Anda di halaman 1dari 41

ASA312/B PEMERIKSAAN INTERN

CHAPTER 23
CONTROLLING AUDIT PROJECTS.
CHAPTER 24
QUALITY ASSURANCE
Presented by: Achmad Fauzi, Ph.D, CA
BAB 23
MENGONTROL PROYEK AUDIT
1. MENGONTROL PROYEK AUDIT

• Pengawasan suatu proyek audit dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah formulir yang
sederhana yang dikontrol oleh sebuah buku register

• Formulir tersebut dapat mencantumkan nomor dan judul dari proyek yang hendak dikerjakan,
anggaran yang disediakan, nama dari auditor-in-charge, asistennya dan supervisornya, serta
informasi lain yang dibutuhkan.

• Buku register mengontrol pemberian nomor proyek dan memberikan catatan historis dari
proyek-proyek lain yang telah dilakukan sebagai referensi.

• Register ini berada di bawah pengawasan kantor pusat audit


3
2. SKEDUL DAN ANGGARAN AUDIT

• Di dalam seluruh aktivitas audit, anggaran dan skedul proyek adalah suatu keharusan.
• Untuk mencegah menghabis-habiskan waktu, dan memberikan distribusi yang sama untuk
seluruh segmen audit, daripada menentukan segmen mana yang paling penting dan
membutuhkan perhatian paling besar
• Meliputi sistem pelaporan dan pencatatan yang sedang berjalan:
 Sarana bagi manajer audit dan auditor penanggung jawab (in-charge) untuk
menyediakan anggaran bagi berbagai jenis audit dan segmen dari proyek audit serta
untuk mencatat jumlah waktu yang telah digunakan dalam segmen tersebut dan hasil dari
pekerjaan audit yang dilakukan.
 Sarana bagi setiap staf auditor untuk melaporkan waktu yang dibebankan pada periode
berjalan dan ringkasan dari hasilnya.
 Sarana bagi departemen audit untuk melakukan pelaporan berjalan biasanya setiap
bulan mengenai status dari proyek audit yang sedang berjalan. 4
3. MENGINTEGRASIKAN KONTROL PROYEK DENGAN PENGGAJIAN

• Jumlah jam yang dilaporkan hendaknya digunakan dalam pengintegrasian dengan sistem
penggajian dan sebagai sistem kontrol untuk pelaporan audit dan kontrol untuk aktivitas-
aktivitas non-audit.
• Sebuah sistem terkomputerisasi dapat memberikan informasi bagi pengambilan keputusan
manajemen, aktivitas audit dan kontrol kepegawaian.
 Menjamin keakuratan identitas pegawai.
 Mengidentifikasi adanya kelebihan jam di atas jam kerja normal.
 Menghitung upah mingguan pegawai.
 Mengintegrasikan pemotongan gaji yang telah disetujui untuk setiap pegawai secara berkala
 Menghitung gaji bersih pegawai.
 Mentransfer gaji bersih pegawai ke rekening banknya
 Memelihara catatan penerimaan pegawai.
 Mengakumulasikan perhitungan biaya audit untuk setiap jenis aktivitas audit.
 Menyiapkan laporan terbaru “anggaran vs aktual”
 Lainnya 5
4. MENGONTROL WAKTU AUDIT INTERNAL

• Pertimbangan dalam mengontrol waktu audit internal:


 Didasarkan atas waktu yang telah digunakan pada tahun-tahun sebelumnya.
 Analisis audit yang akan datang jika dilihat dari lingkup audit tahun sebelumnya.
 Estimasi waktu yang diperlukan untuk pekerjaan lapangan, pembuatan draf laporan, rapat
dan supervisi/penelaahan.
• Staf audit kemudian menyiapkan catatan waktu rinci atas:
 Perencanaan anggaran dan program termasuk survei pendahuluan.
 Pekerjaan lapangan berdasarkan segmen-segmen utama termasuk waktu
 Penelaahan supervisi.
 Penulisan laporan melalui draf awal.
 Penelaahan manajemen termasuk redaksi laporan.
6
5. REVISI ANGGARAN

• Sistem anggaran membutuhkan adanya fleksibilitas dengan tidak melepaskan kontrol


formalnya.
• Aturan revisi anggaran sebaiknya dibuat sederhana dan wajar.
• Revisi tersebut hendaknya tidak menutup-nutupi ketidakkompetensian atau perencanaan audit
yang buruk.
• Revisi anggaran sebaiknya dilaksanakan dan disetujui segera setelah ditentukan bahwa
proyek audit yang sedang berjalan adalah tidak sesuai dengan proyek yang direncanakan
dalam skedul jangka panjang.
• Umumnya anggaran dinilai atas adanya potensi terjadinya revisi segera setelah dilakukannya
survei pendahuluan dan persiapan program audit.

