Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

Disusun guna menyelesaikan Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan

SISTEM KERJA KONDENSOR PADA PLTU UNIT 3

Disusun Oleh :

Nama : Ahmad Hakim Syaifullah

NIM : 5201411080

Jurusan/Prodi : Teknik Mesin/Pendidikan Teknik Mesin

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI
PT. INDONESIA POWER
UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SEMARANG

DENGAN JUDUL
SISTEM KERJA KONDENSOR PADA PLTU UNIT 3
PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

Disusun Oleh :

Nama : Ahmad Hakim Syaifullah


NIM : 5201411080
Jurusan : Teknik Mesin
PT / Sek. : Universitas Negeri Semarang
Waktu PKL : 3 s/d 28 Februari 2014

Telah diperiksa pada tanggal :

Mengetahui,
GENERAL MANAGER PEMBIMBING LAPANGAN

AMLAN SUPRAPTO
NIP. NIP. 770221083 – I -

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan telah disahkan oleh PT. INDONESIA POWER
UBP Semarang dan Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Rizqi Fitri Naryanto, S.T., M.Eng Suprapto

NIP.198008302013011060 NIP. 770221083 – I -

Mengetahui,

Ketua Jurusan General Manajer

Dr. M. Khumaedi, M.Pd Amlan

NIP.196209131991021001 NIP.

iii
ABSTRAK

Ahmad Hakim Syaifullah


Sistem Kerja Kondensor Pada PLTU Unit 3
PT. Indonesia Power UBP Semarang

Pendidikan Teknik Mesin S1- Teknik Mesin


Universitas Negeri Semarang
Tahun 2014

Kata Kunci : Kondensor, Sistem Kerja, Heat Exchanger

Praktek Kerja Lapangan (PKL ) merupakan suatu mata kuliah wajib


di Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas
Negeri Semarang. Praktek Kerja Lapangan bertujuan untuk memberikan wawasan
pemikiran dan pengalaman baru kepada mahasiswa guna memadukan ilmu yang
diperoleh dibangku kuliah ke aplikasi nyata dalam bentuk PKL. Manfaat PKL bagi
perusahaan adalah memberi peluang pada perusahaan dalam merekrut pegawai
yang sesuai dengan tuntutan, secara efektif dan efisien. Bagi mahasiswa adalah
membangun pengalaman nyata berkarya di industri. Berlatih berkomunikasi
dengan masyarakat industri. Memberikan peningkatan keahlian profesi sehingga
menumbuhkan kepercayaan diri. Bagi universitas adalah sebagai salah satu alat
evaluasi terhadap kurikulum yang berlaku. Sebagai masukan, guna pengembangan
kurikulum yang sesuai atau sepadan dengan kebutuhan lapangan kerja.
Penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data,
diantaranya dengan observasi, wawancara, serta studi pustaka/literatur. Berbagai
sumber dapat dikumpulkan untuk melengkapi penyusunan laporan Praktik Kerja
Lapangan ini.
Kondensor merupakan suatu alat penukar panas yang berfungsi
mengkondensasikan uap yang keluar dari turbin bertekanan rendah untuk
dijadikan air kembali sebagai pengisi kondensat untuk dialirkan menuju boiler
sebagai media pembentuk uap. Pada PLTU unit 3, ada 2 kondensor namun yang
dioperasikan dalam sekali operasi hanya satu kondensor dan lainnya sebagai
cadangan manakala terjadi kerusakan sistem maupun saluran. Kondensor yang
digunakan termasuk dalam kondensor permukaan dimana aliran air pendingin
yang berasal dari laut melintasi pipa-pipa dalam kondensor sekali pakai. Alat-alat
bantu kondensor diantaranya priming ejector & main ejector, nasli vacum pump,
cleaning ball pump, dan debris filter.
Kekurangan kondensor adalah tidak adanya perhitungan mendetail
mengenai uap yang dikondensasikan di dalam kondensor, sehingga kontrol
terhadap kerja kondensor kurang maksimal. Perawatan sebaiknya dilakukan
berkala dan teratur sehingga kerusakan berat terhadap komponen kondensor dapat
dihindari.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan dan

berhasil menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan di PT.

Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Semarang. Dimana kegiatan tersebut

merupakan syarat untuk menunjang Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan.

Diharapkan dengan melaksanakan Praktik ini setiap mahasiswa mendapat

bekal yang berupa pengalaman kerja serta kemampuan untuk mengaplikasikan

ilmunya yang telah didapatkan di bangku kuliah.

Praktik Kerja yang kami laksanakan selama satu bulan ini belum dapat

memberikan harapan semua pihak karena keterbatasan pengetahuan kami yang

masih minim sehingga belum mampu memberikan hasil yang optimal. Meski

demikian pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Teknik beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. M. Khumaedi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, beserta jajarannya.

3. Bapak Rizqi Fitri Naryanto, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing PKL.

4. Bapak Amlan selaku General Manager PT. Indonesia Power UBP

Semarang

5. Bapak Sumarsono, HUMAS PT. Indonesia Power UBP Semarang

v
6. Bapak Suprapto dan Bapak Khanafi, Pendamping Lapangan PKL

7. Bapak Supardi, Bapak Didik, Bapak Niko, Bapak Usman, Bapak Wawan,

Bapak Agung, Bapak Anton dan semua karyawan PT. Indonesia Power

UBP Semarang yang telah membagi ilmu dan pengalamannya.

8. Kedua orang tua yang senantiasa membantu dengan dukungan materiil,

moral dan doa.

9. Teman-teman Praktik Kerja Lapangan periode Februari 2014

10. Teman-teman angkatan 2011 Jurusan Teknik Mesin UNNES

11. Serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan PKL dan tidak dapat

kami sebutkan satu-persatu

Kami sadar bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari sempurna,

sehingga kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan dari semua

pihak yang terlibat. Semoga laporan yang kami susun dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Semarang, 31 Maret 2014

Penyusun

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

1. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan ......................................... 2

2. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan .......................................... 3

3. Batasan Masalah ..................................................................................... 3

4. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 4

5. Sistematika Penyusunan ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah PT. Indonesia Power dan UBP Semarang .......................................... 7

B. Paradigma, Visi dan Misi, Motto, Tujuan

dan Nilai PT. Indonesia Power ............................................................................ 11

1. Paradigma ............................................................................................... 11

2. Visi dan Misi .......................................................................................... 11

vii
3. Motto ...................................................................................................... 12

4. Tujuan ..................................................................................................... 12

5. Nilai IP-HaPPPI ...................................................................................... 13

C. Makna Bentuk dan Warna Logo ...................................................................... 14

D. Struktur Organisasi UBP Semarang ................................................................ 16

BAB III SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP PLTU


SEMARANG

A. Siklus Rankine Ideal ........................................................................................ 17

B. Siklus Unit 3 PLTU Semarang ........................................................................ 19

C. Siklus Rankine Ideal ........................................................................................ 19

D. Siklus Air dan Uap .......................................................................................... 21

E. Komponen Utama pada PLTU ........................................................................ 21

1. Pompa ............................................................................................................... 22

2. Boiler ................................................................................................................ 23

