Laporan Praktikum Suspensi
Laporan Praktikum Suspensi
SEDIAAN SUSPENSI
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Prak. FTS Semi Solid dan Liquid
Dosen pembimbing:
Ross Puspita Ayu, M.Si., Apt
Sunamah., S.Farm, Apt
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Harimawan S 01019257
2. Novalia Desi Anggraeni 01019172
3. Siti Zaenab 01019180
4. Tety Lina Sari 01019183
2021
I. TANGGAL PRAKTIKUM
26 November 2021
Suspensi manurut FI III hal 32 adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat
dan bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada
mata.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
B. Beberapa factor yang mempengaruhi stabilitas suspense adalah :
1. Ukuran Partikel
2. Kekentalan / Viskositas
C. Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom /
hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga
maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi.
Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi
bakteri.
a. Derivat Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil
selulosa.
D. Macam-Macam Suspensi
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk
penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus
4. Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus
5. Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan
E. Syarat Suspensi
zat antimikroba.
8. Keketalan suspense tidak boleh terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di tuang. (FI
F. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspenoid
tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan (ansel hal 356)
1. Partikel padatan fase dispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap (1985
2. Kadar surfaktan yang digunakan tidak boleh mengiritasi atau melukai kulit (1985
G. Komposisi Suspensi
1. Bahan aktif.
Contoh: sulfur praicipitat, calamin, titanium dioksida
2. Bahan tambahan
3. Suspending Agent
a. Akasia (PGA)
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam air, tidak
larut dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum mucilagonya adalah
PH 5-9.
dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense
b. Tragakhan
tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen.
tragakan juga lebih kental dari pada mucilago dari Gom arab. (ilmu resep
c. Mucilago amily
Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat dahulu
mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian mengencerkannya. (vanduin
hal 58 )
e. Mucilago saleb
Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah dihilangkan
patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage. (vanduin hal 58)
f. Solution gummosa
pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang
1. Metode Dispersi
diencerkan
2. Metode Presitipasi
- Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang
- Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian di encerkan
dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus
1. Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda, paling tidak pada perioda
1. Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul.
3. Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan
5. Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
Alat :
1. Motir
2. Stamper
3. Beaker Glass
4. Gelas Ukur
5. Kaca Arloji
6. Penara
7. Timbangan
8. Sudip
9. Sendok Tanduk
10. Perkamen
11. Pinset
1. Sulfur Parcipitat
3. Aqua Rosae
4. Camphora
5. PGA
6. Spiritus Fort
V. CARA KERJA
A. Ibuprofen
b. Amoxicillin
c. Antasida
d. Tyalisin Vitamin
VII. PEMBAHASAN
Pada pembuatan suspensi salah satu perhitungan yang dipakai untuk mengetahui
kestabilan suspensi adalah Hukum Stokes.
Hukum Stokes:
Dari hukum tersebut diketahui bahwa ada beberapa factor dari pembuatan suspensi
Dari hukum tersebut diketahui bahwa ada beberapa factor dari pembuatan suspense
menjadi lebih stabil. Factor tersebut antara lain:
VIII. KESIMPULAN
1. Obat dibuat suspense karena obat-obat tertentu tidak stabil secara
kimia, bila ada dalam larutan tapi stabil bila dibuat dalam bentuk suspensi, dan jika ada
bahan obat yang tidak dapat larut.
2. Faktor yang mempengaruhi kestabilan suspensi :
Pengecilan ukuran partikel dari suatu suspensoid berguna untuk kestabilan suspensi
karena laju endap dari partikel padat berkurang jika ukuran partikel diperkecil. Selain itu
jumlah bahan pensuspensi jangan terlalu sedikitdan jangan terlalu banyak karena
mempengaruhi kestabilan cairan tersebut. Sedikit banyaknya pergerakan partikel, tolak
menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel dan konsentrasi
suspensoid juga dapat mempengaruhi.
3. Suspending agent yang terlalu banyak (CMC) menyebabkan daya
alir kurang baik karena terlalu kental, pada penyimpanan dengan suhu rendah dapat
terbentuk cacking yang kuat sehingga sulit dituang.
4. Semakin kecil partikel, luas permukaan semakin besar dan
suspense semakin lama mengendap atau sebaliknya semakin besar partikel, luas
permukaan semakin kecil dan menyebabkan suspensi akan cepat mengendap.
Anief M.,2000,Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press Yogyakarta
Anief M.,1987 Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press Yogyakarta
Anief M.,1987 Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktekk, UGM Press Yogyakarta
AnonimM.,1979 Farmakope Indonesia III; Departement Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim.,1995 Farmakope Indonesia III; Farmakope Indonesia IV; Departement Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
X. LAMPIRAN