tergantung dan
sebanding dengan jumlah orang (n), kebutuhan udara tiap orang (Vr),
besar perbedaan enthalpy udara luar dengan dalam serta densitas (ρ)

qb= n.mv.Δh.CLf

dimana : qb : beban pendinginan ventilasi (J/s)


mv : kebutuhan udara tiap detik (kg/s)
Δh : kandungan kalor (beda enthalpy luar & dalam)
Kj/kg

b) Infiltrasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara
pendinginan denganudara luar tanpa terkendali. Beban ini tergantung dan
sebanding dengan bukaan tiap jalan (x), volume ruangan (Vr), besar
perbadaan enthalpy udara luar dengan dalam, serta densitas (ρ).

qA = m̄v.Δh.CLf

dimana : qA : beban pendinginan infiltrasi (J/s)


m̄v : laju infiltrasi
CLf : faktor beban pendinginan

c) Radiasi
Beban pendinginan yang disebabkan adanya kalor yang berasal dari luar
ruangan berupa radiasi sinar matahari (beban panas matahari yang
melalui permukaan tembus cahaya).
d) Perpindahan panas
Beban pendinginan yang disebabkan adanya kalor yang diserap oleh
dinding (tak tembus cahaya) yang kemudian terkonduksi ke dalam
ruangan.
Q = u.A.ΔT (Kj/det)

dimana : u : koefisien perpindahan panas total (KJ/det.m2.K)


A : luas panas (m2)
ΔT : beda suhu terhadap lingkungan (K)

2.2.6.1 Mesin Pendingin (Refrigerant)


Refrigerant adalah zat yang pada tekanan 1 atm mempunyai titik didih
sangat rendah sampai -157 oC.Refrigerantbertindak sebagai media penghantar
kalor pada proses pemindahan kalor dari produk yang diinginkan ke media
pendingin. Refrigerant mengalir dalam refrigerator dan bersirkulasi melalui
komponen fungsional untuk menghasilkan efek mendinginkan dengan cara
menyerap panas melalui ekspansi dan evaporasi.
Macam – macam Refrigerant :
1. Berdasarkan penggunaan refrigerant dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Refrigerant Primer
Refrigerant yang digunakan pada sistem kompresi uap (R-22, R-134).
b) Refrigerant
Sekunder Cairan-cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor
bersuhu rendah dari suatu lokasi ke lokasi lain.
2. Berdasarkan komponen penyusun
a) Senyawa Holocarbon
Mempunyai satu atau lebih atom dari salah satu halogen.
b) Anorganik
Merupakan refrigerant terdahulu yang masih digunakan padasaatini,
contoh : amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2
c) Hidrocarbon
Banyak senyawa hidrocarbon yang digunakan sebagairefrigerant,
khususnya untuk dipakai pada industri perminyakandan petrokimia.
Diantaranya adalah metana (CH4), propana (C3H8)dan etana (C2H6).
d) Azeotrop
Suatu senyawa azeotrop dua substansi adalah campuran yang
dapatdipisahkan komponen-komponennya secara destilasi. Azeotrop
menguap dan mengembun sehingga suatu substansi tunggal yangsifat-
sifatnya berbeda dengan unsur pembentuknya. Misal :
refrigerant SO2 yang merupakan campuran 48,8% R-22 dengan51,2%
R-115.
Syarat– syarat Refrigerant Yaitu :
Agar diperoleh sistem refrigerasi yang memiliki peforma maksimum maka
pemilihan refrigerant harus benar-benar diperhatikan. Adapun syarat-syaratnya
antara lain :
1) Tekanan penguapan harus tinggi, Sebaiknya refrigerant memiliki
temperatur penguapan pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat
dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya
efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi.
2) Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi Apabila tekanan
pengembunannya rendah, maka perbandingan kompresinya menjadi lebih
rendah sehingga penurunan prestasi kompresor dapat dihindari.
3) Kalor laten penguapan harus tinggi karena menguntungkan untuk kapasitas
refrigerasi yang sama jumlah refrigerant bersirkulasi menjadi lebih kecil.
4) Volume spesifik (terutama dalam fase gas) Memungkinkan penguapan
kompresor dengan volume langkah torak yang lebih kecil.
5) Koefisien prestasi harus tinggi.
6) Konduktivitas termal yang tinggi.
7) Viskositas yang rendah dalam fase cair maupun gas
8) Refrigerant harus stabil dan tidak bereaksi pada material
9) Tidak mudah terbakar
10) Tidak beracun dan ramah lingkungan
2.2.6.2 Istilah - istilah Mesin Pendingin
1. Panas Laten
Adalah jumlah panas yang diambil atau diberikan kepada suatu zat dimana
akan menyebabkan terjadinya perubahan fase/wujud dari zat yang
bersangkutan tanpa mengalami perubahan temperatur.
2. Panas Sensible
Adalah jumlah panas yang diambil atau diberikan kepada suatu zat dimana
akan menyebabkan terjadinya perubahan temperatur tanpa mengalami
perubahan fase/wujud dari zat yang bersangkutan.
3. Panas Spesifik
Adalah jumlah panas/kalor yang diperlukan setiap kilogram massa zat untuk
menaikkan temperaturnya sebesar satu derajat Celcius.
4. Wet Bulb Temperatur
Adalah temperatur udara yang tidak memperhitungkan pengaruh radiasi,
konduksi, dan konveksi.
5. Dry Bulb Temperatur
Adalah temperatur udara yang memperhitungkan.pengaruh radiasi,
konduksi, dan konveksi .
6. Dew point Temperatur
Adalah temperatur pada saat udara menjadi jenuh, artinya udara mulai
berubah menjadi kondensat (mengembun) setelah mengalami proses
pendinginan pada tekanan konstan dan kelembaban absolut yang konstan.
7. Kelembaban Absolut
Adalah perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering
dalam suatu volume campuran.
8. Kelembaban Relatif
Adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air dalam suatu campuran
tehadap tekanan jenuhnya pada temperatur yang sama.
9. Refrigerant effect
Yaitu kemampuan suatu Refrigerant (zat pendingin) untuk menyerap
panas/kalor agar berubah fase/wujudnya berubah dari cair menjadi uap.
10. Enthalpy
Adalah jumlah kalor yang dikandung oleh setiap kilogram zat pada
tekanan dan temperatur tertentu ditambah dengan kerja yang bekerja pada
zat tersebut yang merupakan perkalian antara tekanan yang bekerja pada
zat tersebut dengan volume spesifiknya.
11. Coeficient of Performance (COP)
Adalah perbandingan antara panas yang diserap oleh refrigerant (zat
pandingan) dengan kerja kompresor.
12. Beban Pendinginan
Yaitu kalor yang diambil tiap detik dari produk yang diinginkan (kJ/detik).
Manfaatnya untuk meramalkan kalor yang mampu diserap tiap detik oleh
instalasi mesin pendingin.
13. Kapasitas Pendinginan
Adalah jumlah kalor yang diserap oleh refrigerant dari benda atau fluida
yang hendak didinginkan.
14. Tor refrigerant
Laju aliran kapasitas refrigerant digunakan untuk menyerap panas yang
ada di dalam sistem tiap satuan waktu. Jadi tor refrigerant merupakan
satuan daya dalam British (Btu/jam).

1.2.7 Rumus Perhitungan


1. Kapasitas Pendinginan
Kapasitas pendinginan adalah panas yang diserap oleh refrigerant (zat
pendingin) dari fluida.

Qr = mr (h2-h1)

Dimana : mr = massa refrigerant yang mengalir persatuan waktu [kJ/kg]


h1 = enthalpy refrigerant temasuk evaporator [kJ/kg]
h2 = enthalpy refrigerant keluar evaporator [kJ/kg]
2. Daya Kompresor (W)
Kerja dari kompresor perstuan waktu yang masuk kedalam sistem.

W = mr ( h3-h2 )

Dimana : h3 = enthalpy refrigerant keluar kompresor [kJ/kg] (dilihat ditabel


Superheated)
h2 = enthalpy refrigerant masuk kompresor [kJ/kg]

3. Kapasitas kondensor (Q1)


Kapasitas kondensor adalah banyaknya panas (kalor) yang dilepaskan oleh
refrigerant (zat pendingin).

Q1 = Mr ( h3-h4 )

Dimana : h3 = Enthalpy refrigerant masuk kondensor [kJ/kg]


h4 = Enthalpy refrigerant keluar kondensor [kJ/kg]

4. Performance Mesin Pendingin


a) Refrigerant effect ( Qe )
Jumlah panas yang diserap oleh satuan berat refrigerant.

Qe = h1-h4

b) Coeficiant of Performance (COP)

Q e h2−h 1
COP = =
W h3−h 2

Kondisi pada penampang C-D pada air flow rate


Gambar1.12 Penampang C-D
 Keseimbangan Energi

mchc – maha = - H2 + HLC-D

 Kekekalan massa aliran fluida :


mc = ma – mo ; mo = massa alir udara lewat oriface pada ujung duc
Z
mo = 0.0504❑
√ vo
(kg/s)

 Kalor sensibel
PH2 = mD . CP . ΔT
Dengan : Z = tinggiskala pada inclinedmanometer( mmH2O )
VD = volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa
dicari dari diagram psycometry
hC = enthalpy udara di penampang C
hD = enthalpyudara di penampang D
PH2 = Daya reheater
H1C-D = kerugian energi pada daerah C-D
Cp = panas jenis udara antara C-D
Kondisi penampang B – C
Gambar 1.13 penampang B – C

 Kesetimbangan energi :
mBhB = Qref + mconhcon + H1B-C + mchc
 Kekekalan massa
m B - m C = m Con → m B = m C + m Con

 Didapat
1) Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.
Q ref
COPtot =
W comp

2) Losses Of Energy
H1B-C dalam [kJ/s]

Dimana :
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari spesifikasi
peralatan atau voltmeter dan ampere meter
h1 = enthalpy refrigerant sesudah keluar evaporator
h2 = enthalpy air kondensasi evaporator
hcon = enthalpy air kondensasi
mcon = laju alir massa air kondensasi
mref = laju alir massa refrigerant
h1B-C = kerugian energi pada daerah B-C
hB & hC = enthalpy udara di B dan C dicari dari diagram psycometry
2. Kondisi Pada penampang A-B

Gambar 1.14 Penampang A-B

 Keseimbangan energi
m A . hA + m B . hB = Pm - m s . hs + Pp+ HL A-B

 Kekekalan massa
mB = mA + mS
 Didapat :
1) Kerugian Energi (HL A-B)
Dengan mengabaikan losses yang dapat dihitung efisiensi ketel

Qk ms−h s
uap : ήk = = %
Pk Pk
Dimana :
PM : daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding
dengan posisi regavolt [%] dan spesifikasi motor
penggeraknya
ms : laju alir massa uap yang disuplai bolier
Hs : enthalpy uap
Pp : daya pemanas preheater
Pk : daya pemanas bolier
mA : laju alir massa udara luar yang dihisap blower
H1A-B : kerugian energi pada daerah A-B

Untuk COPaktual dapat dicari dengan persamaan :


Q
COPaktual =
W comp

Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB – (mChC + mconhcon)
Sedangkan COPideal dapat dicari dengan persamaan
h 1−¿h
COPaktual = 4
¿
h2−h1

1.3 Metodologi Praktikum Refrigrant


1.3.1 Waktu dan Tempat
1.3.1.1 Waktu Praktikum
Mahasiswa harus menjelaskan durasi waktu pelaksanaan praktikum
refrigran dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel. 1.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum


N Minggu
Uraian
o 1 2 3 4
1. Pelaksanaan Praktikum
2. Penyusunan Laporan Praktukum
3. Asistensi Laporan Praktikum
Responsi dan Pengumpulan Laporan
4.
Praktikum

1.3.1.2 Tempat Praktikum


Praktikum Refrigrant dilaksanakan di Laboratorium Prestasi Mesin Program
Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.

1.3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan


1.3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Mesin Pendingin adalah suatu rangkaian sistem yang bekerja untuk
menghasilkan suhu atau temperatur yang rendah.
Gambar 1.15. Mesin Pendingin Laboratorium Prestasi Mesin

2. Presure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan fluida (Gas atau


liquid ) dalam tabung tertutup.

