Anda di halaman 1dari 70

AGENCIFICATION

Practices and Lessons


OUTLINE

<< 01 >> International Trends of Agencification


<< 02 >> Agencies Across Countries
<< 03 >> Lesson Learned
<< 01 >>

INTERNATIONAL TRENDS OF
AGENCIFICATION
KONSEPSI BLU - FENOMENA AGENSIFIKASI DI DUNIA

Peran agensifikasi dalam tata kelola pemerintahan telah lama dan


secara luas dipraktikkan.

Tren pembentukan Agen, dan meninggalkan Satuan Kerja


tradisional dimulai pada tahun 80-an.

Menurut OECD*, peran agent dalam memberikan layanan kepada


masyarakat sebagai perpanjangan tangan kekuasaan eksekutif
telah mencapai lebih dari 75%.
4
KONSEPSI BLU - FENOMENA AGENSIFIKASI DI DUNIA

Agencification is basically rooted in the separation between


policy formulation (politics) and policy implementation
(administration). Policy formulation remains in the hands of core
departments, while policy implementation is hived off into
agencies that have several degrees of autonomy for the delivery
of services (Nakano, 2004, p.169).

Agensifikasi pada dasarnya adalah pemisahan antara perumusan


kebijakan (politik) dan implementasi kebijakan (administrasi).
Perumusan kebijakan tetap dilakukan oleh
departemen/kementerian, sedangkan implementasi kebijakan
dilimpahkan kepada Agen/instansi yang memiliki otonomi
tertentu untuk memberikan layanan umum (Nakano, 2004,
p.169).
5
KONSEPSI BLU - FENOMENA AGENSIFIKASI DI DUNIA

Van Thiel and Yesilkagit (2011, p.785) concluded


that agencification is essentially a process of
creating (semi-)autonomous agencies to deliver a
public task or implement a policy.

Van Thiel dan Yesilkagit (2011, p.785)


menyimpulkan bahwa agensifikasi adalah suatu
proses menciptakan agen/badan semi-otonom
untuk memberikan pelayanan public atau
mengimplementasikan suatu kebijakan
6
KONSEPSI BLU - FENOMENA AGENSIFIKASI DI DUNIA

Pembentukan agent dilakukan untuk memperbaiki


pengendalian dan manajemen keuangan dengan tujuan:
Mengisolasi pengambilan keputusan dari politik;

Identifikasi tanggung jawab yang jelas;

Skema akuntabilitas yang lebih baik;

Peningkatan nilai ekonomi dan efisiensi; dan

Memperkenalkan konsep new public management  akuntansi akrual,


audit internal, dll.

7
KONSEPSI BLU - FENOMENA AGENSIFIKASI DI DUNIA

1. Inggris (Next Step Agencies)


- 155 agencies sejak 1988
- 75% pegawai pemerintah bekerja di agencies
2. Swedia (Boards and agencies)
- ± 300 agencies
- Sebagian besar pegawai bekerja di agent
3. Kanada (Special Operating Agencies (SOAs)
- 17 agencies
- Merupakan bagian dari kementerian 2
4. Selandia Baru (Crown entities) 1
3
- 79 agencies 5
- 80% pegawai bekerja di agent 6
5. Belanda (Zelfstandig Bestuursorgaane)
- 400 agencies (per tahun 2000)
- 80% pegawai bekerja di agent
6. Jepang
- > 102 agencies
- Agent sebagai operator, K/L sebagai regulator
4
Sumber: 1. OECD. 2002. Distributed Public Governance: Agencies, Authorities and other Government Bodies.
2. Modernising Government: The Way Forward. François-Roger Cazala, Financial management and control of
public agencies.
8
KONSEPSI BLU - FENOMENA AGENSIFIKASI DI DUNIA

From the 1980s onwards, the number of agencies has


increased significantly in almost all countries around the
globe (Pollitt et al., 2001; van Thiel, 2001, 2004; Verhoest et
al., 2010).

Sejak tahun 1980, jumlah Agensi meingkat secara signifikan


di hampir semua negara di seluruh dunia (Pollitt et al., 2001;
van Thiel, 2001, 2004; Verhoest et al., 2010).

9
KONSEPSI BLU - Common Features Setiap Agen Menurut OECD

Struktur  Hirarki yang berbeda


pengelolaan di Mekanisme pertanggungjawaban Kepala/direktur dipilih dengan cara yang berbeda dari proses biasa.
level atas  Tanggung jawab
berbeda dengan
CEO/direktur utama/kepala bertanggung jawab atas pengelolaan keseluruhan. Desain program merupakan tanggung jawab bersama
kementerian
biasa antara menteri, badan pengelola, dan CEO.
 Badan pengelola
Menteri memiliki kewenangan untuk menunjuk badan pengelola dan bahkan untuk memilih CEO-nya.
Lingkungan Memiliki peraturan manajemen, keuangan, kepegawaian yang lebih longgar dibandingkan kementerian biasa.
pengendalian  Peraturan kepegawaian
yang berbeda Tergantung tipe agen, PNS yang bekerja di agen memperoleh fleksibilitas dalam hal grading, skema penggajian, bonus, rekrutmen, dan
pola promosi. Agen juga bisa mempekerjakan pegawai non-PNS yang bekerja sesuai UU ketenagakerjaan biasa.
 Penganggaran, keuangan, dan akuntansi
Tergantung tipenya, dapat didanai sepenuhnya dari pajak/ sepenuhnya/sebagian dari jasa layanan/pendapatan lain.

Otonomi  Manajemen kontrak


pengelolaan Agen yang memiliki hubungan kontraktual atau semi-kontraktual dengan kementeriannya. Target ditetapkan bersama antara
kementerian, badan pengelola, dan CEO.
 Manajemen dan penganggaran yang berorientasi output/outcome. Kontrol pada input terus dikurangi.
 Penganggaran tahun jamak
Pemerintah mulai mengalokasikan anggaran untuk beberapa tahun sebagai timbal balik atas komitmen untuk mencapai serangkaian
outcome.
Sumber: OECD. 2002. Distributed Public Governance: Agencies, Authorities and other Government Bodies.

10
Agency
BLU
Agencification of 25 Tasks
Agencification in 21 Countries
<< 02 >>

AGENCIES ACROSS COUNTRIES


Australia
Australia
Ireland

Administrative duties such as


personnel management,
procurement and budgetary
control are conducted by
agency chief executives and
their management teams.
United Kingdom
Belgium
Belgium
Italy
Portugal
Portugal
Portugal
Portugal
Austria
Austria
Germany
Germany
Germany
The Netherlands
The Netherlands
The Netherlands
The Netherlands
The Netherlands
The Netherlands
The Netherlands
Switzerland
Switzerland
Switzerland
Comparison
Denmark
Denmark
Denmark
Finland
Finland
Finland
Finland
Hungary
Hungary

Ministries are chiefly responsible for policymaking while most of the


implementation tasks – especially those with a territorial dimension – are carried
out by agencies (albeit there are important exceptions to the above role, such as
centralized public procurement, which is located in the Prime Minister’s Office).

Public procurement, HRM and logistic functions – which have a key role in nurturing
ministries’ and ministers’ informal, organizational power base (Papházi and
Rozgonyi 2008: 94) – were transferred to the Prime Minister’s Office.

This pattern appeared on the level of agencies too; many important tasks
previously serviced by agencies were hived back into the parent ministries.
Lithuania
Slovakia
Hong Kong
Hong Kong
Tanzania
Pakistan
<< 03 >>

LESSON LEARNED
Lesson Learned
Lesson Learned
Lesson Learned
Lesson Learned
Lesson Learned
Lesson Learned
Thank You

Anda mungkin juga menyukai