Desain Separator Dua Fasa Fix Print
Desain Separator Dua Fasa Fix Print
Oleh
Alat pemisah cairan atau uap air adalah salah satu jenis atau tipe alat
proses yang paling umum digunakan. Banyak paper yang sudah ditulis tentang
desain separator dan banyak pula jumlah informasi yang tersedia terkait pedoman
dalam mendesain alat yang berhubungan dengan proses engineering. Persamaan
dasar untuk pengukuran sudah lazim diketahui, namun secara subjektif akan
diketahui atau ditemui selama pemilihan parameter yang digunakan untuk
persamaan tersebut. Artikel ini mencoba memberikan dasar mendesain separator
dua fasa, menyediakan langkah-langkah desain sesuai prosedur dan memberi
contoh desain separator dua fasa tersebut.
1. Tipe dan Pemilihan Separator Dua Fasa
Alat pemisah dua fasa bisa diorientasikan secara vertikal ataupun
horizontal. Beberapa kasus terkadang perlu membandingkan keduanya untuk
menetukan desain mana yang lebih ekonomis. Alat pemisah vertikal biasa
digunakan untuk pemisahan campuran cairan dengan perbandingan cairan/uap
yang tinggi, sementara alat pemisah horizontal dipersiapkan untuk pemisahan
campuran dengan perbandingan cairan/uap yang rendah.
2. Latar Belakang
Pemisahan cairan/uap air biasanya berhasil dicapai dalam tiga tahapan.
Tingkat atau tahapan pertama adalah pemisahan primer, menggunakan sebuah
masukan agar cairan mengalir pada uap air sehingga tetesan terbesar mengenai
alat masukan dan akan turun karena gaya gravitasi. Pemisahan selanjutnya yaitu
pemisahan skunder, pemisahan dengan gravitasi juga namun dengan tetesan kecil
yang mengalir hingga area pelepasan. Tahapan terakhir yaitu penyisihan kabut
atau uap, dimana tetesan yang lebih kecildisatukan menjadi formasi yang lebih
besar dan selanjutnya dipisahkan kembali dengan gaya gravitasi. Berikut
persamaan yang menunjukkan gaya gravitasi dalam pemisahan skunder,
𝑀𝑝 (𝜌𝑙−𝜌𝑣)𝑔
𝐹𝑔 = ………………….(1)
gc.𝜌.𝑣
Selain itu untuk gaya seret atau tarik yang terjadi ditunjukkan oleh persamaan
berikut,
𝜋 2 2
( 8 )𝐶𝐷 𝐷𝑃 𝑈𝑉 𝜌𝑉
𝐹𝐷= …………………(2)
𝑔𝐶
Tetesan cairan yang berat akan mengendap dengan kecepatan konstan (Ut),
4𝑔.𝐷𝑝.(𝜌𝑙−𝜌𝑣)
Ut = √ ………..………(3)
3Cd.𝜌.𝑣
Sebab itu, sepanjang Uv < Ut maka tetesan cairan akan keluar. Persamaan (3) bisa
disusun ulang menjadi persamaan Sauders-Brown yaitu,
(𝜌𝑙−𝜌𝑣)
𝑈𝑡 = K √ ………....(4)
𝜌𝑣
dimana,
4𝑔.𝐷𝑝
𝐾=√ …………..(5)
3.𝐶𝑑
Tetesan sangat kecil tidak bisa dipisahkan sendiri oleh gaya gravitasi,
tetesan-tetesan tersebut harus bersatu menjadi tetesan yang lebih besar agar bisa
dipisahkan. Diameter tetesan tidak cukup bisa diprediksi sehingga untuk
penyisihan kabut, nilai K harus sesuai dengan data-data yang ada. Untuk
menghitung Ut pada alat pemisah horizontal, tidak ada nilai K yang digunakan.
Alat pemisah yang memiliki alat penyisih kabut, nilai K bisa ditentukan sesuai
dengan batasan nilai dari P pada alat penyisih kabut tersebut.
Jika dalam separator tidak memiliki alat penyisih kabut, maka nilai K
biasanya ditentukan melalui persamaan (5).