Gambar 1.16 Pressure Gauge


3. Monitoring Temperature berfungsi untuk memonitor suhu yang ada di
dalam mesin pendingin.

Gambar 1.17 Monitoring Temprature

4. Amper Meter dan Volt meter berfungsi sebagai mengukur kuat arus
listrik dan mengukur tegangan listrik.

Gambar 1.18 Amper Meter dan Volt Meter

5. Stop watch berfungi sebagai pengukur waktu ketika di lakukan


percobaan pada waktu peraktikum.
Gambar 1.19 Stop Watch

6. Evapator berfungsi untuk menyerap panas dari udara sehingga


refrigerant berubah fase menjadi uap.

Gambar 1.20 Evapator

7. Katup Ekspansi berfungsi untuk menguapkan cairan refrigerant agar


mudah menguap jika mendapat panas.
Gambar 1.21 Katup Ekspansi

8. Kondensor berfungsi untuk mengubah refrigerant yang memunyai


fase/wujut uap menjadi cair pada tekanan konstan (sebagai alat
pengembun refrigerant).

Gambar 1.22 Kondensor

1.3.2.2 Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan sebagai beban pendingin adalah air.

1.3.3 Langkah Kerja


Adapun langkah-langkah percobaan antara lain :
1. Menyiapkan peralatan dan bahan kedalam kabin
2. Siapkan stopwatch
3. Mengatur frekuensi pada inverter
4. Menghidupkan kompresor dan komponen lainya
5. Standbay stopwatch pada tempretur awal 25°C
6. Mainkan stopwatch
7. Catat semua dari hasil percobaan hingga akhir dari tempratur kabin
menunjukan-25C
8. Matikan inverter
9. Mematikan kompresor dan komponene lainya
10. Membarsihkan peralatan
11. Selesai.

DATA SHEET SISTEM PENDINGIN


TABEL : 3.1 PENGUJUIAN ORIFICE
GROUP : E1
BEBAN 1 LITER AIR
T kabin(℃) 22 17 12 7 2 0 -2 -7 -12
T1 (℃) 26 26 26 21 25 19 5 1 -1
T2 (℃) 25 26 26 27 27 19 17 12 10
T3 (℃) 26 25 25 27 29 22 20 18 11
T4(℃) 27 26 28 29 30 23 23 22 21
T5 (℃) 27 27 26 27 27 20 16 12 16
Arus (A) 3,4 3,8 3,6 3,4 3.2 3,4 3,2 3.2 3
Tegangan (v) 430 420 410 420 400 400 400 400 420
2/Low
1.7 16 1,1 1 0.2 0,9 0,7 0.7 0,4
Prosesore (bar)
2/high pressure
14.8 15 16 16 16.9 16,8 16,8 17.2 17,9
(bar)
T1 (℃) 23 19 14 12 8 7 4 0 -1
T2 (℃) 56 70 91 101 110 113 113 113 103
T3 (℃) 25 24 22 18 17 15 15 14 15
T4(℃) 8 5 1 -5 -6 -5 -6 -8 -10
T5 (℃) 14 10 5 -2 -2 -4 -7 -12 -14
00:0 00:01: 00:01:0 00:06:2 00:05:5 00:07:5 00:10:1
Waktu 00:03:06 00:10:35
0:27 00 8 0 0 2 9

TABEL : 3.2 PENGUJIAN CALIPER (R22)


BEBAN 1 LITER AIR
T kabin(
22 17 12 7 2 0 -2 -7 -12
℃)
T1 (℃) 28 27 27 26 21 19 16 13 8
T2 (℃) 28 28 28 29 28 29 28 27 24
T3 (℃) 28 28 28 28 29 30 30 30 29
T4(℃) 28 28 28 29 30 30 31 31 31
T5 (℃) 30 30 27 31 30 30 28 28 29
Arus (A) 4 4,2 4,2 3.8 3,8 3.8 3,6 3,4 3,3
Tegangan
400 400 400 400 400 400 400 400 400
(v)
2/Low
Prosesore 2,8 2,7 2,2 1.7 1,5 1.5 1,4 1 0,8
(bar)
2/high
pressure 15 17 18 19 19 19 19 19 19
(bar)
T1 (℃) 21 17 9 3 4 0 -2 -7 -10
T2 (℃) 24 57 63 73 91 99 103 110 100
T3 (℃) 25 23 27 26 22 21 18 15 13
T4(℃) 11 10 10 9 3 2 0 -4 -8
T5 (℃) 16 6 -2 2 -1 -6 -11 -21 -20
00:00:3 00:08:
Waktu 00:00:29 00:00:41 00:01:25 00:02:58 00:02:30 00:02:30 00:05:19
4 43

Asisten Lab
November 2020

Iqbal Tanjung, S.T


1.4 Hasil dan Pembahasan
1.4.1 Data 1 (Oriface)
Pada percobaan berdasarkan refrigran 22 (R22) pada status suhu 21oC
diketahui data dari praktikum :
P1 = Low (bar) = 1,5 x 0.1 = 0,15 mpa
P2 = High (bar) = 16 x 0.1 = 1, 6 mpa
Dari tabel thermophisical properties of refrigran 22 maka dapat diperoleh
dengan menggungakan interpolasi :

Menentukan nilai h1 berdasarkan tabel R.22


Suhu (oC) mpa liquid (h3)
27 1,46010 247,00
1,5 ?
30 1,53360 249,65

- Interpolasi suhu (oC)


(1,5−1,46010)
= 27 + ( ( 1,53360−1,46010 ))
x (30 - 27)

= 28,6285 oC

- Interpolasi Vapor (h1)


(0,1,6−0,7819)
= 393,58 + ( (0,19344−0,17819) )
x (0,19344 – 393,58)

= 1643,61 kg/kg

- Interpolasi entropy ( S )
(0,1,6−0,178899)
= 1,7975 + ( (0,19344−0,17819) ) x (1,7937 – 1,7975)
= 1,9524 kg.k

Kemudian mencari h2 dari suhu pada tebal superheated :


Suhu (oC) vapor (h3) (S)
70 445,3 1,785
? ? 1,9524
75 449,5 1,797

- Interpolasi suhu (oC)


(1,9524−1,785)
= 70 + ( (1,797−1,785) )
x (75 - 70)

= 139,75

- Interpolasi Vapor (h2)


= 445,3 + ( (1,9524−1,785)
(1,797−1,785) )
x (449,5 - 445,3)

= 503,89 kj/kg

Dari tabel interation R.22 untuk P2 :


Suhu (oC) mpa liquid (h1)
36 1,30920 244,38
? 1,43 ?
28 1,46010 277,00

- Interpolasi suhu (oC)


(−1,48−1,30920)
= 36 + ( (1,46010−1,30920) ) x (28 - 36)
= 25,75 oC

- Interpolasi liquid (h3)


(−1,48−1,30920)
= 244,38 + ( (1,46010−1,30920) ) x (247,00 - 244,38)
= 247,73 kj/kg

1. Maka untuk menghitung COP :


a. Evaporator (Qr) = h2 – h1
= 450,3 – 604,84
= -154,54 kj/kg

b. Kompresor (W) W = h3 – h2
= 247,73 – 450,3
= -202,57 kj/kg

c. Kondensor (Q1) = H2 – H3
= 450,3 – 247,73
= 202,57 kj/kg

Didapat COP :
QL
COP =
wk
1357,11
=
−154,54
= -8,78161 kj/kg

T kabin(℃
22 17 12 7 2 0 -2 -7 -12
)
T1 (℃) 26 26 26 21 25 19 5 1 -1
T2 (℃) 25 26 26 27 27 19 17 12 10
T3 (℃) 26 25 25 27 29 22 20 18 11
T4(℃) 27 26 28 29 30 23 23 22 21
T5 (℃) 27 27 26 27 27 20 16 12 16
Arus (A) 3,4 3,8 3,6 3,4 3.2 3,4 3,2 3.2 3
Tegangan 42
430 420 410 420 400 400 400 400
(v) 0
2/Low
Prosesore 1.5 1,6 1,1 1 0.6 0,9 0,7 0,8 0,6
(bar)
2/high
pressure 16 15 16 16,6 16.4 16,8 16,8 17.2 17,
(bar)
T1 (℃) 23 19 14 12 8 7 4 0-1
10
T2 (℃) 56 70 91 101 110 113 113 113
3
T3 (℃) 25 24 22 18 17 15 15 14 15
T4(℃) 8 5 1 -5 -6 -5 -6 -8 -10
T5 (℃) 14 10 5 -2 -2 -4 -7 -12 -14
00:
Waktu 00:00:27 00:01:00 00:01:08 00:06:20 00:03:06 00:05:50 00:07:52 00:10:19 10:
35

Suhu 1 -5,83 -26,581 -39,0601 -41,10923 -55,37551 -50,18286 -42,9426 -42,9426 -55,3755
Mpa 0,17 0,16 0,11 0,1 0,05 0,09 0,1 0,07 0,04
Magnet 402,83 392,4285 388,5671 387,44496 380,82363 383,35406 383,3541 382,9177 380,8236
(h1)
Entropy 1,7593 1,802691 1,820985 1,8257067 1,863589 1,847848 0,801847 0,801842 1,863589
(s)
Enthalpy 426,9 445,2819 452,2565 449,17433 460,23363 461,52153 547,1038 547,1038 460,2336
(h2)
Suhu 2 56,26 76,79537 80,90237 83,048491 80 92,658182 -382,799 -382,799 99,81317

GRAFIK PERBANDINGAN TEMPERATUR KABIN (℃)


DENGAN COP (Coeficient Of Peformance) R-22
8

0
22 17 12 7 2 0 -2 -7 -12
1.4.2 Data 2 (capiler )
Pada percobaan berdasarkan refrigran 22 (R22) pada status suhu 21oC
diketahui data dari praktikum :
P1 = Low (bar) = 1,6 x 0,1 = 0,16 mpa
P2 = High (bar) = 15 x 0,1 = 1,5 mpa
Dari tabel thermophisical properties of Refrigran 22 maka dapat diperoleh
dengan menggungakan interpolasi :

Suhu (oC) mpa Vapor (h1) S


- 18 0,15479 397,91 1,7791
? 0,16 ? ?
- 16 0,28543 398,75 1,7757

 Interpolasi Suhu (oC)


(0,16−0,15479)
= -18 + ( (0,28543 . 0,26479) )
x [-16 – (-18)]

= 16,52662 oC

 Interpolasi Vapor (h1)


(0,16−0,15479)
= 397,91 + ( (0,28543 . 0,26479) )
x (398,75 – 397,91)

= 398,5299 kg/kg

 Interpolasi ( S )
(0.16−0,15479)
= 1,7791 + ( (0,28543 . 0,26479) )
x (1,2757 – 1,7791)

= 1.7765 kg.k
- Interpolasi Liquid (h2)
(1,5−1,460101)
= 247,00 + ( (1,53360−1,4600) )
x (249,65 – 247,00)

= 248,4385 kj/kg

Kemudian mencari nilai h3 pada tabel superheated :


Suhu (oC) vapor (h3) (S)
60 436,9 1,769
? ? 1,7765
65 44,1 1,782

- Interpolasi suhu (oC)

= 60 + ( (1,7765−1,769)
(1,782−1,769) )
x (65 - 60)

= 62,8846 oC

- Interpolasi Vapor (h3)

= 436,9 + ( (1,7765−1,769)
(1,782−1,769) )
x (441,1 – 476,9)

= 439,323 kj/kg

1. Maka menghitung nilai COP :


a. Evaporator (Qr) = h2 – h1
= 248,4385 - 398,5299
= 150,09014 kj/kg

b. Kondensor (Q H) = h3 – h2
= 439,323 - 248,4385
= 190,8845 kj/kg

c. Kompresor (wk) = h2 – h3
= 248,4385 – 439,323
= -190,8845 kj/kg
Didapat COP :
QL
COP =
wk
150,09014
=
−190,8845
= -0,786288 kj/kg
1.5 Kesimpula dan Saran
1.5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan refrigrant atau mesin pendingin dengan


memiliki temperatur yang berbeda di mulai dari temperatur akhir -11 0c
di dapatkan nilai COP (Coefisien of Performance) yang berbeda.