2.1 Komponen Utama Boiler ............................................................................... 23

2.2 Komponen Pendukung Boiler ........................................................................ 27

3. Turbin Uap ....................................................................................................... 29

4. Kondensor ........................................................................................................ 30

BAB IV SISTEM KERJA KONDENSOR

A. Pengertian ........................................................................................................ 31

B. Jenis-jenis Kondensor ...................................................................................... 31

viii
1. Kondensor Permukaan ..................................................................................... 31

2. Kondensor Lintasan ......................................................................................... 32

C. Alat Bantu Kondensor ..................................................................................... 33

1. Priming Ejector & Main Ejector ...................................................................... 33

2. Nasli Vacum Pump ........................................................................................... 34

3. Debris Filter ..................................................................................................... 34

4. Tube Cleaning System ...................................................................................... 35

D. Konstruksi Kondensor ..................................................................................... 35

E. Prinsip Kerja Kondensor .................................................................................. 37

F. Analisis Sistem Air Pendingin dan Air Pendingin Kondensor (Circulating


Water/CW) ........................................................................................................... 39

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 42

B. Saran ................................................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 44

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 45

ix
DAFTAR

GAMBAR DAN TABEL

Gambar

Gambar 2.1 ........................................................................................................... 7

Gambar 2.2 ........................................................................................................... 9

Gambar 2.3 ........................................................................................................... 14

Gambar 3.1 ........................................................................................................... 17

Gambar 3.2 ........................................................................................................... 19

Gambar 3.3 ........................................................................................................... 20

Gambar 4.1 ........................................................................................................... 31

Gambar 4.2 ........................................................................................................... 32

Gambar 4.3 ............................................................................................................ 36

Gambar 4.4 ............................................................................................................ 38

Gambar 4.5 ............................................................................................................ 38

Tabel

Tabel 2.1 ................................................................................................................ 10

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembang pesatnya teknologi menuntut setiap manusia dapat

mengikuti perkembangannya dengan cerdas. Dunia Industri, Manufaktur, dan lain

sebagainya tidak lepas dari yang namanya listrik sebagai faktor utama penunjang

terlaksananya pekerjaan pabrikan/modern. Dalam melaksanakan pembangunan

dibidang kelistrikan diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten

dan berkualitas.

Sebagai salah satu Perguruan Tinggi yang mencetak Sarjana

kependidikan maupun murni, Universitas Negeri Semarang melalui Jurusan

Teknik Mesin melaksanakan program Praktik Kerja Lapangan untuk

mahasiswanya agar memiliki SDM yang unggul dan siap menghadapi dunia kerja.

Dengan didukungnya materi formal yang didapatkan di bangku kuliah, maka

dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan mahasiswa dapat

mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan sehingga pengetahuannya dapat

lebih luas.

PT. Indonesia Power UBP Semarang memiliki beberapa Unit

Pembangkit yang berada pada satu lokasi yaitu di Tanjung Emas atau Tambak

Lorok. Terdapat beberapa pembangkit diantaranya PLTU, PLTG, serta PLTGU.

1
2

Namun pada periode ini sistem pembangkit yang berada pada UBP

Semarang hanya dalam keadaan RS (Reserve Shutdown) dimana produksi listrik

tidak berjalan, namun seluruh perangkat dalam keadaan standby sekiranya dapat

dijalankan sewaktu-waktu berdasarkan instruksi dari PLN. Untuk menjaga

terawatnya sistem, maka perlu dilakukan perawatan rutin dan terjadwal untuk

menghindari kerusakan akibat lamanya tidak berproduksi.

Oleh karena itu, melalui wadah lembaga pendidikan dengan dunia

industri agar dapat memberikan kesempatan kerja kepada mahasiswa untuk

melakukan kerja praktik di industri yang bersangkutan.

1. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan

1. Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi salah satu syarat telah menempuh mata kuliah Praktik

Kerja Lapangan serta untuk memperoleh gelar Sarjana di

Universitas Negeri Semarang.

b. Sebagai penerapan ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan.

c. Mengetahui struktur organisasi perusahaan tempat Praktik Kerja

Lapangan.

d. Mengetahui sistem kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan

bahan bakar MFO.

e. Mengetahui cara kerja serta pemeliharaan alat-alat yang ada pada

PLTU Semarang khususnya pada Kondensor.


3

2. Manfaat yang didapatkan bagi mahasiswa :

a. Dapat memahami sistem kerja yang berada pada sistem

Pembangkit Listrik Tenaga Uap.

b. Dapat menerapkan serta dapat mengembangkan ilmu yang

diperoleh selama kuliah dengan Praktik Kerja Lapangan.

c. Memperoleh manajemen dan wawasan kerja di dunia industri.

d. Mempersiapkan diri untuk dapat bekerja di dunia industri maupun

kependidikan.

2. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 3 Februari – 28

Februari 2014. Jam kerja pelaksanaan yaitu dari mulai pukul 07.30 s/d 16.00

WIB.

Tempat pelaksanaan berada di PT. Indonesia Power UBP Semarang

tepatnya di Tambak Lorok, Tanjung Emas, Semarang.

3. Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini

penulis akan membahas mengenai sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap di

PLTU Tambak Lorok Semarang. Penulis lebih menekankan pada pembahasan

Sistem Kerja Kondensor PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang.
4

4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan selama Praktik Kerja Lapangan di PT. Indonesia

Power UBP Semarang diantaranya :

a. Metode Diskusi

Sebelum pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan, mahasiswa bersama

pendamping lapangan melakukan diskusi mengenai apa yang akan

dilaksanakan saat Praktik Kerja Lapangan.

b. Metode Orientasi Lapangan

Mahasiswa terjun ke lapangan untuk observasi dan kerja praktik

sehingga mahasiswa memiliki wawasan dan ketrampilan yang

berkembang.

c. Studi Literatur

Setelah mahasiswa melakukan metode seperti yang diatas, mahasiswa

melakukan pencarian data dari buku-buku maupun sumber dari

internet untuk menambah kelengkapan data yang dibutuhkan dalam

pembuatan Laporan Praktik Kerja Lapangan.

5. Sistematika Penyusunan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai laporan ini, maka

penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :


5

BAB I PENDAHULUAN

BAB ini membahas tentang Latar Belakang, Tujuan Praktik Kerja Lapangan,

Waktu dan Tempat, Tujuan dan Manfaat, Metode yang digunakan dalam

pelaksanaan dan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan serta Sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB ini membahas tentang sejarah berdirinya PT. Indonesia Power UBP

Semarang, lokasi perusahan, jenis-jenis pembangkit yang ada di UBP Semarang,

bidang operasi perusahaan serta struktur organisasi perusahaan.

BAB III GAMBARAN UMUM PLTU

BAB ini membahas mengenai gambaran secara teknis Pembangkit Listrik

Tenaga Uap, bagian-bagian pembangkit serta peralatan yang mendukung pada

pembangkit.

BAB IV SISTEM KERJA KONDENSOR PLTU UNIT 3

BAB ini membahas mengenai pengertian dan jenis, komponen-komponen

utama, data-data kondensor, sistem kerja, alat-alat bantu kondensor, serta siklus

fluida dingin pada kondensor.

