Anda di halaman 1dari 13

Ethical Conduct

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Audit

Dosen:
R. Djoemarma Bede, SE., MBA., Ak, CA
Devianti Yunita H., S.E,M.T.,Ak.

Kelompok 6

Sarah Thalya Suherman 120620210005

Muhamad Hayan Amsaroka 120620210023

Nada Nadya Fahira 120620210024

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha kuasa, hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya kami kelompok 6 sebagai penyaji dapat menyelesaikan Tugus Makalah
Seminar Audit yang berjudul “Ethical Conduct.”

Kami kelompok 6 sebagai tim penyaji mengucapkan terima kasih kepada Bapak R.
Djoemarma Bede, SE., MBA., Ak, CA dan Devianti Yunita H., S.E,M.T.,Ak. Selaku dosen
mata kuliah Seminar Auditing yang relah memberikan kepercayaan kepada kami tim pembahas
untuk dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca. Adapun tim penyaji menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu tim penyaji mengharapkan kritik dan saran membangun dari
pembaca untuk perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.

\
Bandung, Desember 2021

Kelompok Pembahas
(Kelompok 6)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi.
Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas yang
tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri .Setiap bidang profesi tertentu
harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal dengan istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam
bidang akuntansi sendiri salah satu profesi yang ada yaitu profesi Akuntan Publik. Lembaga yang
memiliki fungsi untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi
akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional yaitu Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) telah mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode
etik profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) telah menetapkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik (KEPAP) yang
diadopsi dari Handbook Code of Ethics for Professional Accountants tahun 2016 yang diterbitkan
oleh International Federation of Accountants (IFAC).
KEPAP 2018 harus dipatuhi oleh seluruh pemegang sertifikat CPA dan akuntan publik yang
memuat tiga bagian, yaitu bagian A yang mengatur prinsip dasar etika profesi bagi seluruh CPA,
bagian B yang mengatur penerapan prinsip dasar etika profesi bagi setiap CPA yang berpraktik
melayani publik seperti akuntan publik dan KAP, serta bagian C yang mengatur penerapan prinsip
dasar etika profesi bagi CPA yang bekerja di perusahaan. Prinsip dasar etika profesi termuat dalam
bagian A dari KEPAP 2018 meliputi prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip kehati-hatian
dan kompetensi profesional, prinsip kerahasiaan, dan prinsip perilaku profesional. Kelima prinsip
dasar etika tersebut harus dipatuhi dan diterapkan oleh setiap anggota IAPI, baik akuntan publik
maupun para CPA yang bekerja di perusahaan atau instansi lainnya.
Kode etik merupakan landasan tingkah laku yang menunjukkan arah dan menjamin mutu moral profesi dalam
melakukan suatu pekerjaan yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Berbeda dengan etika
yang membahas mengenai asas dan nilai yang ditujukan terhadap masyarakat umum, kode etik lebih ditujukan
kepada profesional agar menjalankan tugas sebaik-baiknya. Seorang profesional seperti akuntan perlu memahami
pentingnya kode etik akuntan., agar profesi akuntan dihargai dan dapat menjaga kepercayaan publik.
Kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi ditentukan olehkeandalan, kecermatan,
ketepatan waktu, dan mutu jasa atau pelayanan yang dapat diberikan oleh profesi yang
bersangkutan. Kata ”kepercayaan” demikianpentingnya karena tanpa kepercayaan masyarakat
maka jasa profesi tersebut tidak akan diminati, yang kemudian pada gilirannya profesi tersebut akan
punah.Untuk membangun kepercayaan perilaku para pelaku profesi perlu diatur dan kualitas hasil
pekerjaannya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu dibutuhkan penetapan standar tertentu,
sehingga masyarakat dapat meyakini kualitas pekerjaan seorang profesional.
Akuntan perlu mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya sebagai seorang profesional. Setiap
akuntan harus mampu menjaga etika dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, menerapkan kode etik akuntan
dalam menjalankan profesionalitasnya dan mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan . Dalam setiap pelaksanaan
auditnya, auditor dituntut untuk berpedoman kepada kode etik dan standar profesionalnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Kode Etik dan Profesi Akuntan Publik
2.1.1 Pengertian Etika
Arens (2015, 90) menyatakan bahwa etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan
sebagai rangkaian prinsip atau nilai moral. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
etika mempunyai tiga makna yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut Sukrisno Agoes (2009:26) Etika yaitu : “Etika berasal dari kata Yunani “ethos”
(bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah “ta etha”, yang berarti adat istiadat.
Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata Latin:
“mos” (bentuk tunggal), atau “mores” (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
kelakukan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup (Kanter, 2001)”
Etika dapat didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai yang berfungsi
sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku. Setiap individu telah memiliki
prinsip atau nilai moral yang tertanam di dalam dirinya. Hal ini merupakan sifat dasar atau
fitrah mereka sebagai manusia yang menginginkan sebuah kebaikan. Oleh karena itu prinsip-
prinsip moral tersebut juga berfungsi sebagai kriteria untuk menilai benar atau salahnya
perbuatan atau perilaku.
Sebagai alat untuk menjalankan etika, maka disusunlah sebuah kode etik. Kasdin
Sihotang(2016,262) menjelaskan “kode etik” adalah aturan-aturan yang menjadi pegangan
dalam menjalankan suatu profesi tertentu. Kode etik menjadi kerangka konseptual untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi perilaku suatu profesi.
2.1.2 Profesi Akuntan Publik
Profesi berasal dari bahasa latin “profession” dapat diartikan (1) pernyataan dihadapan
umum, (2) pekerjaan, jabatan berkaitan dengan mata pencaharian, (3) kaul, ikrar, pengakuan
dan pernyataan. Kasdin Sihotang (2016,27) menyebutkan ada enam ciri-ciri umum profesi yaitu
menuntut keterampilan khusus, mempunyai komitmen moral yang dipertegas dengan kesetiaan
menjalankan kode etik, mengandalkan hidup dari profesi, mengabdi pada masyarakat,
mempunyai izin untuk praktik, dan memiliki organisasi profesi.
Kata professional menunjuk perbedaan dengan pada orang yang menyandang suatu
profesi. Pada seksi 100 Kode etik akuntan Publik tentang Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi
disebutkan bahwa alah asatu unsur pembeda antara akuntan publik dengan profesi lainnya
adalah dalam hal tanggung jawab secara profesi oleh akuntan pulik untuk melindungi
kepentingan publik. Hal ini mengisyaratkan bahwa akuntan publik tidak hanya menjaga
kepentingan klien, tetapi juga kepeningan publik secara umum. Dalam bertindak bagi
kepentingan publik, akuntan publik harus memperhatikan dan mematuhi ketentuan Kode Etik
Akuntan Publik yang diterapkan kepadanya.
Menurut Rendy, Jullie, Ventje (2013) Etika Profesi Auditor yaitu : “Etika Profesi
Auditor adalah sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi dalam bentuk aturan
khusus. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi
tersebut, yang biasa disebut kode etik”. Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia dimaksudkan
sebagai penduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan public,
bekerja dilingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah maupun dilingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi, yaitu : (1.) Kredibilitas, masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan
sistem informasi (2.) Profesionalisme, diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai professional dibidang akuntansi
(3.)Kualitas Jasa, terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi. (4.) Kepercayaan, pemakai jasa akuntan harus dapat
merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika professional yang melandasi pemberian jasa oleh
akuntan.
2.1.3 Teori yang menyangkut Etika Auditor :
1. Teori teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos. Menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan
atau tindakan diperoleh dengan dicapainya tujuan dari perbuatan itu sendiri. Ada dua macam
aliran dalam teori teleologi ini yaitu: utilitarisme dan egoisme, pengertiannya dibahas
berikutnya.
2. Teori hak
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban.
Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat
manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis.
3. Teori Keutamaan (Virtue)
Adalah memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan
tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai
berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan : kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja
keras, dan hidup yang baik
4. Egoisme
Menurut Rachels (2004: 146) artinya teori mengenai bagaimana kita seharusnya bertindak,
tanpa memandang bagaimana kita biasanya bertindak. Menurut teori ini hanya ada satu prinsip
perilaku yang utama, yakni prinsip kepentingan diri, dan prinsip ini merangkumsemua tugas
dan kewajiban alami seseorang.
5. Utilitarisme
Utilitarisme adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh David Hume. Dalam teori ini suatu
perbuatan atau tindakan dapat dikatakan baik jika dapat menghasilkan manfaat. Akan tetapi
bukan bermanfaat untuk pribadi seseorang saja, tapi untuk sekelompok orang atau sekelompok
masyarakat.
6. Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon, yang berarti kewajiban. Etika
deontologimemberikan pedoman moral agar manusia melakukan apa yang menjadi kewajiban
sesuai dengan nilainilai atau norma-norma yang ada. Suatu perilaku akan dinilai baik atau buruk
berdasarkan kewajiban yang mengacu pada nilai-nilai atau norma-norma moral. Tindakan
sedekah kepada orang miskin adalah tindakan yang baik karena perbuatan tersebut merupakan
kewajiban manusia untuk melakukannya. Sebaliknya, tindakan mencuri, penggelapan dan
korupsi adalah perbuatan buruk dan kewajiban manusia untuk menghindarinya. Etika
deontologi tidak membahas apa akibat atau konsekuensi dari suatu perilaku. Suatu perilaku
dibenarkan bukan karena perilaku itu berakibat baik, tetapi perilakuitu memang baik dan
perilaku itu didasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan.
7. Virtue etics
Virtue Etics atau teori keutamaan dapat didefinisikan sebagai cara pikir seseorang yang
memungkinkan dia untuk bertindak baik secara moral. Teori ini cenderung memandang sikap
atau akhlak seseorang.