Nilai Loop yang berbeda pada percobaan refrigrant atau mesin


pendingin di pengaruhi oleh beberapa karakteristik, yaitu :

a. Kapasitas Pendingin

b. Daya Kompesor

c. Kapasitas Kondensor

d. Performance Mesin Pendingin

1.5.2 Saran

2 Adapun saran yang perlu di perhatikan, yaitu : penggunaan media


seperti air sebaiknya di letakkan pada wadah lebih kecil dari ember
kecil, agar proses sistem pendingin atau refrigrant tidak harus
memerlukan waktu yang cukup lama.
BAB II
POMPA

2.1 Pendahuluan Praktikum Pompa


2.1.1 Latar Belakang Pompa
Pompa adalah jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan fluida
melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lain. Spesifikasi pompa menyatakan
dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan per satu-satuan waktu dan tinggi energi
angkat. Dalam fungsinya tersebut pompa mengubah energi gerak poros untuk
menggerakkan sudu-sudu menjadi energi gerak dan tekanan pada fluida.
Pada umumnya pompa digunakan untuk menaikan fluida subuah reservoit,
pengairan, pengisi katel, dan sebagainya. Dalam hal ini pelaksanaan
operasionalnya dapat bekerja secara tunggal, seri, dan peralel yang kesemuannya
tergantung pada kebutuhan serta peralatan yang ada,Dalam perancanaan instalasi
pompa, harus dapat diketahui karakteristik pompa tersebut untuk mendapatkan
system yang optimum.

2.1.2 Tujuan Praktikum


1. Agar mahasiswa mampu untuk mengerti dan mengoptimalisasi pompa
sentrifugal dengan berbagai kondisi beban dan kecepatan.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui karakteristik kapasitas pompa
terhadap head.
3. Agar mahasiswa mampu memahami instrumen akurasi dan analisis
kesalahan desain.

2.1.3 Manfaat Praktiku


1. Agar mahasiswa mendapatkan karakteristik kapasitas terhadap head.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui karakteristik dari pompa
sentripugal dan prinsip kerjanya.
3. Agar mahasiswa mendapatkan karakteristik terhadap efisiensi.
4. Agar mahasiswa mendapatkan karakteristik terhadap daya.
5. Agar mahasiswa mendapatkan karakteristik terhadap torsi.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Mesin Pompa
Pompa adalah mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan fluida cair
dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara memberikan energi mekanik pada
pompa yang kemudian diubah menjadi energi gerak fluida.

Gambar 2.1 Mesin Pompa LAB Prestasi Mesin

Beberapa hal penting pada karakteristik pompa adalah


a) Head (H)
Head adalah energi angkat atau dapat digunakan sebagaiperbandingan
antara suatu energi pompa persatuan beratfluida. Pengukuran dilakukan
dengan mengukur pada tekananantara pipa isap dengan pipa tekan,
Satuannya adalah meter.
b) Kapasitas (Q)
Kapasitas adalah jumlah fluida yang dialirkan persatuan waktu. Satuannya
adalah (m3/s).
c) Putaran (n)
Putaran adalah dinyatakan dalam rpm dan diukur dengan tachometer.
Satuannya adalah rpm.
d) Daya (P)
Daya dibedakan atas 2 macam, yaitu daya dengan poros yang diberikan
motor listrik dan daya air yang dihasilkan pompa. Satuannya adalah (Watt).
e) Momen Puntir (T)
Momen puntir diukur dengan memakai motor listrik arus searah, dilengkapi
dengan pengukur momen. Satuannya adalah (N/m).
f) Efisiensi (n)
Efisiensi pompa adalah perbandingan antara daya air yang dihasilkan pompa
dengan daya poros dari motor listrik. Satuannya adalah (%).

2.2.2 Pengertian Fluida dan Head


Fluida adalah suatu zat atau substansi yang akan mengalami deformasi
secara berkesinambungan jika terkena gaya geser (tangensial) sekecil apapun.
Energi fluida untuk melakukan kerja yang dinyatakan dalam feet/kaki tinggi
tekanan (head) fluida yang mengalir. Jadi, head atau tinggi tekanan merupakan
ketinggian kolom fluida yang harus dicapai fluida untuk memperoleh jumlah
energi yang sama dengan yang dikandung oleh satu satuan bobot fluida yang
sama.
Head ada dalam tiga bentuk yang dapat saling berubah :

Gambar 2.2 Metode Mengukur Head

1. Head potential/head aktual


Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang datar. Jadi, suatu kolam air
setinggi 2 kaki/feet mengandung jumlah energi yang disebabkan oleh posisinya
dan dikatakan fluida tersebut mempunyai head sebesar 2 feet kolam air.
2. Head kinetik/head kecepatan
Adalah suatu ukuran energi kinetik yang dikandung satu satuan bobot fluida
yang disebabkan oleh kecepatan dan dinyatakan oleh persamaan yang biasa
dipakai untuk energi kinetik (v2/2g), energi ini dapat dihitungdengan tabung pitot
yang diletakkan dalam aliran.Kaki kedua dari manometer dihubungkan dengan
pipa aliransecara tegak lurus dari manometer dihubungkan dengan pipa aliran
untukmenyamakan tekanan yang ada pada pipa aliran titik ini.
3. Head tekanan
Adalah energi yang dikandung oleh fluida akibat tekanannya dan
persamaannya adalah p/y jika sebuah menometer terbuka dihubungkan dengan
sudut tegak lurus aliran.

2.2.3 Jenis-jenis Pompa


1. Pompa Benam
Pompa benam menggunakan daya listrik untukmenggerakkan motor.
Motor itu mempunyai poros yang tegaklurus dengan impeller. Karena kedudukan
impeller satu porosdengan motor, maka bila motor bekerja, impeller akan
berputardan air yang berada pada bak isapan terangkat oleh sudu yangterdapat
pada impeller.

Gambar 2.3 Pompa Benam

2. Pompa Hydraulic Ramp


Adalah pompa yang tidak menggunakan energi listrik/bahan bakar untuk
bekerja. Bekerja dengan sistem pemanfaatan tekanan dinamik atau gaya air yang
timbul karenaadanya aliran air dari sumber air.
Gambar 2.4 Pompa Hydraulic Ramp

3. Pompa Volut
Aliran yang keluar dari impeller pompa volut ditampungdalam volut, yang
selanjutnya akan dialirkan memalui nozzleuntuk keluar.

Gambar 2.5 Skema Pompa Volut

4. Pompa Sentripugal
Pompa sentrifugal memiliki tipe pemompaan cairan memasuki pompa
melalui impeller dan perjalanan keluar antara baling-baling dari impeller untuk
tepi pada titik cairan ini memasuki asing pompa dan dibuang melalui Port keluar.
Gambar 2.6 Pompa Sentrifugal

2.2.4 Operasi Seri dan Paralel


Operasi seri dan pararel dengan karakteristik pompa sama Jika head atau
kapasitas yang diperlukan tidak dapat dicapai dengan satu pompa saja,maka dapat
digunakan dua pompa atau lebih yang disusun secara seri atau paralel.
1. Susunan Seri
Bila head yang diperlukan besar dan tidak dapat dilayani oleh satu pompa,
maka dapat digunakan lebih dari satu pompa yang disusun secara seri.
Penyusunan pompa secara seri dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.7 Susunan Seri


2. Susunan Paralel
Susunan paralel dapat digunakan bila diperlukan kapasitas yang besar
yang tidak dapat dihandle oleh satu pompa saja, atau bila diperlukan pompa
cadangan yang akan dipergunakan bila pompa utama rusak/diperbaiki.
Penyusunan pompa secara paralel dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8 Susunan Seri

Agar unjuk kerja pompa yang disusun seri/parael optimal, maka sebaiknya
digunakan pompa dengan karakteristik yang sama. Karakteristik pompa yang
disusun seri/paralel dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.9 Susunan karakteristik pompa yang disusun seri/paralel

Dalam gambar ini kurva untuk pompa tunggal diberi tanda (1) dan untuk
susunan seri yang terdiri dari dua buah pompa diberi tanda (2). Harga head kurva
(2) diperoleh dari harga head kurva (1) dikalikan (2) untuk kapasitas (Q) yang
sama. Kurva untuk susunan paralel yang terdiri dari dua buah pompa, diberi tanda
(3). Harga kapasitas (Q) kurva (3) ini diperoleh dari harga kapasitas pada kurva
(1) dikalikan (2) untuk head yang sama.
Dalam gambar ditunjukkan tiga buah kurva head‐kapasitas sistem, yaitu
R1, R2, dan R3.Kurva R3 menujukkan tahanan yang lebih tinggi dibanding
dengan R2 dan R1.Jika sistem mempunyai kurva head‐kapasitas R3, maka titik
kerja pompa 1 akan terletakdi (D). Jika pompa ini disusun seri sehingga
menghasilkan kurva (2) maka titik kerja akan pindah ke (E).
Disini terlihat bahwa head titik (E) tidak sama dengan dua kali lipat head
(D),karena ada perubahan (berupa kenaikan) kapasitas.Sekarang jika sistem
mempunyai kurva head‐kapasitas R1 maka titik kerja pompa (1)akan terletak di
(A). Jika pompa ini disusun paralel sehingga menghasilkan kurva (3) maka titik
kerjanya akan berpindah ke (B).
Disini terlihat bahwa kapasitas dititik (B) tidak samadengan dua kali lipat
kapasitas dititik (A), karena ada perubahan (kenaikan) head sistem.
Jika sistem mempunyai kurva karakteristik seperti R2 maka laju aliran
akan sama untuk susunan seri maupun paralel. Namun jika karakteristik sistem
adalah seperti R1 dan R3 makaakan diperlukan pompa dalam susunan paralel atau
seri. Susunan paralel pada umumnya untuk laju aliran besar, dan susunan seri
untuk head yang tinggi pada operasi. Untuk susunan seri, karena pompa kedua
menghisap zat cair bertekanan dari pertama, maka perlu perhatian khusus dalam
hal kekuatan konstruksi dan kecepatan terhadap kebocoran dari rumah pipa.

2.2.5 Pompa Sentrifugal dan Prinsip Kerja


Bagian-bagian pompa sentrifugal adalah sebagai berikut :
1. Casing (rumah keong) Fungsinya untuk merubah atau mengkonversikan
energi cairan menjadi energi tekanan statis.
2. Impeller Fungsinya untuk merubah energi kinetik atau memberikan energi
kinetik pada zat cair, kemudian di dalam casing diubah menjadi
energitekanan.
3. Pons Pompa Fungsinya untuk meneruskan energi mekanik dari mesin
penggerak (prime over) kepada impeller.
4. Inlet Fungsinya untuk saluran masuk cairan ke dalam impeller.
5. Outlet Fungsinya untuk saluran saluran keluar dari impeller.
6. Nozzle Fungsinya untuk merubah energi kinetik menjadi energi tekanan.
Gambar 2.10 Bagian-Bagian Pompa Sentrifugal

Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros
pompa untukmemutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair
yang ada dalam impeler akanikut berputar karena dorongan sudu‐sudu. Karena
timbulnya gaya sentrifugal, maka zat cairmengalir dari tengah impeler keluar
melalui saluran diantara sudu dan meninggalkan impelerdengan kecepatan yang
tinggi.
Pengisapan terjadi karenasetelah zat cair dilemparkan oleh impeler, ruang
diantara sudu‐sudu menjadi vakum sehinggazat cair akan terisap masuk.Selisih
energi per satuan berat atau head total dari zat cair pada flens keluar (tekan)
danflens masuk (isap) disebut head total pompa.

