Anda di halaman 1dari 12

PERJUANGAN SULTAN ISKANDAR MUDA DALAM MENCAPAI

KEJAYAAN KERAJAAN ACEH DI NUSANTARA

Eka Yunita, Tontowi Amsia, Syaiful M


FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Telepon (0721) 704 947 faximile (0721) 704 624
e-mail: ekayunita654@gmail.com
Hp 085279209354

The aim of this research was to find out the struggle of sultan Iskandar Muda to achieve a
glory of Aceh kingdom in the archipelago in 1607-1636. The method used in this research
was history research method. Data collecting technique used in this research were literature
and documentary technique. Data analyzing technique used was qualitative. The result
showed that the struggle of Sultan Iskandar Muda to achieve a glory of Aceh kingdom in the
archipelago namely through physical and non-physical struggle. The physical struggle was by
strengthening the fleet and army, then expanding the empire of aceh kingdom by conquering
the kingdom of Deli, Aru, Johor, Pahang, and Kedah kingdom, and attacking the Portuguese
in Malacca. By non-physical struggle was increasing the trade in the kingdom of Aceh which
was known as the pepper trade center in Sumatera and made cooperation with Indian Nation,
British Empire and the kingdom of France.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk perjuangan Sultan Iskandar Muda
dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik kepustakaan dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa
bentuk perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di
Nusantara melalui perjuangan fisik dan perjuangan non fisik. Melalui perjuangan fisik adalah
dengan memperkuat armada dan angkatan perang, kemudian memperluas wilayah Kerajaan
Aceh dengan menaklukkan Kerajaan Deli, Kerajaan Aru, Kerajaan Johor, Kerajaan Pahang
dan Kerajaan Kedah dan melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Sedangkan
melalui perjuangan non fisik yaitu meningkatkan perdagangan di Kerajaan Aceh yang
dikenal sebagai pusat perdagangan lada di Sumatera dan menjalin kerjasama dengan Bangsa
India, Kerajaan Inggris, dan Kerajaan Prancis.

Kata kunci: kejayaan, perjuangan, sultan Iskandar Muda


PENDAHULUAN Menurut Iskandar Syah (2008: 66)
Sejarah Kerajaan Aceh merupakan Aceh cepat berkembang menjadi besar
salah satu bagian penting dari sejarah karena didukung oleh:
perjuangan bangsa Indonesia. Pada masa 1. Letak ibu kota Aceh yang strategis,
itu, Aceh sebagai tempat yang strategis yaitu di pintu gerbang pelayaran dari
pada jalur transportasi internasional sangat India dan Timur Tengah yang akan ke
dikenal di mancanegara terutama pada Malaka/Cina atau ke Jawa.
awal hubungan perdagangan antar bangsa. 2. Pelabuhan Aceh memiliki persyaratan
Aceh pada masa kejayaannya merupakan yang baik sebagai pelabuhan dagang.
daerah maritim. Para saudagar dari Arab, 3. Daerah Aceh kaya dengan lada
India bahkan Eropa mencari rempah- sebagai ekspor mata dagangan yang
rempah di Sumatera. penting. Aceh sudah sejak dahulu
Kerajaan Aceh merupakan salah satu mengadakan hubungan dagang
kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia, internasional.
terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan 4. Jatuhnya Malaka ketangan Portugis
paling barat dari kepulauan Nusantara. yang menyebabkan pedagang-
Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1520- pedagang Islam banyak singgah ke
1903, Sultan Ali Mughayat Syah adalah Aceh, terlebih setelah jalur pelayaran
sultan Aceh yang pertama memimpin beralih lewat di sepanjang pantai barat
Aceh mulai tahun 1520-1530. Wilayah Sumatera.
Kerajaan Aceh pada awal kepemimpinan Banyaknya pedagang Islam yang
Sultan Ali Mughayat Syah meliputi daerah berdatangan ke pelabuhan Aceh seperti
Aceh Besar kemudian diperluas dengan Arab, Parsi, dan India yang disusul oleh
menaklukkan daerah-daerah pelabuhan pedagang-pedagang asing dari Eropa
dagang di pesisir timur Sumatera yang seperti Belanda, Inggris dan Perancis
bersebelahan dengan Selat Malaka seperti menambah semarak kegiatan perdagangan
Pasai, Daya, dan Pidie. Wilayah yang di pelabuhan Aceh sekaligus
berada di sekitar Selat Malaka memiliki mendatangkan kekayaan dan kemakmuran
peranan yang sangat penting dalam bagi Kerajaan Aceh. Menurut Marwati
kegiatan perdagangan dan lalu lintas Djoened Poesponegoro dan Nugroho
perdagangan Nusantara sehingga wilayah Notosusanto (1990: 31) dalam buku
yang berada di sekitarnya memiliki Sejarah Nasional Indonesia Jilid III,
kesempatan untuk berkembang termasuk mengemukakan bahwa Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh. mengalami puncak kekuasaan di bawah
Pelabuhan Malaka yang ketika itu pemerintahan Sultan Iskandar Muda
berperan sebagai pusat perdagangan (1607-1636). Pada masa pemerintahan
internasional dikuasai oleh Portugis pada Sultan yang terkenal itu terjadi kemajuan
tahun 1511 sehingga mengakibatkan di bidang politik, ekonomi-perdagangan,
banyak pedagang memilih meninggalkan hubungan internasional, memperkuat
Malaka dan mencari pelabuhan-pelabuhan angkatan perang, mengembangkan
dagang lainnya seperti pelabuhan Aceh kebudayaan dan memperkuat kehidupan
yang masih berada di sekitar Selat Malaka. keagamaan. Hal serupa juga dikemukakan
Keadaan tersebut sangat menguntungkan oleh T. Ibrahim Alfian (1987: 36) bahwa
Kerajaan Aceh yang sedang puncak perkembangan Kerajaan Aceh
mengembangkan pelabuhannya menjadi terjadi pada masa Sultan Iskandar Muda
pusat perdagang rempah-rempah (1607-1636). Masa pemerintahan sultan ini
khususnya lada yang saat itu menjadi merupakan masa kejayaan Aceh, baik
barang dagangan utama. politis maupun ekonomis.
Perjuangan yang telah dilakukan adalah kejayaan Kerajaan Aceh di
Sultan-sultan Aceh sebelumnya cukup Nusantara masa kepemimpinan Sultan
besar manfaatnya bagi perkembangan Iskandar Muda tahun 1607-1636.
Berdasarkan uraian diatas penulis
Kerajaan Aceh namun mencapai puncak
tertarik untuk mengkaji lebih spesifik
kejayaannya pada masa kepemimpinan mengenai Perjuangan Sultan Iskandar
Sultan Iskandar Muda. Menurut Kansil Muda dalam mencapai kejayaan Kerajaan
dan Julianto (1988: 7) mengemukakan Aceh di Nusantara tahun 1607-1636,
bahwa perjuangan merupakan suatu dalam usaha untuk mengenal lebih jauh
kegiatan yang mengandung unsur tentang perjuangan Sultan Iskandar Muda
keberanian, kekuatan, kepahlawanan, yang didalamnya terdapat banyak
keteladanan yang tentunya bermanfaat
kebenaran, keikhlasan dan kemampuan
bagi pembangunan bangsa, negara dan
untuk bekerja. Kemudian Susanto generasi muda.
Tirtoprojo (1982: 7) mengkategorikan Rumusan masalah pada penelitian ini
perjuangan dalam dua bentuk yaitu adalah Apasajakah bentuk perjuangan
perjuangan fisik dan perjuangan non fisik. Sultan Iskandar Muda dalam mencapai
Perjuangan fisik adalah suatu bentuk usaha kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara
perlawanan untuk mencapai suatu tujuan tahun 1607-1636. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bentuk
menggunakan senjata maupun benda-
perjuangan Sultan Iskandar Muda dalam
benda lainnya. Sedangkan perjuangan non mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di
fisik merupakan perjuangan yang lebih Nusantara Tahun 1607-1636.
mengarah pada usaha yang bersifat damai.
Perjuangan non fisik dapat dilakukan METODE PENELITIAN
dengan cara perundingan atau diplomasi Metode penelitian yang digunakan
sebagai altenatif penyelesaian suatu dalam penelitian ini adalah metode
masalah. Perjuangan ini merupakan usaha historis. Menurut Suryadi Suryabrata,
metode penelitian historis adalah
yang dapat menempatkan diri pada posisi
penelitian yang bertujuan untuk
yang menguntungkan, dalam arti merekonstruksi secara sistematis dan
mencegah kerugian yang diderita objektif dengan mengumpulkan,
dibandingkan dengan perjuangan fisik. mengevaluasi, serta meganalisa bukti-bukti
Pada masa kepemimpinannya Sultan untuk menegakkan fakta dan memperoleh
Iskandar Muda, beliau melanjutkan kesimpulan (Suryadi Suryabrata, 2000:
perjuangan Sultan-sultan Aceh 16).
sebelumnya. Perjuangan yang Metode historis memusatkan pada
dilakukannya adalah memperkuat armada masa lalu dan bukti-bukti sejarah seperti
dan angkatan perang, melakukan arsip-arsip, benda-benda peninggalan,
penaklukkan wilayah, penyerangan hasil dokumentasi dan tempat-tempat yang
terhadap Portugis dan menjalin kerjasama dianggap memiliki nilai-nilai sejarah.
perdagangan. Melihat kembali masa Data-data tersebut tidak hanya untuk
kejayaan kerajaan-kerajaan besar yang ada diungkap dari pandangan sejarahnya saja,
di Nusantara serta semangat perjuangan tetapi juga diungkap berdasarkan berbagai
yang dilakukan para pemimpinnya dalam aspek kehidupan baik dari pendidikan,
usaha menjaga eksistensinya sebagai pemerintahan, politik, adat istiadat dan
kerajaan besar di kepulauan Nusantara lain-lain. Masalah yang dihadapi peneliti
hingga ke luar kepulauan Nusantara adalah terbatas dari data-data atau sumber-
merupakan bagian dari peristiwa sejarah sumber yang sudah ada. Tujuan penelitian
yang menarik untuk diteliti, salah satunya historis menurut Nurul Zuriah (2005: 52)
adalah untuk memahami kejadian masa sudah diperoleh lalu memilah data
lalu dan mencoba memahami masa kini yang sesuai dengan kajian yang ditulis
atas dasar peristiwa atau perkembangan oleh peneliti.
peristiwa dimasa lampau 4. Historiografi adalah cara penulisan
Menurut Nugroho Notosusanto sejarah sebagai ilmu dalam bentuk
langkah-langkah dalam penelitian historis, laporan hasil penelitian. Dalam hal ini
yaitu : penulis membuat laporan penelitian
1. Heuristik adalah proses mencari untuk berupa Skripsi dari data yang sudah
menemukan sumber-sumber sejarah. diperoleh dari heuristik, kritik dan
2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak interpretasi. Proses penulisan dalam
sejarah itu asli atau palsu. bentuk skripsi sesuai dengan tema
3. Interpretasi adalah setelah mendapatkan yang dipilih yaitu Perjuangan Sultan
fakta-fakta yang diperlukan maka kita Iskandar Muda dalam mencapai
harus merangkaikan fakta-fakta itu kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara
menjadi keseluruhan yang masuk akal. tahun 1607-1636. Penulisan Skripsi
4. Historiografi adalah suatu kegiatan disusun berdasarkan format penulisan
penulisan dalam bentuk laporan hasil karya ilmiah yang berlaku di
penelitian (Nugroho Notosusanto, 1984: Universitas Lampung.