BAB V PENUTUP

BAB ini berisi mengenai kesimpulan yang diambil dari laporan maupun

praktik sehingga dapat dikerucutkan mengenai permasalahan dan kondisi yang

terjadi selama Praktik Kerja berlangsung. Kritik dan Saran juga terdapat

didalamnya guna memberi masukan yang membangun untuk kampus maupun

perusahaan.
6

DAFTAR PUSTAKA

Dalam Daftar Pustaka berisi mengenai berbagai referensi yang diambil dari

studi pustaka baik berupa buku maupun dari internet untuk melengkapi

penyusunan laporan.
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah PT. Indonesia Power dan UBP Semarang

Gambar 2.1 PLTGU blok 1 Tambak Lorok, Semarang

PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN

SEMARANG

Pada awal 1990-an, Pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya

deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut

diawali dengan berdirinya Paiton Swasta 1 yang dipertegas dengan

dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 tahun 1992 tentang pemanfaatan

sumber dana swasta melalui pembangkit- pembangkit listrik swasta. Kemudian

pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi (MPE) menerbitkan kerangka

dasar kebijakan (sasaran dan kebijakan pengembangan sub sector

ketenagalistrikan ) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi

7
8

sector ketenagalistrikan. Sebagai penerapan tahap awal, pada tahun 1994

PLN diubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian tepatnya

tanggal 3 Oktober 1995, PT. PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan

yang tujuannya untuk memisahkan misi social dan misi komersial yang diemban

oleh BUMN tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT.

Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau yang lebih dikenal dengan nama

PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial

pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.

Pada tanggal 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang

kelima, Manajemen perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama

PLN PJB I menjadi PT. INDONESIA POWER. Perubahan nama ini merupakan

upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis

ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan yang akan

dilaksanakan dalam waktu dekat. Walaupun sebagai perusahaan komersial di

bidang pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990-an, Indonesia Power

mewarisi berbagai sejumlah asset berupa pembangkit dan fasilitas- fasilitas

pendukungnya. Pembangkitan- pembangkitan tersebut memanfaatkan teknologi

modern berbasis computer dengan menggunakan beragam energy primer, seperti:

air, batubara, panas bumi, dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-

pembangkit tersebut ada pula pembangkit paling tua di Indonesia, seperti PLTA

Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang

dibangun pada tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi.


9

Dari sini dapat dipandang bahwa secara kesejahteraan pada dasarnya usia

PT. INDONESIA POWER sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.

Pembangkit –pembangkit yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power dikelola dan

dioperasikan oleh delapan Unit Bisnis Pembangkitan diantaranya : Perak Grati,

Kamojang, Mrica, Priok, Suralaya, Saguling, Semarang, dan Bali. Secara

keseluruhan, PT Indonesia Power memiliki kapasitas sebesar 8.887 MW. Ini

merupakan kapasitas terpasang terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan

pembangkit di Indonesia.

Gambar 2.2 Lokasi Unit Pembangkitan PT Indonesia Power

Daya yang terpasang di Unit Bisnis Pembangkitan Semarang ini

adalah sebagai berikut :


10

Tabel 2.1 Daya Terpasang PT. Indonesia Power UBP Semarang

Mesin Pembangkit Daya Terpasang Merek Mesin Tahun Operasi

PLTU

Tambak Lorok 1 50,00 MW GE 1978

Tambak Lorok 2 50,00 MW GE 1978

Tambak Lorok 3 200,00 MW Mitsubishi 1983

PLTGU

Tambak Lorok GTG 1.1 109,65 MW GE 1993

Tambak Lorok GTG 1.2 109,65 MW GE 1993

Tambak Lorok GTG 1.3 109,65 MW GE 1993

Tambak Lorok STG 1.4 188,00 MW GE 1997

Tambak Lorok GTG 2.1 109,65 MW GE 1993

Tambak Lorok GTG 2.2 109,65 MW GE 1993

Tambak Lorok GTG 2.3 109,65 MW GE 1993

Tambak Lorok STG 2.4 188,00 MW GE 1997

PLTG

Sunyaragi 1 20,03 MW Alsthom 1976

Sunyaragi 2 20,03 MW Alsthom 1976

Sunyaragi 3 20,10 MW Alsthom 1976

Sunyaragi 4 20,10 MW Alsthom 1976

Cilacap 1 29,00 MW Westinghause 1975/ 76

Cilacap 2 26,00 MW Westinghause 1975/ 76

Total Daya Terpasang 1.469,16 MW


11

B. Paradigma, Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Nilai PT. Indonesia Power

PT. Indonesia Power sebagai Perusahaan memiliki Paradigma, Visi, Misi,

Motto, dan Tujuan.

1. Paradigma

Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang

menilai sesuatu. Paradigma dari PT. Indonesia Power adalah “Bekerja dan

berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi kepentingan Stakeholder

(Pihak Terkait)

2. Visi dan Misi

Visi PT. Indonesia Power adalah menjadi perusahaan publik dengan

kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan.

Penjabaran Visi :

a. Maju, berarti perusahaan bertubuh dan berkembang sehingga menjadi

perusahaan yang memiliki kinerja setara dengan perusahaan sejenis di

dunia.

b. Tangguh, memiliki Sumber Daya yang mampu beradaptasi dengan

perubahan lingkungan dan sulit disaingi. Sumberdaya PT. Indonesia

Power berupa manusia, mesin, keuangan maupun sistem kerja berada

dalam kondisi prima dan antisipatif terhadap setiap perubahan.

c. Andal, sebagai perusahaan yang memiliki kinerja memuaskan

stakeholder.
12

d. Bersahabat dengan lingkungan, memiliki tanggung jawab sosial dan

keberadaannya bermanfaat bagi lingkungan.

Misi PT. Indonesia Power adalah melakukan usaha dalam bidang

pembangkitan tenaga listrik dan mengembangkan usaha-usaha lain yang

berkaitan berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna

menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka

panjang.

3. Motto

Motto PT. Indonesia Power adalah Trust us for power excellence

4. Tujuan

Tujuan PT. Indonesia Power adalah :

a. Memberikan niai tambah bagi pelanggan, karyawan, dan pemilik.

b. Menghasilkan keuntungan yang menjamin pertumbuhan yang

berkesinambungan.

c. Mencapai tingkat kinerja setara dengan perusahaan pembangkit tenaga

listrik kelas dunia.

d. Membangun budaya perusahaan yang memiliki nilai-nilai :

Profesional, Harmoni, Pelayanan Prima, Peduli, Pembelajar, Dan

Inovatif.
13

5. Nilai Perusahaan : IP-HaPPPI

a. Integritas

Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang

terbaik kepada perusahaan.

b. Profesional

Menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan kode etik sesuai dengan

bidang pekerjaannya.

c. Harmoni

Serasi , selaras, dan seimbang dalam pengembangan kualitas pribadi,

hubungan dengan stakeholder, dan hubungan dengan lingkungan

hidup.

d. Pelayanan Prima

Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan

stakeholder.

e. Peduli

Peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta

memelihara lingkungan sekitar.


14

f. Pembelajar

Terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta

kualitas diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian

berbagi dengan orang lain.

g. Inovatif

Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru

dalam usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses

maupun produk dengan tujuan peningkatan kinerja.