2.2.6 Teori dan persamaan yang mendukung Percobaan


a. Persamaan Bernoulli
Dalam suatu cairan fluida incompressible memiliki tekanan (p) dan
kecepatan (v), serta beda ketinggian (z), besarnya aliran adalah:
Persamaan Energi
m. p m. v 2
W = m.g.z + + 2 [Nm] persamaan energi
p p

m. p m. v 2
W = g.z + + 2 konstan [Nm] persamaan energi
p p
p v2
I=z+ + = konstan [m] persamaan head
p. g 2 g

Jika fluida mengalir dari tempat satu ke tempat dua, maka persamaanBernoulli
dinyatakan dengan :
 Segitiga kecepatan
Keterangan: U = kecepatan keliling
V1 = kecepatan relatif
V2 = kecepatan aktual fluida
Pada segitiga kecepatan, U didapat dari rumusan :
π . D .n
U= ; di mana n=jumlah putaran [rpm]
60

Gambar 2.11 Segitiga kecepatan

b. Persamaan Euler
Pada instalasi pompa, perpindahan energi di dalam sudu jalan adalah dari
momen puntir yang bekerja pada poros diteruskan sedemikian rupa oleh sudut
jalan sehingga menimbulkan kecepatan absolut fluida C1 dan C2 dengan
komponen tangensialnya C2u dan C1u (sudu-sudu roda jalan bekerja sebagai tuas
untuk meneruskan momen puntir poros dan menimbulkan arus kecepatan fluida).
Menurut kaidah impuls, pada umunya momen puntir di antara sisi bagian keluar
dan sisi bagian masuk.
dcu
M=m.r.
dt

Dengan: m = massa fluida (cairan)


dcu
R = panjang tuas yang bekerja = besarnya perubahan yang kecil,
dt
langkah demi langkah pada
m
M- (r2 . cu2 – r1 . cu1) - m(r2 . cu2 – r1 . cu1)
t

Momen puntir ini akan mendapatkan gaya dan atau sesuai dengan daya yang
diberikan poros, P = M . ω, di mana ω adalah kecepatan sudut, dari sini
P = m (r2 .ω. cu2 – r1. ω . cu1)
Dan dengan U = r. ω adalah kecepatan keliling, persamaan di atas disederhanakan
ke persamaan utama Euler

P
= (U2 . cu2 – U1 . cu1) = Y [Nm/kg]
M

Di mana Y merupakan kerja spesifik yaitu kerja mekanis dari proses


yangdipindahkan ke cairan, kerja tersebut menarik dan memompa massa
cairan.Antara tinggi kenaikan H (m) dan kerja spesifik Y ada hubungannya, yaitu
Y = g . h dengan g = percepatan gravitasi [m/s2].
Bila masalah ini dimasukkan ke dalam persamaan Euler, untuk pompa
didapat:
y U 2 . c 2 u−U 1 . c1 u
H= = [m]
g g

2.2.7 Rumus Perhitungan


2.2.7.1 Pompa Tunggal
a) Head (H)
Head merupakan fungsi energi angkat atau dapat dinyatakan dengansatuan
energi pompa persatuan fluida, satuannya meter atau feet.Sedangkan untuk
pengukuran dilakukan dengan cara mengukur bedatekanan fuida pada pipa isap
dan pipa buang pada pompa.
Pd−Ps
H=
Y
N
dimana : Pd = tekanan buang ( )
m2 ❑
Ps = tekanan isap ( mN )
2

Y = P water. gravitasi ( mkg )


2

b) Kapasitas (Q)

0,189 m3
Q=
1000 √
h ( )
s
Di mana: h = beda ketinggian pada venturimeter (mm)

c) Torsi
Diukur dengan menggunakan dinamometer, untuk menentukan besarnya
dengan cara mengalirkan gaya (F) dengan lengan pengukur momen (l). Satuannya
adalah (Nm).
T = F . I [Nm]
Dimana:
F = gaya pembebanan [N]
L = lengan momen = 0,179 [m]

d) Daya (P)
 Daya poros
n
(P1) = F [Watt]
k
Dimana:
K = konstanta brake
N = putaran [Rpm]

 Daya Air
P2 = Pd - Ps [Watt]
Besarnya nilai konstanta mesin didapat dari rumus
energi E E . s
W= = = = F.v
waktu t t
F . 2 π . n. l F . 2 π . n. 0,179 n .0,179 F .n
W= = = =
60 60 60 k

Dengan k = 53,35

W2
e) Efisiensi ( ή ) = .100%
W1

2.2.7.2 Pompa Seri


a) Head (H)
P d− p s P s − pT
H1 = [m] H2 = [m]
γ γ

Htotal = H1 + H2 [m]

b) Kapasitas (Q)
0,189
Q= h [m3/s]
1000 √

Dimana: h= beda ketinggian Hg pada venturi [mm]

c) Torsi (T)
T1 = F1 . L [Nm] T2 = F2. L [Nm]

Ttotal = T1 . T2 [Nm]

d) Daya (W)
 Daya Poros (W1)
n1 n2
P11 = F1 . [Watt] P12 = F2 . [Watt]
k k

P1 total = P11 + P12 [Watt]

 Daya Air (P2)


P21 = (Pd1 – PS1) . Q [Watt] P22 = (Pd2 – PS12) Q [Watt]
P2 total = P21 + P22 [Watt]

e) Efisiensi ( ή )
W 2 total
ή= . 100%
W total

2.2.7.3 Pompa Paralel


a) Head (H)
P d− p s P s − pT
H1 = [m] H2 = [m]
γ γ

Htotal = H1 + H2 [m]

b) Kapasitas (Q)
0,189
Q= h [m3/s]
1000 √
Q1 = Q , dilihat dari pengujian pompa tunggal
Q2 = Qtotal - Q1
Dimana: h = beda ketinggian Hg pada venturimeter [mm].

c) Torsi (T)
T1 = F1 . L [Nm] T2 = F2. L [Nm]

Ttotal = T1 . T2 [Nm]

d) Daya (P)
 Daya Poros (P1)
n1 n2
P11 = F1 . [Watt] P12 = F2 . [Watt]
k k

P1 total = P11 + P12 [Watt]

 Daya Air (P2)


P21 = (Pd1 – PS1) . Q [Watt] P22 = (Pd2 – PS12) Q [Watt]
P2 total = P21 + P22 [Watt]

e) Efisiensi ( ή )
W 2 total
ή= . 100%
W total

2.3 Metodologi Praktikum Pompa Sentrifugal


2.3.1 Waktu dan Tempat
2.3.1.1 Waktu Praktikum
Mahasiswa harus menjelaskan durasi waktu pelaksanaan praktikum pompa
sentrifugal dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel. 2.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum


N Minggu
Uraian
o 1 2 3 4
1. Pelaksanaan Praktikum
2. Penyusunan Laporan Praktukum
3. Asistensi Laporan Praktikum
Responsi dan Pengumpulan Laporan
4.
Praktikum

2.3.1.2 Tempat Praktikum


Praktikum Pompa Sentrifugal dilaksanakan di Laboratorium Prestasi Mesin
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.

2.3.2 Alat Digunakan


1. Pompa
Air yang terdapat di dalam ruangan impeller akan digerakan menggunakan
sebuah motor. selama impeller tersebut berputar, air akan terus di dorong keluar
menuju ke pipa outlet air.

Gambar 2.12 Mesin Pompa Lab Umsu


2. Bak Air
Bak air berfungsi sebagai tempat penampungan air yang akan dipakai dalam
praktikum.

Gambar 2.13 Bak Air


3. Katup
Katup berfungsi sebagai pemutus dan penghubung laju aliran air di dalam
pipa.
Gambar 2.14 Katup Air

4. Ampere Meter
Amper meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.

Gambar 2.15 Ampere Meter


5. Volt Meter
Berfungsi untuk mengukur tegangan listrik.

Gambar 2.16 Volt meter


6. Flow Meter
Berfungsi untuk mengukur jumlah laju aliran dari suatu fluida yang
mengalir dalam pipa atau sambungan terbuka.
Gambar 2.17 Flow Meter
7. Inverter
Ialah rangakian elektronika gaya yang digunakan untuk mengkonversikan
tegangan searah (DC) ke suatu tegangan bolak balik (AC).

Gambar 2.18 inverter


8. Stopwatch
Berfungsi sebagai pengukur waktu ketika dilakukan percobaan pada waktu
praktikum.
Gambar 2.19 stopwatch

2.3.3 Langkah-langkah Percobaan


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada saat praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Menyiapkan semua alat dengan rapi
2. Mengatur jalur pompa, yakni single pump, double pump seri, dan double
pump parallel

Gambar 2.20 Jalur Single Pump


Gambar 2.21 Jalur Double Pump Seri

Gambar 2.22 Jalur Double Pump Parallel

3. Menghidupkan inventer dan mengatur Frekuensi


4. Menghidupkan pompa
5. Mengatur katup cekik
6. Mencatat semua hasil praktikum yang didapat; Volume, Waktu, Tegangan,
Arus, Suction, dan Discharge
7. Matikan inventer
8. Matikan pompa
9. Membereskan semua peralatan
10. Selesai
DATA SHEET POMPA SENTRIFUGAL

Group : E1
Percobaan : Single Pump

No Frekuensi Suction Discharg Tegangan Arus Volume Waktu


(Hz) (SP.P1) e (V) (A) (m3) (S)
(Bar) (DP.P1)
(Bar)
1 19 18 0.05 350 0.2 0.001 18.1
2 22 20 0.12 350 0.2 0.001 15.3
3 25 23 0.15 350 0.2 0.001 13.3
4 28 30 0.18 350 0.2 0.001 12.0
5 31 35 0.2 350 0.4 0.001 11.1

Percobaan : Double Pump Seri

N Putara Suctio Dischar Suctio Dischar Tegang Aru Volu Wakt


o n n ge n ge an s me u
Katup (SP.P (DP.P1) (SP.P (DP.P2) (V) (A) (m3) (S)
1) (Bar) 2) (Bar)
(Bar) (Bar)
1 7 60 0.6 63 51 400 2.2 0.001 11.1
2 9 60 0.6 63 51 400 2.1 0.001 10.5
3 11 60 0.5 64 55 400 2.2 0.001 9.4
4 13 60 0.5 63 54 400 2.1 0.001 6.9
5 15 60 0.5 63 55 400 2.2 0.001 6.9

Percobaan : Double Pump Paralel

N Putara Suctio Dischar Suctio Dischar Tegang Aru Volu Wakt


o n n ge n ge an s me u
Katup (SP.P (DP.P1) (SP.P (DP.P2) (V) (A) (m3) (S)
1) (Bar) 2) (Bar)
(Bar) (Bar)
1 6 45 1.4 32 1.4 400 2.2 0.001 12.4
2 9 50 1.3 35 1.4 400 2.1 0.001 15.1
3 11 50 1.3 37 1.3 400 2.2 0.001 10.30
4 13 50 1.3 45 1.3 400 2.1 0.001 9.8
5 15 50 1.3 45 1.3 400 2.2 0.001 9.53

Asisten Lab
16-November- 2021

Iqbal Tanjung, S.T., M.T


2.4. Hasil dan Pembahasan
2.4.1 Single Pump
1. Head ( H )
P d−P s
H =
p.g
784532 pa−25331,2541 pa
H1 =
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²
759.200,7459
=
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 0,0007762337 m
1176798 pa−26664,478 pa
H2 =
997 Kg/m³. 9,81 m/s ²
1.150.133,522
=
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 0,0011759371 m
1569064 pa−33330,5974 pa
H3 =
997 Kg/m ³. 9,81m/ s ²
1.535 .733,403
=
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 0,00157018804 m
1765197 pa−38663,4931 pa
H4 =
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²
1.726 .533,506
=
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 0,0017652688 m
2157463 pa−43996,3886
H5 =
997 Kg /m³. 9,81 m/s ²
2.113 .466,6114
= −5 2 2
9.780,57 x 10 Kg/m s
= 0,00216088286 m
Maka total H = H1 + H2 + H3 + H4 + H5
= 0,0007762337 + 0,0011759371 + 0,00157018804 +
0,0017652688 + 0,00216088286
= 0,0074485105 m

2. Kapasita ( Q )
V
Q =
t
0,01
Q1 =
17,7
= 0,00056497175 m3/s
0,01
Q2 =
15
= 0,00066666667 m3/s
0,01
Q3 =
13
= 0,00076923077 m3/s
0,01
Q4 =
11,5
= 0,00086956522 m3/s
0,01
Q5 =
10,5
= 0,00095238095 m3/s
Maka total Q = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5
= 0,00056497175 + 0,00066666667 + 0,00076923077 + 0,00086956522 +
0,00095238095
= 0,00382281536 m3/s

3. TORSI
T = F . ɩ ( Nm )
T1 = 19 . 0,179
= 3.401 Nm
T2 = 22 . 0,179
= 3.938 Nm
T3 = 25 . 0,179
= 4.475 Nm
T4 = 28 . 0,179
= 5.021 Nm
T5 = 31 . 0,179
= 5.549 Nm

4. DAYA
Daya Pompa ( Np ) ;
Np = l .V
Np1 = 0,2 x 340 = 68 watt
Np2 = 0,4 x 340 = 136 watt
Np3 = 0,4 x 340 = 136 watt
Np4 = 0,4 x 340 = 136 watt
Np5 = 0,4 x 340 = 136 watt
Daya Hidrolik ( Nh ) ;
c=Q.H.ρ.g
Nh1 = 0,00056497175 x 0,0007762337 x 997 x 9,81
= 0,00428927007 = 0,43 watt
Nh2 = 0,00066666667 x 0,0011759371 x 997 x 9,81
= 0,00766755679 = 0,77 watt
Nh3 = 0,00076923077 x 0,00157018804 x 997 x 9,81
= 0,011813389 = 0,11 watt
Nh4 = 0,00086956522 X 0,0017652688 x 997 x9,81
= 0,01501333489 = 0,15 watt
Nh5 = 0,00095238095 x 0,00216088286 x 997 x 9,81
= 0,02012825335 = 0,20 watt
5. Efesiensi Pompa ( % )
Nh
ᶯ= x 100%
Np
0,43
ᶯ1 = x 100 %=0,63 %
68
0,77
ᶯ2 = x 100 %=0,56 %
136
0,11
ᶯ3 = x 100 %=0,08 %
136
0,15
ᶯ4 = x 100 %=0,11 %
136
0,20
ᶯ5 = x 100 %=0,14 %
136

