Anda di halaman 1dari 19

ETIKA PROFESI HUKUM

(PKUB A SERANG)

DAFTAR NAMA KELOMPOK I TTG KODE ETIK PROFESI POLRI:


1. OVI ARDIANTI 1974201409
2. TRI HANDI 1974201363
3. AZI KRISNA 1974201371
4. YUDHA HAERUNOVAL 1974201367
5. ZULFIKAR ADITYA PRATAMA 1974201406
6. M. ALI AKBAR VIKRI 197420382
7. ADAM ALFAIDI 1974201299
8. SURYA DHARMA 1974201412
9. HENDRA 1974201326
10. ARIF 1974201410

FAKULTAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH TANGERANG
TAHUN AJARAN 2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Makalah tugas Etika Profesi Hukum dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang Kode Etik Profesi Polri bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Etika Profesi Hukum. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Serang, 8 Desember 2021
Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
Kata Pengantar...............................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
A. Latar belakang Masalah..........................................................................................4
BAB II ISI.......................................................................................................................5
1.1.LANDASAN TEORI ETIKA PROFESI.........................................................................5
1.1.1 Pengertian Etika...........................................................................................5
1.1.2 Pengertian Profesi........................................................................................6
1.1.3 Prinsip – prinsip Etika Profesi........................................................................6
1.1.4 Syarat - syarat suatu profesi :.......................................................................7
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. NORMA-NORMA HUKUM ATAU KETENTUAN TENTANG KODE ETIK PROFESI POLRI...8
B. PENEGAKAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI.......................................15
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah

Kode Etik Profesi Polri berdasarkan rumusan pasal 1 angka 5 Peraturan Kapolri Nomor
14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri merupakan norma - norma atau aturan-
aturan yang merupakan kesatuan landasan Etik atau Filosofis yang berkaitan dengan
prilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak
patut dilakukan oleh anggota Polri dalam melaksanakan tugas wewenang dan
tanggungjawab jabatan.

Pasal 34 Undang-Unadang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri memeberikan mandat


bahwa sikap dan prilaku pejabat Polri terikat pada Kode Etik Profesi Polri sealnjutnya
dimandatkan juga bahwa Kode Etik Profesi Polri dapat menjadi pedoman bagi
pengemban fungsi Kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
peraturan perundang-uandangan yang berlaku dilingkuangannya, dimana dalam pasal
32 diatur bahwa pembinaan kemampuan profesi pejabat Polri diselenggarakan melalui
pembinaan Etika Profesi dan pengembangan pengetahuan serta pengalamannya
dibidang tekhnis Kepolisian melalui pendidikan, pelatihan, dan penugasan secara
berjenjang dan berlanjut.

Bahwa Institusi Polri sejak mandiri tidak bergabung dengan Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI) yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Polri telah memiliki payung hukum terkait dengan Kode Etik
Profesi Polri yaitu Peraturan Kapolri Nomor: Kep/32/VII/2003 tentang Kode Etik Profesi
Polri dan telah diterbitkan juga Peraturan tentang Tata Cara Penegakan Pelanggaran
Kode Etik yaitu Peraturan Kapolri Nomor: Kep/33/VII/2003 tentang Tata Cara Sidang
Komisi Kode Etik, kemudian dirubah dengan Peraturan Kapolri Nomor 7 tahun 2006
dengan ketentuan acaranya berupa peraturan Kapolri Nomor 8 tahun 2006 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, kemudian telah dirubah lagi dengan
Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri dan terhadap
ketentuan acara sebagaimana diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2006
saat ini dalam tahap final direvisi.

Kode Etik Profesi Polri sebagaimana diatur dalam Perkap Nomor 14 Tahun 2011 terdiri
dari 6 BAB dan 32 Pasal yang meliputi 6 Pasal norma tentang peraturan kewajiban dan
5 Pasal norma tentang peraturan larangan bagi anggota Polri dalam melaksanakan
tugas, fungsi dan kewenangannya, sedangkan berkaitan dengan peraturan
menyangkut hukum acara sebagaimana diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 8 tahun
2006 terdiri dari 11 BAB dengan 19 Pasal yang mengatur tentang tata cara
pembentukan Komisi Kode Etik, tugas wewenang dan kwewajiban komisi,
keanggotaan, mekanisme penanganan pelanggaran, hak dan kewajiban terperiksa,
tata tertib, administrasi dan tata cara tentang pelaksanaan sidang tanpa kehadiran
pelanggar.

4
Terhadap . . . . .

Terhadap Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2006 tersebut saat ini sedang dalam revisi
dalam tahap finalisasi menunggu pengukuhan dari Kapolri yang mengatur secara lebih
terperinci dimuali dari pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Polri, susunan
keanggotaan, tugas dan kewenangan, kesekretariatan, sekretaris, penuntut, banding,
sidang Komisi kode etik, sidang banding, dan tata cara penegakannya meliputi
pemeriksaan pendahuluan, pemberkasaan, pelaksanaan putusan, pengawasan
pelaksanaan putusan, dan rehabilitasi.

BAB II ISI
B. LANDASAN TEORI ETIKA PROFESI

1.1.1 Pengertian Etika

Pendapat MARTIN (1993) Etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act
as the performance index or reference fou our control system” yang dapat
diterjemahkan etika merupakan standar aturan yang akan mengatur pergaulan
manusia dalam kelompok sosialnya yang dituangkan secara sistematik
berdasarkan prinsip-prinsip moral. Ditinjau dari asal usul tata etik atau etika
berasal dari kata ethos (bahasa yunani) yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah, dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik atau
buruk.

Drs. SIDI GAJALBA dalam buku Sistematika Filsafat berpendapat bahwa Etika
adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk sejauh yang dapat ditentutkan oleh akal, sedangkan Drs. H
BURHANUDIN SALAM menyebutkan Etika merupakan ilmu cabang filsafat yang
mengupas tentang nilai dan norma moral yang mennetukan prilaku manusia
dalam hidupnya.

Secara Umum Etika dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek meliputi :

a. Etika Umum

merupakan norma terkait dengan kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia


bertindak secara etis, mengambil keputusan secara etis, teori-teori etika
dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu
tindakan, sehingga etika umum ini dapat dianalogikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang membahas pengertian umum dan teori-teori;

b. Etika Khusus

merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam kehidupan yang


khusus tentang bagaimana seseorang menilai prilakunya dan orang lain
dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh
kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis, sehingga etika khusus

5
ini . . . . .

ini dapat berbentuk etika individual yang menyangkut kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri dan atau dalam bentuk etika sosial yang
mengatur taentang kewajiban, sikap dan pola prilaku manusia sebagai
anggota komunitas sosial, oleh karena itu dalam etika sosial menyangkut
banyak hal antara lain Sikap terhadap sesama, etika keluarga, etika profesi,
etika politik, etika lingkungan, dan etika idiologi.

Penilaian Etika dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek yaitu menilai pada perbuatan
baik atau jahat, susila atau tidak susila dan menilai tentang perbuatan atau
prilaku seseorang yang tealah menjadi sifat baginya yang dikenal dengan
sebutan akhlak atau budi pekerti.

1.1.2 Pengertian Profesi

R. RIZAL ISNANTO dalam buku tentang Etika Profesi menyebutkan Profesi


merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegitan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian yang memiliki ciri-ciri
antara lain:

a. Adanya pengetahuan khusus yang biasanya berupa keahlian dan


keterampilan yang dimiliki seseorang berkat pendididkan, pelatihan, dan
pengalaman yang terus menerus;

b. Adanya kaidah standar moral yang sangat tinggi yang dituangkan dalam
Kode Etik Profesi;

c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat artinya setiap pelaksana profesi


harus meletakan kepentingan pribadi dibawah kepentinagan masyarakat;

d. Ada ijin khusus atau pengakuan atau sertifikasi khusus untuk menjalankan
profesi yang berkaitan dengan kepentinagan masyarakat;

e. Memiliki tolak ukur tentang suatu pekerjaan.