11). Teknik pengumpulan data yang
Berdasarkan langkah-langkah dalam digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian historis tersebut maka langkah- Teknik Kepustakaan dan Teknik
langkah dalam penelitian ini adalah : Dokumentasi. Menurut Koentjaraningrat,
1. Heuristik adalah proses mencari untuk Teknik kepustakaan merupakan cara
menemukan sumber-sumber sejarah. pengumpulan data dan informasi dengan
Proses yang dilakukan penulis dalam bantuan bermacam-macam materi yang
heuristik ini adalah dengan cara terdapat di ruang perpustakaan,misalnya
mencari buku, arsip dan dokumen dalam bentuk koran, naskah, catatan,
yang ada di Perpustakaan Unila dan kisah sejarah, dokumen-dokumen dan
Perpustakaan daerah Lampung yang sebagainya yang relevan dengan bahan
sesuai dengan tema penelitian. Pada penelitian (Koentjaraningrat, 1983: 133).
tahap ini peneliti mencoba mencari Teknik studi kepustakaan dilaksanakan
dan melakukan pengumpulan data dengan cara mendapatkan sumber-sumber
yang dibutuhkan atau yang data yang diperoleh dari perpustakaan
berhubungan dengan perjuangan yaitu dengan mempelajari buku-buku
Sultan Iskandar Muda dalam literatur yang berkaitan dengan masalah
mencapai kejayaan Kerajaan Aceh di yang diteliti.
Nusantara tahun 1607-1636. Kemudian menurut Hadari Nawawi,
2. Kritik adalah menyelidiki apakah teknik dokumentasi adalah cara
jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu mengumpulkan data melalui sumber
dan apakah dapat digunakan atau tertulis terutama berupa arsip-arsip dan
sesuai dengan tema penelitian. Proses termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil
ini dilakukan penulis dengan cara atau hukum-hukum dan lain-lain, yang
memilah-milah dan menyesuaikan berhubungan dengan masalah yang akan di
data yang diperoleh dari heuristik teliti (Hadari Nawawi, 1993: 134). Teknik
dengan tema yang akan dikaji serta dokumentasi adalah usaha peneliti dalam
keaslian data sudah dapat diketahui. mengambil serta mengabadikan gambar-
3. Interpretasi adalah merangkai fakta- gambar atau segala macam bentuk
fakta itu menjadi keseluruhan yang kejadian peristiwa yang sesuai dengan
masuk akal. Dalam hal ini penulis masalah yang diteliti sebagai bukti yang
menganalisis data dan fakta yang dapat dipercayai kebenarannya.
Data-data yang terdapat dalam Sultan Iskandar Muda dapat dilihat dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dengan bentuk perjuangan fisik dan perjuangan
demikian teknik analisis data yang non fisik. Perjuangan fisik yang dilakukan
digunakan adalah teknik analisis data Sultan Iskandar Muda dalam mencapai
kualitatif. Menurut Joko Subagyo, kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara
penelitian kualitatif adalah data yang dapat dilihat pada penjelasan sebagai
berupa informasi, uraian dalam bentuk berikut.
bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan Kejayaan kerajaan Aceh pada masa
data lainnya untuk mendapatkan kejelasan kepemimpinan Sutan Iskandar Muda
terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, ditandai dengan besarnya kekuatan armada
sehingga memperoleh gambaran baru atau dan angkatan perang yang dimiliki Aceh
memuatkan suatu gambaran yang sudah pada masa itu. Menurut Augustin de
ada dan sebaliknya (Joko Subagyo, 2006: Beaulieu, sepanjang yang diketahuinya,
106). Analisis data merupakan hasil dari setelah Sultan Iskandar Muda memerintah
pemikiran atau opini penulis terhadap maka orang Aceh telah menjadi prajurit
segala sumber yang telah didapat dan terbaik di kepulauan Nusantara. Kapal-
kemudian akan mempermudah peneliti kapal perang Aceh jauh lebih besar dari
untuk menyelesaikan masalah yang sedang kapal-kapal yang pernah dibuat orang
diteliti. Eropa di zaman itu (Mohammad Said,
Proses analisis data kualitatif 1981: 309). Untuk mengetahui perjuangan
dilakukan melalui beberapa tahapan, Sultan Iskandar Muda maka berikut ini
adapun langkah yang dilakukan dalam adalah bentuk perjuangan fisik yang
teknik analisis data kualitatif menurut dilakukannya selama memimpin Kerajaan
Muhammad Ali (1985: 151) yaitu : Aceh.
1. Penyusunan data merupakan usaha Angkatan perang Kerajaan Aceh sudah
dari peneliti dalam memilih data yang dibangun sejak masa kepemimpinan
sesuai dengan data yang akan diteliti sultan Aceh yang pertama yaitu Sultan Ali
dari data yang diperoleh. Mughayat Syah. Sultan-sultan berikutnya
2. Klasifikasi data merupakan usaha dari yang memimpin Aceh juga terus
peneliti untuk menggolongkan data memperbesar dan memperkuat angkatan
berdasarkan jenisnya. perang Aceh seperti Sultan Alaidin Riayat
3. Pengolahan data, setelah data di Syah Al-Kahar dan mencapai kejayaannya
golong-golongkan berdasarkan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar
jenisnya kemudian peneliti Muda.