3.4.2 Double Pompa Seri


1. Head ( H )
Percobaan 1
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
98066,5 pa−63994,7472 pa
= =
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²

3.530,394 pa−82659,8818 pa
997 Kg/m ³. 9,81m/ s ²
34.071,7528 −79.129,4878
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 3,417 m = -7,936 m
H t = H1 + H2
= 3,417 + (-7,936) = -4,519 m 2
Percobaan 2
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
784532 pa−82659,8818 pa
= =
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²

5.198,456 pa−82659,8818 pa
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²
701.872,1182 −77.461,4258
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 7,176 m = - 791,992 m
H t = H1 + H2
= 7,176 + (-791,992 ) = -784,816m 2
Percobaan 3
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
490333 pa−82659,8818 pa
= =
997 Kg/m ³. 9,81m/ s ²

5.198,456 pa−82659,8818 pa
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²
407.673,1182 −77.461,4258
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 4.168 m = - 791,992 m
H t = H1 + H2
= 4.168 + (-791,992 ) = -787,824m 2
Percobaan 4
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
4707192 pa−82659,8818 pa
= =
997 Kg/m ³. 9,81m/s ²

5.198,456 pa−82659,8818 pa
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²
4.624 .532,1182 −77.461,4258
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 47.282 m = - 791.992 m

H t = H1 + H2
= 47.282 + (-791,992 ) = -744.710m 2
Percobaan 5
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
4511059 pa−82659,8818 pa
= =
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²

5.198,456 pa−82659,8818 pa
997 Kg/m ³.9,81 m/s ²
4.428 .399,1182 −77.461,4258
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 45.277 m = - 791.992 m
H t = H1 + H2
= 45.277 + (-791,992 ) = -746.715m 2

2. Kapasita ( Q )
V
Q =
t
0,01
Q1 =
14
= 0,00071428571 m3/s
0,01
Q2 =
13
= 0,00076923077 m3/s
0,01
Q3 =
10,8
= 0,00092592593 m3/s
0,01
Q4 =
13,5
= 0,00074074074 m3/s
0,01
Q5 =
8,8
= 0,00113636364 m3/s
Maka total Q = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5
= 0,00071428571 + 0,00076923077 + 0,00092592593 +
0,00074074074 + 0,00113636364 = 0,00326381951 m3/s

3. Torsi
T = F . ɩ ( Nm )
T1 = 5 . 0,179
= 0,895 Nm
T2 = 8. 0,179
= 1,432 Nm
T3 = 11 . 0,179
= 1,969 Nm
T4 = 14 . 0,179
= 2,506 Nm
T5 = 17 . 0,179
= 3,043 Nm
4. Daya
Daya Pompa ( Np ) ;
Np = l .V
Np1 = 2,1 x 390 = 819 watt
Np2 = 2,1 x 390 = 819 watt
Np3 = 2,1 x 390 = 819 watt
Np4 = 2,1 x 390 = 819 watt
Np5 = 2,1 x 390 = 819 watt
Daya Hidrolik ( Nh ) ;
c=Q.H.ρ.g
Nh1 = 0,00071428571 x (-4,519 ¿ x 997 x 9,81 = -31.57 watt
Nh2 = 0,00076923077 x (-784,816) x 997 x 9,81 = -5.904 watt
Nh3 = 0,00092592593 x (-787,824) x 997 x 9,81 = -7.134 watt
Nh4 = 0,00074074074 x (-744.710) x 997 x 9,81 = -5.395 watt
Nh5 = 0,00113636364 x (-746.715) x 997 x 9,81 = -8.299 watt

5. Efisiensi
Nh
ᶯ= x 100%
Np
−31.57
ᶯ1 = x 100 %=−3,85 %
819
−5.904
ᶯ2 = x 100 %=−0,72 %
819
−7.134
ᶯ3 = x 100 %=−0,87 %
819
−5.395
ᶯ4 = x 100 %=−0,65 %
819
−8.299
ᶯ5 = x 100 %=−1,01%
819

3.4.3 Double Paralel Pump


1. Head ( H )
Percobaan 1
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
1,471 pa−63994,7472 pa 3,727 pa−86659,5535 pa
= =
997 Kg/m ³.9,81 m/s ² 997 Kg/m ³. 9,81m/s ²
−62.523,7472 −82.932,5535
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= -639.264 m = -847.931 m
H t = H1 + H2
=(-639.264) + (-847.931) = -1.487m 2
Percobaan 2
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
1,471 pa−82659,8818 pa 5.099 pa−90659,2252 pa
= =
997 Kg/m ³.9,81 m/s ² 997 Kg/m ³.9,81 m/s ²
−81.188,8818 −85.560,2255
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= -830.103 m = -874.797 m
H t = H1 + H2
= (-830.103) + (-874.797) = -1.704m 2

Percobaan 3
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
490333 pa−82659,8818 pa
= =
997 Kg/m ³. 9,81m/ s ²

5.296 pa−90659,2252 pa
997 Kg/m ³.9,81 m/ s ²

407.673,1182 −85.363,2255
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 4.168 m = -872.783 m
H t = H1 + H2
= 4.168 + ( -872.783 ) = -868.615m 2
Percobaan 4
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
490333 pa−82659,8818 pa
= =
997 Kg/m ³. 9,81m/ s ²

5.296 pa−90659,2252 pa
997 Kg/m ³.9,81 m/ s ²
407.673,1182 −85.363,2255
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 4.168 m = -872.783 m
H t = H1 + H2
= 4.168 + ( -872.783 ) = -868.615m 2
Percobaan 5
P d−P s P d−P s
H1 = H2 =
p.g p.g
392266 pa−82659,8818 pa
= =
997 Kg/m ³. 9,81m/s ²

5.296 pa−90659,2252 pa
997 Kg/m ³.9,81 m/ s ²
309.606,1182 −85.363,2255
= =
9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2 9.780,57 x 10−5 Kg/m 2 s2
= 3.165 m = -872.783 m
H t = H1 + H2
= 3.165 + ( -872.783 ) = -869.618m 2

2. Kapasita ( Q )
V
Q =
t
0,01
Q1 =
17
= 0,00058823529 m3/s
0,01
Q2 =
15
= 0,00066666667 m3/s
0,01
Q3 =
13
= 0,00076923077 m3/s
0,01
Q4 =
10
= 0,001 m3/s
0,01
Q5 =
8,8
= 0,00113636364 m3/s
Maka total Q = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5
= 0,00058823529 + 0,00066666667 + 0,00076923077 + 0,001 +
0,00113636364
= 0,00416049637 m3/s

3. Torsi
T = F . ɩ ( Nm )
T1 = 5 . 0,179
= 0,895 Nm
T2 = 8. 0,179
= 1,432 Nm
T3 = 11 . 0,179
= 1,969 Nm
T4 = 14 . 0,179
= 2,506 Nm
T5 = 17 . 0,179
= 3,043 Nm

4. Daya
Daya Pompa ( Np ) ;
Np = l .V
Np1 = 2,1 x 390 = 819 watt
Np2 = 2,1 x 390 = 819 watt
Np3 = 2,1 x 390 = 819 watt
Np4 = 2,1 x 390 = 819 watt
Np5 = 2,1 x 390 = 819 watt
Daya Hidrolik ( Nh ) ;
c=Q.H.ρ.g
Nh1 = 0,00058823529 x (-1.487¿ x 997 x 9,81 = -8.555 watt
Nh2 = 0,00066666667 x (-1.704) x 997 x 9,81 = -11.110 watt
Nh3 = 0,00076923077 x (-868.615) x 997 x 9,81 = -6.535 watt
Nh4 = 0,001 x (-868.615) x 997 x 9,81 = -8.495 watt
Nh5 = 0,00113636364 x (-869.618) x 997 x 9,81 = -9.665 watt

5. Efisiensi
Nh
ᶯ= x 100%
Np
−8.555
ᶯ1 = x 100 %=−1.044 %
819
−11.110
ᶯ2 = x 100 %=−1.356 %
819
−6.535
ᶯ3 = x 100 %=−797,9%
819
−8.495
ᶯ4 = x 100 %=−1.037 %
819
−9.665
ᶯ5 = x 100 %=−1.180 %
819

1. Torsi
2. Daya
3. Efisiensi
4. Grafik – grafik hubungan

2.3.4 Double Pompa Seri


1. Head ( H )
P 1 d−¿ P
H1 = 1i
¿
2
0,00709932−0799932
=
(1000 kg /m2 . 9,81 m/ s2 )
=
2. Kapasita ( Q )
3. Torsi
4. Daya
5. Efisiensi
6. Grafik – grafik hubungan
2.4 Kesimpula dan Saran
2.4.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan pratikum pompa sentrifugal dapat disimpulkan :
1. .Semakin besar daya pompa maka semakin besar kapasitas yang di
dapat.
2. Peningkatan kapasitas yang besar dengan memperoleh daya air
karena bukaan katup daya semakin besar.
3. Memiliki frekuensi yang tinggi maka semakin besar kapasitas air
yang dihasilkan.
4. Memiliki frekuensi yang tinggi , tidak mempengaruhi torsi

2.4.2 Saran
Adapun saran yang perhatikan yaitu :
Pratikum hendaknya menjaga kerjasama baik pada pelaksanaan pratikum dan
menyelesaikan laporan selesai dengan baik.
BAB III
MOTOR BAKAR

3.1 Pendahuluan Praktikum Motor Bakar


3.1.1 Latar Belakang Motor Bakar
Penggunaan mesin sebagai alat bantu pekerjaan manusia semangkin
meningkat baik didalam bidang pembangunan, perkantoran maupun sebagai alat
transfortasi. Jenis-jenis mesin juga beragam sesuai dengan dimana dioperasikan
dan system dan cara kerjanya. Mesin pembakaran dalam saat ini sudah
mendominasi sebagai penggerak utama alat transportasi baik berjenis bahan bakar
diesel maupun bensin. Performa dari setiap mesin pembakaran dalam juga
berbeda-beda dan akan disesuaikan dengan kegunaanya. Untuk mengetahui
performa engine agar tidak salah menempatkan atau pun memilih jenis engine
yang akan digunakan maka harus mengetahui berapa besar daya dihasilkan di
banding dengan energi yang digunkan. Singkatnya akan diketahui efisiensi dan
performa dari suatu engine dan kelayakan pakainya. Dengan manfaat yang begitu
besar jika mengetahui performa dan mengaudit energi pada suatu engine maka
dibutuhkan pengetahuan tentang cara menganalisis sebuah engine. Untuk itu
dengan diadakannya praktikum Prestasi mesin yang bertujuan mahasiswa dapat
menganalisa dan akan mengetahui cara pengoperasian perangkat engine akan
menambah pengetahuan dan meningkatkan sumberdaya generasi anak bangsa
khususnya di Negara Indonesia yang kita cintai ini.

3.1.2 Tujuan Praktikum Motor Bakar


a) Mempelajari Prosedur Dasar Pengujian Engine
b) Memperifikasi, Mengukur dan Menginterpretasi Unjuk Kerja
(Performance) dan Performance Pada Putaran Tetap dan Perubahan
Kondisi Beban.
c) Mempelajari prosedur dasar pengujian engine
d) Konversi energy bahan bakar ke energy mekanik
e) Efisiensi bahan bakar terhadap mekanik
f) Konversi mekanik terhadap elektrik
g) Efisiensi mekanik terhadap elektrik
h) Audit energi

3.1.3 Manfaat Praktikum Motor Bakar


Dengan melaksanakan praktikum motor bakar ini, mahasiswa akan dapat
memahami dan mengenal proses serta siklus-siklus pembakaran yang terjadi dan
dapat mengetahui komponen yang terlibat di dalamnya sehingga praktikan dapat
mengetahui pengaruh-pengaruhnya dalam unjuk kerja mesin.

