Perendaman Biji
Perkecambahan
tepung sari tanaman dewasa. Tepung sari diambil dari tiga K2T1 12,50 8,33 4,16 2,77
K 2T2 29,20 29,20 12,50 7,87
bunga setiap tanaman, kemudian dicampur dengan akuades.
K 2T3 29,20 29,20 16,60 8,33
Sebanyak 30 butir tepung sari diambil dari enam bidang
K3T1 12,50 12,50 0,00 2,77
pandang dan diukur secara mikroskopis. Tepung sari
K 3T2 20,80 20,80 12,50 16,01
tetraploid dibedakan dari diploidnya seperti yang digunakan K 3T3 16,50 20,80 16,50 5,97
oleh Lindstrom dan Koos (1930) dalam Kallo (1980), yaitu bila Rata-rata 17,11 17,12 8,30
berukuran 10 µ lebih besar dibanding tepung sari diploid.
K1T1 = 0,4% kolkhisin dengan 25 jam perendaman; K1T2 = 0,4%
Pengamatan dan penghitungan jumlah kromosom di- kolkhisin dengan 30 jam perendaman; K1T3 = 0,4% kolkhisin dengan
35 jam perendaman; K2T1 = 0,5% kolkhisin dengan 25 jam perendaman;
lakukan dengan melumat ujung akar dengan metode baku
K2T2 = 0,5% kolkhisin dengan 30 jam perendaman; K2T3 = 0,5%
asetokarmin. Ujung akar diamati dan difiksasi dalam larutan kolkhisin dengan 35 jam perendaman; K3T1 = 0,6% kolkhisin dengan
Farmer’s (3 etil alkohol anhidrida : 1 asam asetat glasial). 25 jam perendaman; K3T2 = 0,6% kolkhisin dengan 30 jam perendaman;
Tanaman dinyatakan tetraploid bila jumlah kromosom 2n = 4x. K3T3 = 0,6% kolkhisin dengan 35 jam perendaman.