mengolahnya ke dalam suasana Memperkuat armada dan angkatan
kalimat secara kronologis perang merupakan upaya penting yang
sehingga mudah dipahami. dilakukan sebuah kerajaan apabila ingin
4. Penyimpulan, setelah melakukan tetap bertahan di tengah kuatnya
langkah-langkah di atas langkah persaingan. Sultan Iskandar Muda
terakhir dari penelitian ini adalah menyadari adanya persaingan antara
menyimpulkan hasil dari penelitian kerajaan Aceh dengan bangsa asing yang
sehingga akan memperoleh suatu ingin menguasai perdagangan di
kesimpulan yang jelas kebenaran. Nusantara. Oleh karena itu, Sultan
Iskandar Muda terus berupaya
HASIL DAN PEMBAHASAN memperkuat armada dan angkatan
Berbagai upaya yang telah dilakukan perangnya untuk melindungi wilayah
oleh Sultan Iskandar Muda selama kerajaan Aceh dan perdagangannya
memimpin Kerajaan Aceh dapat diketahui sekaligus memerangi bangsa manapun
melalui perjuangan-perjuangan yang telah yang ingin menguasai Aceh. Menurut
dilakukannya. Perjuangan yang dilakukan Zakaria Ahmad, pada masa kepemimpinan
Sultan Iskandar Muda, angkatan perang pandai bahasa Arab sebab itulah ia dipilih
Aceh sudah cukup kuat dan sanggup menjadi Panglima dan kepala rombongan.
menandingi angkatan perang dan armada Berangkatlah utusan itu dengan tiga buah
kerajaan-kerajaan modern pada zaman itu. kapal dari Teluk Aceh. Utusan ini tiba di
Dengan angkatan perang dan armadanya Kerajaan Turki setelah menempuh
itu Aceh telah menjadi kerajaan maritim pelayaran selama kurang lebih dua tahun
yang kuat (Zakaria Ahmad, 1972: 135). lamanya. Selama berada di Kerajaan
Guna memujudkannya maka Sultan Turki, Panglima Nya Dum beserta
Iskandar Muda menjalin kerjasama dengan rombongannya berkesempatan melihat-
Kerajaan Turki dan Kerajaan Inggris untuk lihat alat perang kerajaan Turki dan
mendapatkan bantuan berupa persenjataan mempelajari taktik peperangan yang
maupun ahli-ahli militer disamping tetap diajari oleh perwira-perwira Turki. Setelah
memberdayakan kekuatan yang sudah berada di negeri Turki kurang lebih 3
dimiliki kerajaan Aceh. bulan lamanya, maka utusan ini pulang ke
Pada masa kepemimpinan Sutan negeri Aceh dengan membawa sebuah
Iskandar Muda, Kerajaan Aceh menjalin meriam dan beberapa orang Turki yang
hubungan kerjasama dengan Kerajaan ahli dalam membuat senjata. Meriam ini
Turki. Pada masa itu, Kerajaan Turki kemudian dikenal dengan nama meriam
merupakan pusat pemerintahan Islam yang lada secupak. Pemberian nama ini
menjadi pengayom bagi kerajaan-kerajaan dikaitkan dengan persembahan lada secara
Islam yang lain, termasuk di dalamnya simbolis yang dilakukan panglima Nya
adalah Kerajaan Aceh. Maka, langkah Dum kepada sutan Turki berupa secupak
awal yang dilakukan Aceh adalah menjalin (kurang lebih setengah liter) lada.
dan mempererat hubungan kerjasama Kunjungan tersebut dilakukan untuk
dengan Turki. Hubungan antara Kerajaan mempererat hubungan Kerajaan Aceh
Aceh dengan Kerajaan Turki terjalin dengan Sultan Turki. Dengan adanya
pertama kali semenjak masa bantuan dari Sultan Turki yang datang
kepemimpinan Sultan Ali Riayat Syah AI bersama utusanya yang dipimpin Panglima
Qahhar (1537-1571) dengan Sultan Turki Nya Dum berupa ahli-ahli yang pandai
Salim Khan. Pada masa itu Sultan Turki membuat senjata dan meriam, maka Sultan
telah menjalin persahabatan dengnn Sultan Iskandar Muda berharap Kerajaan Aceh
Aceh dan telah mengirim 40 orang dapat membuat sendiri berbagai
perwira/tentara ahli barisan meriam perlengkapan senjata untuk berperang.
(artileri) dan kuda (kavaleri). Setelah itu Menurut Zainuddin, Aceh tidak saja
Sultan Alauddin Mansyur Syah (1577- mendapat bantuan senjata dari kerajaan
1586) juga telah membuat dan Turki, tetapi dapat membeli dari bangsa
memperkuat perjanjian lama dan telah Inggris, dengan itu kekuatan angkatan laut
mengirim bingkisan kepada Sultan Abdul Aceh bertambah kuat (H.M. Zainuddin,
Hamid Khan dan menyatakan bahwa Turki 1961: 300). Hubungan kerjasama antara
melindungi kerajan Aceh. Kemudian yang Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Inggris
ketiga dimasa Sultan Alauddin Riayat dimulai tahun 1602. Pada waktu itu,
Syah Saidil Mukammil (1588-1604) Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan
dengnn Sultan Turki Mustafa Khan. Alaudin Riayat Syah Al-Mukammal atau
Pada masa kepemimpinan Sultan kakeknya Sultan Iskandar Muda.