Sebelum pemrosesan, harus dijelaskan terlebih dahulu beberapa kriteria
dan definisi. Hold up adalah waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan tingkatan
cairan dari tingkatan normal menuju tingkatan kosong, dari NLL ke LLL. Surge
time adalah waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan NLL menuju maksimum
HLL. Nilai K untuk alat pemisah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Nilai K
Alat Pemisah Vertikal
Untuk alat pemisah vertikal, area pelepasan uap adalah seluruh area
bersekat pada bejana sehingga diameter dari area pelepasan itu bisa dihitung
melalui persamaan,
4𝑄𝑣
𝐷𝑣𝑑 = √𝜋.𝑈𝑣 …………...…..(6)
Secara teknis, diameter alat penyisih kabut harus lebih kecil dan diameter dalam
bejana harus sedikit lebih besar, sehingga alat penyisih kabut bisa dipasang
didalam bejana.
Selanjutnya dalam merancang alat pemisah vertikal yaitu menentukan
tinggi dari alat pemisah tersebut. Tinggi alat pemisah tersebut merupakan
penjumlahan dari tinggi keseluruhan bagian pada separator, sehingga didapat
persamaan,
HT = HLLL + HH + HS + HLIN + HD…….….(7)
Ilustrasi dari persamaan di atas dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar
tersebut menunjukkan keseluruhan tinggi dari alat pemisah vertikal dua fasa.
Prosedur Desain
Prosedur desain biasanya merupakan hasil tinjauan kembali sumber
literatur desain dan pedoman petunjuk desain yang diterima oleh desain industri.
Contoh desain separator vertikal untuk dua fasa dapat dilihat pada Gambar 2.
Langkah-langkah desainnya berturut-turut adalah:
a. Hitung kecepatan terminal uap vertikal melalui persamaan,
𝜌 −𝜌
𝑈𝑇 = 𝐾 [ 𝐿𝜌 𝑉]1/2 . 𝑓𝑡/𝑠 ……….(11)
𝑉
Atur nilai Uv= 0.75 UTuntuk desain konservatif. Kemudian tentukan nilai
K dari Gambar 1.
b. Hitung laju alir volumetrik uap melalui persamaan,
Wv
𝑄𝑣 = , ft3/s ……..…….(12)
3600 (𝜌𝑉 )
c. Hitung diameter dalam (ID) dari bejana melalui persamaan,
4𝑄
𝐷𝑉𝐷 = [𝜋𝑈𝑉 ]1/2 . 𝑓𝑡 ……...……..(13)
𝑉
d. Hitung laju alir volumetrik cairan dengan persamaan,
W𝐿
𝑄𝐿 = 60(𝜌 ) , ft3/min …………..(14)
𝐿
g. Kemudian ambil nilai HLLLmelalui literatur atau pedoman yang ada sesuai
dengan diameter bejana yang digunakan, baik untuk vertikal maupun
horizontal.
h. Hitung tinggi tingkatan cairan rendah ke tingkatan normal menggunakan
persamaan (minimal 1 ft),
Vh
𝐻ℎ = π , ft ………..……(17)
( )𝐷𝑣^2
4
𝑆𝑉
𝐻𝑠 = (𝜋/4)𝐷 2 . 𝑓𝑡 ………..…..(18)
𝑉
Dengan persamaan,
𝐻𝐷 = 0.5 𝐷𝑉
1
𝐻𝐷 = 36 + , in (tanpa mist eliminator)
2𝑑𝑁
l. Jika ada mist eliminator, ambil 6 inci dari mist eliminator dan ambil 1 ft
dari bagian atasnya menuju bagian atas garis tangen.
Sementara itu untuk contoh desain separator dua fasa horizontal dapat
dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Separator Horizontal Dua Fasa
Untuk estimasi L/D dapat diketahui dari nilai L/D yang biasa dijadikan
pedoman, serta telah ditentukan perbandingannya berdasarkan tekanan
operasi dari bejana.
7. Menggunakan 𝐻𝐿𝐿𝐿 / D dan didapat 𝐴𝐿𝐿𝐿 /At dan tentukan 𝐴𝐿𝐿𝐿 .
8. Jika tanpa mist eliminator maka tinggi area pelepasan uap hanya 1 ft,
sedangkan yang menggunakannya ketinggian minimumnya hanya 2 ft.
9. Hitung panjang minimum untuk mengakomodasikan holdup/surge cairan
dengan persamaan,
𝑉𝐻 +𝑉𝑆
𝐿=𝐴 , 𝑓𝑡 …………(25)
𝑇 −𝐴𝑉 −𝐴𝐿𝐿𝐿
𝜙=𝐻
𝑈
𝑉
, s ………………..….(26)
𝑉
𝐻𝐻𝐿𝐿 = 𝐷 − 𝐻𝑉 ……………….(30)