C. Makna Bentuk dan Warna Logo

Logo PT. Indonesia Power adalah sebagai berikut :

2.3 Gambar Logo PT. Indonesia Power

Makna bentuk dan warna logo PT. Indonesia Power merupakan cerminan

identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya. Secara keseluruhan nama Indonesia

Power merupakan nama yang kuat untuk melambangkan lingkup usaha

perusahaan sebagai power utility company di Indonesia. Walaupun bukan

merupakan satu-satunya power utility company di Indonesia, namun karena

perusahaan memiliki kapasitas terbesar di Indonesia bahkan di kawasannya, maka

nama Indonesia Power dapat dijadikan brand name.


15

Bentuk :

1. Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan

menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat.

2. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “Tenaga

Listrik” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.

3. Titik/bulatan merah (red dot) diujung kilatan petir merupakan simbol

perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I.

Titik ini merupakan simbol yang digunakan disebagian besar materi

komunikasi perusahaan. Dengan simbol kecil ini, diharapkan identitas

perusahaan dapat langsung terwakili.

Warna :

1. Merah

Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang kuat

dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik,

guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.

2. Biru

Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru

menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata

POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang

dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri yaitu berteknologi tinggi, efisien,

aman dan ramah lingkungan.


16

D. Struktur Organisaisi UBP Semarang

Struktur organisasi PT. Indonesia Power UBP Semarang dapat dilihat pada

lampiran.
BAB III

SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA UAP

PLTU SEMARANG

Siklus pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus

Rankine. PLTU 3 Semarang menggunakan siklus tertutup (Closed Cycle) dengan

dasar siklus Rankine.

A. Siklus Rankine Sederhana

Siklus sederhana dari sistem pembangkit listrik tenaga uap diturunkan dari

Carnot oleh Profesor William John Macquorn Rankine (1820-1872).

Gambar 3.1 Siklus Rankine Sederhana

Pada siklus Rankine, untuk proses 1 – 2 merupakan proses yang terjadi

pada turbin uap, dimana kondisi uap yang masuk ke turbin adalah bertekanan

17
18

tinggi (P1) dan bertemperatur tinggi atau merupakan uap kering

(Superheated Vapor). Dengan asumsi bahwa proses yang berlangsung di dalam

turbin adalah proses isentropik, maka uap yang keluar dari turbin akan menjadi

uap jenuh. Proses 1 – 2 (isentropik) dimana energi potensial uap akan

menghasilkan energi putaran poros turbin, sehingga pada proses ini merupakan

proses yang menghasilkan daya luaran (Wout).

Pada proses 2 – 3 merupakan proses yang berlangsung di dalam

Condensor pada tekanan konstan (isobarik). Condensor berguna untuk

mengembunkan uap jenuh yang berasal dari turbin menjadi air (cair jenuh). Untuk

memudahkan proses kondensasi, tekanan pada kondensor diusahakan dibawah

tekanan atmosfer. Pada kondensor terjadi proses pelepasan kalor (Qout). Proses 3

– 4 merupakan proses pemompaan untuk menaikan tekanan fluida (cair jenuh)

secara isentropik. Pada proses ini terjadi proses pemasukan kerja ke dalam (Win)

sistem karena proses pemompaan air yang dihasilkan dari proses kondensasi oleh

Condensor. Tekanan yang dihasilkan sama dengan tekanan uap yang masuk ke

turbin. Proses 4 – 1 merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai

dengan kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobarik,

dimana untuk menguapkan air tersebut dibutuhkan masukan panas tertentu (Qin).

Pada proses 4 – 5 memperlihatkan percampuran antara liquid

bertemperatur rendah dengan bertemperatur tinggi. Sedangkan pada titik 4

menunjukan keadaan cair (liquid) yang tak berubah massa jenisnya karena

ditingkatkan tekanannya.
19

B. Siklus Unit 3 PLTU Semarang

Gambar 3.2 Siklus PLTU Unit 3


20

C. Siklus Rankine Ideal

Siklus di PLTU menggunakan Siklus Rankine dengan Superheater dan

Reheater.

SUPERHEATED STEAM

UAP REHEATER
UAP EKSPANSI UAP
EKSPANSI UAP IP TURBIN
AIR
EKSPANSI UAP
IP TURBIN
AIR

Gambar 3.3 Siklus Rankine Ideal

Keterangan gambar :

a) Proses 1 – 1’ : Penaikan tekanan pada air menggunakan Condensate

Extraction Pump.

b) Proses 1’ – 2 : Pemanasan air pada Low Pressure Heater.

c) Proses 2 – 2’ : Penaikan tekanan air menggunakan Boiler Feed Pump.

d) Proses 2’ – 3 : Pemanasan air pada High Pressure Heater dan pada

Economizer.

e) Proses 3 – 4 : Pemanasan air menjadi uap air pada Wall Tube dan Downcomer

di dalam Boiler.

f) Proses 4 – 5 : Pemanasan uap air menjadi uap panas lanjut (Superheated

Steam) pada Superheater.

g) Proses 5 – 6 : Ekspansi uap di dalam High Pressure Turbine.


21

h) Proses 6 – 7 : Pemanasan kembali uap yang keluar dari High Pressure Turbine

yang terjadi dalam Reheater.

i) Proses 7 – 7’ : Ekspansi uap yang keluar dari Reheater di dalam Intermediate

Pressure Turbine.

j) Proses 7’ – 8 : Ekspansi uap di dalam Low Pressure Turbine tanpa mengalami

pemanasan ulang.

k) Proses 8 – 1 : Pendinginan uap menjadi air di dalam Condenser.

D. Siklus Air dan Uap

Untuk menghasilkan uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi pada

Boiler perlu diisikan air murni yang dihasilkan dari proses pemurnian air laut

yang dilakukan di Desalination Plant. Air laut dipompakan oleh CWP

(Circulating Water Pump) yang sebagian besar dipakai untuk media pendingin di

Condenser dan sebagian lagi dijadikan air tawar di Desalination Evaporator.

Setelah air menjadi tawar, kemudian dipompa oleh Distillate Pump untuk

kemudian dimasukkan ke dalam Make Up Water Tank untuk diteruskan ke sistem

pemurnian air (Demineralizer) dan selanjutnya dimasukkan ke dalam Demin

Water Tank air diproses di Demineralisasi Plant bertujuan untuk menurunkan

kadar ion dan mineral dalam air yang akan digunakan dalam siklus.

E. Komponen Utama Pada PLTU

Dalam siklus PLTU, terdapat komponen-komponen yang digunakan


sebagai alat utama penghasil kerja pada PLTU, diantaranya Pompa, Boiler, Turbin
Uap, dan Kondensor.
22

1. POMPA

Dalam siklus PLTU Unit 3 UBP Semarang memiliki berbagai pompa

yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda, diantaranya CWP (Circulating Water

Pump), BFP (Boiler Feed Pump), Air Preheat Coil Pump.

1. CWP (Circulating Water Pump)

Peran utama dari CWP adalah memompa air yang berada di intake

untuk dialirkan ke bagian-bagian alat PLTU sebagai material utama

pembentuk uap. Serta CWP juga memompa air yang digunakan

sebagai media pendingin kondensor.

2. BFP (Boiler Feed Pump)

BFP digunakan sebagai pompa penyalur air yang dimana udara yang

tidak diperlukan dibuang ke alam bebas oleh Deaerator.

Air tersebut untuk dialirkan menuju Boiler melewati HP Heater dan

Economizer dan diteruskan menuju Steam Drum untuk memproduksi

uap.