3.2 Tinjauan Pustaka Motor Bakar


3.2.1 Motor Bensin (Mesin Otto)
Mesin bensin atau mesin Otto dari Nikolaus Otto adalah sebuah tipe mesin
pembakaran dalam yang menggunakan nyala busi untuk proses pembakaran,
dirancang untuk menggunakan bahan bakar bensin atau yang sejenis. Mesin
bensin berbeda dengan mesin diesel dalam metode pencampuran bahan bakar
dengan udara, dan mesin bensin selalu menggunakan penyalaan busi untuk proses
pembakaran. Pada mesin bensin, pada umumnya udara dan bahan bakar dicampur
sebelum masuk ke ruang bakar, sebagian kecil mesin bensin modern
mengaplikasikan injeksi bahan bakar langsung ke silinder ruang bakar termasuk
mesin bensin 2 tak untuk mendapatkan emisi gas buang yang ramah lingkungan.
Pencampuran udara dan bahan bakar dilakukan oleh karburator atau sistem
injeksi, keduanya mengalami perkembangan dari sistem manual sampai dengan
penambahan sensor-sensor elektronik.
Tiga syarat utama supaya mesin bensin dapat berkerja:
1. Kompresi ruang bakar yang cukup.
2. Komposisi campuran udara dan bahan bakar yang sesuai.
3. Pengapian yang tepat (besar percikan busi dan waktu penyalaan/timing
ignition).
Proses kerja adalah keseluruhan langkah yang berurutan untuk terjadinya
satu siklus kerja dari motor. Proses kerja ini terjadi berurutan dan berulang-ulang.
Piston motor bergerak bolak balik dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah
(TMB) dan dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA) pada langkah
selanjutnya. Untuk yang pertama akan dibahas mengenai prinsip kerja motor
bensin 4 langkah.

3.2.2 Prinsip Kerja Motor Bensin Empat Tak


Pada motor bensin empat langkah/empat tak prinsip kerjanya untuk
menyelesaikan satu siklus terdapat empat langkah piston yaitu langkah hisap,
langkah kompresi, langkah usaha, dan langkah buang sehingga dalam satu
siklusnya tercapai dalam dua putaran poros engkol. Untuk memahami prinsip
kerja, perlu dimengerti istilah baku yang berlaku dalam teknik otomotif :
1. TMA (titik mati atas) atau TDC (top dead centre), posisi piston berada pada
titik paling atas dalam silinder mesin atau piston berada pada titik paling
jauh dari poros engkol (crankshaft).
2. TMB (titik mati bawah) atau BDC (bottom dead centre), posisi piston
berada pada titik paling bawah dalam silinder mesin atau piston berada pada
titik paling dekat dengan poros engkol (crankshaft).
Proses kerja motor bensin empat langkah. Ada 4 langkah kerja pada mesin
bensin 4 langah sebagai berikut :
1. Langkah Hisap
Dalam langkah ini, campuran bahan bakar dan bensin dihisap ke dalam
silinder. Katup hisap membuka sedangkan katup buang tertutup. Waktu torak
bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB), menyebabkan
ruang silinder menjadi vakum dan menyebabkan masuknya campuran udara dan
bahan bakar ke dalam silinder yang disebabkan adanya tekanan udara luar.
Gambar 3.1. Langkah Hisap

2. Langkah Kompresi
Dalam langkah ini, campuran udara dan bahan bakar dikompresikan. Katup
hisap dan katup buang tertutup. Waktu torak naik dari titik mati bawah (TMB) ke
titik mati atas (TMA), campuran yang dihisap tadi dikompresikan. Akibatnya
tekanan dan temperaturnya akan naik, sehingga akan mudah terbakar. Saat inilah
percikan api dari busi terjadi. Poros engkol berputar satu kali ketika torak
mencapai titk mati atas (TMA).

Gambar 3.2. Langkah Kompresi

3. Langkah Usaha
Dalam langkah ini, mesin menghasilkan tenaga untuk menggerakkan
kendaraan. Saat torak mencapai titik mati atas (TMA) pada saat langkah
kompresi, busi memberikan loncatan bunga api pada campuran yang telah
dikompresikan. Dengan adanya pembakaran, kekuatan dari tekanan gas
pembakaran yang tinggi mendorong torak ke bawah. Usaha ini yang menjadi
tenaga mesin.
Gambar 3.3. Langkah Usaha

4. Langkah Buang
Dalam langkah ini, gas yang sudah terbakar, akan dibuang ke luar silinder.
Katup buang membuka sedangkan katup hisap tertutup.Waktu torak bergarak dari
titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA), mendorong gas bekas keluar
dari silinder. Pada saat akhir langkah buang dan awal langkah hisap kedua katup
akan membuka sedikit (valve overlap) yang berfungsi sebagai langkah pembilasan
(campuran udara dan bahan bakar baru mendorong gas sisa hasil pembakaran).
Ketika torak mencapai TMA, akan mulai bergerak lagi untuk persiapan langkah
berikutnya, yaitu langkah hisap. Poros engkol telah melakukan 2 putaran penuh
dalam satu siklus yang terdiri dari empat langkah yaitu, 1 langkah hisap, 1
langkah kompresi, 1 langkah usaha, 1 langkah buang yang merupakan dasar kerja
dari pada mesin empat langkah.

Gambar 3.4. Langkah Buang


Formulasi dan perhitungan pada motor bakar.
Beberapa analisa yang harus dilakukan untuk mendapatkan karakteristik dan
unjuk kerja engine pembakaran dalam sebagai berikut.
 Power and torque
Torqe = Nm
Raw Power = Torqe x Speed
3750
Spreed = x 2π = 392.70rad-1
60

 BMEP (Breake Mean Efektive Pressure)


power (kw)
BMEP = (kpa)
V swept ( m 3 ) x N ¿ (rps /2)

Dimana :
rev
N* = ( ) = 2 Stroke Engine
ssec
rev
N* = ( ) /2 = 4 Stroke Engine
ssec
Vswept = 195 cc
= 195 x 10-6 m3
= 1.95 x 10-4 m3

 Fuel Mass Flow Rate


volume
m fuel = p x (kg/kr)
time
dinesty, p = SG x power
= 0.74 x 1000 kg/m3
= 740 kg/m3

Dimana :
m fuel = Mass Flow Rate of fuel (g/hr)
 Specific Fuel Consumption
m fuel
SFC = (g/kwh)
power
Dimana :
P = Power (kw)
 Air mass flow rate
m Air = ? kg/hr

 Air Volumetric Flow rate


mAir 3
VAir = calibration, factor x (m /hr)
P Air

P actual T actrirl + 144 T cal


C.F =
Pout
x
T cal +144
x( )
T actual
5/2

5
2030 293+114 293 2
= x
1013 293+114 293
❑ ( )
= 1.007

P air 1.013 x 105


Pair = =
RT ( 0.287 x 103 ) x 293

= 1.205 kg/m3

 Air-Fuel Ratio (AFR)


mair
AFR =
mfuel

 Specific Fuel Consumption

m fuel
SFC = (g/kwh)
power
Dimana :
P = Power (kw)

 Air mass flow rate


m Air = ? kg/hr
 Air Volumetric Flow rate
mAir 3
VAir = calibration, factor x (m /hr)
P Air

P actual T actrirl + 144 T cal


C.F =
Pout
x
T cal +144
x ( )
T actual
5/2

5
2030 293+114 293 2
= x
1013 293+114 293
❑ ( )
= 1.007

P air 1.013 x 105


Pair = =
RT ( 0.287 x 103 ) x 293

= 1.205 kg/m3

 Air-Fuel Ratio (AFR)


mair
AFR =
mfuel

 Volumetric Efficiency

Efisiensi volumetrik adalah ukuran efektivitas proses pengisian silinder


(Cairan Kerja - Udara). Namun, secara signifikan dipengaruhi oleh desain sistem
intake dan knalpot dan putaran mesin.
V air
ŋvolumetric =
V swept ( m ) x N (rps/ 2)
3 ¿

 Brake thermal efficiency(arbitrary overall efficiency)


Brake , power
ŋthermal =
m fuel x Q fuel
dimana :
Qfuel = 42000 kj/kg
mfuel = 1.64 kg/hr

 Exhaust temperature
Exhaust temperature = oC

3.3 Metodologi Praktikum Motor Bakar


3.3.1 Waktu dan Tempat
3.3.1.1 Waktu Praktikum
Mahasiswa harus menjelaskan durasi waktu pelaksanaan praktikum Motor
Bakar dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel.3.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum


N Minggu
Uraian
o 1 2 3 4
1. Pelaksanaan Praktikum
2. Penyusunan Laporan Praktukum
3. Asistensi Laporan Praktikum
Responsi dan Pengumpulan Laporan
4.
Praktikum

3.3.1.2 Tempat Praktikum


Praktikum refrigrant dilaksanakan di Laboratorium Prestasi Mesin Program
Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.

3.3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan


1. Dinamo Beban
Berfungsi sebagai dynamo atau beban untuk mengalirkan listrik.
Gambar 3.5 Dinamo Beban

2. . Inverter
Berfungsi untuk menambah beban arus pada komponen pemanas.

Gambar 3.6 Inverter

3. Gelas Ukur

Berfungsi sebagai tempat bahan bakar untuk mengukur konsumsi bahan


bakar.
Gambar 3.7 Gelas Ukur

4. Mesin Mobil Toyota Kijang 7 K-E

Berfungsi sebagai alat uji pada praktaktikum prestasi mesin motor bakar .

Gambar 3.8 Mesin Mobil Toyota Kijang 7 K-E

5. Layar Monitor

Berfungsi sebagai alat untuk memprogram hasil uji.


Gambar 3.9 Layar Monitor

6. Temperatur Kalori Meter

Berfungsi untuk mengukur temperature pada mesin.

Gambar 3.10 Temperatur Kalori Meter

3.3.3 Langkah Kerja


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada saat praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Memastikan apakah perangkat percobaan dalam kondisi siap pakai
2. menghidupkan mesin pada putaran rendah dan melihat semua alat ukur
sampai bekerja normal
3. menghubungkan mesin dengan generator
4. Meletakkan ketentuan percobaan sesuai dengan yang diaruskan oleh
asisten laboratorium
5. mengambil seluruh data yang diperlukan sesuai dengan data yang
diperoleh
6. merapikan alat alat dan bahan praktikum agar tetap bersih

3.4 Hasil dan Pembahasan


3.4.1 Perhitungan Dan Pembuatan Tabel Karakteristik Unjuk Kerja Mesin
 Raw Power
 BMEP (Break Mean Efisientive Pressure )
 Fuel Mass Flow Rate
 Specific Fuel Consumption
 Air Mass Flow Rate
 Air Volumetrik Flow Rate
 Air Fuel Ratio
 Volumetrik Eficiency
 Break Thermal Eviciency
 Exhause Temperatur
Tabel 3.2. Tabel Karakteristik Unjuk Kerja
Test No 1 2 3 4 5 6 7 8
Raw Torque (Nm)
Raw Power (kW)
BMEP (kPa)
Fuel mass flow rate (kg/hr)
SFC (g/kWh)
Air volumetric flow rate(m3/hr)
Air mass flow rate (kg /hr)
AFR
Volumetric efficiency (%)
Exhaust temperature (degC)
Brake thermal efficiency
(arbitrary overall efficiency)(%)

3.4.2 Karakteristik Unjuk Kerja VS Beban


 Raw Torque VS Load
 Raw Power VS Load
 BMEP VS Load
 SFC VS Load
 AFR VS Load
 VE VS Load
 BTE VS Load
 ET VS Load
3.4.3 Modul Performance Engine Pada Putaran Tetap Dan Beban
Berpariasi
Performance engine yang dihasilkan dihasilkan dari proses pembakaran di
dalam ruang bakar dengan mengubah energi kimia enjadi energi panas selanjutnya
energi panas dirbah menjadai energi gerak putar pada poros engkol. Jika engine
diberi beban maka putaran pada pooros engkol akan mengalami penurunan yang
mengakibatkan daya yang dihasilkan aka n berkurang. Tujuan diberikannya beban
guna mengetahui kemampuan engine pada putaran normal degan pariasi beban
yang diberikan terhadap konsumsi bahan bakar dan energi yang terbuang ke
lingkungan.

