FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH:
Puji syukur bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Judul makalah ini adalah “KONSEP
PEMBERIAN OBAT” sebagai salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah
“FARMAKOLOGI”, dimana di dalamnya membahas tentang pemberian obat secara
intrakutan, subkutan, intramuskular, intravena, obat rectal , dan vaginal.
Mengingat begitu pentingnya kita mengetahui ganguan konsep diri. merupakan salah satu
mata kuliah keperawatan dasar.
Namun penulis menyadari, jika ada kekurangan dari hasil makalah ini kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun penulis. Semoga tulisan ini memberi informasi yang
berguna bagi peningkatan dan pengembangan di bidang kesehatan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………..……………………..…………........….i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN
II PEMBAHASAN
IV. PENUTUP
V. DAFTAR PUSTAKA……….………………………………………….............15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya. Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja
obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan
obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk
menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan. Oleh karena itu, pada
makalah ini akan di bahas salah satu rute pemberian obat, yaitu rute pemberian obat
secara PARENTERAL, memberikan obat pada pasien dengan menginjeksinya ke
dalam tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud dengan pemberian obat intrakutan, subkutan, intramuskular,
intravena, obat rectal , dan vaginal ?
2.Bagaimana proses pemberian obat?
3.Apa indikasi dan kontra indikasi dari proses pemberian obat intrakutan, subkutan,
intramuskular, intravena, obat rectal , dan vaginal ?
4.Apa saja yang harus diperhatikan dalam proses pemberian obat intrakutan,
subkutan, intramuskular, intravena, obat rectal , dan vaginal?
C. TUJUAN PENULISAN
1) Menjelaskan bagaimana harua melakukan persiapan pemberian intrakutan,
subkutan, intramuskular, intravena, obat rectal , dan vaginal ?
2) Menjelaskan macam-macam cara pemberian obat
3) Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi
4) Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dan cara pemberiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan
1. Untuk tes diagnostik terhadap alergi.
2. Mengetahui reaksi obat tertentu.
3. Untuk tes penyakit tertentu.
Tujuan Pemberian IM
a. Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih cepat
disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di
otot tubuh .
b. Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat yang diberikan
melalui subcutan.
c. Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi obat.
Namun perawat harus nerhati-hati dalam melakukan injeksi secara intramuscular
karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri dan rasa takut pad
pasien
Lokasi Pemberian IM
a. Paha (vastus lateralis) posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini
terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis
biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang deawasa dan anak-anak. Bila
melakukan injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena pada area ini
tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada
1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara
trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area
tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring
atau duduk.
b. Ventrogluteal Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut
atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut area
von hoehstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada
area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus
sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.
c. Lengan atas (deltoid) Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah
fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini dapat ditemukan
pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuscular
karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah,
mengenai tulang atau serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada
deltoid adlah meletakkan dua jari secara vertical dib awah akromion dengan jari yang
atas diatas akromion. Lokasi injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.
d. Dorsogluteal Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati-
hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini
dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak
boleh digunakan pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot
dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal
adalah membagi area glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas
hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih
pada kuadran area luar atas.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi Pemberian obat secara
injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan
beberapa hal berikut ini :
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat langsung
masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek
tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke
seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk
mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat.
Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau
butiran darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 ).
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah
dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam
sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih
besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah
meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat
perlahan, antara 50-70 detik lamanya. ( Potter, Perry. 2006 ).
Pada seseorang dengan penyakit berat ,pemberian obat melalui intravena langsung
masuk ke dalam jalur peredaran darah.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan
obat ( ada sumbatan disaluran cerna atas).
Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi (tersedak-obat masuk ke
pernapasan ), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus(suntikan langsung pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi
obat dalam darah tercapai.
Contoh obat :
1. Kelebihan
Obat yang diberikan melalui jalur intravena sangat cepat bereaksi karena obat tersebut
langsung masuk ke dalam sirkulasi darah pasien.
2. Kekurangan
- Persiapan alat :
- Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Siapkan obat dengan prinsip enam benar
Indentifikasi klien
Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
Atur klien pada posisi yang nyaman
Pasang perlak pengalas
Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
Letakkankaretpembendung( torniquet)
Pilih area penusukan yang bebas dari tangda kekakuan, peradangan atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorpsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
Pakai sarung tangan
Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme
Pegang kapas alkohol dengan jari - jari tengah pada tangan non dominan
Buka tutup jarum
Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area penusukan dengan tangan non
dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.
Pegang jarum pada posisi 30 derajat, sejajar vena yang akan ditusuk secara perlahan
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
Lakukan aspirasi dengan tangan dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
Observasi adanya darah dalam spuit
Jika ada darah, lepaskan torniquet dan masukkan obat perlahan – lahan
Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (30 derajat),
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
Kembalikan posisi klien
Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
Buka sarung tangan
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Tujuan
Memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan
merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
Manfaat
Manfaat memberikan obat melalui rektuk yaitu tidak menimbulkan iritasi pada
saluran bagian atas, mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar (pembuluh
darah di rectum tidak ditransportasikan melalui liver), dan pada obat tertentu diabsorpsi
dengan baik melalui dinding rectum.
Persiapan Alat
1. Baki berisi : obat suppositoria dalam bungkusnya, sarung tangan, kain kassa, pelican, kertas
tissue
2. Sampiran bila perlu
3. Pot bila perlu
4. Pengalas berikutnya
5. Nierbekken
6. Waskom berisi larutan clorin 0,5%
Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
Kontra Indikasi
1. Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
2. Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran
cerna.
3. Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
4. Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
5. Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
6. Pembedahan rektal.
7. Klien dengan pembedahan rectal
Yang Harus diperhatikan
1. Identifikasi klien dengan tepat
2. Menjelaskan mengenai tujuan dan cara kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti
oleh klien
3. Perawat/bidan bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
4. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
5. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
6. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
7. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
8. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
9. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel
kemudian cuci tangan.