7
6. LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN

• Laporan kemajuan yang formal dapat dibuat setiap bulan atau setiap kuartal
• Manajer audit dapat meminta laporan mingguan sederhana dari staf mereka yang dapat
memberikan informasi perkembangan proyek mereka, khususnya bila anggaran audit telah
habis atau skedulnya telah terlewati dan proyek tersebut masih jauh dari selesai

8
7. PENGGUNAAN TEKNIK PENELAAHAN EVALUASI PROGRAM (PERT)

• Penggunaan proses kontrol sumber daya yang disebut “Teknik Penelaahan dan Evaluasi
Program” (Program Evaluation Review Technique – PERT) penting dalam aktivitas audit internal
• Menyajikan diagram dan grafik yang mudah dipahami.
• Proyek audit dipecah menurut unit-unit aktivitas yang dapat diidentifikasi misalnya: rapat
pembukaan, penyusunan program audit, uji kepatuhan atas aspek-aspek tertentu, pengujian
substantif dari aspek-aspek tersebut dan sebagainya.
• Setiap unit memiliki tiga estimasi waktu : kinerja terbaik, kinerja terburuk, dan kinerja yang
paling mungkin terjadi.
• Setiap unit juga diidentifikasikan mengenai ketergantungannya dengan unit-unit sebelumnya.

9
8. PAPAN SKEDUL AUDIT

• Untuk penjadwalan penugasan staf audit dianjurkan menggunakan semacam bantuan mekanis
atau peranti lunak yang fleksibel dan mudah untuk diperbarui.
• Papan skedul audit: sebagai salah satu alat yang menggunakan sebuah bagan besar yang
menggunakan kartu penugasan dan bendera yang diberi nomor untuk dapat menunjukkan
secara seketika skedul penugasan yang ada untuk jangka waktu selama satu tahun.
• Seluruh bagan meliputi jangka waktu satu tahun dan setiap kolom di antara garis-garis
vertikal menggambarkan waktu satu minggu.
• Skedul penugasan untuk setiap auditor penanggung jawab akan ditulis pada papan tersebut
dengan menggunakan warna yang sama dengan warna yang diberikan pada supervisor
penugasan tersebut.

10
8. TINDAK LANJUT AUDIT

Mengklasifikasikan rekomendasi-rekomendasi audit menjadi tiga kelompok:


1. Tindak lanjut yang signifikan atau segera.
 Maksimal 60 hari untuk diimplementasikan.
 Rekomendasi ini telah diselesaikan pada saat audit berlangsung atau paling tidak tindakan perbaikannya
telah mulai diproses pada saat laporan audit disampaikan.
 Kriterianya adalah seberapa penting rekomendasi tersebut jika dilihat dari risikonya (frekuensi, besaran,
eksposurnya).
2. Rekomendasi yang kurang penting memerlukan implementasi selama 120 hari.
3. Tidak perlu dilakukan tindak lanjut lagi.
 Temuan dengan tipe pertama atau kedua yang telah diselesaikan atau kejadian yang sangat minor
sehingga tidak diperlukan lagi suatu tindak lanjut.

11
9. ARSIP PERMANEN

• Arsip permanen untuk audit internal akan berbeda dengan arsip permanen yang dimiliki oleh
audit keuangan.
• Pada audit keuangan terdapat pola yang konsisten dalam pelaksanaan audit serta adanya
evaluasi atas data akuntansi.
• Pola untuk audit internal tergantung dari perubahan dan fluktuasi pada aktivitas audit:
Perubahan lini produk misalnya dengan berkurangnya satu aktivitas
restrukturisasi organisasi
 Konsep analisis risiko dan penekanan yang berubah
• Oleh karenanya, arsip permanen sebaiknya bersifat fleksibel dan bermanfaat sekaligus
ekonomis.