3.4.4. Test Equipmen and Instrumentasion

1. Engine Test Bed Unit

 Motor Bensin

 Generator dan Unit Pembebanan

 Data Akuisisi

 Cooling Tower Unit

2. Panel operasi

 Temperatur Display

 Engine test installation

 Engine test Acquisition

 Unit computer dan data monitoring

3. Bahan Bakar

Spesifikasi engine
Type Toyota 7K 4 Cylinder
Volume langkah : 1781 cc
Diameter cylinder : 80,5 mm
Stroke : 87,5 mm
Fuel SG : 0,74
Fuel CV : 42,000 Kj/kg
Typical spesifik heat of exhause gases : 1Kj/kg K
1. Modul Konversi Dan Audit Energi

Kehilangan energy berdampak menurunnya kinerja dari suatu


system seperti engine, baik dalam jumlah besar maupun kecil. Untuk
mengetehuai besar kecil dari kehilangan energy kita dapat melakukan
audit energy dari mesin konversi energy seperti engine.

2. Landasan Teori Audit Energi

Landasan teori yang digunakan didalam menganalisis dan audit energi


dapat digunakan persamaan berikut.
DATA SHEET MOTOR BAKAR
3,4 Hasil dan Pembahasan
Percobaan 1
 Power and Torque
Torque = 10,5162 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1361,9 π
Speed = 2
60
= 142,618 rad-1
Raw Power = 10,5162 x 142,618
= 1499,798 kw
 BMEP (Breake Mean efektive Pressure)
power (kw)
(kpa)
BMEP = ¿ rpm
3
V swept ( m ) x N ( )
2
Dimana:
¿
N= (secrev )= 2 stroke engine
rev
N =(
sec )
¿
/2=
4 stroke engine

Vswept = 1781 cc
3 m3 -6
= 1781 cm x 10
cm3
-3 3
= 1,781 x 10 m

1499,798(kw)
( kpa)
BMEP = rpm
−3
1,781 x 10 ( m ) x 4
3
2 ( )
= 309,17 kpa
 Fuel Mass Flow Rate
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
Density , ρ=SG×Power
= 0,74 x 1499,798 kw
= 1109,85 kw
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
ṁ fuel = 1109,85 x 1,4922/60
= 26,6 g/hr = 2,66 x 10-2 kg/hr
 Specific Fuel Consumption
mfuel
SFC= (g /kwh)
power
26 . 6
SFC= (g /kwh)
1499 .798
SFC = 0,018 g/kwh

 Air Mass Flow Rate


¿
m Air = 1,982 m3/hr

 Air Volumetric Flowrate


¿
mair 3
V air =calibration , factor× (m / hr )
ρ air
1,982
Vair=2,58 x
998
= 5,12x10-3
¿
5
pactual T actirl +114 T cal
C . F=
Pout
× ×
T cal +114 T actual ( ) 2

60 34,161+114 262,76 52
 C , F= x x( )
1499 262,76+114 34,161
= 2,58

 Air Fuel Ratio (AFR)


¿
m air
AFR = ¿
m fuel
1,982
C , F=
26,6
AFR = 0,075
 Efesiensi Volumetrik
V air
ηvolumetric = 3
V swept (m )×N ¿ (rpm/2 )

5,12 x 10−3
(kpa)
Ŋvolumetric = 1361,9
−3
1,781 x 10 ( m ) x 4 3
2 ( )
=1,055 x 10 −3
 Brake Thermal Efficiency
Brake , power
ηthermal = ¿
m fuel ×Qfuel

Dimana
Qfuel = 42000kj/kg
mfuel = 2,66 x 10-2 kg/hr
1499 ,798
ηthermal = ¿
2, 66 x 10−2×42000
= 1,342
 Exhaust Temperature
Exhaust Temperature = 262,76 ⁰C
Percobaan 2
 Power and Torque
Torque = 17,3035 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1367,4
Speed = 2 π
60
= 143,193 rad-1
Raw Power = 17,3035 x 143,193
= 2477,75 kw
 BMEP (Breake Mean efektive Pressure)
power (kw)
(kpa)
BMEP = ¿ rpm
3
( )
V swept ( m ) x N
2
Dimana:
N=
¿
(secrev )= 2 stroke engine
rev
N =(
sec )
¿
/2=
4 stroke engine

Vswept = 1781 cc
3 m3
-6
= 1781 cm x 10
cm3
-3 3
= 1,781 x 10 m

2477,75(kw)
(kpa)
BMEP = 1367,4
−3 3
1,781 x 10 ( m ) x 4
2 ( )
= 508.7 kpa
 Fuel Mass Flow Rate
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
Density , ρ=SG×Power
= 0,74 x 2477,75 kw
= 1833,535 kw
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
ṁ fuel = 1833,535 x 1,2066/60
= 36,87 g/hr = 3,687 x 10-2 kg/hr

 Specific Fuel Consumption


mfuel
SFC= (g /kwh)
power
36 . 87
SFC= ( g/kwh )
2477 . 75
SFC = 0,0149 g/kwh

 Air Mass Flow Rate


¿
m Air = 1,8785 m3/hr

 Air Volumetric Flowrate


¿
mair 3
V air =calibration , factor× (m / hr )
ρ air
1,8785
Vair=1,746 x
998
= 3,32 x 10−3
¿
5
pactual T actirl +114 T cal
C . F=
Pout
× ×
( )
T cal +114 T actual
2

60 33,966+114 277,514 52
 C , F= x x( )
2477,75 277,514+114 33,966
= 1,746
 Air Fuel Ratio (AFR)
¿
m air
AFR = ¿
m fuel
1,8785
AFR=
36,87
AFR = 0.051
 Efesiensi Volumetrik
V air
ηvolumetric = 3
V swept (m )×N ¿ (rpm/2 )
3,32 x 10−3
(kpa)
Ŋvolumetric= 1367,4
1,781 x 10 ( m ) x 4
2
−3 3
( )
= 6.82 x 10 −4

 Brake Thermal Efficiency


Brake , power
ηthermal = ¿
m fuel ×Qfuel
Dimana
Qfuel = 42000kj/kg
mfuel = 3,687 x 10-2 kg/hr
2477 , 75
ηthermal = ¿
3 ,687 x 10−2 x 42000
= 1,6
 Exhaust Temperature
Exhaust Temperature = 277,514 ⁰C
Percobaan 3
 Power and Torque
Torque = 24,2445 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1412,2 π
Speed = 2
60
= 147,89 rad-1
Raw Power = 24,2445 x 147,89
= 3585,52 kw
 BMEP (Breake Mean efektive Pressure)
power (kw)
(kpa)
BMEP = ¿ rpm
3
( )
V swept ( m ) x N
2
Dimana:
¿
N= (secrev )= 2 stroke engine
rev
N =(
sec )
¿
/2=
4 stroke engine

Vswept = 1781 cc
3 m3
-6
= 1781 cm x 10
cm3
-3 3
= 1,781 x 10 m

3585,52(kw)
(kpa)
BMEP = 1412,2
−3 3
1,781 x 10 ( m ) x 4
2 ( )
= 712,79 kpa
 Fuel Mass Flow Rate
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
Density , ρ=SG×Power
= 0,74 x 3585,52 kw
= 2653,28kw
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
¿
1, 3543
mfuel =2653 ,28× (kg /kr )
60
= 59,89 g/hr = 5,989 x 10-2 kg/hr
 Specific Fuel Consumption
mfuel
SFC= (g /kwh)
power
59 . 89
SFC= (g /kwh)
3585 .52
SFC = 0,0167 g/kwh

 Air Mass Flow Rate


¿
m Air = 1,8415 m3/hr

 Air Volumetric Flowrate


¿
mair 3
V air =calibration , factor× (m / hr )
ρ air
1,8415
Vair=1,33 x
998
= 2,45 x 10−3
¿
5
pactual T actirl +114 T cal
C . F=
Pout
× ×
( )
T cal +114 T actual
2

60 34,161+ 114 295,26 52


 C , F= x x( )
3585,52 295,26+114 34,161
= 1,33
 Air Fuel Ratio (AFR)
¿
m air
AFR = ¿
m fuel
1,8415
AFR=
59,89
AFR = 0,031
 Efesiensi Volumetrik
V air
ηvolumetric = 3
V swept (m )×N ¿ (rpm/2 )

2,45 x 10−3
(kpa)
Ŋvolumetric= 1412,2
−3
1,781 x 10 ( m ) x 4
2
3
( )
= 4,87 x 10 −4

 Brake Thermal Efficiency


Brake , power
ηthermal = ¿
m fuel ×Qfuel
Dimana
Qfuel = 42000kj/kg
mfuel = 5,989 x 10-2 kg/hr
3585 , 52
ηthermal = ¿
5,989 x 10-2 x42000
= 1,425
 Exhaust Temperature
Exhaust Temperature = 295,26 ⁰C
Percobaan 4
 Power and Torque
Torque = 31,0174 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1401,2 π
Speed = 2
60
= 146,73 rad-1
Raw Power = 31,0174 x 146,73
= 4551,29 kw
 BMEP (Breake Mean efektive Pressure)
power (kw)
(kpa)
BMEP = ¿ rpm
3
( )
V swept ( m ) x N
2
Dimana:

(secrev )= 2 stroke engine


N ¿=

rev
N =(
sec )
¿
/2=
4 stroke engine

Vswept = 1781 cc
m3
= 1781 cm3 x 10-6
cm3
= 1,781 x 10-3 m3

4551,29(kw )
(kpa)
BMEP = 1401,2
−3 3
1,781 x 10 ( m ) x 4
2 ( )
= 911.89 kpa
 Fuel Mass Flow Rate
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
Density , ρ=SG×Power
= 0,74 x 4551,29 kw
= 3367,95 kw
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
¿
1 ,341
mfuel =3367 , 95× (kg /kr)
60
= 75,27 g/hr = 7,527 x 10-2 kg/hr
 Specific Fuel Consumption
mfuel
SFC= (g /kwh)
power
75 . 27
SFC= ( g/kwh )
4551. 29
SFC = 0,017 g/kwh

 Air Mass Flow Rate


¿
m Air = 1,8921 m3/hr

 Air Volumetric Flowrate


¿
mair 3
V air =calibration , factor× (m /hr )
ρ air
1,8921
Vair=1,18 x
998
= 2,24 x 10−3
¿
5
pactual T actirl +114 T cal
C . F=
Pout
× ×
( )
T cal +114 T actual
2

60 34,063+114 313,895 52
 C , F= x x( )
4551,29 313,895+114 34,063
= 1,18
 Air Fuel Ratio (AFR)
¿
m air
AFR = ¿
m fuel
1 , 8921
AFR=
75,27
AFR = 0,025
 Efesiensi Volumetrik
V air
ηvolumetric = 3 ¿
V swept (m )×N (rpm/2 )

2,24 x 10−3
(kpa)
Ŋvolumetric= 1401,2
1,781 x 10 ( m ) x 4 −3
2
3
( )
= 4,49 x 10 −4

 Brake Thermal Efficiency


Brake , power
ηthermal = ¿
m fuel ×Qfuel

Dimana
Qfuel = 42000kj/kg
mfuel = 7,527 x 10-2 kg/hr
4551 , 29
ηthermal = ¿
7 ,525 x10−2 x 42000
= 1,44
 Exhaust Temperature
Exhaust Temperature = 313,895⁰C
Percobaan 5
 Power and Torque
Torque = 38,5235 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1349,9 π
Speed = 2
60
= 141,361 rad-1
Raw Power = 38,5235 x 141,361
= 5445,73 kw
 BMEP (Breake Mean efektive Pressure)
power (kw)
(kpa)
BMEP = ¿ rpm
3
V swept ( m ) x N ( )2
Dimana:
N=
¿
(secrev )= 2 stroke engine
rev
N =(
sec )
¿
/2=
4 stroke engine

Vswept = 1781 cc
3 m3 -6
= 1781 cm x 10
cm3
-3 3
= 1,781 x 10 m

5445,73(kw)
(kpa)
BMEP = 1349.9
−3 3
1,781 x 10 ( m ) x 4
2 ( )
= 1132,56 kpa
 Fuel Mass Flow Rate
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
Density , ρ=SG×Power
= 0,74 x 5445,73 kw
= 4029,84 kw
¿
volume
mfuel =ρ× (kg/kr )
Time
¿
1 , 3209
m fuel =4029 , 84× (kg/kr )
60
= 88,72 g/hr = 8,872 x 10-2 kg/hr
 Specific Fuel Consumption
mfuel
SFC= (g /kwh)
power
88 . 72
SFC= (g /kwh)
5445 .73
SFC = 0,016 g/kwh

 Air Mass Flow Rate


¿
m Air = 1,9376 m3/hr

 Air Volumetric Flowrate


¿
mair 3
V air =calibration , factor× (m / hr )
ρ air
1,9376
Vair=1,106 x
998
= 2,15 x 10−3
¿
5
pactual T actirl +114 T cal
C . F=
Pout
×
( )
×
T cal +114 T actual
2