Iskandar Muda (1607-1636) hubungan Pada tahun 1613 tiba utusan kedua di
persahabatan antara Kerajaan Aceh dengan bawah pimpinan Thomas Best. Zakaria
Kerajaan Turki lebih dipererat lagi. Sultan Ahmad, Inggris mengutus dua buah kapal
Iskandar Muda mengirim sebuah perutusan bernama Dragon dan Hosiander di bawah
ke Turki yang dipimpin oleh Panglima pimpinan Thomas Best. Thomas Best
Nyak Dum, seorang yang berani dan berada di Aceh selama bulan Juni dan
permulaan Juli 1613. Tugas Thomas Best tentara dan meriam-merian. Angkatan
ialah untuk mengadakan perundingan perang Aceh juga diperkuat oleh pasukan
dagang dengan Iskandar Muda dan bergajah dan berkuda. Bahkan pada saat
menyampaikan surat Raja James I untuk itu gajah merupakan simbol kekuatan
Sultan Aceh (Zakaria Ahmad, 1972: 72). militer. Menurut Beaulieu, kekuatannya
Perundingan tentang perniagaan berjalan yang paling hebat dan yang paling
lancar. Didalam perjanjian dagang itu telah dibanggakannya adalah 900 ekor gajah,
tercantum pula perjanjian bantuan dan yang dipandang paling berani dan
pembelian senjata untuk memperkuat terpandai diperlakukan istimewa dengan
angkatan perang Aceh. Realisasi dari diberikan payung kebesaran ketika sedang
perjanjian ini dapat dilihat dari kunjungan dipamerkan di jalan-jalan. Dikandang
John Millward dengan kapalnya yang kuda milik istananya terdapat hampir 200
bernama Thomas. Milward menghadap ekor kuda, semuanya diberi pelana yang
Sultan Iskandar Muda tanggal 28 Juni sangat bagus (Bernard Dorleans, 2006:
1615, dimana pada waktu itu dia 68). Bahkan menurut Mohammad Said,
menyerahkan bingkisan berupa sebuah gajah amat penting sekali dan dibutuhkan
meriam besar dengan keretanya, pelor, dipeperangan. Kapal-kapal yang akan
beberapa tong mesiu dan lain-lain alat dinaikkan ke pantai unuk digalang dan
perang. disimpan, gajah-gajahlah yang
Kesungguhan Sultan Iskandar Muda menariknya. Semuanya tahu menjalankan
dalam memperkuat armada dan angkatan perintah dalam peperangan, sudah terlatih
perang kerajaan Aceh hasilnya sangat untuk lari, berbelok, behenti, duduk,
membanggakan. Menurut Dorleans, Raja berlindung dan sebagainya (Mohammad
Aceh merupakan raja terkuat di bidang Said, 1981: 310). Berdasarkan data-data
bahari dibanding negeri tetangga, dengan yang telah dikemukakan, maka dapat
kurang lebih 100 kapal perang besar yang disimpulkan bahwa Sultan Iskandar Muda
siap siaga di Aceh, Daya, dan Pidir. berhasil memperkuat armada dan angkatan
Sepertiga diantaranya lebih besar dari perang Kerajaan Aceh. Keberhasilan ini
semua kapal yang dibangun di negeri- ditandai dengan banyaknya jumlah kapal
negeri Eropa. Biasanya 600 hingga 800 perang yang dimiliki Aceh baik yang
orang bisa muat dalam kapal yang paling berukuran besar maupun yang kecil, kapal
besar (Bernard Dorleans, 2006: 69). Saat perang juga dilengkapi dengan sejumlah
itu Kerajaan Aceh telah mampu membuat meriam di dalamnya. Sedangkan untuk
kapal-kapal perang yang besar. Menurut angkatan perang darat Kerajaan Aceh
Mohammad Said, mudah saja dijumpai diperkuat dengan pasukan bergajah dan
tukang-tukang besi yang ahli, apalagi berkuda.
tukang-tukang yang membuat kapal, Pada tahun 1511 bangsa Portugis
banyak sekali. Pertukangan adalah bakat berhasil menaklukkan pelabuhan Malaka
orang Aceh, pertukangan besi, penghancur yang pada saat itu berperan sebagai pusat
tembaga dan membikin kapal. Keahlian perdagangan di Nusantara. Sejak saat itu
mereka mengagumkan (Mohammad Said, maka bangsa Portugis telah memiliki
1981: 310). pijakan untuk kembali melakukan
Selain kapal perang yang besar dan menaklukkan terhadap wilayah-wilayah
jumlahnya banyak, menurut Dorleans Raja lainnya khususnya wilayah pelabuhan,
mempunyai 2000 pucuk meriam terdiri baik itu yang berada di Semenanjung
dari bedil berburu dan pelempar batu Malaya maupun di Pulau Sumatera. Oleh
semua dari perunggu, baik dikapal perang karna itu, Sultan Iskandar Muda berupaya
maupun di benteng penuh semuanya melakukan penaklukkan terhadap wilayah-
(Bernard Dorleans, 2006: 68). Disamping wilayah pelabuhan agar tidak dikuasai oleh
kekuatan dari ratusan kapal perang, ribuan bangsa asing. Sultan Iskandar Muda
mempercayakan kepada Laksamana atau Terbukti pada tahun yang sama, masih di
Orang Kaya Laksamana untuk memimpin tahun 1613 Kerajaan Johor yang berada di
angkatan perang Aceh, baik angkatan darat Semenanjung Malaya ditaklukkannya.