12
10. SUPERVISI

• Supervisi diperlukan agar produk yang di hasilkan oleh aktivitas audit memiliki kualitas yang
secara konsisten selalu tinggi.
• Supervisor yang kompeten dapat membantu dalam perencanaan audit, memberikan
perspektif yang tidak bias mengenai temuan-temuan audit, menjamin penyusunan kertas kerja
yang profesional membatu menjaga hubungan auditor dan klien tetap baik, mengawasi
anggaran dan skedul, menelaah laporan audit dan memastikan bahwa setiap unsur yang
mendasar tidak terlewati dalam sebuah proyek audit.
• Supervisor audit yang berpengalaman adalah kombinasi dari seorang guru dan pengawas.
• Namun, supervisi yang berlebihan juga dapat menghambat perkembangan staf tersebut.
Misalnya, ketergantungan staf auditor yang berlebihan, dan tidak menyajikan solusi mereka
sendiri kepada supervisornya.

13
11. PENGGUNAAN PERANTI LUNAK

• Peranti lunak akan memiliki kegunaan bagi aktivitas audit internal


• Peranti lunak terebut akan menghasilkan laporan jumlah jam audit yang dianggarkan dan
digunakan untuk setiap proyek, nilai uang dari jam audit tersenut dan alokasi bebannya.
• Peranti lunak ini memberikan laporan mingguan dan laporan bulanan untuk penugasan-
penugasan auditnya.
• Contoh: Peranti Lunak Audit Texaco
 meningkatkan arus kerja dan mengurangi waktu administrasi audit
 mampu memberikan penelaahan terus menerus atas pekerjaan audit yang dikerjakan di lokasi
terpencil
 meningkatkan arus informasi di antara kantor-kantor audit.

14
12. AKTIVITAS AUDIT INTERNAL BESKALA KECIL

• Aktivitas audit berskala kecil cenderung bersifat lebih informal daripada aktivitas yang lebih
besar.
• Catatan-catatan administratifnya biasanya lebih tidak komprehensif dan begitu pula kontrol
internalnya pun sering kali tidak bekerja.
• Hal ini memberikan justifikasi bagi aktivitas audit kecil untuk melakukan prosedur secara
longgar karena ukuran dan jarangnya proyek yang harus dihadapi.
• Oleh sebab itu, proyek-proyek audit di sebuah aktivitas audit kecil hendaknya dikontrol pula
secara formal dan menggunakan anggaran serta skedul audit.
Catatan waktu juga sebaiknya dilaksanakan.
Arsip permanen dibuat dan dijaga.
Daftar pengingat untuk proyek-proyek audit juga disusun dan digunakan serta adanya supervisi atas
audit-audit yang dilaksanakan. 15
BAB 24
JAMINAN ATAS KUALITAS
1. PENDAHULUAN

• Semua profesi sadar bahwa adanya oknum-oknum yang tidak competen dalam suatu
organisasi dapat memberikan citra buruk bagi para profesionalnya yang ahli dan
berdedikasi, dan bagi keseluruhan profesi itu sendiri.

• Oleh sebab itu, untuk menghindari kemungkinan adanya pengaturan oleh pemerintah, mereka
memilih untuk melakukan “evaluasi sendiri” (self-evaluation), atau meminta evaluasi dari pihak
luar, dengan memberikan hukuman bagi mereka yang tidak memenuhi standar.

17
2. PENDEKATAN MAKRO DAN MIKRO

• Pada umumnya, proses evaluasi kualitas diterapkan pada tingkat operasi audit internal
berskala luas:
– metode organisasi entitas
– penempatan staf
– persyaratan pengembangan professional
– independensi di dalam keseluruhan struktur operasi
– perencanaan fungsi audit
– penggunaan metode dan teknologi terbaru
– pelaporan yang efektif
– kontrol proyek-proyek audit
– usaha-usaha untuk meningkatkan hubungan dengan klien
– komunikasi umum
– metode tindak lanjutan audit
– kepatuhan terhadap standar audit internal.

• Penelaahan terhadap setiap individu proses audit.


