Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH:

CHRIS DIYANTI MAWAR PERMATA SARI

YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN


AKADEMI KEPERAWATAN YPTK
SOLOK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Judul makalah ini adalah “KONSEP
PEMBERIAN OBAT” sebagai salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah
“FARMAKOLOGI”, dimana di dalamnya membahas tentang pemberian obat secara
intrakutan, subkutan, intramuskular, intravena, obat rectal , dan vaginal.

Mengingat begitu pentingnya kita mengetahui ganguan konsep diri. merupakan salah satu
mata kuliah keperawatan dasar.

Namun penulis menyadari, jika ada kekurangan dari hasil makalah ini kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun penulis. Semoga tulisan ini memberi informasi yang
berguna bagi peningkatan dan pengembangan di bidang kesehatan.

Solok , april 2020

  Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………..……………………..…………........….i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………….......…………………….……..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………....…………………...…….....…….... 1

1.3 Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………….........….. 2

II PEMBAHASAN

2.1 obat intarakutan........ ……………….………………………….….........….………3

2.2 obat subkutan............................................................................................................5

2.3 obat intaramuskular..................................................................................................7

2.4 obat intra vena.........................................................................................................9

2.5 obat rectal...............................................................................................................11

2.6 obat vaginal............................................................................................................12

IV. PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………..........…….13

3.2 Saran …………………………………………………………..………...........…14

V. DAFTAR PUSTAKA……….………………………………………….............15
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya. Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja
obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan
obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk
menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan. Oleh karena itu, pada
makalah ini akan di bahas salah satu rute pemberian obat, yaitu rute pemberian obat
secara PARENTERAL, memberikan obat pada pasien dengan menginjeksinya ke
dalam tubuh.

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud dengan pemberian obat intrakutan, subkutan, intramuskular,
intravena, obat rectal , dan vaginal ?
2.Bagaimana proses pemberian obat?
3.Apa indikasi dan kontra indikasi dari proses pemberian obat intrakutan, subkutan,
intramuskular, intravena, obat rectal , dan vaginal ?
4.Apa saja yang harus diperhatikan dalam proses pemberian obat intrakutan,
subkutan, intramuskular, intravena, obat rectal , dan vaginal?
C. TUJUAN PENULISAN
1) Menjelaskan bagaimana harua melakukan persiapan pemberian intrakutan,
subkutan, intramuskular, intravena, obat rectal , dan vaginal ?
2) Menjelaskan macam-macam cara pemberian obat
3) Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi
4) Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dan cara pemberiannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBERIAAN OBAT INTRACUTAN


Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra dermis.
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang
berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai
derajat pembuluh darah tinggi pembuluhdarah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari
injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena
absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang
sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme.
Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah
startumkorneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang disuntikan
sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk tujuan diagnosa. (Alimul, 2006)

Tujuan injeksi IC(intracutan)


1.      Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2.      Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat.
3.      Membantumenentukandiagnosaterhadappenyakittertentumisalnya,(tuberculin test)
4.      Menghindarkanpasiendariefekalergiobat ( dengan skin test )
5.      Digunakanuntuk test tuberculinatau test alergi terhadap obat-obatan
6.      Pemberian vaksinasi.

Indikasi injeksi IC(intracutan)


1.      Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test )
2.      Pasien yang akan melakukan vaksinasi
3.      Mengalihkan diagnosa penyakit
4.      Sebelum memasukkan obat

Kontraindikasi injeksi IC(intracutan)


1.      Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
2.      Pasien dengan kulit terluka
3.      Pasien yang sudah dilakukan skin test

Keuntungan injeksi IC(intracutan)


1.      Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat
2.      Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3.      Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat

Kerugian injeksi IC(intracutan)


1.      Apabila obat sudah disuntikkan maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi ini berarti
pemusnahan obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksit maupun kelebihan dosis karena
ketidak hati-hatian dan sukar dilakukan.
2.      Tuntutan sterilitas sangat ketat.
3.      Memerlukanpetugasterlatih yang berwenanguntukmelakukaninjeksi.
4.      Adanyaresikotoksisitasjaringandanakanterasasakitsaatpenyuntikan.