3. Air Preheat Coil Pump

Yaitu pompa yang mengalirkan udara sebelum memasuki Air Heater

dengan memanaskan melalui sumber panas berasal dari air Deaerator.

Udara yang akan memasuki Air Heater harus dipanaskan terlebih dulu

agar tidak terjadi thermal stress akibat perbedaan suhu yang ekstrim.
23

2. BOILER

Boiler merupakan suatu alat untuk menghasilkan uap pada tekanan dan

temperatur tinggi (Superheated Vapor). Perubahan dari fase cair menjadi uap

dilakukan dengan memanfaatkan energi panas yang didapatkan dari pembakaran

bahan bakar. Boiler pada PLTU Semarang menggunakan minyak residu atau biasa

disebut MFO (Marine Fuel Oil) sebagai bahan bakar utamanya. Sedangkan bahan

bakar pendukung adalah solar atau biasa disebut HSD (High Speed Diesel),

dimana solar ini digunakan hanya sebagai pemantik awal (ignition) untuk

membakar MFO. Penyaluran panas dari bahan bakar ke air demin dapat terjadi

secara radiasi, dan konveksi.

Bagian pemindah panas dari boiler terdiri dari pemanas mula (Low

Pressure Heater dan High Pressure Heater) , economizer, pemanas lanjut

(Superheater), dan pemanas ulang (Reheater).

Pemindahan panas dalam boiler terjadi dalam proses :

 Radiasi di ruang bakar

 Konveksi di Economizer dan Air Heater

 Kombinasi radiasi dan konveksi di Superheater dan Reheater.

2.1 Komponen Utama Boiler

Komponen utama boiler terdiri dari : Wall Tube, Main Drum, Primary

Superheater, Secondary Superheater, Reheater, dan Economizer. Sedangkan

komponen pendukung terdiri dari : Forced Draft Fan, MFO Heater, Air Preheat

Coil, Air Heater, Burner, Gas Recirculating Fan, Soot Blower dan Safety Valve.
24

a. Wall Tube

Dinding boiler terdiri dari tubes / pipa-pipa yang disatukan oleh membran,

oleh karena itu disebut dengan wall tube. Di dalam wall tube tersebut mengalir air

yang akan dididihkan. Dinding pipa boiler adalah pipa yang memiliki ulir dalam

(ribbbed tube), dengan tujuan agar aliran air di dalam wall tube berpusar

(turbulen), sehingga penyerapan panas menjadi lebih banyak dan merata, serta

untuk mencegah terjadinya overheating karena penguapan awal air pada dinding

pipa yang menerima panas radiasi langsung dari ruang pembakaran.

Wall tube mempunyai dua header pada bagian bawahnya yang

berfungsi untuk menyalurkan air dari downcomers. Downcomer merupakan pipa

yang menghubungkan steam drum dengan bagian bawah low header. Untuk

mencegah penyebaran panas dari dalam furnace ke luar melalui wall tube, maka

disisi luar dari wall tube dipasang dinding isolasi yang terbuat dari mineral fiber.

b. Steam Drum

Steam Drum adalah bagian dari boiler yang berfungsi untuk :

1. Menampung air yang akan dipanaskan pada pipa-pipa penguap (wall tube),dan

menampung uap air dari pipa-pipa penguap sebelum dialirkan ke superheater.

2. Memisahkan uap dan air yang telah dipisahkan di ruang bakar ( furnace ).

3. Mengatur kualitas air boiler, dengan membuang kotoran-kotoran terlarut di

dalam boiler melalui continuous blowdown.

4. Mengatur permukaan air sehingga tidak terjadi kekurangan saat boiler

beroperasi yang dapat menyebabkan overheating pada pipa boiler.


25

Bagian-bagian dari steam drum terdiri dari : feed pipe, chemical feed pipe,

sampling pipe, baffle pipe, separator, scrubber, dryer, dan dry box.

Level air dari drum harus selalu dijaga agar selalu tetap setengah dari

tinggi drum. Sehingga banyaknya air pengisi yang masuk ke steam drum harus

sebanding dengan banyaknya uap yang meninggalkan drum, supaya level air tetap

konstan. Batas maksimum dan minimum level air dalam steam drum adalah -250

mm s/d 250 mm dari titik 0 (setengah tinggi drum).

Pengaturan level air dilakukan dengan mengatur Flow Control Valve. Jika

level air di dalam drum terlalu rendah, akan menyebabkan terjadinya overheating

pada pipa boiler, sedangkan bila level air dalam drum terlalu tinggi, kemungkinan

butir-butir air terbawa ke turbin dan akan mengakibatkan kerusakan pada turbin.

c. Superheater

Superheater berfungsi untuk menaikkan temperatur uap jenuh menjadi uap

panas lanjut dengan memanfaatkan gas panas hasil pembakaran. Uap yang masuk

ke Superheater berasal dari steam drum. Superheater terbagi dua yaitu Primary

Superheater dan Secondary Superheater.

1. Primary Superheater

Primary Superheater berfungsi untuk menaikkan temperatur uap jenuh

yang berasal dari steam drum menjadi uap panas lanjut dengan

memanfaatkan gas panas hasil pembakaran. Temperatur masuk Primary

Superheater adalah 3040C dan temparatur keluarnya 4140C.


26

2. Secondary Superheater

Secondary Superheater terletak pada bagian laluan gas yang sangat panas

yaitu diatas ruang bakar dan menerima panas radiasi langsung dari ruang

bakar . Temperatur uap masuk Secondary Superheater adalah 4140C dan

temperatur keluar sebesar 5410C, dan tekanan 169 kg/cm2. Uap yang

keluar dari Secondary Superheater kemudian digunakan untuk memutar

HP Turbine.

d. Reheater

Reheater berfungsi untuk memanaskan kembali uap yang keluar dari HP

Turbine dengan memanfaatkan gas hasil pembakaran yang temperaturnya relatif

masih tinggi. Pemanasan ini bertujuan untuk menaikkan efisiensi sistem secara

keseluruhan . Perpindahan panas yang paling dominan pada Reheater adalah

perpindahan panas konveksi.

Perpindahan panas radiasi pada Reheater memberikan efek yang sangat

kecil sehingga proses ini biasanya diabaikan. Temperatur uap masuk Reheater

adalah 3350C dengan tekanan sebesar 42,8 kg/cm2, sedangkan temperatur

keluarnya adalah 5410C dengan tekanan 39 kg/cm2. Uap ini kemudian digunakan

untuk menggerakkan IP Turbine, dan setelah uap keluar dari IP Turbine, langsung

digunakan untuk memutar LP Turbine tanpa mengalami pemanasan ulang.


27

e. Economiser

Economizer menyerap panas dari gas hasil pembakaran setelah melewati

Superheater, untuk memanaskan air pengisi sebelum masuk ke main drum. Panas

yang diberikan ke air berupa panas sensibel. Pemanasan air ini dilakukan agar

perbedaan temperatur antara air pengisi dan air yang ada dalam steam drum tidak

terlalu tinggi, sehingga tidak terjadi thermal stress (tegangan yang terjadi karena

adanya pemanasan) di dalam main drum. Selain itu dengan memanfaatkan gas

sisa pembakaran, maka akan meningkatkan efisiensi dari boiler dan proses

pembentukan uap lebih cepat.

