Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Dosen Pengampu : Niken Anggraini Sri Saputri S.Tr.Kep


Untuk Memenuhi Tugas dari Mata Kuliah Asuhan Keperawatan
Anestesiologi Kritis

Disusun Oleh:
Kelompok A4 :

1. Sri Aulia Nasrun (1811604040) 7. Veni Viranda (1811604047)


2. Tati Meiyana T. (1811604041) 8. Muh. Ramadhan (1811604048)
3. K Angger Y. (1811604042) 9. Muh. Fakhri Fajari (1811604049)
4. Maman Aristha (1811604044) 10. Salsa Rahmawati (1811604050)
5. Annisa Tifana (1811604045) 11. Vanessa Rose S. (1811604051)
6. Aulya Sona N. (1811604046) 12. Ani Mariani (181104052)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar belakang
Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut

pada susunan saraf pusat, selaput otak, saraf cranial termasuk fraktur tulang kepala,

kerusakan jaringan lunak pada kepala dan wajah baik terjadi trauma secara langsung

(kerusakan primer) maupun tidak langsung (kerusakan sekunder) (Setiawan, 2010).

. Clevo Rendi, Margareth TH (2012). Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa

penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan

perlambatan (accelerasi-deceleasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh

perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan kecepatan, serta notasi

yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada

tindakan pencegahan. Morton (2012).

Cedera kepala merupakan suatu masalah kesehatan, sosial dan ekonomi yang

paling penting diseluruh dunia dan penyebab utama dengan kematian dan disabilitas

permanen pada usia dewasa (Roozenbeek et al, 2013 dalam Kusumasewi, 2014). Kasus

pasien dengan cedera kepala dapat menimbulkan masalah pada mental, kognitif, fisik

dan sosial (Travena & Cameron, 2011).

Salah satu penyebab paling sering terjadinya cedera kepala adalah kecelakaan

lalu lintas, dimana yang banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita

(Aghakhani et al., 2013). Menurut Coronado, Xu, Basavaraju,et al. (2011), Tingginya

angka kejadian cedera kepala berat selama tahun 1997-2007 di Amerika Serikat rata-

rata setiap tahunnya akan meningkat terdapat 53.014 kasus kematian akibat cedera

kepala beratsekitar 18,4 dari 100.000 populasi. Insiden cedera kepala di India setiap

tahunnya adalah 160 per 100.000 populasi (Critchley et al,2009).

Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2%, dengan prevalensi tertinggi

ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dant terendah di Jambi (4,5%) dan angka
insiden kecelakaan jalan di Indonesia tercatat masih cukup tinggi. WHO

memperkirakan pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi salah satu

penyebab penyakit dan trauma ketiga paling banyak di dunia. Insiden cedera kepala di

Eropa pada tahun 2010 terdapat 500 per 100.000 populasi (Irawan, 2010).

Pada kasus cedera kepala di IGD suatu rumah sakit orang yang berperan dalam

melakukan pertolongan pertama yaitu perawat. Peran perawat sangat dominan dalam

melakukan penanganan kasus cedera kepala (Sekar, 2015).Kecelakaan lalu lintas ini

mengakibatkan berbagai cedera, yaitu cedera kepala, thoraks dan

ektremitas.Berdasarkan data Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor:263/Menkes/SK/II/2010 beberapa dari provinsi tercatat prevalensi cedera

kepala secara Nasional yaitu Provinsi Kepulauan Riau (18.9%), Papua Barat (18.0%),

NAD (17.9%), Papua (16.8%), Sumatra Selatan (16.7%), Jambi (16.5%),

DIYogyakarta (16.4%) dan Sulawesi Utara (16.1%). Data dari Polda DIY bahwa

jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah DIY tahun 2012 cukup tinggi antara

lain Kabupaten Sleman sebanyak 1.548, Bantul sebanyak 1.420, Yogyakarta sebanyak

678, Gunung Kidul sebanyak 453 dan Kulon Progo sebanyak 323 kejadian (Dinkes,

2013)

B. Rumusan masalah
1. Apa Definisi Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury)
2. Bagaimana Etiologi dari Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury)
3. Bagaimana anatomi fisiologi dari Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury)
4. Bagaimana Patofisiologi dari Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury)
5. Bagaimana Manifestasi klinis dari Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury)
6. Bagaimana Komplikasi dari Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury)
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Kegawatan Dalam Anestesi dan dapat
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien Cedera Kepala (Traumatic Brain
Injury)
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, faktor resiko
dan penatalaksanaan Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury)
b. Merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada pasien
yang mengalami Cedera Kepala (Traumatic Brain Injury)
c. Membuat perencanaan keperawatan pada pasien Cedera Kepala (Traumatic
Brain Injury)
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Cedera Kepala
(TraumaticBrainInjury)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
M. Clevo Rendi, Margareth TH (2012). Cedera kepala yaitu adanya deformasi
berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak,
percepatan dan perlambatan (accelerasi-deceleasi) yang merupakan perubahan bentuk
dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan
kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai
akibat perputaran pada tindakan pencegahan. Morton (2012).
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak,
dan otak. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Arif Muttaqin, 2008, hal 270-271).
Wahyu Widagdo, dkk (2007). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak
disebabkan oleh kekuatan eksternal yang menimbulkan peubahan tingkat kesadaran
dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional.
B. Etiologi
Menurut Taqiyyah Bararah, M Jauhar (2013). Penyebab utama terjadinya cedera
kepala adalah sebagai berikut:
1. Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan
dengan kendaraan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau
kecederaan kepada pengguna jalan raya.
2. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefenisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakkan turun
turun maupun sesudah sampai ke tanah
3. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan di defenisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksa).
C. Anatomi Fisiologi
Otak depan atau prosencephalon (supratentoria) terdiri telencephalonm (Dua
belahan otak dan struktur garis tengah yang menghubungkan) dan diencephalon.
Otak tengah atau mesencephalon terletak di antara otak depan dan otak belakang.
Melewati melalui cerebelli tentorium. Otak belakang atau rhombencephalon
(infratentorial) terdiri dari pons, medula oblongata dan otak kecil. Di bagian
pertengahan otak, pons dan medulla bersama-sama membuat batang otak Panjang
medulla spinalis sekitar 45 cm diorang dewasa.Medulla spinalis meruncing pada
ujung bawah, konus medularis,berakhir pada level vertebra L3 , dan pada tingkat
intervertebralis L1-2diskus orang dewasa. Dengan demikian, pungsi lumbal harus
selalu dilakukan pada atau di bawah L3-4. Konus medullaris berakhir dengan
terminale filum benang, terutama terdiri dari glial dan jaringan ikat,yang, pada
gilirannya, berjalan melalui kantung lumbar di tengah-tengah dorsal dan ventral akar
tulang belakangsaraf, secara kolektif disebut cauda equina("Ekor kuda"), dan
kemudian menempel pada dorsal permukaan tulang ekor. Leher, toraks,lumbal, dan
sakral bagian dari medulla spinalis didefinisikan menurut divisi segmental dari
kolom tulang belakang dan saraf tulang belakang.
1. SISTEM SARAF TEPI
Sistem saraf perifer menghubungkan sistem saraf pusat dengan sisa tubuh.
Semua motorik, saraf sensorik dan otonom sel dan serat luar CNS umumnya
dianggap sebagai bagian dari sistem saraf tepi. Secara khusus sistem saraf tepi
terdiri dari bagian ventral akar saraf (motorik), dorsal akar saraf (Sensorik),
ganglia spinal, dan serta sebagian besar dari otonom sistem saraf (trunk simpatik).
Dua nervus yang termasuk dalam susunan saraf pusat yaitu, Nervus olfaktorius
dan optikus. Sususnan Saraf Tepi terdiri dari variabel yang berisi fraksi motorik,
sensorik, dan otonom serabut saraf (akson).
2. TENGKORAK
Tengkorak (kranium) menentukan bentuk kepala, mudah diraba melalui lapisan
tipis otot dan jaringan ikat yang menutupi. neurocranium yang membungkus otak,
labirin, dan telinga tengah. Lapisan luar dan dalam tengkorak dihubungkan oleh
kanselus ruang tulang dan sumsum (diploe). Atap tulang tengkorak (calvaria) dari
remaja dan orang dewasa yang kaku dihubungkan dengan jahitan dan tulang rawan
(synchondroses). Sutura koronal meluas di ketiga frontal dari atap tengkorak.
Sutura sagitalis terletak di garis tengah, memperluas mundur dari jahitan koronal
dan bifurcating atas tengkuk untuk membentuk jahitan lambdoid. Daerah
persimpangan frontal, parietal, temporal, dan tulang sphenoid disebut pterion
tersebut; bawah pterion terletak bifurkasi dari tengah arteri meningeal
3. SCALP
Lapisan kulit kepala adalah kulit (termasuk epidermis, dermis, dan rambut),
jaringan ikat subkutikular, yang fasia galea aponeurotica, jaringan ikat
subaponeurotic longgar, dan periosteum tengkorak (tengkorak). Rambut kulit
kepala tumbuh sekitar 1 cm per bulan. Hubungan antara galea dan tengkorak adalah
ponsel kecuali di tepi atas dari orbit, lengkungan zygomatic, dan oksipital tonjolan
eksternal. luka kulit kepala yang dangkal untuk galea yang tidak menyebabkan
hematoma besar, dan ujung-ujungnya kulit biasanya tetap didekati. Luka yang
melibatkan galea mungkin gape; scalping cedera adalah mereka yang galea robek
jauh dari periosteum. perdarahan subgaleal tersebar di permukaan tengkorak.
4. MENINGEN
Meningea adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepallon dan
medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya
berurutan dari superficial ke profunda. Perikranium yang masih merupakan bagian
dari lapisan dalam tengkorak dan duramater bersama-sama disebut juga
pachymeningens. Sementara piamater dan arachnoidmater disebut juga
leptomeningens.

D. Patofisiologi
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau kecelakaan
dapat menyebabkan cedera kepala. Cedera otak primer adalah cedera otak yang terjadi
segera setelah trauma. Cedera kepala primer dapat menyebabkan kontusio dan laserasi.
Cedera kepala ini dapat berlanjut menjadi cedera sekunder. Akibat trauma terjadi
peningkatan kerusakan sel otak sehingga menimbulkan gangguan autoregulasi.
Penurunan aliran darah ke otak menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otak dan
terjadi gangguan metabolisme dan perfusi otak. Peningkatan rangsangan simpatis
menyebabkan peningkatan tahanan vaskuler sistematik dan peningkatan tekanan darah.
Penurunan tekanan pembuluh darah di daerah pulmonal mengakibatkan peningkatan
tekanan hidrolistik sehingga terjadi kebocoran cairan kapiler. Trauma kepala dapat
menyebabkan odeme dan hematoma pada serebral sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intra kranial. Sehingga pasien akan mengeluhkan pusing serta nyeri hebat pada
daerah kepala (Padila, 2012)
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis spesifik :
1. Gangguan otak
a. Comosio cerebri (gegar otak)
1) Tidak sadar <10 menit
2) Muntah-muntah
3) Pusing
4) Tidak ada tanda defisit neurologis
5) Combo cerebri (memar otak)
6) Tidak sadar 10 menit, jika area yang terkena luas dapat berlangsung >2-
3 hari setelah cedera
7) Amnesia
8) Ada tanda defisit neurologis
2. Perdarahan epidural (hematoma epidural)
a. Suatu akumulasi darah pada ruang tulang tengkorak bagian dalam dan
meningen paling luar. Terjadi akibat robekan arteri meningeal
b. Gejala : penurunan kesadaran ringan, gangguan neurologis dari kacau
mental sampai koma
c. Peningkatan TIK yang mengakibatkan gangguan pernafasan, bradikardi,
penurunan TTV
d. Herniasi otak yang menimbulkan : Dilatasi pupil dan reaksi cahaya hilang
Isokor dan anisokor Ptosis
3. Hematom subdural
a. Akut: gejala 24-48 jam setelah cedera, perlu intervensi segera
b. Sub akut: gejala terjadi 2 hari sampai 2 minggu setelah cedera
c. Kronis: 2 minggu sampai dengan 3-4 bulan setelah cedera
F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari cedera kepala yaitu :
a. Epilepsi pasca cedera
b. Afasia
c. Apraksia
d. Agnosis
e. Amnesia
BAB III

PENUTU

A. Kesimpulan
Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut
pada susunan saraf pusat, selaput otak, saraf cranial termasuk fraktur tulang kepala,
kerusakan jaringan lunak pada kepala dan wajah baik terjadi trauma secara langsung
(kerusakan primer) maupun tidak langsung (kerusakan sekunder) (Setiawan, 2010)
Penyebab utama terjadinya cedera kepala adalah sebagai berikut: Kecelakaan
lalu lintas, Jatuh, Kekerasan. Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda
tajam atau kecelakaan dapat menyebabkan cedera kepala. Cedera otak primer adalah
cedera otak yang terjadi segera setelah trauma. Cedera kepala primer dapat
menyebabkan kontusio dan laserasi. Cedera kepala ini dapat berlanjut menjadi cedera
sekunder. Akibat trauma terjadi peningkatan kerusakan sel otak sehingga
menimbulkan gangguan autoregulasi. Penurunan aliran darah ke otak menyebabkan
penurunan suplai oksigen ke otak dan terjadi gangguan metabolisme dan perfusi otak.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam.Yogyakarta : Nuha Medika

Morton G.P. 2012, Keperawatan Kritis, Edisi 2, Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Ganguan Sistem Muskuloskeletal,


Jakarta: EGC. Hal: 270-271.

Widagdo, Wahyu. 2007. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Persyarafan. WK.


Jakarta.

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Anda mungkin juga menyukai