Anda di halaman 1dari 6

Manajemen Nyeri

Definisi:

 Nosiseption: deteksi, transduksi dan transmisi stimulus.

 Nyeri: persepsi rangsangan membahayakan oleh otak.

Nyeri akut:

 Nyeri dengan durasi singkat (< 6 minggu) biasanya terkait dengan


pembedahan, trauma atau penyakit akut, sering disertai dengan
inflamasi.

 Biasanya terbatas pada daerah yang mengalami kerusakan/ trauma


dan nyeri biasanya menghilang setelah luka/ cedera sembuh.

Manajemen farmakologi nyeri akut:

 Minta pasien menentukan tingkat keparahan derita nyeri yang


dirasakan, dengan menggunakan skala angka dari 0 hingga 10
atau menggunakan skala analog visual

 Pemberian analgetika yang dikendalikan oleh pasien (PCA= patien


controlled analgesia): menggunakan alat pompa yang dapat
dikendalikan lewat komputer sehingga pemberian obat dapat
dilakukan secara kontinyu dengan kecepatan tetap dan atau
secara bolus untuk obat analgetika opioid parenteral; dibatasi
oleh penguncian berpola interval waktu; obat paling lazim
diberikan dengan cara ini yaitu morphine dan hydromorphone;
rujuk ke tabel 14 untuk penentuan kecepatan infus, dosis PCA
dan penguncian.
Gambar 9. Mekanisme nyeri akut

Tabel 10. Anagetik yang lazim digunakan

Acetamin OAINS Opioid


o-phene
Contoh Paracetamol Aspirin, Sediaan oral: codeine, oxycodone,
ibuprofen, morphine, hydromorphone.
naproxen, Sediaan parenteral: morphine, hydro-
ketorolac morphone, fetanyl.
Indikasi Terapi lini Nyeri derajat Sediaan oral: nyeri akut derajat
pertama ringan- sedang.
nyeri akut sedang Sediaan parenteral: nyeri akut derajat
ringan. sedang hingga berat.
Mekanisme Tidak jelas, Penghambat Menurunkan transmisi impuls pada
kerja diduga mela- tidak selektif neuron tingkat-1 & tingkat-2,
lui pengham- terhadap tanduk dorsalis Medula Spinalis.
bat siklooksi- COX-1 dan Aktifasi jalur modulasi asenden,
genase-2 COX-2, hasilnya pelepasan neurotransmiter
(COX-2). mengurangi penghambat.
Tidak jelas, sintesis pros- Menghambat respon peradangan
diduga me- taglandin. perifer dan hyperalgesia.
modulasi Mempengaruhi suasana hati &
sistem kecemasan; meringankan komponen
kanabioid afek dari persepsi nyeri.
endogen.
Dosis & Dibatasi Dibatasi Tidak ada efek ceiling (kecuali
pemberia oleh efek oleh efek codeine).
n puncak, puncak, Dapat diberikan intratekal (blok
selebih- selebihny spinal) atau lewat infus
nya tidak a tidak
mem- memberi
beri efek efek
anal- analgetik
getik tambaha
tambaha n.
n. Opioid-
Opioid- sparing.
sparing. Kasiat ber-
Dosis variasi
maximu antar
m: 4 individu.
gram/ 24
jam
Efek Dipandang Ulkus/ Depresi napas.
samping/ relatif perda- KOnstipasi dan nyeri perut.
toksisitas aman. rahan Sedasi
Toksik lambung Mual dan muntah
hepar, Menurunk Gatal (pruritus).
bila dosis an Konfusi (khusunya pada orang
dinaikan. perfusi tua).
ginjal.
Fotosensiti
fitas.
Penutupan
pre-
matur
duktus
arteriosu
s.

Antagonis opioid (naloxone, naltrexone)

 Overdosis opioid dengan manifestasi utama gejala otak (misal,


depresi napas) -- kelola ABC pasien.

 Opioid antagonis melakukan penghambatan kompetitif terhadap


reseptor, terutama resptor-µ.
 Naloxone bekerja singkat (waktu paruh 1 jam; efek narkotik dapat
muncul kembali bila naloxone berkurang/habis; karena itu,
pasien harus diobservasi ketat setelah pemberiannya.

 Naltrexone bekerja lebih lama (waktu paruh 10 jam); lebih jarang


ditemua kasus kekambuhan efek opioid.

 Overdosis relatif naloxone dapat menyebabkan mual, agitasi,


berkeringat, takikardia, hypertensi, nyeri muncul kembali, edema
paru, kejang (esensial, putus obat opioid).

Nyeri neuropatik

 Nyeri yang disebabkan oleh cedera pada sistem saraf tepi atau
sentral, sering dikatakan sebagai nyeri terbakar, seperti ditusuk-
tusuk jarum, dingin menusuk (shooting), atau seperti terkena
aliran listrik (tinggling).

 Dengan akibat muncul allodinia (rangsangan yang normalnya


tidak dirasakan nyeri, dirasakan nyeri); atau hiperalgesia
(sensitiftas terhadap rangangan nyeri meningkat).

 Pertimbangkan untuk menambahkan antikejang (gabapentine,


pregabalin) atau antidepresi trisiklik dosis rendah; karena opioid
tidak efekif.

Nyeri kronik

 Durasi nyeri yang berlangsung melewati waktu penyembuhan


jaringan normal dan mengganggu fungsi seseorang.

 Mempunyai komponen nosiseptik dan neuropatik; berimplikasi


pada disregulasi jalur analgetika.

 Dalam perioda perioperatif, pertimbangkan melanjutkan analgetik


kerja panjang, dan diperkuat dengan teknik regional, adjuvants,
analgetik opioid tambahan, dan teknik nonfarmakologi.

Tabel 14. Dosis Pemberian Opioid dengan alat PCA


Nama obat Dosis PCA Interval lockout PCA 4 jam max
Morphine 1 mg 5 menit 30 mg
Fentanyl 25-50 mcg 5 menit 400 mcg
Hydromorphone 0,2 mg 5 menit 6 mg

Tabel 15. Opioid


Nama Ekuivale Dosis Onset Duras Pertimbangan
obat n 10 mg moderat i khusus
morfin IV
Codein 200 mg PO 15-30 mg PO Lambat Sedang Terutama pasca
(30-60 (4-6 tindakan bedah;
menit) jam) tidak bisa parenteral.
Meperidine 75 mg IV 2-3 mg/kg IV Sedang Sedang Antikolinergik, halu-
(Demerol) 10 2-4 jam sinasi, kurang me-
menit ngecilkan pupil di-
banding morfin, me-
tabolit yang menum-
puk dapat menye-
babkan kejang.
Morphine 10 mg IV 0,2-0,3 Sedang Sedang Pelepasan histamin
20 mg PO mg/kg IV 5-10 4-5 jam menyebabkan
0,4-0,6 menit penurunan TD
mg/kg PO.
Oxycodon 15 mg PO 10-20 mg PO Lambat, Lama, Jangan dibelah/
tablet lepas (tidak IV) 30-45 8-12 digerus/ dikunyah.
lambat menit jam
Oxycodon 15 mg PO 5-15 mg PO Sedang, Sedang, Percocet®= Oxycodon
tablet biasa (tidak IV) 15 3-6 jam 5 mg + parasetamol
menit 325 mg.
Hydromor- 2 mg IV 40-60mcg/kg Sedang, Sedang,
phone 10 mg PO IV 15 4-5 jam
(Dilaudid®) 2-4mg/kgPO menit
Fentanyl 100 mcg IV 2-3mcg/kg Cepat, Singkat Kekakuan otot se-
IV (<5mnt) (0,5-1 mentara pada dosis
jam). sangat tinggi.
Remifentanil 100 mcg IV 0,5-1,5 Cepat, Sangat Hanya digunakan
mcg/kg/ IV 1-3 singkat, saat induksi & peme-
menit <10mnt liharaan anestesi.
Secara umum, pemberian secara parenteral 2-3 kali lebih kuat
dibanding pemberian peroral.

Definisi gagal jantung dari Assosiasi Jantung Amerika:

Sindroma klinis yang bersifat kompleks yang muncul akibat kelainan


jantung struktural maupun fungsional, ditandai dengan gangguan
pemompaan dan/ atau pengisian ventrikel. Gejalanya: sesak, mudah
lelah, dan tanda retensi cairan.

Kerja social, medana-punia, membantu orang lain membangkitkan


rasa senang dalam diri. Para peneliti di National Institutes of Health
menemukan bahwa memberi donasi dalam rangka amal
mengaktifkan pusat-pusat kebahagian di otak. Kegiatan amal soleh
akan meningkat- kan kadar endhorphins (morfin endogen, di otak) di
otak. [https://www.medicalnewstoday.com/articles/320839#what-
are-endorphins; 12-09-2021]

Kadar dopamine meningkat bila ada caffeine, alcohol, dan gula.

Secara khusus, penelitian menggunakan PET scan dan MRI


mendapati bahwa orang dengan simpanan dopamine lebih banyak di
amygdala kirinya lebih kecil kemungkinannya mendapatkan nilai
skor tinggi dalam uji stress.

[https://healthfully.com/does-exercise-release-dopamine-
8220422.html; 12-09-2021].

Anda mungkin juga menyukai