100.5 Prinsip Dasar Etika Profesi

Setiap akuntan public atau CPA harus mematuhi prinsip etika profesi berikut ini :
a. Integritas yaitu bersikap tegas dan jujur dalam semua hubungan professional dan hubungan
bisnis.
b. Objektivitas yaitu tidak membiarkan bias, benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihak lain yang dapat memengaruhi pertimbangan professional atau
pertimbangan bisnisnya.
c. Kompetensi Profesional dan Sikap Cermat Kehati-hatian, yaitu memiliki pengetahuan dan
keahlian professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja akan menerima jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik, peraturan dan metode pelaksanaan pekerjaan, serta berindak sungguh-sungguh dan
sesuai dengan metode pelaksanaan pekerjaan dan satandar professional yang berlaku.
d. Kerahasian yaitu menjaga kerahasian informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan
professional dan hubungan bisnis dengan tidak mengungkapkan informasi tersebut kepada
pihak ketiga tanpa adanya persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali terdapat kewajiban
hukum atau hak professional untuk mengungkapkan serta tidak menggunakan informasi
tersebut untuk keuntuangan pribadinya atau pihak ketiga;
e. Prilaku Profesional yaitu mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menghindari perilaku apa pun yang mengurangi kepercayaan profesi.

Masing-masing prinsip dasar ini dijelaskan lebih rinci pada seks 110-150

Pendekatan Kerangka Konseptual

100.6 Ancaman terhadap kepatuhan Akuntan Publik atau CPA pada prinsip dasar etika profesi dapat
terjadi dalam situasi tertentu ketika Akuntan Publik atau CPA melaksanakan pekerjaanya. Karena
beragamnya situasi tersebut, tidak mungkin untuk menjelaskan semua situasi yang menimbulkan
ancaman-ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, serta menjelaskan tindakan
yang sesuai. Selain itu sifat berbagai perikatan dan berbagai penugasan kerja mungkin berbeda-beda,
sehingga dapat menimbulkan ancaman-ancaman yang berbeda-beda dan memerlukan berbagai
pengamanan yang berbeda-beda.