Prinsip injeksi IC(intracutan)


1.      Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar keterangan tentang
obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi
obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan
bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
2.      Untuk mantoux test (pemberian PPD) diberikan 0,1 CC dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari
saat penyuntikan obat.
3.      Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan
4.      Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya bila ada penolakan pada
suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap
menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang
bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan terapi
5.      Injeksi Intracutan yang dilakukan untuk melakukan test pada jenis antibiotik, dilakukan
dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 CC dalam spuit
dan menambahkan aquabides 0,9 CC dalam spuit, yang disuntikkan pada pasiennya 0,1 CC
6.      Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 CC dalam spuit
untuk langsung di suntikkan pada pasien(Potter & Perry, 2010)

Lokasi yang digunakan untuk injeksi IC(intracutan)


1.      Lengan bawah bagian dalam
2.      Dada bagian atas
3.      Punggung dalam area scapula (Widyatun, 2012)

Prosedur pemberian obat injeksi IC(intracutan)


Pemberian obat secara intracutan adalah tindakan memasukkan obat kedalam tubuh
melalui jaringan kulit dengan menggunakan spuit. Pemberian obat secara intracutan dapat
dilakukan pada lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas, dan punggung di bawah
scapula.

Tujuan
1.      Untuk tes diagnostik terhadap alergi.
2.      Mengetahui reaksi obat tertentu.
3.      Untuk tes penyakit tertentu.

Alat dan Bahan


Baki yang berisi :
1.      Bak injeksi
2.      Obat yang digunakan
3.      Spuit sesuai penggunaan (spuit 1cc)
4.      Kapas alkohol
5.      Aquabides, jika obat dilarutkan
6.      Sarung tangan
7.      Bengkok
8.      Pengalas
Persiapan Pasien
a.         Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
Prosedur Kerja
1.      Cuci tangan
2.      Pasang sarung tangan
3.      Periksa kembali order obat : nama pasien, nama dan dosis obat, rute pemberian, dan waktu
pemberian.
4.      Siapkan obat
5.      Letakkan peralatan dan obat ke dekat pasien
6.      Posisikan pasien senyaman mungkin
7.      Letakkan pengalas dan bengkok dekat dengan area yang akan di injeksi
8.      Buka obat dengan cara :
a.       Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet dengan kapas alkohol.
Apabila sediaan obat dalam flakon masih berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak
yang tercantum pada petunjuk penggunaan obat
b.      Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul dengan tangan
menggunakan kain kasa.
9.      Isi spuit sebanyak 0,1 ml dan larutkan dengan aquabides bila perlu.
a.       Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk jarum dengan posisi
bavel tegak. Suntikkan udara kedalam flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri memegang
flakon dengan ibu jari dan jari tengah sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel dan
plugger. Jaga ujung jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat
dalam keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon.
b.      Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum berada di bawah
cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul
10.  Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan ke dalam bak injeksi.
11.  Pilih area penusukan kemudian, lakukan disinfeksi dengan kapas alkohol.
12.  Lakukan penyuntikan dengan lubang jarum menghadap ke atas membentuk sudut 15-200 dari
permukaan kulit.
13.  Masukkan obat perlahan-lahan hingga terjadi gelembung.
14.  Tarik spuit tanpa melakukan masase.
15.  Tandai daerah suntikan, tunggu 10 menit perhatikan reaksi pasien bila ada rasa gatal berarti
pasien alergi terhadap obat. Akan tetapi, jika tidak ada rasa gatal lanjutkan pemberian obat.
16.  Rapikan pasien.
17.  Rapikan alat.
18.  Cuci tangan
19.  Dokumentasikan tindakan. (Sigalingging, 2012)
B. PEMBERIAAN OBAT SUBKUTAN
Pemeberian obat Subkutan adalah tindakan pemberian obat kedalam tubuh dengan
cara memasukkan obat kedalam jaringan di bawah kulit dengan menggunakan
supit. Metode penyintikan melalui rute ini biasanya dilakukan untuk memberi
insulin dan imunisasi. Ada beberapa area tubuh yang dapat digunakan untuk
memberi obat dengan metode ini, antata lain lengan atas bagian dalam, paha
bagian depan, daerah perut, dan daerah punggung atas (Wagiran, 2015).
. Tujuan
a.       Mengntrol kadar gula darah.
b.      Memasukkan sejumlah toksin atau obat untuk di absorbs.
Lokasi Injeksi
a.       Lengan atas bagian luar.
b.      Paha anterior.
c.       Daerah abdomen.
d.      Area scapula pada punggung atas.
e.       Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.