18
3. STANDAR QUALITY ASSURANCE

• The Institute of Internal Auditors (IIA) melalui Standards 1978 telah mengambil sebuah posisi
yang pasti untuk melakukan penelaahan internal maupun eksternal.
“Direktur audit hendaknya menetapkan dan memelihara pelaksanaan program quality assurance untuk
mengevaluasi jalannya operasi dari aktivitas audit internal.”
• Tujuan: untuk memberikan keyakinan memadai bahwa pekerjaan audit yang dilaksanakan
telah sesuai dengan standar yang ada, piagam audit aktivitas audit internal, dan standar lain
yang berlaku.
• Program quality assurance sebaiknya mencakup unsur-unsur di bawah ini :
1. Supervisi: dilaksanakan secara terus-menerus untuk menjamin adanya kesesuaian dengan standar audit
internal, kebijakan-kebijakan aktivitas, dan program audit.
2. Penelaahan internal: dilaksanakan secara berkala oleh staf audit internal untuk menilai kualitas pelaksanaan
audit internal.
3. Penelaahan eksternal: dilaksanakan oleh seseorang yang memenuhi persyaratan dan independen terhadap
organisasi dan tidak memiliki konflik kepentingan untuk menilai kualitas operasi audit 19
4. QUALITY ASSURANCE

• Practice Advisory secara khusus menganjurkan agar para pihak yang


berkepentingan menerima peran audit internal yang memberikan nilai tambah
dan mampu meningkatkan operasi perusahaan.
• Proses penilaian program kualitas hendaknya meliputi rekomendasi-rekomendasi
yang berhubungan dengan:
 Kepatuhan terhadap Standar dan Kode Etik
 Kecukupan piagam audit, sasaran, tujuan, kebijakan, dan prosedur aktivitas.
 Kontribusi terhadap manajemen risiko, penyelenggaraan, dan proses kontrol.
 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan pemerintah serta standar industri.
 Efektivitas operasi.
 Penambahan nilai dan peningkatan operasi. 20
5. EVOLUSI PENELAAHAN QUALITY ASSURANCE

• Peran audit internal yang semakin besar dalam menilai operasi perusahaan dan memberikan
proteksi dan informasi yang diinginkan untuk pengambilan keputusan manajemen
mengakibatkan timbulnya kebutuhan terhadap assurance yang semakin tinggi bahwa
manajemen dan dewan komisaris telah dilayani secara baik oleh staf audit yang profesional.
• Dibutuhkan sebuah assurance yang objektif dan dapat dipercaya yang dipenuhi melalui peer
review atau penelaahan quality assurance untuk dapat memberikan analisis yang independen
mengenai apakah:
 Audit telah memenuhi kebutuhan dari pihak-pihak yang bergantung kepadanya.
 Operasi audit telah dilaksanakan dengan benar.
 Apakah audit dapat dilakukan dengan lebih baik. Adakah pekerjaan-pekerjaan lain yang dapat
ditambahkan lagi.
 Diperoleh nilai maksimal untuk setiap dolar biaya yang dikeluarkan oleh audit internal.
 Audit internal telah memenuhi standar profesional yang berlaku saat ini. 21
6. KONTROL KUALITAS SAAT INI DALAM AUDIT INTERNAL

• Sebuah survei dilakukan oleh Gupta dan Ray pada 482 perusahaan industri berdasarkan
peringkat perusahaan pada tahun 1990 yang diterbitkan dalam majalah Fortune edisi 22
April 1991.
• Survei tersebut menerima jawaban dari 145 perusahaan yang dapat digunakan, yaitu sekitar
30%, yang berarti tingkat pengembalian yang cukup memuaskan.
• Kuesioner yang diberikan mencakup berbagai aspek dari pekerjaan audit yang berhubungan
dengan kontrol kualitas di sebuah perusahaan. Bagian IV dari formulir kuesioner tersebut
berhubungan dengan organisasi audit internal itu sendiri.
• Pentingnya penyusunan ukuran kinerja yang optimum bagi audit internal, yaitu: perencanaan,
pekerjaan lapangan, dan laporan audit.
• Penulis menyimpulkan bahwa, “Sebagian besar ukuran berkisar pada perbandingan antara
aktual vs anggaran, umpan balik dari pelanggan, dan lain-lain.”
22
7. PRODUKTIVITAS DALAM AUDIT INTERNAL

• Artikel-artikel yang terbit belakangan ini mengenai produktivitas audit internal kebanyakan
menekankan pada aspek-aspek seperti :
1. Jumlah nilai uang yang dapat diselamatkan/diperoleh sebagai hasil dari jumlah aktivitas audit;
2. Jumlah audit yang dapat diselesaikan;
3. Jumlah temuan audit;
4. Jumlah audit yang dapat diselesaikan dengan biaya ±5% dari anggaran; dan lain-lain.

• Produktivitas merupakan hubungan antara input dari sumber daya, dana, tenaga kerja, materi
dan waktu, terhadap output, yang diidentifikasikan sebagai efisiensi, dan terhadap hasilnya,
yang diidentifikasikan sebagai efektivitas.
• Output harus dihubungkan dengan hasil akhir dan input sumber dayanya. Salah satu aspek
penting dalam pengukuran produktivitas adalah penelaahan kualitas.
23
8. MENGEVALUASI PRODUKTIVITAS AUDIT

• Produktivitas di dalam operasi jasa seperti audit internal memiliki kesulitan di dalam
pengukurannya dikarenakan oleh:
 Mungkin tidak mudah bagi seseorang untuk dapat mengidentifikasi dan menguantifikasi output dan
hasil akhir.
 Auditor internal yang memberikan hasil pekerjaan mereka secara internal akan sulit untuk dinilai.
 Audit internal sering kali merupakan hasil kerja sama tim sehingga tanggung jawab output nya
berada di tangan tim.
 Pada umumnya, auditor internal memiliki banyak pertimbangan di dalam memilih tugas yang
hendak dikerjakan serta kapan dan bagaimana pekerjaan tersebut diselesaikan.

24
8. MENGEVALUASI PRODUKTIVITAS AUDIT

• Steve Albrecht dan rekannya melakukan penelitian terhadap fungsi audit internal di 13
Perusahaan besar. Mereka meminta perrusahaan-perusahaan ini mengidentifikasikan kualitas-
kualitas yang mereka percaya sebaiknya dimasukkan ke dalam evaluasi produktivitas. Hasil
yang didapat berdasarkan urutan tingkat kepentingan adalah:
 Temuan dan rekomendasi yang masuk akal dan bermanfaat
 Respons dan umpan balik klien
 Professionalism di dalam aktivitas audit internal
 Kepatuhan dalam rencana audit
 Tidak adanya kejutan-kejutan
 Efektivitas biaya di dalam aktivitas audit internal
 Pengembangan pegawai
 Evaluasi auditor eksternal terhadap aktivitas audit internal
 Umpan balik manajemen operasional
 Jumlah permintaan pekerjaan audit
 Laporan direktur audit
 Evaluasi komite audit atas aktivitas audit internal
 Kualitas kertas kerja
 Hasil dari penelaahaan internal 25
 Umpan balik sejawat.
9. SIAPA YANG DAPAT MENGAUDIT AUDITOR?

Tiga unsur program quality assurance:


1. Supervisi merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Supervisi memfokuskan diri pada
tiap individu audit dan/atau bagian dari audit.
2. Penelaahan internal memberikan keyakinan kepada direktur audit bahwa seluruh staf,
termasuk para supervisor, telah melaksanakan pekerjaan tradisionalnya dengan benar.
3. Penelaahan eksternal merupakan evaluasi atas keseluruhan aktivitas audit internal.
Penelaahan ini harus dilaksanakan oleh pihak-pihak di luar aktivitas audit.

26
9. SIAPA YANG DAPAT MENGAUDIT AUDITOR?

Menurut Standar, pengevaluasi dapat berasal dari:


i. Kelompok sejawat (peer) perusahaan, baik auditor dari kantor pusat yang menilai aktivitas
audit internal anak perusahaan atau kantor cabang.
ii. Auditor eksternal perusahaan. Auditor eksternal memberikan tingkat objektivitas yang lebih
tinggi daripada auditor internal milik perusahaan.
iii. Auditor eksternal dari kantor akuntan lain
iv. Evaluasi silang antara kelompok audit di perusahan berbeda
v. Konsultan yang memenuhi persyaratan. Para pengevaluasi ini hendaknya adalah orang-
orang yang telah memiliki pengalaman nyata dalam melakukan audit internal dan umumnya
berada di tingkat manajemen.
vi. Jasa audit kualitas IIA. IIA memberikan pelayanan untuk jenis jasa seperti ini dan memiliki
auditor-auditor internal yang berpengalaman.
27
10. SUPERVISI

Supervisor harus meyakinkan bahwa:


• pekerjaan audit telah direncanakan dengan baik
• lingkup auditnya telah memadai
• sumber daya audit telah digunakan secara ekonomis
• teknologi telah digunakan dengan tepat
• tidak terlewatkannya kelemahan-kelemahan yang serius
• masalah-masalah yang kecil tidak dibesar-besarkan
• pernyataan audit telah didukung dengan kuat dan logis
• kelemahan-kelemahan signifikan telah didokumentasikan secara menyeluruh
• opini audit telah dilengkapi dengan bukti yang tidak tergoyahkan
• pekerjaan audit tidak dikurangi oleh penelaahan-penelaahan pada permasalahan yang tidak relevan atau tidak
signifikan, dan
• para staf auditor telah dilatih dan dievaluasi dengan benar.
28
10. SUPERVISI
Unsur dari sebuah supervisi audit yang baik

• Supervisor hendaknya melakukan diskusi mengenai tujuan dan lingkup audit yang dilakukan
sebelum melakukan survei pendahuluan.
• Supervisor hendaknya menyetujui secara tertulis program audit yang diajukan dan setiap
perubahan yang terjadi di dalamnya.
• Supervisor hendaknya selalu siap selama audit untuk berdiskusi dengan staf mengenai
sasaran, prosedur, pelaporan, dan setiap masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan audit.
• Supervisor hendaknya melakukan penelaahan secara rutin.
• Supervisor hendaknya menelaah kertas kerja dan menampilkan bukti dari penelaahan tsb.
• Penelaahan supervisor hendaknya memberikan keyakinan bahwa para staf auditor telah
sesuai dengan standar aktivitas, bahwa tujuan audit telah terpenuhi, bahwa kertas kerja yang
ada telah mendukung temuan dan kesimpulan logis yang diambil, serta memberikan informasi
yang layak untuk mendukung sebuah laporan audit yang bermanfaat.
• Dan lainnya. 29
11. PENELAAHAN INTERNAL

• Sebuah penelaahan internal dapat memberikan quality assurance kepada direktur audit
sekaligus pelatihan bagi staf audit.
• Penelaahan ini dapat mengambil bentuk berupa:
 verifikasi
 penelaahan internal
evaluasi oleh klien.
• Penelaahan internal dapat dilakukan secara berkala atau sekali waktu.

30
12. VERIFIKASI

• Untuk berlindung dari kecenderungan melakukan kesalahan dan untuk menjamin


tingginya tingkat laporan audit yang “tidak dapat dipersalahkan,” para
manajer dan direktur audit sebaiknya menerapkan sebuah sistem verifikasi yang
dirancang untuk dapat mendeteksi kesalahan-kesalahan mekanis dan buruknya
pertimbangan dimana mereka tidak berada dalam posisi untuk dapat
mendeteksinya sendiri.
• Seluruh draf laporan audit hendaknya menjadi subyek dari sebuah pengecekan
independen.
• Dapat dilakukan oleh staf audit yang sedang tidak bertugas untuk memberikan
keyakinan bahwa setiap hal telah didukung dan didokumentasi dengan lengkap.
31
13. PROGRAM PENELAAHAN INTERNAL

• Penelaahan internal dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.


• Pertama, tentu adalah informasi yang diberikan kepada direktur audit, yaitu
informasi mengenai seberapa baik prosedur yang ada telah diikuti dan
seberapa baik dokumentasi pekerjaan audit dan laporannya.
• Kedua, adalah nilai yang diberikan bagi auditor eksternal. Pengujian atas
proyek audit di dalam penelaahan eksternal dapat dikurangi jika para penilai
telah melihat adanya bukti yang kredibel dilakukannya penelaahan internal
pada proyek tersebut.

32
14. PENELAHAAN EKSTERNAL

• Penelaahan eksternal sebaiknya dilaksanakan oleh rekan seprofesi dari pihak


yang akan ditelaah, seperti praktisi auditor internal lain.
• Mereka memiliki pengetahuan, pelatihan, dan perspektif yang tidak dapat
diperoleh dari profesi lain.
• Practice advisory menjabarkan kualifikasi penelaah eksternal:
 Independen
 Integritas dan objektivitas
 Kompetensi

33
15. SEBUAH CONTOH PEER REVIEW
Jenis Temuan yang Dapat Diidentifikasi oleh Peer Review

• Dibutuhkan sebuah program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang formal.


