PAKET PEKERJAAN :
JASA KONSULTANSI PERENCANA PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR
BARU PENGADILAN AGAMA PRINGSEWU
LOKASI :
JL. KESEHATAN NO. 1474, PRINGSEWU SELATAN KEC.
PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG
orang Tenaga Ahli dan beberapa anggota Tenaga Ahli. Dibawah Divisi ada Tenaga
Tetap/ Tidak Tetap sebagi gugus kerja yang melaksanaakan oprasional di
lapangan, serta diakomodasi dan didukung oleh Tenaga Teknisi dan tenaga Penunjang/
Pendukung, Untuk lebih jelasnya struktur organisasi CV. PANORAMA dapat dilihat
dibawah ini
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
OP. KOMPUTER
PENGAWAS
SURVEYOR DRAFTER
LAPANGAN
3. Lingkup Perusahaan
CV. PANORAMA termasuk dalam kualifikasi Gred 2 dimana dalam memberikan
layanan jasa konsultannya termasuk dalam lingkup pekerjaan yang cukup luas secara
professional. Beberapa spesifikasi pekerjaan yang sanggup dilayani oleh perusahaan,
sesuai dengan yang tertera dalam Badan Usaha Sertifikat Jasa Konsultan Konstruksi
(BUSJK), bahwa lingkup layanan pekerjaan yang dapat ditangani meliputi :
Perencanaan Umum
Jasa Survey
Studi Kelayakan
Perencanaan Teknik
Perencanaan Teknik Pembangunan
Perencanaan Manajemen Konstruksi
Penelitian
Dengan berbekal pengalaman dan potensi tenaga ahli professional yang dimiliki, serta
kredebilitas dan refrensi pelayanan konstruksi yang dimiliki oleh CV. PANORAMA, maka
perusahaan sanggup melayani berbagai jenis pekerjaan dari berbagai bidang disiplin
ilmu. Komitmen yang menjadi pedoman utama dalam melaksanakan pekerjaan adalah
dengan produktivitas dalam pengendalian kualitas yang baik sesuai standart dan
Spesifikasi Teknis. Spesifikasi pekerjaan yang dapat ditangani oleh Perusahaan adalah
seperti yang diuraikan pada sub bab berikut.
3.1. Bidang Perancangan
CV. PANORAMA sanggup melayani hampir seluruh jenis pekerjaan dalam bidang
perencanaan, mulai gedung sederhana sampai gedung dengan lantai bertingkat.
Bidang pekerjaan perencanaan tersebut meliputi :
Perancangan Bangunan
Perancangan Perumahan
Perancangan Pemukiman
3.2. Bidang Perencanaan
CV. PANORAMA memiliki kesanggupan untuk melayani hampir seluruh jenis
pekerjaan dalam bidang perencanaan, mulai jalan dan jembatan, gedung dan
pabrik, dan sebagainya. Spesifikasi pekerjaan perencanaan yang dapat
dilaksanakan CV. PANORAMA tersebut meliputi :
Perencanaan Jalan dan Jembatan
Perencanaan Struktur & Konstruksi
Perencanaan Pemukiman
Perencanaan Perumahan
Perencanaan Sistem Transportasi
Dan sebagainya
3.3. Bidang Perencanaan
CV. PANORAMA sanggup melayani dan melaksanakan hampir semua jenis
pekerjaan yang berhubungan dengan pengwasan pelaksanaan fisik, baik proyek
pemerintah maupun pihak swasta, dengan mengacu pada pengendalian kualitas
yang harus dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan. Bidang pekerjaan
Perencanaan, antara lain meliputi :
Perencanaan Bangunan & Interior
Perencanaan jalan & jembatan
Perencanaan Jaringan Transportasi
Perencanaan Pembangunan Gedung dan Pabrik
Kawasan Tranmigrasi / Pemukiman
Dan sebagainya
3.4. Bidang Manajemen Konstruksi
CV. PANORAMA sanggup melayani dan melaksanakan hampir semua jenis
pekerjaan yang berhubungan dengan Manajeral Perencanaan, Perencanaan dan
pelaksanaan fisik, baik proyek pemerintah maupun proyek swasta, dengan
mengcu pada pengendalian kualitas yang harus dicapai dalam pelaksanaan
pekerjaan. Bidang pekerjaan Manajemen Konstruksi, antara lain meliputi :
Manajemen Konstruksi Bangunan
Manajemen Konstruksi Perumahan
Manajemen Konstruksi Permukiman
ii. DAFTAR PENGALAMAN KERJA SEJENIS (TERLAMPIR)
4. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini berlokasi di Jalan Kesehatan No. 1474, Kec. Pringsewu,
Kabupaten
Pringsewu, Lampung 35373
5. Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBN T.A 2021 padaDIPA
Pengadilan
Agama Pringsewu Nomor : SP DIPA-005.01.2.401951/2021 tanggal 23
November
2020
6. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Pejabat Pembuat : PPK Pengadilan Agama Pringsewu
Satuan Kerja : Pengadilan Agama Pringsewu
Selain tanggapan umum terhadap KAK, Konsultan dalam proses pemahamannya akan
menguraikan lebih detail item-item yang tercantum dalam KAK, telah dimengerti dan
dipahami oleh Konsultan untuk dapat direalisasikan dalam pelaksanaan yang lebih
baik, efektif dan efisien guna pencapaian kerja yang optimal.
1. Latar Belakang
Sebagaimana tercantum dalam KAK kami selaku Konsultan Perencana memberi
tanggapan terhadap latar belakang, Konsultan Perencana harus mempunyai
kompetensi dengan didukung oleh Tenaga Ahli yang profesional dalam bidang
masing-masing sesuai dengan keahliannya dalam pekerjaan perencanaan dan
perancangan pembangunan suatu bangunan / gedung hingga dapat mewujudkan
sebuah perencanaan dan master plan bersifat komprehensif (menyeluruh) dan
berkelanjutan, sebuah bangunan / gedung dengan konstruksi yang kuat namun
efisien dari segi biaya, juga mutu / kualitas material untuk bangunan bisa
dipertanggungjawabkan dengan pelaksanaan sesuai ketentuan teknis yang
berlaku.
2. Maksud dan Tujuan
Sebagai petunjuk bagi Konsultan Perencana yang memuat azas, kriteria dan
proses yang harus dipenuhi atau diperhatikan yang selanjutnya diinterpretasikan /
diimplementasikan kedalam tugas Perencanaan.
Sebagaimana tercantum dalam KAK kami selaku Konsultan Perencana memberi
tanggapan Maksud dan Tujuan Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan
Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu adalah pencapaian secara
optimal dalam perencanaan teknis bangunan gedung kantor sesuai dengan
kebutuhan dan dalam pelaksanaan dapat diaplikasikan dan dimengerti oleh user
dan kontraktor pelaksana.
Dengan adanya perencanaan master plan, pembangunan secara bertahap dapat
dilaksanakan secara berkelanjutan dan tidak menyimpang dari master plan yang
ada. Diharapkan dengan dipenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana
penunjang, kegiatan di Pengadilan Agama Pringsewu dapat berlangsung lebih
optimal.
3. Sasaran
Berdasarkan KAK sasaran dari kegiatan ini adalah merencanakan sebuah
bangunan gedung secara menyeluruh (komprehensif) namun dalam pelaksanaan
pembangunannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan dana yang tersedia,
diharapkan pembangunan yang bertahap tetap berpedoman sesuai dengan master
plan. Selain itu hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Kebutuhan ruang dan sarana prasarana penunjang sehingga
terwujudnya suatu masterplan bangunan yang representative dan memenuhi
secara optimal fungsi bangunan
b. Kondisi lingkungan di lokasi perencanaan sebagai dasar dalam perencanaan
bangunan agar terwujud suatu bangunan yang handal dan ramah lingkungan
tanpa menimbulkan dampak yang merugikan di kemudian hari terhadap
lingkungan sekitar.
c. Ketersediaan bahan baku / material di sekitar lokasi wilayah
perencanaan sebagai pertimbangan dalam proses perancangan dengan tetap
berpedoman pada peraturan teknis bangunan gedung sehingga dapat
terwujud bangunan yang layak dari segi mutu dan biaya.
4. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini berlokasi di Jalan Kesehatan No. 1474, Kec. Pringsewu,
Kabupaten
Pringsewu, Lampung 35373.
5. Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBN T.A 2021
padaDIPA Pengadilan Agama Pringsewu Nomor : SP DIPA-
005.01.2.401951/2021 tanggal 23
November 2020.
7. Data Dasar
Sebagaimana yang tercantum dalam KAK, kami sebagai konsultan perencana
terlebih dahulu akan berkoordinasi dengan Pengadilan Agama Pringsewu sebelum
melakukan survey lapangan, hal ini tentu akan sangat membantu kami selaku
Konsultan Perencana agar survei yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan tepat
sasaran.
Tujuan dan sasaran kegiatan Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung
Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu adalah menyediakan sarana dan
prasarana Pengadilan Agama Pringsewu yang reprentative dan memenuhi fungsi
bangunang secara optimal.
Dalam perencanaan dan perancangan diperlukan koordinasi dan konsolidasi
agar tercapai sasaran pembangunan berdasarkan skala prioritas.
8. Standar teknis
Dalam KAK sudah dicantumkan dengan jelas dalam hal perencanaan aspek
teknis dasar-dasar perencanaan harus mengacu kepada :
a. Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 Tentang Pembangunan
Gedung
Negara
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 TENTANG
Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.
22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara
d. Peraturan LKPP No. 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan PBJ
Pemerintah
e. Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung
f. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) /N13
g. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8
h. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)
i. ASTM C-33 Standart Specification for Concrete Agregates
j. Baja Tulangan (SII 0136-84)
k. Pedoman Beton (SKBI-1.4.53.1988)
9. Referensi Hukum
Seperti tercatum dalam KAK pekerjaan Jasa Konsultansi Perencana
Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu ini
sebagaimana pengadaan barang dan Jasa lainnya yaitu mengacu kepada :
a. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
b. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Paraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Penyusunan RTBL
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Aksebilitas dan Fasilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.
22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
h. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan
i. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan j. Peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung
2) Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat syarat yang
khusus, spesifik berkaitan dengan bangunan yang akan direncanakan
baik dari segi fungsi khusus bangunan dan segi teknis lainnya, misalnya :
a) Kesatuan Perencanaan Bangunan bangunan dengan
lingkungan.
b) Konstektual dengan faktor sosial budaya setempat, geografi
klimatologi, dll.
c) Memerhatikan ketentuan dan kaidah-kaidah bangunan gedung
ramah gempa.
d) Mengikuti standart kebutuhan sarana dan prasarana dan
kebutuhan pengguna jasa akan fungsi bangunan dengan segala
kegiatan/aktifitas yang berlangsung didalamnya.
12. Keluaran
Sesuai dalam KAK keluaran yang dihasilkan dalam pelaksanan pekerjaan ini
sudah cukup jelas sebagaiman tercantum dalam KAK, yang meliputi :
a. Tahap Perancangan
1) Tahap Perancangan
Data dan informasi;
Analisis;
Dasar pemikiran dan pertimbangan perancangan;
Program ruang;
Organisasi hubungan ruang;
Skematik rencana teknis; dan
Sketsa gagasan
2) Tahap Konsep Pra-Rancangan
Pola, gubahan, dan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam
gambar pra-rancangan yaitu rencana massa bangunan gedung,
rencana
tapak, denah, tampak bangunan gedung, potongan bangunan
gedung dan visualisasi desain tiga dimensi;
Aspek kualitatif serta aspek kuantitatif, baik dalam bentuk laporan
tertulis dan gambar seperti : perkiraan luas lantai, informasi
penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya dan waktu
pelaksanaan pembangunan, dan penerapan prinsip Bangunan
Gedung Hijau;
3) Pengembangan Rancangan
Pengembangan arsitektur bangunan gedung berupa gambar
rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi desain dua
dimensi dan tiga dimensi;
Sistem struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
Sistem mekanikal, elektrikal termasuk Informasi dan Teknologi (IT),
sistem pemipaan (plumbing), tata lingkungan beserta uraian konsep
dan perhitungannya;
Penggunaan bahan bangunan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi,
nilai ekonomi, dan rantai pasok;
Perkiraan biaya konstruksi berdasarkan sistem bangunan yang
disajikan dalam bentuk gambar, diagram sistem, dan laporan
tertulis.
4) Rancangan Detail
Gambar detail arsitektur, detail struktur, detail utilitas, dan lansekap;
Animasi 3 dimensi (3d)
Rencana kerja dan syarat (RKS) yang meliputi : persyaratan umum;
persyaratan administrasi; dan persyaratan teknis termasuk
spesifikasi teknis.
Rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya
(RAB) pekerjaan konstruksi (engineering estimate); dan
Laporan perencanaan yang meliputi : laporan arsitektur; laporan
perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (soil test);
laporan perhitungan mekanikal, elektrikal, dan sistem pemipaan
(plumbing);
Data tanah (soil test)
Dokumen teknis meliputi gambar detail, rencana kerja dan syarat
(rks), dan rincian volume pelaksanaan pekerjaan
b. Tahap Pelelangan.
1) Gambar rencana beserta detail pelaksanaan, arsitektur, struktur,
mekanikal dan elektrikal, pertamanan, tata ruang.
2) Rencana kerja dan syarat-syarat administrasi, syarat umum dan syarat
teknis (RKS)
3) Rencana Anggaran Biaya (RAB)
4) Rincian volume pelaksanaan pekerjaan / Bill Of Quantity (BQ)
5) Laporan perencanaan Tahap Pelaksanaan / Pengawasan Berkala.
c. Tahap Pengawasan Berkala
1) Laporan pengawasan berkala, seperti memeriksa kesesuaian
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana secara berkala, melakukan
penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada
perubahan, memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang
timbul selama masa kontruksi, memberikan rekomendasi tentang
penggunaan bahan, dan membuat laporan akhir pengawasan berkala.
2) Menyusun laporan akhir pekerjaan perencanaan yang terdiri atas
perubahan perencanaan pada masa pelaksanaan kontruksi, bersama
sama dengan Manajemen Konstruksi dan Pelaksana nantinya menyusun
petunjuk penggunaan pemeliharaan, dan perawatan bangunan gedung
termasuk petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan
mekanikal / elektrikal bangunan.
d. Dokumen Laporan Akhir Perencanaan
1) Dokumen Gambar Rencana DED Uk. A3.
2) Dokumen Analisis Perhitungan Struktur Bangunan.
3) Dokumen RAB dan Perhitungan Volume/Aktual Chek.
4) Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
5) Video animasi minimal 5 menit dan dalam bentuk 3 D
6) Soft copy Dokumen perencanaan baik file yg bersifat editable maupun
dalam noneditable dalam media Hardisk HDD 1 TB.
13. Peralatan, material, Personil dan fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen
Sesuai dalam KAK Penyedia jasa akan diberikan Peralatan, material, Personil
dan fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen cukup jelas sebagaiman tercantum
dalam KAK.
3. Pendekatan Arsitektural
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun konsep dasar yang mendasarkan pada
data dan temuan di lapangan, masukan kebutuhan ruang baik luasan maupun
spesifikasinya dari pihak user dikaitkan dengan persyaratan-persyaratan teknis
menyangkut masalah kekuatan, keamanan, keindahan dan keserasian dengan
lingkungan. Dengan dasar-dasar tersebut di atas diharapkan semua aspirasi dari
pihak user bisa tertampung semua baik dari segi fungsi bangunan dan filosofinya,
sehingga pada tahap pelaksanaan gambar kerja nantinya filosofi dan kekhasan
bangunan yang akan dapat dikembangkan lebih lanjut ke dalam bahasa teknis
pelaksanaan.
Konsep dasar perencanaan, meliputi :
a. Institutional Roles :
Kebutuhan fasilitas dan peralatan;
Program pengembangan fungsi;
Program ruang
b. Existing conditions (kondisi eksisting) :
Rencana tapak;
Parkir dan transportasi;
Rencana pengembangan tapak;
Potensi bangunan;
Utilitas
c. Regulations (peraturan terkait) :
Rencana detail tata ruang kota;
Pokok-pokok pedoman arsitektur untuk fasilitas gedung pemerintah;
Persyaratan untuk gedung negara
d. Financial Feasibility :
Pendanaan;
Rencana pentahapan dan pembiayaan
Pendekatan arsitektural meliputi :
a. Konsep penataan tapak dan massa bangunan
Penataan massa bangunan meliputi orientasi massa bangunan,
perletakan massa bangunan dan Kepadatan-Ketinggian Bangunan.
b. Aksesibiltas, entrance dan sirkulasi
Aksebilitas, adalah kemudahan dimana saat ini sudah ada jalan dengan
koneksitas yang tinggi dan kondisi jalan yang baik, serta angkutan umum.
Entrance, merupakan pitu masuk (gate) ke lokasi, dimana dimungkinkan
adanya pintu masuk utama (main entrance), Pintu samping (side entrance)
dengan fungsi sebai akses masuk, keluar, darurat dan servis
Sirkulasi, adalah pergerakan didalam tapak, dimana diperlukan pembatasan
dan pengendalian dimana kendaraan boleh masuk/parkir
c. Zoning (pendaerahan/pengelompokan kegiatan)
Zone public meliputi : hall, ruang tunggu, toilet umum, dsb;
Zone Semi public, meliputi : ruang pelayanan, ruang informasi, dsb;
Zone privat, meliputi : kepala, penyidikan, pantry, dsb;
Zone service, meliputi : ruang genset
d. Orientasi bangunan
Orientasi bangunan pada kawasan diarahkan pada mengacu pada peraturan
yang berlaku dan orientasi utara-selatan (berdasarkan pertimbangan arah sinar
matahari dan arah hembusan angin).
e. Penataan massa bangunan
Massa bangunan ditata mengitari bangunan yang ada di sekitar bangunan
utama sebagai Landmark. Fasilitas-fasilitas bangunan ditata dalam susunan
letak massa bangunan yang saling berhubungan dan dapat dengan mudah
mencapai seluruh lokasi, untuk mendapatkan tata massa yang harmonis maka
perlu direncanakan dengan memperhatikan jarak antar bangunan serta
ketinggian bangunan yang ada.
f. Kepadatan dan ketinggian bangunan
Kepadatan bangunan kawasan termasuk dalam kepadatan rendah, dengan
Koefisien Dasar Bangunan berada pada angka dibawah 50%, dari total lahan
(KDB ≤ 50%). Ketinggian bangunan utama direncanakan dengan ketinggian 6
lantai dan fasilitas pelengkap seperti gardu induk dan pos jaga direncanakan
dengan ketinggian 1 lantai
g. Konsep perencanaan bangunan
Perencanaan bangunan meliputi konsep program ruang, tampilan bangunan,
sistem sirkulasi, penanda dan parkir dan lansekap.
Program dan Kebutuhan Ruang
Menyangkut jenis ruang, letak lantai, luas, peralatan, furniture yang ada
pada masing-masing ruang dalam hal ini terbagi sebagai berikut :
1) Bangunan utama;
2) Fasilitas penunjang utama;
3) Perlengkapan/peralatan utama
Tampilan Bangunan
Penampilan bangunan diarahkan memiliki nuansa bersih, kokoh, kuat,
monumental dan agung, serta terintegrasi dengan bangunan yang sudah
ada di sekitarnya, unsur-unsur tampilan bangunan meliputi :
1) Bentuk dan Raut/façade, kesan utama yang ditampilkan pada bentuk
bangunan adalah khas Arsitektur modern dengan aksen Arsitektur
tradisional yang cukup kuat, disertai permainan bidang, unsur–unsur
horizontalism dan verticalism untuk memberikan kesan dinamis
2) Bahan Bangunan, pemilihan bahan bangunan didasarkan
:
a) Kuat dan aman;
b) Pemeliharaan mudah dan murah (Low Price Maintenance);
c) Sesuai dengan kriteria estetika/keindahan bangunan kantor
3) Tekstur, diusahakan untuk memilih tekstur yang mudah
dibersihkan
a) Untuk ruang dalam (interior) dipergunakan tekstrur dengan grain
yang seminimal mungkin atau halus
b) Untuk tekstur luar bangunan (eksterior) diperkenankan untuk
memberi grain yang agak kasar atau dengan pola tertentu
4) Warna, untuk facade dan ornamen-ornamen yang berkesan dekoratif
direncanakan dengan warna-warna yang cerah khas bangunan
perkantoran, tetapi masih memperlihatkan unsur keagungan bangunan
5) Harmoni, disusun dengan komposisi “selaras dan seimbang”, sehingga
tidakberkesan rumit dan kontras yang berlebihan. Komposisi
penampilanbangunan dirancang dengan konsep keseimbangan
asimetris denganpenekanan pada tampilan pintu masuk utama.
6) Skala Bangunan
Dengan skala yang cukup monumental, bangunan kantor yaitu facade,
sehingga berkesan dominan terhadap lingkungan dan bangunan
sekitarnya, sedang bangunan pendukung memperkuat penekanan
tersebut dengan skala yang lebih kecil, sehingga dapat dijadikan
sebagai Landmark kawasan/penanda kawasan, yang sekaligus
memberi kemudahan pada pengguna untuk mengetahui lokasi
(wayfinding) bangunan gedung.
h. Sistem sirkulasi dalam bangunan dan penanda
Sirkulasi dan penanda merupakan unsur untuk mengatur dan memudahkan
pergerakan baik bagi pengunjung, karyawan, staf, staf service, dsb,
perencanaan sirkulasi dan penanda adalah sebagi berikut :
Sistem Sirkulasi dalam Bangunan
Sistem sirkulasi yang dipakai pada bangunan menggunakan
sistem koridor
Sistem Penanda
Selain nama gedung pada kawasan komplek, untuk mempermudah
pencarian dan memberikan orientasi terutama bagi pengguna dan
pengunjung maka perlu diberikan :
1) Pintu gerbang, sebagai penanda memasuki
kawasan/bangunan;
2) Petunjuk arah dan tempat;
3) Peta Lokasi yang diletakkan pada bagian/tempat
strategis;
4) Penanda nama, blok, fasilitas, ruang
Parkir
Sedangkan untuk sistem perparkiran akan dipisahkan berdasarkan kriteria
pengguna kendaraan yaitu :
1) Parkir pengunjung;
2) Parkir kendaraan dinas/pemadam kebakaran;
3) Parkir karyawan, staf;
4) Loading area (servis);
5) Parkir untuk kendaraan roda dua
Parkir dapat diselenggarakan di halaman, gedung tidak diperbolehkan
di badan jalan.
4. Pendekatan Struktural
Pembangunan dirancang dengan menggunakan analisa struktur bangunan
serta kualitas bahan sesuai standar pemerintah.
a. Prinsip Dasar Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam perencanaan struktur
adalah sebagai berikut :
Fungsional bangunan
Fungsional bangunan tidak saling berbenturan dengan fungsional sistem
struktur bangunan, tetapi diarahkan saling mendukung.
Kekuatan dan kinerja bangunan
Kekuatan bangunan berkaitan erat dengan pilihan sistem dan modul
struktur. Berdasarkan kekuatan lalu dianalisis apakah juga memenuhi syarat
kinerja yang lebih luas (lendutan, retakan, keawetan, getaran, dsb).
Keamanan bangunan
Keamanan struktur bangunan memperhatikan faktor angka keamanan
terhadap pilihan sistem struktur
Teknologi bangunan
Teknologi yang diterapkan berkaitan dengan metode konstruksi struktur,
pilihan teknologi yang akan digunakan harus merupakan pilihan teknologi
yang sudah terujidan mempunyai pengaruh besar terhadap tiga prinsip
sebelumnya.
b. Peraturan Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
Peraturan-peraturan tentang perencanaan dan pelaksanaan struktur
bangunan yang berlaku di Indonesia harus digunakandalam perhitungan
struktur pekerjaan perencanaan ini antara lain :
SNI tentang Pembebanan dan Gempa;
SNI tentang Beton Bertulang;
SNI tentang Baja Profil;
SNI tantang Bahan Bangunan dan Peraturan-peraturan lain yang berlaku
dan dipersyaratkan berdasarkan SNI yang belum tercantum diatas dan
berlaku secara umum di Indonesia
c. Tampilan struktur bangunan
Pematangan lahan sesuai standar;
Pondasi dengan analisa berdasar survey dan data tanah;
Struktur penyangga dan lantai dengan konstruksi beton bertulang;
Penutup bangunan/atap dengan rangka serta penutup yang aman dan
mudah perawatan;
Struktural penunjang mengacu pada konstruksi utama
5. Pendekatan Mekanikal-Elektrikal
a. Jaringan drainase
Standar-standar yang digunakan
1) Standar Industri Indonesia (SII);
2) American Waste Water Society (AWWS);
3) British Standard (BS)
Dasar-dasar perencanaan
Jaringan drainase ini berupa saluran-saluran pembuangan air hujan
dimana metoda dimensi saluran dihitung berdasarkan rasional sebagai
berikut :
� = 0,278 �.
�. �
�
Dimana : P = Daya pompa, watt
m = Berat jenis air, 9810 N/m3
Q = Debit aliran, m3/detik
H = Head total, m
i. Sistem MATV
Standar-standar yang digunakan
1) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987);
2) Peraturan/Perundang-undangan Telekomunikasi Indonesia;
3) Standar Industri Indonesia (SII);
4) USA Standard;
5) British Standard (BS);
6) Japan Industrial Standard (JIS)
Dasar-dasar perencanaan
Sistem MATV (Master Antene Television) melengkapi kebutuhan kawasan
di berbagai tempat yang memerlukan. Berikut adalah perencanaan masing-
masing system yang dapat dikembangkan :
1) Sistem MATV;
2) Antena Parabola dan receiver serta booster;
3) Terminal outlet dan TV monitor multi system sesuai dengan kebutuhan
h. Parkir
Dipergunakan untuk mengetahui daya tampung parkir kendaraan pada
suatu ruang tertentu, jalan, parkir khusus, dengan rumus :
�−
1
𝑁=
�
Dimana :
𝑁 = Jumlah kendaraan yang bisa ditampung
� = Panjang ruang parkir (pada sisi jalan)
P = Rata-rata jarak antar mobil persatuan sistem parkir
(paralel, sudut 900, 600, 450, 300)
Sedangkan kebutuhan parkir, dihitung dengan rumus :
���� �����𝑖 ��������
∑����𝑖� =
100 �2
�
Dimana :
A = Tingkat aksesibilitas
K = Kondisi perkerasan jalan
F = Fungsi jaringan jalan
D = Jarak
j. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan Bangunan : Bangunan
gedungnegara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana bangunan yang
memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pekerjaan
non-standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada pada bangunan
gedung negara, seperti :
Sarana parkir kendaraan;
Sarana untuk penyandang cacat;
Sarana penyediaan air bersih;
Sarana drainase, limbah dan sampah;
Sarana ruang terbuka hijau;
Sarana hidrant kebakaran halaman;
Sarana penerangan halaman;
Sarana jalan masuk dan keluar
k. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Asuransi
Latar belakang
Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini, masyarakat dan
internasional menerapkan standar acuan terhadap berbagai hal terhadap
industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan,
serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor
telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000)
serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin
tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah
peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996.
Secara normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1,
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Saat ini seringkali terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
kelalaian dari para pekerja, tidak adanya sistem manajemen K3 di
perusahaan, tidak pedulinya manajemen terhadap keselamatan dan semua
itu hanya dipandang sebelah oleh perusahaan tersebut. Dampak dari
kecelakaan kerja tersebut akan sangat merugikan dari perusahaan
tersebut, dimana nama baik atau citra perusahaan akan jatuh dan tidak
dipercaya oleh masyarakat atau pengakuan secara nasional maupun
internasional.
Untuk itu saat ini dipersyaratkan bagi perusahaan kontraktor dengan
kualifikasi besar diharuskan menerapkan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3) atau OHSAS 18001 (Occupational Health and
Safety Assessment Series), namun seringkali dalam pelaksanaannya
kurang konsisten terutama dalam hal perencanaan pekerjaan, dimana
perencanaannya di lakukan oleh konsultan perencana, namun belum
memasukkan unsur-unsur K3 dalam Desain Engineering Detail (DED).
Untuk itu perlu adanya perubahan paradigma dimana unsur safety (K3)
perlu dimasukkan dalam perencanaan, agar dapat mengurangi tingkat
kecelakaan dari hasil pekerjaan.
Dasar hukum
1) Undang-undang Nomor : 01 tahun 1970 tentang Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja
2) Permenaker Nomor : PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3) Permenaker Nomor : PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
4) SK Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor
: 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamtan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi, dan atau peraturan
penggantinya
Ketentuan asuransi selama pelaksanaan pembangunan bangunan gedung
negara mengikuti ketentuan yang berlaku.
Tujuan
Tujuan dari penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan
Kerja adalah :
1) Mencegah terjadinya kecelakaan kerja;
2) Menghilangkan (eliminasi) resiko
kerja;
3) Mengurangi adanya bahaya kerja;
4) Menciptakan tempat kerja yang “Safe” (aman);
5) Meningkatkan efisiensi dan produktifitas
kerja
7. Pendekatan Hubungan Kelompok Kegiatan Pengguna
Kelompok kegiatan ruang memiliki hubungan saling berkait satu sama
lainnya. Hubungan antar kelompok kegiatan ruang dapat disajikan pada gambar
berikut :
8. Pendekatan Keamanan
Faktor keamanan adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam
pembangunan gedung. Faktor keamanan terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Kemanan Struktur Bangunan
Perencanaan dan pelaksanaan struktur bangunan harus memenuhi standar
teknis dan ketentuan yang berlaku di Indonesia, yaitu :
Keputusan Menteri PU 45/PRT/M/2007, tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
Tata Cara Konsultansi Pengawasan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1726-2002);
Tata Cara Konsultansi Pengawasan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung, SNI 1727-2002;
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. (SNI 03-
28472002);
Tata Cara Konsultansi Pengawasan Dinding Struktur Pasangan Blok Beton
Berongga;
Bertulang untuk Bangunan Rumah dan Gedung, SNI- 3430;
Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung, SNI-1728;
Tata Cara Konsultansi Pengawasan Beton dan Struktur Dinding Bertulang
untuk Rumah dan Gedung, SNI- 1734;
Tata Cara Konsultansi Pengawasan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1729-2002);
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SNI-2834;
Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton, SNI- 3976;
Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat
Ringan, SNI-3449;
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1987 yang diterbitkan oleh
Dewan Normalisasi Indonesia;
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1961 yang ditetapkan oleh
Dewan Normalisasi Indonesia;
Undang-undang nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;
SNI tentang Pembebanan dan Gempa;
SNI tentang Beton Bertulang;
SNI tentang Baja Profil;
Dan Peraturan-Peraturan lainnya yang terkait tentang bangunan Gedung
b. Keamanan Lokasi (Site)
Lokasi lingkungan dari fasilitas juga menjadi pertimbangan dalam
perencanaan awal. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di antaranya :
Visibilitas
Artinya pemilihan lokasi sebaiknya bertetangga dan memiliki angka
kriminalitas rendah dan diusahakan dekat dengan layanan emergensi
seperti polisi, pemadam kebakaran, fasilitas medis, dll.
Transportasi
Lokasi relatif mudah dicapai dengan kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi.
Bencana Alam
Lokasi harus memiliki angka yang rendah terhadap kemungkinan
terjadinyabencana alam, misalnya banjir, gempa bumi, dll.
3) Pekerjaan kolom
Proses pekerjaan kolom melalui beberapa tahap, dimulai dari
penyetelan tulangan sampai pada tahap pengecoran dan finishing.
Pada tahap penyetelan tulangan, tulangan yang akan dipasang
disesuaikan dengan jenis tulangan berdasarkan RKS dan gambar kerja
yang ada, baik itu jenis dimensi dan jumlah tulangannya. Hal yang
diperhatikan dalam proses penulangan kolom antara lain :
Gambar Detail Penulangan Kolom
a) Pembuatan begel diperhitungkan selimut beton (beton decking) 2,5
cm. Pemasangan begel harus siku dengan tulangan pokok, diikat
bendrat dengan kuat. Jarak tulangan begel yang diikat dengan
tulangan kolom, 10 cm pada bagian tumpuan sepanjang ¼L dan
sisanya jarak begel 15 cm.
b) Penempatan kait begel selang-seling, tidak boleh satu sisi/segaris.
c) Tulangan pokok jumlah, posisi, dan diameternya sesuai
dengan gambar. Kedudukan tulangan harus vertikal, sambunganya
tidak boleh satu tempat (diselang-seling). Tulangan pokok satu
dengan lainnya harus berjarak minimal sama dengan diameternya.
Pada ujung tulangan harus diberi kait 90˚. Setiap pemasangan besi
kolom harus diakhiri dengan pemasangan beton tahu sebelum di
bekisting. Tulangan harus terselimuti beton secara simetris dengan
tebal 3 cm.
4) Pekerjaan balok
Pekerjaan balok dilakukan apabila pekerjaan penulangan kolom sudah
selesai dilakukan, yaitu dimulai dari tahap penyetelan tulangan sampai
pada tahap pengecoran dan perawatan. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pekerjaan penulangan balok sebagai berikut :
a) Pada pembuatan begel; memperhitungkan selimut beton
decking
2,5cm. Pemasangan begel siku-siku terhadap tulangan
pokok/vertikaldiikat dengan bendrat pada tulangan pokok. Jarak
tulangan begelyang dekat tumpuan 10 cm sejauh ¼ L, yang
ditengah berjarak 15 cm. Penempatan kawat begel selang seling
tidak boleh satu sisi.
b) Tulangan pokok; diameter, jumlah, dan posisi sesuai dengan
gambar.Sambungan tidak boleh satu tempat, kedudukannya harus
lurushorisontal. Jarak tulangan pokok baris kesatu denga kedua
dibuatsebesar diameternya. Antar tulangan tidak boleh
bersinggungan,harus diberi jarak minimum=diameter tulangannya.
Pada ujungnyaharus diberi kait 45˚-90˚. Setiap pemasangan
tulangan segera diberitahu beton (decking).
Konstruksi Baja
Prinsip dasar penggunaan konstruksi baja membutuhkan perhitungan yang
spesifik dan akurat tergantung bentang dan luasan bangunan. Oleh karena
itu, tidak ada standar baku ukuran yang dapat menjadi sebuah patokan
untuk bangunan. Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti :
1) SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan bangunan baja untuk
gedung, atau edisi terbaru;
2) Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam
perencanaan konstruksi baja;
3) Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja;
dan
4) Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja selama Pelaksanaan
Konstruksi.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
ataubelum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
Berikut ini gambar contoh simulasi sederhana potongan portal dan detail
sambungan baja untuk bangunan dengan ketinggian maksimal 2 lantai :
Gambar Potongan Portal Konstruksi Profil Baja
Konstruksi kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus mengikuti :
1) SNI 03-2407-1994 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan
gedung, atau edisi terbaru;
2) Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Bangunan Gedung; dan
3) Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi Kayu; Dalam hal masih
ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
d. Struktur Bawah Bangunan
Pondasi Langsung
1) Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan
daya dukung tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya
bangunan tidak mengalami penurunan yang melampaui batas
2) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan
parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan
memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah
yang lain
3) Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana
dan spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli
yang memiiki sertifikasi sesuai
4) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi
beton bertulang
Pondasi Dalam
1) Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah
dengan daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan
tanah, sehingga penggunaan pondasi langsung dapat menyebabkan
penurunan yang berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.
2) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan
parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan
memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah
yang lain.
3) Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam harus diverifikasi
dengan percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi dalam
direncanakan dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor
keamanan yang lazim.
4) Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan
berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
5) Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah 1% dari
jumlah titik pondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik
secara random, kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta
disetujui oleh Dinas Bangunan.
6) Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung harus memperhatikan
gangguan yang mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan pada masa
pelaksanaan konstruksi.
7) Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah tepi laut
yang dapat mengakibatkan korosif harus memperhatikan pengamanan
baja terhadap korosi.
8) Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan
pondasi yang belum diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten
dengan metode konstruksi yang belum dikenal, harus mempunyai
sertifikat yang dikeluarkan instansi yang berwenang.
9) Apabila perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak, harus
menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi terkait.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
e. Keandalan Struktur
Keselamatan Struktur
1) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus
dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai
dengan ketentuan dalam pedoman/petunjuk teknis tata cara
pemeriksaan keandalan bangunan gedung
2) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan
sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan gedung,
sehingga bangunan gedung selalu memenuhi persyaratan keselamatan
struktur
3) Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara
berkala sesuai klasifikasi bangunan dan harus dilakukan atau
didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai
Persyaratan Bahan
1) Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua
persyaratan keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan
dan pengguna bangunan, serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait
2) Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses
sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang
dimaksud
3) Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki
sistem hubungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan
bahan- bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap
gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan
4) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis
Pendekatan Sistem Utilitas Bangunan
Persyaratan utilitas bangunan gedung meliputi persyaratan sistem
penghawaan, pencahayaan, komunikasi dalam bangunan, kemampuan
bangunan terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan dan sanitasi.
f. Sistem Penghawaan
Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus mengikuti :
SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan
gedung;
SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan
sistem ventilasi;
Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan
sistem ventilasi mekanis. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang
belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar
baku dan/atau pedoman teknis.
g. Sistem Pencahayaan
Persyaratan pencahayaan harus mengikuti :
SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada persyaratan
lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI,
digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Tabel. Daya Maksimum Pencahayaan
Data Pencahayaan
Jenis Bangunan / Ruangan
Maksimum Watt / m2
Kantor 15,0
Auditorium 25,0
Gudang 5,0
j. Sistem Sanitasi
Persyaratan Plumbing dalam Bangunan
Persyaratan plambing dalam bangunan gedung harus mengikuti
:
1) Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun
2005 tentang Pengembangan sistem Air Minum dan Permenkes
907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti Pedoman
Plambing
2) SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi
terbaru
3) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku
dan/atau pedoman teknis
Sistem Pengolahan dan Pembuangan air limbah / kotor
Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti :
1) SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi
terbaru
2) SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan
sistem resapan, atau edisi terbaru
3) SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau
edisi terbaru
4) Tata cara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan sistem
pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan gedung
mengikuti standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu
telah ditentukan dalam KAK/TOR dan perubahannya dengan nilai ekonomi yang
menguntungkan.
Sebagaimana lazimnya bangunan pendidikan, biaya pembangunan fisik
cenderung
terbatas, meskipun tidak harus diartikan sebagai sederhana dan tidak optimal. Untuk
menyiasati keterbatasan ini, pendekatan manajemen alokasi penggunaan dana
perlu dipertimbangkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah untuk ruang
dan bangunan yang kurang memerlukan tampilan-tampilan secara spesifik
diusahakan sangat efisien dan cukup memenuhi standar minimal dan sangat
fungsional (fisik). Sebagai contoh bangunan/ruangan, mekanikal-elektrikal, serta
bangunan-bangunan service lainnya. Dengan cara ini secara keseluruhan akan
diperoleh kelebihan- kelebihan yang dapat dioptimalkan untuk ruangan/bangunan
yang memerlukan penyelesaian-penyelesaian khusus. Ketinggian bangunan,
ketinggian tiap lantai diarahkan sampai tingkat memenuhi standar saja sehingga
efisiensi bahan bangunan akan diperoleh.
B. METODOLOGI
Metodologi dan tahapan pelaksanaan pekerjaan Jasa Konsultansi Perencana
Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu sesuai dengan
proses perencanaan ini dilakukan dengan kegiatan – kegiatan yang meliputi :
Tahapan Awal, berupa kegiatan Pengumpulan data lapangan dan informasi yang
menyangkut rencana pembangunan, serta penelitian terhadap kondisi existing lahan
dan bangunan yang ada sebelumnya, dan diakhiri dengan konsepsi.
Tahapan Kedua (tengah), berupa kegiatan perancangan dan pengembangan
rancangan
Tahapan Akhir, berupa kegiatan penyusunan detail dan persetujuan rancangan.
Dalam mewujudkan sebuah karya ada 2 (dua) hal yang merupakan kunci utama
untuk menentukan keberhasilannya yakni perencanaan dan perancangan.
1. Perencanaan
Adalah sebuah pola pikir secara menyeluruh yang tidak terkait langsung dengan
fisik bangunannya dengan pola fikir yang berurutan.
a. Diagram alur dan Pola Pikir
1. Studi Eksisiting
Pengumpulan data dan studi- 2. Studi Literatur
studi 3. Studi Banding
4. Studi Pemecahan Permasalahan
Survei Lapangan
Pra Rancangan
Presentasi Awal
Penyusunan Detail
Persetujuan Rancangan dan
Penandatanganan Gambar
Penyusunan RKS dan RAB
Penyusunan Dokumen
Lelang
Penyerahan Pekerjaan
Pengadaan Dokumen Tahap
Perencanaan
Akhir
b. Tahap Awal
Pada tahapan awal semua kegiatan akan diawali dengan pencarian data
yang bertujuan untuk analisa dan keberhasilan analisa tergantung dari
keakuratan
data yang diperoleh. Data yang dicari adalah :
Eksisiting : Bangunan dan lingkungan
Teknis, non teknis : Jumlah dan struktur organisasi pemakai
Literatur : Literatur arsitektur, teknis sipil, utilitas,
Lansekap, dan literatur tentang bangunan
Bangunan pembanding : Bangunan modern minimalis
Pemecahan masalah : inventaris berbagai permasalahan
Perancangan dan pembangunan
Setelah tahap pengumpulan data, dilanjutkan dengan tahap pengolahan data.
Pada tahap ini, analisa dilakukan dengan mempertimbangkan setiap sisi /
komponen yang terkait dan memutuskan kesimpulan berdasarkan hasil
analisa
tersebut. Sisi / komponen yang terkait dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut :
Sisi arsitektur dan program ruang
Sisi ekonomis
Sisi maintenance bangunan (pemeliharaan)
Sisi psikologi, sosial - budaya dalam aktifitas belajar di sekolah
Setelah tahap pengolahan data, dilanjutkan penyusunan konsep. Konsep akan
menjadi pegangan dalam merancang arsitektur. Konsep yang dihasilkan
meliputi berikut :
Konsep arsitektur dan program ruang
1) Merupakan bagian penting dalam kegiatan perancangan arsitektur,
suatu konsep mengandung kelayakan karena konsep menunjang
maksud, tujuan dan sasaran suatu proyek dan memperhatikan
karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas
dan ada dalam suatu kegiatan/ proyek.
2) Peranan konsep dalam konteks arsitektur, yaitu suatu konsep
mengemukakan suatu cara khusus, bahwa syarat-syarat suatu
rencana, konteks dan keyakinan-keyakinan dapat digabungkan
bersama. Jadi konsep merupakan bagian penting dari perancangan
arsitektur.
3) Konsep yang utama yaitu bentuk mengikuti fungsi tanpa mengabaikan
kaidah-kaidah bentuk arsitektur setempat yang ada.
Konsep struktur dan konstruksi
1) Konsep dasar struktur yang utama yaitu mudah (siapapun bisa
melaksanakan pekerjaan tersebut karena teknologi yang sederhana)
dan murah (tidak mahal, baik bahan baku untuk pembuatan struktur
itu sendiri maupun pemeliharaannya), tanpa mengabaikan/
mengurangi kekuatan dari sistem struktur itu sendiri.
2) Konsep bahan struktur yaitu mengutamakan bahan yang ada
dilingkungan setempat, karena sebaik atau sekuat apapun struktur
tersebut tapi kalau bahan yang tersedia tidak ada akan menimbulkan
masalah dikemudian hari, dalam hal pelaksanaan fisiknya.
3) Konsep lain yaitu struktur yang terpenting mampu mewadahi serta
selaras dengan bentuk tampilan arsitektur dari bangunan tersebut.
Konsep utilitas bangunan
1) Sistem penyediaan air bersih
Sasaran tunggal daripada sistem penyediaan air bersih adalah
memberikan pengadaan air yang tepat dan mencukupi baik kuantitas
maupun kualitas untuk para pemakai bangunan.
2) Sistem pembuangan air kotor, kotoran maupun drainase
a) Sistem pembuangan air kotor dari wastafel dan kamar mandi
serta dari klosed langsung dihubungkan ke septicktank dari
sumur peresap/ resapan. Septicktank juga dilengkapi dengan
cerobong angin untuk sirkulasi udara.
b) Sistem drainase
Fungsi dari sistem drainase adalah menyalurkan pembuangan
air hujan baik berasal dari atap bangunan dari halaman disekitar
bangunan, yang perlu diperhatikan adalah sifat air yang selalu
mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Untuk ini kemiringan elevasi pembuangan sistem
drainase diharuskan menjauh dari bangunan untuk menghindari
timbulnya daerah-daerah genangan air.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka perencanaan sistem
drainase harus lebih dapat memanfaatkan kondisi topografi
(counter tanah) lokasi/ site serta keterpaduan dengan sistem
drainase setempat yang sudah ada.
Konsep Mekanikal Elektrikal
1) Merupakan suatu konsep yang menggunakan sumber energi listrik
dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk penerangan/
pencahayaan bangunan beserta kelengkapannya.
2) Sebagai sumber energi berbagai instalasi dalam bangunan maka
penempatan sumber energi listrik sangat ditentukan jenis
instalasi dalam bangunan yang digunakan dan dengan demikian
penempatan instalasi dalam bangunan tersentralisir/ integrasi dengan
penempatan sumber energi agar pemanfaatan energi dapat
terkoordinasi dengan rapi dan efisien.
Syarat-syarat instalasi listrik :
a) Tegangan tinggi dipasang terpisah dengan tegangan rendah.
b) Dihindarkan dari tempat-tempat yang lembab dan basah.
c) Dipasang terbenam dalam bidang dan lantai (aman, pekerjaan
mudah, pengontrolan sukar).
d) Dipasang diluar dinding dan lantai (tingkat keamanan rendah,
pekerjaan mudah, pengontrolan mudah).
e) Variasi instalasi. Ditentukan oleh produk yang diinginkan dan
syarat-syarat kabel yang dianjurkan.
Konsep tapak dan tata hijau
Konsep perwujudan fisik bangunan (pembangunan)
c. Tahap Tengah
Tahap tengah meliputi kegiatan pra rancangan dan pengembangan rancangan.
Kegiatan perancangan tergantung pada dua komponen, yakni :
Keahlian dan kejelian arsitek
Akurasi masukan dari pihak terkait
Pengembangan rancangan diperlukan untuk mendapatkan rancangan yang
memenuhi berbagai syarat dan keinginan tambahan dari rancangan awal yang
diperoleh.
Pada tahapan tengah ini akan dilaksanakan presentasi untuk mengetahui
seluruh gambaran detail rancangan dan latar belakang maksud dan tujuan
rancangan yang dihasilkan.
d. Tahap Akhir
Pada tahapan ini dilaksanakan kegiatan pendetailan rancangan dan
penyusunan dokumen pembangunan. Pendetailan rancangan dimaksudkan
untuk menjelaskan lebih lanjut berbagai unsur (elemen) arsitektur yang
terdapat pada bangunan. Tujuan pendetailan ini adalah agar elemen arsitektur
secara lengkap dapat diketahui jelas oleh pembangun.
Kegiatan penyusunan dokumen merupakan kegiatan untuk menjelaskan
kepada calon pembangun agar mengerti aturan, keinginan dan harapan
pemilik bangunan akan kualitas seluruh bangunan dan kegiatan
pembangunannya. Harapan dari penyusunan dokumen ini adalah kelancaran
dan keberhasilan pada pekerjaan pembangunan nantinya.
2. Perancangan
Perancangan adalah sebuah pola pikir secara menyeluruh terhadap wujud fisik
bangunan yang akan dihadirkan dengan pola pikir yang tidak harus runtut dalam arti
bisa langsung keluar bentuk dahulu baru studi konsep atau sebaliknya. Begitu juga
bisa bersamaan tergantung dari kecermatan perancang dan kekuatan pemahaman
terhadap maksud dari fungsi sebenarnya bangunan.
Diagram Alur dan Pola Pikir Rancangan
Image Estetika
(Strategi : harmoni, beauty, rhytm, unity, dll)
KONSEP ESTETIKA
2) Aksesibilitas
Bangunan dengan kemudahan bergerak baik diluar maupun di dalam
lingkungan. Perancangan yang digunakan adalah dengan penerapan pola
sirkulasi yang jelas dan terbuka dan dapat dijangkau dari segala arah.
3) Kenyamanan
Bangunan yang dirancang memiliki kenyamanan dari segi bangunan dan
segi manusia. Rancangan harus dapat mewadahi perilaku yang
bermacam– macam. Ruang harus dapat digunakan dari semua golongan
perilaku.
4) Privasi
Ruang dalam bangunan dapat menimbulkan privasi sehingga pemakai
tidak merasa terganggu oleh aktifitas lain dalam bangunan yang sama.
Dalam hal ini ruang untuk pemakai yang membutuhkan tingkat konsentrasi
tinggi.
5) Sosialitas
Bangunan dapat mewadahi kemampuan seseorang dalam melakukan
hubungan dengan lingkungannya. Memberikan ruang yang berkesan
akrab sehingga dalam melakukan hubungan sosial dapat berjalan dengan
baik.
6) Terlindung
Kecenderungan dari pemakai bangunan ingin merasa aman dan
terlindung dari lingkungan tanpa merasa terkekang. Arahan bangunan
adalah dengan memberikan elemen pembatas bangunan dengan
lingkungan sekitar.
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu
7) Mengawasi
Kemampuan perletakkan bangunan untuk mengawasi dan aktifitas lainnya
dalam suatu lingkungan, yaitu dengan meletakkan bangunan ditempat–
tempat yang mudah baik secara visual maupuan aksesbilitas.
2) Sirkulasi
Sirkulasi terdiri dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki yaitu berupa
pedestrian. Sebaiknya menggunakan pencapain secara langsung (linier)
dimana suatu pendekatan yang mengarah langsung ke suatu tempat
melalui sebuah jalan lurus yang segari dengan sumbu bangunan, hal
ini akan memudahkan dalam pencapaian ke bangunan, sehingga tidak
membingungkan pegunjung.
3) Orientasi Bangunan
Dalam memberikan citra permulaan yang baik bagi pengunjung, orientasi
bangunan utama berorientasi ke arah utara. Hal ini mempertimbangkan :
Tata letak bangunan yang ingin ditonjolkan terhadap kawasan
Arah datang sinar matahari, dikaitkan dengan efisiensi energi dan
pemanfaatan efek bayangan pada bangunan
Best view yang baik, berpengaruh terhadap pembentukan orientasi
bangunan yang berkesan mengundang. Hal ini disesuaikan dengan
jalan utama
Mikro
Sirkulasi antar ruang menggunakan pencapaian langsung atau linier
sesuai dengan prinsip equality karena akan mempermudah
dalam pencapaian dan mempersingkat jarak tempuh.
Pencegahan pasif
a) Lebar koridor min 1.8 m, pintu darurat min 90 cm
b) Jarak tangga kebakaran max 30 m
c) Perancangan tangga atau jalan keluar darurat yang mudah
ditemukan oleh pengguna
4) Sistem penghawaan
Penghawaan alami
Penghawaan alami menggunakan bukaan melalui jendela untuk
mengalirkan udara alami. Penghawaan alami diterapkan pada seluruh
ruang yang berhubungan langsung dengan ruang luar serta ruang–
ruang servis dan utilitas.
Penghawaan buatan
Penghawaan buatan menggunakan AC type central dan split. AC
central diterapkan pada ruang ruang tertentu berskala besar untuk
kegiatan bersama sedangkan AC split digunakan pada ruang – ruang
berskala kecil.
5) Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi terdiri dari :
Tata suara (sound system)
Berfungsi sebagai pemberi kondisi pendengaran yang memuaskan
dan menunjang kelancaran kegiatan dalam bangunan, terdiri dari
microphone, amplifier, speaker. Penempatannya terutama zona
pelatihan.
Komunikasi eksternal
Komunikasi yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan luar
bangunan. Media yang digunakan adalah telepon, faksimil dan
internet. Sistem jaringan yang digunakan adalah komunikasi dua arah
(duplex) seperti telepon dan void, serta komunikasi semi dua arah
(half duplex) seperti FAX, Chat Room.
7) Sistem Plumbing
Sistem air bersih
Kebutuhan air bersih berasal dari sumber primer PDAM dan
ditambahkan penyediaan air sumur dalam (deep well).
PDAM Meteran
Sumur
Dalam
Sistem air kotor
Air kotor yang berupa kotoran padat dari kloset ditampung dalam
septcitank kemudian air dialirkan ke sumur resapan, sedangkan air
kotor cair dari urinoir dan kamar mandi diarahkan ke peresapan. Air
kotor dari dapur juga langsung diarahkan ke sumur peresapan,
dengan terlebih dahulu di treatment dalam bak lemak untuk
memisahkan lemak dan air kotor. Sistem pembuangan air kotor dibagi
berdasarkan zoning masing - masing dengan sistem terpisah.
Air hujan dialirkan melalui got yang terletak disekitar bangunan dan
penyediaan daerah resapan. Hal ini ditunjang dengan bentuk atap
bangunan yang mengambil bentuk joglo sehingga air hujan
dapat mengalir dengan baik.
AIR KOTOR
Closet SEPTICTANK
WATER TREATMENT
Urinoir air KM
PLANT
SALURAN KOTA
AIR HUJAN
8) Sistem Pembuangan Sampah
Sampah dari tiap ruangan dikumpulkan dengan dipisahkan sampah
kering, sampah basah organik, sampah basah non organik kemudian
diangkut ke TPA, untuk sampah basah organik dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk untuk tanaman. Sedangkan sampah kering dapat didaur
ulang. Pada bangunan yang bertingkat menggunakan penyalur
pembuangan berupa shaff yang menghubungkan tiap lantai bangunan.
C. PROGRAM KERJA
Secara garis besar, urutan langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan Jasa
Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama
Pringsewu sebagai berikut :
1. Pengumpulan dan kompilasi data
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan survey lapangan dan kompilasi data yang akurat,
sehingga hasil yang didapatkan dari item pekerjaan ini dapat maksimal yaitu berupa
data pengukuran lapangan dan data visualisasi berupa dokumen foto lokasi, hal ini
dilakukan untuk mengetahui volume pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Analisa Laporan Survey
Berdasarkan hasil laporan survey, kondisi eksisting dianalisa dan dihitung, analisa
juga termasuk potensi dan hambatan yang ada di lingkungan. Setelah
laporan analisis hasil survey sudah diketahui, kemudian dikompilasi dengan teori
dan ketentuan yang berlaku, baik ketentuan tentang gedung/bangunan konstruksi
tapi juga peraturan-peraturan setempat dan utamanya rencana pengembangan
lingkungan setempat.
3. Presentasi
Setelah diperoleh hasil survey, kemudian hasilnya dipresentasikan kepada pihak-
pihak terkait, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan-masukan dari
berbagai pihak sebelum penyusunan hasil survey tersebut dilaksanakan.
4. Penggambaran/Pengembangan Survey
Dari hasil pekerjaan survey kemudian dilakukan kompilasi data dan cross check
data, guna diperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya berdasarkan data tersebut kemudian dilakukan penggambaran, yaitu
berupa gambar eksisting, tampak, denah dan detail-detailnya.
5. Konsultansi
Selama berlangsungnya tahapan penggambaran, dilakukan pula kegiatan
konsultansi dengan Pengelola Proyek baik kepada Pengguna Anggaran/
Penanggung Jawab Kegiatan ataupun Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)/
Dinas Teknis terkait. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kepastian, masukan
dan pendapat apakah keinginan Pengguna Anggaran/ Penanggung Jawab Kegiatan
sebagai Pemberi Tugas telah terekam dalam gambar karya perencanaan
ataupun dari Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan sebagai unsur Pembina dan Pembimbing dalam hal
teknis perencanaan apakah gambar tersebut telah memenuhi unsur teknis sesuai
dengan peraturan teknis yang berlaku.
6. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Tahapan ini dilaksanakan setelah gambar tampak, denah telah selesai dikerjakan
dan telah dilakukan konsultasi, perhitungan ini meliputi perhitungan volume tiap item
pekerjaan yang kemudian dikaitkan dengan harga satuan masing-masing item
pekerjaan untuk selanjutnya didapatkan biaya pekerjaan secara global (Jumlah
Anggaran Biaya Untuk Pekerjaan Fisik).
Membuat analisa unit price dari setiap jenis satuan pekerjaan berdasarkan unsur-
unsur material, peralatan, tenaga kerja, pajak-pajak, over head, keuntungan, sosial
yang didapat dari data informasi dari harga bahan/ material dan ongkos kerja yang
berlaku dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dokumen Perhitungan Biaya berisikan :
a. Analisa Biaya Harga satuan
b. Rencana Anggaran untuk masing-masing jenis pekerjaan
c. Rekapitulasi Biaya berdasarkan item-item pokok pekerjaan termasuk
pajak- pajak.
7. Penyusunan Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)/ Spesifikasi
Bersamaan dengan pembuatan perhitungan Anggaran Biaya dilakukan juga aktifitas
pelaksanaan pekerjaan penyusunan RKS, Dokumen yang dihasilkan dalam tahapan
pekerjaan ini adalah berupa persyaratan-persyaratan pelaksanaan pekerjaan baik
secara umum, administratif dan teknis.
Spesifikasi teknis dibuat sebagai pedoman pelaksanaan yang direncanakan,
dimana dibuat uraian umum, syarat administrasi dan syarat teknis.
Syarat-syarat teknis terbagi dalam lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan dan tata
cara pelaksanaan.
8. Legalisasi/ Pengesahan Karya Perencanaan
Setelah seluruh tahapan pekerjaan diatas selesai, maka tahapan pekerjaan
selanjutnya adalah legalisasi/ pengesahan gambar perencanaan, penelitian RAB
dan RKS oleh Pengguna Anggaran/ Penanggung Jawab Kegiatan, Instansi teknis
terkait lainnya yang berhubungan dengan proyek.
9. Penggandaan dan Penyerahan Dokumen Karya Perencanaan
Setelah mendapatkan legalisasi/ pengesahan, maka tahapan terakhir dari pekerjaan
perencanaan ini adalah berupa penggandaan dokumen dalam jumlah sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati untuk selanjutnya diserahkan kepada
Pengguna Anggaran/ Penanggung Jawab Kegiatan selaku Pemberi Tugas.
10. Tahap Pelelangan
Dalam tahap ini Konsultan Perencana berperan dalam melaksanakan penjelasan
pekerjaan kepada calon Kontraktor yang lulus seleksi, yang diundang untuk hadir
dalam rapat penjelasan pekerjaan dan penghitungan volume.
11. Tahap Pelaksanaan Konstruksi Fisik
Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan konstruksi fisik dilapangan
yang menyangkut teknis lelang/ pengadaan antara lain :
a. Memberikan penjelasan tambahan untuk memperjelas maksud dan
pengertian yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.
b. Membuat gambar-gambar atau syarat-syarat tambahan untuk
menyesuaikan dengan keadaan lapangan, bila dianggap perlu untuk
memperjelas hal-hal yang belum cukup jelas dalam dokumen kontrak/
dokumen lelang.
c. Memeriksa apabila perlu memperbaiki gambar-gambar tambahan yang
dibuat oleh Kontraktor untuk pelaksanaan fisiknya.
d. Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan paling sedikit 1 bulan sekali dan paling
banyak 1 minggu sekali.
12. Tahap Pengawasan Berkala
Konsultan Perencana akan melakukan pengawasan berkala, baik diundang maupun
tidak, dan memberikan masukan kepada Pemberi Tugas berkaitan
dengan perencanaan terhadap realisasi pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Kontraktor. Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan konstruksi fisik
dilapangan yang menyangkut teknis lelang/ pengadaan meliputi antara lain :
a. Memeriksa pelaksanaan pekerjaan (kesesuaian dengan rencana)
secara berkala.
b. Menyetujui besarnya prestasi fisik yang telah dicapai yang berkaitan
dengan pembayaran angsuran pelaksanaan.
c. Memberikan penjelasan/ memberi solusi pemecahan terhadap persoalan-
persoalan yang timbul selama masa konstruksi.
d. Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan paling sedikit 1 bulan sekali dan
paling banyak 1 minggu sekali.
13. Tahap Pelaporan
a. Produk dan laporan-laporan yang dipersyaratkan dalam RKS
Sesuai Dengan produk-produk sebagaimana hasil kerja Konsultan Perencana
b. Tata cara penyampaian laporan hasil karya perencanaan akan dibahas Pada
kesempatan penyampaian usulan kerja antara lain:
Laporan Pendahuluan
Laporan Hasil Perencanaan yang meliputi :
1) Dokumen gambar rencana DED ukuran A3
2) Dokumen RAB dan perhitungan volume / aktual check
3) Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Laporan Pelelangan Konstruksi
Laporan Akhir Perencanaan
Laporan Pendukung yang meliputi hasil pengukuran / survei
vi. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
Jadwal penugasan Personil direncanakan dalam 60 (Enam puluh) hari kalender
selama pelaksanaan pekerjaan perencanaan. Waktu yang ditentukan berdasarkan
Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor Baru
Pengadilan Agama Pringsewu
TEAM LEADER
AINUR ROSYIDI, ST. MT.
ADMINISTRATOR
KHARISOLIHUDIN, ST.
OPERATOR KOMPUTER
EKO HERU U., S.Kom.
TA. ARSITEKTUR TA. SIPIL TA. MEKANIKAL TA. ELEKTRIKAL TA. ESTIMASI BIAYA TA. K3 KONSTRUKSI
NIKE INDAH FITRIA, ST. RAHMAD PRIBADI, ST. SUN AN, ST. LUKMAN HAKIM, ST. FAHRYAN YUSUF HB., ST. HARY SURIYANTO, ST.
PESURUH / GUARD
NGARIYONO
AINUR ROSYIDI, ST. MT CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Arsitektur Team Leader - 1
RAHMAD PRIBADI CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Sipil TA. Sipil TA. - 1
NIKE INDAH FITRIA, ST CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Arsitektur Arsitektur TA. - 1
SUN’AN, ST LUQMAN CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Mesin Mekanikal TA. - 1
HAKIM, ST FAHRYAN CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Elektro Elektrikal - 1
YUSUF HB., ST HARY CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Sipil TA. Estimasi Biaya - 1
SURIYANTO, ST CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Sipil TA. K3 Konstruksi - 1
Tenaga Pendukung
(Personil lainnya)
Jumlah
Nama Tenaga Ahli Lingkup Posisi Uraian
Perusahaan Orang
Personil Lokal/Asing Keahlian Diusulkan Pekerjaan
Bulan
AGUNG TRI BIJAKSONO, ST CV. PANORAMA Tenaga Lokal Teknik Arsitektur Asisten TA. Arsitek - 1
SYAMSUDDIN AMINARTO, ST CV. PANORAMA Tenaga Lokal Teknik Elektro Asisten TA. Elektrikal - 1
ANDRE SURYA PRADANA, A.Md CV. PANORAMA Tenaga Lokal Komputer Teknik CAD Operator - 1
DANANG SETYAWAN, A.Md CV. PANORAMA Tenaga Lokal Sipil Teknik Sipil Surveyor - 1
KHARISOLIHUDIN, ST CV. PANORAMA Tenaga Lokal Op. Komputer Administrator - 1
EKO HERU UTOMO, S. Kom CV. PANORAMA Tenaga Lokal SMU Sarjana Komputer - 1
NGARIYONO CV. PANORAMA Tenaga Lokal Guard - 1
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu
Keteranga n :
1 Untuk Tenaga Ahli pengisian masukan harus mencantumkan nama personil, untuk Tenaga Pendukung cukup dicantumkan posisi, misalnya juru gambar, staf administrasi,
dan sebagainya.
2 Masukan personil dihitung dalam bulan dimulai sejak penugasan.
PENUTUP
Sehubungan dengan terbatasnya waktu perencanaan yang ditetapkan hanya 60 (Enam Puluh)
hari kalender terhitung sejak tanggal diterbitkannya Surat Perintah Kerja (SPK) perencanaan, maka
efektifitas dan efisiensi dalam penyusunan program dan pelaksanaan pekerjaan perencanaan/
perancangan menjadi hal utama yang perlu mendapatkan perhatian utama sehingga dapat
mencapai hasil karya perencanaan yang lebih optimal.
Demikian uraian singkat kami yang merupakan pendekatan dalam pencapaian hasil karya
perencanaan secara sistematika berdasarkan pengalaman kami selama ini dalam menangani
perencanaan/ perancangan gedung-gedung pemerintah.