Economizer berupa pipa-pipa air yang dipasang ditempat laluan gas hasil

pembakaran sebelum air heater. Perpindahan panas yang terjadi di economizer

terjadi dengan arah aliran kedua fluida berlawanan (counter flow). Air pengisi

steam drum mengalir ke atas menuju steam drum, sedangkan udara pemanas

mengalir ke bawah.

2.2 Komponen Pendukung Boiler

Komponen pendukung Boiler terdiri dari : Forced Draft Fan, MFO

Heater, Air Preheat Coil, Air Heater, Burner, Gas Recirculating Fan, Soot

Blower dan Safety Valve.


28

1. Forced Draft Fan

Alat yang berupa fan (kipas) ini berfungsi untuk memasukkan udara

pembakaran secara paksa ke dalam furnace, terpasang pada bagian ujung

saluran air intake boiler dan digerakkan oleh motor listrik.

2. MFO Heater

MFO Heater merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan bahan

bakar berupa MFO dengan tujuan menurunkan viskositas dari MFO. Hal

ini perlu dilakukan karena MFO memiliki viskositas yang relatif tinggi

(satu tingkat di bawah aspal) sehingga sulit untuk teratomisasi di burner.

Dengan proses pemanasan maka viskositas MFO dapat diturunkan

sehingga dapat teratomisasi dengan baik dan menghasilkan pembakaran

yang baik.

3. Air Preheat Coil

Alat yang berfungsi untuk memanaskan udara sebelum memasuki Air

Heater dengan sumber panas berasal dari air Deaerator. Udara yang akan

memasuki Air Heater harus dipanaskan terlebih dulu agar tidak terjadi

thermal stress akibat perbedaan suhu yang ekstrim.

4. Air Heater

Air Heater merupakan alat pemanas udara, dimana panas diambil dari gas

buang hasil pembakaran sebelum masuk ke cerobong (stack). Dengan

pemanfaatan gas buang ini, maka dapat menghemat biaya bahan bakar

sehingga bisa meningkatkan efisiensi pembakaran.

5. Burner
29

Alat yang berfungsi untuk membakar campuran antara bahan bakar (fuel)

dengan udara (air) di dalam ruang bakar (furnace) pada boiler.

6. Gas Recirculating Fan

Alat ini berfungsi untuk mengarahkan sebagian flue gas (gas sisa

pembakaran) kembali ke furnace untuk meningkatkan efisiensi boiler.

7. Soot Blower

Sootblower merupakan peralatan tambahan boiler yang berfungsi untuk

membersihkan kotoran yang dihasilkan dari proses pembakaran yang

menempel pada pipa-pipa wall tube, superheater, reheater, economizer,

dan air heater . Tujuannya adalah agar perpindahan panas tetap

berlangsung secara baik dan efektif

8. Safety Valve

Safety Valve berfungsi sebagai pengaman ketika terjadi tekanan uap yang

berlebih yang dihasilkan oleh boiler. Tekanan berlebih ini dapat terjadi

karena panas boiler yang berlebihan atau adanya penurunan beban turbin

secara drastis.

3. TURBIN UAP

Turbine adalah suatu perangkat yang mengkonversikan energi uap yang

bertemperatur tinggi dan tekanan tinggi menjadi energi mekanik (putaran).

Ekspansi uap yang dihasilkan tergantung dari sudu-sudu (nozzle) pengarah dan

sudu-sudu putar. Ukuran nozzle pengarah dan nozzle putar berfungsi sebagai

pengatur distribusi tekanan dan kecepatan uap yang masuk ke turbin.


30

4. KONDENSOR

Penjelasan mengenai kondensor, alat-alat utama, alat bantu, serta sistem

kerja dijelaskan dalam BAB IV.


BAB IV

SISTEM KERJA KONDENSOR

A. Pengertian

Kondensor adalah sebuah alat pengubah panas (heat exchanger) yang

digunakan pada unit pembangkit dimana uap turbin yang telah menyelesaikan

kerjanya diubah kembali menjadi air sebelum dikembalikan melalui sistem

pemanasan air pengisi boiler.

Tidak semua energi panas dapat dikonversikan menjadi energi berguna

atau dengan kata lain harus ada yang dibuang ke lingkungan. Pada Pembangkit

Listrik Tenaga Uap proses transfer panas ke lingkungan terjadi pada kondensor.

Fungsi kondensor adalah alat penukar panas yang merubah uap sisa dari kerja

turbin untuk di kondensasikan kembali.

B. Jenis-Jenis Kondensor

1. Kondensor Permukaan

Gambar 4.1 Kondensor Permukaan

31
32

Air yang tersedia dalam jumlah besar biasanya sangat tidak bersih, misal,

air laut dan air sungai, tetapi ketidak bersihan tersebut hanya berpengaruh sedikit

terhadap sifat pendinginannya. Jika sebuah kondensor memiliki dua sistem yang

terpisah, uap kondensasi berada pada bagian luar permukaan pipa dan bagian

dalam pipa mendapat aliran air yang berasal dari laut sebagai media pendingin.

Susunan yang demikian dikenal dengan kondensor permukaan dan

permukaan pendinginnya terdiri dari pipa-pipa kecil. Dalam hal ini kemurnian air

pendingin tidak menjadi masalah karena terpisah dari uap dan air kondensat

sehingga setiap kebocoran yang mungkin terjadi tidak akan bersinggungan dengan

air kondensat.

2. Kondensor Lintasan Tunggal dan Ganda (Single and Multi-pass)

Gambar 4.2 Kondensor Lintasan Tunggal & Ganda


33

Penyekatan yang tepat dengan menggunakan ruang air (water box) dari

pendingin dapat dibuat satu, dua, atau tiga aliran melintasi kondensor sebelum

menuju ke pembuangan. Bila air pendingin dibuat hanya satu lintasan disebut

sebagai lintasan tunggal (single pass condenser). Jika air pendingin dibuat dua

lintasan aliran ini disebut sebagai kondensor dua lintasan (two pass condenser).

Dalam hal ini air dalam pipa separuh bawah akan mengalir dari depan ke belakang

dan pada bagian separuh atas dari belakang ke depan.

Panjang fisik pipa-pipa kondensor harus disesuaikan dengan silinder

turbin tekanan rendah dan kenaikan temperatur pendingin yang diperbolehkan.

Pipa-pipa kondensor biasanya diatur secara melintang atau sejajar (aksial)

terhadap poros turbin.

C. Alat Bantu Kondensor

Pada Kondensor sendiri memiliki beberapa item yang difungsikan sebagai

alat pembantu diantaranya Priming Ejector, Main Ejector, Nasli Vacum Pump,

Debris Filter, Tube Cleaning System.

1. Priming Ejector & Main Ejector

Untuk menaikkan efisiensi turbin dan mempercepat kondensasi uap

dari kondensor, maka kevakuman kondensor sangat diperlukan. Priming ejector

dan main ejector dikonstruksi dengan nozzle yang dilalui mainstream. Karena

luas penampang semakin mengecil, maka kecepatan uap semakin baik.

Pemasangan nozzle dibuat sedemikian rupa sehingga arah uap yang dipertinggi
34

kecepatannya tegak lurus dengan lubang yang menghubungkan dengan kondensor

yang dipasang diujung nozzle dimana uap keluar dengan kecepatan tinggi namun

bertekanan rendah.