Oleh sebab itu, Kode Etik ini menetapkan suatu kerangka konseptual yang mengharuskan setiap
Akuntan Publik atau CPA untuk mengindentifikasi, mengevaluasi dan mengatasi berbagai ancaman
terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Pendekatan kerangka konseptual membantu setiap
Akuntan Publik atau CPA dalam mematuhi berbagai ketentuan etika dalam Kode Etik ini dan
memenuhi tanggung jawabnya pada saat bertindak untuk kepentingan public. Pendekatan ini
mengakomodasi beragam keadaan yang dapat menimbulkan berbagai ancaman terhadap kepatuhan
pada prinsip dasar etika profesi dan untuk mencegah setia Akuntan Publik atau CPA berkesimpulan
bahwa pada situasi tertentu diperbolehkan untuk melakukan suatu tindakan ketika tidak ada larangan
secara spesifik.

100.7 Ketika Akuntan Publik atau CPA mengidentifikasi berbagai ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi dan berdasarkan suatu pengevaluasian terhadap berbagai ancaman tersebut,
menetapkan bahwa berbagai ancaman tersebut tidak berada pada suatu tingkat yang dapat diterima,
maka Akuntan Publik atau CPA tersebut harus menentukan apakah tersedia berbagai pengamanan yang
tepat dan dapat diterapkan untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai ancaman tersebut sampai
pada suatu tingkat yang diteriima. Dalam membuat penetapan tersebut Akuntan Publik atau CPA harus
menggunakan pertimbangan professional dan mempertimbangkan apakah pihak ketiga yang memiliki
informasi yang memadai dan rasional, dengan mempertimbangan seluruh seluruh fakta dan keadaan
yang tersedia bagi Akuntan Publik atau CPA tersebut pada saat itu, akan menyimpulkan bahwa
berbagai ancaman tersebut akan dapat dihilangkan atau dikurangi sampai pada suatu tingkat yang dapat
diterima, sehingga kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi tidak dikurangi.

100.8 Setiap Akuntan Publik atau CPA harus mengevaluasi setiap ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi ketika Akuntan Publik atau CPA tersebut mengetahui atau secara memadai
dianggap mengetahui, adanya berbagai keadaan atau berbagai hubungan yang dapat mengurangi
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi tersebut.

100.9 Setiap Akuntan Publik atau CPA harus mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif dan
kuantitatif ketika mengevaluasi signifikan dari suatu ancaman. Pada saat menerapkan kerangka
konseptual tersebut, setiap Akuntan Publik atau CPA mungkin menemui berbagai situasi ketika
berbagai ancaman tidak dapat dihilangkan atau dikurangi sampai pada suatu tingkat yang dapat
diterima, baik karena ancaman tersebut terlalu signifikan atau karena berbagai pengamanan yang tepat
tidak tersedia atau tidak dapat diterapkan.
100.10 Seksi 290 dan 291 berisi ketentua-ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap Akuntan Publik
atau CPA ketika mengidentifikasi suatu pelanggaran terhadap ketentuan independensi dalam Kode
Etik. Ketika Akuntan Publik atau CPA mengidentifkasi suatu pelanggaran terhadap ketentuan lain pada
Kode Etik ini, Akuntan Publik atau CPA tersebut harus mengevaluasi signifikansi pelanggaran tersebut
dan dampaknya terhadap kemampuan Akuntan Publik atau CPA tersebut untuk mematuhi prinsip dasar
etika profesi. Setiap Akuntan Publik atau CPA harus sesegera mungkin melakukan berbagai tindakan
apa pun untuk mengarasi berbagai dampak pelanggaran tersebut. Setiap Akuntan Publik atau CPA
harus menentukan apakah harus melaporkan pelanggaran tersebut, misalnya kepada pihak yang terkena
dampak pelanggaran terseut, IAPI, regulator atau oritas pengawasan yang terkait.