60 34,014+114 335,133 52
 C , F= x x( )
5445,73 335,133+114 34,014
= 1,106
 Air Fuel Ratio (AFR)
¿
m air
AFR = ¿
m fuel
1, 9376
AFR=
88,72
AFR = 0,022
 Efesiensi Volumetrik
V air
ηvolumetric = 3 ¿
V swept (m )×N (rpm/2 )
2,15 x 10−3
(kpa)
Ŋvolumetric= 1349,9
1,781 x 10 ( m ) x 4
2
−3 3
( )
=2,24 x 10 −4

 Brake Thermal Efficiency


Brake , power
ηthermal = ¿
m fuel ×Qfuel
Dimana
Qfuel = 42000kj/kg
mfuel = 8,872 x 10-2 kg/hr
5445 ,73
ηthermal = ¿
8. 872 x10−2 x 42000
= 1,461
 Exhaust Temperature
Exhaust Temperature = 335,133 ⁰C
3.4.4 Landasan Teori Audit Energi
Landasan teori yang digunakan didalam menganalisis dan audit energi dapat
digunakan persamaan berikut,
Percobaan 1
 Energy bahan bakar

Indicate fuel energy input = ṁ fuel × Q fuel


= 2,66x10-2 x 42000
= 1117,2
 Energy mekanik
Torqe = 10,5162 Nm
Raw Power = Torqe x Speed
1361.9
= ×2 π
60
spreed
−1
=142 .62 rad
Raw Power = 10,5162 x 142,618
= 1499,798 kw

power , b , corrected == Raw , power 1 .18


[(99pd ) √ 298
T +273
−0 .18
]
[ 9999 x 102 )√34298. 161+273 −0 . 18]
power , b , corrected == 1499. 798 1. 18 (
= 16
Dimana:
Standart Pressure Pd = 99 kpa
Ambient Temperature, T = 34,161 degC,

 Panas yang keluar dari exhaust


Heat loss to exhaust = ( ṁ ¿ ¿ air × ṁfuel )× H e ,s , a ×(T e −T a)¿
1
×1 ×103 ×(262,76−34,161)
−2
=(1,982 ×2,66 x 10 )×
3600
= 3,35 KW
 Panas yang diserap pendingin
Q = M cp ∆T
= 2,0729 x 4,2 (45,625-40,075)
= 48,32
 Efisisensi B, C dan D terhadap A
Efisisensi Energi Mekanik terhadap Energi Bahan Bakar
B
×100%
A
16
x 100% = 1,432 %
1117,2
Efisisensi Energi Exhaust terhadap Energi Bahan Bakar
C
×100 %
A
3,35
x 100% = 0,3%
1117,2
Efisisensi Energi yang diserap cooland terhadap Energi Bahan Bakar
D
×100 %
A
48,32
x 100% = 4,33%
1117,2
 Efisiensi Generator
V .I
=
2. π
T .n
60
233 .124 x0 .286
=

10 .5162 x 1361 . 9
60
= 0,0445
V = Volt (V)
I = Ampere (A)
N = Putaran (Rpm)
T = Torsi (Nm)
Percobaan 2
 Energy bahan bakar

Indicate fuel energy input = ṁ fuel × Q fuel


= 3,687x10-2 x 42000
= 1548,54
 Energy mekanik
Power and Torque

Torque = 17,3035 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1367,4
Speed = 2 π
60
= 143,193 rad-1
Raw Power = 17,3035 x 143,193
= 2477,75 kw

[ pd )√298 −0 .18 ]
power , b , corrected == Raw , power 1 .18( 99 T +273

[ 9999 x 102 )√33298.966 +273 −0. 18]


power , b , corrected == 2477. 75 1. 18 (
= 26,43
Dimana:
Standart Pressure Pd = 99 kpa
Ambient Temperature, T = 33,966 degC,

 Panas yang keluar dari exhaust


Heat loss to exhaust = ( ṁ ¿ ¿ air × ṁfuel )× H e ,s , a ×(T e −T a)¿
1
×1 ×10 3 ×(277,514−33,966)
−2
=(1,8785 ×3,687 x 10 )×
3600
= 4,686 KW

 Panas yang diserap pendingin


Q = M cp ∆T
= 2,0934 x 4,2 x (46,225-40,476)
= 50,55
 Efisisensi B, C dan D terhadap A
Efisisensi Energi Mekanik terhadap Energi Bahan Bakar
B
×100%
A
26,43
x 100% = 1,71 %
1548,54
Efisisensi Energi Exhaust terhadap Energi Bahan Bakar
C
×100 %
A
4,686
x 100% = 0,303%
1548,54
Efisisensi Energi yang diserap cooland terhadap Energi Bahan Bakar
D
×100 %
A
50,55
x 100 %=3,264 %
1548,54
 Efisiensi Generator
V .I
=
2. π
T .n
60
231 . 027 x 5 .282
=

17 . 3035 x 1367 . 4
60
= 0,492
V = Volt (V)
I = Ampere (A)
N = Putaran (Rpm)
T = Torsi (Nm)

Percobaan 3
 Energy bahan bakar

Indicate fuel energy input = ṁfuel × Qfuel


= 5,989x10-2 x 42000
= 2515,38
 Energy mekanik
Torque = 24,2445 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1412,2 π
Speed = 2
60
= 147,89 rad-1
Raw Power = 24,2445 x 147,89
= 3585,52 kw

[
power , b , corrected == Raw , power 1 .18
99
( )√
pd
T +273
298
−0 .18
]
[
power , b , corrected == 3585. 52 1. 18 (9999 x 102 ) √ 34298.161+273 −0 . 18]
= 35,29
Dimana:
Standart Pressure Pd = 99 kpa
Ambient Temperature, T = 34,161 degC,
 Panas yang keluar dari exhaust
Brake work out/brake power = KW
Heat loss to exhaust = ( ṁ ¿ ¿ air × ṁ fuel )× H e ,s , a ×(T e −T a)¿
1
×1 ×103 ×(295,26−34,161)
−2
=(1,8415 ×5,989 x 10 )×
3600
= 7,999KW
 Panas yang diserap pendingin
Q = M cp ∆T
= 2,0973 x 4,2 x (46,525-40,8) = 54,03
 Efisisensi B, C dan D terhadap A
Efisisensi Energi Mekanik terhadap Energi Bahan Bakar
B
×100%
A
35,29
x 100% = 1,4 %
2515,38
Efisisensi Energi Exhaust terhadap Energi Bahan Bakar
C
×100 %
A
7,999
x 100% = 0,318%
2515,38
Efisisensi Energi yang diserap cooland terhadap Energi Bahan Bakar
D
×100 %
A
54,03
x 100% = 2,15%
2515,38
 Efisiensi Generator
V .I
=
2. π
T .n
60
232 .289 x 9 .923
=

24 .2445 x1412 .2
60
= 0,643
V = Volt (V)
I = Ampere (A)
N = Putaran (Rpm)
T = Torsi (Nm)

Percobaan 4
 Energy bahan bakar

Indicate fuel energy input = ṁ fuel × Q fuel


= 7,527x10-2 x 42000
= 3161,34
 Energy mekanik
Torque = 31,0174 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1401,2 π
Speed = 2
60
= 146,73 rad-1
Raw Power = 31,0174 x 146,73
= 4551,29 kw

[ pd )√298 −0 .18 ]
power , b , corrected == Raw , power 1 .18( 99 T +273

[ 9999 x 102 )√34298. 063+273 −0 . 18]


power , b , corrected == 4551 .29 1 .18 (
= 48,55
Dimana:
Standart Pressure Pd = 99 kpa
Ambient Temperature, T = 34,161 degC,
 Panas yang keluar dari exhaust
Brake work out/brake power = KW
Heat loss to exhaust = ( ṁ ¿ ¿ air × ṁ fuel )× H e ,s , a ×(T e −T a)¿
1
×1 ×103 ×(313,895−34,063)
−2
=(1,8921 ×75,27 x 10 )×
3600
= 110,7 KW

 Panas yang diserap pendingin


Q = M cp ∆T
= 2,103 x 4,2 (47,3-41,4)
= 52,11
 Efisisensi B, C dan D terhadap A
Efisisensi Energi Mekanik terhadap Energi Bahan Bakar
B
×100%
A
48,55
x 100% = 1,54 %
3161,34
Efisisensi Energi Exhaust terhadap Energi Bahan Bakar
C
×100 %
A
110,7
x 100% = 3,5%
3161,34
Efisisensi Energi yang diserap cooland terhadap Energi Bahan Bakar
D
×100 %
A
52,11
x 100% = 1,65%
3161,34
 Efisiensi Generator
V .I
=
2. π
T .n
60
228 . 072 x 14 .502
=

31 . 0174 x 1401. 2
60
= 0,73
V = Volt (V)
I = Ampere (A)
N = Putaran (Rpm)
T = Torsi (Nm)

Percobaan 5
 Energy bahan bakar

Indicate fuel energy input = ṁ fuel × Q fuel


= 8,872x10-2 x 42000
= 3726,24
 Energy mekanik
Torque = 38,5235 Nm
Raw Power = Torque x Speed
1349,9 π
Speed = 2
60
= 141,361 rad-1
Raw Power = 38,5235 x 141,361
= 5445,73 kw
[ pd )√298 −0 .18 ]
power , b , corrected == Raw , power 1 .18 ( 99 T +273

[ 99 x 102 √298 −0 . 18]


power , b , corrected == 5445. 73 1. 18 (
99
) 34 . 014+273

= 45,4
Dimana:
Standart Pressure Pd = 99 kpa
Ambient Temperature, T = 34,014 degC,
 Panas yang keluar dari exhaust
Brake work out/brake power = KW
Heat loss to exhaust = ( ṁ ¿ ¿ air × ṁfuel )× H e ,s , a ×(T e −T a)¿
1
×1 ×103 ×(335,133−34,014)
−2
=(1,9376 ×8,872 x 10 )×
3600
= 14,38 KW

 Panas yang diserap pendingin


Q = M cp ∆T
= 2,073 x 4,2 x (47,575-40,675)
= 60,08
 Efisisensi B, C dan D terhadap A
Efisisensi Energi Mekanik terhadap Energi Bahan Bakar
B
×100%
A
45,4
x 100% = 1,22 %
3726,24
Efisisensi Energi Exhaust terhadap Energi Bahan Bakar
C
×100 %
A
14,38
x 100% = 0,39%
3726,24
Efisisensi Energi yang diserap cooland terhadap Energi Bahan Bakar
D
×100 %
A
60,08
x 100% = 1,61%
3726,24
 Efisiensi Generator
V .I
=
2. π
T .n
60
232 .433 x 18 .86
=

38 . 5235 x 1349. 9
60
= 0,805
V = Volt (V)
I = Ampere (A)
N = Putaran (Rpm)
T = Torsi (Nm)
3.5 Kesimpulan dan Saran
3.5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum motor bakar yaitu:
1. mahasiswa mematuhi proseur dasar pengujian engine
2. mahasiswa mampu memfrefikasi, mengukur,dan mengintropeksi uji
kerja dan putaran tetap perubahan kondisi beban

3.5.2 Saran
Adapun saran yang didapat saya berikan untuk praktikumn motor bakar
adalah:
1. Selalu menjaga dan merawat mesin agar tidak mengalami kerusakan
saat digunakan
2.Menjaga kebersihan dan kerapian didalam lab parktikum
3.Melaksanakan jadwal praktikum sesuai dengan yang sudah dibuat
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Khairil. (2010). “Efek Beban Pendingin Terhadap Performa Sistem


Pendingin”. Jurnal SMARTek.
Handayani Sri Utami, “Karakteristik Pompa Sentrifugal Aliran Campur dengan
Variable Frequency Drive”, E-Journal Undip.
Hasan Syamsuri, dkk. (2008). “Sistem Refrigrasi dan Tata Udara”, Departemen
Pendidikan Nasional.
Maulana Agus, “Dasar Teknik Pendingin”
Ridwan. “Teknik Pendingin”, Gunadarma.
Siregar Chandra A, dkk. (2015), “Modul Praktikum Prestasi Mesin” Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
Sularso (1994), „Pompa dan Kompresor”, Pradnya Paramita
Widyan Ardhy P. (2015), “Perencanaan Pompa Sentrifugal dengan Kapasitas 1,5
m3 / Menit”, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai