Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TERAPI KOGNITIF PADA PASIEN LANSIA


DENGAN GANGGUAN KEPRIBADIAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Mata Ajar : Suyamto A.Kep MPH

Disusun oleh :
Dwi Hidayanti (2520142486)

Eky Budi Novia P (2520142489)

Inge Velysta Resly (2520142496)

Ria Dewi Mahardanti (2520142510)

Vivi Safitri (2520142520)

Kelas : 3B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puju syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok dengan judul “Terapi Kognitif Lansia dengan Gangguan Kepribadian.”
Tidak lupa pula kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada beberapa
pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah kami, ucapan terimakasih
kepada Bapak Suyamto A.Kep., MPH selaku dosen mata kuliah keperawatan
gerontik atas segala bimbinganya selama pembuatan makalah ini.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua dan besar pula harapan kami kepada siapapun yang mempunyai
saran maipun kritik yang membangun demi kesempurnaan makalh-makalah kami
berikutnya

Yogyakarta, 18 Maret 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh
karena itu kesehatan pada lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus
dengan tetap memberian motivasi agar lansia dapat hidup secara produktif
sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).
Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapaian puncak maupun penurunannya, untuk mempertahankan
fungsi kognitif pada lansia upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara
menggunakan otak secara terus menerus dan di istirahatkan dengan tidur,
kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan cerita melalui media
sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan agar otak tidak
beristirahat secara terus menerus (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2008).
Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek
yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan juga bahasa.
Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan
proses informasi, dalam memori panjang lansia akan kesulitan dalam
mengungkapkan kembali informasi baru atau cerita maupun kejadian yang
tidak begitu menarik perhatiannya.
Terapi kognitif dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Aaron Beck
dan berkaitan dengan terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif
akan lebih bermanfaat jika digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian
terapi ini di disatukan dan dikenal dengan terapi perilaku kognitif (cognitive
behavior therapy). Terapi ini memperlakukan individu sebagai agen yang
berpikir positif dan berinteraksi dengan dunianya.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian terapi kognitif.
2. Mengetahui tujuan terapi kognitif
3. Mengetahui manfaat terapi kognitif.
4. Mengetahui macam- macam terapi kognitif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Kognitif
1. Pengertian
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan
terstruktur, aktif, direktif dan berjangkan waktu singkat, untuk
menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya ansietas atau
depresi (Gunarsa, 2007).
Terapi kognitif dikembangkan oleh Aaron Beck. Melalui terapi ini
individu diajarkan/ dilatih untuk mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide
dengan benar –  benar mempertimbangkan factor dalam berkembangnya
dan menetapnya gangguan mood. (Townsend, 2005).
Terapi kognitif menjelaskan bahwa bukan suatu peristiwa yang
menyebabkan kecemasan dan tanggapan maladaptif melainkan harapan
masyarakat, penilaian, dan interpretasi dari peristiwa. Sugesti bahwa
perilaku maladaptif dapat diubah oleh berhubungan langsung dengan
pikiran dan keyakinan orang (Stuart, 2009).

2. Tujuan
Menurut Setyoadi (2011) beberapa mekanisme koping dengan
menggunakan terapi kognitif adalah sebagai berikut:
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
menentang keakuratan kognisi negative klien.
2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi
yang maladaptive, pikiran yang mengannggu secara otomatis, serta
proses pikir tidak logis yang dibesar-besarkan.
5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan.
6. Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang
menyebabkan dan mempertahankan panik atau kecemasan.
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku
gangguan obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah responsnya.
8. Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk
hirarki situasi fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada
situasinya sambil tetap mempertahankan respons rileksasi.
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil
bertahan hidup dan bukan sebagai korban.
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system
keyakinan yang salah.
11.  Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan
praktik untuk meningkatkan aktivitas sosialnnya.
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan
internal.

3. Manfaat
a. Menurunkan cemas
b. Tehnik relaksasi
c. Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan
memodifikasi respon perilaku.
d. Systematic desenzatization, untuk menurunkan perilaku yang
berhubungan dengan stimulus spesifik.

4. Macam – Macam Terapi Kognitif


Menurut Yosep (2009) ada beberapa teknik kognitif. Pengetahuan
tentang teknik ini merupakan syarat agar peran perawat bisa berfungsi
secar optimal. Dalam pelaksanaan teknik-teknik ini harus dipadukan
dengan kemampuan lain seperti teknik komter, milieu
therapy dan counseling. 
a. Teknik Restrukturisasi Kongnisi (Restructuring Cognitive)
b. Teknik Penemuan Fakta-Fakta (Questioning the evidence)
c. Teknik penemuan alternatif ( examing alternatives)
d. Dekatastropik (decatastrophizing)
e. Reframing
f. Thought Stopping
g.   Learning New Behavior With Modeling
h. Membentuk Pola ( shaping )
i. Token Economy
j. Role Play
k. Social skill Training.
l. Anversion Theraphy
m. Contingency Contracting

B. Gangguan Kepribadian
1. Pengertian
Menurut Maramis (2005) kepribadian adalah keseluruhan pola
pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang
dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis
penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan
berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Sedangkan gangguan
kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat
karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian
besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif
dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan
kepribadian.

2. Macam – Macam Gangguan Kepribadian


a. Kelompok A
Penderita ketiga jenis gangguan ini berperilaku eksentrik, ditambah
beberapa kekhususan. Orang dengan gangguan seperti ini seringkali
tampak aneh dan eksentrik. Jenis ini adalah gangguan kepribadian
yang ditandai oleh berpikir atau berperilaku aneh dan eksentrik
yang mencakup:
1) Gangguan kepribadian paranoid
2) Ketidakpercayaan dan kecurigaan orang lain
3) Percaya bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti
4) Emosional
5) Mengembangkan sikap permusuhan
Kelompok A ini terdiri dari gangguan kepribadian paranoid,
schizoid, dan skizotipal.
1) Gangguan Kepribadian Paranoid
Bentuk gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang
berlebihan atau menonjol. Orang dengan gangguan kepribadian
paranoid ditandai dengan :
a) Kecurigaan yang bersifat pervasive bahwa dirinya sedang
dicelakai, dikhianati
b) Keraguan yang tidak berdasar terhadap kesetiaan
temanteman
c) Enggan mempercayai orang lain
d) Memberikan makna tersendiri terhadap berbagai tindakan
orang lain yang tidak mengandung maksud apapun
e) Mendendam atas berbagai hal yang dianggap sebagai
kesalahan
f) Reaksi berupa kemarahan terhadap apa yang dianggapnya
sebagai serangan terhadap karakter atau reputasi
g) Hipersensitif atau sangat perasa
h) rigid atau kaku
i) mudah iri dan sangat egois
j) argumentatif atau suka menentang
k) suka menyalahkan orang lain dan suka menuduh orang lain
jahat.
2) Gangguan Kepribadian Skizoid
Gangguan kepribadian dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
perasa, pendiam, dan menghindari hubungan jangka panjang
dengan orang lain. Orang dengan gangguan kepribadian
schizoid ditandai dengan :
a) Kurang berminat ataau kurang menyukai hubungan dekat
b) Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian
c) Kurangnya minat untuk berhubungan seksual
d) Kurang memiliki teman
e) Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang
lain
f) Afek datar atau acuh/ tak peduli, emosi dingin
g) Tidak terampil bergaul dan suka menyendiri.
h) Preokupasi (berulangulang memikirkan isi pikiran) dengan
fantasi dan intropeksi yang berlebihan
3) Gangguan Kepribadian Skizotipe
Orang dengan gangguan skizotipal ditandai dengan :
a) Ideas of Reference (keyakinan bahwa berbagai kejadian
memiliki makna yang khusus dan tidak biasa bagi orang
yang bersangkutan)
b) Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis
c) Persepsi yang tidak biasa
d) Dihantui oleh pikiranpikiran autistik, yaitu pikiranpikiran,
dan takhayultakhayul
e) Pola bicara yang aneh
f) Kecurigaan yang ekstrem
g) Afek yang tidak sesuai
h) Perilaku atau penampilan yang aneh
i) Kurang memiliki teman akrab
j) Rasa tidak nyaman yang ekstrem
b. Kelompok B
Jenis ini adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan terlalu
emosional berpikir atau berperilaku yang mencakup:
1) Antisosial (sebelumnya, sosiopat)
2) Mengabaikan orang lain
3) Terus menerusn berbohong atau mencuri
4) Berulang kali bermasalah dengan hokum
5) Berulang kali melanggar hak orang lain
6) Agresif, sering berperilaku keras
7) Mengabaikan keselamatan diri sendiri dan orang lain
Terdiri dari gangguan kepribadiaan antisosial, ambang, histrionic
dan narsistik. Orang dengan gangguan ini sering tampak dramatic,
emosional, dan tidak menentu.
1) Gangguan Kepribadian Antisosial
Orang dengan gangguan kepribadian antisocial ditandai :
a) Berulang kali melanggar hokum dan hak orang lain lewat
perilaku agresif
b) Menipu, berbohong
c) Impulsivitas
d) Mudah tersinggung dan agresif
e) Tidak memperdulikaan keselamatan diri sendiri daan orang
lain
f) Tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan
g) Kurang memiliki rasa penyesaalaan
h) Tidak sedikit diantara penderita cukup cerdas dan pandai
menampilkna diri secara meyakinkan untuk menjadi penipu
ulung.
2) Gangguan Kepribadian Histrionik
Orang dengan gangguan kepribadian histrionik ditandai :
a) Kebutuhan besar untuk menjadi pusat perhatian
b) Perilaku tidak senonoh, secara seksual yang tidak pantas
c) Perubahan ekspresi emosi secara cepat
d) Memanfaatkan penampilan fisik untuk menarik perhatian
orang lain pada dirinya
e) Bicaranya sangat tidak tepat
f) Ekspresi emosional yang berlebihan
g) Sangat mudah sugesti
h) Menyalahartikan hubungan sebagai lebih intim dari yang
sebenarnya
i) Emosinya labil; haus akan halhal yang serba
menggairahkan (excitement)
j) Senang mendramatisasi diri secara berlebihan untuk
mencari perhatian
k) Tergantung, tak berdaya, dan mudah ditipu
l) Egois, congkak, sangat haus akan pengukuhan orang lain
m) Sangat reaktif; dangkal atau picik, dan tudal tulus.
3) Gangguan Kepribadian Ambang/ Bordeline
Orang dengan gangguan kepribadian ambang ditandai :
a) Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan
b) Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan
interpersonal
c) Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil
d) Perilaku impulsive, termasuk sangat boros, perilaku seksual
yang tidak pantas
e) Perilaku bunuh diri dan mutilasi diri yang berulang
f) Kelabilaan emosional yang ekstrem
g) Perasaan kosong yang kronis
h) Sangat sulit mengendalikan kemarahan.
4) Gangguan Kepribadian Narsistik
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai :
a) Pandangan yang dibesarbesarkan mengenai pentingnya diri
sendiri
b) Terfokus pada kebersihan, kecerdasan dan kecantikan diri
c) Kebutuhan ekstrem untuk dipuja
d) Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala
sesuatu
e) Kecenderungan memanfaatkan orang lain
f) Iri pada orang lain
g) Merasa diri penting dan haus akan perhatian dari orang lain
h) Selalu menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari
oran lain
c. Kelompok C
Terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen dan
obsesif kompulsif. Orang dengan gangguaan ini sering tampak
cemas dan ketakutan
1) Gangguan Kepribadian Menghindar/ Avoid
Orang dengan gangguan kepribadian menghindar ditandai :
a) Menghindari kontak interpersonal karena takut pada
kritikan
b) Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain
kecuali dirinya pasti akan disukai
c) Membatasi diri dalam hubungan intim
d) Penuh kekhawatiran akan dikritik
e) Merasa tidak adekuat
f) Ketidakmampuan bergaul tersebut menjadi sumber
kesusahan dan penyebab harga dirinya yang rendah.
g) Keengganan ekstrem untuk mencoba halhal baru
2) Gangguan Kepribadian Dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen ditandai :
a) Sulit mengambil keputusan tanpa saran dari orang lain
b) Membutuhkan orang lain untuk mengambil tujuan atas
sebagian aspek kehidupannya yang utama
c) Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan
dukungan mereka
d) Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya
percaya diri
e) Melakukan hal hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu
cara untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan orang
lain.
f) Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa
percaya pada kemampuannya untuk menangani segala
sesuatu tanpa intervensi dari orang lain
g) Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru
bila hubungan yang dimilikinya saat ini berakhir
h) Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri
3) Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif
ditandai :
a) Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail sehingga
poin utama suatu aktivitas terabaikan
b) Perfeksionis ekstrem hingga ke tingkat yang membuat
berbagai proyek jarang terselesaikan
c) Menganut norma etik dan norma yang tinggi serta patuh
secara berlebihan
d) Pengabdian berlebihan padaa pekerjaan hingga
mengabaikaan kesenangan dan persahabatan
e) Tidak fleksibel
f) Sulit membuang bendabenda yang tidak berarti
g) Kikir dan keras kepala
h) Bila dipaksa bekerja tanpa pengawasan akan cemas, marah,
benci, dan curiga terhadap atasannya.
C. Terapi Kognitif Pada Lansia Dengan Gangguan Kepribadian
1. Proses Pelaksanaan
a. Sesi 1 : Mengungkapkan pikiran otomatis
b. Sesi 2 : Mengungkapkan alasan
c. Sesi 3 : Tanggapan terhadap pikiran otomatis
d. Sesi 4 : Menuliskan pikiran otomatis
e. Sesi 5        : Penyelesaian masalah
f. Sesi 6,7,8 : Manfaat tanggapan, ungkapkan hasil dan membuat buku
harian

2. Petunjuk Pelaksanaan Kognitif Terapi


Sesi 1   : Mengungkapkan pikiran otomatis
1. Tujuan
Pasien mampu mengungkapkan pikiran otomatis pada perawat
2. Setting
Pasien dan terapis dalam suatu ruangan yang tenang dan nyaman.
3. Alat
1) Diri perawat dan kemampuan untuk dapat berkomunikasi
secara terapeutik.
2) Tempat duduk, alat tulis dan kertas
4. Metode
a. Sharing
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan pasien
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang kondusif
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada pasien
b) Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis ( pakai papan
nama )
c) Menanyakan nama dan panggilan pasien
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan klien pada saat ini
b) Menanyakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi
perasaannya
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan sesi terapi, yaitu meningkatkan
kemampuan pasien mengenal  pikiran otomatis dan hal yang
mendasari pemikiran tersebut
b) Menjelaskan peraturan terapi : klien berhadapan dengan
terapis dari awal sampai  selesai.

c. Tahap kerja
1) Terapis mengidentifikasi masalah what, where, when, who
2) Diskusikan sumber masalah
3) Diskusikan pikiran dan perasaan serta yang menyebabkan hal
tersebut timbul
4) Catat pikiran otomatis, perawat mengklasifikasikan dalam
distorsi kognitif
5) Memberikan pujian terhadap keberhasilan pasien.
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapi menanyakan perasaan klien setelah menjalani
terapi.
b) Terapis memberikan pujian yang sesuai
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan pada pasien untuk mengidentifikasi
pikiran yang belum   didiskusikan
b) Positif thinking terhadap diri sendiri
3) Kontrak akan datang
a)  Menyepakati topic yang akan dating
b) Menyepakati waktu dan tempat
e. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
a) Ekspresi pasien pada saat terapi
b) Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan terapi
2) Dokumentasi
a) Terapis mendokumentasikan pencapaian hasil terapi yang
dilakukan
b) Dokumentasikan rencana klien sesuai dengan yang telah
dirumuskan.

Sesi 2   : Mengungkapkan alasan

1. Tujuan
Pasien mampu mengungkapkan penyebab timbulnya pikiran otomatis
pada perawat
2. Setting
Pasien dan terapis dalam suatu ruangan yang tenang dan nyaman.
3. Alat
a. Diri perawat dan kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara
terapeutik.
b. Tempat duduk, alat tulis dan kertas
4. Metode
a. Sharing
b. Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan pasien
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang kondusif
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2) Evaluasi/Validasi
1. Menanyakan perasaan klien pada saat ini
2. Menanyakan apa telah mencoba mengidentifikasi pikiran
otomatis yang lainnya
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan sesi terapi, yaitu meningkatkan
kemampuan pasien mengenal  hal yang mendasari
pemikiran tersebut
b) Mejelaskan lama kegiatan yaitu 45 menit
c) Menjelaskan peraturan terapi : klien berhadapan dengan
terapis dari awal sampai  selesai.
c. Tahap kerja
1) Diskusikan pikiran otomatis
a) Tanyakan penyebabnya
b) Beri respon terhadap pernyataan pasien
c) Tanyakan tindakan pasien
d) Anjurkan pasien menuliskan pernyataannya
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapi menanyakan perasaan klien setelah menjalani
terapi.
b) Terapis memberikan pujian yang sesuai
2) Tindak lanjut
Menganjurkan pada pasien untuk mengidentifikasikan
tindakannya terhadap pikiran otomatis
3)  Kontrak akan dating
a) Menyepakati topic yang akan datang yaitu mengenai
keuntungan berhubungan  dan kerugiannya
b) Menyepakati waktu dan tempat
e. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
a) Ekspresi pasien pada saat terapi
b) . Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan terapi
2) Dokumentasi
a) Terapis mendokumentasikan pencapaian hasil terapi yang
dilakukan
b) Dokumentasikan rencana klien sesuai dengan yang telah
dirumuskan.

Sesi 3  : Tanggapan terhadap pikiran otomatis

1. Tujuan
a. meningkatkan komunikasi perawat dengan pasien
b. Pasien dapat menyatakan tanggapannya terhadap pikiran otomatis
pada perawat
2. Setting
Pasien dan terapis dalam suatu ruangan yang tenang dan nyaman.
3. Alat
a. Diri perawat dan kemampuan untuk dapat  berkomunikasi secara
terapeutik.
b. Tempat duduk, alat tulis dan kertas
4. Metode
Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan pasien
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang kondusif
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan klien pada saat ini
b) Menanyakan apa telah mencoba mengidentifikasi pikiran
otomatis yang  lainnya
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan terapi, yaitu meningkatkan kemampuan
memberi  respon positif terhadap pikiran otomatis
b) Menjelaskan lama kegiatan yaitu 45 menit
c) Menjelaskan peraturan terapi yaitu : pasien duduk dengan
terapis
c. Tahap kerja
1) Jelaskan metode 3 kolom
a) Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom
b) Diskusikan dengan klien untuk memilih satu pikiran
otomatis yang ingin  diselesaikan saat ini
c) Anjurkan / bantu klien menuliskan pikiran otomatis pada
kolom pertama, alas an pada kolom kedua atau kosongkan
saja kolom kedua
d) Diskusikan tanggapan positif untuk membantah pikiran
negatif yang telah dituliskan dan dorong untuk
mengungkapkan keinginan atau hal – hal yang dapat
mengatasi pikiran-pikiran negative
e) Beri respon terhadap pernyataan pasien
f) Beri reinforcement positif
g) Tanyakan tindakan pasien yang direncanakan untuk
mengatasi pikiran otomatis
h) Motivasi klien berlatih untuk pikiran otomatis yang lain
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapi menanyakan perasaan klien setelah menjalani terapi.
b) Terapis memberikan pujian yang sesuai
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan pada pasien untuk menggunakan cara metode
3 kolom
b) Memasukkan kegiatan pada jadwal kegiatan harian
3) Kontrak akan dating
a) Menyepakati topic yang akan dating
b) Menyepakati waktu dan tempat
e. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
a) Ekspresi pasien pada saat terapi
b) Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan terapi
2) Dokumentasi
a) Terapis mendokumentasikan pencapaian hasil terapi yang
dilakukan
b) Dokumentasikan rencana klien sesuai dengan yang telah
dirumuskan.

Sesi 4  : Menuliskan pikiran otomatis

1. Tujuan
a. Meningkatkan komunikasi perawat dengan pasien
b. Pasien dapat menuliskan pikiran otomatis pada perawat
2. Setting
Pasien dan terapis dalam suatu ruangan yang tenang dan nyaman.
3. Alat
a. Diri perawat dan kemampuan untuk dapat  berkomunikasi secara
terapeutik.
b. Tempat duduk, alat tulis dan kertas
4. Metode
Diskusi dan tanya jawab#
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan pasien
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang kondusif

b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan klien pada saat ini
b) Menanyakan apa telah mencoba metode 3 kolom dalam
menyelesaikan masalah
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan terapi, yaitu meningkatkan kemampuan
memberi  respon positif terhadap pikiran otomatis
b) Menjelaskan lama kegiatan yaitu 45 menit
c) Menjelaskan peraturan terapi yaitu : pasien duduk dengan
terapis berhadapan dari awal sampai selesai
c. Tahap kerja
1) Anjurkan pasien untuk menuliskan pikiran otomatisnya
2) Dorong pasien untuk mengomentari tulisannya
3) Anjurkan pasien untuk melakukannya
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah menjalani terapi
b) Terapis memberikan pujian yang sesuai
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan pada pasien untuk menuliskan setiap apa yang
dipikirkannya dan mengomentari isi tulisannya
b) Memasukkan kegiatan pada jadwal kegiatan harian
3) Kontrak akan dating
a) Menyepakati topic yang akan dating
b) Menyepakati waktu dan tempat
e. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
a) Ekspresi pasien pada saat terapi
b) Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan terapi
2) Dokumentasi
a) Terapis mendokumentasikan pencapaian hasil terapi yang
dilakukan
b) Dokumentasikan rencana klien sesuai dengan yang telah
dirumuskan.

Sesi 5  : Penyelesaian masalah

1. Tujuan
a. Meningkatkan komunikasi perawat dengan pasien
b. Pasien mampu menyelesaikan masalah
2. Setting
Pasien dan terapis dalam suatu ruangan yang tenang dan nyaman.
3. Alat
a. Diri perawat dan kemampuan untuk dapat  berkomunikasi secara
terapeutik.
b. Tempat duduk, alat tulis dan kertas
4. Metode
Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan pasien
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang kondusif
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2) Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan klien pada saat ini
b) Menanyakan apa telah dilakukan untuk menyelesaikan
masalahnya
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan terapi, yaitu meningkatkan kemampuan
memberi  respon positif terhadap pikiran otomatis
b) Menjelaskan lama kegiatan yaitu 45 menit
c) Menjelaskan peraturan terapi yaitu : pasien duduk dengan
terapis berhadapan dari awal sampai selesai
c. Tahap kerja
1) Diskusikan kembali prinsip terapi 3 kolom
2) Tanyakan masalah baru dan respon penyelesaiannya
3) Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis negative
4) Beri penguatan positif
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah menjalani terapi
b) Terapis memberikan pujian yang sesuai
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan pada pasien untuk menanggapi pikiran
otomatis negative
b) Memasukkan kegiatan pada jadwal kegiatan harian
3) Kontrak akan dating
a) Menyepakati topic yang akan dating
b) Menyepakati waktu dan tempat
e. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
a) Ekspresi pasien pada saat terapi
b) Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan terapi
2) Dokumentasi
a) Terapis mendokumentasikan pencapaian hasil terapi yang
dilakukan
b) Dokumentasikan rencana klien sesuai dengan yang telah
dirumuskan.

Sesi 6,7,8 : Manfaat tanggapan, ungkapkan hasil dan membuat buku


harian

1. Tujuan
a. Meningkatkan kemampuan pasien mengungkapkan hasil
b. Pasien mampu menyelesaikan masalah
2. Setting
Pasien dan terapis dalam suatu ruangan yang tenang dan nyaman.
3. Alat
a. Diri perawat dan kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara
terapeutik.
b. Tempat duduk, alat tulis dan kertas
4. Metode
Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan pasien
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang kondusif
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan klien pada saat ini
b) Menanyakan apa sudah mencoba menanggapi pikiran
negatif otomatis
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan terapi
b) Menjelaskan lama kegiatan yaitu 45 menit
c) Menjelaskan peraturan terapi yaitu : pasien duduk dengan
terapis berhadapan dari awal sampai selesai
c. Tahap kerja
1) Diskusikan perasaan setelah menggunakan tahapan rasional
2) Beri umpan balik
3) Diskusikan manfaat tanggapan rasional
4) Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
5) Tanyakan hambatan yang dialami
6) Beri persepsi perawat
7) Diskusiakan cara mengatasi masalah
8) Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
9) Mengungkapkan hasil yang diperoleh
10) Membuat buku harian setiap timbul pikiran negative dan
tanggapan rasionalnya atau membaca catatan pikiran otomatis
dan tanggapan rasional
11) Beri reinforcement positif
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapi menanyakan perasaan klien setelah menjalani terapi.
b) Terapis memberikan pujian yang sesuai
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan pada pasien selalu menggunakan pikiran
rasional dalam menyelesaikan masalah
b) Menganjurkan untuk menuliskan kegiatan yang dilakuakan
pada buku   kegiatan harian
3) Kontrak akan dating
a) Menyepakati topic yang akan dating
b) Menyepakati waktu dan tempat
e. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
a) Ekspresi pasien pada saat terapi
b) Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan terapi
2) Dokumentasi
a) Terapis mendokumentasikan pencapaian hasil terapi yang
dilakukan
b) Dokumentasikan rencana klien sesuai dengan yang telah
dirumuskan.

Sesi 9 : Support system

1. Tujuan
Meningkatkan komunikasi perawat dengan pasien
Pasien mendapat support system
Keluarga dapat menjadi support system bagi pasien
2. Setting
Pasien, keluarga dan terapis dalam suatu ruangan yang tenang dan
nyaman
3. Alat
a. Diri perawat dan kemampuan menggunakan diri secara terapeutik
dengan  berkomunikasi secara terapeutik.
b. Tempat duduk, alat tulis dan kertas
4. Metode
Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan pasien
2) Mempersiapkan alat dan tempat yang kondusif
b. Orientasi
1) Da[am terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien dan keluarga
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan klien dan keluarga pada saat ini
b) Menanyakan apa sudah dilakukan untuk mengatasi
perasaannya
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan terapi, yaitu meningkatkan kemampuan
bersosialisasi pasien
b) Menjelaskan lama kegiatan yaitu 45 menit
c) Menjelaskan peraturan terapi yaitu : pasien duduk dengan
terapis berhadapan dari awal sampai selesai
c. Tahap kerja
1) Jelaskan pada keluarga tentang terapi kognitif
2) Libatkan keluarga
3) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang telah dimiliki
pasien
4) Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan mendengarkan
masalah pasien
5) Beri reinforcement positif
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Terapi menanyakan perasaan klien dan keluarga setelah
setelah menjalani terapi.
b) Terapis memberikan pujian yang sesuai
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan pada keluarga untuk dapat menerima dan
merawat pasien dirumah
b) Menganjurkan untuk melaksanakan jadwal kegiatan yang
telah dibuat  bersama pasien
3) Kontrak akan dating
a) Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk dapat menjadi
support system  bagi pasien
b) Menyepakati waktu dan tempat
e. Evaluasi dan Dokumentasi
1) Evaluasi
a) Ekspresi pasien pada saat terapi
b) Evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan terapi
2) Dokumentasi
a) Terapis mendokumentasikan pencapaian hasil terapi yang
dilakukan
b) Dokumentasikan rencana klien sesuai dengan yang telah
dirumuskan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Terapi kognitif adalah suatu bentuk psikoterapi yang dapat melatih
klien untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala
sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa
lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis
penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan
berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Gangguan kepribadian
dikelompokkan menjadi 3 kelompok meliputi kelompok A,B, dan C
a) Kelompok A terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid,
dan skizotipal.
b) Kelompok B terdiri dari gangguan kepribadiaan antisosial, ambang,
histrionic dan narsistik.
c) Kelompok C terdiri dari gangguan kepribadian menghindar,
dependen dan obsesif kompulsif

B. SARAN
Kepada mahasiswa atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan
gejala gangguan kognitif, maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat
agar gangguan kognitif tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Darmajo B. 2009. Teori Proses Menua. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.


Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Maramis W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Setyoadi, dkk. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.
Stuart, dan Laraia. 2005, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 7 ed.
Mosby Koswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco
Townsend, M. C. 2009. Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in
Evidence-BasedPractice (6th ed.). Philadelphia : F.A. Davis.

Anda mungkin juga menyukai