Indikasi Pemberian Obat


Indikasi: bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang
ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas(Sigalingging, 2013).
Kontra indikasi: luka, berbulu, alergi, infeksi kulit.
   Alat dan Bahan
Baki berisi:
1.     Bak injeksi steril.
2.     Obat yang diperlukan.
3.     Kapas alkohol.
4.     Spuit sesuai ukuran penggunaan.
5.     Buku daftar obat.
6.     Piala ginjal.
7.     Sarung tangan.
8.     Pengalas.
Persiapan`Pasien
Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.
Menurut (Sigalingging, 2013) Prosedur kerja :
1.        Periksa kembali order obat : nama pasien, nama dan dosis obat, rute
pemberian dan waktu pemberian.
2.        Siapkan obat
3.        Letakkan peralatan dan obat kedekat pasien
4.        Cuci tangan
5.        Posisikan pasien senyaman mungkin
6.        Letakkan pengalas dan piala ginjal dekat dengan area yang diinjeksi
7.        Pasang sarung tangan
8.        Buka obat dengan cara :
a.    Flakon/vial : buka tutup metal, lakukan desinfeksi tutup karet
dengan kapas alkohol apabila persediaan dalam flakol masih berupa bubuk,
larutkan dengan aquabidest sebanyak yang tercantum pada petunjuk
penggunaan obat
b.    Ampuls : ketuk obat yang ada diujung ampuls, patahkan leher
ampuls dengan tangan menggunakan kain kasa
9.     Isi spuit dengan obat sesuai dosis yang ditentukan
Isap udara sebanyak cairan yang diperlukan tusuk jarum dengan posisi bevel
tegak. suntikan udara kedalam flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri
memegang flakon dengan ibu jari dan jari tengah sedangkan tangan kanan
memegang ujung barrel dan plugger. Jaga ujung jarum dibawah cairan.
Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat kedalam spuit. Setelah selsai
tarik jarum dari ampuls.
10. Buang udara dalam spuit kemudian tutup masukkan kedalam bak injeksi.
11. Pilih area penusukan kemudian lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol
12. Lakukan penyuntikan dengan lubang jarum menghapad keatas membentuk
sudut 450 apabila menggunakan spuit 3 cc dan sudut 90 derajat, apabila
menggunakan spuit 1cc terhadap permukaan kulit.
13. Lakukan aspirasi
14. Masukkan obat secara perlahan
15. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol
16. Letakkan spuit dan kapas ke dalam piala ginjal
17. Rapikan pasien dan perhatikan reaksi pasien
18. Cuci tangan
19. Dokumentasikan tindakan.

Jenis obat yang diberikan secara subkutan


a.     Vaksin
b.     Obat – obatan pre oprasi
c.     Narkotik
d.    Insulin
e.     Heparin

Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Subkutan


Menurut (Abdullah, 2014) kekurangan dan kelebihan injeksi subkutan antara lain :
1.    Kelebihan
A.  Diperlukan latihan sederhana
B.   Absorpsi obat capat larut dalam air
C.   Mencegah keruskan sekitar salran cerna
2.    Kekurangan
A.  Rasa sakit dan kerusakan kulit
B.   Tidak dapat dipakai jika volume obat besar
C.   Bioavibilitas berfariasi, sesuai lokasi
D.  Harus menggunakan tekhnik steril
E.   Lebih mahal diandingkan oral
F.    Lebih lambat dibandingkan pemberian IM
G.  Dapat menyebabkan ansietas (kecemasan yang berlebihan dan lebih bersifat
subyektif)

Hal yang Harus Diperhatikan


1.      Pastikan syarat dan indikasi suntikan pada pasien sudah terpenuhi sebelum
melakukan penyuntikan subkutan.
2.      Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan.
3.      Lakukan pencegahan infeksi pada pasien melalui tindakan desinfeksi.
4.      Lakukan tindakan penyuntikan dalam ruangan yang sesuai dengan standar.
5.      Perhatikan prinsip penyuntikan subkutan.
6.      Pastikan privacy pasien benar – benar terjaga.
7.      Lakukan tekhnik pembuangan sampah/ limbah bekas pakai sesuai prosedur.

C. PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAMASKULAR


Pengertian Intramuscular Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang
berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian
bokong,dan kaki bagian atas,atau pada lengan bagian atas.

Anatomi Intramuscular Jaringan intramuskular:


terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri
dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari posisi otot di tempat
penyuntikkan.

Tujuan Pemberian IM
a. Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih cepat
disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di
otot tubuh .
b. Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat yang diberikan
melalui subcutan.
c. Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi obat.
Namun perawat harus nerhati-hati dalam melakukan injeksi secara intramuscular
karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri dan rasa takut pad
pasien

Lokasi Pemberian IM
a. Paha (vastus lateralis) posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini
terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis
biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang deawasa dan anak-anak. Bila
melakukan injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena pada area ini
tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada
1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara
trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area
tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring
atau duduk.
b. Ventrogluteal Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut
atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut area
von hoehstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada
area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus
sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.
c. Lengan atas (deltoid) Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah
fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini dapat ditemukan
pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuscular
karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah,
mengenai tulang atau serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada
deltoid adlah meletakkan dua jari secara vertical dib awah akromion dengan jari yang
atas diatas akromion. Lokasi injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.
d. Dorsogluteal Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati-
hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini
dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak
boleh digunakan pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot
dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal
adalah membagi area glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas
hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih
pada kuadran area luar atas.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi Pemberian obat secara
injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan
beberapa hal berikut ini :

a) Jenis spuit dan jarum yang digunakan


b) Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c) Tempat injeksi
d) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e)Kondisi/penyakitklien
D. PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAVENA
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung. ( Joyce, K & Everlyn, R.H. 1996 ).

Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat langsung
masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek
tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke
seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk
mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat.
Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau
butiran darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 ).

Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah
dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam
sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih
besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah
meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat
perlahan, antara 50-70 detik lamanya. ( Potter, Perry. 2006 ).

LOKASI INJEKSI INTRAVENA

 Pada lengan (vena basilika dan vena sefalika )


 Pada tungkai ( vena safena )
 Pada leher ( vena jugularis )
 Pada kepala ( vena frontalis atau vena temporalis)

. INDIKASI PEMBERIAN OBAT MELALUI  INTRAVENA

Indikasi pemberian obat melalui intravena:

 Pada seseorang dengan penyakit berat ,pemberian obat melalui intravena langsung
masuk ke dalam jalur peredaran darah.
 Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan
obat ( ada sumbatan disaluran cerna atas).
 Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi (tersedak-obat masuk ke
pernapasan ), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
 Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus(suntikan langsung pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi
obat dalam darah tercapai.

MACAM-MACAM PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA

1. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Langsung)


Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti /
cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis /
temporalis ( kepala ), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh
darah.

2. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Tidak Langsung)


Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam
media (wadah atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

Contoh obat :

 Ranitidin : Mengurangi keasaman lambung pada persalinan beresiko tinggi.


 Petidin Hidroklorida : Untuk nyeri sedang sampai berat, analgesia obstetri.
 Eritromisin : Digunakan pada klien yang sensitif terhadap penisilin, organismeyang
resistan terhadap penisilin, sifilis, klamidia, gonorea, infeksi pernapasan, pengobatan
infeksi yang  sensitif terhadap eritromisin, profilaksis dalam penatalaksanaan pecah
ketuban saat kurang bulan. Juga untuk pasien yang sensitif terhadap penisilin yang
membutuhkan antibiotik guna mengobati penyakit jantung dan katup jantung.
  ProtaminSulfat : Untukmelawankerja heparin.
 Fitomenadion (Vitamin K ) : Mencegahdanmengobatihemoragi.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN INJEKSI INTRAVENA

1. Kelebihan

 Obat yang diberikan melalui jalur intravena sangat cepat bereaksi karena obat tersebut
langsung masuk ke dalam sirkulasi darah pasien.