Kecepatan diperbesar dengan cara memperkecil lubang lintasan uap

pada nozzle dan hal ini berlangsung secara kontinyu, sehingga akan terjadi

kevakuman di daerah penyempitan ini (Hukum Bernoulli). Apabila ruangan di

dalam kondensor dihubungkan dengan Deareator Tank, maka kondensor akan

menjadi vakum. Priming ejector digunakan ketika proses start up, untuk kerja

selanjutnya dilakukan pada Main Ejector dan kerja Priming Ejector dihentikan.

2. Nasli Vacum Pump

Air laut yang digunakan sebagai pendingin pada kondensor

disirkulasikan pada pipa-pipa pendingin dalam kondensor. Pada ujung-ujung pipa

pendingin tersebut terdapat ruangan yang berfungsi sebagai tempat penampungan

air sebelum disirkulasikan pada pipa-pipa kondensor yang disebut juga dengan

waterbox. Level air laut dalam waterbox harus selalu dijaga agar sirkulasi air laut

dalam pipa-pipa kondensor lancar sehingga perpindahan panas yang terjadi dapat

berlangsung dengan baik. Pembuatan vakum pada waterbox dimaksudkan agar

levelnya tetap stabil, sedangkan alat yang digunakan untuk membuat kevakuman

waterbox adalah vacum priming.

3. Debris Filter

Pada sistem sirkulasi air laut sebagai material pendingin utama,

sebelum masuk pada pipa-pipa saluran pendingin didalam kondensor diperlukan


35

Debris Filter dengan tujuan untuk menyaring air laut yang bebas masuk kedalam

sistem pendingin kondensor. Cara kerja Debris Filter adalah dengan

memindahkan posisi berdirinya. Ketika sistem pendinginan berjalan, maka Debris

Filter akan terdapat banyak kotoran yang menyangkut pada saringan tersebut.

Untuk membersihkannya hanya perlu memutar posisi Debris Filter, misal dari

Debris Indicator menunjukkan angka 600, maka sebaiknya diputar menuju angka

900, 900 ke 1200, ataupun 1200 ke 00, dan dilakukan berulang sesuai jangka waktu

pembersihan yang telah ditentukan.

4. Tube Cleaning System

Ketika saluran pendingin kondensor (pipa-pipa) diberi penyaring pada

awal air laut masuk dengan Debris Filter, tentu tidak luput dari kotoran/partikel

kecil yang tidak ikut tersaring olehnya. Untuk membersihkan pipa-pipa tersebut

maka digunakan Tube Cleaning System yang cara kerjanya dengan menembakkan

bola-bola berukuran kecil berbahan sejenis busa, sehingga dinding dan kotoran

yang terdapat pada pipa-pipa pendingin dapat dibersihkan dengan optimal.

D. Konstruksi Kondensor

Jumlah pipa-pipa dalam kondensor yang mengalirkan air laut sebagai

media pendingin berjumlah sebanyak 11.032 pipa. Panjang pipa jika dihitung

efektifnya adalah 12.140 mm atau 12,140 m, namun total panjang sebenarnya

12.202 mm atau 12,202 m. Pipa tersebut memiliki dimensi 25,4 mm x 1,245 mm.

Adapun konstruksinya seperti berikut :


36

Gambar 4.3 Konstruksi Kondensor

Susunan pipa pada semua jenis kondensor pipa-pipa diatur dalam ruangan

luar yang sesuai yang disebut sebagai kumpulan pipa-pipa (tube banks).

Tujuannya adalah untuk menyediakan jalur-jalur uap yang lebar baik melewati

atau mengelilingi kumpulan-kumpulan tersebut sebagaimana ditunjukkan gambar

diatas. Dengan cara ini uap dapat menyusup dengan baik ke dasar kondensor

untuk mencegah timbulnya pendinginan dalam kondensor yakni dari pipa-pipa

yang teratas. Pada beberapa kondensat yang modern temperatur air kondensat

lebih tinggi daripada temperatur jenuh uap keluar turbin.

Kenyataan ini sekarang dapat diterima tetapi beberapa puluh tahun yang

lalu hal ini dianggap tidak mungkin sehingga tulisan-tulisan yang menunjukkan

keadaan itu dianggap karena kesalahan alat ukur. Kenaikan temperatur melalui

kondensor mungkin akibat kecepatan uap yang diubah menjadi panas sewaktu uap

bersinggungan dengan air kondensate sehingga menaikkan temperatur akhir.


37

E. Prinsip Kerja Kondensor

Turbin yang bekerja menyisakan uap sebagai penggeraknya, pada bagian

Low Pressure uap sisa kerja turbin di teruskan pada kondensor untuk di

kondensasikan. Uap yang keluar dari turbin di buat vakum pada kondensor

dengan tujuan uap dapat langsung turun untuk diembunkan sehingga tidak terjadi

kerusakan (trip) pada turbin akibat tekanan uap keatas lebih tinggi daripada

kebawah. Ketika vakum tidak berjalan dengan baik maka uap akan naik kembali

dan menghantam turbin, untuk menghindari itu diberi Rupper Dist yang fungsinya

sebagai pengaman tekanan keatas.

Bersamaan dengan sirkulasi air untuk proses pembentukan uap, dari

Demin Water Tank bersama air hasil pengembunan kondensor di Hot Well

dialirkan keluar menuju Condensate Pump kemudian menuju Daerator melalui

LP Heater dengan tujuan menurunkan kembali tekanan yang akan masuk

Daerator. Dari Daerator dipompakan oleh BFP (Boiler Feed Pump) untuk

dialirkan menuju Economizer dan diteruskan ke Steam Drum sebagai air

pembentuk uap sebagai komponen penggerak turbin selanjutnya. Dan siklus

tersebut berulang secara terus-menerus.

Apabila dihitung dari kecepatan laju air yang melintasi pipa-pipa

kondensor rata-rata berkecepatan 2,14 m/s. Kualitas pendinginan air pada

kondensor sebanyak 34.770 m3/h. Ketika uap dari turbin menuju kondensor,

tekanan yang dihasilkan 64 mmHgabs.


38

Gambar. 4.4 Kondensasi

Pendinginan suhu air masuk 32 deg 0C dan pendinginan suhu air keluar

37.3 deg 0C. Tekanan gesek pada sisi pipa dan tabung 3,5 mAg (pada 100%).

Sedangkan kapasitas Hot Well dapat menampung air sebanyak 52.300 liter pada

saat sistem berjalan normal.

Gambar 4.5 Pemberian dan Pelepasan Energi Panas


39

Pada PLTU unit 3 terdapat 2 kondensor, namun ketika sistem berjalan

hanya difungsikan satu kondensor saja. Sedangkan satunya difungsikan sebagai

cadangan apabila terjadi kerusakan sistem/penyumbatan maupun sejenisnya.

F. Sistem-Sistem Air Pendingin dan Analisis Air Pendingin Kondensor

(Circulating Water / CW)

Sistem sirkulasi air pendingin (CW) merupakan sistem alat pembantu yang

paling penting dalam suatu pembangkit listrik. Tanpa pemasukan air pendingin ke

kondensor, suatu turbin kondensasi tidak dapat dioperasikan. Karena itu

kehandalan sistem air pendingin adalah penting.