• Tidak adanya sistem pelaporan proyek formal yang digunakan untuk mencatat waktu yang
dianggarkan dan digunakan dalam setiap audit.
• Kurangnya pekerjaan yang dilakukan dalam melakukan analisis atas kontrol keuangan pada
saat audit aktivitas keuangan.
• Terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerjaan yang diprogramkan dengan yang
dicapai.
• Tidak terdapat tanda tangan persetujuan oleh supervisor untuk pendokumentasian perubahan
program yang terjadi.
• Manual kebijakan audit tidak memuat instruksi mengenai perencanaan audit, supervisi,
penilaian kinerja, kontrol poyek, dan pendidikan berkelanjutan.
34
16. PEER REVIEW ATAS OPERASI MULTILOKASI

• Peer review ini dilaksanakan seperti audit biasa dan terdiri atas program dan audit atas
aktivitas audit yang memiliki banyak lokasi.
• Bidang-bidang yang dievaluasi hendaknya meliputi:
 Organisasi
 Rencana audit bisnis
 Cakupan audit
 Penempatan staf
 Administrasi kepegawaian
 Pekerjaan lapangan
 Kertas kerja
 Pelaporan
 Independensi
 Perspektif bisnis
 Pihak auditor luar
35
17. PENELAAHAN OLEH ORGANISASI PROFESIONAL LAIN

• Sebuah organisasi mungkin menginginkan evaluasi kualitasnya dilakukan oleh sebuah


organisasi profesional seperti kantor akuntan publik atau perusahaan konsultan manajemen
yang mempunyai spesialisasi dalam audit internal.
• Metodologi penelaahan yang sama diuraikan sebelumnya untuk peer review dapat digunakan
pula oleh penelaahan organisasi professional.
• Pengevaluasi mungkin dapat memberikan rencana alternatif bagi unsur organisasi yang
meminta pelaksanaan evaluasi kualitas itu.
• Salah satu keuntungan dari jenis evaluasi seperti ini adalah organisasi pengavaluasi dapat
membuat perbandingan dengan organisasi lain yang telah berhasil menjalankan fungsi audit
internalnya.

36
18. EVALUASI OLEH KLIEN

• Meskipun peer review atas operasi audit pada umumnya akan meminta evaluasi dari klien
mengenai kualtas dari pekerjaan audit yang diterimanya, proses dari evaluasi oleh klien itu
sendiri adalah sebuah teknik yang sebaiknya menjadi salah satu bagian dari setiap
pelaksanaan audit.
• Pada akhir setiap audit, yaitu setelah dikeluarkannya laporan audit, seorang direktur audit
sebaiknya meminta manajer dari bagian yang diaudit untuk melakukan evaluasi atas fungsi-
fungsi auditnya.

37
19. IMPLEMENTASI MANAJEMEN KUALITAS TOTAL

• Konsep dari Manajemen Kualitas Total (Total Quality Management – TQM) dapat diterapkan
pada operasi audit internal.
1. Penilaian kualitas awal:

2. Kepedulian manajemen audit tingkat atas


3. Pembentukan sebuah dewan kualitas
4. Menumbuhkan kerja sama tim
5. Pengembangan prototipe
6. Perayaan keberhasilan
7. Implementasi pada organisasi
8. Penelaahan kualitas tahunan
9. Tolak ukur
38
20. KEPENTINGAN KUALITAS DARI MANAJEMEN DAN DEWAN KOMISARIS

• Di luar persyaratan yang diminta oleh Standar, manajemen eksekutif dan komite audit dari
dewan komisaris memiliki kepentingan terhadap audit internal.
• Mereka membutuhkan suatu keyakinan bahwa mereka benar-benar dapat bergantung pada
audit internal.
• Adanya U.S Foreign Corrupt Practices Act - FCPA (Undang-undang Praktik Korupsi Amerika
Serikat) tahun 1977
• Securities and Exchange Commission (SEC) telah membawa para pelanggar UU ini ke
pengadilan.

39
21. ISO 9000-SEBUAH TANTANGAN

• Standar kontrol internal seri ISO 9000, terdiri atas lima standar individu mengenai manajemen
kualitas yang saling berhubungan dan dua standar mengenai audit dan pengukuran (seri ISO
10.000).
• Seri ini terdiri atas :
 ISO 9001 - meliputi sistem perancangan, manufaktur, instalasi, dan pelayanan.
 ISO 9002 - meliputi produksi dan instalasi.
 ISO 9003 - meliputi inspeksi dan pengujian produk akhir.
 ISO 9004 - memberikan pedoman dalam memproduksi sistem kualitas perusahaan
 ISO 10011 - berisi pedoman untuk mengaudit sistem kualitas.
 ISO 10012 - berisi persyaratan quality assurance untuk perlengkapan pengukuran.

40
End of Presentation

Anda mungkin juga menyukai