1.1.3 Prinsip – prinsip Etika Profesi

a. Tanggungjawab terhadap pelaksanaan itu sendiri dan terhadap output dari


pekerjaan tersebut, serta tanggungjawab terhadap kemanfaatan atau ekses
dari penyelenggaraan profesi tersebut untuk kehidupan orang lain dan atau
masyarakat pada umumnya;

b. Keadilan, prinsip ini menuntut penyelenggara profesi untuk memberikan


pelayanan kepada siapa saja tentang apa yang menjadi haknya;

6
c. Otonomi, prinsip ini menuntut setiap profesional wajib memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya;

4. syarat . . . . .
1.1.4 Syarat - syarat suatu profesi :

a. Melibatkan kegiatan intelektual;


b. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus;
c. Memerlukan persiapan profesional yang alami dan bukan sekedar latihan;
d. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan;
e. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen;
f. Mementingkan layanan diatas kepentingan pribadi;
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat;
h. Menentukan baku standarnya sendiri dalam bentuk Kode Etik.

1.1.5 Kode Etik Profesi

Kode Merupakan tanda-tanda atau simbol-simbol berupa kata-kata tulisan atau


benda yang disepakati untuk maksud tertentu atau kumpulan peraturan yang
sistematis. Sedangkan Kode Etik adalah norma-norma atau azas yang diterima
oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tinagkah laku sehari-hari
dimasyarakat maupun ditempat kerja.

Pada Undang-Undang pokok kepegawaian pengertian Kode Etik Profesi adalah


pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kode Etik Profesi menurut Pasal 1 angka 5 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun
2011 disebutkan bahwa Kode Etik Profesi Polri disingkat dengan KEPP adalah
norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau
filosofis yang berkaitan dengan prilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang
diwajibkan, dilarang, patut, atau tidak patut dilakukan oleh anggota Polri dalam
melaksanakan tugas, wewenang dan tanggungjawab jabatan.

Selanjutnya Pasal 34 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Polri


mengatur sebagai berikut:

(1) Sikap dan prilaku pejabat Polri terikat pada Kode Etik Profesi Polri;
(2) Kode Etik Profesi Polri dapat menjadi pedoman bagi pengemaban fungsi
Kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pertauran
Perundang-Undangan yang berlaku dilingkungannya;
(3) Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Polri diatur dengan keputusan
Kapolri;

Ketentuan sanksi dimandatkan dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 2 Tahun


2002 Tentang Polri yang mengatur sebagai berikut:

7
(1) Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Polri oleh pejabat polri diselsaikan
oleh Komisi Kode Etik Polri disingkat KKEP;
(2) Ketentuan mengenai Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik
Polri diatur dengan Keputusan Kapolri.

III. NORMA . . . . .

BAB III PEMBAHASAN


A. NORMA-NORMA HUKUM ATAU KETENTUAN TENTANG KODE ETIK PROFESI
POLRI

Norma-norma hukum atau ketentuan Kode Etik Profesi Polri diwujudkan dalam
peraturan yang bersifat Materil, yang berisi norma-norma tentang kewajiban dan
larangan yang mengikat setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas, fungsi,
peranan, jabatan, dan wewenang Kepolisian.

Peraturan yang bersifat materil tersebut telah ada sejak tahun 2003 dan telah
mengalami perubahan dan penggantian sebanyak 3 (tiga) kali sebagai berikut:

1. Peraturan Kapolri Nomor: Kep/32/VII/2003 tentang Kode Etik Profesi Polri;

2. Peraturan Kapolri Nomor 7 tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Polri;

3. Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri.

Norma norma hukum atau peraturan meteril Kode Etik Profesi Polri diatur dalam Pasal
6 s/d Pasal 16 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 yang memuat peraturan
tentang kewajiban dan larangan sebagai berikut:

1. Norma-norma hukum atau peraturan tentang kewajiban, diatur dalam pasal 6


s/d pasal 11 sebagai berikut:

Etika Kenegaraan
Pasal 6

Setiap Anggota Polri wajib:

a. setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. menjaga keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
c. menjaga terpeliharanya keutuhan wilayah NKRI;
d. menjaga terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa dalam
kebhinekatunggalikaan dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat;

8
e. mengutamakan kepentingan bangsa dan NKRI dari pada kepentingan
sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
f. memelihara dan menjaga kehormatan bendera negara sang merah putih,
bahasa Indonesia, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan
Indonesia Raya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. membangun kerja sama dengan sesama pejabat penyelenggara negara dan
pejabat negara dalam pelaksanaan tugas; dan
h. bersikap netral dalam kehidupan berpolitik.
Etika . . . . .

Etika Kelembagaan
Pasal 7

(1) Setiap Anggota Polri wajib:


a. setia kepada Polri sebagai bidang pengabdian kepada masyarakat, bangsa,
dan negara dengan memedomani dan menjunjung tinggi Tribrata dan Catur
Prasetya;
b. menjaga dan meningkatkan citra, soliditas, kredibilitas, reputasi, dan
kehormatan Polri;
c. menjalankan tugas secara profesional, proporsional, dan prosedural;
d. melaksanakan perintah dinas untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
dalam rangka pembinaan karier dan peningkatan kemampuan
profesionalisme Kepolisian;
e. menjalankan perintah dinas untuk melaksanakan mutasi dalam rangka
pembinaan personel, profesi, karier, dan penegakan KEPP;
f. mematuhi hierarki dalam pelaksanaan tugas;
g. menyelesaikan tugas dengan saksama dan penuh rasa tanggung jawab;
h. memegang teguh rahasia yang menurut sifatnya atau menurut perintah
kedinasan harus dirahasiakan;
i. menampilkan sikap kepemimpinan melalui keteladanan, ketaatan pada
hukum, kejujuran, keadilan, serta menghormati dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia dalam melaksanakan tugas;
j. melaksanakan perintah kedinasan dalam rangka penegakan disiplin dan
KEPP berdasarkan laporan/pengaduan masyarakat tentang adanya dugaan
pelanggaran disiplin dan/atau Pelanggaran KEPP sesuai dengan
kewenangan;
k. melaksanakan perintah kedinasan yang berkaitan dengan pengawasan
internal di lingkungan Polri dalam rangka penguatan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP);
l. menghargai perbedaan pendapat yang disampaikan dengan cara sopan dan
santun pada saat pelaksanaan rapat, sidang, atau pertemuan yang bersifat
kedinasan;
m. mematuhi dan menaati hasil keputusan yang telah disepakati dalam rapat,
sidang, atau pertemuan yang bersifat kedinasan;

9
n. mengutamakan kesetaraan dan keadilan gender dalam melaksanakan
tugas; dan
o. mendahulukan pengajuan laporan keberatan atau komplain kepada Ankum
atau Atasan Ankum berkenaan dengan keputusan yang dinilai bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum mengajukan
gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).

(2) Setiap . . . . .

(2) Setiap Anggota Polri yang berkedudukan sebagai Atasan wajib:


a. menunjukan kepemimpinan yang melayani ( servant leadership),
keteladanan, menjadi konsultan yang dapat menyelesaikan masalah
(solutif), serta menjamin kualitas kinerja Bawahan dan kesatuan ( quality
assurance);
b. menindaklanjuti dan menyelesaikan hambatan tugas yang dilaporkan oleh
Bawahan sesuai tingkat kewenangannya; dan
c. segera menyelesaikan dugaan Pelanggaran yang dilakukan oleh Bawahan.

(3) Setiap Anggota Polri yang berkedudukan sebagai Bawahan wajib:


a. melaporkan kepada Atasan apabila mendapat hambatan dalam pelaksanaan
tugas;
b. melaksanakan perintah Atasan terkait dengan pelaksanaan tugas, fungsi,
dan kewenangannya;
c. menolak perintah Atasan yang bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, dan norma kesusilaan; dan
d. melaporkan kepada atasan pemberi perintah atas penolakan perintah yang
dilakukannya untuk mendapatkan perlindungan hukum dari atasan pemberi
perintah.

(4) Sesama Anggota Polri wajib:


a. saling menghargai dan menghormati dalam melaksanakan tugas;
b. bekerja sama dalam rangka meningkatkan kinerja;
c. melaporkan setiap pelanggaran KEPP atau disiplin atau tindak pidana yang
dilakukan oleh Anggota Polri, yang dilihat atau diketahui secara langsung
kepada pejabat yang berwenang;
d. menunjukan rasa kesetiakawanan dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip
saling menghormati; dan
e. saling melindungi dan memberikan pertolongan kepada yang terluka
dan/atau meninggal dunia dalam melaksanakan tugas.

(5) Pejabat Polri yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf
c, wajib memberikan perlindungan.

Pasal 8

10
Setiap Anggota Polri wajib mendahulukan peran, tugas, wewenang dan tanggung
jawab berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan daripada status
dan hak, dengan mengindahkan norma agama, norma kesusilaan, dan nilai-nilai
kearifan lokal.

Pasal . . . . .

Pasal 9

Setiap Anggota Polri yang melaksanakan tugas penegakan hukum sebagai


penyelidik, penyidik pembantu, dan penyidik wajib melakukan penyelidikan,
penyidikan perkara pidana, dan menyelesaikannya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan serta melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada
atasan penyidik;

Etika Kemasyarakatan

Pasal 10

Setiap Anggota Polri wajib:


a. menghormati harkat dan martabat manusia berdasarkan prinsip dasar hak
asasi manusia;
b. menjunjung tinggi prinsip kesetaraan bagi setiap warga negara di hadapan
hukum;
c. memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat, tepat, mudah,
nyaman, transparan, dan akuntabel berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. melakukan tindakan pertama kepolisian sebagaimana yang diwajibkan
dalam tugas kepolisian, baik sedang bertugas maupun di luar tugas.
e. memberikan pelayanan informasi publik kepada masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
f. menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan, dan menjaga
kehormatan dalam berhubungan dengan masyarakat.

Etika Kepribadian

Pasal 11
Setiap Anggota Polri wajib:
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. bersikap jujur, terpercaya, bertanggung jawab, disiplin, bekerja sama, adil,
peduli, responsif, tegas, dan humanis;

11
c. menaati dan menghormati norma kesusilaan, norma agama, nilai-nilai
kearifan ocal, dan norma hukum;
d. menjaga dan memelihara kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara secara santun; dan
e. melaksanakan tugas kenegaraan, kelembagaan, dan kemasyarakatan
dengan niat tulus/ikhlas dan benar, sebagai wujud nyata amal ibadahnya.

2. Norma . . . . .

2. Norma-norma hukum atau peraturan tentang larangan, diatur dalam pasal 12 s/d
pasal 16 sebagai berikut

Etika Kenegaraan

Pasal 12

Setiap Anggota Polri dilarang:


a. terlibat dalam gerakan-gerakan yang nyata-nyata bertujuan untuk
mengganti atau menentang Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. terlibat dalam gerakan menentang pemerintah yang sah;
c. menjadi anggota atau pengurus partai politik;
d. menggunakan hak memilih dan dipilih; dan/atau
e. melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.

Etika Kelembagaan

Pasal 13

(1) Setiap Anggota Polri dilarang:


a. melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan korupsi,
kolusi, nepotisme, dan/atau gratifikasi;
b. mengambil keputusan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan karena pengaruh keluarga, sesama anggota Polri,
atau pihak ketiga;
c. menyampaikan dan menyebarluaskan informasi yang tidak dapat
dipertangungjawabkan kebenarannya tentang institusi Polri dan/atau
pribadi Anggota Polri kepada pihak lain;
d. menghindar dan/atau menolak perintah kedinasan dalam rangka
pemeriksaan internal yang dilakukan oleh fungsi pengawasan terkait
dengan laporan/pengaduan masyarakat;
e. menyalahgunakan kewenangan dalam melaksanakan tugas kedinasan;

12
f. mengeluarkan tahanan tanpa perintah tertulis dari penyidik, atasan penyidik
atau penuntut umum, atau hakim yang berwenang; dan
g. melaksanakan tugas tanpa perintah kedinasan dari pejabat yang
berwenang, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(2) Setiap . . . . .

(2) Setiap Anggota Polri yang berkedudukan sebagai Atasan dilarang:


a. memberi perintah yang bertentangan dengan norma hukum, norma agama,
dan norma kesusilaan; dan
b. menggunakan kewenangannya secara tidak bertanggungjawab.

(3) Setiap Anggota Polri yang berkedudukan sebagai Bawahan dilarang:


a. melawan atau menentang Atasan dengan kata-kata atau tindakan yang
tidak sopan; dan
b. menyampaikan laporan yang tidak benar kepada Atasan.

(4) Sesama Anggota Polri dilarang:


a. saling menista dan/atau menghina;
b. meninggalkan Anggota Polri lain yang sedang bersama melaksanakan
tugas;
c. melakukan tindakan yang diskriminatif;
d. melakukan permufakatan pelanggaran KEPP atau disiplin atau tindak
pidana; dan
e. berperilaku kasar dan tidak patut.

Pasal 14

Setiap Anggota Polri dalam melaksanakan tugas penegakan hukum sebagai


penyelidik, penyidik pembantu, dan penyidik dilarang:
a. mengabaikan kepentingan pelapor, terlapor, atau pihak lain yang terkait
dalam perkara yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. menempatkan tersangka di tempat bukan rumah tahanan negara/Polri dan
tidak memberitahukan kepada keluarga atau kuasa hukum tersangka;
c. merekayasa dan memanipulasi perkara yang menjadi tanggung jawabnya
dalam rangka penegakan hukum;
d. merekayasa isi keterangan dalam berita acara pemeriksaan;

13
e. melakukan pemeriksaan terhadap seseorang dengan cara memaksa untuk
mendapatkan pengakuan;
f. melakukan penyidikan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan karena adanya campur tangan pihak lain;

g. menghambat . . . . .

g. menghambat kepentingan pelapor, terlapor, dan pihak terkait lainnya yang


sedang berperkara untuk memperoleh haknya dan/atau melaksanakan
kewajibannya;
h. merekayasa status barang bukti sebagai barang temuan atau barang tak
bertuan;
i. menghambat dan menunda-nunda waktu penyerahan barang bukti yang
disita kepada pihak yang berhak sebagai akibat dihentikannya penyidikan
tindak pidana;
j. melakukan penghentian atau membuka kembali penyidikan tindak pidana
yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. melakukan hubungan atau pertemuan secara langsung atau tidak langsung
di luar kepentingan dinas dengan pihak-pihak terkait dengan perkara yang
sedang ditangani;
l. melakukan pemeriksaan di luar kantor penyidik kecuali ditentukan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
m. menangani perkara yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan.

Etika Kemasyarakatan

Pasal 15

Setiap Anggota Polri dilarang:


a. menolak atau mengabaikan permintaan pertolongan, bantuan, atau laporan
dan pengaduan dari masyarakat yang menjadi lingkup tugas, fungsi dan
kewenangannya;
b. mencari-cari kesalahan masyarakat yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. menyebarluaskan berita bohong dan/atau menyampaikan ketidakpatutan
berita yang dapat meresahkan masyarakat;
d. mengeluarkan ucapan, isyarat, dan/atau tindakan dengan maksud untuk
mendapatkan imbalan atau keuntungan pribadi dalam memberikan
pelayanan masyarakat;
e. bersikap, berucap, dan bertindak sewenang-wenang;

14
f. mempersulit masyarakat yang membutuhkan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan;
g. melakukan perbuatan yang dapat merendahkan kehormatan perempuan
pada saat melakukan tindakan kepolisian; dan/atau
h. membebankan biaya tambahan dalam memberikan pelayanan di luar
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Etika . . . . .

Etika Kepribadian

Pasal 16

Setiap Anggota Polri dilarang:


a. menganut dan menyebarkan agama dan kepercayaan yang dilarang oleh
pemerintah;
b. mempengaruhi atau memaksa sesama Anggota Polri untuk mengikuti cara-
cara beribadah di luar keyakinannya;
c. menampilkan sikap dan perilaku menghujat, serta menista kesatuan, Atasan
dan/atau sesama Anggota Polri; dan/atau
d. menjadi pengurus dan/atau anggota lembaga swadaya masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan tanpa persetujuan dari pimpinan Polri.

B. PENEGAKAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

1. Norma-norma hukum yang mengatur penegakan pelanggaran Kode Etik Profesi


Polri.

Penegakan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri diatur dalam Peraturan Kapolri
tentang hukum acara yang telah ada sejak tahun 2003 yang telah mengalami
perubahan dan penggantian sebanyak 3 (tiga) kali sebagai berikut:

a. Peraturan Kapolri Nomor: Kep/33/VII/2003 tentang Tata Cara Sidang


Komisi Kode Etik;

b. Peraturan Kapolri Nomor 8 tahun 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Komisi Kode Etik Polri;

c. Peraturan Kapolri Nomor 19 Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Komisi Kode Etik Polri.

Dalam Peraturan Kapolri Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik
tersebut mengatur penyelenggaraan tata cara penegakan kode etik atas

15
pelanggaran - pelanggaran terhadap norma – norma hukum atau peraturan yang
berasal dari 3 (tiga) sumber norma hukum sebagai berikut:

a. Pelanggaran terhadap Pasal 6 sampai dengan Pasal 16 Peraturan Kapolri


Nomor 14 tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polri;

b. Pelanggaran terhadap Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri;

c. Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan


Disiplin Anggota Polri.
Norma . . . . .

Norma - norma hukum atau Peraturan yang mengatur tentang tata cara
penegakan Kode Etik diatur pada 2 (dua) Peraturan Kapolri yaitu:

a. Pasal 17 sampai dengan 29 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang


Kode Etik Profesi Polri;

b. Pasal 2 sampai dengan pasal 16 Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2006


Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, sebagaimana yang sedang
dalam revisi yang sudah sampai pada tahap final dan diatur dalam Pasal 4 s/d
Pasal 75 Peraturan Kapolri Nomor ...... Tahun 2011 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri;

Dalam Peraturan Kapolri tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik
Polri yang sedang dalam revisi tersebut mengatur hal-hal sebagai berikut:

a. Pembentukan Komisi Kode Etik Polri;


b. Susunan Keanggotaan Komisi Kode Etik Polri;
c. Tugas dan wewenang Komisi Kode Etik Polri;
d. Tugas sekretaris Komisi Kode Etik Polri;
e. Penuntut;
f. Pembentukan Komisi Banding;
g. Tugas dan wewenang komisi banding;
h. Tahapan tata cara penegakan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri;
i. Pemeriksaan pendahuluan terhadap dugaan pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri yang meliputi audit investigasi, pemeriksaan saksi, bukti – bukti dan
terduga pelanggar, pemberkasan, dan pelimpahan berkas;
j. Sidang KKEP;
k. Kelengkapan sidang;
l. Tahapan sidang;
m. Putusan sidang;
n. Penetapan administrasi penjatuhan hukuman;
o. Sidang Komisi Banding;
p. Pembentukan Komisi Banding;
q. Tahapan Sidang Komisi banding;
r. Pengawasan pelaksanaan putusan;
s. Rehabilitasi;

16
t. Hak dan kewajiban terduga pelanggar;
u. Hak dan kewajiban pendamping.

2. Kelembagaan penegakan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri

Penegakan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dilaksanakan terhadap dugaan


pelanggaran kode etik sampai dengan pelaksanaan sidang atas pelanggaran
kode etik polri yang diselenggarkan oleh kelembagaan penegakan dugaan
pelanggaran meliputi:

a. Yanduan . . . . .

a. Yanduan Propam yang bertugas melayani pengaduan dari masyarakat;


b. Akreditor yang bertugas melaksanakan audit investigasi, pemeriksaan
terhadap saksi, bukti-bukti dan terduga pelanggar, dan pemberkasan;
c. Sekretariat KKEP pada fungsi wabprof yang bertugas menyelenggarakan
kesekretariatan Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri dan sidang banding;
d. Komisi Kode Etik Profesi Polri yang bertugas melakukan pemeriksaan dalam
sidang komisi kode etik;
e. Sekretaris bertugas membantu Komisi Kode Etik Polri dalam mencatat dan
merekam fakta – fakta dipersidangan KKEP;
f. Penuntut yang bertugas sebagai mengajukan dan membacakan persangkaan
dan penuntutan pelanggaran KEPP;
g. Pendamping yang bertugas mendampingi dan penasehat hukum dalam
pemeriksaan pendahuluan sidang KKEP dan banding;
h. Pejabat pembentuk Komisi yang berwenang menunjuk dalam pembentukan
KKEP dan Komisi Banding;
i. Fungsi hukum yang bertugas memberikan pendapat dan saran hukum
tentang perlu atau tidaknya dilaksanakan sidang KKEP;
j. Komisi banding yang bertugas melaksanakan sidang banding atas keberatan
putusan KKEP
k. Fungsi SDM yang bertugas memproses administrasi penjatuhan hukuman;
l. Rehabilitasi yang bertugas melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan
penjatuhan hukuman;
m. Fungsi paminal yang bertugas melaksanakan pengawasan dan pencatatan
personil yang diduga melakukan pelanggaran KEPP dan pelanggaran disiplin.

3. Tata cara penegakan KEPP

Tahapan pelaksanaan penegakan pelanggaran KEPP sebagai berikut:

a. Pelayanan Pengaduan yang dilaksanakan oleh fungsi pelayanan dan


pengaduan masyarakat yang bertugas melayanai pelaporan dari
pengadu/pelapor atas dugaan pelanggaran oleh anggota Polri;
b. Penyelidikan oleh Fungsi Paminal yang melaksanakan tindak lanjut atas
laporan pengaduan / Laporan Polisi melalui pendekatan penyelidikan tertutup
atau terbuka;

17
c. Audit investigasi oleh Akreditor dari fungsi Pertanggungjawaban Profesi yang
melaksanakan tugas Klarifikasi secara terbuka atas laporan
pengaduan/laporan polisi tentang dugaan pelanggaran KEPP;
d. Pemeriksaan terhadap saksi, bukti, dan terduga pelanggar oleh Akreditor dari
fungsi wabprof;
e. Pemberkasan terhadap dugaan pelanggaran KEPP oleh anggota Polri;
f. Penyerahan berkas pemeriksaan pendahuluan oleh akreditor ke sekretariat
KEPP;
g. Permohonan pengajuan pendapat dan saran hukum ke fungsi hukum;
h. Permohonan pembentukan KKEP oleh sekretariat KKEP ke pejabat pembentuk
KKEP;
i. Penyerahan . . . . .

i. Penyerahan surat perintah pembentukan KKEP ke pejabat yang ditunjuk


sebagai KKEP oleh sekretariat KKEP;
j. Penetuan waktu pelaksanaan sidang KKEP oleh KKEP;
k. Pemberitahuan waktu pelaksanaan sidang KKEP dan penyerahan berkas
pemeriksaan pendahuluan oleh sekretaris KKEP kepada penuntut, pelanggar,
dan pendamping;
l. Sidang KKEP;
m. Putusan sidang KKEP;
n. Pelaksanaan putusan sidang KKEP untuk putusan yang bersifat etika;
o. Pengajuan pernyataan banding;
p. Pengajuan memori banding;
q. Pengajuan surat pembentukan komisi banding oleh sekretariat komisi
banding ke pejabat pembentuk komisi banding;
r. Pemberitahuan dan penyerahan surat perinath pembentukan komisi banding
kepada pejabat yang ditunjuk sebagai komisi banding oleh sekretariat komisi
banding;
s. Penetuan waktu pelaksanaan sidang banding;
t. Pengajuan penetapan putusan KKEP/banding ke pejabat pembentuk
KKEP/banding;
u. Pengajuan permohonan penetapan putusan KKEP/banding ke fungsi SDM
oleh sekretariat KKEP/banding;
v. Penyerahan penetapan penjatuhan hukuman kepada pelanggar yang bersifat
administratif;
w. Pelaksanaan pengawasan putusan penjatuhan hukuman oleh fungsi
rehabilitasi yang pelaksanaannya oleh atasan langsung;
x. Penilaian atas pelaksanaan penjatuhan hukuman oleh atasan pelanggar untuk
diserahkan ke fungsi rehabpers;
y. Penerbitan surat pemulihan hak oleh fungsi rehab dan fungsi paminal.

BAB IV PENUTUP

Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat.

18
19

Anda mungkin juga menyukai