2. Kekurangan

 Inflamasi ( bengkak ,nyeri, demam ) dan infeksi di lokasi pemasangan   infuse


 Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk         pemasangan fistula arteri-vena ( A-V shunt ) pada tindakan hemodialisis
( cuci darah ).
 Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya             lambat misalnya pembuluh darah vena di tungkai dan kaki

 PROSEDUR KERJA INJEKSI INTRAVENA

1. Pemberian Obat Melalui Intravena (Secara Langsung)

- Persiapan alat :

 Buku catatan pemberian obat atau kartu obat


 Kapas alkohol
 Sarung tangan  
 Obat yang sesuai
 Spuit 2ml – 5 ml
 Bak spuit
 Baki obat
 Plester
 Perlak pengalas
 Karet pembendung ( tourniquet )
 Kasa steril ( bila perlu )

- Prosedur Kerja :
 Cuci tangan
 Siapkan obat dengan prinsip enam benar
 Indentifikasi klien
 Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
 Atur klien pada posisi yang nyaman
 Pasang perlak pengalas
 Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
 Letakkankaretpembendung( torniquet)
 Pilih area penusukan yang bebas dari tangda kekakuan, peradangan atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorpsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
 Pakai sarung tangan
 Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme
 Pegang kapas alkohol dengan jari - jari tengah pada tangan non dominan
 Buka tutup jarum
 Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area penusukan dengan tangan non
dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.
 Pegang jarum pada posisi 30 derajat, sejajar vena yang akan ditusuk secara perlahan 
 Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
 Lakukan aspirasi dengan tangan dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
 Observasi adanya darah dalam spuit
 Jika ada darah, lepaskan torniquet dan masukkan obat perlahan – lahan
 Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (30 derajat),
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
 Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
 Kembalikan posisi klien
 Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
 Buka sarung tangan  
 Cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

E. PEMBERIAN OBAT SECARA RECTAL


Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukkan
obat mealui anus dan kemudian rectum ,dengan tujuan memberikan efek local dan
sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut  pemberian obat supositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat , menjadikan lunak pada daerah fases
,dan merangsang buang air besar .
Pemberian obat yang memiliki efek local, seperti obat dolcolas supositoria,berfungsi
untuk meningkatkan defekasi secara local pemberian obat dengan obat sistemik,
seperti obat aminofilin supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat
supositoria ini diberikan tepat pada dinding rental yang melewati sphincter ani
interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui anus atau rektum. Umumnya berbentuk torpedo dapat meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan
setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistematik.
Suppositoria merupakan obat luar karena penggunaannya tidak melewati mulut dan
tidak menuju ke arah lambung, hanya dimetabolisme dalam darah dan dinding usus.
Salep (cream) adalah sediaan yang digunakan untuk pemberian topikal ke area
perianal. Sebagian besar digunakan untuk terapi kondisi lokal pruritis anorektal,
inflamasi dan nyeri atau ketidaknyamanan akibat wasir.

Tujuan
Memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan
merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.

    Manfaat
Manfaat memberikan obat melalui rektuk yaitu tidak menimbulkan iritasi pada
saluran bagian atas, mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar (pembuluh
darah di rectum tidak ditransportasikan melalui liver), dan pada obat tertentu diabsorpsi
dengan baik melalui dinding rectum.
    Persiapan Alat
1.      Baki berisi : obat suppositoria dalam bungkusnya, sarung tangan, kain kassa, pelican,  kertas
tissue
2.      Sampiran bila perlu
3.      Pot bila perlu
4.      Pengalas berikutnya
5.      Nierbekken
6.      Waskom berisi larutan clorin 0,5%

     Cara Kerja


            1.      Cocokan  akurasi dan kelengkapan  tiap MAR dengan resep obat asli dari
dokter.Periksa kembali nama klien dan nama obat,dosis ,jalur dan waktu pemberian obat
            2.      Lihat kembali rekam medis apakah terdapat riwayat pembedahan rectal atau
perdarahan.
            3.      Siapkan obat dan bandingkan label obat dengan MAR setidaknya dua kali sebelum
memberikan obat.
            4.      Berikan obat pada klien tepat waktu dan selalu cuci tangan.
            5.      Kenali klien dengan menggunakan setidaknya dua tanda identifikasi klien. Bandingkan
nama  klien dan tanda identifikasi yang lain (contoh:nomor registrasi rumah sakit) pada
gelang identifikasi dengan MAR. Mintalah klien untuk menyebutkan namanya sebagai
identifikasi terakhir.
            6.      Bandingkan label obat dengan MAR sekali lagi disamping tempat tidur klien.
            7.      Ajari klien mengenai obatnya. Jelaskan prosedur mengenai posisi dan sensasi yang
mungkin terjadi seperti rasa ingin buang air. Pastikan klien mengerti prosedur tersebut jika ia
ingin menggunakan obatnya sendiri.
            8.      Tutup pintu ruangan atau tarik horden agar didapatkan privasi.
            9.      Gunakan sarung tangan bersih.
        10.      Bantu klien mencapai posisi Sims’. Tutup bagian bawah klien sehingga hanya area
anus yang terlihat.
        11.      Pasikan pencahayaan cukup untuk melihat anus dengan jelas. Periksa kondisi anus
external,dan palpasi dinding rectum seperlunya. Lepas sarung tangan jika kotor dan buang
ditempat yang disediakan.
        12.      Gunakan sarung tangan baru.
        13.      Ambil supositoria dari bungkusnya, berikan pelumas pada ujung yang bulat (lihat
ilustrasi) dengan jeli pelumas larut air. Licinkan jari teluntuk tangan dominan denganpelumas
yang sama
        14.      Minta klien untuk mengambil nafas melalui mulut dan lemaskan sfinter anii.
        15.      Tarik bokong dengan tangan non dominan. Masukan perlahan supositoria  menyusuri
dinding anus melewati sfinter bagian dalam, 10cm (4 inci) pada orang dewasa, 5cm (2 inci)
pada anak-anak dan bayi (lihat ilustrasi). Tekan dengan lembut untuk menahan bokong sesaat
sehingga obat tidak keluar lagi.
        16.      Keluarkan jari, dan usap area anus dengan tisu.
        17.      Bereskan alat-alat, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan.
        18.      Mintalah klien untuk tetap berbaring atau miring selama kurang lebih 5   menit untuk
mencegah obat keluar.
        19.      Jika supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakan lampu pemanggil
didekat klien.
        20.      Catat pemberian obat pada MAR.
        21.      Perhatikan efek supositoria (contoh gerakan otot, obat mual) sesuai dengan onset dan
durasi obat.

Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.

Kontra Indikasi
1.      Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
2.      Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran
cerna.
3.      Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
4.      Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
5.      Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
6.      Pembedahan rektal.
7.    Klien dengan pembedahan rectal
Yang Harus diperhatikan
1.      Identifikasi klien dengan tepat
2.      Menjelaskan mengenai tujuan dan cara kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti
oleh klien
3.      Perawat/bidan bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
4.      Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
5.      Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
6.      Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
7.      Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
8.       Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
9.      Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel
kemudian cuci tangan.

F. PEMBERIAN OBAT SECARA VAGINAL


Pemberian Obat Melalui Vagina
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina
      Tujuan
a.             Untuk mengobati infeksi pada vagina
b.            Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
c.             Untuk mengurangi peradangan
Persiapan alat
a.        Obat sesuai yang di perlukan (cream, jelly, foam, atau supositoria)
b.       Aplikator untuk krim vagina
c.        Pelumas untuk suppositoria
d.       Sarung tangan
e.        Pembalut
f.         Handuk bersih
g.       Gorden/pembatas/sketsel

      Prosedur kerja


a.       Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis.
b.      Siapkan klien
1)       Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
2)       Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
3)       Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
4)       Tutup dengan selimut mandi dan buka pada daerah area perineal saja.

c.       Pakai sarung tangan


d.      Inspeksi vagina, catat adanya pengeluaran, bayu atau rasa yang tidak nyaman
e.       Lakukan tindakan perawatan perinium
f.        Suppositoria
1)      Buka bungkus aluminium foil suppositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang
pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Oleskan
jari tangan telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dominan.
2)      Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, rengangkan lipatan
labia
3)      Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior
4)      Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa sekitar orifisium dan labia
5)      Mintalah klien untuk tetap berada pada
g.      Kream, vagina, jelly atau foam
1)       Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
2)       Rengangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non dominan yang
memakai sarung tangan
3)       Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan aplikator ke
dalam vagina sekitar 5 cm. dorong penarik untuk aplikator untuk menluarkan obat
hingga aplikator kosong
4)       Tarik aplikator dan letakkan di atas handuk. Bersihkan sisa kream pada labia dan
orifisium vaggina.
5)       Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk pengggunaan
pabriknya
6)       Instrusikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit
7)       Lepaskan sarung tangan, buang di tempat semestinya
8)       Cuci tangan
9)       Kaji respon klien
10)   Dokumentasikan semua tindakan

Anda mungkin juga menyukai