100.11 Ketika Akuntan Publik atau CPA menghadapi berbagai keadaan yang tidak biasa dalam
penerapan suatu aturan tertentu dari Kode Etik yang mengakibatkan hasil suatu keluaran yang tidak
sepadan atau keluaran yang tidak memenuhi kepentingan publik, Akuntan Publik atau CPA tersebut
direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan IAPI atau regulator yang terkait.

Ancaman dan Pengamanan

100.12 Berbagai ancaman dapat timbul melalui beragam jenis hubungan dan keadaan. Ketika suatu
hubungan atau keadaan menimbulkan suatu ancaman, maka ancaman tersebut dapat mengurangi atau
dianggap dapat mengurangi, kepatuhan Akuntan Publik atau CPA terhadap prinsip dasar etika profesi.
Suatu keadaan atau hubungan dapat menimbulkan lebih dari satu ancaman dan dapat memengaruhi
kepatuhan pada lebih dari satu prinsip dasar etika profesi.

Berbagai ancaman dapat dikategorikan menjadi:

a. Ancaman kepentingan pribadi (self interest thereat) yaitu suatu ancaman yang terkait dengan
kepentingan keuangan atau kepentingan lain yang akan memengaruhi pertimbangan atau
perilaku Akuntan Publik atau CPA yang tidak layak;
b. Ancaman telah pribadi (self riview threat), yaitu suatu ancaman yang terjadi dari Akuntan
Publik atau CPA tidak secara tepat melakukan evaluasi atau suatu pertimbangan yang dibuat
sebelumnya, atau kegiatan atau jasa yang dilakukan oleh Akuntan Publik atau CPA tersebut
atau oleh personel lain pada Kantor atau entitas pemberi kerja, yang akan digunakan sebagai
dasar oleh Akuntan Publik atau CPA tersebut ketika membuat pertimbangan sebagai bagian
dari pelaksanaan kegiatan yang sedang dilakukan atau penyedia jasa yang sedang diberikan;
c. Ancaman advokasi (advocy threat) yaitu suatu ancaman yang terjadi ketika CPA mendukung
posisi klien atau entitas tempatnya bekera sampai pada titik yang dapat mengurangi objektivitas
Akuntan Publik atau CPA tersebut;
d. Ancaman kedekatan (familiarity threat) yaitu suatu ancaman yang terjadi karena hubungan
yang lama atau hubungan yang dekat dengan klien atau pemberi kerja, Akuntan Publik atau
CPA telalu bersimpati pada kepentingan klien atau kepentingan entitas pemberi kerja atau
terlalu mudah menerima hasil pekerjaan mereka; dan
e. Ancaman intimidasi (intimidarion threat) yaitu suatu ancaman yang terjadi ketika Akuntan
Publik atau CPA dihalangi untuk bertindak secara obektif karena tekanan yang nyata atau
tekanan yang dirahasiakan, termasuk upaya memengaruhi mereka secara tidak semestinya.

Bagian B dan bagian C kode etik ini menjelaskan bagaimana kategori-kategori berbagai
ancaman tersebut masing-masing terjadi bagai Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik
melayani public dan CPA yang bekerja pada entitas bisnis. Setiap AKuntan Publik atau CPA
melayani public dapat menggunakan bagian C yang relevan untuk keadaan tertentu yang
mereka hadapi.