maupun armada lautnya. Laksamana inilah Setelah berhasil menaklukkan Kerajaan
yang sering memimpin penaklukan- Johor yang berada di Semenanjung
penaklukan yang dilakukan Kerajaan Malaya, maka penaklukan berikutnya
Aceh. Atas kemenangan-kemenangan yang masih berada di wilayah yang sama yaitu
diperolehnya maka kekuasaan Sultan daerah-daerah yang berada di
Iskandar Muda menjadi lebih besar. Semenenjung Malaya. Pahang ditaklukkan
Perluasan wilayah Kerajaan Aceh pada tahun 1617 kemudian Kedah
dimulai sejak masa kepemimpinan Sultan ditaklukkan pada tahun 1619. Perjuangan
Ali Mughayat Syah (1514-1530) atau Sultan Iskandar Muda untuk memperluas
sultan Aceh yang pertama. luas wilayah wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh masa Sultan Ali Mughayat mengalami keberhasilan. Ditandai dengan
Syah meliputi Aceh Pidie, Pasai ditambah bertambahnya wilayah yang berhasil
dengan Daya yang terletak di Aceh Barat, taklukkannya terutama kota-kota di
daerah inilah yang menjadi daerah inti Semenanjung Malaya yang ditaklukkan
Kerajaan Aceh. Sultan Aceh yang pada masa kepemimpinannya, ditambah
melakukan perluasan wilayah berikutnya dengan kota-kota pelabuhan yang berada
adalah Sultan Alaudin Riayat Syah Al- di pantai barat Sumatera dan pantai timur
Kahar. Beliau melakukan perluasan Sumatera yang sebagian besar ditaklukkan
wilayah ke kota-kota pelabuhan di pesisir oleh sultan Aceh sebelumnya.
barat Sumatera seperti Singkel, Barus, Berdasarkan data-data yang telah
Pasaman, Tiku, Pariaman dan Padang. dikemukakan diatas, maka dapat
Perluasan wilayah Kerajaan Aceh berlanjut disimpulkan bahwa Sutan Iskandar Muda
pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar berhasil memperluas wilayah kekuasaan
Muda. Pada masa ini wilayah Kerajaan Aceh dengan menaklukkan
kekuasaannya meluas di sepanjang kota- Kerajaan Aru, Kerajaan Deli, Kerajaan
kota pelabuhan baik itu di pesisir Barat Pahang, Kerajaan Johor dan Kerajaan
maupun pesisir Timur Sumatera bahkan Kedah. Sedangkan wilayah lainnya telah
sampai ke Semenenjung Malaya. Pada ditaklukkan oleh sutan-sultan Aceh
masa Sultan Iskandar Muda inilah dapat sebelumnya.
dikatakan Kerajaan Aceh memiliki Keberadaan bangsa Portugis di
wilayah taklukan paling luas jika pelabuhan Malaka sejak tahun 1511
dibandingkan dengan masa kepemimpinan mengakibatkan banyak pedagang yang
sultan Aceh sebelumnya maupun berpindah ke pelabuhan Aceh maka
setelahnya. pelabuhan Aceh mulai berkembang
Perluasan wilayah kekuasaan Kerajaan menjadi pelabuhan yang ramai. Keadaan
Aceh masa kepemimpinan Sultan Iskandar ini membuat bangsa Portugis ingin
Muda dimulai tahun 1612. Wilayah menguasai Aceh maka terjadilah aksi
pertama yang ditaklukkannya adalah Deli saling serang antara bangsa Portugis yang
tahun 1612 kemudian disusul Aru pada berada di Malaka dengan Kerajaan Aceh
tahun 1613, keduanya berada di pesisir yang berada di Sumatera. Penyerangan
timur Sumatera. Kini Sultan Iskandar terhadap Portugis yang dilakukan pertama
Muda memegang tempat-tempat penting kali oleh Sultan Iskandar Muda adalah
yang akan memudahkannya untuk pada tahun 1606, ketika itu beliau belum
melancarkan armadanya melintasi Selat menjadi sultan Aceh pada pertempuran ini
Malaka. Keberhasilan tersebut menambah dimenangkan oleh pasukan Aceh
semangat bagi Sultan Iskandar Muda Penyerangan berikutnya terhadap portugis
untuk menambah wilayah taklukkannya. di Malaka dilakukan pada tahun 1615 saat
Sultan Iskandar Muda telah menjadi sultan menjalin kerjasama dengan kerajaan
Aceh. Menurut Zakaria Ahmad, serangan mancanegara. Berikut ini adalah bentuk
pertama terhadap bandar Malaka setelah perjuangan non fisik yang dilakukan
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda Sultan Iskandar Muda selama memimpin
dilangsungkan pada bulan Nopember Kerajaan Aceh.
tahun 1615 dibawah pimpinan Orang Upaya Sultan Iskandar Muda dalam
Kaya Sri Maharaja dan Orang Kaya meningkatkan perdagangan di Kerajaan
Laksamana, pertempuran laut pecah Aceh adalah meningkatkan pendapatan
dengan dahsyatnya dan dimenangkan oleh kerajaan melalui perdagangan, khususnya
kapal-kapal Aceh (Zakaria Ahmad, 1972: perdagangan lada yang menjadi komoditas
75). Penyerangan besar-besaran terhadap utama pada saat itu. Komoditas yang
kedudukan Portugis di Malaka dilakukan paling penting dan berlimpah dari semua
Aceh tahun 1629, penyerangan ini komoditas perdagangan di Sumatera
dilakukan oleh sebuah armada Aceh yang adalah lada. Lada telah menjadi barang
cukup besar menurut ukuran pada masa ekspor yang pokok, ekspornya sekarang
itu. Namun, dalam pertempuran itu Aceh mengalami peningkatan karena permintaan
mengalami kekalahan. bertambah, baik dari pedagang Islam
Berdasarkan data-data yang telah maupun pedagang Eropa. Pada masa
dikemukaan maka dapat disimpulkan Kerajaan Aceh di bawah kepemimpinan
bahwa Sultan Iskandar Muda terhitung Sultan Iskandar Muda, perdagangan di
sudah tiga kali melakukan penyerangan Bandar Aceh bertambah ramai. Pemintaan
terhadap Portugis. Penyerangan pertama lada tidak hanya datang dari pedagang
terjadi di pelabuhan Aceh pada tahun 1606 Islam tapi dari pedagang Eropa. Agar
dengan kemenangan berada di pihak Aceh. dapat memenuhi permintaan lada yang
Penyerangan kedua terjadi di Malaka pada semakin meningkat maka Sultan Iskandar
tahun 1615 dengan hasil imbang karena Muda memonopoli pedagangan lada di
pihak Portugis maupun Aceh sama-sama Aceh dan semua daerah takluknya. Dalam
kehilangan banyak prajuit maupun amada. perluasan daerah Aceh, Sultan Iskandar
Pasukan kerajaan Aceh berharap meraih Muda segera melihat pentingnya lada.
