HIPERTENSI
Resiko hipertensi yang tidak diobati adalah dapat menyebabkan kerusakan pada
jantung, otak dan mata. Tekanan darah yang terlampau tinggi menyebabkan jantung
memompa lebih keras, yang akhirnya dapat mengakibatkan gagal jantung (decompensation)
dengan rasa sesak dan udem di kaki. Pembuluh juga akan lebih mengeras guna menahan
tekanan darah yang meningkat. Pada umumnya resiko terpenting adalah serangan otak
(stroke, beroerta, kelumpuhan separuh tubuh) akibat pecahnya suatu kapiler dan mungkin
juga infark jantung. Begitu pula cacat pada ginjal dan pembuluh mata. Yang dapat
mengakibatkan kemunduran penglihatan. Komplikasi otak dan jantung tersebut sering
bersifat fatal, di negara-negara barat 30% lebih dari seluruh kematian disebabkan oleh
hipertensi.
Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun. Adakalanya
pasien, merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang
setelah bangun, gangguan hanya dapat dikenali degan pengukuran tensi.
Sistem Renin Angiotensin Aldosteron, singkatnya RAAS. Bila volume darah yang
mengalir melalui ginjal berkurang dan tekanan dara di goleruli ginjal menurun, misalnya
karena penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim
proteolitis rennin. Dalam plasma renin menghidrolisa protein angiotensinogen (yang
terbentuk dalam hati) menjadi angiotensin I (AT1). Zat ini dirubah oleh enzim ACE
(Angiotensin Converting Enzim) yang disintesa antara lain di paru-paru menjadi zat aktif
angiotensin II (AT2). AT2 ini antara lain berdaya vasokonstriktif kuat dan menstimulasi
1
sekresi hormon aldosteron oleh anak ginjal dengan sifat retensi garam dan air. Akibatnya
ialah volume dan tekanan darah naik lagi. (Tjay dan Raharja. 2011)
1. Hipertensi Primer
Hipertensi yang tidak diketagui penyebabnya (hipertensi essensial). Terjadi
peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi sebagian besar
(90-95%) penderita termasuk hipertensi primer.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik lain. Misalnya gangguan
hormon (eushing), penyempitan pembuluh darah utamanya ginjal (stenosis arteri
renalis) akibat penyakit ginjal dan penyakit sistemik lainnya, jumlah hipertensi
sekunder kurang dari 5% penduduk dewasa di Amerika.
1. Hipertensi Emergensi
Hipertensi gawat darurat dimana TD melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu
ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak (pendarahan otak/stroke, ensefalopi,
hipertensi) jantung (gagal jantung kiri, akut, penyakit kroner akut), paru
(bendungan paru) dan eklampsia atau TD dapat lebih rendah dari 180/120 mmHg
tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ diatas yang sudah nyata timbul,
jika TD tidak segera diturunkan dapat mengakibatkan komplikasi yang menetap,
oleh karena itu harus diturunkan dengan obat intravena (suntikan) yang bekerja
cepat dalam beberapa menit maksimal satu jam.
2. Hipertensi Urgensi
TD sangat tinggi melebihi 180/120 mmHg, tetapi belum ada gejala seperti diatas,
TD tidak harus diturunkan secara cepat, tetapi dalam hitungan jam sampai dengan
hari, dengan obat oral, gejalanya berupa sakit kepala hebat/berputar (vertigo),
mual, muntah, pusing/melayang, penglihatan kabur, mimisan, sesak nafas,
gangguan cemas berat tetapi tidak ada kerusakan target organ. (Anonim.2011)
2
IV. Prosedur Percobaan
Alat:
1. Gelas Ukur
2. Beaker Glass
3. Spet 10 ml
4. Sonde
5. Timbangan
6. Mortir
7. Stamper
8. Corong
9. Tensimeter
10. Stopwatch
Bahan:
1. Epinephrine (K+)
2. Captopril (K-)
V. Perhitungan Dosis
Obat yang diambil Ephineprine : 0,1 gr/ml
= 0,18 = 0,9
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V2 = 5,5 ml V2 = 27,7 ml
3
VI. Perhitungan Bobot Tikus Wistar
200 gr
1. Tikus wistar dibagi menjadi 3 kelompok: Kontrol+, Kontrol- dan tidak diberi
perlakuan
2. Tikus wistar dibagi perkelompok
3. Timbang tikus wistar
4. Tensi awal tikus wistar
5. Melakukan pengenceran obat
6. Menghitung dosis
7. Memasukkan ephineprine baik itu Kontrol+, Kontrol- atau tidak diberi perlakuan
8. Tensi tikus wistar
9. Memberi perlakuan dengan cara memberi Captropil dan Suspensi Basis Captropil
10. Amati hasil!
4
VIII. Data Pengamatan
Perlakuan
Tikus Awal Indikasi
10’ 10’’ 10’’’
1 (K+) 115mmHg x 0,80 120mmHg x 0,80 112mmHg x 0,80 110mmHg x 0,80 112mmHg x 0,80
= 92mmHg = 96mmHg = 89,6mmHg = 88mmHg = 85,6mmHg
2 (K-) 156mmHg x 0,80 162mmHg x 0,80 160mmHg x 0,80 156mmHg x 0,80 152mmHg x 0,80
= 124,8mmHg = 129,6mmHg = 128mmHg = 124,8mmHg = 121,6mmHg
3 (N) 112mmHg x 0,80 135mmHg x 0,80 135mmHg x 0,80 140mmHg x 0,80 144mmHg x 0,80
= 89,6mmHg = 108mmHg = 108mmHg = 112mmHg = 115,2mmHg
IX. Pembahasan
5
Pada tikus 1 hasilnya sesuai dengan teori bahwa dengan diberi obat captopril dapat
menurunkan tekanan darah. Captopril adalah golongan obat antihipertensi Ace-inhibitor,
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskuler perifer tanpa
meningkatkan curah jantung, kecepatan ataupun kontraktilitas. Obat-obat ini menghambat
enzim pengkonversi angiotensinogen yang mengubah angiotensin I membentuk vasokontriksi
poten angiotensin II. Vasodilatasi terjadi sebagai efek kombinasi vasokontriksi yang lebih
rendah disebabkan oleh berkurangnya angiotensin II dan vasodilatasi dari peningkatan
bradikinin (Mycek, 2013).
Pada tikus 2 tanpa diberi perlakuan pemberian captopril hanya basisnya saja (CMC-
Na), tekanan masih tinggi dalam 10 menit pertama setelah pemberian control (-) dan sedikit
turun pada menit 10 ke dua serta ketiga, kemungkinan suspensi basis captropil(CMC-Na)
yang mengandung natrium dapat mempengaruhi menurunnya tekanan darah. Sedangkan pada
tikus 3 yang tanpa diberi perlakuan setelah i.v epinefrin tekanan darah semakin lama akan
naik dengan sendirinya.
X. Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat di simpulkan bahwa adanya perbedaan
antara kontrol postif, negatif dan tidak ada perlakuan. Pada tikus 1 hasilnya sesuai dengan
teori bahwa dengan diberi obat captopril dapat menurunkan tekanan darah.
Pada tikus 2 tanpa diberi perlakuan pemberian captopril hanya basisnya (CMC-Na)
saja, tekanan sedikit turun, kemungkinan basis captropil (CMC-Na) yang mengandung
natrium dapat mempengaruhi menurunnya tekanan darah.
Sedangkan pada tikus 3 yang tanpa diberi perlakuan setelah IV epinefrin tekanan
darah semakin lama akan naik dengan sendirinya.
6
XII. Lampiran
XIII.