100.13 Berbagai pengamanan adalah berbagia tindakan atau upaya-upaya lain yang dapat
menghilangkan atua mengurangi berbagai ancaman sampai pada suatu tingkat yang dapat diterima.
Pengamanan-pengamanan dibagi dalam dua kategori sebagai berikut:

a. pengamanan yang ditetapkan oleh profesi, perundang-undangan atau peraturan dan

b. pengamanan-pengamanan dalam lingkungan kerja

100.14 Berbagai pengaman yang diterapkan oleh profesi, perundang-undangan tau peraturan termasuk:

a. Persyaratan pendidikan, pelatihan dan pengalaman untuk memasuki profesi;


b. Persyaratan pendidikan professional berkelanjutan;
c. Peratura-peraturan tata kelola korporat;
d. Standar profesi
e. Berbagai prosedur pemantauan dan pendisiplianan oleh IAPI atau regulator;
f. Penelaahan eksternal oleh suatu pihak ketiga yang berwenang oleh hukum atas laporan-laporan,
pernyataan berbagai formulir pelaporan,komunikasi atau informasi yang dihasilkan oleh
Akuntan public atau CPA

100.15 Bagian B dan bagian C Kode Etik ini menjelaskan berbagai pengamanan dalam lingkungan
kerja bagi para Akuntan Publik atau CPA yang berpraktif menyani public dan CPA yang bekera pada
entitas bisnis.

100.16 berbagai pengaman tertentu dapat meningkatkan kemungkinan pengidentifikasian atau


pencegahan perilaku yang tidak sesuai dengan etika profesi. Berbagai pengaman tersebut dapat
ditetapkan oleh IAPI, perundanga-undangan, peraturan atau entitas pemberi kerja, termasuk :

a. Setiap pengaduan yang efektif dan terpublikasi dengan baik, yang diterapkan oleh suatu
pemberi kerja, IAPI atau regulator yang memungkinkan para rekan sejawat, para pemberi kerja
dan anggota-anggota masyarakat untuk melaporkan perilaku tidak professional atau tidak etis;
b. Suatu kewajiban yang dinyatakan secara eksplisit untuk melaporakan pelanggaran etika.

Benturan Kepentingan

100.17 akuntan public atau CPA mungkin menghadapi benturan kepentingan ketika melakukan suatu
kegiatan professional. Benturan kepentingan menimbulkan ancaman terhadap objektivitas dan mungkin
menimbulkan berbagai ancaman terhadap prinsip dasar etika profesi lainnya. Berbagai ancaman
tersebut dapat timbul karena:

a. Akuntan public atau CPA tersebut melakukan suaut kegiatan professional yang terkait dengan
suatu permasalahan tersebutuntuk dua pihak atau lebih yang memiliki berbagai kepentingan
yang saling berbenturan terkait dengan permasalah tersebut; atau
b. Berbagai kepentingan Akuntan Publik atau CPA tersebut berkaitan dengan suatu permasalah
tersebut berbrnturan dengan berbagai kepentingan pihak lain karena Akuntan Publik atau CPA
tersebut juga melakukan suatu kegiatan professional yang berkaitan dengan permasalahhan
tertentu tersebut.
100.18 Bagian B dan bagian C kode Etik ini menjelaskan berbagai benturan kepentingan untuk
masing-masing para Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public dan para CPA yang
berkerja pada entitas bisnis.

Penyelesaian Masalah yang Terkait dengan Etika Profesi

100.19 Setiap Akuntan Publik atau CPA diharuskan menyelesaikan setiap masalah untuk mematuhi
prinsip dasar etika profesi.

100.20 Ketika Akuntan Publik atau CPA memulai proses penyelesaian benturan terkait kepatuhan pada
prinsip dasar, baik secara formal maupun informal, maka faktor-faktor berikut ini mungkin relevan,
baik sebagai satu faktor yang berdiri sendiri maupun bersama-sama dengan faktor lain, untuk
digunakan dalam proses penyelesaikan benturan tersebut:

a. Fakta-fakta yang relevan;


b. Berbeagai peramsalahan Etika yang terkati;
c. Prinisp dasar etika profesi yang terkati dengan hal yang dipermasalahkan;
d. Prosedur-prosedur internal yang berlaku ; dan
e. Berbagai tindakan alternatif.

Anda mungkin juga menyukai