Sebuah turbin 660 MW membuang sekitar 2,8 Gj/h (2625 x 106 Btu/jam)

ke air pendingin dengan kenaikan temperatur air pendingin antara 8 0C (14 0F) dan

10 0C (18 0F). Ini adalah jumlah panas yang besar. Biaya yang besar ini dapat

dihemat dengan ketrampilan pengoperasian sistem air pendingin untuk

memberikan kondisi optimal dalam kondensor. Kerugian biasanya banyak terjadi

pada unit 500 MW. Sistem air pendingin harus direncakan sedemikian, sehingga

fleksibel untuk operasi yang ekonomis, andal untuk ketersediaan (avaibility) yang

baik. Tujuan – tujuan dasar dari perencanaan adalah untuk menyediakan :

a. Menjamin penyediaan air untuk berbagai bentuk operasi dan pada setiap

waktu.

b. Kesiapan dan pengaturan jumlah air yang efisien memberikan efisiensi

pembangkit listrik yang optimal pada semua kondisi beban dan kondisi

temperatur air.
40

c. Penyediaan air yang stabil pada semua keadaan tanpa adanya penyempitan

(thrott ling) yang tidak bermanfaat.

d. Pemeliharaan minimun, dan pelaksanaan yang mudah.

e. Modal keseluruhan dan biaya-biaya operasi minimum untuk maksud –

maksud diatas.

Uap bekas dari turbin memasuki kondensor, bergerak dengan kecepatan

yang sangat tinggi tergantung pada vakum dan pembebanan. Kumpulan pipa-pipa

diletakkan sedemikian sehingga berbagai kecepatan ini tidak berhamburan sampai

uap mencapai dasar dari kondensor. Aliran uap masuk ke kondensor harus

didistribusi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah

memberikan panas latennya ke air pendingin. Ini diperlukan hanya untuk

mengkondensasi uap, pendinginan lebih lanjut lainnya adalah merupakan panas

terbuang.

Biasanya air pendingin yang diperlukan untuk mengkondensasi satu

pound (0,45 kg) uap adalah sekitar 65 lbs (29 kg) air. Jumlah dan temperatur dari

air pendingin yang ada menentukan vakum maksimum yang mungkin dapat

dicapai.

Banyak pembangkit listrik dibangun berdekatan dengan laut, yang

menyediakan sumber air pendingin yang baik. Sekarang daerah pantai yang cocok

untuk dibangun sebuah pembangkit listrik sudah berkurang.

Letak dipinggir sungai atau saluran (kanal) juga dapat dipertimbangkan

sebagai tempat yang cocok. Sebagian besar sungai-sungai di Indonesia terlalu


41

kecil untuk maksud itu. Mesin tekanan rendah dari 20 MW atau lebih kecil

biasanya menggunakan lebih dari 50 gallon (0,22 m3) untuk setiap satuan tenaga

listrik yang dibangkitkan yakni 50 gallon (0,22 m3/kWh).

Sebuah mesin 30 MW memerlukan lebih dari 40 gallon (0,18 m3/kWh).

Sebuah mesin 60 MW memerluakan lebih dari 38 gallon (0,17 m3/kWh). Mesin

120 MW memerlukan lebih dari 38 gallon (0,17 m3/kWh). Mesin 500 MW

memerlukan lebih dari 27 gallon (0,14 m3/kWh).

Besar rugi panas yang dibuang ke sungai atau laut adalah sangat besar.

Kebetulan kerugian panas ini menjadi semakin rendah pada unit yang besar

sebagaimana ditunjukkan pada daftar diatas. Ini karena sekarang sebagaian besar

digunakan untuk uap ekstraksi (bled steam) sehingga menghemat panas yang

dibuang didalam kondensor. Sebagai contoh kerugian panas tinggi dari hal ini,

diambil kejadian pada unit 20 MW menggunakan 50 gallon (500 lbs atau 0,22 m3)

air untuk setiap satuan yang dibangkitkan. Untuk kenaikan temperatur melewati

kondensor sebesar 10 0C kehilangan panas (B.Th.U.S) per unit akan menjadi 500

x 18 = 9000 B.Th.U.S (220 x 10 x 4,2 = 9240 kJ).

Nilai panas yang masuk pada katup penutup turbin (turbin stop valve) dapa

diperoleh dari daftar tabel uap. Gambaran ini secara umum lebih besar sedikit dari

2 kali kerugian panas ke air pendingin dan perhitungan ini didasarkan pada

kondisi-kondisi operasi yang baik. Secara praktis kondensor tidak pernah

mencapai standar yang paling baik, karena itu kerugian panas yang kelebihan dari

gambaran perhitungan ini harus dipertimbangkan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondensor memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Sistem kerja

kondensor yang begitu penting dalam proses pengembunan uap sisa kerja dari

turbin memerlukan perhatian lebih, khususnya pada pemeliharaan rutin dan

tahunannya.

1. Kelebihan kondensor

Kelebihan kondensor diantaranya dengan perawatan rutin yang dapat

dilakukan tanpa harus mematikan proses kerja kondensor. Karena terdapat

berbagai macam cara perawatan baik Running Maintenance maupun Shutdown

Maintenance. Dengan Cleaning Ball Pump dapat mengefisiensi waktu serta biaya

perawatan, karena hanya memerlukan bola-bola busa sebagai media pembersih

pipa tanpa harus mematikan operasi. Sedangkan kerusakan dapat diminimalisir

sehingga mesin lebih terawat.

2. Kekurangan kondensor

Kekurangan kondensor adalah tidak adanya perhitungan mendetail

mengenai uap yang dikondensasikan di dalam kondensor, sehingga kontrol

terhadap kerja kondensor kurang maksimal.

42
43

B. Saran

1. Perawatan berkala mengenai bagian-bagian alat yang terkorosi


sebaiknya cepat dalam penanganannya, sehingga diharapkan kerusakan berat pada
alat tidak mungkin terjadi. Supervisor Pemeliharaan maupun Supervisor
Pemeliharaan Senior alangkah baiknya turun ke lapangan untuk meninjau data
yang dilaporkan sehingga akurat dan terpilah mana saja yang harus diberi
perawatan dan penggantian.

2. Perusahaan alangkah baiknya membuatkan jadwal/agenda kegiatan bagi


siswa PKL sehingga kegiatan lebih termonitoring dan dapat dievaluasi. Siswa
PKL bila perlu untuk diberi job tersendiri sehingga kegiatan PKL yang
dilaksanakan tidak monoton dan dapat mengembangkan kualitas serta pola pikir
siswa PKL.
44

DAFTAR PUSTAKA

Winarno Dwi, Karnowo, 2008, Mesin Konversi Energi, Semarang, UNNES Press

Black & Veatch International, 1981, Operating Instructions Vol. 1

Black & Veatch International, 1981, Operating Instructions Vol. 2

Pusat Pendidikan dan Latihan, PLN, 1989, Kondensor & Sistem Air Pendingin

Black & Veatch International, 1981, Surface Condensor, Operating Inst. Vol. 1

Black & Veatch International, 1981, Surface Condensor, Operating Inst. Vol. 2

Black & Veatch International, 1981, Surface Condensor, Operating Inst. Vol. 3
45

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai