Anda di halaman 1dari 147

COVER

i
=
i
ii
PRAKATA
PRAKATA

Usahatani merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan


manajemen yang baik. Dengan cara tersebut akan memperoleh
hasil yang optimal. Usahatani tidak hanya mengutamakan
output semata namun juga harus memperhatikan aspek-aspek
yang terkait, salah satunya adalah input produksi. Penggunaan
input produksi yang efektif dan efesien akan memdatangkan
output yang optimal, bagi petani/ pengusaha dapat menda-
patkan keuntungkan yang maksimal. Untuk mencapai
manajemen yang baik, petani membutuhkan peran peneliti
untuk menganalisis usahataninya. Buku ini bisa sebagai salah
satu yang dapat membantu peneliti maupun petani untuk
mengelola usahatani yang baik dan benar.
Buku ini berisi mengenai faktor-faktor apa saja yang
harus diperhatikan dalam berusahatani, tahap apa saja yang
harus dilakukan peneliti apabila akan melakukan
penelitiannya termasuk di dalamnya perencanaan dan resiko
yang akan dihadapi. Hal yang tidak kalah penting dalam
pembahasan ini adalah Metodologi dan analisis kelayakan
usahatani. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi para
petani, teknisi, penyuluh, peneliti, mahasiswa maupun dosen
yang sedang membutuhkan dan menjadi amal kebajikan bagi
kami. Oleh karena itu buku ini disusun dengan tujuan untuk
membatu siapa saja yang sedang mengerjakan tugas terkait
Usahatani dan Analisisnya, tentu harus bekerja keras untuk
dapat menguasainya.
Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi para petani,
teknisi, penyuluh, peneliti, mahasiswa maupun dosen yang
sedang membutuhkan dan menjadi amal kebajikan bagi kami.
Oleh karena itu buku ini disusun dengan tujuan untuk
membatu siapa saja yang sedang mengerjakan tugas terkait
Usahatani dan Analisisnya, tentu harus bekerja keras untuk
dapat menguasainya.
v
iii
Akhirnya kami menyadari bahwa buku ini tidak bisa
melepaskan diri dari kekurangan kekurangan dalam
sistematika dan penyampaiannya. Masukan dari semua pihak
dibutuhkan, siapa tahu kami masih diberi waktu dan
kesempatan untuk memperbaikinya dimasa yang akan dating.
Penyusunan buku ini tidak akan selesai jika tidak ada
yang mendorong dan membantunya. Saya berterima kasih
kepada Bp. Dr.Ir. Chendy Tafakresnanto, MP., Kepala Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur sebagai atasan
ditempat kerja penulis yang telah memberikan motivasi dalam
penyelesaian buku ini. Kepada Rekan sejawat yang menjadi
teman diskusi, yaitu Bp. Prof. Dr. Ir. Suyamto, Bp. Dr. Ir.
Herman Subagyo, MS. Dan Sdri. Aulia Nadhirah, SP. MP.
MBA, Sdr. M. Sodiq, SP., Sdr. Anugerah, SP. MP. Yang telah
membantu pengumpulan literatur, kami ucapkan terima kasih.
Dan tak kalah penting lagi kepada Istriku Dra. Eko Pujiati,
SH., MPd, dan anak anakku Fardhian Dhiyawardhana, SKG.
Nahdia Riza Sania dan Nur Imam Ramadhan, merekalah yang
sangat memberikan semangat dan Inspirasi kepada penulis.
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Tuhan Yang
Hahakuasa, Hanya Engkau Ya Allah yang telah memberi
berbagai anugerah dan kenikmatan sehingga buku ini bisa di
terbitkan. Tanpa Pertolongan-Mu tidak mungkin buku ini bisa
terwujud

Malang, 17 Oktober 2018


Penulis,

Moh. Saeri
saerimoh@yahoo.com
iv
DAFTAR
DAFTAR ISIISI

KOLOM PENERBIT ................................................................ i


PRAKATA .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................ viii
1. Pendahuluan ..................................................................... 1
A. Definisi Usahatani ........................................................ 1
B. Sistem Usahatani .......................................................... 2
C. Klasifikasi Usahatani.................................................... 4
2. Faktor-faktor dalam Usahatani ......................................... 7
A. Lahan ............................................................................ 8
B. Tenaga Kerja .............................................................. 12
C. Modal ......................................................................... 16
D. Manajemen ................................................................. 24
3. Penelitian Usahatani ....................................................... 35
A. Pelaksanaan Penelitian Usahatani .............................. 35
B. Kebutuhan Terhadap Penelitian Usahatani ................ 42
C. Tahapan Penelitian Usahatani .................................... 43
4. Perencanaan & Resiko Usahatani................................... 49
A. Perencanaan Usahatani ............................................... 49
B. Resiko Usahatani ........................................................ 54
5. Metode analisis Usahatani .............................................. 62
A. Analisis Data Sederhana............................................. 62
B. Analisis Program Linear ............................................. 65
C. Efisiensi ...................................................................... 75
D. Biaya .......................................................................... 92
6. Kelayakan Usahatani ...................................................... 99
A. Kelayakan Usahatani Tanaman Semusim .................. 99

vii
v
B. Kelayakan Usahatani Tanaman Tahunan ................. 105
C. Studi kasus ................................................................ 111
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 117
Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani ............................ 123
INDEKS ............................................................................... 131
TENTANG PENULIS .......................................................... 136

viii
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Biaya Pengeluaran Usahatani Tanaman Karet ......... 22


Tabel 2. Komponen Biaya Produksi Usahatani Jagung ......... 59
Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jagung ..................... 60
Tabel 4. Contoh tabel tujuan umum ....................................... 63
Tabel 5. Contoh tabel satu dimensi arah ................................ 64
Tabel 6. Contoh tabel dua dimensi arah ................................. 64
Tabel 7. Contoh tabel tiga dimensi arah ................................. 64
Tabel 8. Efisiensi pendapatan usahatani kailan dan tomat pada
kelompok tani Vigur Asri ..................................... 111
Tabel 9. Tingkat BEP usahatani kailan dan tomat pada
kelompok tani Vigur Asri ..................................... 112
Tabel 10. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi per
Ha di Desa Pemangkih Tengah Kabupaten Banjar
Tipe Luapan C .................................................... 114
Tabel 11. Analysis kelayakan finansial usahatani anggur .... 115

ix
vii
DAFTAR
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR

Gambar 1. Hubungan ilmu usahatani dengan ilmu lainnya ...... 3


Gambar 2. Metode Tahapan Uji Coba .................................... 47
Gambar 3. Kurva Produksi ..................................................... 78
Gambar 4. Kurva metode DEA orientasi input ...................... 85
Gambar 5. Kurva Metode DEA orientasi output .................... 86
Gambar 6. Kurva deterministic frontier ................................. 88
Gambar 7. Fungsi produksi stochastic frontier ....................... 91
Gambar 8. Kurva TFC ............................................................ 92
Gambar 9. Kurva TVC ........................................................... 93
Gambar 10. Kurva TC ............................................................ 94
Gambar 11. Kurva AFC ......................................................... 94
Gambar 12. Kurva AVC ......................................................... 95
Gambar 13. Kurva AC ............................................................ 96
Gambar 14. Kurva MC ........................................................... 97
Gambar 15. Kurva BEP ........................................................ 102

x
viii
1
PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
A. Definisi Usahatani
Menurut Ken (2015), pertanian adalah kegiatan
seseorang yang berhubungan dengan proses produksi untuk
menghasilkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh manusia dan
berasal dari tumbuhan ataupun hewan yang disertai dengan
usaha untuk memperbaharui, memperbanyak dan
mempertimbangkan faktor ekonomis. Sehingga ilmu yang
mempelajari kegiatan manusia dalam melakukan kegiatan
pertanian disebut ilmu usahatani.
Menurut Wanda (2015), ilmu usahatani merupakan
suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menentukan,
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dalam
menggunakan sumberdaya dengan efektif dan efisien sehingga
pendapatan yang diperoleh oleh petani lebih tinggi.
Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani membahas
bagaimana seorang petani mengalokasikan sumberdaya yang

Pendahuluan 1
mereka miliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Penggunaan input dapat dikatakan efektif ketika petani dapat
mengalokasikan input yang mereka gunakan sebaik-baiknya,
dikatakan efisien apabila output yang mereka hasilkan lebih
besar dari input yang mereka gunakan.
Menurut Prawirokusumo (1990), ilmu usahatani adalah
ilmu terapan yang mempelajari tentang penggunaan
sumberdaya secara efesien pada suatu usaha pertanian,
perikanan atau peternakan. Beberapa sumberdaya yang
digunakan dalam pertanian yaitu lahan, tenaga kerja, modal
dan manajemen.
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas
dapat disimpulkan bahwa usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya (lahan,
tenaga kerja, modal dan manajemen) yang dimiliki petani
untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

B. Sistem Usahatani
Menurut Shinta (2011), ilmu usahatani adalah suatu
upaya penelaahan tritugal antara lain manusia, tanaman atau
hewan, sehingga ilmu usahatani berkaitan dengan beberapa
aspek yaitu aspek sosial (manusia), kimia, fisika (lahan) dan
budidaya (tanaman, tumbuhan).
Dalam analisis ilmiah konvensional, usahatani dibagi
dalam berbagai macam disiplin dan dipandang dengan sudut
profesional dari ahli agronomi, nutrisi, ternak, ekonomi, sosial
dan lain-lain. Sebaliknya, petani justru tidak memiliki bidang
keahlian khusus, mereka menganggap usahatani sebagai suatu
keselurahan, jika ingin memahami bagaimana usahatani
berfungsi dan bagaimana keputusan usahatani diambil, harus

2 Pendahuluan
melihat usahatani sebagai suatu sistem. Usahatani bukanlah
sekadar kumpulan tanaman, hewan, peralatan, tenaga kerja,
namun merupakan suatu jalinan yang komplek dengan
pengaruh-pengaruh lingkungan dan input-input yang harus
dikelola petani sesuai dengan kemampuannya. Berikut
merupakan sistem dari usahatani:

Ilmu
Ilmu Sosial Usahatani
&Ekonomi Ilmu Teknik
Pertanian

Ilmu Sosiologi Manusia


Petani

Ilmu Tanah,
pemupukan,
klimatologi,
Lahan
pengairan dan
 Ilmu lain-lain
Tataniaga
 Ilmu
Ekonomi
Tanaman/ Ilmu organisasi
Pertanian
 Pembiayaan Ternak/
Ilmu hama
Usahatani ikan
penyakit

Gambar 1. Hubungan ilmu usahatani dengan ilmu lainnya

Sistem usahatani dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sistem penggunaan lahan. Sistem penggunaan lahan


merupakan suatu sistem dalam usahatani dimana petani
menggunaan lahan untuk melakukan kegiatan penanaman

Pendahuluan 3
terhadap tanaman seperti menanam padi, menanam cabe
dan lain-lain
2. Sistem produksi ternak pada sistem kedua ini petani
menggunakan lahannya untuk beternak atau memelihara
hewan baik hewan ternak maupun ikan
3. Sistem rumah tangga petani pada sistem ini para petani
tidak melakukan kegiatan pertanian (off farm) mereka
melakukan usaha diluar kegiatan pertanian. Hal ini
dikarenakan setiap petani memiliki karakteristik yang
berbeda sehingga kegiatan usahatani yang mereka lakukan
relatif berbeda sesuai karakter dan keinginan masing
masing petani.

C. Klasifikasi Usahatani
Klasifikasi usahatani terbentuk karena adanya perbedaan
beberapa faktor dalam kegiatan pertanian, pertama yaitu faktor
fisik yang terdiri dari letak geografi dan topografi suatu lahan,
kondisi iklim dan jenis tanah yang dapat menyebabkan
perbedaan tanaman yang dapat ditanam oleh para petani.
Kedua yaitu faktor ekonomis yang terdiri dari biaya, modal
yang dimiliki petani, penawaran pasar, permintaan pasar dan
resiko yang dihadapi. Sehingga faktor ekonomis tersebut akan
memberikan batas kepada petani dalam melakukan usahatani.
Yang ketiga yaitu faktor lainnya yang terdiri dari kondisi
sosial, hama dan penyakit tanaman dan lain lain yang juga
dapat menghambat kegiatan usahatani yg dilakukan oleh para
petani.
Ketiga faktor tersebut akan menentukan para petani
dalam melakukan kegiatan usahatani. Menurut Ken (2015),
klasifikasi usahatani dapat dibagi menjadi empat bagian, antara
lain:

4 Pendahuluan
1. Corak dan sifat
Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani menurut
corak dan sifatnya terbagi menjadi dua yaitu subsisten dan
komersial. Usahatani yang dilakukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri disebut subsisten sedangkan usahatani yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan
memperhatikan kualitas dan kuantitas hasil produksinya
disebut usahatani komersial.

2. Organisasi
Usahatani menurut organisasinya dapat dibagi kedalam
tiga kelompok, pertama yaitu individual, dimana dalam
melakukan kegiatan usahatani seluruh proses mulai dari
perencanaan, pengelolaan lahan, penanaman, perawatan,
pemanenan hingga pemasaran dilakukan sendiri beserta
keluarganya. Kedua kolektif, dimana dalam proses usahatani
dilakukan oleh suatu kelompok. Ketiga kooperatif, usahatani
yang prosesnya dikerjakan sendiri, hanya saja ada beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh kelompok seperti halnya
pemasaran, pembelian samprodi dan lain-lain.

3. Pola
Usahatani menurut pola yang dilakukan dibagi kedalam
tiga kelompok. Pertama yaitu pola khusus, usahatani ini hanya
melakukan satu cabang dalam kegiatan usahataninya seperti
usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani
peternakan dan lain-lain. Kedua, pola tidak khusus yaitu
melakukan beberapa cabang usahatani secara bersama-sama
akan tetapi memiliki batas yang jelas. Ketiga, usahatani
campuran yaitu melakukan beberapa cabang usahatani dalam

Pendahuluan 5
satu lahan tanpa ada batas. Seperti mina padi, tumpang sari dan
lain-lain.

4. Tipe
Tipe usahatani dapat dilihat dari berdasarkan komoditas
yang di usahakan, seperti halnya usahatani jagung, usahatani
padi, usahatani kambing dan lain-lain.

6 Pendahuluan
2
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
DALAM USAHATANI
2. Faktor-faktor dalam Usahatani
Usahatani selalu berkaitan erat dengan faktor-faktor
produksi (input) yang tersedia. Menurut Soekartawi (1987),
tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti
bahwa produktifitas yang didapatkan petani itu tinggi. Namun,
bagaimana petani mampu melakukan usahanya dengan
mengalokasikan faktor produksi (input) yang tersedia secara
efektif dan efisien. Apabila petani mampu mengalokasikan
faktor produksi sedemikian rupa sehingga mencapai produksi
yang tinggi maka usahataninya tergolong ke dalam efisiensi
secara teknis. Apabila petani mampu mengalokasikan faktor
produksi sedemikian rupa sehingga mendapatkan keuntungan
yang besar maka usahataninya tergolong efisien secara
alokatif. Petani dapat menempuhnya dengan cara membeli
faktor produksi dengan harga yang murah namun dapat
menjual hasil usahataninya dengan harga yang relatif tinggi.

Faktor-faktor dalam Usahatani 7


Apabila petani mampu meningkatkan produksinya dengan
menekan harga faktor produksinya namun harga jual tetap
tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan
efisiensi ekonomi.

Semakin petani dapat mengefisiensikan faktor produksi


yang tersedia secara teknis maupun ekonomi, maka semakin
tinggi produktivitas dari usahatani tersebut. Namun, faktor
produksi dalam usahatani memiliki kemampuan terbatas untuk
berproduksi secara berkelanjutan. Salah satu cara untuk
mengatasinya yaitu dengan meningkatkan nilai
produktivitasnya melalui pengelolaan yang tepat. Uraian
secara terperinci mengenai apa saja faktor-faktor produksi
yang harus diperhatikan dalam berusahatani akan dibahas pada
bab ini. Faktor-faktor produksi tersebut meliputi:

A. Lahan
Lahan (meliputi tanah, air dan yang terkandung di
dalamnya) merupakan salah satu unsur usahatani atau disebut
juga faktor produksi yang mempunyai kedudukan penting.
Kedudukan penting dari lahan sebagai faktor produksi terkait
dengan kepemilikan dan pemanfaatannya sebagaitempat atau
wadah proses produksi berlangsung. Ditinjau secara fisik,
kondisi dan sifat lahan (tanah, air dan dikandungnya) sangat
beragam antara satu dengan tempat lainnya dapat berbeda.
Secara ekonomi, lahan mempunyai tingkat produktivitas yang
berbeda antara satu agroekosistem dengan agroekosistem
lainnya atau besifat spesifik lokasi. Secara hokum, terkait
dengan status kepemilikan dapat mempengaruhi nilai dan
harga sehingga penggunaan dan penghasilan dari faktor
produksi ini dapat berbeda akibat berbeda status
kepemilikannya (Darsani dan Subagio, 2016)

8 Faktor-faktor dalam Usahatani


Kepemilikan lahan menjadi hal pertama yang perlu
diperhatikan apabila ingin melakukan usahatani. Dengan
mengetahui sumber kepemilikan lahan dan status lahan yang
akan digarap, petani akan lebih leluasa untuk dapat
memberikan kontribusi yang sesuai dengan kegiatan
usahataninya. Berdasarkan sumber kepemilikannya, lahan
dibagi menjadi tujuh yaitu:

a. Beli
Lahan yang telah dibeli merupakan lahan dengan hak
milik. Ketentuan yang harus dimiliki untuk hak milik adalah
sebagai berikut:
(1) Sertifikat yang dikeluarkan oleh negara sebagai bukti
kepemilikan hak lahan
(2) Pemenuhan ketentuan yang berlaku secara admistratif
dan proseduriil untuk jual beli lahan.
(3) Jual beli juga dapat melalui pembuat akte tanah yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu notaris atau
camat sebagai PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)
(4) Setelah akta jual beli ini diperoleh, baru diajukan ke
kantor agrarian kabupaten untuk disertifikatkan.

b. Sewa
Menurut Wulansari dan Gunarsa (2016), sewa dapat
diartikan suatu transaksi yang mengizinkan orang lain
mengerjakan atau mengelola lahan pertanian untuk
dimanfaatkan sesuai kebutuhan penyewa dengan membayar
uang sewa yang tetap setiap sesudah panen, setiap bulan atau
seiap tahun. Definisi sewa lahan berbeda dengan hak pakai
lahan yang memiliki arti hak untuk menggunakan lahan untuk
memungut hasilnya. Menggunakan tanah pada definisi hak
pakai memiliki kesamaan dengan memanfaatkan, namun yang

Faktor-faktor dalam Usahatani 9


berbeda adalah hak pakai tidak berlaku pada perjanjian sewa
menyewa atau perjanjian pengolahan lahan.

c. Sakap
Tanah sakap merupakan tanah atau lahan yang dimiliki
seseorang dan telah disutujui untuk dikerjakan atau dikelola
oleh orang lain atau petani. Pengelolaan tanah sakap petani
yang mengerjakan harus berkoordinasi untuk penentuan
usahatani dan pilihan teknologi yang akan diterapkan. Hasil
produksi dari tanah sakap ini dibagi dua dengan persentase
50% untuk pengelola dan 50% untuk pemilik tanah. Sarana
produksi pada umumnya berasal dari pengelola usahatani.

d. Pemberian oleh negara


Pemberian hak atas tanah atau lahan oleh negara
adalah penetapan pemerintah yang memberikan suatu hak atas
tanah negara.

e. Warisan
Tanah warisan adalah tanah peninggalan yang sesuai
hukum agama diberikan kepada ahli warisnya.

f. Wakaf
Tanah yang telah diberikan hak miliknya kepada pihak
lain untuk kepentingan sosial.

g. Membuka lahan sendiri


Pembukaan lahan sendiri biasanya terjadi pada
masyarakat yang memegang hukum adat atas wilayah tertentu
yang merupakan lingkungan hidupnya, meliputi hak untuk
memanfaatkan tanah, hutan, dan air serta isinya.

10 Faktor-faktor dalam Usahatani


Selain sumber kepemilikan lahan, hal lainnya yang perlu
diperhatikan adalah status lahan. Status lahan pertanian dibagi
menjadi empat macam, yaitu:

a. Lahan milik sendiri


Petaniyang memiliki lahan dengan hak milik pribadi
berhak untuk menentukan apa yang akan dilakukan untuk
lahannya seperti merencanakan atau menentukan cabang usaha
yang akan dilakukan di atas lahan miliknya, bebas untuk
menentukan teknologi apa yang akan digunakan untuk
mendukung usahatani di lahan miliknya serta bebas untuk
memperjualbelikan lahannya.

b. Lahan sewa
Lahan sewa merupakan lahan yang disewa oleh petani
dari pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan pihak penyewa
berkewajiban untuk membayar uang sewa dengan jumlah yang
telah disepakati. Dalam hal ini penyewa tidak diperbolehkan
untuk menjual lahan yang disewa.

c. Lahan sakap
Tanah sakap adalah tanah orang lain yang atas
persetujuan pemiliknya, digarap atau dikelola oleh pihak lain.
Pengelolaan usahataninya, seperti penentuan cabang usaha dan
pilihan teknologi harus dikonsultasikan dengan pemiliknya.

d. Lahan gadai
Lahan yang digarap oleh petani penggarap dengan
sistem gadai. Adanya petani yang menggadaikan lahan karena
petani pemilik lahan tersebut membutuhkan uang yang cukup
besar dalam waktu yang mendesak. Cara yang dapat ditempuh
adalah dengan mengunakan hak gadai tersebut supaya hak
kepemilikan tanah tidak berpindah ke orang lain secara mutlak.

Faktor-faktor dalam Usahatani 11


Namun, adanya hak gadai tersebut secara berangsur-angsur
hak kepemilikannya akan berpindah menjadi milik penggadai
apabila angsuran uang gadai yang telah disepakati tidak dapat
dipenuhi.

B. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan subsistem usahatani yang
apabila faktor tenaga kerja ini tidak ada maka usahatani tidak
akan berjalan. Besar kecilnya peranan tenaga kerja terhadap
hasil usahatani dipengaruhi oleh keterampilan kerja yang
tercermin dari tingkat produktivitasnya. Jenis tenaga kerja
dalam usahatani dibagi atas tenaga kerja manusia, tenaga
ternak dan tenaga mesin. Berikut merupakan kegiatan yang
membutuhkan tenaga kerja manusia di dalam usahatani,
meliputi:
1. Pengolahan lahan
2. Pengadaan saprodi
3. Penanaman
4. Persemaian
5. Peliharaan, meliputi: pemupukan, penyiangan,
pemangkasan, pengairan dan lain-lain
6. Panen
7. Pengangkutan hasil
8. Penjualan hasil

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang


secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan
produksi. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung
unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh
tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan
berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan

12 Faktor-faktor dalam Usahatani


berdasarkan sifat kerjanya. Berdasarkan kualitasnya, tenaga
kerja dapat dibagi menjadi:

1. Tenaga kerja terdidik


Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang
memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di
bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli
hukum.

2. Tenaga kerja terampil


Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang
memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan
tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang
listrik, montir, tukang las dan sopir.

3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih


Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah
tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan
dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu,
pemulung, dan lain-lain.

Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi


tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja
rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa,
dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara.
Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang
menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi.
Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.

Dalam usahatani, petani adalah setiap orang yang


melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang
meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan

Faktor-faktor dalam Usahatani 13


pemungutan hasil laut. Petani memiliki banyak fungsi dan
kedudukan atas perannya, antara lain:
a. Petani sebagai pribadi
b. Petani sebagai kepala keluarga
c. Petani sebagai guru (tempat bertanya bagi petani lain)
d. Petani sebagai pengelola usahatani
e. Petani sebagai warga sosial, kelompok
f. Petani sebagai warga negara

Dalam pertanian masa depan, diharapkan petani menjadi


petani sejati yang menguasai hak untuk memiliki keragaman
hayati, hak untuk melestarikan, memuliakan, mengembangkan,
saling tukar dan jual benih serta hak untuk memperoleh
makanan yang aman dan menyehatkankan serta termasuk hak
untuk memperoleh keadilan harga dan dorongan untuk bertani
secara berkelanjutan serta hak untuk memperoleh informasi
yang benar. Pertanian lokal setempat menemukan cara-cara
untuk memperbaiki struktur tanah, kapasitas menahan air serta
keberadaan unsur hara dan air tanpa pemanfaatan input buatan.
Dalam banyak kasus, sistem pertanian mereka kini dan dahulu
merupakan bentuk-bentuk pertanian ekologis yang lebih
canggih dan tidak destruktif serta tepat bagi kondisi-kondisi
lingkungan yang khusus.

Sebagian besar tenaga kerja manusia dalam usahatani


berlahan garapan sempit berasal dari tenaga kerja dalam
keluarga petani itu sendiri. Petani berlahan sempit akan
menyewa tenaga kerja buruh, apabila tenaga kerja dalam
keluarga sudah tidak mencukupi. Meskipun menyewa tenaga
kerja hanya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu saja yang
digarap oleh petani sewa, contohnya dalam penggarapan lahan
atau pada waktu panen. Sedangkan untuk usahatani berlahan

14 Faktor-faktor dalam Usahatani


garapan luas sebagian besar lebih memilih membayar tenaga
manusia dari luar keluarga atau petani sewa. Apabila petani
pemilik sawah memutuskan untuk membayar petani sewa
untuk menggarap lahannya, maka petani pemilik lahan harus
mengeluarkan biaya untuk faktor produksi yang lebih besar
untuk upah petani sewa. Dalam kegiatan usahatani ada
beberapa sistem upah yang diberlakukan untuk tenaga kerja
manusia. Berikut merupakan sistem upah dalam menyewa
tenaga kerja:

a. Sistem upah harian tidak tetap


Sistem ini menggunakan tenaga kerja buruh tani yang
pada hari itu bekerja maka pada hari itu pula buruh tani
tersebut akan mendapatkan upah dan dapat saja untuk hari
selanjutnya buruh tani tersebut tidak kembali bekerja di lahan
yang sama.

b. Sistem upah harian tetap


Sistem upah harian tidak tetap merupakan sistem dengan
hubungan antara buruh tani dan petani tidak putus apabila
pekerjaan telah selesai dan upahnya dibayarkan setiap hari
sesuai dengan tingkat upah yang telah disepakati bersama.

c. Sistem upah borongan


Sistem upah borongan merupakan sistem jika pekerjaan
selesai maka upah akan dibayarkan diakhir sekaligus sesuai
dengan tingkat upah yang telah disepakati bersama.

d. Sistem upah kontrak


Sistem dengan upah kontrak yaitu sistem yang dalam
usahataninya mirip dengan sistem ceblokan. Sistem ceblokan
merupakan pekerja yang mengadakan kesepakatan dengan
petani tertentu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan dalam

Faktor-faktor dalam Usahatani 15


usahatani. Upahnya akan dibayarkan pada saat panen yaitu
sebesar seperempat dari hasil padi yang diperoleh dari luas
lahan tertentu.

C. Modal
Modal dari segi ekonomi merupakan salah satu faktor
produksi yang berasal dari kekayaan seseorang yang
digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya.
Menurut Suratiyah (2006), berikut merupakan unsur-unsur
modal dalam usahatani, antara lain:

a. Berdasarkan sifat subtitusinya


(1) Land saving capital, dengan modal tersebut, petani dapat
menghemat penggunaan lahan, tanpa menambah luas
lahan namun tetap dapat meningkatkan produksi.
Contonya adalah intensifikasi, penggunaan bibit unggul,
pupuk dan pestisida.
(2) Labor saving capital, dengan modal tersebut, petani dapat
menghemat penggunaan tenaga kerja. Misalnya
penggunaan traktor untuk membajak lahan dan
penggunaan trasher untuk penggabahan.

b. Berdasarkan kegunaannya
(1) Modal aktif, modal yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat meningkatkan hasil produksi dari
usahatani, contohnya adalah pupuk.
(2) Modal pasif, modal yang digunakan untuk pertahankan isi
dari produk usahatani, contohnya bungkus, karung, plastik
dan lain-lain.

16 Faktor-faktor dalam Usahatani


c. Berdasarkan waktunya
(1) Modal produktif, modal yang secara langsung dapat
meningkatkan hasil produksi dari usahatani, contohnya
adalah pupuk dan bibit unggul.
(2) Modal prospektif, modal yang meningkatkan produksi
usahataninya dalam kurun waktu yang cukup lama,
contohnya adalah investasi.

d. Berdasarkan fungsinya
(a) Modal tetap, modal yang dapat digunakan untuk beberapa
kali dalam proses produksinya. Pada kondisi yang
sebesarnya, modal tetap dibagi lagi menjadi dua yaitu:
 Modal tetap yang dapat bergerak atau mudah
dipindahkan baik hidup maupun mati. Contohnya adalah
cangkul, sabit, traktor dan lain-lain.
 Modal tetap tidak bergerak baik hidup maupun mati.
Contohnya adalah lahan, rumah dan lain-lain.

Berikut merupakan uraian dari penggolongan untuk


modal tetap, antara lain:

 Lahan usaha yang dimiliki


Sebagai faktor produksi, sebenarnya lahan tidak
termasuk ke dalam modal. Namun dalam penghitungan biaya,
biaya lahan dimasukkan ke dalam biaya modal karena lahan
merupakan barang modal (aset tetap yang dimiliki
perusahaan).
Lahan sebagai barang modal tidak perlu di depresiasi.
Lahan pada umumnya tidak turun kegunaannya, kecuali
apabila mengalami kerusakan, longsor, erosi dan bencana alam
lainnya. Dalam keadaan biasa, nilai lahan akan selalu
meningkat sehingga tidak mengalami depresiasi melainkan
apresiasi. Pekerjaan-pekerjaan memperbaiki lahan akan
Faktor-faktor dalam Usahatani 17
menambah kegunaan lahan tetapi mengeluarkan biaya.
Demikian pula apabila pekerjaan itu dilaksanakan sendiri oleh
petani, maka harus tetap diperhitungkan sebagai biaya.
Pekerjaan demikian harus dianggap sebagai penanaman modal,
yang disebut modal ameliorasi dan harus dicatat sebagai modal
tetap. Terhadap modal ameliorasi ini pun harus dikenakan
biaya depresiasi.

 Bangunan
Segala bangunan yang ada di atas farm termasuk sebagai
modal tetap diantaranya adalah bangunan rumah, gudang,
kantor, kandang, sumur, instalasi listrik serta jalan. Bangunan
rumah tinggal peternak yang ada di atas lahan usaha harus
digolongkan ke dalam modal tetap pula, akan tetapi apabila
letaknya terpisah dan berada di luar farm, tidak termasuk
sebagai modal tetap, melainkan termasuk kekayaan di luar
usaha. Demikian pula dengan bangunan rumah pegawai atau
karyawan yang berada dalam farm termasuk sebagai modal
tetap.

Gudang yang dipergunakan sebagai tempat menyimpan


hasil produksi sebelum dijual, pakan ternak dan obat-obatan,
pupuk serta alat-alat dan perkakas lainnya serta ruang kerja
termasuk sebagai bagian dari modal tetap. Dalam perusahaan
peternakan modern tiap jenis bahan yang disimpan, harus
dalam gudang-gudang yang sesuai dengan sifat barang yang
disimpannya, agar tidak mengakibatkan turunnya mutu atau
kualitas barang yang disimpan. Misalnya, susu harus disimpan
dalam kamar khusus (kamar susu).

 Ternak
Ternak dari sejak lahir sampai berproduksi, memerlukan
biaya pemeliharaan. Semuanya harus dianggap sebagai
18 Faktor-faktor dalam Usahatani
penanaman modal. Apakah modal termasuk modal tetap atau
bukan tergantung apakah modal tersebut diterima kembali
dalam jangka waktu satu tahun lebih. Apabila pengeluaran
dapat diterima kembali dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun, misalnya anak ayam broiler, maka tidak termasuk
sebagai modal tetap. Demikian juga dengan anak sapi yang
dijual dalam umur satu tahun atau kurang, tidak dianggap
sebagai modal tetap tetapi biaya yang dikeluarkannya dianggap
sebagai biaya eksplotasi.

Ternak induk yang dipelihara untuk menghasilkan anak


haruslah dianggap sebagai modal tetap. Oleh karena itu biaya
ternak induk dapat dibebankan sebagai biaya depresiasi.
Karena walaupun pada awalnya ternak induk mengalami
peningkatan nilai namun pada umur tertentu produktivitas akan
mulai menurun sehingga nilainya pun akan ikut menurun. Oleh
karena itu, perlu diperhitungkan penyusutannya.
Ternak pada perusahaan peternakan, dapat dibedakan
atas ternak usaha dan ternak kerja. Ternak usaha adalah ternak
yang dimanfaatkan untuk memproduksi susu, telur, daging dan
sebagainya, sedangkan ternak kerja yaitu ternak yang
dipekerjakan dan dimanfaatkan tenaganya. Namun rata-rata
untuk ternak kerja, setelah memasuki menopose atau sudah
tidak produktif lagi maka akan menjadi ternak potong juga.

 Mesin dan peralatan


Mesin dan peralatan dalam perusahaan peternakan
merupakan barang modal tetap yang digunakan untuk
memperlancar pekerjaan dengan tujuan memperoleh hasil yang
tinggi dan biaya pokok yang rendah. Tujuan ini hanya akan
dicapai bila mesin tersebut digunakan secara penuh, terus
menerus dalam jangka waktu sepanjang mungkin. Dalam

Faktor-faktor dalam Usahatani 19


analisis jangka pendek, biaya mesin dan peralatan yang tahan
lama ini tidak dibebankan dalam satu tahun analisis tapi
menyebar sepanjang umur ekonomisnya berupa depresiasi
(penyusutan).

(b) Modal tidak tetap


Modal tidak tetap adalah modal yang dalam proses
produksi habis pakai dan pada tiap pengulangan produksi harus
disediakan kembali. Pada umumnya yang digolongkan ke
dalam modal tidak tetap adalah tanaman berumur semusim,
alat-alat kecil yang lekas rusak, dana eksplotasi, pakan ternak
dan termasuk pula diantaranya adalah modal operasional.
Dalam setiap perusahaan ada penerimaan dan
pengeluaran. Dalam jangka pendek keadaan yang paling baik
adalah apabila penerimaan dapat menutupi pengeluaran atas
modal tidak tetap. Penerimaan dan pengeluaran tersebut harus
terjadi berturut-turut dalam suatu cash flow yang baik.

Menurut Suratiyah (2006), bahwa terdapat tujuh hal


yang dapat dijelaskan pada konsekuensi modal dan peralatan
yaitu sebagai berikut:

1. Jenis konsekuensi
Pembagian modal atas dasar fungsinya sangat penting
sehubungan dengan pembebanan modal dalam perhitungan
biaya suatu kegiatan usahatani. Modal berdasarkan fungsinya
dibagi dalam modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tidak
tetap hanya dipakai dalam satu kali proses produksi maka
keseluruhan nilai modal tidak tetap dibebankan dalam proses
produksi yang bersangkutan sementara modal tetap perlu
diperhitungkan dahulu karena tidak semua nilai modal tetap
dibebankan pada proses produksi.

20 Faktor-faktor dalam Usahatani


2. Cara menghitung penyusutan
Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya
bertitik tolak pada harga perolehan sampai dengan modal
tersebut dapat memberikan manfaat. Ada empat macam cara
untuk memperhitungkan nilai penyusutan yaitu garis lurus,
performance unit, decreasing dan declining balance.

3. Alat-alat pertanian sebagai modal tetap


Berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam usahatani
dapat merupakan modal tetap. Alat-alat tersebut adalah traktor,
bajak, cangkul termasuk di dalamnya adalah ternak yang
digunakan untuk menjalankan usahatani dan lain-lain.

a. Traktor, truk dan lain-lain


Kelima konsekuensi penggunaan modal tetap
diperhitungkan semuanya. Komplementer diperhitungkan
karena traktor tersebut dapat memberikan manfaat jika ada
pengemudi dan bahan bakarnya.

b. Bajak, sabit, cangkul dan lain lain


Untuk alat-alat tersebut hanya diperhitungkan
penyusutannya. Biasanya penyusutan oleh petani tidak
disimpan dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk ternak berupa
kambing atau ternak lain dengan maksud apabila bajak rusak
dan tidak dapat dimanfaatkan lagi maka kambing tersebut
dapat dijual untuk membeli bajak yang baru.

c. Ternak sapi
Dalam memperhitungkan ternak maka harus dipisahkan
terlebih dahulu apakah ternak tersebut dianggap sebagai tenaga
kerja atau sebagai modal peternakan. Jika ternak sebagai
tenaga kerja maka penyusutan tidak diperhitungkan karena
pada dasarnya semakin besar ternak semakin tinggi harganya

Faktor-faktor dalam Usahatani 21


karena adanya pertumbuhan. Dengan demikian, yang perlu
diperhitungkan hanyalah bunga, pemeliharaan dan
komplementer. Namun apabila ternak adalah sebagai ternak
perah maka perlu diperhitungkan pula penyusutan,
komplementer, pemeliharaan bunga dan asuransi.

4. Tanaman sebagai modal tetap


Sebelum dipungut hasilnya maka tanaman semusim
merupakan modal tetap. Tanaman padi selama masih di lahan
maka dianggap sebagai modal tetap tetapi jika sudah dipanen
maka kehilangan sifatnya sebagai modal tetap. Dengan
demikian maka sistem ijon merupakan penjualan modal tetap.

Tanaman keras merupakan modal tetap karena nilainya


terus menerus ada sampai dengan nilai ekonomisnya. Sebagai
contoh tanaman karet maka penyusutannya diperhitungkan dari
biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan dari permulaan
biaya sampai dengan menghasilkan yang pertama kali.
Contohnya sebagai berikut:

Tabel1. Biaya Pengeluaran Usahatani Tanaman Karet


Biaya bibit Rp 1.000.000
Biaya pengolahan tanah Rp 10.000.000
Pemeliharaan 6 tahun Rp 20.000.000
Biaya lain lain Rp 20.000.000
Jumlah Rp 51.000.000

Jumlah biaya sampai menghasilkan yang pertama kali lebih


kurang 6 tahun adalah sebesar Rp 51.000.000
Umur ekonomis karet = 25 tahun
Nilai sisa (kayu bakar) = Rp 1.000.000

22 Faktor-faktor dalam Usahatani


Penyusutan per tahun =
= Rp 2.000.000

Oleh karena menggunakan metode garis lurus maka


akan diperoleh nilai yang sama tiap tahunnya. Sementara biaya
biaya sesudah menghasilkan akan diperhitungkan sebagai
biaya operasional dan dibebankan pada masing-masing proses
produksi atau tahun yang bersangkutan.

5. Uang tunai sebagai modal


Uang tunai dipergunakan untuk membiayai pembelian
sarana produksi, pengeluaran-pengeluaran untuk pihak ketiga
(pajak, selamatan), pengolahan tanah dengan tenaga luar dan
penggunaan modal tetap. Besar kecilnya kebutuhan uang tunai
sebagai modal tidak sama tetapi tergantung pada lingkungan
usahatani. Suatu daerah tertentu, pembayaran dengan uang
tunai dilakukan dengan hak, bahan, atau bagian hasil sehingga
kebutuhan akan uang tunai sebagai modal kecil. Sebaliknya,
bila semua harus dibayar uang tunai maka kebutuhan akan
uang tunai sebagai modal besar. Jadi besar kecilnya kebutuhan
uang tunai sebagai modal sangat tergantung lingkungan serta
kebiasaan kebiasaan yang ada di sekitar usahataninya.

6. Lahan sebagai modal tetap


Lahan tidak ada penyusutan karena pada prinsipnya
lahan dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas, tidak rusak jika dipelihara dengan baik. Bahkan, jika
pemeliharaannya baik maka kesuburannyapun akan ikut
meningkat. Pada umumnya, lahan juga tidak diasuransikan
tetapi yang diasuransikan adalah tanamannya. Demikian juga
biaya komplementer lahan tidak ada. Pada umumnya, tanah
hanya ada biaya bunga dan pemeliharaan. Untuk

Faktor-faktor dalam Usahatani 23


memperhitungkan biaya pemeliharaan lahan sulit karena tidak
mudah membedakan pemeliharaan untuk lahan atau untuk
tanamannya.

7. Bangunan sebagai modal tetap


Pada umumnya, biaya penyusutan, asuransi, bunga dan
pemeliharaan bangunan diperhitungkan karena pada dasarnya
bangunan memberikan manfaat pada jangka waktu tertentu
saja. Untuk memberikan manfaat perlu dipelihara dan dalam
hubungannya dengan resiko perlu diasuransikan, meskipun
tidak semua bangunan dapat diasuransikan.

D. Manajemen
Menurut Shinta (2011), pengelolaan usahatani adalah
kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir,
mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor
produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu
memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi
dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan
agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan
manajemen usaha yang profesional. Oleh sebab itu,
kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu
didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses
produksi, pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan
modal/investasi.
Berikut merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam
manajemen usahatani menurut Suratiyah (2006) antara lain:

1. Pengurusan
Pengurusan adalah menjalankan perusahaan menurut
cara-cara yang sudah berlaku secara turun-temurun dengan
usaha untuk memperoleh tambahan pendapatan untuk
melakukan hal-hal yang sudah biasa berlaku tersebut. Tujuan
pengurusan adalah untuk menjamin bahwa perusahaan dapat

24 Faktor-faktor dalam Usahatani


mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Ciri dari
perusahaan yang baik adalah pertumbuhan kondisi perusahaan
setiap tahun baru harus melebihi tahun yang sebelumnya
berapapun kecilnya.

Pengurusan unit-unit usahatani yang terdapat di


Indonesia, pada umumnya dilihat dari segi ilmu manajemen
belum dapat dikatakan melaksanakan manajemen modern,
karena banyak hal yang menyimpang dari kaidah-kaidah yang
biasa dikenal alam ilmu manajemen. Dengan demikian maka
pengelolaan usahatani di Indonesia dapat dikatakan sebagai
pengurusan saja sifatnya. Teknologi yang diterapkan sebagian
besar merupakan teknologi yang biasa dilakukan oleh para
nenek moyangnya. Oleh karena itu, produktuvitas usahatani
dari tahun ketahun berikutnya dapat dikatakan relatif sama
dengan kecenderungan terus menurun karena tidak ada usaha
perbaikan teknologi.

2. Pelaksanaan
Tujuan pokok dari setiap perusahaan tidak lain adalah
untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan dalam
rencana. Tujuan tersebut dicapai apabila perusahan tersebut
dapat berjalan secara terus-menerus, dalam pengertian bahwa
seakali berjalan tetep harus berjalan. Dalam kegiatan
usahatani, komando yang efektif terhadap kapan pelaksanaan
kegiatan dalam usahatani tersebut dimulai adalah keadaan
iklim terutama curah hujan dan waktu jatuhnya hujan
merupakan tanda bahwa kegiatan usahatani segera dimulai,
karena jatuhnya hujan akan mempengaruhi pada timbulnya
hama dan penyakit tanaman atau ternak yang diusahakan.

Sekiranya menurut para petani bahwa curah hujan itu


tidak normal jumlah dan waktunya dibandingkan dengan curah
Faktor-faktor dalam Usahatani 25
hujan dan waktu jatuh hujan sebelumnya, maka biasanya
petani menangguhkan kegiatan usahataninya sampai pada
keadaan yang menguntungkan. Cara ini dilakukan petani
dalam rangka mengurangi risiko kegagalan.

Apabila terjadi kegagalan pada awal pelaksanaan


usahataninya, akan sulit bagi petani tersebut untuk mencari
dana yang diperlukan untuk mengulangi lagi kegiatan-kegiatan
yang seharusnya sudah harus selesai dikerjakan. Oleh karena
itu, memulai kegiatan produksi dalam bidang usaha pertanian
umumnya dan usahatai khususnya memerlukan ketelitian yang
tinggi didalam menilai perubahan iklim yang berlaku dimana
usahatani tersebut ada.

3. Kewaspadaan
Yang dimaksud dengan kewaspadaan adalah melindungi
diri terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko atau
kerugian. Tindakan-tindakan pengusaha atau petani harus
diperhitungkan menurut ukuran, ruang dan waktu sedemikian
rupa sehingga diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi
perusahaan. Di dalam usahatani risiko atau kerugian setiap saat
dapat mengancam karena faktor-faktor yang
mempengaruhinya sebagian besar belum mampu dikuasai
manusia. Oleh karena itu, kewaspadaan dalam mengambil
setiap keputusan harus didasarkan pada berbagai informasi
yang lengkap, baik informasi dari dalam usahatani sendiri
maupun informasi sesuatu masalah akan mengurangi
kemungkinan terjadinya suatu kegagalan yang besar.

4. Risiko usaha
Setiap usaha akan selalu menghadapi risiko, besar
kecilnya risiko yang dialami seorang pengusaha atau petani
tergantung pada keberanian untuk mengambil suatu keputusan.
26 Faktor-faktor dalam Usahatani
Dalam usahatani risiko itu sulit untuk diduga karena faktor-
faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani sebagian besar
belum dapat dikuasai secara sempurna oleh manusia, misalnya
faktor iklim dan perubahannya. Oleh karena itu, risiko dalam
usahatani setiap saat akan mengancam petani, baik perorangan
maupun kelompok.

Dalam kegiatan usaha pertanian umumnya dan usahatani


pada khususnya ada dua macam risiko yang mugkin dihadapi
petani, yaitu (1) risiko yang sulit diduga dan (2) risiko yang
mudah diduga.

Risiko yang sulit diduga misalnya adanya serangan


hama penyakit tanaman atau ternak dan risiko yang yang
mudah diduga misalnya jatuhnya harga hasil usahatani pada
waktu panen. Oleh karena itu, unsur kewaspadaan dan unsur
risiko merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya.
Dalam pengertiannya bahwa kewaspadaan untuk memilih atau
mengambil keputusan akan diikuti suatu risiko. Besar kecilnya
risiko yang diderita seorang pengusaha akan dipengaruhi oleh
keberanian mengambil keputusan terhadap suatu masalah yang
dihadapi.

Untuk mengurangi risiko tersebut caranya adalah


memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang suatu
masalah tersebut. Dalam hal ini catatan tentang sesuatu
kejadian yang dialami dalam periode tertentu amat diperlukan,
agar apabila menghadapi masalah yang sama pada periode
berikutnya tidak menderita risiko yang terlalu tinggi.

Kebanyakan petani di Indonesia tidak melakukan


pencatatan atas segala kejadian yang dialami tahun yang silam,
sehingga setiap keputusan hanya didasarkan pada pengalaman

Faktor-faktor dalam Usahatani 27


saja, yang sifatnya hanya diingat di kepala. Oleh karena itu,
kegiatan usahatani yang bersifat kerutinan, seperti tahun-tahun
yang telah dilewati, jarang mengadakan perubahan-perubahan
yang drastis terhadap kegiatan usahataninya.

5. Sarana penunjang
Yang dimaksud dengan sarana penunjang adalah segala
peralatan yang dapat menunjang kelancaran kegiatan
pelaksanaan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sarana ini dapat berupa sarana fisik maupun
nonfisik. Saran fisik adalah peralatan kerja yang sesuai dengan
kegiatan keja yang dilakukan, sedangkan sarana nonfisik
misalnya ketenangan bekerja dan lingkungan kerja. Kegiatan
manajer tidak akan efektif dan efisien apabila sarana yang
tersedia tidak memadai, baik dalam jumlah maupun ukuran
dan juga ketepatan sarana tersebut dengan kegiatan yang ada
dalam usahatani.

Manajemen dalam usahatani adalah aktivitas keahlian


pengorganisasian, pengoperasian dari ketiga faktor produksi
yang lain (tanah, tenaga kerja, modal dalam proses produksi).
Di dalam faktor manajemen juga terdapat faktor keahlian
(skill) yaitu keahlian dan kemampuan pengusaha-pengusaha
untuk mandiri dan mengembangkan berbagai kegiatan usaha.
Keahlian-keahlian tersebut meliputi:

a. Technical skill atau keahlian teknis, yaitu keahlian yang


diperlukan untuk melakukan pekerjaan spesifik tertentu
sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Seperti
mengoperasikan komputer, mendesain bangunan, membuat
layout perusahaan dan sebagainya.

28 Faktor-faktor dalam Usahatani


b. Human relation skill atau keahlian berkomunikasi dan
berinteraksi dengan masyarakat. Seperti keahlian dalam
bernegara, memotivasi, meyakinkan konsumen dan
sebagainya.

c. Conceptual skill atau keahlian konseptual, yaitu keahlian


dalam berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk di
dalamnya mendiagnosa dan menganalisis berbagai masalah
dalam situasi yang berbeda-beda bahkan keahlian untuk
mempridiksi di masa yang akan datang.

d. Decision making skill atau keahlian dalam pengambilan


keputusan, yaitu keahlian untuk mengidentifikasikan
masalah sekaligus menawarkan berbagai alternatif solusi
atas permasalahan yang dihadapi.

e. Time managment skill atau keahlian dalam mengelola


waktu, yaitu keahlian dalam memanfaatkan waktu secara
efektif dan efisien.

f. Global managment skill atau keahlian dalam manajemen


global, yaitu keahlian manajemen yang tidak saja berfokus
pada satu keadaan di negara tertentu akan tetapi juga lintas
negara bahkan lintas budaya.

g. Techmological skill atau keahlian dalam hal teknologi,


yaitu keahlian manajerial dalam mengikuti dan menguasai
perkembangan teknologi yang terjadi.

h. Managerial skill, yaitu kemampuan dalam


mengorganisasikan semua faktor produksi agar mencapai
tujuan.

Faktor-faktor dalam Usahatani 29


i. Organizational skill, yaitu keahlian pengusaha dalam
memimpin berbagai usaha tidak hanya intern perusahaan
yang bersifat bisnis, tetapi juga organisasi dalam bentuk
lain.

Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan


dilakukan dengan meningkatkan mutu intensifikasi yang
dijalankan secara berkelanjutan dan efisien guna meningkatkan
daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian
lingkungan. Peningkatan produktifitas usahatani dilakukan
dengan penerapan teknologi maju.

Cara lain untuk meningkatkan usahatani adalah dengan


perluasan areal tanam. Peningkatan Intensitas Pertanaman
(PIP) baik dari Intensitas Pertanaman (IP) 100 menjadi IP 200
maupun dari IP 200 menjadi IP 300 pada berbagai tipologi
lahan. Penambahan baku lahan (PBL) yang diupayakan
melalui pemanfaatan lahan-lahan potensial, terutama diluar
Jawa.

Untuk meningkatkan produksi baik melalui peningkatan


produktifitas maupun perluasan areal tanam diperlukan
penyebarluasan penerapan teknologi. Teknologi yang
diterapkan yang bersifat lebih unggul, tepat guna, spesifik
lokasi dan berwawasan lingkungan. Teknologi yang
disebarluaskan mulai dari teknologi pra produksi, proses
produksi, hingga pasca panen dan pengolahan hasil dengan
fokus antara lain: penggunaan varietas unggul bermutu,
pemupukan berimbang, efisiensi pemanfatan air, PHT, serta
teknologi pengolahan hasil dan alsin pertanian.

Upaya pengembangan usaha yang lainnya adalah


penambahan nilai tambah. Upaya pengembangan usaha yang

30 Faktor-faktor dalam Usahatani


mampu memberikan nilai tambah bagi petani perlu terus
ditingkatkan, sehingga petani dapat memasarkan produknya
bukan hanya dalam bentuk makanan mentah akan tetapi dalam
bentuk olahan. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya antara
lain:
a. Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat
b. Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil
c. Pemasyarakatan penerapan standart mutu
d. Pemanfaatan peluang kredit

Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana


pertanian tanaman pangan diarahkan untuk menjamin
aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya peningkatan
produktifitas, perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan
pemasaran hasil, melalui paya-upaya antara lain sebagai
berikut:

Peningkatan fasilitas penyediaan dan distribusi sarana


produksi dilapangan untuk menciptakan iklim yang kondusif
dan berusahatani. Peningkatan efektivitas dan efisiensi
koordinasi antar instansi terkait dalam melakukan
pengembangan sarana dan prasarana

Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan


dengan sistem pemasaran yang efisien dan berorientasi pada
kebutuhan konsumen melalui upaya-upaya pengembangan
kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu
produk, pengamanan harga, kemitraan usaha, serta promosi
pemasaran.

Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan


kelembagaan baik kelembagaan petani maupun pemerintah
sebagai berikut:

Faktor-faktor dalam Usahatani 31


a. Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan
kemampuannya tidak hanya dari aspek budidayanya saja
namun juga aspek agribisnis secara keseluruhan dan
kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang
menjadi kelompok usaha baik dalam bentuk koperasi
maupun unit usaha kecil mandiri dan tumbuh dari bawah.
b. Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing,
penyediaan kredit, dan mengembangkan pola kemitran.
c. Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan
memperkuat dan melakukan pembinaan terhadap petugas,
manajer, operator dan petani melalui peningkatan fasilitas
perbengkelan, kerjasama dengan swasta, pelayanan kredit
dan pelatihan.
d. Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH,
balai benih maupun Brigade proteksi sehingga dapat
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terutama
petani melalui upaya peningkatan profesionalisme terus
operasional dan admisnistrasi.

Penyuluhan pertanian sangat diperlukan dalam


peningkatan usahatani. Akan tetapi penyuluhan pertanian
sebagai ujung tombak pembangunan pertanian akhir-akhir ini
terlihat lesu, revitalisasi kelembagaan penyuluhan perlu segera
diwujudkan sehigga kinerja penyuluhan dapat bangkit kembali.

Revitalisasi penyuluhan terutama diperlukan dalam hal


pemasyarakatan teknologi dan manajemen produksi, serta
fasilitas aksesibilitas petani terhadap pasar, permodalan,
informasi serta sarana dan prasarana. Untuk itu agar
penyuluhan dapat efektif mendukung program pembangunan
usahatani diperlukan upaya-upaya koordinasi dan sinkronisasi,
sosialisasi program pembangunan usahtani, serta mengisi

32 Faktor-faktor dalam Usahatani


materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan program
pembangunan usahatani.

Faktor-faktor dalam Usahatani 33


34 Faktor-faktor dalam Usahatani
3
PENELITIAN USAHATANI
3. Penelitian Usahatani
A. Pelaksanaan Penelitian Usahatani
Soekartawi, et al. (1986) mengatakan bahwa penelitian
adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sistematis dan
teliti dengan tujuan memecahkan suatu masalah. Pada
umumnya penelitian dari usahatani adalah memberikan petani
informasi untuk petani mencapai tujuan dari usahataninya dan
memberikan informasi kepada pemerintah sebagai dasar
perumusan kebijakan dan pembangunan pertanian yang lebih
baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya peneliti harus
memperhatikan beberapa aspek sehingga dapat menciptakan
penelitian yang baik dan efektif. Berikut merupakan elemen
yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penelitian
usahatani, yaitu:

1. Pengetahuan yang cukup mengenai teori tentang pertanian


Pengetahuan yang cukup mengenai teori pertanian
dibutuhkan untuk perumusan hipotesis dari penelitian yang

Penelitian Usahatani 35
akan dibahas. Pengetahuan yang cukup mengenai teori
memberikan gambaran mengapa suatu keadaan atau
permasalahan itu bisa terjadi dan juga melihat bagaimana cara
agar keadaan atau permasalahan tersebut bisa diubah.

Ilmu usahatani erat kaitannya dengan pengalokasian


petani dalam menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Teori ini memiliki disiplin
induk yang disebut dengan teori ekonomi. Dalam ilmu
ekonomi, terdapat beberapa prinsip yang dianut yaitu sebagai
berikut:

a. Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif menjelaskan tentang lokasi
produksi pertanian, berbagai jenis tanaman dan ternak dengan
syarat berbeda harus diusahakan di daerah-daerah pada
keadaan fisik dan sumberdaya lainnya secara ekonomis sangat
sesuai. Karena itu usahatani dengan sumberdaya yang
terbataspun dapat memiliki keunggulan komparatif untuk
beberapa komoditi. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mengubah keunggulan komparatif, antara lain:

(1) Pengembangan pola usahatani baru atau perbaikan


teknologi
(2) Perubahan biaya produksi dan harga relatif berbagai
komoditi usahatani
(3) Perubahan biaya angkutan seperti yang terjadi bila jalan
diperbaiki
(4) Perbaikan kualitas lahan karena drainase, irigasi dan
sebagainya
(5) Pengembangan produk subtitusi yang lebih murah.

36 Penelitian Usahatani
Beberapa faktor diatas merupakan tugas dari peneliti
untuk mengevaluasi perubahan-perubahan kondisi yang terjadi
dan memberikan saran bagaimana memanajemen usahatani
yang baik sehingga petani dapat lebih cepat menyesuaikan diri
terhadap perubahan kondisi yang terjadi.

b. The law of diminishing returns


Prinsip ini berguna untuk menentukan jumlah produksi
secara maksimal yang dapat dihasilkan dari sumberdaya yang
terbatas, misalnya apabila petani memiliki sebidang tanah
maka petani tersebut harus dapat memanfaatkan lahannya
secara efektif dan efisien untuk mencapai produksi yang
maksimal. Apabila hal tersebut tidak dilakukan oleh petani
secara baik maka akan berdampak pada pendapatan petani
yang semakin menurun. Mengingat banyaknya faktor produksi
yang digunakan petani dalam berusahatani dan tidak semua
daerah memiliki tingkat pengembalian yang sama maka
dengan adanya penelitian usahatani, seorang peneliti
diharapkan dapat memberikan saran maupun informasi
mengenai bagaimana meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya yang terbatas tersebut.

c. Substitusi
Banyaknya cara yang dapat dilakukan untuk
berproduksi, maka petani harus dapat memilih metode yang
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dan dapat
memproduksi hasil yang maksimal. Contohnya, apabila
seorang petani harus menyiapkan pengolahan lahan yang akan
digunakan untuk bercocok tanam maka petani tersebut harus
memilih akan membayar sejumlah tenaga kerja untuk
mengerjakan lahannya atau mengerjakan sendiri, akan
menggunakan ternak untuk membajak lahannya atau

Penelitian Usahatani 37
menggunakan teknologi yang lebih modern. Dengan adanya
penelitian tentang usahatani, diharapkan dapat memberikan
pandangan bagi petani pilihan mana yang lebih efektif dan
efisien sesuai dengan lahan yang dimiliki.

d. Analisis biaya
Prinsip keempat ini merupakan prinsip yang penting
apabila ingin melakukan usahatani. Alasannya karena petani
tidak mampu mengatur harga komoditas yang dijualnya atau
memberikan nilai kepada komoditi tersebut, yang bisa
dilakukan adalah menghitung seberapa banyak biaya yang
harus dikeluarkan untuk melakukan usahatani tersebut. Biaya
pada usahatani terbagi menjadi dua yaitu:
(1) Biaya tetap yaitu biaya faktor produksi untuk usahatani
yang tidak bergantung pada tingkat produksi yang
dihasilkan. Contohnya: Lahan, mesin pertanian, bangunan
dan lain-lain
(2) Biaya variabel yaitu biaya faktor produksi untuk usahatani
yang bergantung pada tingkat produksi yang dihasilkan.
Contohnya: Bibit, pupuk, bahan bakar dan lain-lain.

Biaya-biaya dari faktor produksi tersebutlah yang akan


membantu petani untuk menentukan dengan harga berapa hasil
produksinya dapat dijual dan juga menentukan nilai dari suatu
hasil produksi petani tersebut. Dengan adanya penelitian
mengenai usahatani maka dapat membantu petani dalam
menentukan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan dalam
berusahatani dan juga dalam penentukan harga dan nilai yang
telah dijelaskan sebelumnya.

e. Biaya yang diluangkan


Prinsip ini merupakan biaya yang berkaitan dengan
setiap pilihan, misalnya menggunakan beberapa macam
38 Penelitian Usahatani
sumberdaya di dalam suatu kegiatan, ditanyakan oleh nilai
penggunaan alternatif terbaik yang diluangkan. Contohnya
yaitu apabila memiliki 2 pilihan untuk berusahatani, yaitu
menanam jagung dan padi. Apabila menanam jagung, petani
akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp100.000,-,
sedangkan menanam padi sebesar Rp150.000,-, maka biaya
yang diluangkan untuk petani menanam jagung adalah sebesar
Rp150.000,-. Karena angka ini lebih besar daripada
keuntungan potensial tanaman jagung, maka petani harus
menanam padi. Penelitian usahatani akan membantu petani
dalam menentukan pilihan-pilihan tersebut karena prinsip
alokasi sumberdaya tersebut mempunyai peranan yang sangat
penting dalam memilih cabang usaha, dan karena itu pula
penting dalam menyusun pola organisasi usahatani yang
efisien.

f. Pemilihan Cabang Usaha


Prinsip ini merupakan sesuatu cabang usaha yang
dipertimbangkan dalam perencanaan usahatani selama
sumbangan yang diharapkan terhadap pendapatan bersih
usahatani melebihi biaya yang diluangkan sumberdaya yang
mereka gunakan. Beberapa cabang usaha dalam usahatani
dapat saling bersaing dalam menggunakan sumberdaya.
Contohnya petani menanam dua tanaman yang berbeda tidak
memiliki cukup tenaga kerja yang digunakan dalam memanen
apabila waktu panen bersamaan maka petani harus mengatur
waktu tanam dan juga panen.

Secara keseluruhan tujuannya adalah menggunakan


seefisien mungkin sumberdaya yang dimiliki. Prinsip ini
berhubungan dengan alokasi sumberdaya kepada cabang usaha
atau aktivitas yang akan memaksimalkan pendapatan bersih

Penelitian Usahatani 39
usahatani. Penelitian mengenai usahatani akan membantu
petani memanajemen bagaimana dapat memaksimalkan
keuntungan dengan menggunakan sumberdaya yang ada secara
efisien dengan adanya cabang usaha atau aktifitas yang
dilakukan.

g. Bakutimbang tujuan
Petani tentunya ingin mencapai bebrapa tujuan yang
dapat memberikan kepuasan yang sebaik-baiknya. Hal yang
tidak dapat dihindari ialah bahwa beberapa tujuan itu saling
bersaing. Contohnya pendapatan tunai untuk membiayai
usahatani dan menyekolahkan anak dengan bersantai-santai.
Apabila petani tidak mensubtitusi satu dengan yang lainnya,
baik dalam penggunaan sumberdaya maupun konsumsi, maka
petani harus mempertimbangkan satu tujuan dengan tujuan
lainnya. Dengan adanya penelitian usahatani maka akan
memberikan pengetahuan petani sehingga diharapkan nantinya
dapat mempertimbangkan tujuan satu dengan yang lainnya.

Prinsip-prinsip di atas menuntun peneliti kepada


perumusan hipotesis yang akan diuji dan pengumpulan data
yang diperlukan. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan
dalam menerapkan prinsip tersebut, yaitu:

a. Ketidakpastian
Hal ini yang akan mempengaruhi pendapatan seperti
iklim, serangan hama dan penyakit, perkembangan harga,
keragaman teknologi baru, politik, sosial dan sebagainya,
sehingga peneliti harus menyadari hal tersebut, dalam hal ini
diperlukan analisis resiko.

40 Penelitian Usahatani
b. Uang
Petani kecil berusahatani dengan komersil, semi
subsisten dan subsisten, sehingga peneliti harus menggunakan
uang sebagai ukuran yang sangat memudahkan untuk
membandingkan atau mengukur usahatani daerah tersebut,
antar daerah, antar negara bagaimanapun bentuk usahatani
tersebut.

1. Pengetahuan praktis dan pengalaman yang relevan


Dengan menghargai, merasa dekat dan memiliki
pengalaman terhadap usahatani dan penduduk desa merupakan
salah satu elemen penting bagi keberhasilan penelitian
usahatani. Tanpa pengalaman dan apresiasi akan sulit bagi
peneliti untuk mengetahui kebutuhan petani dan memahami
pola usahatani yang dilakukan petani. Tanpa mengetahui hal
tersebut, peneliti akan memiliki landasan yang sempit untuk
merumuskan masalah yang dapat diteliti dan hipotesis yang
akan diuji. Maka dari itu, pengetahuan praktis dan pengalaman
yang relevan merupakan elemen terpenting agar penelitian
usahatani berhasil.

2. Strategi penelitian yang efektif dan sumberdaya penelitian


yang cukup
Dalam merumuskan strategi penelitian usahatani perlu
dibedakan antara elemen-elemen yang tergolong metode
penelitian di satu pihak dan tahapan-tahapan administrasi di
pihak lain. Elemen-elemen penting dalam metode penelitian
adalah:

a. Perumusan masalah
Masalah harus mencerminkan kebutuhan yang
dirasakan. Agar relevan sebagai masalah yang dapat diteliti,

Penelitian Usahatani 41
maka kebutuhan tersebut harus dapat dipecahkan dengan
informasi yang diperoleh melalui penelitian.

b. Hipotesis
Hipotesis merupakan penghubung antara masalah dan
tahap pengumpulan data dan analisis data. Sifat-sifat hipotesis
yang diinginkan yaitu terkait dengan pernyataan yang dibuat
sesederhana mungkin, harus dapat dibuktikan atau ditolak
dalam batas-batas sumberdaya penelitian yang tersedia dan
harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga memberikan arah
kepada penelitian.

c. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian menguraikan apa yang ingin dicapai
oleh penelitian. Umumnya menentukan batas-batas proyek
penelitian, menguraikan cara-cara pelaksanaan penelitian,
menetukan untuk siapa penelitian dilakukan dan menjelaskan
hasil yang diharapkan.

B. Kebutuhan Terhadap Penelitian Usahatani


Kebutuhan terhadap penelitian usahatani yaitu petani
dengan golongan miskin di dunia dan mempunyai peranan
penting dalam mencukupi kebutuhan pangan dunia. Maka
pembangunan pertanian harus dilakukan yang dibantu dengan
adanya penelitian mengenai usahatani. Berikut merupakan
bagian dari penelitian usahatani yang dapat membantu dalam
pembangunan pertanian, antara lain:

1. Rekomendasi
Penyediaan teknologi baru dan pemberian informasi
pasar yang memadai dan tepat sasaran atau sesuai kebutuhan
petani.

42 Penelitian Usahatani
2. Evaluasi proyek
Setiap usulan proyek harus dinilai apakah manfaat yang
diperoleh melebihi biayanya.

3. Perencanaan pertanian
Perencanaan disini adalah perencanaan pada
sumberdaya yang tersedia bagi petani selama kurun waktu
perencanaan.

4. Kebijaksanaan pertanian
Sebagai perincian oleh pemerintah mengenai ketentuan
peraturan yang harus ditaati dalam penyelenggaraan pertanian,
misalnya:
a. Kebijaksanaan bagi hasil
b. Hak atas tanah dan air
c. Harga dan pengaturan pasar
d. Pengawasan terhadap hama dan penyakit
e. Ekspor dan kesejahteraan buruh
f. Pemberian kredit dan tingkat bunga.

5. Pembangunan desa
Pembangunan desa mencakup pendapatan, kesehatan,
pendidikan, kebudayaan dan infrastruktur.

C. Tahapan Penelitian Usahatani


Dalam penelitian usahatani, tahapan yang harus
dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Penentuan dan pemilihan lokasi penelitian


Aspek yang perlu diperhatikan apabila peneliti ingin
menetapkan lokasi penelitian adalah menyangkut lokasi
geografis yang berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani,
peneliti juga harus mempertimbangkan aspek pilihan waktu
penelitian, misalnya ingin meneliti produktifitas mangga, maka

Penelitian Usahatani 43
tentu harus memperhitungkan saat mangga berbunga, berbuah
dan lainnya serta peneliti memperhatikan pula kemungkinan di
daerah tersebut akan ada perubahan akibat dibukanya jalan
baru, irigasi baru dan lain-lain.

2. Deskripsi dan analisa


Kegunaan dan tujuan dari deskripsi dan tujuan adalah
sebagai berikut:
a. Untuk menggali pemahaman lingkungan usahatani dan
sistem yang mendukung serta pengaruhnya terhadap tingkat
pengambilan keputusan petani
b. Untuk mengetahui faktor fisik, biologis dan sosial
ekonomis
c. Untuk mengetahui faktor pembatas atau penghambat
sehingga dapat ditetapkan prioritas penelitian yang paling
efektif dalam memacahkan masalah.

Kegiatan yang dilakukan untuk melakukan penelitian


usahatani adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data dasar
b. Diagnosa hasil studi lapang
c. Analisa data dasar dan hasil studi lapang
d. Penetapan prioritas daerah penelitian

Analisa sistem usahatani yang digunakan adalah sebagai


berikut:
a. Pemaparan lingkungan petani, lingkungan ekonomi dan
budaya
b. Pemaparan atau penjelasan sistem usahatani
• Pilihan cabang usaha dan hubungan antar cabang usaha
• Faktor-faktor produksi
• Pengelolaan usahatani
• Persepsi dan cara petani mengambil keputusan

44 Penelitian Usahatani
c. Identifikasi masalah dan kesempatan
d. Penetapan prioritas penelitian usahatani (pra-penelitian)

3. Penyusunan kerangka penelitian


Kegunaan dan tujuan dari deskripsi dan tujuan adalah
sebagai berikut:
a. Menggali informasi dari tahap diagnosa serta umpan balik
b. Uji coba pada petani menguji alternatif pemecahan masalah
serta identifikasi

Dalam penyusunan kerangka penelitian terdapat


penjabaran yang meliputi penetapan rekan kerja, penetapan
prioritas penelitian dan penentuan hipotesa untuk diuji. Serta
terdapat pula evaluasi pemecahan yang paling memungkinkan
yaitu mengenai:
a. Desain kriteria untuk analisa prediktif
b. Analisa alternatif pemecahan berdasarkan kepada
lingkungan petani, pengelolaan yang diperlukan, bentuk
pengaruh dan sikap sosial petani.

Terdapat pula desain penelitian usahatani antara lain


sebagai berikut:
a. Pemilihan metode penelitian
b. Kriteria produktifitas
c. Penentuan petani contoh
d. Tipe pengujian
e. Bentuk uji coba
f. Metode analisis hasil

Berikut merupakan draf rencana kerja yang


komperhensif, yaitu:
a. Uji coba umum : percobaan pada usahatani
b. Penelitian budidaya dan aspek biologis

Penelitian Usahatani 45
c. Penelitian sosial ekonomi (survei, pembahasan usahatani
dan monitoring)
d. Penelitan sumberdaya usahatani: pelestarian tanah dan
Sumberdaya Alam (SDA), teknik pengairan dan kualitas
air, kegunaan iklim dan drainase, dan lain-lain.
e. Analisa hasil penelitian
• Berkaitan dengan analisa kerja: pendekatan terintegrasi
dan interdisiplin keilmuan
• Hasil kajian budidaya dan aspek biologis, meliputi:
- Bentuk uji dan tujuan
- Setiap respon budidaya
- Evaluasi variabilitas
- Kondisi iklim normal atau tidak normal
- Pertimbangan petani atas teknik yang dipilih
• Sumberdaya usahatani yang digunakan: kredit, tenaga
kerja, pengairan, harga lahan, perhubungan dan
kelembagaan penunjang.
• Analisa ekonomi, meliputi:
- Pendugaan keuntungan
- Analisa alternatif
- Marginal keuntungan
- Pendugaan keuntungan bila petani menggunakan
metode baru
- Pertimbangan resiko
• Analisa sosial dan perilaku petani
• Hasil dari uji lapang, meliputi:
- Umpan balik dari penerapan teknologi
- Perbaikan pengertian dari sistem usahatani
- Penentuan bentuk teknik yang dapat disuluhkan

4. Tahap kegiatan penelitian

46 Penelitian Usahatani
5. Tahap uji coba
Tahap ini memerlukan kerjasama antara peneliti
usahatani dan ahli biologi pertanian, penelitian ini dilakukan
terhadap faktor-faktor penghambat hasil. Metode yang
digunakan dalam tahap ini digambarkan sebagai berikut:

perbedaan
Hasil Lembaga Eksperimen

Hasil Potensi Usahatani

perbedaan
Hasil UT

Gambar 2. Metode Tahapan Uji Coba

Metode yang digunakan dalam tahap ini digambarkan


sebagai berikut:
• Perbedaan hasil I terjadi karena adanya teknologi yang
tidak dapat dipindahkan dan perbedaan lingkungan
• Perbedaan hasil II terjadi karena adanya kendala biologi
(varietas, tanamana pengganggu, hama dan penyakit,
masalah tanah dan kesuburan tanah) serta kendala sosial
ekonomi (biaya dan penerimaan, kredit, kebiasaan dan
sikap, pengetahuan, kelembagaan, ketidakpastian dan
resiko).

Penelitian Usahatani 47
6. Tahap penyuluhan
Tahap penyuluhan merupakan tahap aplikasi semua
hasil kajian yang berdayaguna untuk dikembangkan sehingga
tujuan usahatani, pembagunan pertanian dan pembangunan
nasional dapat tercapai.

48 Penelitian Usahatani
4.

4
PERENCANAAN & RESIKO
USAHATANI
4. Perencanaan & Resiko Usahatani
A. Perencanaan Usahatani
Tujuan dari perencanaan usahatani sejatinya untuk
menganalisa kembali penggunaan sumberdaya dalam
usahatani, dengan kata lain perencanaan usahatani digunakan
untuk mengevaluasi dampak yang diperoleh dari adanya
perubahan dalam metode produksi ataupun pengorganisasian
dalam usahatani misalnya perubahan varietas tanaman atau
pengeintensifan lahan produksi. Pada praktik perencanaan
usahatani dapat dilakukan sebagai suatu kesatuan (whole farm
planning) atau hanya sebagian saja (partial analysis).

Pada whole farm planning segala jenis perencanaan


dalam kegiatan yang berhubungan dengan usahatani ditinjau
dan dipertimbangkan berdasarkan keseluruhan aspek kegiatan
termasuk menyusun penerimaan dan pengeluaran anggaran.
Sedangkan pada partial analysis penyusunan anggaran hanya
pada aspek-aspek tertentu yang dipengaruhi langsung oleh
perubahan yang diusulkan.

Perencanaan & Resiko Usahatani 49


Perencanaan usahatani terdiri dari tiga tahap utama.
Tahap pertama ialah menyusun secara rinci seluruh cabang-
cabang usahatani dan metode produksi yang akan digunakan.
Perencanaan ini tidak hanya menunjukkan jenis-jenis tanaman
yang akan diusahakan, tetapi juga merinci segala jenis varietas
dari tanaman, waktu tanam, jenis pupuk dan pestisida yang
digunakan dan keseluruhan kegiatan usahatani lainnya. Tahap
kedua ialah menguji perencanaan yang telah diperinci yang
berhubungan dengan sumberdaya yang diperlukan dan
menyesuaikan dengan kendala-kendala sumberdaya yang ada
serta faktor-faktor yang berpengaruh meliputi institusional,
kelembagaan, sosial dan budaya. Tahap terakhir ialah
mengevaluasi rencana dan menyusun urutan rencana alternatif
sesuai dengan pedoman serta memilih rencana yang terbaik.
Pedoman yang digunakan adalah pedoman yang
mencerminkan tujuan petani, misalnya penghasilan bersih
usahatani, maka alat analisis yang digunakan ialah metode
anggaran (budgeting method) dan perencanaan linier (linier
programming).

Pada pelaksanaan perencanaan usahatani tentunya ketiga


tahap utama tersebut harus dilakukan secara bersamaan. Pada
budgeting method rencana-rencana alternatif disusun sesuai
dengan intuisi, yaitu dengan memodifikasi sistem yang sudah
berlaku saat ini atau dengan mengadaptasi sistem yang
dikembangkan pada usahatani yang sudah berhasil dan sudah
teruji dalam penelitian. Keseluruhan rencana tersebut
kemudian akan dilakukan pengujian dan modifikasi lebih
lanjut agar dapat dievaluasi. Umumnya pada metode linier
programming dan prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan perencanaan usahatani dibuat untuk memperoleh
perencanaan usahatani yang memenuhi kendala-kendala

50 Perencanaan & Resiko Usahatani


optimum menurut patokan tertentu. Segala jenis metode yang
digunakan dalam perencanaan usahatani, hal pertama yang
harus menjadi perhatian ialah ditujukan pada penyusunan
anggaran kegiatan (activity budget).

Anggaran kegiatan (activity budget) merupakan salah


satu aspek penting karena merupakan komponen yang
digunakan pada semua teknis perencanaan usahatani.
Anggaran kegiatan terdiri dari kumpulan informasi mengenai
teknologi produksi tertentu yang digunakan dalam kegiatan
usahatani. Segala informasi tersebut diperoleh melalui kegiatan
survei usahatani, data usahatani, penelitian usahatani dan
lainnya. Pada anggaran kegiatan terdapat dua istilah yang perlu
diketahui yaitu cabang usahatani dan cabang kegiatan. Cabang
usahatani (enter prise) dipahami sebagai produksi komoditas
tertentu atau sekelompok komoditas untuk keperluan dijual
kepada konsumen atau untuk keperluan konsumsi pribadi
tanpa menyebutkan metode produksi yang digunakan.
Sedangkan cabang kegiatan (activity) merupakan metode
tertentu yang bertujuan untuk memproduksi tanaman atau
mengusahakan suatu atau sekelompok komoditas pertanian.
Misalnya ialah komoditas bawang merah pada lahan sawah
irigasi dan lahan tegal merupakan kegiatan yang berbeda akan
tetapi masih dalam cabang usahatani yang sama.

Perbedaan pada enter prise dan activity adalah penting


untuk dipahami karena perencanaan usahatani tidak hanya
menentukan apa yang akan diproduksi akan tetapi bagaimana
cara memproduksinya. Pilihan metode tersebut tidak hanya
pada penentuan kombinasi cabang usaha, akan tetapi
pengkombinasian kegiatan yang sesuai. Pada
pengaplikasiannya penentuan jumlah kegiatan tersebut hanya

Perencanaan & Resiko Usahatani 51


terbatas pada jangkauan pelaku usahatani. Oleh sebab itu
permasalahan dalam perencanaan usahatani berubah menjadi
pemilihan jenis kegiatan usahatani yang layak dan optimal.

Anggaran kegiatan terdiri dari beberapa komponen


seperti:
a. Batasan kegiatan secara singkat dan jelas yang menyatakan
apa yang diproduksi dan bagaimana cara memproduksinya.
b. Daftar sumberdaya usahatani yang dibutuhkan (lahan,
tenaga kerja, modal dan lainnya) pada setiap unit kegiatan.
c. Jumlah hubungan antara segala jenis kegiatan usahatani.
d. Daftar kendala yang bukan merupakan sumberdaya
usahatani pada satu atau beberapa kegiatan usahatani,
seperti kendala pemasaran.
e. Daftar biaya variabel pada setiap unit kegiatan usahatani.
f. Jumlah produk yang dihasilkan pada tiap unit kegiatan
usahatani dan perkiraan harga jual produk.

Tujuan perencanaan usahatani ialah untuk memilih dan


mengkombinasikan kegiatan tanam untuk memperoleh hasil da
kondisi yang optimum. Adapun beberapan program
perencanaan usahatani yang dapat digunakan ialah:
1. Program sederhana (simplied programming) yaitu
perhitungan pada program ini dapat dilakukan secara
manual, akan tetapi sangat rentan dengan masalah dan
kendala.

2. Program linier (linier programming) yaitu perencanaan


usahatani dengan menggunakan media komputer atau
manual yang digunakan untuk memilih kombinasi dari
beberapa kegiatan sehingga dapat memaksimalkan
pendapatan kotor.

52 Perencanaan & Resiko Usahatani


3. Program resiko (risk programming) yaitu metode yang
sesuai dengan perencanaan usahatani jika produktivitas,
harga dan koefisien perencanaan kegiatan usahatani sulit
untuk diestimasi lebih awal. Cara menghitung faktor resiko
dalam pendapatan kotor dapat dilakukan dengan
menggunakan program resiko kuadratik (Quadratic Risk
Programming) yaitu dengan menyusun matriks yang
menyajikan ragam dalam pendapatan kotor.

4. Sistem simulation yaitu metode yang digunakan untuk


menirukan kegiatan usahatani melalui model tertentu.
Model yang digunakan dapat berupa model sederhana
maupun model rumit yang menunjukkan hubungan antara
proses sosial dan ekonomi yang berpengaruh pada kegiatan
usahatani.

Berikut merupakan contoh anggaran kegiatan dari


usahatani padi sawah:

Modal
1. Kebutuhan benih 20 kg @ 6.000 120.000
2. Pupuk kandang 1000 kg @ 1.000 1.000.000
3. Sekam padi 20 karung @ 2.000 40.000
4. Pupuk NPK kujang 5 karung @ 120.000 600.000
5. Pupuk NPK Ponska 3 karung @ 120.000 360.000
6. Pestisida / insektisida 150.000
———– +
2.270.000
Biaya operasional
1. Pengolahan lahan 30 HOKp @ 35.000 1.050.000
2. Penanaman 20 HOKw @ 25.000 500.000
3. Penyiangan 6 HOK @ 35.000 210.000
4. Pemupukan 6 HOK @ 35.000 210.000
Perencanaan & Resiko Usahatani 53
5. Penyemprotan Pestisida 4 HOK @ 35.000 140.000
6. Panen dan pasca panen 12 HOK @ 35.000 420.000
7. Biaya pengeringan 8 HOK @ 35.000 280.000
———– +
2.810.000
Pengeluaran = Modal + biaya operasional
= 2.270.000 + 2.810.000
= 5.080.000

Pendapatan
Hasil Panen misalkan 7 ton GKP per hektar. Setelah
dikeringkan susut 18 %, maka hasilnya 5,74 ton GKG per
hektar. Harga 1 kg GKG adalah 3.500. Maka hasil yang
diperoleh adalah 5.740 kg x 3.500 = 20.090.000

Keuntungan
= HPendapatan – Biaya Pengeluaran
= 20.090.000 – 5.080.000
= 15.010.000

Bila dalam 1 musim tanam adalah 4 bulan, berarti dalam 1


bulan keuntungannya
= 15.010.000 : 4
= 3.752.5000

B. Resiko Usahatani
Kegiatan usahatani merupakan suatu pengorganisasian
produksi dimana petani sebagai pelaku usaha yang mengelola
modal, tenaga kerja, dan lahan yang bertujuan untuk
menghasilkan produksi tertentu baik dalam segi output
pertanian maupun sisi pendapatan. Sebagai pelaku usahatani

54 Perencanaan & Resiko Usahatani


tentu selalu dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan
kendala usaha yang harus sesegera mungkin untuk diantisipasi.
Permasalahan yang umum seperti apa yang harus ditanam oleh
petani harus dapat memperoleh keuntungan.

Salah satu ketidakpastian dalam usahatani ialah adanya


fluktuasi harga maupun fluktuasi produksi hasil pertanian
(Soekartawi et al., 1993). Misalnya fluktuasi hasil produksi
pertanian dalam usahatani padi umumnya disebabkan oleh
kondisi iklim yang tidak menentu, dan serangan hama
penyakit. Sedangkan dari sisi fluktuasi harga dapat disebabkan
oleh harga beras lokal terhadap beras impor.

Pengambilan keputusan dalam mengalokasikan input


usahatani sangat dipengaruhi oleh sikap dari pelaku usahatani
(petani) yaitu jika petani berani mengambil resiko maka
pengalokasian input usahatani dapat lebih efisien. Menurut
Arsyad (1995) perilaku dari pelaku usahatani (petani) dalam
menghadapi resiko terbagi menjadi tiga jenis fungsi utilitas,
antara lain:

a. Fungsi utilitas untuk risk averter atau dapat dikatakan


sebagai orang yang cenderung menghindari resiko
b. Fungsi utilitas untuk risk neutral atau dapat dikatakan
sebagai orang yang bersikap netral terhadap resiko
c. Fungsi utilitas untuk risk lover atau dapat dikatakan sebagai
orang yang berani mengambil resiko

Dalam setiap perencanaan kegiatan tentunya akan selalu


dihadapkan dengan berbagai macam pertimbangan antara
sesuatu yang harus dikorbankan dan manfaat yang akan
diterima. Sama halnya dengan sektor produksi, pada setiap
kebutuhan ekonomi harus ada perhitungan antara hasil yang

Perencanaan & Resiko Usahatani 55


ingin dicapai dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
mencapai hasil tersebut. Begitu juga pada sektor usahatani
dimana kegiatan tersebut harus dianalogikan sebagai sebuah
perusahaan, agar biaya dan hasil yang diperoleh harus
mempunyai perhitungan untuk mengetahui pendapatan serta
tingkat efisiensi maupu resiko dari kegiatan usahatani tersebut.

Menurut Ichsan (1998) untuk menganalisis resiko


usahatani dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif didasarkan pada penelitian subjektif dari
pengambilan keputusan. Sedangkan pendekatan kuantitatif
didasarkan pada penghitungan dari nilai hasil yang ingin
dicapai sebagai indikator probabilitas dari investasi dan ragam
(variance) dan standard deviasi sebagai indikator resiko.

Menurut Kadarsan (1995), hubungan antara resiko dan


pendapatan usahatani adalah aspek yang penting dalam
kegiatan usahatani. Hubungan tersebut umumnya diukur
dengan koefisien variasi atau tingkat resiko terendah dan batas
minimum pendapatan. Koefisien variasi atau tingkat resiko
terendah ialah perbandingan antara resiko yang ditanggung
oleh pelaku usahatani dengan jumlah pendapatan yang akan
diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang
diinvestasikan dalam kegiatan produksi, koefisien variasi juga
digunakan dalam pemilihan alternatif yang memberikan resiko
paling sedikit dalam mengharapkan usatu hasil.

Sebagai contoh dalam meminimalkan resiko usahatani


ialah dengan mengasuransikan kegiatan usahatani. Hal ini
dilakukan agar pelaku usahatani dapat terlindungi dari resiko
gagal panen dan resiko harga produk jatuh pada saat panen
raya (over supply). Namun masih banyak pelaku usahatani
56 Perencanaan & Resiko Usahatani
(petani) yang enggan mengasuransikan usahataninya dengan
alasan seperti biaya premi yang tinggi sehingga petani
kesulitan dalam membayar premi, kurangnya kepercayaan
terhadap perusahaan asuransi dan proses administrasi asuransi
yang dianggap berbelit oleh petani.

Pada dasarnya prinsip asuransi dalam usahatani terdiri


dari tiga prinsip, antara lain:
a. Risk spreading dan risk pooling yaitu Risk spreading dapat
diartikan sebagai pelaku usahatani membagikan resiko yang
sama terhadap perusahaan penyedia jasa asuransi,
sedangkan risk pooling merupakan pelaku usahatani yang
memiliki resiko berbeda menggabungkan resiko tersebut
dalam satu wadah secara bersamaan.

b. Insurable risk yang berarti bahwa segala resiko yang


mungkin akan terjadi layak secara ekonomis untuk dapat
diasuransikan.
c. Rational for buying insurance yang berarti bahwa
pembelian asuransi harus rasional dari segi ekonomi.

Terdapatnya berbagai fasilitas kredit usahatani dan


asuransi usahatani tentunya mampu meringankan beban atau
kendala yang dihadapi oleh pelaku usahatani sehingga
diharapkan petani dapat melakukan kegiatan usahatani menjadi
lebih baik. Situasi yang dibutuhkan untuk dapat membentuk
sistem asuransi pertanian yang rasional bagi pelaku usahatani
dan secara ekonomi dapat dikatakan layak bagi perusahaan
penyedia asuransi antara lain:

a. Pelaku usahatani yang menjadi peserta asuransi harus


dalam jumlah yang cukup banyak, yang dirapkan dengan

Perencanaan & Resiko Usahatani 57


mewajibkan pelaku usahatani penerima kredit asuransi
membeli plosi asuransi usahatani.
b. Pelaku usahatani harus menyetujui pengaplikasian
teknologi yang direkomendasikan dan adanya jasa dari
perbankan yang menyalurkan kredit sekaligus menjadi agen
asuransi dan dokumen klaim serta pembayaran klaim yang
telah disepakati oleh perusahaan penyedia asuransi.
c. Adanya dukungan penuh dari Departemen Pertanian,
terutama dalam kegiatan inspeksi resiko dan penilaian
kerugian serta pengaturan asuransi usahatani yang
dilakukan secara terpusat.
d. Adanya tenaga ahli yang memiliki pengalaman khusus
dalam bidang asuransi usahatani yang dimiliki oleh
perusahaan penyedia asuransi usahatani, misalnya tim
agronomi atau tim penilai kelayakan usahatani.
e. Perlunya kegiatan trial and error sebelum kegiatan asuransi
usahatani dilaksanakan supaya dapat dirumuskan
bagaimana model asuransi yang tepat sesuai dengan kondisi
riil di lapangan.
f. Perlunya kegiatan studi banding dengan berbagai negara
yang sudah berhasil dalam penyelenggaran asuransi
usahatani baik dengan menggunakan fasilitas secara online
atau langsung mengunjungi negara tersebut.

Berdasarkan kondisi dan persayaratan yang sudah


dipaparkan tersebut tentunya diharapkan asuransi usahatani di
Indonesia dapat terlaksana secara tepat. Dengan adanya kredit
usahatani dan asuransi usahatani diharapkan mampu
membantu pelaku usahatani untuk menjalankan kegiatan
usahatani secara lebih baik dan efisien.

58 Perencanaan & Resiko Usahatani


Studi Kasus Resiko Usahatani

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rarasati (2015)


yang melakukan penelitian tentang Analisis Resiko pada
Usahatani Kedelai dan Jagung di Kabupaten Grobogan
memperoleh hasil dimana sarana produksi yang digunakan
dalam usahatani jagung antara lain pupuk phonska, puuk TSP,
pupuk organik, pupuk urea, dan pupuk ZA. Biaya lain yang
dikeluarkan oleh petani meliputi biaya sewa lahan, dan
kegiatan upacara adat seperti selametan. Total biaya yang
dikeluarkan petani dalam melakukan usahatani jagung dengan
rata-rata luasan lahan sebesar 0,368 Ha ialah sebesar
Rp.1.632.944,00 dengan nilai konversi dalam bentuk 1 Ha
lahan sebesar Rp.4.435.271,00.
Tabel 2. Komponen Biaya Produksi Usahatani Jagung
Input Kebutuhan Biaya Kebutuhan Biaya
Per Per Per Per
Usahatani Usahatani Hektar Hektar
(Rp) (Rp)
Benih (Kg) 5,4 386.838 14,73 1.050.618
Pupuk (Kg) :
a. Phonska 99 253.578 268 688.695
b. Organik 66 5.875 180 15.956
c. TSP 18 40.313 48 109.485
d. Urea 123 244.237 333 663.326
e. ZA 4 6.238 10 16.941
Pestisida 0,57 24.750 2 67.219
(liter)
Fungisida (gr) 8 1000 20 2.716
Lain-lain 670.115 1.819.976
Jumlah 1.632.944 4.435.271
Sumber : Rarasati (2015)

Perencanaan & Resiko Usahatani 59


Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jagung
Tenaga Kebutuhan Biaya Kebutuhan Biaya
Kerja Per Per Per Per
Usahatani Usahatani Hektar Hektar
(Rp) (Rp)
Pengolahan 2 183.000 5 497.012
lahan
Penanaman 5 214.188 12 581.715
Penyiangan 2 160.750 6 436.583
Pengairan 0 0 0 0
Pengendalian 0 0 1 86.909
hama
Panen 4 242.563 12 658.779
Pasca panen 1 68.438 4 185.870
Jumlah 14 1.632.944 39 2.446.870
Sumber : Rarasati (2015)

Selain itu, dari sisi iklim (peluang hujan)


pemilihan usahatani jagung dilakukan pada bulan Juni
sampai bulan Desember karena pada rentang waktu
tersebut memiliki rata-rata curah hujan yang cukup tinggi.
Dari segi produksi jagung adalah komoditas
unggulan yang dibudidayakan di Kabupaten Grobogan.
Mayoritas varietas yang digunakan ialah varietas jagung
hibrida berwarna kuning. Jumlah produksi jagung di
daerah penelitian sebesar 5.603 Kg/Ha. jumlah tersebut
termasuk jumlah produksi yang besar, karena jumlah
produksi maksimal yang dicapai bias mencapai
5.700 Kg/Ha di di Kabupaten Grobongan.
Harga jual jagung pada tingkat petani berada
pada kisaran harga Rp.2000/Kg sampai Rp.3000/Kg

60 Perencanaan & Resiko Usahatani


dalam bentuk kering pipil. Pendapatan rata-rata usahatani
jagung sebesar Rp.2.072.996/0,368 Ha. Produksi total
untuk komoditas jagung sebesar 224.137,23/Kg.
sedangkan rata-rata produksi jagung oleh petani
responden sebesar 5.603,43 Kg. Standar deviasi produksi
jagung diperoleh sebesar 2.152,65 sedangkan koefisien
variasi sebesar 0,38 yang berarti produksi jagung
memiliki tingkat resiko yang rendah sebab nilai CV<0,5.
Pada tingkat resiko iklim diperoleh standar deviasi iklim
sebesar 645,8 dan koefisien variasi 0,33 yang berarti
resiko iklim rendah karena nilai CV<0,5.
Pada sisi harga jual jagung sebesar Rp.94.600
dengan rata-rata harga sebesar Rp.2.365 dan diperoleh
standar deviasi sebesar 315 dan koefisien variasi sebesar
0,13 yang berarti tingkat resiko usahatani jagung rendah
karena nilai CV<0,5. Pada resiko pendapatan diketahui
total pendapatan sebesar Rp.82.922.528 dengan rata-rata
sebesar Rp.2.073.061 dengan standar deviasi
sebesar 1.549.402 dan koefisien 0,75 yang berarti resiko
pendapatan usahatani jagung rendah kerena nilai CV<0,5.

Perencanaan & Resiko Usahatani 61


5
METODE ANALISIS USAHATANI
5. Metode analisis Usahatani
A. Analisis Data Sederhana
Analisis ini juga dinamakan analisis tabulasi data, yang
meliputi beberapa tahapan kegiatan, yaitu :
a. Menyusun sistem klasifikasi data
Data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu data
diskrit dan data kontinyu. Data diskrit adalah data yang
memiliki bilangan terbatas, sedangkan data kontinyu memiliki
bilangan yang tidak terbatas.

b. Menentukan macam variabel


Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai
baik dalam bentuk angka (seperti jumlah anak, jumlah
pemilikan alat pertanian) atau bukan dalam bentuk angka
(seperti benar atau salah, tanaman pokok apa yang ditanam,
pelaksanaan panen dilakukan secara gotong-royong atau
sendiri).

Variabel continous: digunakan untuk tujuan praktis,


selalu berbentuk angka, dalam teori dapat mempunyai bilangan
yang tidak terbatas dalam jarak jangkau tertentu, misalnya:

62 Metode analisis Usahatani


produksi/ha, biaya-biaya saprodi, tetapi dalam prakteknya
kadang penggunaannya kabur.

c. Menentukan kelas
Klasifikasi data memerlukan pengelompokan data ke
dalam kelas berdasarkan nilai sebuah atau beberapa buah
variabel. Contoh : Data diskrit (0 – 9 ; 10 – 19), data kontinyu
(0,0 – 0,9 ; 1,0 – 1,9).

d. Menentukan macam tabel yang digunakan


Terdapat beberapa macam tabel:
1. Tabel untuk tujuan umum: menyajikan gambaran ikhtisar
untuk menyajikan data primer yang amat banyak agar
mudah untuk dibaca. Contohnya sebagai berikut:
Tabel 4. Contoh tabel tujuan umum
No Data Frekuensi Keterangan
Sensus
Untuk semua rumah
1. rumah 1 kali
tangga
tangga
Pencatatatan kekayaan
Inventaris Tiap
2. rumahtangga berupa
ternak tahun
ternak/alat pertanian
Pencatatan tentang
macam dan nilai
Inventaris
Tiap 15 , transaksi, meliputi arus
3. alat
20 hari uang keluar dan masuk
pertanian
barang dan jasa pada
rumah tangga.

2. Tabel untuk tujuan khusus: tahapan yang lebih lanjut di


dalam analisis, tabel-tabel tersebut dibuat untuk
memperjelas beberapa bagian yang tidak terpisah dari

Metode analisis Usahatani 63


kegiatan penelitian keseluruhannya. Data diolah sebagai
rata-rata, indeks, persen dan sebagainya. Contohnya adalah
sebagai berikut:
a) Satu dimensi arah
Tabel 5.Contoh tabel satu dimensi arah
No Macam Pengeluaran Rupiah Persen
(Rp) (%)
1. Sewa alat 1.000 16,7
2. Upah buruh 2.000 33,3
3. Pembelian bibit 3.000 50
Total 6.000 100

b) Dua dimensi arah (berdasarkan varietas padi dan status


petani)
Tabel 6. Contoh tabel dua dimensi arah
Varietas Padi
Rata-
No Status Petani
Unggul Lokal rata

1. Petani Pemilik 100 50 50


penggarap
2. Petani bagi hasil 70 20 45

c) Tiga dimensi arah (berdasarkan tahun, musim,


kecamatan)
Tabel 7. Contoh tabel tiga dimensi arah
Kec. Leces Kec. Kraksan
No Tahun Musim Musim Musim Musim
hujan kemarau hujan kemarau
1. 1970-1971
2. 1971-1972
Rata-rata

64 Metode analisis Usahatani


e. Penyajian data dengan gambar
1) Grafik: dengan dua variabel
2) Diagram tebar: untuk menunjukkan hubungan antara 2
variabel di dalam data yang tidak jelas menunjukkan
rangkaian kesatuan.
3) Histogram
4) Gambar Balok
5) Pie Chart

B. Analisis Program Linear


Analisis program linier adalah analisis dengan
menggunakan model matematika untuk memperoleh pilihan
terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Bersifat linier
dikarenakan variabel-variabel yang membentuk model
dianggap linier. Tujuan dari analisis regresi linier yaitu untuk
memilih kombinasi dari beberapa alternatif yang optimum.
Pilihan optimum dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan
ataupun meminimalkan fungsi tujuan dengan syarat bersifat
linier.

Menurut Soekartawi (1992) Linear Programming (LP)


adalah suatu metoda analisis yang variabelnya disusun dengan
persamaan linier. Kegunaan analisis program linier untuk
penelitian usahatani kadang-kadang terbatas karena asumsi-
asumsi yang digunakan. Asumsi linier dapat menghitung
pendapatan kotor dan kebutuhan pemakaian sumberdaya untuk
perencanaan tertentu, yang berarti bahwa setiap kegiatan
berlaku asumsi kenaikan hasil yang tetap. Asumsi ini tidak
selamanya benar, karena itu disajikan sebagai beberapa
segmen yang linier bersambungan.

Program linier merupakan suatu metode matematik yang


bertujuan untuk memaksimumkan satu atau beberapa fungsi
Metode analisis Usahatani 65
tujuan yang linier di bawah beberapa kendala yang linier pula.
Teknik progam linier dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1) Meminimalkan biaya untuk mendapatkan total penerimaan
atau total keuntungan sebesar mungkin (program minimisasi
atau minimumkan); dan (2) Memaksimalkan total penerimaan
atau total keuntungan terhadap masalah keterbatasan
sumberdaya (program maksimasi atau memaksimumkan).

Programasi linier menurut Nasendi dan Anwar (1985)


adalah model yang didukung oleh lima macam asumsi yang
menjadi tulang punggung model ini. Beberapa ciri khas model
asumsi tersebut adalah:

1. Addivitas
Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu
kriteria optimasi (koefisien peubah pengambil keputusan
dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu-
individu dalam model programasi linier.

2. Deterministik
Asumsi ini menghendaki agar semua parameter dalam
model programasi linier tetap dan diketahui atau ditentukan
secara pasti.

3. Divisibilitas
Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah
pengambil keputusan, jika diperlukan dapat dibagi kedalam
pecahan-pecahan.

4. Linearitas
Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara
input yang satu dengan input yang lainnya atau untuk suatu

66 Metode analisis Usahatani


input dengan output besarnya tetap dan terlepas (tidak
tergantung) pada tingkat produksi.

5. Proporsionalitas
Asumsi ini menyatakan bahwa jika peubah pengambil
keputusan berubah maka dampak perubahannya akan
menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan
dan juga pada kendalanya.

Menurut Nasendi dan Anwar (1985) model dasar atau


model baku programasi linier dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Fungsi tujuan: optimumkan (maksimumkan atau


minimumkan)

Z=C1X1 + C2X2 + ….. + CnXn

Kendala: a11X1 + a12X2 + ….. + a1nXn ≤ b1


a21X1 + a22X2 + ….. + a2nXa ≤ b2
: : : : : : :
: : : : : : :
: : : : : : :
Am1X1 + am2X2 + ….. + amnXa ≤ bm
Syarat non negatif:
Xj ≥ 0, untuk j = 1,2, ……,n
Dalam bentuk kompaknya:

Optimumkan:
n
Z = ∑ CjXj, untuk j = 1,2,…
J=1

Metode analisis Usahatani 67


Kendala:
n
∑ CijXj≤bi, untuk i = 1,2,…,m dan Xj≥0
J=1

Keterangan:
Cj = Parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau
koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi
tujuan
Xj = Peubah pengambil keputusan atau kegiatan (yang ingin
dicari: yang tidak diketahui)
aij = Koefisien teknologi peubah pengambil keputusan
(kegiatan yang bersangkutan) dalam kendala ke-i yang
diperlukan untuk memproduksi satu satuan Xj
bi = Sumberdaya yang terbatas, yang membatasi usaha atau
kegiatan yang bersangkutan; disebut juga konstanta
atau ―nilai sebelah kanan‖ dari kendala ke-i
Z = Nilai scalar kriteria pengambilan keputusan; suatu
fungsi tujuan.

Rumusan model programasi linier tersebut menurut


Nasendi dan Anwar (1985) ada tiga unsur penting yang harus
dipenuhi oleh persoalan programasi linier untuk dapat
dirumuskan secara matematis, yaitu:
1. Suatu fungsi tujuan,
2. Berbagai kendala fungsional, dan
3. Kendala tidak boleh negatif (atau syarat ikatan non negatif).

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan


bahwa penggunaan model linear programming adalah
mengoptimalkan alokasi sumberdaya yang terbatas sehingga
diperoleh pendapatan maksimum atau meminimumkan biaya

68 Metode analisis Usahatani


dalam upaya tetap mendapatkan total penerimaan atau total
keuntungan sebesar mungkin.

Software yang dapat menyelesaikan masalah dalam


menggunakan metoda linear programming adalah software
QM. Software POM/QM for Windows adalah sebuah software
yang dirancang untuk melakukan perhitungan yang diperlukan
pihak manajemen untuk mengambil keputusan di bidang
produksi dan pemasaran. Software ini dirancang oleh Howard
J. Weiss tahun 1996 untuk membantu manajer produksi
khususnya dalam menyusun prakiraan dan anggaran untuk
produksi bahan baku menjadi produk jadi atau setengah jadi
dalam proses pabrikasi. Software ini dirancang hanya untuk
membantu perhitungannya saja sehingga kita harus dapat
menginterpretasikan masalah dan teori programasi linier.

Langkah – langkah Pengoperasian Program QM


1. Bukalah program QM yang telah terinstal di komputer
anda.

2. Secara otomatis nantinya akan diarahkan pada menu


Module untuk memilih salah satu metode yang akan

Metode analisis Usahatani 69


digunakan dalam pemecahan masalah yaitu Linear
Programming.

3. Kemudian Pilihlah menu File, New

70 Metode analisis Usahatani


4. Lalu akan muncul kotak pilihan seperti contoh berikut ini:

- Ketikkan nama judul pada kolom Title bila ingin memberi


judul sesuai dengan yang diinginkan atau boleh dibiarkan
tanpa judul.
- Isi jumlah batasan pada kolom Number of Constraints.
- Isi jumlah variabel pada kolom Number of Variables.
- Pada Objective, pilihlah fungsi tujuan yang dikehendaki
yaitu Maximize atau Minimize.
- Ketika semua telah diisi sesuai dengan keinginan maka klik
OK.

Metode analisis Usahatani 71


5. Selanjutnya akan muncul tampilan seperti berikut ini.

Isi tabel di atas sesuai dengan bentuk matematis


permasalahan. Ubah nama variabel dan batasan tersebut sesuai
dengan yang diinginkan. Dapat juga mengganti tanda batasan
<= , =, >= hanya dengan mengklik kolom tandanya.

6. Jika telah mengisi tabel sesuai dengan keinginan, maka


langkah selanjutnya pilih menu File kemudian klik Solve
sehingga akan muncul tabel hasil analisis.

72 Metode analisis Usahatani


7. Setelah klik Solve, secara otomatis akan muncul tampilan
seperti berikut ini.

Kemudian untuk memunculkan tabel ranging, daftar


solusi iterasi, dan grafik analisis dengan cara mengklik salah
satu pilihan menu pada window seperti yang terlihat di atas.

a. Tampilan menu ranging

Metode analisis Usahatani 73


b. Tampilan Solution List

c. Tampilan tabel Iterasi

74 Metode analisis Usahatani


d. Contoh tampilan grafik

Masing – masing hasil analisis di atas, dapat


diinterpretasikan sesuai dengan data yang dihasilkan.

8. Dapat juga memperbaiki data awal yang pertama kali


dimasukkan dengan mengklik edit data pada pilihan menu
window di atas.

C. Efisiensi
Efisiensi dalam produksi merupakan ukuran
perbandingan antara output dan input. Konsep efisiensi
diperkenalkan oleh Michael Farrell dengan mendefinisikan
sebagai kemampuan organisasi produksi untuk menghasilkan
produksi tertentu pada tingkat biaya minimum
(Kusumawardani dan Sutopo, 2001).

Konsep efisiensi merupakan ukuran untuk menunjukkan


perbandingan antara input yang dikorbankan dengan output
yang dihasilkan. Penganalisis ekonomi memberikan batas

Metode analisis Usahatani 75


efisiensi sebagai alat ukur untuk menilai pilihan yang
dilakukan oleh produsen perusahaan ataupun usahatani (Lestari
dan Yudhanegara, 2015). Doll dan Orazam (1984)
mendefinisikan efisiensi sebagai jumlah output maksimal yang
mampu dihasilkan dengan penggunaan input tertentu atau
input paling minim. Menurut Farrel (1957) produksi maksimal
didefinisikan oleh produksi frontier. Mengukuran efisiensi
menyangkut pengukuran jarak titik data di observasi terhadap
frontirnya.

Menurut Komaruddin (1986), pertambahan efisiensi


dapat disebabkan oleh penggunaan system manajemen yang
modern, penggunaan sumber sumber yang bukan manusia,
mekanime yang dengan sendirinya dapat beradaptasi,
pemakaian alat-alat yang distandarisasikan dan dapat
ditukarkan satu sama lain, meninggalkan proses produksi yang
kompleks dan menggantinya dengan pekerjaan produksi yang
alternatif dan yang terakhir pengkhususan tugas tugas serta
pembagian kerja dan wewenang.

Menurut Farrel dalam Susantun (2000), efisiensi


dibedakan menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif,
dan efisiensi ekonomis.

1. Efisiensi teknis
Efisiensi teknis adalah kombinasi antara kemampuan
dan kapasitas unit ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat
output maksimum dari sejumlah input dan teknologi, yang
dihitung dengan cara melihat rasio input dan output. Efisiensi
teknis mengukur berapa produksi yang dapat dicapai suatu set
input tertentu. Besarnya produksi tersebut menjelaskan
keadaan pengetahuan teknis dan modal tetap yang dikuasai
oleh produsen. Suatu usaha dikatakan lebih efisien secara
76 Metode analisis Usahatani
teknis jika dengan menggunakan set input yang sama produk
yang dihasilkan lebih tinggi. Efisiensi teknis juga sering
disebut efisiensi jangka panjang. Efisiensi tehnik dapat dicari
dengan melihat penambahan input secara fisik yang digunakan
pengaruhnya terhadap penambahan produksi yang dihasilkan.
Bisa dihitung melalui elastisitas faktor produksi, secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:

atau

Dimana:
Ep = elastisitas produksi
Y = hasil produksi
X = faktor produksi
Y = perubahan produksi
X = perubahan input
MPP = marginal pyshical product
APP = average pyshical product

Bila penggunaan input hanya satu, nilai elastisitas


berkaitan dengan fungsi-fungsi produktifitasnya.Suatu
usahatani akan mencapai suatu tingkat menguntungkan apabila
tercapai nilai elastisitas berada diantara 0 dan 1 atau 0<Ep<1
yaitu antara daerah optimum dan maksimum atau berada pada
daerah rasional, maka tingkat efisiensi akan tercapai bila nilai
APP=MPP.

Metode analisis Usahatani 77


Hubungan antara kurva APP dan MPP dijelaskan
dengan gambar berikut ini:
Y

III TPP Y=f(x)


I II

0 APP
X
MPP
Gambar 3. Kurva Produksi

2. Efisiensi alokatif
Efisiensi alokatif menurut Setiawan (2010), adalah
kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroprasi pada
nilai produk marginal sama dengan biaya marginal. Efisiensi
alokatif yaitu efisiensi yang dicapai apabila produsen
memperoleh keuntungan dari usahanya akibat dari harga.
Pengukuran efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang
dihitung dari nilai NPMx/Px. Efisiensi alokatif akan tercapai
jika penambahan faktor produksi mampu memaksimumkan
keuntungan yaitu menyamakan produk marjinal sietiap faktor
produksi dan harganya. Secara matematis dirumuskan sebagai
berikut:
NPMxi
NPMxi  Pxi , atau  1
Px

Uji efisiensi alokatif dimaksudkan untuk mengetahui


rasionalitas petani dalam melakukan kegiatan usahatani dengan

78 Metode analisis Usahatani


tujuan mencapai keuntungan maksimal. Keuntungan maksimal
akan tercapai jika semua faktor produksi telah dialokasikan
secara optimal. Situasi yang diharapkan terjadi kalau petani
mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginalnya
(NPM) untu suatu input sama dengan harga input tersebut,
namun kenyataannya petani bekerja dalam ketidakpastian
mengenai harga input dan faktor ektern lainnya. Penggunaan
input optimum dicari dengan melihat nilai tambahan dari satu
satuan biaya dari input yang digunakan dengan satu satuan
output yang dihasilkan. Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:

▲Y.Py = ▲X.Px atau =▲Y = Px


▲X Py
MPP = Px
Py
NPMxi = MPP. Py
Y
= i . . Py
xi
βi = MPP. 1
APP
MPP = βi . APP
y x
EP = . =β
x y

Dimana:
NPMxi = Nilai produk marginal faktor produksi ke-i
Pxi = Harga faktor produksi ke-i
βi = Koefisien regresi xi

Metode analisis Usahatani 79


Suatu usahatani akan menguntungkan apabila setiap
penambahan nilai output selalu lebih besar daripada setiap
penambahan nilai input atau ▲Y.Py > ▲X.Px . Dan
keuntungan akan berhenti pada saat garis harga menyinggung
garis TPP atau ▲Y.Py = ▲X.Px (Soekartawi,1993).

Atau dapat pula menggunakan kriteria pengujiannya


untuk melihat efisiensi harganya, sebagai berikut :

NPMxi
 1 , artinya pada harga yang berlaku saat penelitian,
Px
secara ekonomis penggunaan faktor produksi
optimum atau efisien.

NPMxi
>1, artinya pada harga yang berlaku saat penelitian,
Px
secara ekonomis penggunaan faktor produksi
belum optimum atau efisien.

NPMxi
<1, artinya pada harga yang berlaku saat penelitian,
Px
secara ekonomis penggunaan faktor produksi
melebihi kondisi optimum atau tidak efisien.

3. Efisiensi ekonomis
Efisiensi ekonomis merupakan produk dari efisiensi
teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi ekonomis akan tercapai
bila kedua efisiensi tersebut tercapai sehingga dapat dituliskan
sebagai berikut EE=ET.EA (Susantun, 2000). Menurut
Warsana (2007), efisiensi ekonomis akan tercapai jika
terpenuhi dua kondisi berikut :

80 Metode analisis Usahatani


a. Proses produksi harus berada pada tahap kedua yaitu pada
waktu 0 ≤ Ep ≤ 1
b. Kondisi keuntungan maksimum tercapai, dimana value
marginal product sama dengan marginal cost resource.
Jadi efisiensi ekonomis akan tercapai jika keuntungan
maksimum tercapai.

Terdapat beberapa perhitungan data efisiensi dengan


menggunakan analisis data yaitu sebagai berikut:

1. Data Envelopment Analysis (DEA)


Data Envelopment Analysis (DEA) pertama kali
dikemukaan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun
1978. DEA merupakan metode yang menggunakan dasar linier
programing dengan membandingkan inefisiensi perusahaan
dengan best practice pada kelompok yang sama. Menurut
Avkiran (1999) DEA merupakan alat untuk mengukur efisiensi
dengan menghubungkan input dan output yang bervariasi
dimana sebelumnya tidak dapat diakomodasikan melalui
analisis rasio tradisional. Coelli et al. (2005) mengartikan DEA
merupakan suatu teknik pemrograman matematis yang
digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari sebuah
kumpulan Deccision Making Unit (DMU) dalam mengelola
input sehingga menjadi hasil atau output.

DEA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi


komparatif dari operasi homogen seperti sekolah, perusahaan,
usahatani dan lain-lain (Thanassoulis, 2001). DEA bertujuan
untuk melakukan evaluasi kinerja DMU dengan
membandingkan nilai efisiensi relatif terhadap DMU yang
sebanding. Selanjutnya DMU akan membentuk garis frontier.
DEA mengasumsikan bahwa tidak semua entitas adalah
efisien. Metode DEA memungkinkan adanya DMU dengan
Metode analisis Usahatani 81
nilai efisiensi 1 dan dapat melihat sumber inefisiensi dengan
ukuran peningkatan potensial dari masing-masing input dan
output (Endri, 2011).

Menurut Coelli (1998), DEA memiliki beberapa


kelebihan dibanding metode lain, diantaranya:
a. DEA Tidak memerlukan suatu spesifikasi fungsi untuk
frontier produksi dan menghindari asumsi distribusi
inefisiensi
b. DEA dapat menggunakan input dan output lebih dari satu
c. DEA dapat mengidentifikasi kombinasi terbaik dari setiap
DMU
d. DEA dapat memberikan gambaran efisien relatif setiap
DMU terhadap DMU lain.

Selain itu Coelli (1998) juga menjelaskan bahwa Data


Envelopment Analysis (DEA) juga memiliki beberapa
kekurangan diantaranya:
a. Sampel bersifat spesifik
b. Menggunakan extreme point technique, dimanan kesalahan
dalam pengukuran dapat berakibat fatal
c. Hanya mengukur efisiensi relatif DMU, bukan efisiensi
absolut
d. Uji hipotesis secara statistik sulit dilakukan
e. Hasil estimasi nilai efisiensi dapat berubah jika jumlah
DMU ditambah ataupun dikurangi.

Charnes, et al. (1978) memperkenalkan dua model DEA


diantaranya CCR dan BBC:

a. DEA model CCR


Mode CCR menggunakan asumsi dasar Constant Return
to Scale (CRS). CRS berarti rasio antara penambahan atau

82 Metode analisis Usahatani


pengurangan input dan output adalah sama, jika input x
ditambah atau dikurangi sebesar satu satuan, maka output akan
bertambah atau berkurang sebesar satu satuan. Model ini
menggunakan linier programing dimana terdiri dari fungsi
tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan model CCR yaitu
memaksimalkan jumlah output dari unit yang akan diukur
produktifitas relatifnya dan selisih jumlah output dan input dari
semua unit yang akan diukur produktifitasnya. Sedangkan
fungsi kendala adalah batas atau kendala yang ingin dicapai
dan didasarkan pada ketersediaan sumberdaya yang ada. Selain
itu, model CCR juga mengasumsikan bahwa perusahaan atau
DMU beroperasi pada skala optimal. CRS juga disebut sebagai
Overall Technical Efficiency (OTE) atau efisiensi secara
keseluruhan. CRS dapat diukur dengan orientasi input ataupun
output. Dikatan berorientasi pada input jika perusahaan atau
DMU mempunyai kontrol yang lebih terhadap input dari pada
output. Dikatakan berorientasi pada output ketika perusahaan
atau DMU mempunyai kontrol yang lebih terhadap output
daripada input.

b. DEA model BBC


Model BCC diasumsikan bahwa tidak semua perusahaan
atau DMU mampu berusaha pada skala optimal, hal ini
dikarenakan adanya persaingan tidak sempurna, kendala
keuangan dan lain-lain. Model BCC ini menggunakan asumsi
Variabel Return to Scale (VRS) yang berarti bahwa perubahan
input dan output pada perusahaan atau DMU tidak harus linier,
dimana penambahan satu satuan input bisa memungkinkan
terjadinya peningkatan output lebih basar atau lebih kecil dari
satu satuan yang memungkinkan terjadinya Increasing Return
to Scale (IRS) atau Decreasing Return to Scale (DRS). VRS
juga dapat digunakan pada orientasi input ataupun output.
Metode analisis Usahatani 83
Dikatan berorientasi pada input jika perusahaan atau DMU
mempunyai kontrol yang lebih terhadap input dari pada output.
Dikatakan berorientasi pada output ketika perusahaan atau
DMU mempunyai kontrol yang lebih terhadap output daripada
input.

Skala Efisiensi digunakan untuk mengukur apakah


DMU beroperasi pada skala optimal atau tidak. Skala efisiensi
mempunyai nilai 1 atau dengan asumsi Constant Return to
Scale (CRS). Jika skala efisiensi kurang dari 1, maka hal
tersebut mengindikasikan adanya ketidakefisienan. Secara
matematis skala efisiensi dapat dituliskan sebagai berikut:

SE = OE/TE

Dimana:
SE : Skala Efisiensi
OE : Overall Efficiency (Model CRS)
TE : Technical Efficiency (Model VRS)

Jika perhitungan DMU efisien menurut VRS akan tetapi


inefisien menurut CRS ataupun sebaliknya. Maka DMU
memiliki inefisiensi skala. DMU dikatakan efisien (nilai SE=1)
ketika perhitungan DMU menunjukkan nilai yang sama antara
model CRS dan VRS (Coelli,1998).

Efisiensi Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu meliputi:

a. Orientasi Input
Ilustrasi penggunaan input pada metode DEA dengan
CRS dan VRS dilakukan dengan slack movement dan radial
movement. Gambar dibawah menjelaskan penggunaan DEA
dengan orientasi input, ketika A dan B tidak efisien secara
teknis, akan tetapi titik C dan D efisien secara teknis. Titik A
84 Metode analisis Usahatani
dan B menurunkan masing masing input ke titik A’ dan B’
sehingga pada titik tersebut merupakan titik efisien secara
teknis. Proses penurunan input dari titik A ke A’ dan B ke B’
disebut dengan radial movement. Walauput titik A’ telah
efisien secara teknis namun masih bisa bergerak ke titik C
dengan mengurangi input X2 untuk menghasilkan ouput yang
sama. Perpindahan titik A’ ke titik C disebut slack movement,
slack disini dapat menurunkan input atau menaikkan output.
X2/Y

Slack Movement
S A

A’

Radial Movement
C

B’
S’
D

O X1/Y
Gambar 4. Kurva metode DEA orientasi input

b. Orientasi Output
Pada gambar dibawah menjelaskan DEA berorientasi
pada output. Output P dan Q dapat ditingkatkan ke titik P’ dan
Q’ dengan menggunakan input yang tetap. Proses perpindahan
ini disebut radial movement. Titik P’ dapat bergerak ke titik R
untuk meningkatkan output Y2 dan pergerakan ini disebut
dengan output slack movement.

Metode analisis Usahatani 85


Y1
Slack Movement

P’ R
Radial Movement
Q’

S
Y1

Y2
O
Gambar 5. Kurva Metode DEA orientasi output

2. Frontier
Dalam kegiatan produksi pihak produsen tidak selalu
dalam keadaan produksi dalam tingkat maksimum, jika
digambarkan dalam kurva produksi output yang dihasilkan
tidak terletak pada garis luar fungsi produksi dalam
penggunaan input tertentu. Menurut Coelli et al. (2005), fungsi
produksi frontier dapat mengestimasi tingkat efisiensi dari
suatu kegiatan usahatani yang diperoleh dari kombinasi antara
output yang dihasilkan dan produktivitas maksimal yang dapat
dihasilkan. Pada umumnya konsep fungsi produksi frontier
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan input
agar dapat menghasilkan output dengan tingkat yang
maksmimal. Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi
yang paling praktis dalam penerapannya yang dapat
menggambarkan output maksimal yang dapat dihasilkan dari
kombinasi penggunaan input pada kuantitas dan teknologi
tertentu (Doll dan Orazem, 1984).
86 Metode analisis Usahatani
Dalam mengestimasi fungsi produksi frontier terdapat
dua metode yaitu dengan menggunakan pendekatan parametrik
melalui metode frontier stokastik (Stochastic Frontier Method)
dan menggunakan pendekatan nonparametrik yaitu melalui
metode DEA (Data Envelopment Analysis). Menurut Sharma
et al. (2003), metode SFA (Stochastic Frontier Method) adalah
metode yang lebih baik jika dibandingkan dengan DEA (Data
Envelopment Analysis) dengan alasan bahwa metode SFA
dapat menunjukkan informasi mengenai faktor inefisiensi yang
menjadi variabel penjelas bahwa output yang dihasilkan tidak
selalu sama dengan produksi frontier nya dan metode SFA
dapat memperkirakan data yang memungkinkan untuk
mengukur tingkat efisiensi tidak hanya dalam tingkat
responden namun dapat memungkinkan mencari tingkat
efisiensi antar waktu.

a. Fungsi produksi deterministic frontier


Fungsi produksi deterministik pada awalnya
dikemukakan oleh Aigner dan Chu (1968) yang berpendapat
bahwa fungsi produksi memberikan informasi mengenai
produktivitas maksimum dengan variasi penggunaan input
dalam kuantitas tertentu yang dapat dinyatakan dalam rumus
matematis sebagai berikut:

Yi = f (Xi ; β). e – ui ,i = 1, 2, …… N

Diketahui f (Xi ; β) merupakan fungsi Cobb-Douglas


atau Translog dimana β ialah parameter yang akan dicari nilai
estimasinya dan ui merupakan random variable atau variabel
acak yang bernilai positif yang dihubungkan dengan faktor-
faktor spesifik dari responden yang berpengaruh terhadap
tingkat efisiensi yang tidak maksimal (Battese, 1992). Pada
model ini dikatakan bahwa produsen hanya bisa berproduksi
Metode analisis Usahatani 87
pada pada garis batas produksi, Asmara (2017)
menggambarkan kurva deterministik frontier dan efisiensi
teknis sebagai berikut:

Gambar 6. Kurva deterministic frontier

Melalui gambar diatas dapat diketahui dimana garis OX4


ialah batas produksi (Production Frontier) yang
menggambarkan produksi maksimal yang dapat dihasilkan dari
kombinasi input tertentu. Produsen dapat berproduksi
disepanjang garis OX4. Apabila produsen berproduksi antara
titik X2 dan X1 maka produsen tersebut telah mengasilkan
output yang efisien. Namun bila produsen hanya bisa
berproduksi pada garis batas titik X1 maka produsen belum
dapat menghasilkan output secara efisien.

Pada persamaan di atas dimana terdapat variabel ui dan


diasosiasikan dengan efisiensi teknis dari produsen tertentu
maka dapat diketahui bahwa nilai exp (-ui) memiliki nilai
diantara nol hingga satu. Maka output (Yi) diperkirakan berda
dibawah f (Xi ; β), maka diperoleh persamaan sebagai berikut:

88 Metode analisis Usahatani


Yi ≤ (Xi ; β) , i = 1, 2, …… N

Kelemahan dari deterministic frontier ialah tidak


mampu menunjukkan residual ui menjadi pengaruh efisiensi
yan tidak dapat diketahui. Sehingga diperoleh nilai inefisiensi
yang relatif besar yang dipengaruhi oleh dua komponen error
sekaligus.

Model ini juga tidak mempunyai ukuran untuk


mengestimasi pengaruh lain dari faktor error dan pengganggu
yang berada diatas Production Frontier. Sehingga hasil
inefisiensi teknis diasumsikan dari semua penyimpangan, yang
mengakibatkan nilai inefisiensi yang relatif tinggi (Coelli et
all, 2005).

b. Fungsi produksi stochastic frontier


Fungsi produksi Stochastic Frontier merupakan model
perluasan dari deterministik frontier model ini pertama kali
diperkenalkan oleh Aigner, et al. (1977). Model ini bertujuan
untuk mengukur Stochastic Effect atau efek yang tidak terduga
dalam batas produksi. Fungsi produksi Stochastic Frontier
juga merukan bentuk fungsi dari biaya, penerimaan,
keuntungan, kombinasi input dan output serta faktor-faktor
yang mempengaruhi lainnya dengan pertimbangan random
error (Berger et all, 1997). Fungsi produksi Stochastic
Frontier secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dari persamaan di atas diketahui dimana


variabel yang terdiri dari vi dan ui. Variabel acak
bertujuan untuk menghitung tingkat error dan faktor-faktor

Metode analisis Usahatani 89


yang tidak terduga seperti iklim, cuaca, maupun serangan OPT
dalam kombinasi input dan output yang tidak didefinisikan
dalam fungsi produksi. Variabel acak adalah variabel yang
secara indentik terdistribusi normal dengan rataan (ui) bernilai
nol dan variansnya konstan atau N(0, ). Sedangkan variabel
ui adalah variabel yang bernilai positif yang terdistribusi
secara bebas (Asmara, 2017).

Nilai ui yang diasumsikan positif (ui ≥ 1) dikarenakan


komponen error dari variabel bersifat asimetris sehingga
megakibatkan nilai harapan sama dengan nilai harapan ui.
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

( ) ( )

Menurut Khumbakar et al. (2000), variabel acak vi dan


ui di asumsikan terdistribusi bebas terhadap xi, sehingga
berdasarkan persamaan fungsi produksi Stochastic Frontier
diperoleh parameter dugaan βm yang tidak bias. Model fungsi
produksi stochastic frontier diasumsikan diminishing return to
scale, dengan asumsi dua produsen yang dilambangkan dengan
i dan j dalam kurva. Pada gambar 7 Dijelaskan bahwa
produsen i memproduksi output sebesar Yi* dimana telah
melewati production frontier dikarenakan kegiatan produksi
dipengaruhi oleh variabel vi yang bernilai positif sehingga
produsen i berada dalam posisi menguntungkan. Sedangkan
produsen j hanya mampu berproduksi sebesar Yj* yang berada
dibawah garis production frontier dikarenakan kegiatan
produksi dipengaruhi oleh variabel vj yang bernilai negatif
sehingga produsen j berada dalam posisi yang tidak
menguntungkan atau rugi. Dari persamaan fungsi produksi
Stochastic Frontier dapat digambarkan sebagai berikut:

90 Metode analisis Usahatani


Gambar 7. Fungsi produksi stochastic frontier

Pada model Stochastic Frontier nilai efisiensi maupun


inefisiensi pada proses produksi diukur oleh variabel acak ui,
akan tetapi hal ini menjadi kelemahan dalam penggunaan
model ini. Menurut Coelli et al. (2005), dalam model
Stochastic Frontier terdapat dua bentuk distribusi yaitu
distribusi normal dan distribusi eksponensial yang cenderung
memiliki nilai nol yang pada akhirnya nilai inefisiensi yang
dihasilkan mendekati nol dan nilai efisiensi teknisnya
cenderung lebih tinggi.

Menurut Khumbakar et al. (2000), variabel ui


diasumsikan terdistribusi setengah normal dengan distribusi
normal bersinggungan pada nilai nol. Maka distribusi normal
ini menghasilkan satu parameter tambahan yang di nyatakan
dengan µ yang akan di estimasi nilainya. Jika µ bernilai nol
dapat disimpulkan bahwa terdistribusi secara setengah normal.
Maka dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

Ui = N [µ, Ϭ2] dimana µ = δ0 + ∑

Metode analisis Usahatani 91


Khumbakar et al. (2000), menyatakan pengestimasian
nilai βm, β0 dan µ dilakukan dengan metode Maximum
Likelihood Estimation (MLE), dimana metode ini dilakukan
dalam dua tahap. Pada tahap awal dilakukan metode OLS yang
bertujuan untuk mengestimasi variabel input (βm), kemudian
tahap selanjutnya dengan metode MLE yang bertujuan untuk
mengestimasi seluruh variabel input (βm), intersep (β0), dan
error dari kedua komponen.

D. Biaya
Menurut Primyastanto dan Istikharoh (2006), biaya
produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna
memproduksi output. Macam macam biaya produksi sebagai
berikut:

1. Total Fixed Cost (TFC): biaya yang dikeluarkan perusahaan


atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output atau
produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya
tetap itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat
pertanian dan iuran irigasi.

Cost

TFC

Output
Gambar 8. Kurva TFC

92 Metode analisis Usahatani


2. Total Variable Cost (TVC) yaitu biaya yang besarnya
berubah searah dengan berubahnya jumlah output yang
dihasilkan.
TVC
Cost

N = batas kapasitas normal

Gambar 9. Kurva TVC

VC = garis bermula dari titik nol bergerak ke atas output


adalah nol sehingga VC juga nol.
Semakin besar jumlah output yang dihasilkan VC pun
juga akan semakin besar. Pola VC naik dengan tajam yaitu
perusahaan produktivitasnya naik, lalu agak landai (menurun
sedikit) kemudian naik lagi dengan tajam yaitu produksi naik.

Metode analisis Usahatani 93


3. Total Cost (TC) = FC + VC
TC

VC

FC

Gambar 10. Kurva TC

4. Average Cost (AC)


FC
a. Average Fixed Cost ( AFC  ) yaitu biaya tetap untuk
Q
satuan output yang dihasilkan.
Cost

A
FC

0 Q

AFC

AFC1
AFC2
AFC3 AFC

Q1 Q1 Q
Gambar 11. Kurva AFC

94 Metode analisis Usahatani


b. Average Variable Cost (AVC) = VC/Q, yaitu biaya
variabel untuk setiap satuan output yang dihasilkan.

Cost VC

L N
K

AVC

AVC1
AVC2 AVC
S
AVC3
minimum

Q1 Q2 Q3 Q

Gambar 12. Kurva AVC

S merupakan Shut down point atau titik gulung tikar


perusahaan gulung tikar karena AVC semakin besar. Sisi
miring OK, OL dan seterusnya terlihat semakin kecil &
kurva AVC meluntur ke bawah tetapi, menurunnya nnilai
AVC ini terus berlangsung seterusnya, ada batasnya, yaitu
ketika sisi miring ciri dengan tingkat output 0Q3 satuan.
Di tingkat output tersebut AVC mencapai titik terendah
dengan nilai OAVC3. Kemudian output digenjot lebih
tinggi lagi dari OQ3, maka nilai AVC lebih besar lagi
menjadi naik.

Metode analisis Usahatani 95


TC
c. Average Total Cost ( AC  ), biaya persatuan output.
Q

Rp VC

0
Q
Rp

AC

minimum

Q1 Q2 Q3 Q
Gambar 13. Kurva AC

TC = FC + VC dan AC = AFC + AVC


Tingkat output yang dihasilkan pada saat AC mínimum
atau OQ3 satuan disebut tingkat output minimal atau the
optimum rate of output.
TC TC
5. Marginal Cost = MC 
Q Q

Kurva TC merupakan jumlah dari biaya variabel dan


biaya tetap. Biaya tetap merupakan konstanta, maka MC
tidak lain adalah garis singgung pada kurva biaya total atau

96 Metode analisis Usahatani


garis singgung pada kurva VC. MC memotong FC dan VC
pada saat minimum.

Rp
TC

VC

FC

Rp MC AC
AVC

AFC

0 Q

Gambar 14. Kurva MC

Metode analisis Usahatani 97


98 Metode analisis Usahatani
6
KELAYAKAN USAHATANI
6. Kelayakan Usahatani
A. Kelayakan Usahatani Tanaman Semusim
Tanaman semusim dapat diartikan sebagai tanaman
yang hasilnya dipanen dalam kurun waktu satu musim tanam.
Menurut istilah botani diartikan juga tanaman semusim,
tanaman yang menghabiskan seluruh siklus hidupnya dalam
waktu satu tahun. Dalam istilah lain juga dikatakan bahwa
tanaman semusim (annual plant) yang dimaksud ialah tanaman
yang tumbuh atau dibudidayakan di daerah yang beriklim
sedang atau tropis sehingga tidak perlu melalui fase musim
dingin untuk proses pembungaannya atau yang disebut dengan
vernalisasi.

Layak atau tidaknya suatu usahatani dapat diketahui dari


efisiensi penggunaan biaya dan total perbandingan antara biaya
yang dikeluarkan dengan penerimaan yang dihasilkan.
Beberapa syarat utama dalam kelayakan usahatani harus
memperhatikan hal-hal berikut seperti:
a. R/C > 1
b. n/C > 1 bunga bank tidak berlaku
c. Produktifitas tenaga kerja > tingkat upah yang berlaku

Kelayakan Usahatani 99
d. Pendapatan yang diterima > sewa lahan persatuan waktu
atau musim tanam
e. Produksi > BEP produksi
f. Penerimaan (Rp) > BEP harga (Rp)
g. Harga > BEP
h. Apabila ada penurunan harga produksi ataupun kenaikan
harga input hingga batas tertentu maka tidak akan
mengakibatkan kerugian.

Untuk menganalisis titik impas yang dikeluarkan


berdasarkan jumlah produk dan harga yang ditentukan maka
dapat dilakukan analisis BEP (Break Even Point), dan untuk
menganalisis perbandingan antara total penerimaan dan total
biaya dapat dilakukan dengan analisis R/C Ratio.

1. Analisis Break Even Point (BEP)


Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dimana suatu perusahaan dalam kegiatan produksinya
tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak memperoleh
kerugian. Hal ini dikarenakan dalam proses produksinya
perusahaan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel dan
volume penjualan produknya hanya mampu menutupi biaya
variabel dan biaya tetapnya saja. Jika volume penjualan produk
oleh perusahaan hanya bisa menutupi seluruh biaya variabel
tetapi tidak bisa menutupi seuluruh biaya tetap, maka
perusahaan akan merugi. Sedangkan sebaliknya apabila dari
volume penjualan produk tersebut perusahaan mampu
menutupi biaya variabel dan biaya tetap secara berlebih maka
perusahaan tersebut memperoleh keuntungan.

Break Even Point merupakan tingkat penjualan yang


dibutuhkan yang digunakan untuk menutupi keseluruhan biaya
operasional produksi, dimana BEP tersebut laba sebelum
100 Kelayakan Usahatani
bunga dan pajak sama dengan nol. Sedangkan menurut
Rangkuti (2005), analisis BEP ialah analisis yang digunakan
untuk mengetahui hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
tingkat pendapatan pada berbagai tingkat volume dan tingkat
operasional. Pada umumnya, model yang lumrah digunakan
untuk menganalisis BEP ialah dengan menggunakan kurva
BEP. Kurva BEP dapat memberikan informasi hubungan
antara biaya dan pendapatan, selain itu juga dapat
menunjukkan keuntungan dan kerugian yang dihasilkan pada
berbagai tingkatan produksi. Tujuan dari analisis BEP ialah
untuk mengetahui besaran tingkat penerimaan pada saat titik
balik modal, atau dengan kata lain pada saat dimana
perusahaan berada dalam kondisi tidak mengalami kerugian
dan tidak mengalami keuntungan.

Manfaat dari analisis Break Even Point (BEP) adalah


sebagai berikut:
a. Alat perencanaan untuk memperoleh keuntungan
b. Alat untuk memberikan informasi tenatang tingkat volume
penjualan produk dan hubungannya dengan peluang
memperoleh keuntungan berdasarkan tingkat penjualan
yang terkait
c. Mengevaluasi keuntungan secara menyeluruh
d. Mengganti sistem laporan menjadi lebih praktis dan mudah
untuk dimengerti melalui sistem info grafis.

Analisis BEP juga bermanfaat jika apabila asumsi-


asumsi dasar dapat terpenuhi, seperti:
a. Seluruh biaya yang dikeluarkan dapat digolongkan menjadi
biaya variabel dan biaya tetap

Kelayakan Usahatani 101


b. Besaran total biaya variabel berubah secara proporsional
sesuai dengan volume produksi atau penjulan produk, yang
berarti biaya variabel perunitnya tetap
c. Besaran total biaya tetap tidak berubah walaupun terjadi
perubahan volume produksi atau penjualan produk, yang
berarti bahwa biaya tetap perunit berubah-ubah karena
adanya perubahan volume kegiatan
d. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah unit
produk yang diproduksi
e. Harga jual produk perunit tidak berubah dalam periode
tertentu
f. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, jika
lebih dari satu jenis produk maka komposisi dari tiap
produk tersebut diangap tetap.

Gambar 15. Kurva BEP

Keterangan:
TR : Total Revenue (Penerimaan)
Q : Quantities (Produksi)
FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)

102 Kelayakan Usahatani


VC : Variable Cost (Biaya Variabel)
TC : Total Cost (Total Biaya)
BEP : Break Even Point (Titik Impas)

Kurva BEP ialah suatu diaram yang menunjukkan


hubungan antara jumlah unit yang diproduksi dan volume
produk yang terjual, dan hubungan anatara pendapatan dari
penjualan produk atau penerimaan serta biaya. Terjadinya BEP
jika pendapatan dari penjulan berada pada titik keseimbangan
dengan total biaya. Sedangkan biaya tetap merupakan variabel
yang tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Kurva
BEP dijelaskan melalui gambar berikut:

Pada kurva BEP diketahui bahwa perusahaan berada


pada tingkat produksi yang mencapai titik BEP, yaitu
perpotongan antara garis TR dan TC. Pada daerah bagian kiri
dari titik BEP yaitu antara garis TC dan TR termasuk kedalam
daerah rugi. Hal ini karena hasil dari penjulan produk < TC.
Sedangkan daerah pada sisi kanan titik TR dan titik TC
merupakan daerah untung karena hasil penjulan produk > TC.
Maka dari penjelasan tersebut BEP dapat dibagi menjadi dua
yaitu:

a. BEP harga (Rp)


BEP harga (Rp) merupakan BEP yang menunjukkan
total penerimaan produk dengan kuantitas produk ketika
berada dalam kondisi BEP.

Kelayakan Usahatani 103


Keterangan:
BEP : Break Even Point (Titik Impas)
TR : Total Revenue (Penerimaan)
FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC : Variable Cost (Biaya Variabel)

b. BEP unit (volume produksi)


BEP unit merupakan BEP yang menunjukkan produksi
minimal yang harus dicapai dalam kegiatan usahatani agar
tidak mengalami kerugian.

Keterangan:
BEP : Break Even Point (Titik Impas)
Q : Quantities (Produksi)
FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC : Variable Cost (Biaya Variabel)
P : Price (Harga Produk)

Dapat diartikan bahwa analisis BEP memberikan


pengaplikasian yang cukup luas untuk menguji kegiatan yang
diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif atau tujuan
pengambilan keputusan. Analisis BEP tidak hanya untuk
mengetahui keadaan perusahaan yang dalam kondisi impas
saja tetapi juga mampu memberikan informasi kepada stake
holder perusahaan mengenai tingkat penjulan dan peluang
untuk memberoleh keuntungan.

2. R/C Ratio
Menurut Soekartawi (1995), efisiensi merupakan bentuk
perbandingan yang paling baik antara suatu kegiatan usaha dan

104 Kelayakan Usahatani


hasil yang ingin dicapai. Suatu usaha dikatakan efisien tidak
hanya ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari
usaha tersebut melainkan juga besar kecilnya biaya yang
dibutuhkan untuk mencapai hasil tersebut. Tingkat efisiensi
suatu usaha umumnya ditentukan dengan menghitung per cost
ratio yaitu perbandingan antara hasil usaha dengan total biaya
produksi, maka untuk mengukur tingkat efisiensinya
digunakan analisis R/C Ratio. R/C Ratio dapat diartikan
sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya, sehingga
secara matematis dapat dituliskan dalam bentuk rumus sebagai
berikut:

( )

Keterangan:
R : Revenue (Penerimaan)
C : Cost (Biaya)
PQ : Price od Quantities (Harga produk)
TVC : Total Variable Cost (Biaya Variabel)
TFC : Total Fixed Cost (Biaya Tetap)

Beberapa kreteria pada R/C Ratio antara lain:


R/C Ratio > 1 maka usahatani dikatakan menguntungkan
R/C Ratio = 1 maka usahatani dikatakan BEP
R/C Ratio < 1 maka usahatani dikatakan rugi

B. Kelayakan Usahatani Tanaman Tahunan


Tanaman tahunan merupakan tanaman yang pada
umumnya memiliki usia atau siklus hidup selama satu tahun
atau bahkan lebih dan pemanenannya dilakukan lebih dari satu
kali serta tanaman tersebut tidak dibongkar dalam satu kali
panen. Biasanya sebelum mengalisis data untuk kelayakan
usahani tanaman tahunan terlebih dahulu data dikelompokkan
Kelayakan Usahatani 105
yaitu data parametrik yang terdiri dari data yang bisa diukur
dan data non parametrik yang biasanya data berupa skala atau
skor.

Penggabungan dari beberapa faktor yang membuat


keputusan investasi sebagai keputusan penting dalam
pengelolaan finansial. Keseluruhan bagian dalam kegiatan
usahatani dipengaruhi oleh keputusan ini. Dampak dari
pengambilan keputusan secara berlanjut dalam jangka waktu
yang lama mengakibatkan pengambil keputusan menjadi tidak
fleksibel. Perusahaan harus mampu berkomitmen untuk masa
depan. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat
mengakibatkan konsekuensi yang sangat serius. Apabila aktiva
perusahaan terlalu besar maka akan mengakibatkan beban
penyusutan dan beban yang lain menjadi tinggi, yang
seharusnya tidak perlu terjadi. Maka dengan menggunakan
analisis manfaat finansial, kelayakan usahatani ditentukan
kedalam 3 kreteria yaitu analisis NPV, IRR, dan analisis Net
B/C agar suatu usahatani dapat dikatakan layak atau tidak
untuk dijalankan.

Untuk memprediksi haga input dan harga produksi di


masa yang akan datang sangatlah sulit. Analisis sensitivitas
dapat dilakukan dengan cara merubah nilai dari variabel
didalam perhitungan NPV (Net Present Value) yang
mempengaruhi hasil analisis dari Cost-Benefit pada suatu
kegiatan usahatani. Dalam analisis Cost-Benefit dengan
menggunakan NPV, variabel yang berpengaruh ialah discount
rate. Tingkatan discount rate dapat diubah untuk melihat
bagaimana nilai Cost-Benefit mengalami perubahan dalam
tingkat discount rate yang lebih tinggi ataupun pada tingkat
yang lebih rendah.

106 Kelayakan Usahatani


Analisis NPV dapat menggambarkan seberapa besar
pengaruh suatu kegiatan usahatani terhadap kesejahteraan
sosial masyarakat dalam satu cakupan wilayah tertentu dengan
melakukan penilaian antara cost dan benefit yang muncul dari
akibat keberadaannya. Pada metode analisis NPV terhadap
semua data yang akan dianalisis terlebih dahulu dilakukan
proses discounting. Proses discounting merupakan proses
pendeflasian pendapatan di masa yang akan datang sehingga
bernilai sama dengan pendapatan saat ini. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui nilai pendapatan yang sebanding agar dapat
dilakukan perhitungan dan perbandingan antara cost dan
benefit. Faktor yang digunakan untuk men-discounting nilai
dari cost dan benefit pendapatan di masa yang akan datang
disebut dengan discount rate yang dinyatakan dalam bentuk
persentase.

IRR ialah nilai dari discount rate yang mana hasil akhir
dari NPV dari analisis cost dan benefit yang bernilai nol atau
dapat dikatakan merupakan kondisi dimana cost dan benefit
dari suatu kegiatan usahatani bernilai sama. IRR merupakan
bagian yang penting untuk mengukur dan melakukan penilaian
terhadap discount rate yang telah ditetapkan dalam analisis
cost dan benefit dalam suatu kegiatan usahatani sehingga dapat
diketahui apakah nilainya menjadi terlalu tinggi atau terlalu
rendah.

Analisis cost benefit ratio index bertujuan untuk mencari


hasil bentuk rasio dengan cara membagi nilai sekarang dari
seluruh pendapatan dan dari suatu usaha dengan cara
membungakannya dimana bunga dibagi dengan hasil dari
biaya usahatani. Hasil tersebut dipertimbangkan untuk dipilih
ialah yang memiliki cost benefit ratio atau profitability index

Kelayakan Usahatani 107


sama atau lebih besar dari satu, karena jika cost benefit ratio
bernilai kurang dari satu maka berarti nilai sekarang dari
pendapatan lebih rendah dari pengeluarannya, dan hasil
tersebut tidak layak untuk dilanjutkan dalam kegiatan usaha.

Pada dasarnya setiap pelaku ushatani menjalankan


kegiatan usahatani karena tujuannya untuk memperoleh
manfaat ekonomis. Kadariah dan Gray (1999) menyatakan
bahwa untuk mengetahui suatu kegiatan usahatani dikatakan
layak atau tidak maka terdapat tiga kriteria investasi yang
harus diketahui yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal
Rate of Interest) dan Net B/C (Net Benefit Cost Ratio). Suatu
usahatani dikatakan layak jika memenuhi ketiga kreteria
tersebut pada kondisi antara lain:

NPV > 0
IRR > discount rate yang berlaku
Net B/C > 1

Analisis NPV merupakan metode yang paling sederhana


dan praktis untuk mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani
tersebut dikatakan layak atau tidak layak. Selain itu, kriteria
dalam IRR ialah tingkat keuntungan dalam investasi secara
bersih dalam suatu kegiatan usahatani jika setiap keuntungan
bersih yang diperoleh secara langsung digunakan lagi untuk
tahun selanjutnya. Keuntungan yang dihasilkan sama dengan
pemberian bunga selama kegiatan usahatani berlangsung.
Sedangkan analisis Net B/C merupakan perbandingan dimana
pembilangnya terdiri dari present value dari total biaya bersih
yang dikeluarkan.

108 Kelayakan Usahatani


1. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)
B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) merupakan suatu analis
yang digunakan untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan
biaya dalam bentuk perbandingan jumlah nilai bersih positif
dimasa sekarang dengan jumlah nilai bersih negatif dimasa
sekarang atau dapat dikatakan Net B/C merupakan
perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif yang
menunjukkan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh
dari biaya yang dikeluarkan. Pada analisis ini diutamakan data
beserta manfaat yang diperoleh. Jika Net B/C > 1 maka suatu
kegiatan usahatani dikatakan layak untuk dijalankan, tapi
sebaliknya jika Net B/C < 1 maka suatu kegiatan usahatani
dikatakan tidak layak untuk dijalankan. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:


( )

( )

Keterangan:
: Benefit (Penerimaan kotor pada tahun ke-t)
: Cost (Biaya kotor pada tahun ke-t)
n : Umur ekonomis usahatani
i : Tingkat suku bunga yang berlaku

Kreteria yang diperoleh ialah:


Net B/C > 1 maka usahatani layak
Net B/C = 1 maka usahatani dalam kondisi BEP
Net B/C > 1 maka usahatani tidak layak

2. NPV (Net Present Value)


NPV (Net Present Value) merupakan analisis dari
manfaat finansial yang digunakan untuk mengukur kelayakan
Kelayakan Usahatani 109
dari suatu usahatani yang dilihat dari nilai sekarang arus kas
bersih yang diterima terhadap nilai sekarang dari jumlah
investasi yang dikeluarkan. Arus kas bersih merupakan
keuntungan bersih usahatani ditambah dengan penyusutan,
sedangkan jumlah investasi merupakan jumlah total biaya yang
dikeluarkan untuk biaya pengadaan seluruh input yang
digunakan dalam kegiatan usahatani. Untuk menganalisis NPV
dibutuhkan data jumlah investasi, arus kas bersih setiap tahun
dengan umur ekonomis dari alat produksi.

Dalam istilah lain NPV juga diartikan sebagai nilai


bersih sekarang, dimana perhitungannya dalam suatu investasi
merupakan cara yang simpel untuk mengetahui apakah suatu
usahatani tersebut layak atau tidak layak. Keuntungan dari
usahatani merupakan jumlah total penerimaan dikurangi
dengan total biaya yang dikeluarkan. Pada kriteria ini suatu
kegiatan usahatani yang layak akan dipilih jka nilai NPV yang
dihasilkan lebih besar dari nol. Secara matematis NPV
dirumuskan sebagai berikut:


( )

Keterangan :

Bt : Benefit (Penerimaan kotor pada tahun ke-t)


Ct : Cost (Biaya kotor pada tahun ke-t)
n : Umur ekonomis usahatani
i : Tingkat suku bunga yang berlaku

Apabila kegiatan usahatani dikatakan layak dan


menguntungkan untuk dijalankan jila nilai NPV yang
110 Kelayakan Usahatani
diperoleh > 0. Namun jika nilai NPV < 0 maka usahatani
tersebut tidak layak dan rugi untuk dijalankan.

C. Studi kasus
1. Analisis Finansial Tanaman semusim
Komoditas yang dijadikan studi kasus dalam hal ini
ialah komoditas sayuran tomat dan kailan. Analisis finansial
yang digunakan ialah analisis R/C Ratio dengan
membandingkan seluruh penerimaan dan biaya. Usahatani
yang dikatakan layak dari komoditas tersebut apabila nilai
output yang dihasilkan > biaya input atau dengan kata lain R/C
Ratio > 1.
Tabel 8. Efisiensi pendapatan usahatani kailan dan tomat pada
kelompok tani Vigur Asri
Data Kailan Tomat
TR (Rp) 348,075 862,5
TC (Rp) 309,825 428,342
R/C Ratio 1,12 2,01

Melalui tabel diketahui bahwa nilai R/C Ratio pada


masing-masing komoditas berbeda-beda. Dengan adanya
perbedaan nilai R/C Ratio tersebut dapat diketahui perbedaan
metode dari tiap pelaku usahatani dalam menjalankan kegiatan
usahataninya. Diketahui bahwa nilai R/C Ratio pada komoditas
kalian sebesar 1,12 dan nilai R/C Ratio pada komoditas tomat
sebesar 2,01.

Hal ini dapat diintepretasikan bahwa apabila setiap uang


yang diinvestasikan (Rp) oleh pelaku usahatani pada usahatani
kalian akan memberikan penerimaan sebesar 1,12 kali dan
pada komoditas tomat akan memberikan penerimaan sebesar
2,01 kali dari setiap uang (Rp) yang diinvestasikan. Kedua

Kelayakan Usahatani 111


komoditas tersebut memiliki nilai R/C Ratio > 1 yang artinya
bahwa usahatani kailan dan usahatani tomat dikategorikan
efisien dan layak.

Selanjutnya ialah melakukan analisis BEP, analisis ini


bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat dalam usahatani
kailan dan tomat dapat dilakukan sehingga mengalami titik
impas, yaitu tidak mengalami kerugian maupun tidak untung.
Berikut disajikan data BEP pada komoditas kailan dan tomat.

Tabel 9. Tingkat BEP usahatani kailan dan tomat pada


kelompok tani Vigur Asri
Data Kailan Tomat
BEP (Kg) 33,06 55,71
BEP (Polibag) 275,00 22,00
BEP (Rp) 198,349 167,143

Berdasarkan data BEP pada tabel 9 diketahui komoditas


kailan dapat mencapai kondisi BEP pada saat berproduksi
selama 3 bulan mencapai 22,06 kg. jumlah tersebut diproduksi
pada 275 polibag, dimana produksi kailan dalam 3 bulan
mencapai 58,01 kg. dari hasil analisis BEP penjualan dapat
diperoleh informasi bahwa titik impas usahatani kailan selama
3 bulan ialah Rp. 198.348,- dengan hasil penjualan sebesar
Rp. 348.075,- yang diperoleh dari perhitungan BEP unit
maupun BEP harga (Rp) yang artinya komoditas kailan dengan
jumlah produk yang dihasilkan selama 3 bulan telah
melampaui titik impas sehingga dapat dikategorikan layak
untuk dijalankan.

Sedangkan pada usahatani tomat mampu berproduksi


sebanyak 287,5 kg dan melalui analisis BEP unit diketahui
bahwa komoditas tomat mampu mencapai titik impas ketika
hasil panen yang dihasilkan sebesar 33,06 kg yang diperoleh
112 Kelayakan Usahatani
dari 22 polibag. Penggunaan polibag pada tomat lebih sedikit
jika dibandingkan dengan penggunaan polibag pada komoditas
kalian. Hal ini karena bobot dari tomat dalam satu polibag bisa
mencapai rata-rata sebesar 2,5 kg, sedangkan untuk komoditas
kailan dalam satu polibag hanya mampu menghasilkan bobot
rata-rata 150 gram. Penjualan komoditas tomat saat ini sebesar
Rp. 167.143,- dengan hasil penjualan pada saat ini sebesar Rp.
862.500,- yang berarti nilai dari penjualan tomat sudah
melebihi titik impasnya sehingga dapat dikategorikan layak
untuk dijalankan.

Rina, et al. (2010) melakukan penelitian tentang


Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi per Ha di Desa
Pemangkih Tengah Kabupaten Banjar Tipe Luapan C. Pada
analisis ini keuntungan bersih dari usahatani padi, digunakan
B/C atau R/C rasio bisa dijadikan sebagai indikator kelayakan
usahatani dari sisi teknologi. Diperoleh nilai R/C rasio sebesar
2,01 yang berarti setiap satuan biaya yang di keluarkan pada
usahatani padi di lahan rawa pasang surut tipe luapan C akan
menghasilkan penerimaan sebesar 2,01 yang berarti usahatani
tersebut layak untuk dijalankan. Pada sisi indakator B/C rasio
diperoleh nilai sebesar 1,01 yang berarti dari segi finansial
usahatani padi unggul tersebut dikategorikan sangat
menguntungkan karena tingkat keuntungan yang diperoleh
berdasarkan B/C rasio sebesar 101% dari total biaya produksi
yang dikeluarkan. Apabila dilakukan perhitungan terhadap
biaya sewa lahan sebagai salah satu biaya produksi, maka akan
diperoleh keuntungan dari sisi finansial terhadap total biaya
ialah sebesar Rp.7.604.851/Ha/musim dan jika opportunity
cost dari sewa lahan tidak dilakukan perhitungan maka
keuntungan finansial yang mampu diperoleh sebesar
Rp.10.054.851/Ha/musim.

Kelayakan Usahatani 113


Tabel 10. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi per
Ha di Desa Pemangkih Tengah Kabupaten Banjar
Tipe Luapan C.
Uraian Jumlah Harga Nilai
(Satuan) (Rp/satuan) ( Rp)
Komponen
Biaya/musim
Sewa lahan 1 Ha 2.450.000
Tenaga Kerja 3.781.000
- Manusia 110 HOK 33.000 3.630.000
- Handtraktor 1,38 HKT 151.291
Bahan 1.085.680
- Benih 31,30 Kg 5.000 156.500
- Urea 126,54 Kg 1.200 151.848
- SP 36 55,74 Kg 1.800 100.332
- NPK 45,75 Kg 2.000 91.520
- Kapur 88,26 Kg 700 61.782
- Pupuk organik padat 160,22 Kg 1.000 160.220
- Pupuk organik cair 1,67 Liter 57.000 95.190
- Insektisida 1,69 Liter 45.000 76.050
- Herbisida 1,85 Liter 57.000 105.450
- Plastik 2,479 Roll 35.000 86.788
Total biaya diluar 7.316.971
bunga
Bunga (4% dari biaya 194.678
tunai)
Total biaya (4+5) 7.511.649
Komponen 4.319 Kg 3.500 15.116.500
pendapatan/musim
penerimaan
Keuntungan finansial 10.054.851
atas baiaya tunai
Keuntungan finansial 7.604.851
atau biaya total
R/C atas biaya tunai 2,98
R/C atas biaya total 2,01
Net B/C 1,01
Sumber: Rina et al (2010)

114 Kelayakan Usahatani


3. Analisis Kelayakan Finansial Tanaman Tahunan
Perlu diketahui bahwa suatu usahatani yang dijalankan
dalam jangka waktu yang lama sangatlah perlu untuk diketahui
seberapa layak usaha tersebut untuk dijalankan. Maksud dari
kelayakan usahatani tersebut ialah jika dilihat dari sisi
ekonomi, baik dari sisi keuangan, investasi, biaya dan manfaat
yang akan diterima oleh pelaku usaha. Sebagai contoh akan
dijelaskan melalui penelitian yang dilakukan oleh Maulidah
dan Pratiwi (2010) tentang Analisis Kelayakan Usahatani
Anggur Prabu Bestari (per ha) di Kecamatan Wonoasih,
Probolinggo. Analisis kelayakan usahatani ini menggunakan
kreteria investasi NPV, IRR, dan Net B/C yang menunjukkan
nilai yang akan diperoleh pada masa yang akan datang yang di
analisis dengan menghitung perkalian antara discount factor
dan nilai sekarang. Kemudian dilakukan analisis payback
period yang bertujuan untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian investasi dengan asumsi tingkat suku bunga
sebesar 14%.

Tabel 11. Analysis kelayakan finansial usahatani anggur


Kreteria Kelayakan Nilai Kelayakan
Net B/C 1,85 Layak
NPV Rp. 54.192.293,31 Layak
IRR 28,67 Layak
Payback Period 5 tahun 4 bulan Layak

Melalui data yang disajikan pada Tabel 11, diketahui bahwa


usahatani anggur di Kecamatan Wonoasih, Probolinggo layak
dijalankan karena diperoleh nilai Net B/C sebesar 1,85 pada
tingkat suku bunga 14%. Nilai Net B/C > 1 sehingga usahatani
tersebut layak dijalankan karena menguntungkan. Pada kreteria
yang lain dari sisi NPV diperoleh nilai NPV yang bernilai
Kelayakan Usahatani 115
positif yang artinya menunjukkan keuntungan dalam usahatani
anggur jika dijalankan dalam 10 tahun kedepan yang dianalsis
dengan menggunakan nilai sekarang dan tingkat suku bunga
yang berlaku pada saat ini. Pada tingkat suku bunga 14%
diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 54.192.293,31 yang artinya
nilai tersebut bernilai positif sehingga dapat dikategorikan
layak untuk dijalankan karena menguntungkan.
Dari sisi kreteria investasi IRR diperoleh nilai sebesar
28,67% yang berarti lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang
berlaku saat ini sebesar 14%. Nilai IRR menunjukkan bahwa
nilai suku bunga pada saat NPV = 0 yang berarti kondisi
usahatani sedang berada dalam kondisi di titik impas (BEP).
Nilai IRR sebesar 28,67% pada kondisi NPV = 0 berarti
usahatani anggur dikategorikan layak untuk dijalankan. Nilai
IRR > i (tingkat suku bunga yang berlaku saat ini)
menunjukkan bahwa degan menginvestasikan modal pada
usahatani anggur lebih menguntungkan apabila
mendepositokan uang ke bank, dengan syarat ushatani dikelola
secara maksimal.

116 Kelayakan Usahatani


DAFTARDAFTAR PUSTAKA
PUSTAKA

Aigner, D. J., & Chu, S. F. (1968). On estimating the industry


production function. The American Economic
Review, 826-839.

Aigner, D., Lovell, C. K., & Schmidt, P. (1977). Formulation


and estimation of stochastic frontier production
function models. Journal of econometrics, 6(1), 21-
37.

Arsyad, L. (1995). Potensi Pengembangan Industri Kecil di


Indonesia. Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Asmara, R. (2017). Technical, Cost And Allocative Efficiency


Of Rice, Corn And Soybean Farming In Indonesia:
Data Envelopment Analysis Approach. Agricultural
Socio-Economics Journal, 17(2), 76.

Avkiran, N. K. (1999). The evidence on efficiency gains: The


role of mergers and the benefits to the public. Journal of
banking & finance, 23(7), 991-1013.

Battese, G. E., & Coelli, T. J. (1992). Frontier production


functions, technical efficiency and panel data: with
application to paddy farmers in India. Journal of
productivity analysis, 3(1-2), 153-169.

Coelli, T. J., Rao, D. S. P., O'Donnell, C. J., & Battese, G. E.


(2005). An introduction to efficiency and productivity
analysis. Springer Science & Business Media.
DAFTAR PUSTAKA 117
Coelli, T. (1998). A multi-stage methodology for the solution of
orientated DEA models. Operations Research
Letters, 23(3-5), 143-149.

Charnes, A., Cooper, W. W., & Rhodes, E. (1978). Measuring


the efficiency of decision making units. European journal
of operational research, 2(6), 429-444.

Darsani, Y.R. & Subagio, H. (2016). Usaha Tani di Lahan


Rawa: Analisis Ekonomi dan Aplikasinya. Jakarta:
IAARD Press

Doll, J. P. F, Orazem. (1984).―. Production Economics, Theory


With Application”. John Willey and Sons Inc.: New
York

Endri. (2011). Evaluasi efisiensi teknis perbankan syariah di


Indonesia: aplikasi two-stage Data Envelopment
Analysis. STEI Tazkia

Farrell, M. J. (1957). The measurement of productive


efficiency. 253-281.

Ichsan, M. (1998). Studi Kelayakan Proyek. Universitas


Brawijaya Press: Malang.

Kadariah, L. K., & Gray, C. (1999). Pengantar Evaluasi


Proyek. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia:
Jakarta.

Kadarsan H.W. (1995). Keuangan Pertanian dan Pembiayaan


perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.

Ken, S. (2015). Ilmu Usahatani. In: Penebar Swadaya.


118 DAFTAR PUSTAKA
Komaruddin, N. (1986). Erosi pada tanah andosol, latosol dan
grumusol dalam berbagai tingkat kemiringan dan
intensitas hujan (Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).

Kusumawardani, S. S., & Sutopo, B. (2001). Designing 1 bit


error correcting circuit on FPGA using BCH codes.
di Proceedings of International Conference on
Electrical, Communication, and Information, CECI:
CECI.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian


pendidikan matematika. Refika Aditama: Bandung

Maulidah, S., & Pratiwi, D. E. (2013). Analisis kelayakan


finansial usahatani anggur prabu bestari. Agricultural
Socio-Economics Journal, 10(3), 213.

Nasendi, B. D., & Anwar, A. (1985). Program linear dan


variasinya. PT. Gramedia: Jakarta.

Prawirokusumo, S. (1990). Ilmu Usaha Tani. BPFE:


Yogyakarta.

Primyastanto, M., & Istikharoh, N. (2006). Potensi dan


Peluang Bisnis, Usaha Unggulan Ikan Gurami dan
Nila. Bahtera Perss: Malang.

Rangkuti, F. (2005). Marketing analysis made easy. Gramedia


Pustaka Utama: Jakarta

Rarasati, Christiani Indah. (2015). Analisis Resiko pada


Usahatani Kedelai dan Jagung di Kabupaten

DAFTAR PUSTAKA 119


Grobogan. Agrita : Vol. 3 No. 2 : Hal.45 – 55.
ISSN 2302 – 1713.

Rina, Y, L. Indrayati, S. Asikin dan M. Noor. (2010). Tingkat


Adopsi Komponen Teknologi Pengolahan Tanaman
Terpadu (PTT) Melalui SLPTT di Lahan Pasang
Surut. Laporan Akhir Tahun 2010.

Sharma, S. C., Sylwester, K., & Margono, H. (2003).


Technical efficiency and total factor productivity
analysis across US States: 1977-2000. Manuscript,
Department of Economics, Southern Illinois
University Carbondale, Illinois.

Shinta, A. (2011). Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya


Press: Malang

Soekartawi. (1995). Analisis Usahatani. Universitas Indonesia.

Soekartawi, A., Dillon, J. L., & Hardaker, J. B. (1993). Ilmu


usaha Tani. LP3ES: Jakarta.

Soekartawi, D. (1992). Linear Programming: Teori dan


Aplikasi, khususnya di bidang pertanian.

Soekartawi (1987). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori


dan Aplikasinya. Rajawali: Jakarta

Soekartawi, A. S., Dillon, J. L., & Hardaker, J. B. (1986). Ilmu


usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani
kecil. UI-Press: Jakarta.

Suratiyah, K. (2006). Ilmu usahatani. Penebar Swadaya Grup.

120 DAFTAR PUSTAKA


Susantun, Indah. (2000). Fungsi Keuntungan Cobb Douglas
dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Vol.5 No. 2, hal 149 – 161.

Thanassoulis, E. (2001). Introduction to the theory and


application of data envelopment analysis. Dordrecht:
Kluwer Academic Publishers.

Wanda, F. F. A. (2015). Analisis Pendapatan Usaha Tani


Jeruk Siam (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat
Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser). J.
Administrasi Bisnis, 3(3), 600-611.

Warsana, W. (2007). Analisis Efisiensi Dan Keuntungan


Usaha Tani Jagung (Studi Di Kecamatan Randublatung
Kabupaten Blora)(Doctoral dissertation, Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro).

Wulansari, C. D., & Gunarsa, A. (2016). Hukum adat


Indonesia: suatu pengantar: Refika Aditama.

DAFTAR PUSTAKA 121


122 DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani

A. Karakteristik Responden
Nama Responden : ……………………………………
Alamat : No………RT…………RW………
Desa : ……………………………………
Kecamatan : ……………………………………
Kabupaten : ……………………………………
No HP : ……………………………………

Jenis Kelamin : L/P


Usia : ……… Tahun
Status Marital : Menikah/lajang/janda/duda
Jlh Anggota Keluarga : ……………………………………
Pekerjaan Utama : ……………………………………
Pekerjaan Sampingan : ……………………………………
Penghasilan/Bulan : Rp…………………………………
Pengalaman Usahatani : ………..Tahun
Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/Sarjana/…………..
Pendidikan Informal : a……………….Tahun……………
b……………….Tahun……………
c……………….Tahun……………
d……………….Tahun……………
e………………..Tahun…………...
Mengikuti POKTAN : Ya/Tidak
Nama POKTAN : ……………………………………

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani 123


B. Komoditas yang diusahakan

Lahan Isian
Komoditas yang 1. padi
diusahakan 2. jagung
3. kedelai
4. lainnya……………………………..
Alasan pemilihan 1. profit tinggi
komoditas 2. resiko rendah
3. biaya rendah
4. pemeliharaan rendah
5. pemasaran mudah
6. lainnya……………………………
Komoditas alternatif 1. padi
selain komoditas 2. jagung
utama yang 3. kedelai
diusahakan 4. lainnya……………………………..

Alasan pemilihan 1. profit tinggi


komoditas 2. resiko rendah
alternative tersebut 3. biaya rendah
4. pemeliharaan rendah
5. pemasaran mudah
6. lainnya……………………………
Kemitraan usahatani 1. mandiri
2. mitra swasta
3. mitra pemerintah
4. usaha dengan Gapoktan
5. koperasi
6. lainnya…………………………….
Bentuk kemitraan 1. penyediaan saprodi
2. penyediaan kredit
3. pembelian hasil panen
4. pemasaran Bersama
5. lainnya…………………………….

124 Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani


C. Sumber Daya Lahan
Lahan Isian
Jenis lahan 1. sawah
2. tegal
3. lainnya……………………………..
Luas lahan 1. milik sendiri…………………….m2
2. sewa…………………………….m2
3. bagi hasil………………………..m2
Nilai sewa Rp……………………………………
lahan/bagi hasil
(jika menyewa lahan
atau bagi hasil)
Biaya pajak lahan Rp……………………………………
Sistem Irigasi 1. teknis
2. setengah teknis
4. lainnya…………………………….

D. Penggunaan Benih/Bibit
Penggunaan Isian
Jumlah
Jenis Benih/Bibit 1. lokal
2. unggul
Nama Varietas
Asal Benih 1. produksi sendiri
2. beli
3. usaha kelompok
4. lainnya……………………………..
Tempat Pembelian 1. kios pertanian
2. penangkar
3. koperasi
4. lainnya…………………………….
Sertifikasi Benih 1. bersertifikat
2. berlabel
3. tidak
Harga Rp………………………………………

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani 125


E. Penggunaan Pupuk

Jenis Pupuk Jumlah Harga Pupuk


(Kg/Ha) (Rp/Kg)
Urea
SP 36
NPK
Phonska
ZA
Kandang
Kompos
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
Asal pupuk 1. beli
2. usaha kelompok
3. lainnya……………………………..
Tempat pembelian 1. kios pertanian
2. penangkar
3. koperasi
4. lainnya……………………………..

126 Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani


F. Penggunaan Pestisida

Jenis Pestisida Jumlah Harga Pupuk


(Kg/Ha) atau (Rp/Kg) atau
(Liter/Ha) (Rp/Liter)
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
Asal pestisida 1. beli
2. usaha kelompok
3. lainnya……………………………..
Tempat pembelian 1. kios pertanian
2. penangkar
3. koperasi
4. lainnya……………………………..

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani 127


G. Aset Usahatani

Nama Aset Jumlah Status Tahun Harga


Kepemilikan pembelian Beli
(1 = pribadi, (Rp)
2= sewa)
Cangkul
Garu
Sabit
Gejik
Handsprayer
Tractor
Mesin
perontok
padi
Mesin
pemipil
jagung
Disel air
Truck
Sepeda
motor
……………
……………

128 Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani


H. Pengunaan Tenaga Kerja

Jenis Jumlah Upah/Hari Jam Lama


pekerjaan TK /Orang kerja/Hari Hari
Keja
Pengolahan
lahan
Pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Penyemprotan
Pengairan
Panen
Pengangkutan
Standarisasi
produk
Pengolahan
Pengemasan
……………
……………
…………….

Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani 129


I. Produksi dan Penanganan Pascapanen

Indikator Keterangan
Produksi hasil panen (Kg)
Taksiran produksi yang hilang (%)
Sistem penjualan 1. borongan
2. persatuan berat
3. ijon
4. lainnya……………..
Lembaga pembeli 1. tengkulak
2. pedagang pengumpul
3. pedagang besar
4. koperasi
5. pengecer
6. pengolah
7. lainnya………………
Biaya angkut Rp.
Harga jual (Rp/Kg)

130 Lampiran 1. Contoh Kuisioner Usahatani


INDEKS INDEKS

A buruh, 14, 15, 42, 60

agronomi, 2, 57 C
alokasi, 38, 64
analisis, 2, 19, 39, 41, 44, Corak, 5
49, 58, 59, 61, 68, 69,
D
71, 95, 96, 99, 100, 101,
102, 103, 104, 106, 107, Definisi, 1, 9
110
aspek, 2, 31, 34, 42, 44, 45, E
48, 50, 55 efektif, 1, 2, 7, 25, 28, 29,
Average Cost, 90 32, 34, 36, 40, 43
efisien, 1, 2, 7, 28, 29, 30,
B 31, 36, 38, 39, 54, 57,
beli, 9 72, 76, 100, 107
biaya, 4, 15, 17, 18, 19, 20, ekonomi, 2, 8, 16, 35, 43,
22, 23, 24, 35, 37, 38, 45, 46, 52, 54, 56, 71,
46, 51, 55, 56, 59, 62, 72, 74, 110
64, 71, 74, 75, 88, 89, ekonomis, 1, 4, 20, 22, 35,
90, 91, 92, 94, 95, 96, 43, 56, 72, 76, 77, 103,
97, 98, 100, 102, 103, 104, 105
104, 105, 106, 110
bibit, 16, 17, 22, 60 F
borongan, 15 fisik, 4, 12, 13, 28, 35, 43,
Break Even Point, 95, 96, 73
98, 99 fisika, 2
budidaya, 2, 44, 45

INDEKS 131
G investasi, 17, 24, 55, 101,
103, 105, 110, 111
gadai, 11
IRR, 101, 102, 103, 110,
geografi, 4
111
H
J
hak milik, 9, 11
jagung, 6, 38
hama, 4, 25, 27, 39, 42, 46,
jasmani, 13
54
harga, 7, 14, 21, 27, 31, 35,
K
37, 39, 45, 51, 52, 54,
55, 74, 75, 76, 95, 98, Kelayakan, 94, 100, 110,
101, 107 111, 113
hasil, 5, 7, 12, 14, 16, 17, kelompok, 5, 14, 24, 27, 31
18, 19, 23, 27, 30, 31, keputusan, 2, 26, 27, 29,
36, 37, 41, 42, 43, 44, 43, 54, 55, 62, 63, 64,
45, 46, 47, 51, 54, 55, 65, 99, 101
60, 61, 68, 71, 73, 88, ketidakpastian, 47, 54, 75
98, 100, 101, 102, 107 keuntungan, 2, 5, 7, 38, 39,
hewan, 1, 2, 3, 4 45, 54, 62, 65, 74, 75,
hortikultura, 5 76, 77, 95, 96, 99, 103,
hukum adat, 10 104, 105, 111
hutan, 10 kimia, 2
Klasifikasi, 4, 59
I komersial, 5
kontrak, 15
iklim, 4, 25, 26, 27, 31, 39,
konvensional, 2
45, 54
kualitas, 5, 12, 18, 32, 35,
ilmu usahatani, 1, 2, 3
45
individual, 5
kuantitas, 5, 98
input, 2, 3, 7, 14, 54, 62,
71, 72, 73, 75, 76, 95,
101, 105, 106

132 INDEKS
L O
lahan, 2, 3, 4, 5, 9, 10, 11, organisasi, 30, 38, 71
14, 15, 16, 17, 18, 22, output, 2, 53, 63, 71, 72,
30, 35, 36, 48, 50, 51, 75, 76, 88, 89, 90, 91,
53, 95 92, 106
Layak, 94, 111
lingkungan, 3, 10, 14, 23, P
28, 30, 43, 44, 46 padi, 4, 6, 16, 22, 38, 54,
linier programming, 49, 51 60
Panen, 12
M
pangan, 5, 24, 30, 31, 41
maksimal, 2, 36, 72, 75, pasar, 4, 24, 32, 41, 42
111 pemanenan, 5
manajemen, 2, 24, 25, 28, pemangkasan, 12
29, 32, 65, 72 pemasaran, 5, 31, 51, 65
manusia, 1, 2, 12, 14, 26, pemupukan, 12, 24, 30
27, 72 penanaman, 3, 5, 18
Marginal Cost, 92 penawaran, 4
mesin, 12, 19, 37 pendapatan, 1, 16, 24, 36,
modal, 2, 4, 16, 17, 18, 19, 38, 39, 42, 51, 52, 53,
20, 21, 22, 23, 24, 28, 55, 61, 64, 96, 98, 102
51, 53, 55, 72, 96, 111 pengairan, 12, 45
pengelolaan, 5, 8, 24, 25,
N 44, 101
Net B/C, 101, 103, 104, penggunaan, 2, 3, 16, 21,
110, 111 23, 30, 36, 38, 39, 48,
NPV, 101, 102, 103, 104, 64, 72, 73, 74, 76, 94,
105, 110, 111 104, 108
nutrisi, 2 Penjualan, 12, 108
penyakit, 4, 25, 27, 39, 42,
46, 54

INDEKS 133
penyiangan, 12 pupuk, 16, 17, 18, 37, 49
peralatan, 3, 19, 20, 28
perawatan, 5 R
perencanaan, 5, 24, 38, 42, R/C Ratio, 95, 99, 100,
48, 49, 50, 51, 52, 54, 106, 107
61, 96 resiko, 4, 24, 39, 45, 47,
perikanan, 2, 14 52, 54, 55, 56, 57
permintaan, 4 rohani, 13
Pertanian, 1, 14, 42, 57,
113, 115 S
petani, 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9,
sakap, 10, 11
10, 11, 13, 14, 15, 16,
saprodi, 12, 59
18, 21, 24, 25, 26, 27,
sarana, 7, 28, 31, 32
30, 31, 32, 34, 35, 36,
sawah, 15, 50
37, 38, 39, 40, 41, 42,
Semusim, 94
43, 44, 45, 49, 53, 54,
sewa, 9, 11, 14, 88, 95
56, 60, 74, 88, 115
sifat, 5, 13, 16, 18, 41
peternakan, 2, 5, 14, 18,
Sistem, 2, 3, 4, 15, 52
19, 21
sosial, 2, 4, 10, 14, 39, 43,
pola, 5, 32, 35, 38, 40
44, 45, 46, 49, 52, 102
pribadi, 11, 14, 50
subsisten, 5, 40
produksi, 1, 4, 7, 8, 10, 12,
sumberdaya, 1, 2, 35, 36,
13, 15, 16, 17, 18, 20,
38, 39, 40, 41, 42, 45,
23, 24, 26, 28, 29, 30,
48, 49, 51, 61, 62, 64
31, 32, 35, 36, 37, 43,
48, 49, 50, 53, 54, 55, T
59, 63, 65, 71, 72, 73,
74, 75, 76, 77, 88, 89, tahunan, 100
95, 97, 98, 99, 100, 101, tanah, 4, 9, 10, 11, 14, 22,
105, 107 23, 28, 36, 42, 45, 46,
produktifitas, 7, 30, 31, 42, 88, 114
44
134 INDEKS
tanaman, 2, 3, 4, 5, 20, 22, usaha, 1, 2, 3, 4, 11, 13, 17,
24, 25, 27, 30, 31, 35, 18, 19, 24, 25, 26, 27,
38, 48, 49, 50, 58, 94, 28, 29, 30, 31, 32, 38,
100 43, 50, 53, 64, 72, 99,
teknologi, 10, 11, 25, 29, 102, 110, 115
30, 31, 32, 35, 37, 39, usahatani, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9,
41, 45, 46, 50, 57, 64, 72 10, 11, 12, 13, 14, 16,
tenaga kerja, 2, 3, 12, 13, 17, 20, 21, 23, 24, 25,
14, 15, 16, 21, 28, 36, 26, 27, 28, 30, 31, 32,
38, 45, 51, 53, 94 34, 35, 36, 37, 38, 39,
terampil, 13 40, 41, 42, 43, 44, 45,
terdidik, 13 46, 47, 48, 49, 50, 51,
terlatih, 13 52, 53, 54, 55, 56, 57,
ternak, 2, 4, 12, 18, 19, 20, 61, 73, 74, 76, 94, 99,
21, 25, 27, 35, 36, 59 100, 101, 102, 103, 104,
Tipe, 6, 44 105, 106, 107, 110, 111,
topografi, 4 115
Total Cost, 90, 92, 98 utilitas, 54
Total Fixed Cost, 88, 100
Total Variable Cost, 89, V
100 variabel, 37, 51, 58, 59, 61,
67, 68, 91, 92, 95, 96,
U
97, 98, 101
uang, 9, 11, 21, 23, 40, 59,
106, 111 W
upah, 15, 94 Wakaf, 10
upaya, 2, 31, 32, 65, 75 Warisan, 10

INDEKS 135
TENTANG PENULIS

Moh. Saeri, SP., MP. lahir di


Sidoarjo, 15 Juli 1961. Adalah
peneliti Ahli Madya di bidang Sosial
Ekonomi Pertanian di Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Timur, Kementerian Pertanian.

Karir penulis diawali dari sebagai tenaga pengumpul data


pada kegiatan penelitian Panel Petania Nasional atau
―PATANAS‖ tahun 1993-1995 di Kabupaten Tuban
oleh Pusat Sosial Ekonomi Bogor. Selanjutnya menjadi
teknisi penelitian pada Sub Balai Penelitian Hortikultura
Tlekung tahun 1985. Pada tahun 2000 penulis pindah
kantor di BPTP Karangploso Malang sampai sekarang.
Penulis menyelesaikan S1 Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian di Univ. Muhammadiyah Malang, Tahun 1994.
Pada tahun 2005 penulis mengawali karir sebagai
Pejabat Fungsional Peneliti di bidang Sosial Ekonomi
Pertanian. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan S2 di
Universitas Brawijaya Malang, pada bidang minat
Ekonomi Pertanian.

Penulis aktif melakukan penelitian dan publikasi hasil


penelitian melalui Seminar baik Nasional maupun
Internasional dalam bentuk Prosiding maupun Jurnal.

136 TENTANG PENULIS


Penelitian dan publikasi yang sering dilakukan adalah
dibidang Usahatani baik tanaman pangan maupun
hortikultura dan model Analisisnya.

TENTANG PENULIS 137


Error! No text of specified style in document. 1

Anda mungkin juga menyukai