PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

POLISI HADIR DITENGAH-TENGAH MASYARAKAT DALAM RANGKA MEMBERIKAN

RASA AMAN DAN MENGEMBALIKAN SITUASI KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT
YANG TERTIB DAN KONDUSIF

KEHADIRAN POLISI ADALAH AMANAT UNDANG-UNDANG, DALAM RANGKA PENEGAKAN

HUKUM UNTUK MELINDUNGI DAN MENGAYOMI MASYARAKAT. PENEGAKKAN
HUKUM BAGI PARA PELAKU KEJAHATAN SERTA MELINDUNGI DAN MENGAYOMI
MASYARAKAT YANG TERDAMPAK DARI PELANGGARAN HUKUM ITU SENDIRI.

SETIAP TINDAKAN KEPOLISIAN YANG DILAKUKAN ADALAH ATAS NAMA UNDANG-UNDANG

DAN SEMUA TINDAKAN TEGAS HARUS TERUKUR SESUAI PERKAP NOMOR 1 TAHUN
2009, TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN
SERTA PERKAP NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG IMPLEMENTASI, PRINSIP DAN
STANDAR HAM DALAM PENYELENGGARAAN TUGAS POLRI.

PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN KEKUATAN :

1. LEGALITAS, ARTINYA BAHWA BAHWA SEMUA TINDAKAN KEPOLISIAN HARUS
SESUAI DENGAN HUKUM YANG BERLAKU

2. NESESITAS, YANG BERARTI BAHWA PENGGUNAAN KEKUATAN DAPAT DILAKUKAN

BILA MEMANG DIPERLUKAN DAN TIDAK DAPAT DIHINDARKAN BERDASARKAN
SITUASI YANG DIHADAPI

3. PROPORSIONALITAS, YANG BERARTI BAHWA PENGGUNAAN KEKUATAN HARUS

DILAKSANAKAN SECARA SEIMBANG ANTARA ANCAMAN YANG DIHADAPI DAN
TINGKAT KEKUATAN ATAU RESPON ANGGOTA POLRI, SEHINGGA TIDAK
MENIMBULKAN KERUGIAN/KORBAN/PENDERITAAN YANG BERLEBIHAN;

4. KEWAJIBAN UMUM, YANG BERARTI BAHWA ANGGOTA POLRI DIBERI

KEWENANGAN UNTUK BERTINDAK ATAU TIDAK BERTINDAK MENURUT PENILAIAN
SENDIRI, UNTUK MENJAGA, MEMELIHARA KETERTIBAN DAN MENJAMIN
KESELAMATAN UMUM;

5. PREVENTIF, YANG BERARTI BAHWA TINDAKAN KEPOLISIAN MENGUTAMAKAN

PENCEGAHAN;

6. MASUK AKAL (REASONABLE), YANG BERARTI BAHWA TINDAKAN KEPOLISIAN

DIAMBIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN SECARA LOGIS SITUASI DAN KONDISI
DARI ANCAMAN ATAU PERLAWANAN PELAKU KEJAHATAN TERHADAP PETUGAS
ATAU BAHAYANYA TERHADAP MASYARAKAT.
PENGGUNAAN KEKUATAN ADALAH DALAM UPAYA PENEGAKAN HUKUM, JADI SEMUA
TINDAKAN YANG POLISI LAKUKAN HARUS BERDASARKAN HUKUM DAN
MEMPERHITUNGKAN AKIBAT YANG TIMBUL DARI TINDAKAN KEPOLISIAN YANG DI
LAKUKAN.

UNTUK MEMINIMALISIR RESIKO YANG TIMBUL SEBAGAI AKIBAT DARI PENGGUNAAN

KEKUATAN MAKA POLISI HARUS SELALU MEMPEDOMANI TAHAPAN PENGGUNAAN
KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN.

PENGGUNAAN KEKUATAN YANG DILAKUKAN POLISI HARUS SEIMBANG DENGAN TINGKAT

ANCAMAN YANG ADA, TIDAK BOLEH BERLEBIHAN DAN TIDAK BOLEH DIBAWAH TINGKAT
ANCAMAN YANG DAPAT BERAKIBAT JATUH KORBAN DIPIHAK KEPOLISIAN.

TAHAPAN-TAHAPAN PENGGUNAAN KEKUATAN

1. TAHAP 1 : KEKUATAN YANG MEMILIKI DAMPAK DETERRENT /
PENCEGAHAN,
BENTUK TAHAPAN INI ADALAH KEHADIRAN POLISI, SIMBOL-SIMBOL POLISI
MAUPUN PERINTAH LISAN ”POLISI”, APABILA TAHAN INI SUDAH DIRESPON TIDAK
ADA ANCAMAN LANJUTAN KEPADA PETUGAS, MAKA JANGAN GUNAKAN KEKUATAN
YANG LEBIH TINGGI LAGI.
2. TAHAP 2 : PERINTAH LISAN;
TAHAPAN SELANJUTNYA ADALAH KOMUNIKASI LISAN / UCAPAN DENGAN CARA
MEMBUJUK, MEMPERINGATKAN DAN MEMERINTAHKAN UNTUK MENGHENTIKAN
TINDAKAN PELAKU KEJAHATAN ATAU TERSANGKA

3. TAHAP 3 : KENDALI TANGAN KOSONG LUNAK;

4. TAHAP 4 : KENDALI TANGAN KOSONG KERAS;
APABILA PERINTAH LISAN TIDAK DIINDAHKAN, POLISI DAPAT M,ENGHALANGI
DENGAN MENGHALANG-HALANGI DENGAN BADAN DAN TANGAN, NAMUN JIKA
TIDAK DIINDAHKAN, POLISI DAPAT MELAKUKAN PENDORONGAN, PENANGKAPAN,
HINGGA PEMUKULAN DENGAN TANGAN KOSONG KE BAGIAN BADAN PELAKU YANG
TIDAK YANG TIDAK MEMATIKAN.
5. TAHAP 5 : KENDALI SENJATA TUMPUL, SENJATA KIMIA ANTARA LAIN GAS
AIR MATA, SEMPROTAN CABE ATAU ALAT LAIN SESUAI STANDAR POLRI;
APABILA TAHAP 4 TIDAK JUGA DAPAT MENURUNKAN ESKALASI MAKA POLISI
DAPAT MELAKUKAN TINDAKAN KERAS DENGAN TONGKAT PEMUKUL, PENGGUNAAN
PENYEMPROT AIR HINGGA PENGGUNAAN GAS AIR MATA.
SEMUA TINDAKAN TAHAPAN INI HARUS TERUKUR DAN ATAS PERINTAH
KOMANDAN LAPANGAN
6. TAHAP 6 : KENDALI DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA API ATAU ALAT
LAIN YANG MENGHENTIKAN TINDAKAN ATAU PERILAKU PELAKU
KEJAHATAN ATAU TERSANGKA YANG DAPAT MENYEBABKAN LUKA PARAH
ATAU KEMATIAN ANGGOTA POLRI ATAU ANGGOTA MASYARAKAT.
 TAHAPAN INI MERUPAKAN TINDAKAN TERAKHIR YANG DAPAT DILAKUKAN POLISI,
ARTINYA TIDAK ADA UPAYA LAIN YANG DAPAT POLISI LAKUKAN UNTUK
MENGHENTIKAN TINDAKAN PELAKU KEJAHATAN ATAU DALAM RANGKA
MELINDUNGI DIRI, MELINDUNGI APARAT KEAMANAN ATAU MELINDUNGI WARGA
MASYARAKAT LAINNYA.

PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN SENJATA API SESUAI PASAL 8

PERKAP 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM
TINDAKAN KEPOLISIAN YAITU :
1. SENJATA API DIGUNAKAN UNTUK MENGHENTIKAN TINDAKAN PELAKU KEJAHATAN
ATAU TERSANGKA DAPAT SECARA SEGERA MENIMBULKAN LUKA PARAH ATAU
KEMATIAN BAGI ANGGOTA POLRI ATAU MASYARAKAT

SENJATA API DIGUNAKAN HANYA UNTUK MEMPERTAHANKAN DIRI ATAU

MEMPERTAHANKAN ORANG LAIN DARI ANCAMAN KEMATIAN ATAU CEDERA
YANG SERIUS. KEJADIAN INI MERUPAKAN KEADAAN OVERMACHT, SESUAI
PASAL 48 KUHP “BARANG SIAPA MELAKUKAN PERBUATAN KARENA PENGARUH DAYA
PAKSA, TIDAK DIPIDANA”

2. PENGGUNAAN SENJATA API DILAKUKAN KETIKA ANGGOTA POLRI TIDAK MEMILIKI

ALTERNATIF LAIN YANG BERALASAN DAN MASUK AKAL UNTUK MENGHENTIKAN
TINDAKAN/PERBUATAN PELAKU KEJAHATAN ATAU TERSANGKA TERSEBUT

3. PENGGUNAAN SENJATA API DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH LARINYA PELAKU

KEJAHATAN ATAU TERSANGKA YANG MERUPAKAN ANCAMAN SEGERA TERHADAP
JIWA ANGGOTA POLRI ATAU MASYARAKAT.

4. PENGGUNAAN KEKUATAN DENGAN SENJATA API MERUPAKAN UPAYA TERAKHIR

UNTUK MENGHENTIKAN TINDAKAN PELAKU KEJAHATAN ATAU TERSANGKA.

5. PENGGUNAAN KEKUATAN DENGAN SENJATA API DILAKUKAN UNTUK

MENGHENTIKAN TINDAKAN PELAKU KEJAHATAN ATAU TERSANGKA YANG
MERUPAKAN ANCAMAN SEGERA TERHADAP JIWA ANGGOTA POLRI ATAU
MASYARAKAT DAPAT DILAKUKAN DENGAN ATAU TANPA HARUS DIAWALI
PERINGATAN ATAU PERINTAH LISAN.

DALAM KEADAAN TERTENTU TERTENTU POLISI DAPAT MENGGUNAKAN DISKRESI

KEPOLISIAN SESUAI PASAL 18 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002
TENTANG KEPOLISIAN NEGERA REPUBLIK INDONESIA : “UNTUK KEPENTINGAN UMUM
PEJABAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MELAKSANAKAN
TUGAS DAN WEWENANGNYA DAPAT BERTINDAK MENURUT PENILAIANNYA
SENDIRI”.
PENGGUNAAN SENJATA API HARUS DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN BAIK SECARA
MORAL MAUPUN HUKUM. ADA LAPORAN TERTULIS YANG HARUS DIBUAT SEBAGAI
PERTANGGUNGJAWABAN PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN
TERSEBUT.