kemenangan pada penyerangan ketiga Oleh sebab itu sultan berusaha
pada tahun 1629, namun kenyataan yang menaklukkan daerah-daerah penghasil lada
terjadi justru sebaliknya. Pasukan Aceh di sekitar Aceh. Setelah daerah-daerah ini
mengalami kekalahan disaat pertempuran berada di bawah kekuasaannya, sultan
terbesarnya menyerang Portugis di dengan mudah memerintahkan untuk
Malaka, akibatnya adalah kerajaan Aceh membawa lada ini ke Banda Aceh dan
belum dapat menguasai Malaka dan menawarkannya dengan harga yang tinggi.
mengusir bangsa Portugis di Malaka. Suatu ucapan yang terkenal dari Iskandar
Sultan Iskandar Muda berhasil Muda adalah barang siapa hendak
mewujudkan kejayaan kerajaan Aceh membeli lada, harus datang dan
melalui bentuk perjuangan fisik yang memakannya dari tangannya (Marwati
dilakukannya selama menjadi sultan Aceh. Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Keberhasilan tersebut didukung dengan Notosusanto, 1990: 34). Semua pedagang
melakukan perjuangan non fisik. Bentuk asing yang ingin berdagang di salah satu
perjuangan non fisik berbeda dengan pelabuhan taklukkan Aceh harus singgah
perjuangan fisik yakni memilih dulu di Aceh dan minta surat pas sesuai
menggunakan cara-cara yang aman dan dengan peraturan yang berlaku.
damai dalam melancarkan aksinya. Sumber penghasilan yang utama bagi
Perjuangan fisik yang dilakukan Sultan Kerajaan Aceh adalah hasil perniagaan
Iskandar Muda adalah meningkatkan yang dilakukan di Pelabuhan Aceh dan di
perdagangan di Kerajaan Aceh dan daerah-daerah takluknya. Selain itu juga
dari bea cukai yang dikenakan bagi kapal- Pegu, orang Benggali, orang Gujarat dan
kapal asing yang berlabuh di pelabuhan lainnya. Menurut Lombard, orang Pegu
Aceh. Untuk menjamin pemungutan bea membawa berbagai macam barang
dan pengawasan pelabuhan, Sultan tembikar, orang Benggali datang dengan
Iskandar Muda mempekerjakan sejumlah bandela-bandela kapas, kain dan guci besar
pegawai. Di pelabuhan Banda Aceh para berisi mentega yang terbuat dari susu
syahbandar (kepala pelabuhan) beserta kerbau, orang Gujarat yang paling rajin
para karkun (juru tulis) dan pejabat inti barang impor mereka terdiri dari
beacukai lainnya merupakan pegawai bandela kapas atau kain tenun (Denys
Balai Furdah yaitu Kantor Pelabuhan, Lombard, 2006: 168).
yang dikepalai orang kaya Sri Maharaja Kerjasama berikunya adalah dengan
Lela dan penghulu kawal, yang disebut Kerajaan Inggris. Pada masa Sultan
pertama pegawai sipil dan yang kedua Iskandar Muda, orang Inggris atau utusan
urusan militer (Marwati Djoened dari kerajaan Inggris yang datang
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, menghadap raja Aceh adalah Thomas Best.
1990: 160). Beacukai untuk perdagangan Sebelum Kerajaan Inggris mengutus
lada sebesar tujuh persen dari harga yang Thomas Best untuk mengunjungi Kerajaan
sudah ditetapkan. Aceh pada masa kepemimpinan Sultan
Berdasarkan data-data yang telah Iskandar Muda. Ada utusan pertama yang
dikemukaan diatas maka dapat dipimpin oleh James Lancaster pada tahun
disimpulkan bahwa salah satu upaya yang 1603, saat itu Kerajaan Aceh dipimpin
di lakukan Sultan Iskandar Muda dalam oleh Sultan Alaudin Riayat Syah Al-
perjuangan non fisik adalah meningkatkan Mukamal. Tujuannya adalah untuk
perekonomian Kerajaan Aceh, caranya menyampaikan surat ratu Elizabeth dan
adalah dengan melakukan monopoli menjalin hubungan persahabatan dan
perdagangan lada. Semua bangsa yang perdagangan dengan raja Aceh.
ingin membeli lada di daerah taklukkan Perutusan dari bangsa Prancis yang
Aceh harus mendapatkan izin dari Sultan datang ke Aceh pada masa Sultan Iskandar
Iskandar Muda. Selain itu, perdagangan Muda adalah Augustin de Beaulieu pada
lada di Banda Aceh lebih mahal dibanding tahun 1621. Kedatangannya adalah untuk
dengan harga di daerah taklukannya dan berdagang di banda Aceh dan meminta
masih dikenakan beacukai atau pajak. izin untuk berdagang di daerah-daerah
Dengan demikian, Kerajaan Aceh mampu taklukannya di pantai barat Sumatera
mendapatkan banyak keuntungan dari seperti di pelabuhan Tiku.
perdagangan ini. Kerjasama antara Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh menjalin kerjasama dengan bangsa-bangsa tersebut
dengan kerajaan-kerajaan lokal di diantaranya adalah kerjasama
Nusantara maupun dengan bangsa asing perdagangan. Berikut adalah barang
lainnya seperti kerajaan-kerajaan di Eropa. dagangan yang mereka bawa ke Banda
Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Aceh berdasarkan data yang ada. Barang
Muda, Kerajaan Aceh menjalin kerjasama dagangan yang berasal dari Kerajaan Aceh
yang baik dengan beberapa bangsa dan sendiri juga akan dicantumkan. Aceh
kerajaan sahabat seperti bangsa India, sudah pasti mengekspor gajah dan kuda
Kerajaan Inggris dan Kerajaan Prancis. juga belerang. Namun ekspor utamanya
Hubungan kerjasama antara kerajaan adalah lada. Sedangkan barang ekspor
Aceh dengan bangsa India sudah lebih lainnya seperti kayu cendana, gading dan
dulu terjalin, barulah kemudian disusul sutera.
oleh bangsa-bangsa Eropa yang Jenis barang dagangan yang berasal
mendatangi pelabuhan Aceh. Bangsa India dari pedagang Eropa seperti Prancis dan
yang datang ke Aceh terdiri dari orang Inggris belum ada data yang penulis
peroleh. Meskipun demikian, kita dapat Perjuangan yang dilakukan melalui
mengetahui barang yang mereka bawa perjuangan fisik adalah memperkuat
untuk raja Aceh sebagai hadiah atau armada dan angkatan perang Kerajaan
persembahan. Misalnya pada saat utusan Aceh, melalui kekuatan tersebut Kerajaan
dari Inggris James Lancaster yang tiba di Aceh dapat memperluas wilayah
Aceh tahun 1602. Pada saat menghadap kekuasaan Aceh dengan menaklukkan
Sultan Alauddin Riayat Syah Al- Kerajaan Deli, Kerajaan Aru, Kerajaan
Mukammal, Lancaster menyerahkan Johor, Kerajaan Pahang dan Kerajaan
bingkisannya, terdiri dari sebuah pasu Kedah. Disampingh itu, Kerajaan Aceh
besar dari perak dengan pancurannya dapat melakukan penyerangan terhadap
ditengah, 20 kg beratnya, sebuah teko bangsa Portugis di Malaka.
perak besar, sebuah kaca muka yang besar, Perjuangan non fisik dilakukan dengan
sebuah ketopong dengan jambaknya, meningkatkan perdagangan di Kerajaan
sebuah torak dengan pistol tembak yang Aceh, upaya ini dilakukan dengan
cantik, kain sandangan tekatan indah dan menjalin kerjasama perdagangan dengan
kipas bulu burung (Mohammad Said, bangsa India, Kerajaan Inggris dan
1981: 237). Kerajaan Prancis. Disamping itu, kerajaan
Augustin de Beaulieu, utusan dari Aceh juga menjalin kerjasama dengan
kerajaan Prancis juga memberikan kerajaan Mancanegara melalui
bingkisan untuk raja Aceh yang sudah perdagangan ekspor dan impor.
penulis sebutkan sebelumnya seperti
senjata-senjata, cermin dan air mawar. DAFTAR PUSTAKA
Kegunaan dari air mawar ini mungkin
seperti minyak wangi yakni sebagai Ahmad, Zakaria. 1972. Sekitar Kerajaan
pengharum. Aceh dalam tahun 1520-1675.
Berdasarkan data-data yang telah Medan: Monora.
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan Alfian, Ibrahim. 1987. Mata Uang Emas
perdagangan di Kerajaan Aceh, Sultan Kerajaan-Kerajaan di Aceh. Banda
Iskandar Muda menjalin kerjasama dengan Aceh: Museum Negeri Aceh.
kerajaan-kerajaan Mancanegara, baik itu
dengan bangsa India yang mayoritas Ali, Muhammad.1985. Penelitian
muslim maupun dengan bangsa Eropa Pendidikan Prosedur dan Strategi.
yang mayoritas non muslim. Hubungan ini Bandung: Alfabeta.
dilakukan untuk mempererat kerjasama
dan persahabatan antar bangsa sekaligus Dorleans, Bernard. 2006. Orang Indonesia
meramaikan perdagangan di Kerajaan dan Orang Prancis dari abad XVI
Aceh. sampai dengan abad XX. Jakarta:
Gramedia.
KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang telah Julianto, dan Kansil. 1988. Sejarah
diuraikan mengenai perjuangan Sultan Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Iskandar Muda, maka dapat disimpulkan Indonesia. Jakarta: Erlangga.
bahwa kejayaan Kerajaan Aceh dicapai
pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode
Muda. Adapun bentuk perjuangan yang Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia.
dilakukan pada masa kepemimpinan
Sultan Iskandar Muda dalam mencapai Lombard, Denys. 2006. Kerajaan Aceh
kejayaan Kerajaan Aceh di Nusantara Zaman Sultan Iskandar Muda.
dapat dilihat seperti berikut ini: Jakarta: Gramedia.
Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. 1993. Suryabrata, Sumadi. 2000. Metode
Metode Penelitian Bidang Sosial. Penelitian. Jakarta: PT.
Yogyakarta: UGM Press. Rajagrafindo Persada.
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah
Syah, Iskandar. 2008. Sejarah Indonesia
Penelitian Sejarah Kontemporer
Abad XVI-XVII. Bandar Lampung:
(Suatu Pengalaman). Jakarta: Inti
Universitas Lampung Press.
Dayu.
Tirtoprojo, Susanto. 1982. Sejarah
Poesponegoro, Marwati Djoened dan
Pergerakan Nasional Indonesia.
Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah
Jakarta: PT. Pembangunan.
Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai
Pustaka.
Zainuddin, H.M. 1961. Tarich Aceh dan
Said, Mohammad. 1981. Aceh Sepanjang Nusantara. Medan: Pustaka
Abad. Medan: Waspada. Iskandar Muda.

Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian: Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi


Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Rineka Cipta. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai