Anda di halaman 1dari 108

Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor Baru

Pengadilan Agama Pringsewu

DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS

PAKET PEKERJAAN :
JASA KONSULTANSI PERENCANA PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR
BARU PENGADILAN AGAMA PRINGSEWU

LOKASI :
JL. KESEHATAN NO. 1474, PRINGSEWU SELATAN KEC.
PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

i. DAT A ORGANISASI PERUSAHAAN

1. Latar Belakang Perusahaan


Badan Usaha ini didirikan pada tahun 1998 yang bergerak dalam bidang jasa konsultan
dengan nama CV. PANORAMA sebagai jawaban atas kebutuhan hidup dan permintaan
pasar dunia usaha bidang Jasa Konsultan Konstruksi. Perusahaan ini, sesuai dengan
potensi keahlian SDM-nya mengekpresikan usahanya dalam bidang Perencanaan,
Pengembangan, maupun Pengawasan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang berkembang pesat. Perusahaan ini telah menjadi Anggota Ikatan Konsultan
Indonesia (INKINDO), serta telah melakukan pekerjaan pelayanan jasa konsultan, dari
Pemerintah maupun swasta.
Misi dan Visi perusahaan adalah dapat menjadi mitra bagi Pemerintah maupun pihak
swasta yang menginginkan hasil kerja yang presentatif dan aktualitatif. Pedoman utama
perusahaan adalah mengutamakan pekerjaan yang kreatif inovatif dalam rencana,
konstruktif dalam pelaksanaan, dan dedikatif dalam pengawasan. CV. PANORAMA
sebagai Perusahaan Konsultan selalu siap untuk memberikan yang terbaik untuk
kepentingan bersama tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
CV. PANORAMA termasuk dalam kualifikasi Golongan Kecil (Klasifikasi K) dimana
dalam
memberikan layanan jasa konsultannya termasuk dalam lingkup pekerjaan yang cukup
luas secara professional. Beberapa spesifikasi pekerjaan yang sanggup dilayani oleh
perusahaan, sesuai dengan yang tertera dalam Sertifikat Badan Usaha Jasa Konstruksi
(SBUJK).

2. Struktur Organisasi Perusahaan


CV. PANORAMA dalam menjalankan fungsi organisasinya disubsitusi dan diatur oleh
seorang Direktur. Dari Bagian Operasional disubsitusi dalam 4 ( empat ) divisi yaitu
Divisi Arsitek, Divisi Sipil, Divisi Elektrikal dan Divisi Mekanikal yang dikoordinasi oleh
1 (satu)

Dokumen Penawaran Teknis


Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

orang Tenaga Ahli dan beberapa anggota Tenaga Ahli. Dibawah Divisi ada Tenaga
Tetap/ Tidak Tetap sebagi gugus kerja yang melaksanaakan oprasional di
lapangan, serta diakomodasi dan didukung oleh Tenaga Teknisi dan tenaga Penunjang/
Pendukung, Untuk lebih jelasnya struktur organisasi CV. PANORAMA dapat dilihat
dibawah ini

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

DIREKTUR

WAKIL DIREKTUR

ADM & KEUANGAN

OP. KOMPUTER

TA. MEKANIKAL TA. TATA


TA. ARSITEKTUR TA. SIPIL
ELEKTRIKAL LINGKUNGAN

ESTIMATOR & RAB

PENGAWAS
SURVEYOR DRAFTER
LAPANGAN

Tugas dan T anggung Jawab Personil


Untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan diperlukan Tenaga Ahli dan Tenaga
Pendukung yang mana personil yang terpilih dilibatkan dalam penanganan pekerjaan
perencanaan adalah personil-personil yang klasifikasinya dan kualifikasinya teruji pada
penanganan pekerjaan-pekerjaan sejenis.
a. Direktur / Wakil Direktur
Bertanggungjawab penuh secara kontraktual atas hasil karya perencanaan yang
dibuat, berhubungan dengan Pemberi Tugas dan diikat secara kontraktual dalam
bentuk kontrak Harga Satuan.
b. Tenaga Ahli masing-masing Bidang
Merupakan tenaga ahli yang mempunyai pengalaman pada bidang pekerjaan
masing- masing serta bertanggung jawab penuh pada bidangnya.
c. Estimator RAB/ RKS
Merupakan tenaga yang mempunyai pengalaman dalam hal perhitungan
perencanaan anggaran biaya serta penyusunan spesifikasi bahan dan
persyaratannya. Estimator bertanggungjawab langsung kepada Direktur dan
mempunyai hubungan langsung dengan tenaga ahli masing-masing bidang
dan tenaga administrasi/ keuangan.
d. Administrasi Dan Keuangan
Merupakan tenaga yang mempunyai hubungan langsung dan
bertanggungjawab penuh atas administrasi proyek dan pemasukan/ pengeluaran
keuangan kepada Direktur mulai tahap awal sampai tahap akhir pelaksanaan
pekerjaan perencanaan/ perancangan
e. Operator Komputer
Merupakan tenaga yang bertugas membantu tenaga administrasi dan keuangan
dalam kelancaran proses administrasi pekerjaan perencanaan.
f. Drafter
Sebagai juru gambar bertugas untuk mengembangkan ide menjadi gambar kerja/
gambar bestek dari tenaga ahli baik Tenaga ahli teknik Arsitek, Sipil maupun M/E
sebagai bahan untuk dokumen pelelangan/ Dokumen Karya Perencanaan.
g. Surveyor
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain
:
 Mengumpulkan data-data lapangan, baik data teknis maupun administratif
dari pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan.
 Melakukan identifikasi terhadap bangunan yang akan direncanakan

3. Lingkup Perusahaan
CV. PANORAMA termasuk dalam kualifikasi Gred 2 dimana dalam memberikan
layanan jasa konsultannya termasuk dalam lingkup pekerjaan yang cukup luas secara
professional. Beberapa spesifikasi pekerjaan yang sanggup dilayani oleh perusahaan,
sesuai dengan yang tertera dalam Badan Usaha Sertifikat Jasa Konsultan Konstruksi
(BUSJK), bahwa lingkup layanan pekerjaan yang dapat ditangani meliputi :
 Perencanaan Umum
 Jasa Survey
 Studi Kelayakan
 Perencanaan Teknik
 Perencanaan Teknik Pembangunan
 Perencanaan Manajemen Konstruksi
 Penelitian
Dengan berbekal pengalaman dan potensi tenaga ahli professional yang dimiliki, serta
kredebilitas dan refrensi pelayanan konstruksi yang dimiliki oleh CV. PANORAMA, maka
perusahaan sanggup melayani berbagai jenis pekerjaan dari berbagai bidang disiplin
ilmu. Komitmen yang menjadi pedoman utama dalam melaksanakan pekerjaan adalah
dengan produktivitas dalam pengendalian kualitas yang baik sesuai standart dan
Spesifikasi Teknis. Spesifikasi pekerjaan yang dapat ditangani oleh Perusahaan adalah
seperti yang diuraikan pada sub bab berikut.
3.1. Bidang Perancangan
CV. PANORAMA sanggup melayani hampir seluruh jenis pekerjaan dalam bidang
perencanaan, mulai gedung sederhana sampai gedung dengan lantai bertingkat.
Bidang pekerjaan perencanaan tersebut meliputi :
 Perancangan Bangunan
 Perancangan Perumahan
 Perancangan Pemukiman
3.2. Bidang Perencanaan
CV. PANORAMA memiliki kesanggupan untuk melayani hampir seluruh jenis
pekerjaan dalam bidang perencanaan, mulai jalan dan jembatan, gedung dan
pabrik, dan sebagainya. Spesifikasi pekerjaan perencanaan yang dapat
dilaksanakan CV. PANORAMA tersebut meliputi :
 Perencanaan Jalan dan Jembatan
 Perencanaan Struktur & Konstruksi
 Perencanaan Pemukiman
 Perencanaan Perumahan
 Perencanaan Sistem Transportasi
 Dan sebagainya
3.3. Bidang Perencanaan
CV. PANORAMA sanggup melayani dan melaksanakan hampir semua jenis
pekerjaan yang berhubungan dengan pengwasan pelaksanaan fisik, baik proyek
pemerintah maupun pihak swasta, dengan mengacu pada pengendalian kualitas
yang harus dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan. Bidang pekerjaan
Perencanaan, antara lain meliputi :
 Perencanaan Bangunan & Interior
 Perencanaan jalan & jembatan
 Perencanaan Jaringan Transportasi
 Perencanaan Pembangunan Gedung dan Pabrik
 Kawasan Tranmigrasi / Pemukiman
 Dan sebagainya
3.4. Bidang Manajemen Konstruksi
CV. PANORAMA sanggup melayani dan melaksanakan hampir semua jenis
pekerjaan yang berhubungan dengan Manajeral Perencanaan, Perencanaan dan
pelaksanaan fisik, baik proyek pemerintah maupun proyek swasta, dengan
mengcu pada pengendalian kualitas yang harus dicapai dalam pelaksanaan
pekerjaan. Bidang pekerjaan Manajemen Konstruksi, antara lain meliputi :
 Manajemen Konstruksi Bangunan
 Manajemen Konstruksi Perumahan
 Manajemen Konstruksi Permukiman
ii. DAFTAR PENGALAMAN KERJA SEJENIS (TERLAMPIR)

iii. DAFTAR URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS (TERLAMPIR)


iv. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA DAN
PERSONIL/ FASILITAS PENDUKUNG DARI PPK

A. PEMAHAMAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


1. Latar Belakang
Dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan dan peningkatan
pelayanan hukum kepada masyarakat demi tercapainya penyelesaian perkara
dengan sederhana, cepat dan biaya ringan serta meningkatkan pelayanan kepada
pencari keadilan, Mahkamah Agung sampai saat ini masih memerlukan
pembangunan gedung baru untuk kantor pengadilan yang sesuai dengan tata ruang
pelayanan.
2. Maksud Dan Tujuan
 Kerangka Acuan Kerja ini dimaksudkan untuk memberikan uraian ruang
lingkup jasa konsultansi, sehingga calon penyedia jasa konsultansi memahami
ruang lingkup jasa yang akan dilaksanakan dan menyampaikan penawaran
yang wajar.
 Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagiKonsultan Perencana
yang memuat masukan, azas, kriteria, keluarandan proses yang harus dipenuhi
dan diperhatikan sertadiinterprestasikan ke dalam pelaksanaan tugas
Konsultan Perencana.
 Dengan penugasan ini diharapkan Konsultan Perencana dapat melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai
sesuai KAK ini.
3. Sasaran
 Terwujudnya bangunan yang representatif dan memenuhi secara optimal
fungsi bangunan.
 Terwujudnya bangunan yang handal dan sebagai teladan bagi lingkungan
serta berkontribusi positif bagi perkembangan arsitektur di indonesia
 Terwujudnya bangunan yang memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak
dari segi mutu biaya.

4. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini berlokasi di Jalan Kesehatan No. 1474, Kec. Pringsewu,
Kabupaten
Pringsewu, Lampung 35373

5. Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBN T.A 2021 padaDIPA
Pengadilan
Agama Pringsewu Nomor : SP DIPA-005.01.2.401951/2021 tanggal 23
November
2020
6. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Pejabat Pembuat : PPK Pengadilan Agama Pringsewu
Satuan Kerja : Pengadilan Agama Pringsewu

B. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


Setelah kami mempelajari (Kerangka Acuan Kerja) KAK yang telah kami terima, maka
terdapat beberapa tanggapan yang dapat kami kemukakan dalam dokumen penawaran
teknis ini antara lain sebagai berikut :
1. Secara garis besar Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah cukup dapat memberikan
gambaran umum akan tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
Konsultan Perencana.
2. Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana harus selalu bekerja sama
dan berkoordinasi dengan pihak Pengelola Proyek dan Instansi Teknis yang telah
ditunjuk oleh Pemberi Tugas.
3. Mengingat pentingnya peran Konsultan perencana maka kami telah
melakukan interpretasi terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan selain dari KAK
kami akan mencari Informasi dan data masukan yang diperlukan yang belum
tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja, akan menjadi tanggung jawab kami untuk
mencarinya. Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon bantuan dari pihak
pengelola proyek untuk dapat bekerja sama dalam memberikan data dan masukan
yang kami butuhkan. Selain itu juga kami akan mengadakan kunjungan ke lokasi.
Hal ini dilakukan agar menghasilkan suatu produk dengan kualitas yang optimal.
4. Dalam penetapan tenaga kerja, Konsultan Perencana akan melibatkan personil
yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas dalam jumlah dan disiplin ilmu, serta
memenuhi persyaratan kualifikasinya. Hal ini akan mempengaruhi dan berpengaruh
pada pengajuan usulan biaya.
Adapun pemahaman kami terhadap ruang lingkup tugas Konsultan sesuai dengan yang
diuraikan dalam Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 22/PRT/M/2018
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara sebagai berikut :
1. Persiapan dan Konsepsi perencanaan seperti mengumpulkan data dan informasi
lapangan, membuat interpretasi secara garis besar terhadap Kerangka Acuan
Kerja, program kerja perencanaan, sketsa gagasan dan konsultasi dengan
Pemerintah Daerah setempat mengenai peraturan daerah/ perizinan bangunan.
2. Interpretasi terhadap hasil studi/perencanaan yang telah ada (bila ada)
seperti
Dokumen Perencanaan tahap sebelumnya.
3. Penyusunan pengembangan rencana seperti membuat
:
a. Pra rencana Arsitektur beserta uraian konsep dan visualisasi berupa
gambar perencanaan khususnya pekerjaan interior dan eksterior.
b. Membuat perhitungan struktur (uraian konsep dan perhitungan)
c. Rencana sistem mekanikal, elektrikal dan plumbing (uraian konsep
dan perhitungan)
d. Spesifikasi teknis (outline specification)
e. Perkiraan biaya (Rencana Anggaran Biaya).
4. Penyusunan rencana detail : membuat gambar-gambar detail, rencana kerja dan
syarat-syarat, rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya
pekerjaan konstruksi dan menyusun laporan perencanaan.
5. Persiapan pelelangan, seperti membantu Pejabat Pembuat Komitmen didalam
menyusun dokumen pelelangan dan membantu panitia pelelangan dalam menusun
program dan pelaksanaan pembangunan.
6. Pelelangan seperti membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan,
termasuk menyusun berita acara penjelasan pekerjaan, membantu panitia
pelelangan dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen
pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.
7. Pengawasan berkala seperti memeriksa pelaksanaan pekerjaan kesesuainnya
dengan pelaksanaan rencana secara berkala, memberikan penjelasan terhadap
persoalan-persoalan yang timbul selama masa konstruksi, memberikan
rekomendasi tentang penggunaan bahan dan membuat laporan pengawasan
berkala.
8. Menyusun petunjuk penggunaan, pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
termasuk petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal-
elektrikal bangunan.

Selain tanggapan umum terhadap KAK, Konsultan dalam proses pemahamannya akan
menguraikan lebih detail item-item yang tercantum dalam KAK, telah dimengerti dan
dipahami oleh Konsultan untuk dapat direalisasikan dalam pelaksanaan yang lebih
baik, efektif dan efisien guna pencapaian kerja yang optimal.
1. Latar Belakang
Sebagaimana tercantum dalam KAK kami selaku Konsultan Perencana memberi
tanggapan terhadap latar belakang, Konsultan Perencana harus mempunyai
kompetensi dengan didukung oleh Tenaga Ahli yang profesional dalam bidang
masing-masing sesuai dengan keahliannya dalam pekerjaan perencanaan dan
perancangan pembangunan suatu bangunan / gedung hingga dapat mewujudkan
sebuah perencanaan dan master plan bersifat komprehensif (menyeluruh) dan
berkelanjutan, sebuah bangunan / gedung dengan konstruksi yang kuat namun
efisien dari segi biaya, juga mutu / kualitas material untuk bangunan bisa
dipertanggungjawabkan dengan pelaksanaan sesuai ketentuan teknis yang
berlaku.
2. Maksud dan Tujuan
Sebagai petunjuk bagi Konsultan Perencana yang memuat azas, kriteria dan
proses yang harus dipenuhi atau diperhatikan yang selanjutnya diinterpretasikan /
diimplementasikan kedalam tugas Perencanaan.
Sebagaimana tercantum dalam KAK kami selaku Konsultan Perencana memberi
tanggapan Maksud dan Tujuan Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan
Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu adalah pencapaian secara
optimal dalam perencanaan teknis bangunan gedung kantor sesuai dengan
kebutuhan dan dalam pelaksanaan dapat diaplikasikan dan dimengerti oleh user
dan kontraktor pelaksana.
Dengan adanya perencanaan master plan, pembangunan secara bertahap dapat
dilaksanakan secara berkelanjutan dan tidak menyimpang dari master plan yang
ada. Diharapkan dengan dipenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana
penunjang, kegiatan di Pengadilan Agama Pringsewu dapat berlangsung lebih
optimal.

3. Sasaran
Berdasarkan KAK sasaran dari kegiatan ini adalah merencanakan sebuah
bangunan gedung secara menyeluruh (komprehensif) namun dalam pelaksanaan
pembangunannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan dana yang tersedia,
diharapkan pembangunan yang bertahap tetap berpedoman sesuai dengan master
plan. Selain itu hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Kebutuhan ruang dan sarana prasarana penunjang sehingga
terwujudnya suatu masterplan bangunan yang representative dan memenuhi
secara optimal fungsi bangunan
b. Kondisi lingkungan di lokasi perencanaan sebagai dasar dalam perencanaan
bangunan agar terwujud suatu bangunan yang handal dan ramah lingkungan
tanpa menimbulkan dampak yang merugikan di kemudian hari terhadap
lingkungan sekitar.
c. Ketersediaan bahan baku / material di sekitar lokasi wilayah
perencanaan sebagai pertimbangan dalam proses perancangan dengan tetap
berpedoman pada peraturan teknis bangunan gedung sehingga dapat
terwujud bangunan yang layak dari segi mutu dan biaya.

4. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini berlokasi di Jalan Kesehatan No. 1474, Kec. Pringsewu,
Kabupaten
Pringsewu, Lampung 35373.
5. Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBN T.A 2021
padaDIPA Pengadilan Agama Pringsewu Nomor : SP DIPA-
005.01.2.401951/2021 tanggal 23
November 2020.

6. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Nama Pejabat Pembuat : PPK Pengadilan Agama
Pringsewu
Satuan Kerja : Pengadilan Agama Pringsewu

7. Data Dasar
Sebagaimana yang tercantum dalam KAK, kami sebagai konsultan perencana
terlebih dahulu akan berkoordinasi dengan Pengadilan Agama Pringsewu sebelum
melakukan survey lapangan, hal ini tentu akan sangat membantu kami selaku
Konsultan Perencana agar survei yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan tepat
sasaran.
Tujuan dan sasaran kegiatan Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung
Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu adalah menyediakan sarana dan
prasarana Pengadilan Agama Pringsewu yang reprentative dan memenuhi fungsi
bangunang secara optimal.
Dalam perencanaan dan perancangan diperlukan koordinasi dan konsolidasi
agar tercapai sasaran pembangunan berdasarkan skala prioritas.

8. Standar teknis
Dalam KAK sudah dicantumkan dengan jelas dalam hal perencanaan aspek
teknis dasar-dasar perencanaan harus mengacu kepada :
a. Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 Tentang Pembangunan
Gedung
Negara
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 TENTANG
Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.
22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara
d. Peraturan LKPP No. 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan PBJ
Pemerintah
e. Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung
f. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) /N13
g. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8
h. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)
i. ASTM C-33 Standart Specification for Concrete Agregates
j. Baja Tulangan (SII 0136-84)
k. Pedoman Beton (SKBI-1.4.53.1988)

9. Referensi Hukum
Seperti tercatum dalam KAK pekerjaan Jasa Konsultansi Perencana
Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu ini
sebagaimana pengadaan barang dan Jasa lainnya yaitu mengacu kepada :
a. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
b. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Paraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Penyusunan RTBL
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Aksebilitas dan Fasilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.
22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
h. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan
i. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan j. Peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung

10. Lingkup Pekerjaan


Lingkup Kegiatan pelaksanaan Pekerjaan pekerjaan Jasa Konsultansi
Perencana
Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu terbagi
menjadi
2 bagian pokok yaitu :
a. Lingkup kegiatan
Lingkup kegiatan yang dilaksanakan adalah Jasa konsultansi Perencana
Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu.
1) Membantu unit layanan pengadaan barang dan jasa atau kelompok kerja
unit kerja pengadaan barang dan jasa atau pejabat pengadaan pada
waktu penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan, membantu unit layanan pengadaan barang
dan jasa atau kelompok kerja unit layanan pengadaan barang dan jasa
atau pejabat pengadaan dalam melaksanakan evaluasi penawaran,
menyusun kembali
dokumen pelelangan, dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila
terjadi lelang ulang.
2) Melakukan pengawasan berkala, seperti memeriksa
kesesuaian
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana secara berkala, melakukan
penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada
perubahan, memberikan penjelasanterhadap persoalan-persoalan yang
timbul selama masakonstruksi, memberikan rekomendasi tentang
penggunaanbahan, dan membuat laporan akhir pengawasan berkala.
3) Penyusunan laporan akhir pekerjaan perencanaan yang terdiri atas
perubahan perencanaan pada masa pelaksanaan konstruksi, petunjuk
penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan bangunangedung, termasuk
petunjuk yang menyangkut peralatan danperlengkapan mekanikal
elektrikal bangunan.
b. Lingkup tugas
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh konsultan perencana adalah
berpedoman pada ketentuan yang berlaku, khususnya Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 22/PRT/M/2018
tanggal
14 September 2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Lingkup tugas konsultan perencana meliputi tugas-tugas perencanaan
lingkungan, site/tapak bangunan, dan perencanaan fisik bangunan gedung
Negara.
1) Tahap Persiapan
 Survey/ kompilasi data merupakan kegiatan awal dari perencanaan
dan bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara lengkap
kebutuhan perencanaan dan keadaan lapangan. Data informasi
lapangan seperti poligonal dan ukuran site, kontur site, penyelidikan
tanah, harga material di daerah setempat, dll.
 Studi literatur atau dokumen-dokumen perencanaan terdahulu (bila
ada)
 Membuat interpretasi secara garis besar terhadap KAK
 Konsultasi dengan pemerintah setempat mengenai peraturan
daerah/perijinan bangunan
2) Tahap Pra Rencana
 Menganalisa hasil data survey dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perencanaan/ perancangan.
 Membuat gambar rencana massa bangunan Gedung yang
menunjukan posisi massa bangunan di dalam tapak dan terhadap
lingkungan sekitar berikut kontur tanah berdasarkan rencana tata kota
dan program bangunan hijau (GBH);
 Membuat gambar rencana tapak yang menunjukan hubungan dengan
/ antar bangunan dan tata ruang luar atau penghijauan di
dalam kawasan tapak;
 Membuat sketsa gagasan perencanaan dan perancangan yang jelas
tentang pola pembagian ruang dan bentuk bangunan.
 Membuat gambar tampak bangunan yang menunjukanpandangan ke
empat sisi atau arah bangunan
 Membuat gambar potongan bangunan secara melintang dan
memanjang untuk menunjukan secara garis besar penampang
 Membuat gambar visualisasi tiga dimensi dalam bentuk gambar
 Konsultasi dengan pemberi tugas atau user tentang pra desain yang
direncanakan.
3) Tahap Pengembangan Perancangan
 Membuat pengembangan rencana arsitektur bangunan Gedung
berupa gambar rencana arsitektur yang menunjukan hubungan antara
lantai bangunan dan tata ruang luar terhadap garis sempadan
bangunan, jalan dan ketentuan rencana tata kota lainnya.
 Membuat denah yang menunjukan lantai-lantai dalam bangunan,
susunan tata ruang dalam, koordinat bangunan, peil lantai, dan
ukuran- ukuran elemen bangunan serta jenis bahan yang digunakan;
 Membuat tampak bangunan, yang menunjukan pandangan ke empat
arah bangunan dan bahan bangunan yang digunakan secara jelas
beserta uraian konsep dan visualisasi desain dua dimensi dan desain
tiga dimensi bila diperlukan;
 Membuat pengembangan rencana sistem struktur, berupa gambar
potongan bangunan, secara melintang dan memanjang yang
menjelaskan sistem struktur, ukuran dan peil elemen bangunan
(fondasi, lantai, dinding, langit-langit dan atap) secara menyeluruh
beserta uraian konsep dan perhitungannya. Perhitungan struktur
harus ditanda tangani oleh Tenaga Ahli yang mempunyai Ijin
Sertifikat.
 Membuat pengembangan rencana sistem mekanikal elektrikal, berupa
gambar detail mekanikal elektrikal termasuk IT, beserta uraian
konsep dan perhitungannya;
 Rencana utilitas, dan tata hijau/landscape beserta uraian konsep dan
perhitungannya,
 Membuat garis besar spesifikasi teknis (outline specifications);
 Menyusun perkiraan biaya konstruksi.
4) Tahap Penyusunan Rencana Detail
 Gambar-Gambar detail sesuai gambar rencana yang telah disetujui
oleh pengguna jasa. Semua gambar Rencana harus ditanda
tangani
oleh Penanggung jawab perusahaan dan tenaga ahli yang
mempunyai ijin Sertfikat.
 Rencana Kerja dan Syarat-sarat (RKS).
 Rincian volume pelaksanaan pekerjaan, Rencana anggaran biaya
pekerjaan kontruksi (RAB ).
 Laporan-laporan perencanaan.
5) Tahap Pelelangan
 Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di dalam menyusun
dokumen pelelangan dan membantu Pokja (Kelompok Kerja)
pengadaan / tender dan menyusun program dan pelaksanaan
pelelangan.
 Membantu Pokja pengadaan barang dan jasa pada waktu pemberian
penjelasan tender konstruksi, termasuk menyusun Berita acara
pemberian penjelasan, serta membantu dalam pelaksanaan evaluasi
penawaran, menyusun kembali dokumen pelelangan, dan
melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang;
6) Tahap Pengawasan Berkala
Mengadakan pengawasan berkala selama pelaksanaan
kontruksi fisik dan melaksanakan satuan kerja seperti :
 Melakukan penyesuaian gambar dan spesipikasi teknis bila ada
perubahan.
 Memberikan penjelasan/ memberi solusi pemecahan terhadap
persoalan-persoalan yang timbul selama masa konstruksi.
 Memberikan rekomendasi serta masukan tentang penggunaan bahan,
alat beserta spesifikasi teknisnya.
c. Tanggung Jawab Konsultan Perencana
Konsultan Perencana bertanggung jawab secara profesional atas jasa
Perencanaan yang berlaku dilandasi pasal 75 Undang Undang Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Jasa Konstruksi. Secara umum tanggung jawab
konsultan adalah sebagai berikut :
1) Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus memenuhi
persyaratan standar hasil karya perencanaan yang berlaku mekanisme
pertanggungan sesuai dengan ketentuan perundang-undang yang
berlaku.
2) Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus telah mengakomodasi
batasan-batasan yang telah diberikan oleh kegiatan, termasuk melalui
KAK ini, seperti dari segi pembiayaan, waktu penyelesaian pekerjaan
dan mutu bangunan yang akan diwujudkan.
3) Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus telah memenuhi
peraturan, standar, dan pedoman teknis bangunan gedung yang berlaku
untuk bangunan gedung pada umumnya dan yang khusus untuk
bangunan gedung negara.
4) Ketetepan kualitas dan kuantitas perencanaan sesuai dengan standar
atau peraturan yang berlaku sehingga pelaksanaan pembangunan
konstruksi proyek mencapai hasill dan daya guna yang memenuhi syarat
teknis dan syarat ekonomis yang dapat dipertanggungjawabkan.
5) Semua kesalahan pelaksanaan akibat dari adanya kelalaian perencana
menjadi tanggung jawab Konsultan Prencana. Konsultan Perencana
bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan kesalahan-kesalahan
yang dibuat perencana atau oleh orang-orang yang bekerja dalam
keadaan yang seharusnya dapat dihindarkan dengan keahlian dan
kewaspadaan serta cara pelaksanaan tugas yang lazim.
6) Hasil karya perencanaan yang dihasilkan adalah Dokumen Perencanaan
Teknis dalam batasan nilai fisik pembangunan sesuai interpolasi biaya
pagu dana perencanaan dengan nilai biaya pembangunan full design.

11. Kriteria dan Azas-azas Perancangan


a. Kriteria Perancangan
1) Kriteria Umum
Pekerjaan Perancangan dan Perencanaan yang akan dilaksanakan
seperti yang dimaksud dalam Kerangka Acuan Kerja ini harus
memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan dengan fungsi dan
kompleksitas bangunan, meliputi:
a) Persyaratan Peruntukkan dan Intensitas
 Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
 Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan
 Menjamin gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan
tata bangunan yang ditetapkan daerah setempat.
b) Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan
 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan
berdasarkan karakteristik lingkungan, ketentuan wujud
bangunan, dan budaya daerah sehingga seimbang, serasi,
selaras dengan lingkungannya.
 Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
c) Persyaratan Struktur Bangunan
 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat perlakuan alam dan manusia (gempa
dll).
 Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan
atau luka yang disebabkan kegagalan struktur bangunan.
 Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan dan kerusakan
benda yang disebabkan oleh perilaku struktur.
 Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur..
d) Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran
 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yangdibangun
sedemikian rupa sehingga mampu secarastruktural stabil selama
kebakaran sehingga;
 Cukup waktu bagi penghuni untuk melakukan evakuasi secara
aman.
 Cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki
lokasi untuk memadamkan api.
 Dapat menghindari kerusakan property lainnya.
e) Persyaratan Jalan Masuk dan Keluar.
 Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses
yang layak, aman dan nyaman kedalam bangunan dan fasilias
serta layanan didalamnya.
 Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan
atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat
 Menjamin tersedianya aksebilitas bagi penyandang cacat,
khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.
f) PersyaratanTransportasi dalam Gedung
 Menjamin tersedianya sarana transportasi yang layak, aman dan
nyaman di dalam bangunan gedung.
 Menjamin tersedianya aksebilitas bagi penyandang cacat,
khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.
g) Persyaratan Pencahayaan darurat, Tanda arah keluar, dan sistem
peringatan bahaya
 Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan
aman apabila terjadi keadaan darurat.
 Menjamin tersedianya aksebilitas bagi penyandang cacat,
khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.
h) Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi
 Menjamin terpasangnya instalasi listrik yang cukup dan aman
dalam menunjang terselenggaranya satuan kerja dalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
 Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedungdan
penghuninya dari bahaya akibat petir.
 Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadaidalam
menunjang terselenggaranya satuan kerja di dalambangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.
i) Persyaratan Sanitasi Bangunan Gedung an Lingkungan
 Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam
menunjang pada bangunan gedung dan lingkungan sesuai
dengan fungsinya.
 Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan
kenyamanan bagi penghuni bangunan dan lingkungannya.
 Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
sanitasi secara baik.
j) Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara
 Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya satuan kerja
dalam bangunan gedung sesuai fungsinya.
 Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
ventilasi secara baik.
k) Persyaratan Pencahayaan
 Menjamin terpenuhinya kebutuhan Pencahayaan yang cukup baik
alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya
satuan kerja dalam bangunan gedung sesuai fungsinya.
 Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
ventilasi secara baik.
l) Persyaratan Kebisingan dan Getaran
 Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan
suara dan getaran yang tidak diinginkan.
 Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau satuan
kerja yang menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu
melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau mencegah
perusakan lingkungan.

2) Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat syarat yang
khusus, spesifik berkaitan dengan bangunan yang akan direncanakan
baik dari segi fungsi khusus bangunan dan segi teknis lainnya, misalnya :
a) Kesatuan Perencanaan Bangunan bangunan dengan
lingkungan.
b) Konstektual dengan faktor sosial budaya setempat, geografi
klimatologi, dll.
c) Memerhatikan ketentuan dan kaidah-kaidah bangunan gedung
ramah gempa.
d) Mengikuti standart kebutuhan sarana dan prasarana dan
kebutuhan pengguna jasa akan fungsi bangunan dengan segala
kegiatan/aktifitas yang berlangsung didalamnya.

b. Azaz – azaz Perancangan


Selain dari kriteria diatas didalam melaksanakan tugasnya konsultan
perencana hendaknya memperhatikan azas-azas bangunan gedung
negara sebagai berikut :
1) Bangunan gedung negara hendaknya fungsional, efisien, menarik
tetapi tidak berlebihan.
2) Kreatifitas desain hendaknya tidak ditekan pada kelatahan gaya
dan
kemewahan material tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi
antara fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan, terutama sebagai
bangunan gedung negara.
3) Dengan batasan tidak mengganggu produktivitas kerja, biaya investasi
dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya, hendaknya
diusahakan serendah mungkin.
4) Desain bangunan hendaknya dibuat sedemikian rupa, sehingga
bangunan dapat dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat
dimanfaatkan secepatnya.
5) Bangunan gedung negara hendaknya dapat meningkatkan kualitas
lingkungan, dan menjadi acuan tata bangunan dan lingkungan di
sekitarnya.

12. Keluaran
Sesuai dalam KAK keluaran yang dihasilkan dalam pelaksanan pekerjaan ini
sudah cukup jelas sebagaiman tercantum dalam KAK, yang meliputi :
a. Tahap Perancangan
1) Tahap Perancangan
 Data dan informasi;
 Analisis;
 Dasar pemikiran dan pertimbangan perancangan;
 Program ruang;
 Organisasi hubungan ruang;
 Skematik rencana teknis; dan
 Sketsa gagasan
2) Tahap Konsep Pra-Rancangan
 Pola, gubahan, dan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam
gambar pra-rancangan yaitu rencana massa bangunan gedung,
rencana
tapak, denah, tampak bangunan gedung, potongan bangunan
gedung dan visualisasi desain tiga dimensi;
 Aspek kualitatif serta aspek kuantitatif, baik dalam bentuk laporan
tertulis dan gambar seperti : perkiraan luas lantai, informasi
penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya dan waktu
pelaksanaan pembangunan, dan penerapan prinsip Bangunan
Gedung Hijau;
3) Pengembangan Rancangan
 Pengembangan arsitektur bangunan gedung berupa gambar
rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi desain dua
dimensi dan tiga dimensi;
 Sistem struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
 Sistem mekanikal, elektrikal termasuk Informasi dan Teknologi (IT),
sistem pemipaan (plumbing), tata lingkungan beserta uraian konsep
dan perhitungannya;
 Penggunaan bahan bangunan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi,
nilai ekonomi, dan rantai pasok;
 Perkiraan biaya konstruksi berdasarkan sistem bangunan yang
disajikan dalam bentuk gambar, diagram sistem, dan laporan
tertulis.
4) Rancangan Detail
 Gambar detail arsitektur, detail struktur, detail utilitas, dan lansekap;
 Animasi 3 dimensi (3d)
 Rencana kerja dan syarat (RKS) yang meliputi : persyaratan umum;
persyaratan administrasi; dan persyaratan teknis termasuk
spesifikasi teknis.
 Rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya
(RAB) pekerjaan konstruksi (engineering estimate); dan
 Laporan perencanaan yang meliputi : laporan arsitektur; laporan
perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (soil test);
laporan perhitungan mekanikal, elektrikal, dan sistem pemipaan
(plumbing);
 Data tanah (soil test)
 Dokumen teknis meliputi gambar detail, rencana kerja dan syarat
(rks), dan rincian volume pelaksanaan pekerjaan
b. Tahap Pelelangan.
1) Gambar rencana beserta detail pelaksanaan, arsitektur, struktur,
mekanikal dan elektrikal, pertamanan, tata ruang.
2) Rencana kerja dan syarat-syarat administrasi, syarat umum dan syarat
teknis (RKS)
3) Rencana Anggaran Biaya (RAB)
4) Rincian volume pelaksanaan pekerjaan / Bill Of Quantity (BQ)
5) Laporan perencanaan Tahap Pelaksanaan / Pengawasan Berkala.
c. Tahap Pengawasan Berkala
1) Laporan pengawasan berkala, seperti memeriksa kesesuaian
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana secara berkala, melakukan
penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis pelaksanaan bila ada
perubahan, memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang
timbul selama masa kontruksi, memberikan rekomendasi tentang
penggunaan bahan, dan membuat laporan akhir pengawasan berkala.
2) Menyusun laporan akhir pekerjaan perencanaan yang terdiri atas
perubahan perencanaan pada masa pelaksanaan kontruksi, bersama
sama dengan Manajemen Konstruksi dan Pelaksana nantinya menyusun
petunjuk penggunaan pemeliharaan, dan perawatan bangunan gedung
termasuk petunjuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan
mekanikal / elektrikal bangunan.
d. Dokumen Laporan Akhir Perencanaan
1) Dokumen Gambar Rencana DED Uk. A3.
2) Dokumen Analisis Perhitungan Struktur Bangunan.
3) Dokumen RAB dan Perhitungan Volume/Aktual Chek.
4) Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
5) Video animasi minimal 5 menit dan dalam bentuk 3 D
6) Soft copy Dokumen perencanaan baik file yg bersifat editable maupun
dalam noneditable dalam media Hardisk HDD 1 TB.

13. Peralatan, material, Personil dan fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen
Sesuai dalam KAK Penyedia jasa akan diberikan Peralatan, material, Personil
dan fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen cukup jelas sebagaiman tercantum
dalam KAK.

14. Peralatan dan material dari Penyedia Jasa Konsultansi


Sesuai dalam KAK Penyedia jasa harus menyediakan Peralatan, material,
Personil dan fasilitas untuk melaksanakan pekerjaan perencanan ini, cukup jelas
sebagaiman tercantum dalam KAK.

15. Jangka waktu penyelesaian Pekerjaan


Sesuai dalam KAK, jangka waktu penyelesaian pelaksanaan pekerjaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Penyelesaian pekerajaan desain perencanaan selama 60 (Enam puluh) hari
kalender sejak diterbitkannya SPMK;
b. Konsultan Perencana mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
Pengawasan Berkala terhadap hasil karyanya selama pelaksanaan
kontruksi fisik, sampai dengan BAST I atau Proporsional Hand Over (PHO)
Pekerjaan Konstruksi;

16. Kebutuhan Personil Minimal


Jml Kualifikasi Minimal
Posisi
(org) Pendidikan Keahlian Pengalaman
Tenaga Ahli
1. Team Leader 1 S1 Teknik Ahli Madya 10 Th
Arsitektur
2. Ahli Teknik Bangunan 1 S1 Teknik Sipil Ahli Madya 6 Th
Gedung
3. Ahli Arsitek 1 S1 Arsitektur Ahli Madya 5 Th

4. Ahli Mekanikal 1 S1 Teknik Mesin Ahli Madya 5 Th

5. Ahli Teknik Tenaga 1 S1 Teknik Ahli Muda 5 th


Listrik Elektro
6. Ahli Estimasi Biaya 1 S1 Sipil / Arsitek Ahli Muda 5 th

7. Ahli K3 Konstruksi 1 S1 Sipil / Arsitek Ahli Muda 5 th

Tenaga Sub Profesional


1. Asisten Tenaga Ahli 1 S1 Arsitek - 3 Th
Arsitek
2. Asisten Tenaga Ahli 1 S1 T. Elektro - 3 Th
M/E
3. CAD Operator 1 DIII Komputer - 3 Th
4. Surveyor 1 DIII T. Sipil - 3 Th
Tenaga Pendukung
1 Administrator 1 S1 Sipil - 3 Th
2 Operator Komputer 1 D-I Komputer - 3 Th
3 Pesuruh/ Guard 1 SMA/ Sederajat - 1 Th

17. Jadwal tahapan Pelaksanaa Kegiatan


a. Perencanaan DED : 60 (Enam puluh) hari kalender
b. Tender Konstruksi : 35 (Tiga puluh lima) hari kalender
c. Pengawasan Berkala : sesuai dengan waktu pelaksanaan pekerjaan
fisik nantinya sampai PHO
18. Laporan Pendahuluan
Sesuai dalam KAK lingkup dan kewenangan Penyedia jasa dalam melaksanakan
pekerjaan perencanan ini, kami konsultan perencana wajib membuat laporan
pendahuluan yang memuat konsep perancangan dan pra rancangan. Laporan
pendahuluan harus diserahkan selambat – lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 4 (empat) buku laporan.

19. Laporan Hasil Perencanaan


Laporan Hasil Perencanaan memuat konsep pengembangan rancangan dan
dokumen rancangan detail. Laporan Hasil Perencanaan harus diserahkan
selambat
– lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak
4
(empat) buku laporan.

20. Laporan Pelelangan Konstruksi


Laporan Pelelangan Konstruksi memuat hasil pelaksanaan tender konstruksi.
Laporan harus diserahkan selambat – lambatnya telah selesainya tender
pekerjaan komnstruksi sebanyak 4 (empat) buku laporan.

21. Laporan Akhir


Laporan Akhir memuat hasil pengawasan berkala. Laporan harus diserahkan
selambat – lambatnya pada saat PHO pekerjaan konstruksi telah selesai
dilaksanakan sebanyak 4 (empat) buku laporan.

22. Produksi Dalam Negeri


Cukup jelas sebagaiman tercantum dalam KAK.

23. Persyaratan Kerjasama


Cukup jelas sebagaiman tercantum dalam KAK.

24. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan


Cukup jelas sebagaiman tercantum dalam KAK.

25. Alih Pengetahuan


Cukup jelas sebagaiman tercantum dalam KAK.
v. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
A. PENDEKATAN
Dalam pekerjaan ini konsultan akan menggunakan beberapa pendekatan untuk dapat
menjawab tujuan dari pekerjaan Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung
Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu.
1. Pendekatan Umum
Penyelesaian pekerjaan Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru Pengadilan Agama Pringsewu untuk mewujudkan bangunan yang
representative.
2. Pendekatan Permasalahan
Pada hakekatnya proses perencanaan merupakan usulan-usulan pokok yang lebih
baik dari kondisi pada umumnya, sehingga garis besar proses perencanaan /
perancangan merupakan proses 3 langkah terdiri dari :
a. Keadaan Semula (awal);
b. Proses transformasi bentuk;
c. Keadaan masa datang yang diharapkan
Secara garis besar, pendekatan umum yang diusulkan dalam melaksanakan
pekerjaan di atas dapat dituangkan dalam bagan alir sebagai berikut :

DATA SEKUNDER & SURVEI & PENYELIDIKAN


OBSERVASI LINGKUNGAN LAPANGAN

RANCANGAN TEKNIK KONSTRUKSI FISIK


PRASARANA DAN PRASARANA DAN
SARANA SARANA

3. Pendekatan Arsitektural
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun konsep dasar yang mendasarkan pada
data dan temuan di lapangan, masukan kebutuhan ruang baik luasan maupun
spesifikasinya dari pihak user dikaitkan dengan persyaratan-persyaratan teknis
menyangkut masalah kekuatan, keamanan, keindahan dan keserasian dengan
lingkungan. Dengan dasar-dasar tersebut di atas diharapkan semua aspirasi dari
pihak user bisa tertampung semua baik dari segi fungsi bangunan dan filosofinya,
sehingga pada tahap pelaksanaan gambar kerja nantinya filosofi dan kekhasan
bangunan yang akan dapat dikembangkan lebih lanjut ke dalam bahasa teknis
pelaksanaan.
Konsep dasar perencanaan, meliputi :
a. Institutional Roles :
 Kebutuhan fasilitas dan peralatan;
 Program pengembangan fungsi;
 Program ruang
b. Existing conditions (kondisi eksisting) :
 Rencana tapak;
 Parkir dan transportasi;
 Rencana pengembangan tapak;
 Potensi bangunan;
 Utilitas
c. Regulations (peraturan terkait) :
 Rencana detail tata ruang kota;
 Pokok-pokok pedoman arsitektur untuk fasilitas gedung pemerintah;
 Persyaratan untuk gedung negara
d. Financial Feasibility :
 Pendanaan;
 Rencana pentahapan dan pembiayaan
Pendekatan arsitektural meliputi :
a. Konsep penataan tapak dan massa bangunan
Penataan massa bangunan meliputi orientasi massa bangunan,
perletakan massa bangunan dan Kepadatan-Ketinggian Bangunan.
b. Aksesibiltas, entrance dan sirkulasi
 Aksebilitas, adalah kemudahan dimana saat ini sudah ada jalan dengan
koneksitas yang tinggi dan kondisi jalan yang baik, serta angkutan umum.
 Entrance, merupakan pitu masuk (gate) ke lokasi, dimana dimungkinkan
adanya pintu masuk utama (main entrance), Pintu samping (side entrance)
dengan fungsi sebai akses masuk, keluar, darurat dan servis
 Sirkulasi, adalah pergerakan didalam tapak, dimana diperlukan pembatasan
dan pengendalian dimana kendaraan boleh masuk/parkir
c. Zoning (pendaerahan/pengelompokan kegiatan)
 Zone public meliputi : hall, ruang tunggu, toilet umum, dsb;
 Zone Semi public, meliputi : ruang pelayanan, ruang informasi, dsb;
 Zone privat, meliputi : kepala, penyidikan, pantry, dsb;
 Zone service, meliputi : ruang genset
d. Orientasi bangunan
Orientasi bangunan pada kawasan diarahkan pada mengacu pada peraturan
yang berlaku dan orientasi utara-selatan (berdasarkan pertimbangan arah sinar
matahari dan arah hembusan angin).
e. Penataan massa bangunan
Massa bangunan ditata mengitari bangunan yang ada di sekitar bangunan
utama sebagai Landmark. Fasilitas-fasilitas bangunan ditata dalam susunan
letak massa bangunan yang saling berhubungan dan dapat dengan mudah
mencapai seluruh lokasi, untuk mendapatkan tata massa yang harmonis maka
perlu direncanakan dengan memperhatikan jarak antar bangunan serta
ketinggian bangunan yang ada.
f. Kepadatan dan ketinggian bangunan
Kepadatan bangunan kawasan termasuk dalam kepadatan rendah, dengan
Koefisien Dasar Bangunan berada pada angka dibawah 50%, dari total lahan
(KDB ≤ 50%). Ketinggian bangunan utama direncanakan dengan ketinggian 6
lantai dan fasilitas pelengkap seperti gardu induk dan pos jaga direncanakan
dengan ketinggian 1 lantai
g. Konsep perencanaan bangunan
Perencanaan bangunan meliputi konsep program ruang, tampilan bangunan,
sistem sirkulasi, penanda dan parkir dan lansekap.
 Program dan Kebutuhan Ruang
Menyangkut jenis ruang, letak lantai, luas, peralatan, furniture yang ada
pada masing-masing ruang dalam hal ini terbagi sebagai berikut :
1) Bangunan utama;
2) Fasilitas penunjang utama;
3) Perlengkapan/peralatan utama
 Tampilan Bangunan
Penampilan bangunan diarahkan memiliki nuansa bersih, kokoh, kuat,
monumental dan agung, serta terintegrasi dengan bangunan yang sudah
ada di sekitarnya, unsur-unsur tampilan bangunan meliputi :
1) Bentuk dan Raut/façade, kesan utama yang ditampilkan pada bentuk
bangunan adalah khas Arsitektur modern dengan aksen Arsitektur
tradisional yang cukup kuat, disertai permainan bidang, unsur–unsur
horizontalism dan verticalism untuk memberikan kesan dinamis
2) Bahan Bangunan, pemilihan bahan bangunan didasarkan
:
a) Kuat dan aman;
b) Pemeliharaan mudah dan murah (Low Price Maintenance);
c) Sesuai dengan kriteria estetika/keindahan bangunan kantor
3) Tekstur, diusahakan untuk memilih tekstur yang mudah
dibersihkan
a) Untuk ruang dalam (interior) dipergunakan tekstrur dengan grain
yang seminimal mungkin atau halus
b) Untuk tekstur luar bangunan (eksterior) diperkenankan untuk
memberi grain yang agak kasar atau dengan pola tertentu
4) Warna, untuk facade dan ornamen-ornamen yang berkesan dekoratif
direncanakan dengan warna-warna yang cerah khas bangunan
perkantoran, tetapi masih memperlihatkan unsur keagungan bangunan
5) Harmoni, disusun dengan komposisi “selaras dan seimbang”, sehingga
tidakberkesan rumit dan kontras yang berlebihan. Komposisi
penampilanbangunan dirancang dengan konsep keseimbangan
asimetris denganpenekanan pada tampilan pintu masuk utama.
6) Skala Bangunan
Dengan skala yang cukup monumental, bangunan kantor yaitu facade,
sehingga berkesan dominan terhadap lingkungan dan bangunan
sekitarnya, sedang bangunan pendukung memperkuat penekanan
tersebut dengan skala yang lebih kecil, sehingga dapat dijadikan
sebagai Landmark kawasan/penanda kawasan, yang sekaligus
memberi kemudahan pada pengguna untuk mengetahui lokasi
(wayfinding) bangunan gedung.
h. Sistem sirkulasi dalam bangunan dan penanda
Sirkulasi dan penanda merupakan unsur untuk mengatur dan memudahkan
pergerakan baik bagi pengunjung, karyawan, staf, staf service, dsb,
perencanaan sirkulasi dan penanda adalah sebagi berikut :
 Sistem Sirkulasi dalam Bangunan
Sistem sirkulasi yang dipakai pada bangunan menggunakan
sistem koridor
 Sistem Penanda
Selain nama gedung pada kawasan komplek, untuk mempermudah
pencarian dan memberikan orientasi terutama bagi pengguna dan
pengunjung maka perlu diberikan :
1) Pintu gerbang, sebagai penanda memasuki
kawasan/bangunan;
2) Petunjuk arah dan tempat;
3) Peta Lokasi yang diletakkan pada bagian/tempat
strategis;
4) Penanda nama, blok, fasilitas, ruang
 Parkir
Sedangkan untuk sistem perparkiran akan dipisahkan berdasarkan kriteria
pengguna kendaraan yaitu :
1) Parkir pengunjung;
2) Parkir kendaraan dinas/pemadam kebakaran;
3) Parkir karyawan, staf;
4) Loading area (servis);
5) Parkir untuk kendaraan roda dua
Parkir dapat diselenggarakan di halaman, gedung tidak diperbolehkan
di badan jalan.
4. Pendekatan Struktural
Pembangunan dirancang dengan menggunakan analisa struktur bangunan
serta kualitas bahan sesuai standar pemerintah.
a. Prinsip Dasar Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam perencanaan struktur
adalah sebagai berikut :
 Fungsional bangunan
Fungsional bangunan tidak saling berbenturan dengan fungsional sistem
struktur bangunan, tetapi diarahkan saling mendukung.
 Kekuatan dan kinerja bangunan
Kekuatan bangunan berkaitan erat dengan pilihan sistem dan modul
struktur. Berdasarkan kekuatan lalu dianalisis apakah juga memenuhi syarat
kinerja yang lebih luas (lendutan, retakan, keawetan, getaran, dsb).
 Keamanan bangunan
Keamanan struktur bangunan memperhatikan faktor angka keamanan
terhadap pilihan sistem struktur
 Teknologi bangunan
Teknologi yang diterapkan berkaitan dengan metode konstruksi struktur,
pilihan teknologi yang akan digunakan harus merupakan pilihan teknologi
yang sudah terujidan mempunyai pengaruh besar terhadap tiga prinsip
sebelumnya.
b. Peraturan Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
Peraturan-peraturan tentang perencanaan dan pelaksanaan struktur
bangunan yang berlaku di Indonesia harus digunakandalam perhitungan
struktur pekerjaan perencanaan ini antara lain :
 SNI tentang Pembebanan dan Gempa;
 SNI tentang Beton Bertulang;
 SNI tentang Baja Profil;
 SNI tantang Bahan Bangunan dan Peraturan-peraturan lain yang berlaku
dan dipersyaratkan berdasarkan SNI yang belum tercantum diatas dan
berlaku secara umum di Indonesia
c. Tampilan struktur bangunan
 Pematangan lahan sesuai standar;
 Pondasi dengan analisa berdasar survey dan data tanah;
 Struktur penyangga dan lantai dengan konstruksi beton bertulang;
 Penutup bangunan/atap dengan rangka serta penutup yang aman dan
mudah perawatan;
 Struktural penunjang mengacu pada konstruksi utama
5. Pendekatan Mekanikal-Elektrikal
a. Jaringan drainase
 Standar-standar yang digunakan
1) Standar Industri Indonesia (SII);
2) American Waste Water Society (AWWS);
3) British Standard (BS)
 Dasar-dasar perencanaan
Jaringan drainase ini berupa saluran-saluran pembuangan air hujan
dimana metoda dimensi saluran dihitung berdasarkan rasional sebagai
berikut :
� = 0,278 �.
�. �

Dimana : Q = Debit air hujan, m3/detik


C = Koefisien aliran
I = Curah hujan maksimum tahunan, mm/m2/jam
A = Luas area, km2
Koefisien aliran (run off coefficient) untuk berbagai area adalah
sebagai berikut :
1) Padang rumput/taman 0,05 – 0,10
2) Pedesaan 0,10 – 0,25
3) Permukiman 0,25 – 0,50
4) Daerah sedang 0,50 – 0,70
5) Daerah padat 0,70 – 0,90
6) Jalan aspal 0,25 – 0,60
7) Atap 0,70 – 0,95
 Perhitungan dimensi saluran
Dimensi saluran dihitung berdasarkan hubungan :
� = �. 𝑉 � =�+ℎ
2 1
�. � ⁄3 . �
⁄2
�=
𝑁
Dimana : A = Luas basah saluran, m2
V = Kecepatan aliran, m/det
R = Jari-jari hidrolis, m
S = Kemiringan saluran, %
n = Koefisien manning
b = Lebar saluran, m
h = Tinggi saluran, m
Pengaliran air hujan (drainase), direncanakan dengan memanfaatkan
jaringansekunder dan saluran keliling bangunan, saluran tepi lahan
(pengumpul) serta bak kontrol dan selanjutnya dialirkan ke saluran
sekunder/tersier tersebut. Sebelum dialirkan ke saluran-saluran, sebaiknya
dibuatkan sumur-sumur resapan sehingga air hujan dapat meresap
terlebih dahulu ke dalam tanah, baru limpasannya disalurkan ke saluran.

b. Jaringan air bersih


 Standar-standar yang digunakan
1) Standar Plumbing Indonesia (SPI)
2) Standar Industri Indonesia (SII)
3) American Water Association (AWA)
4) American Society for Testing Material (ASTM)
5) British Standard (BS)
6) Japan Industrial Standard (JIS)
 Dasar-dasar perencanaan
Jaringan air bersih ini berupa jaringan pipa-pipa, dimana biasa
digunakan Galvanized Iron Pipe (GIP) atau Polivynil Chloride Pipe
(PVC) untuk menyalurkan air bersih dari sumbernya ke tempat-
tempat yang membutuhkan. Kebutuhan air bersih ini bervariasi, dan untuk
kebutuhan per orang perhari dari berbagai jenis hunian/bangunan adalah
sebagai berikut : rumah tinggal : 200 liter/orang/hari
Sekolah : 75 liter/orang/hari
Industri : 150 liter/orang/hari
Instansi/kantor : 100 liter/orang/hari
Rumah sakit : 300 liter/orang/hari
Hotel : 1500 liter/orang/hari
 Dimensi pipa dihitung berdasarkan hubungan sebagai berikut :
� = �.
𝑉
Dimana : Q = Debit aliran, m3/detik
A = Luas basah saluran, m2
V = Kecepatan aliran, m/det

 Hambatan akibat gesekan sepanjang pipa dihitung :


�.
𝑉
ℎ=�
�.
2�
Dimana : hf = Kerugian gesekan, m
f = Faktor gesekan pipa L
L = Panjang pipa, m
D = Diameter pipa, m
g = Gravitasi, 9,81 m/detik
 Hambatan akibat katub dan fitting dihitung sebagai berikut :
�.
�� 2
ℎ =�( )
2�
Dimana : K = Koefisien hambatan kutub / fitting

 Jika sistem pemompaan digunakan, daya pompa dihitung berikut :


�.

�=


Dimana : P = Daya pompa, watt
m = Berat jenis air, 9810 N/m3
Q = Debit aliran, m3/detik
H = Head total, m

c. Jaringan air kotor / air bekas / limbah


 Standar–standar yang digunakan
1) Standar Plumbing Indonesia (SPI);
2) Standar Industri Indonesia (SII);
3) American Waste Water Association (AWWA);
4) American Society for Testing Material (ASTM);
5) British Standard (BS);
6) Japan Industrial Standard (JIS);
7) Peraturan/ perundang-undangan Lingkungan Hidup
 Dasar-dasar perencanaan
Definisi Air Kotor : air limpasan septictank yang berasal dari
buangan WC/kamar mandi
Definisi Air Bekas : air buangan dari washtafel, tempat wudlu
atautempat-tempat lain selain kamar mandi
Limbah cair adalah seluruh limbah cair (air buangan sisa aktivitas dan tinja)
yang berasal dari kegiatan dalam gedung dan seluruh fasilitas penunjangnya.

d. Sistem Pengkondisian Udara dan Ventilasi Mekanik


 Standar-standar yang digunakan
1) ASTM (American Society for Testing and Material);
2) ASME (American Society of Mechanical Engineers) untuk material;
3) ARI (Air Conditioning and Refrigerating Institute) untuk peralatan AC;
4) SMACNA (Sheet Metal and Air Conditioning Contractors National
Association, Inc.) untuk pekerjaan saluran udara;
5) ASHRAE (American Society of Heating; Refregerating and Air
Conditioning Engineers)
 Dasar-dasar perencanaan
Peralatan AC dan ventilasi termasuk jaringan instalasinya
yang besarperanannya dalam pelayanan kesehatan secara umum terdiri
dari :
1) AC dengan penyaringan udara efisiensi tinggi (Hepa Filter);
2) AC dengan Split System/Multi split;
3) Ventilasi mekanis (exhaust fan) untuk ruangan, dapur, gudang obat
dsb;
4) Ventilasi mekanis untuk toilet (exhaust fan)
Adapun syarat-syarat perencanaan yang harus dipenuhi adalah :
1) AC ruangan disesuaikan dengan penggunaan ruangan, bervariasi
diantara180C – 240C;
2) Kuantitas ventilasi udara sebesar 15 –30 cfm per
orang;
3) Kelembaban relatif (RH) antara 50 – 55%
Sistem dan peralatan AC tersebut antara lain adalah :
1) AC Central (Indirect Cooling) menggunakan media air es/chilled water
yang diproduksi dalam chiller dengan menggunakan refrigerant
sebagai zat pendingin terdiri dari :
2) Chiller (terdiri dari compressor, Evaporator, Condensor, Ex[pansion
Valve)
3) Air Handling Unit dan Fan Coil Unit terdiri dari Blower, Motor dan
Filter)
4) Pemipaan air dingin, ducting yang sudah diisolasi dan udara
dihembuskan melalui difuser atau linear grill
5) AC Individual (Indirect Cooling), Sistem ini bekerja secara
individual
dimana udara didinginkan secara langsung oleh refrigerant
dengan menggunakan mesin-mesin paket :
a) AC Split/Multi split;
b) AC Window;
c) AC Compact
Sistem Ventilasi Udara Mekanis, Area yang tidak dikoordinasikan dengan
AC dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang memasukkan dan
mengeluarkan udara, diantaranya untuk :
1) Dapur, gudang, toilet;
2) Koridor;
3) Ruang Mekanikal dan Elektrikal;
4) Ruang Genset
Peralatan yang dipakai dalam sistem ini adalah inlet fan dan exhaust fan
pada area yang mementingkan kebersihan diperlukan tekanan udara yang
positif, sedangkan pada daerah kotor dimana terdapat bakteri yang dapat
berkembang biak atau mencemari diperlukan tekanan udara yang negatif.
Mengingat besarnya biaya operasi dan pemeliharaan dari penggunaan AC,
tidak semua ruang dapat dilengkapi dengan sarana ini.
e. Penanggulangan Bahaya Kebakaran
 Standar-standar yang digunakan
1) Standar Plumbing Indonesia (SPI);
2) Standar Industri Indonesia (SII);
3) National Fire Protection Association (NFPA);
4) British Standard (BS);
5) Japan Industrial Standard (JIS)
 Dasar-dasar perencanaan
Dalam melaksanakan perencanaan dan pembangunan gedung, dituntut
untuk melaksanakan persyaratan-persyaratan termasuk persyaratan
perlindungan Kebakaran (Fire Risk Protection), yaitu suatu persyaratan yang
dimaksudkan untuk melindungi bangunan dan penghuninya dari bahaya
kebakaran, yang meliputi :
1) Sistem Tanda Bahaya kebakaran (Fire Alarm)
Tanda Bahaya Kebakaran (Fire Alarm/ Fire Detection dan Alarm
system), merupakan sarana yang berfungsi sebagai sarana untuk
memberitahu, menginformasikan dan memperingatkan terjadinya
bahaya kebakaran, serta menunjukkan loksai titik kebakaran. Sarana
ini termasuk sarana proteksi pasif yang terdiri dari fire alarm control
panel dan detektor kebakaran sesuai dengan sensitifas indikasi
kebakaran, terdiri dari :
a) Break glass (dengan cara memecahkan kaca alarm);
b) Smoke detector (sensitifitas deteksi terhadap asap);
c) Heat detector (sensitifitas deteksi terhadap panas);
d) Flame detector (sensitifitas deteksi terhadap titik api);
e) Gas detector (sensitifitas deteksi terhadap gas)
2) Sistem penanggulangan Kebakaran (Fire Protection System)
Penaggulangan Kebakaran (Fire Protection System), merupakan
proteksi aktif dimana dilakukan kegiatan/usaha penanggulangan
bahaya kebakaran yang terdiri; terdiri dari Sarana pemadam kebakaran
di dalam gedung dan di luar gedung.
Sarana pemadam kebakaran di dalam gedung terdiri dari :
a) Sprinkler, merupakan jaringan pipa pemadam kebakaran dengan
akan menyemprotkan air bila bola indikator pecah (pada suhu
57 0
C);
b) APAR/ Alat Pemadam Api Ringan (Fire Extinguiser), berbentuk
tabung berisi gas untuk memadamkan pemadam kebakaran
berupa
: Halotron, Dry Chemical Powder, dioxide, perssurized water,
wetchemical – foam dsb;
c) Hydrant (Fire Hydrant Box), yang terdiri fire hose dan break glass;
d) Pompa Hydrant, yang terdiri dari pompa Jockey, Pompa utama dan
Pompa diesel untuk operasional (tekananan) pada sistem
pemadam kebakaran (hydrant);
e) Hydrant Reservoir, tandon air untuk keperluan pemadaman
kebakaran, Volume reservoar air pemadam kebakaran dihitung
berdasarkan standar yang berlaku;
f) Automatic Fire Fighting
Sarana pemadam kebakaran di luar gedung terdiri dari :
a) Hydrant Pilar dan Hydrant Box, harus ditempatkan di lokasi-lokasi
yang mudah dicapai. Jarak antara dua hydrant pillar tidak melebihi
60 meter
b) Seamese Connection, merupakan jaringan pipa yang terhubung
dengan reservoir, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pasukan
pemadam kebakaran, letaknya dilokasi strategis, mudah terlihat
dan berdekatan dengan jalan
3) Sistem Penyelamatan Kebakaran (Fire Evacuation)
Penyelamatan Korban Kebakaran (Fire Evacuation), Adalah suatu
langkahutama dalam penanggulangan kebakaran, begitu
pentingnya permasalahan ini sehingga perlu dibuatkan
perencanaan khusus/skenario untukpenyelamatan bila terjadi peristiwa
kebakaran. Sarana Evakuasi Kebakaran terdiri dari :
a) Tangga Penyelamat untuk Kebakaran (Fire Escape Stair), kedap
asap dan memiliki suplai udara bersih;
b) Koridor Penyelamat (Fire Escape Corridor), diproteksi dengan
sprinkler untuk mencapai tangga kebakaran atau keluar gedung;
c) Pintu Kebakaran (Fire Door), tahap tehadap api/panas, kedap asap;
d) Bukaan penyelamat (Safety Opening);
e) Penerangan Darurat (Emergency Lighting), dapat menyala bila
listrik padam;
f) Petunjuk/tanda penyelamatan (Fire Safety Signage);
g) Panduan melalui speaker untuk penyelamatan(Voice Alarm);
h) Komunikasi darurat (Emergency Communication), menggunakan
wireless, gelombang radio;
i) Sistem Pengendalian Asap (Smoke Control System), menyerap
asap keluar bangunan semaksimal mungkin;
j) Landasan Helikopter (Heli Pad), sarana evakuasi untuk pendaratan
helikopter di dak atap gedung;
k) Masker (Mask), untuk perlindingan terhadap asap, dimana pada
banyak kasus kebakaran, sebagian korban jiwa kehabisan nafas,
menghirup asap
4) Sistem Manajemen Pengamanan Kebakaran (Fire Risk Managment)
Manajemen Pengamanan Kebakaran (Fire Safety Management),
adalah suatu sistem pengelolaan untuk mengamankan penghuni,
pemakai bangunan maupun harta benda didalam diluar bangunan
(lingkungan) dari ancaman bahaya kebakaran, yang dilaksanakan
dengan bantuan dari Dinas Pemadam Kebakaran, langkah
pengamanan tersebut meliputi hal berikut :
a) Tindakan Preventif, bersifat rutinitas dengan melaksanakan
langkah
- langkah pencegahan dan persiapan menghadapi peristiwa
kebakaran, meliputi :
Pemeriksaan dan Uji Coba (Testing and Commisioning);
Pemeliharaan Peralatan (Maintenance);
Pelatihan Personil (Fire Training);
Penilaian (Fire Risk Management);
Pembagian Wlayah Manajemen Kebakaran (Fire Zone
Management);
Asuransi untuk Kebakaran (Fire Risk Insurance)
b) Tindakan Aktif, bersifat usaha/langkah penanggulangan bahaya
kebakaran, melipui Prosedur Tetap (PROTAP) dan SOP dengan
memperhatikan siapa-dimana dan bilamana -bagaimana (SIADI
dan BIBA)
f. Sistem Kelistrikan
 Standar-standar yang digunakan
1) PUIL 1987 - Indonesia Standard
2) JIS - Japanese Standard
3) VDE/DIN - German Standard
4) NEMA - U S A Standard
5) B S - British Standard
6) NFC - French Standard
7) NCFA - National Code Fire Alarm Standard
8) NEC - National Electric Codes
9) NFPA - National Fire Protection Association
 Dasar-dasar perencanaan
Kriteria penting yang harus dipenuhi dalam perencanaan sistem kelistrikan
diantaranya adalah kualitas dan kontinuitas dalam penyediaan daya
listriknya. Selain itu sistem kelistrikan tersebut harus memenuhi berbagai
persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
1) Kendala Sistem, tata cara pengoperasian pelayanan kesehatan
menghendaki keandalan yang tinggi dalam penyediaan daya
listrik,
aman dari kegagalan dan sesedikit mungkin gangguan terhadap
sistem secara keseluruhan;
2) Kemudahan dalam Operasional dan PemeliharaanSistem
kelistrikan
harus direncanakan sesederhana mungkin untuk memudahkan
dalam operasi dan pemeliharaan;
3) Pengaturan Tegangan, Mengingat banyaknya peralatan medis dengan
batas toleransi tegangan tertentu, maka tegangan sumber listrik harus
dapat dipertahankan pada berbagai macam beban;
4) Pemeliharaan, Sistem distribusi kelistrikan harus direncanakan dengan
berbagai kemudahan bagi pemeriksaan dan perbaikan jika terjadi
gangguan atau kerusakan;
5) Fleksibilitas, Sistem kelistrikan harus direncanakan dengan cukup
fleksibel, yang berarti tanggap terhadap kemungkinan terjadinya
penambahan dan perluasan bangunan serta peralatan. Harus
diperhatikan perubahan tegangan listrik, rating peralatan, penambahan
ruang peralatan baru bahkan kemungkinan penambahan beban
kelistrikan;
6) Biaya Investasi dan Operacional, Sistem kelistrikan harus
direncanakan dengan menekan serendah mungkin biaya investasi dan
biaya pengoperasiannya
 Sumber daya dan beban listrik
Klasifikasi beban listrik, perencanaan sistem kelistrikan harus diawali
dengan memperhatikan besaran dan sifat-sifat beban yang dilayani,
termasuk kemungkinan pertumbuhan beban akibat perluasan bangunan
serta jenis peralatan yang ada.
1) Beban Penerangan
Standar VA/M2 untuk penerangan tergantung pada tingkat iluminasi dan
efisiensi dari perangkat pelengkapnya. Berdasarkan pada IEEE No.
241, standar tersebut berkisar antara 10 VA/m2 sampai dengan 120
VA/m2. Harga ini terlalu tinggi dan berdasarkan perkiraan rata-rata
penerangan di Indonesia, diambil standar antar 10 VA/m2 sampai 50
VA/m2, atau rata- rata 25 VA/m2 untuk seluruh bangunan.
2) Beban Peralatan
Yang termasuk beban peralatan diantaranya adalah :
a) Stop kontak;
b) Air conditioning (ac) dan ventilasi;
c) Pompa-pompa;
d) Lemari pendingin;
e) Peralatan dapur;
f) Lift atau eskalator (kemungkinan apabila ke depan
diperlukan);
g) peralatan komunikasi
Beban ini berkisar antara 30 VA/m3 sampai dengan 130 VA/m2, dan
beban keseluruhan berkisar antara 30% sampai dengan 50% dari
seluruh luas bangunan yang ada.
3) Beban Lain-lain
Beban lain-lain tersebut khususnya adalah beban listrik dari peralatan
mediskhusus yang harganya berkisar antara 20 VA/m2 sampai dengan
40 VA/m2.
Kategori Pembebanan, Beban listrik untuk setiap bangunan dibedakan
atas tiga katagori sebagai berikut :
a) Prioritas Utama (kategori A); beban yang harus disuplai
secara
kontinu tanpa boleh terputus sama sekali, baik oleh sumber listrik
PLN maupun sumber cadangannya;
b) Prioritas Sedang (katagori B); beban yang dilayani secara kontinu
oleh sumber listrik PLN dengan sumber cadangan Diesel-
Generator;
c) Beban Umum (katagori C); beban yang hanya dilayani oleh
sumber listrik PLN saja
4) Jaringan Distribusi dan Sumber Daya Cadangan
Faktor penting yang mempengaruhi perencanaan sistem kelistrikan
dan pengaturan jaringan adalah : karakteristik beban, kualitas
pelayanan, ukuran dan konfigurasi bangunan serta pertimbangan
biaya.
Sedangkan sumber daya listrik cadangan adalah sebagai berikut
:
a) Diesel-Generator, Sebagai sumber tenaga cadangan (khususnya
untuk melayani Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Bedah),
digunakan diesel generator dengan perkiraan kapasitas antara
30% sampai dengan 40% dari total beban puncak;
b) Uninterruptible Power Suplly (UPS), UPS sangat penting untuk
mensuplai daya listrik cadangan peralatan-peralatan medis penting
yang melayani kelangsungan hidup pasien serta peralatan lain
seperti telepon, alarm kebakaran, PABX serta peralatan
komunikasi dan komputer.
g. Sistem Telekomunikasi
 Standar-standar yang digunakan
1) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987);
2) Peraturan/Perundang-undangan Telekomunikasi Indonesia;
3) Undang-undang Penyiaran Indonesia;
4) Standar Industri Indonesia (SII);
5) USA Standard;
6) British Standard (BS);
7) Japan Industrial Standard (JIS)
 Dasar-dasar perencanaan
Sistem telekomunikasi yang akan direncanakan terdiri dari Sistem Telepon
(dan PABX), Berikut ini adalah perencanaan masing-masing sistem yang
dapat dikembangkan sebagai berikut :
1) Sistem Telepon dan PABX, Pengadaan kapasitas line Telkom dengan
jumlah yang memadai dan PABX di setiap gedung;
2) Sistim antena pemancar

h. Sistem CCTV dan Security (Keamanan)


 Standar-standar yang digunakan
1) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987);
2) Peraturan/Perundang-undangan Telekomunikasi Indonesia;
3) Standar Industri Indonesia (SII);
4) USA Standard;
5) British Standard (BS);
6) Japan Industrial Standard (JIS)
 Dasar-dasar perencanaan
Sistem telekomunikasi yang akan direncanakan terdiri dari Sistem CCTV
(Closed Circuit Television), Security Alarm, yang ditempatkan di berbagai
tempat strategis untuk pemantauan. Berikut ini adalah perencanaan
masing- masing sistem yang dapat dikembangkan sebagai berikut :
1) Sistem CCTV dan Monitoring untuk pengendalian dan pengawasan
keamanan gedung dan lingkungan;
2) Sistem Security Alarm, dengan sistem heat detection, yang terintegrasi
dengan sistem CCTV

i. Sistem MATV
 Standar-standar yang digunakan
1) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987);
2) Peraturan/Perundang-undangan Telekomunikasi Indonesia;
3) Standar Industri Indonesia (SII);
4) USA Standard;
5) British Standard (BS);
6) Japan Industrial Standard (JIS)
 Dasar-dasar perencanaan
Sistem MATV (Master Antene Television) melengkapi kebutuhan kawasan
di berbagai tempat yang memerlukan. Berikut adalah perencanaan masing-
masing system yang dapat dikembangkan :
1) Sistem MATV;
2) Antena Parabola dan receiver serta booster;
3) Terminal outlet dan TV monitor multi system sesuai dengan kebutuhan

j. Sistem Komputer dan Data Link


Sistem komputer berupa “Local Area Network” diperlukan guna menunjang
seluruh kegiatan informasi dan data Kegiatan di kawasan Gedung. Sistem ini
berupa jaringan komputer personal (PC) sebagai user dengan satu server
sebagai bank data diharapkan dapat meningkatkan unjuk kerja secara
keseluruhan.
k. Sistem Pertanahan (Grounding System)
Berbagai area di dalam bangunan memerlukan sistem pentanahan yang baik,
guna menghindarkan karyawan, pengunjung dan aparat dari bahaya sengatan
listrik (electrical hazard) serta peralatan dari kerusakan dari bahaya induksi
listrik. Untuk itu, persyaratan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
 Tiap ruangan dan seluruh peralatan elektrikal harus mempunyai system
pentanahan yang baik;
 Tidak lebih dari dua stop kontak dalam satu sirkuit cabang;
 Transformer, saklar, circuit breaker harus ditempatkan di lokasi aman
l. Sistem Proteksi Petir
Mengingat kerusakan akibat sambaran petir yang cukup berbahaya, maka
muncullah usaha-usaha untuk mengatasi sambaran petir. Ada 4 kriteria yang
harus di perhatikan dalam sistim penangkal petir untuk dapat mengikuti
standar dunia yang telah teruji :
 Jaringan "Air Termination";
 Penghantar/down conductors;
 Jaringan pembumian;
 Bonding - untuk mengindari "side flashing" korosi adalah hal yang sering
terjadi pada sistim penagkal petir
m. Sistem Tata Suara
Penataan suara sangat penting dalam kegiatan di sekolah ini, penyusunan
system tata suara direncanakan menggunakan sound sistem set yang terdiri
dari sound system set dan speaker (ceilling mounted dan coulem speaker)
serta speakeruntuk back ground musik dan public addres.
n. Sistem Otomatisasi Gedung dan Manajemen Energi
Bangunan Gedung ini, direkomendasikan untuk menerapkan sistem “gedung
pintar” (smart building) atau lebih dikenal dengan Building Automation System.
Sistem ini pada dasarnya adalah suatu manajemen operasional dan
pemeliharaan sistem-sistem elektrikal dan mekanikal di seluruh bangunan
secara terintegrasi, sehingga didapatkan kemudahan- kemudahan
serta
peningkatan efektivitas dan efisiensi penggunaan energi baik energi
listrik maupun energi bahan bakar lain bagi seluruh peralatan.
BAS merupakan perangkat sentral yang dapat memonitor dan
mengendalikan
operasi Air Conditioning, sistem penerangan, sistem keamanan serta sistem-
sistem lain di seluruh bangunan sehingga dengan demikian secara cepat dapat
diketahui penggunaan peralatan dalam suatu saat dan gangguan-
gangguan yang terjadi, sehingga dengan cepat pula dapat dicari upaya untuk
mengatasinya.

6. Pendekatan Kebutuhan Ruang dan Persyaratan Ruang


Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara meliputi
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung
negara dari segi tata bangunan dan lingkungannya, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana detail Tata Ruang
Kota (RDTK) dan Rencana teknik Ruang Kota (RTRK), yang meliputi :
a. Peruntukan Lokasi : Bangunan Gedung sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai
Fasilitas Gedung.
b. Jarak antara bangunan dengan bangunan : Sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung, maka jarak
blok/masa bangunan harus mempertimbangkan hal-hal seperti :
 Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
 Kesehatan, termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
 Kenyamanan;
 Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan
c. Ketinggian bangunan : Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah setempat tentang ketinggian
maksimum bangunan pada lokasi.
d. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : Ketentuan besarnya Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah
setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang bersangkutan, formula
umum KDB adalah sebagai berikut :
���� �����𝑖
�����
��������
��� = × 100%
���� ��ℎ��

e. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : Ketentuan besarnya Koefisien Lantai


Bangunan (KLB) mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah
setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang bersangkutan, dengan
formula umum sebagai berikut :
���� ��ℎ��
��������
��� = × 100%
���� ��ℎ��
f. Koefisien Daerah Hijau (KDH) : Perbandingan antara luas seluruh daerah
hijau dengan luas persil bangunan gedung negara, sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah setempat tentang bangunan, harus
diperhitungakn dengan mempertimbangkan :
 Daerah resapan air;
 Ruang terbuka hijau
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus
mempunyai KDH minimum sebesar 15%.
g. Garis Sempadan Bangunan : Ketentuan besarnya garis sempadan, baik
garissempadan pagar maupun garis sempadan bangunan harus mengikuti
ketentuanyang diatur dalam Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan
Gedung untuklokasi yang bersangkutan, dengan rumus :
�(𝑝 − �) = (1⁄2 ��� + 1). �����
Dimana :
�(𝑝 − = Jarak garis sempadan pagar dan bangunan
�) = Lebar perkerasan jalan

𝑝

h. Parkir
Dipergunakan untuk mengetahui daya tampung parkir kendaraan pada
suatu ruang tertentu, jalan, parkir khusus, dengan rumus :
�−
1
𝑁=

Dimana :
𝑁 = Jumlah kendaraan yang bisa ditampung
� = Panjang ruang parkir (pada sisi jalan)
P = Rata-rata jarak antar mobil persatuan sistem parkir
(paralel, sudut 900, 600, 450, 300)
Sedangkan kebutuhan parkir, dihitung dengan rumus :
���� �����𝑖 ��������
∑����𝑖� =
100 �2

i. Aksebilitas/Pencapain : aksebilitas adalah tingkat kemudahan pencapaian


suatu lokasi, aksebilitas dapat digunakana untuk menganalisa tingkat
keterpusatan suatu lokasi suatu fasilitas pelayanan, menurut model ini
aksebilitas suatu lokasi dipengaruhi oleh 4 (empat) variable, yaitu kondisi jalan,
fungsi jaringan jalan, ketersediaan angkutan umum dan jarak, disajikan dengan
rumus :
��

�=∑


Dimana :
A = Tingkat aksesibilitas
K = Kondisi perkerasan jalan
F = Fungsi jaringan jalan
D = Jarak
j. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan Bangunan : Bangunan
gedungnegara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana bangunan yang
memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pekerjaan
non-standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada pada bangunan
gedung negara, seperti :
 Sarana parkir kendaraan;
 Sarana untuk penyandang cacat;
 Sarana penyediaan air bersih;
 Sarana drainase, limbah dan sampah;
 Sarana ruang terbuka hijau;
 Sarana hidrant kebakaran halaman;
 Sarana penerangan halaman;
 Sarana jalan masuk dan keluar
k. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Asuransi
 Latar belakang
Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini, masyarakat dan
internasional menerapkan standar acuan terhadap berbagai hal terhadap
industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan,
serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor
telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000)
serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin
tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah
peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996.
Secara normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1,
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Saat ini seringkali terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
kelalaian dari para pekerja, tidak adanya sistem manajemen K3 di
perusahaan, tidak pedulinya manajemen terhadap keselamatan dan semua
itu hanya dipandang sebelah oleh perusahaan tersebut. Dampak dari
kecelakaan kerja tersebut akan sangat merugikan dari perusahaan
tersebut, dimana nama baik atau citra perusahaan akan jatuh dan tidak
dipercaya oleh masyarakat atau pengakuan secara nasional maupun
internasional.
Untuk itu saat ini dipersyaratkan bagi perusahaan kontraktor dengan
kualifikasi besar diharuskan menerapkan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3) atau OHSAS 18001 (Occupational Health and
Safety Assessment Series), namun seringkali dalam pelaksanaannya
kurang konsisten terutama dalam hal perencanaan pekerjaan, dimana
perencanaannya di lakukan oleh konsultan perencana, namun belum
memasukkan unsur-unsur K3 dalam Desain Engineering Detail (DED).
Untuk itu perlu adanya perubahan paradigma dimana unsur safety (K3)
perlu dimasukkan dalam perencanaan, agar dapat mengurangi tingkat
kecelakaan dari hasil pekerjaan.
 Dasar hukum
1) Undang-undang Nomor : 01 tahun 1970 tentang Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja
2) Permenaker Nomor : PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3) Permenaker Nomor : PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
4) SK Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor
: 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamtan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi, dan atau peraturan
penggantinya
Ketentuan asuransi selama pelaksanaan pembangunan bangunan gedung
negara mengikuti ketentuan yang berlaku.
 Tujuan
Tujuan dari penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan
Kerja adalah :
1) Mencegah terjadinya kecelakaan kerja;
2) Menghilangkan (eliminasi) resiko
kerja;
3) Mengurangi adanya bahaya kerja;
4) Menciptakan tempat kerja yang “Safe” (aman);
5) Meningkatkan efisiensi dan produktifitas
kerja
7. Pendekatan Hubungan Kelompok Kegiatan Pengguna
Kelompok kegiatan ruang memiliki hubungan saling berkait satu sama
lainnya. Hubungan antar kelompok kegiatan ruang dapat disajikan pada gambar
berikut :

8. Pendekatan Keamanan
Faktor keamanan adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam
pembangunan gedung. Faktor keamanan terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Kemanan Struktur Bangunan
 Perencanaan dan pelaksanaan struktur bangunan harus memenuhi standar
teknis dan ketentuan yang berlaku di Indonesia, yaitu :
 Keputusan Menteri PU 45/PRT/M/2007, tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
 Tata Cara Konsultansi Pengawasan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1726-2002);
 Tata Cara Konsultansi Pengawasan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung, SNI 1727-2002;
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. (SNI 03-
28472002);
 Tata Cara Konsultansi Pengawasan Dinding Struktur Pasangan Blok Beton
Berongga;
 Bertulang untuk Bangunan Rumah dan Gedung, SNI- 3430;
 Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung, SNI-1728;
 Tata Cara Konsultansi Pengawasan Beton dan Struktur Dinding Bertulang
untuk Rumah dan Gedung, SNI- 1734;
 Tata Cara Konsultansi Pengawasan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1729-2002);
 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, SNI-2834;
 Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton, SNI- 3976;
 Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat
Ringan, SNI-3449;
 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1987 yang diterbitkan oleh
Dewan Normalisasi Indonesia;
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1961 yang ditetapkan oleh
Dewan Normalisasi Indonesia;
 Undang-undang nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;
 SNI tentang Pembebanan dan Gempa;
 SNI tentang Beton Bertulang;
 SNI tentang Baja Profil;
 Dan Peraturan-Peraturan lainnya yang terkait tentang bangunan Gedung
b. Keamanan Lokasi (Site)
Lokasi lingkungan dari fasilitas juga menjadi pertimbangan dalam
perencanaan awal. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di antaranya :
 Visibilitas
Artinya pemilihan lokasi sebaiknya bertetangga dan memiliki angka
kriminalitas rendah dan diusahakan dekat dengan layanan emergensi
seperti polisi, pemadam kebakaran, fasilitas medis, dll.
 Transportasi
Lokasi relatif mudah dicapai dengan kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi.
 Bencana Alam
Lokasi harus memiliki angka yang rendah terhadap kemungkinan
terjadinyabencana alam, misalnya banjir, gempa bumi, dll.

9. Pendekatan Perhitungan Besaran Ruang


Pendekatan kebutuhan luas ruang ini dimaksudkan untuk mendapatkan besaran
luas tiap ruang baik melalui standard ruang yang telah ada maupun melalui studi
banding dan studi lapangan. Adapun acuan yang dipakai untuk menentukan standar
ruang dari masing-masing kegiatan melalui literatur dan studi lapangan, yaitu :
a. Architect’s Data, Jilid 1, Ernst Neufert, John Wiley an Sons, New York, 1996.
(EN1);
b. Architect’s Data, Jilid 2, Ernst Neufert, John Wiley an Sons, New York, 2001.
(EN2);
c. AJ Metric Handbook Third Edition, Fourth Impression. Jan A.Sliwa,
the d. Architectural Press, London, 1969. (JA);
e. Planning Academic And Research Library Buildings, Keyes D. Metcalf,
McGraw
Hill Book Company, 1965. (KD);
f. Analisa Studi Ruang, 2013 (AS);
10. Pendekatan Tapak dan Tata Letak
Kriteria pemilihan tapak, digunakan kriteria pemilihan tapak menurut De Chiara
(1973) dan De Chiara (1978), yaitu : visibilitas yang baik, topografi tapak yang datar
sama rata dengan ketinggian jalan, dimensi tapak yang mampu menampung
program ruang dan memprediksi pengembangan, orientasi tapak bagi fasade
gedung yang nantinya berada di dalamnya, struktur tanah yang baik dan seragam,
kebisingan yang minim, pencemaran bau yang minim, sesuai dengan PBS
(peraturan bangunan setempat), memiliki integrasi dengan gedung lain yang baik,
kesesuaian dengan program pengembangan, aksesibilitas (pejalan kaki dan
kendaraan) yang baik dan view yang baik.
Berikut ini adalah penentuan bobot untuk masing-masing kriteria pemilihan
tapak,
dimana besar bobot adalah sama yaitu angka 10.
No Kriteria Bobot
1 Visibilitas 10
2 Topografi 10
3 Luas lahan (Dimensi tapak) 10
4 Orientasi tapak 10
5 Struktur tanah 10
6 Kebisingan 10
7 Pencemaran bau 10
8 Kesesuaian PBS 10
9 Integrasi dengan gedung lain 10
10 Sesuai program pengembangan 10
11 Aksesibilitas pejalan kaki 10
12 Aksesibilitas kendaraan 10
13 View dari dan ke tapak 10

11. Pendekatan Bentuk Massa Bangunan


Penempatan massa bangunan arsitektur berorientasi terhadap arah sinar matahari
dan iklim setempat. Bangunan khususnya lantai dasar harus memperlihatkan
sebagai bangunan yang ramah kepada publik dengan memperlihatkan kejelasan
arah jalan masuk, keterbukaan (mengundang untuk masuk), serta elemen-elemen
dari material yang mempermudah untuk berorientasi menuju di dalam bangunan.
Bentuk denah maupun bangunan gedung sedapat mungkin simetris dan sederhana,
guna mengantisipasi kerusakan yang diakibatkna oleh gempa. Dalam hal denah
bangunan berbentuk T, L atau U, maka harus dilakukan pemisahan struktur atau
delatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat gempa atau penurunan tanah.
12. Pendekatan Peraturan Bangunan Setempat
Dasar Hukum yang melandasi Pedoman Umum adalah :
 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
 Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
 Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
 SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
 SK Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
 SK Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/KPTS/2000 tentang, Ketentuan
Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
 SK Direktorat Jenderal Perumahan clan Permukiman Nomor 58/KPTS/DM/2002
tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada
Bangunan Gedung. 11. SNI 03-1728-1987, Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan
Bangunan Gedung 12. SNI 03-1726-1989, Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan Gedung
 SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
 SNI 19-2454-1991, Tata Cara Pengolahan Teknik Sampah Perkotaan
 SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman
 SNI 03-453-1987, Tata Cara Instalasi Petir Untuk Bangunan
 SNI 03-1727-1989, Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
 Gedung
 SNI 03-1728-1989, Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung
 SNI 03-1734-1989, Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung
 SNI 03-1736-1989, Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan Pencegah
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
 SNI 03-1745-1989, Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung
 SNI 03-2847-1992, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan dan
Gedung
 SNI 03-1735-1993, Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung
 SNI 03-1733-2004 SNI 03-3985-1995, Tata Cara Perencanaan Pemasangan
Sistem Deteksi Alarm Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Rumah dan Gedung
 SNI 03-1746 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana
Jalan Keluar untuk Penyelamatan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung
 SNI 03-3989 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem
Sprinkler Otomatik untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung
 SNI 03-1735 - 2000 tentang Tata Cara Akses Bangunan dan Akses Lingkungan
untuk Pencegahan Bahaya kebakaran pada Bangunan Gedung
 SNI 03-1736 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
 SNI 03-1745 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem
Pipa Tegak dan Selang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung
 SNI 03-3985 - 2000 tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan, dan
Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung
 SNI 03-6570 - 2001 tentang Pompa yang Dipasang Tetap untuk Proteksi
Kebakaran
 SNI 03-6571 - 2001 tentang Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada
Bangunan Gedung
 SNI 03-6572 - 2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung
 SNI 03-6575 - 2001 tentang Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung
 SNI 03-6574 - 2001 tentang Tata Cara Penerangan Darurat, Tanda Arah, dan
Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung
 SNI 03-2396 - 2001 tentang Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung
 SNI 03-1726 - 2002 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung
 SNI 03-1729 - 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja pada
Bangunan Gedung
 SNI 03-1728 - 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton pada
Bangunan Gedung
 SNI 03–6759 – 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi
pada Bangunan Rumah dan Gedung
 Peraturan daerah setempat lainnya.

13. Pendekatan Sistem Struktur Bangunan


Persyaratan struktur bangunan meliputi persyaratan struktur, pembebanan,
struktur atas, struktur bawah dan keandalan bangunan gedung.
a. Struktur bangunan
 Setiap bangunan, strukturnya harus direncanakan dan dilaksanakan
agarkuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan
memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta memenuhi persayaratan
kelayakan (serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan dan
kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
 Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh
aksi sebagai akibat dari beban- beban yang mungkin bekerja selama umur
layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan
sementara yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur, dan
serangga perusak.
 Dalam perencanaan struktur bangunan gedung terhadap pengaruh gempa,
semua unsur struktur bangunan gedung, baik bagian dari sub struktur
maupun struktur gedung, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa
rencana sesuai dengan zona gempanya.
 Struktur bangunan gedung harus direncanakan secara detail sehingga pada
kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi
keruntuhan kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna
bangunan gedung menyelamatkan diri.
 Perencanaan dan pelaksanaan perawatan struktur bangunan gedung seperti
halnya penambahan struktur dan/atau penggantian struktur, harus
mempertimbangkan persyaratan keselamatan struktur sesuai dengan
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
b. Pembebanan Pada Bangunan
 Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon struktur terhadap
beban-beban yang mungkin bekerja selama umur kelayanan struktur,
termasuk beban tetap, beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus.
 Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus
mengikuti :
1) SNI 03-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
rumah dan gedung, atau edisi terbaru; dan
2) SNI 03-1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah
dan gedung, atau edisi terbaru.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
c. Struktur atas bangunan
 Konstruksi Beton
Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti :
1) SNI 03-1734-1989 Tata cara perencanaan beton dan struktur dinding
bertulang untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru;
2) SNI 03-2847-1992 Tata cara penghitungan struktur beton untuk
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
3) SNI 03-3430-1994 Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan
blok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung,
atau edisi terbaru;
4) SNI 03-3976-1995 atau edisi terbaru; Tata cara pengadukan
pengecoran beton.
5) SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal, atau edisi terbaru; dan
6) SNI 03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan campuran beton
ringan dengan agregat ringan, atau edisi terbaru.
Tata cara pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung mencakup
hal-
hal yang berkaitan dengan ketentuan dan persyaratan yang meliputi
struktur, bahan, keawetan, kualitas, pencampuran, pengecoran,
pencetakan, sampai pada tahap pelindungan dan pelaksanaan. Hal-hal
yang berkaitan dengan persyaratan bahan secara lengkap tercantum dalam
SNI 03-3449-2002 meliputi proses pengujian, pemilihan bahan (semen,
agregat, air, baja tulangan, dan bahan tambahan), sampai pada tahap
penyimpanan. Adapun prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam
membangun gedung dengan ketinggian maksimal 2 lantai adalah pemilihan
dan penggunaan bahan
1) Air
Air berfungsi sebagai pencampur bahan-bahan beton. Air yang telah
bercampur dengan semen akan mengalami persenyawaan yang
berfungsi sebagai perekat antar senyawa. Berikut persyaratan yang
harus diperhatikan dalam pemilihan penggunaan air pada campuran
beton menurut SNI 03-3449-2002 :
a) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali,
garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang
merugikan terhadap beton atau tulangan.
b) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada
beton yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air
bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung
ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,
kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
d) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji morta yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada
adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan
diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar
semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi
50 mm)” (ASTM C109).
2) Baja
a) Persyaratan baja tulangan yang akan digunakan adalah sebagai
berikut: Baja tulangan harus bebas dari lipatan, retakan, karat,
sisik, serpihan, dan lapisan-lapisan yang dapat mengurangi daya
lekat.
b) Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja
tulangan doform (BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang
tidak boleh lebih dari 70% diameter nominalnya, dan tinggi
siripnya tidak boleh kurang dari 5% diameter nominalnya. o
Tulangan dengan Ø ≤ 12mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk
tulangan dengan Ø > 16mm memakai BJTD (deform) bentuk ulir.
c) Kualitas dan diameter nominal baja tulangan yang digunakan harus
dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang
prinsipnya
nilai kuat-leleh dan berat per meter panjang bahan tulangan
yang dimaksud.
d) Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang
digunakan harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut
yang ditentukan dengan rumus :
� = 4,9029√� ���� � = 12,47√�
Dimana :
d = diameter nominal (mm)
B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (Kg/mm)
Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal
ini sebagai berikut :
Ø Tulangan baja tulangan Toleransi berat yang diijinkan
Ø ˂ 10 mm ±7%
10 mm ˂ Ø ˂ 16 mm ±6%
16 mm ˂ Ø ˂ 28 mm ±5%
Ø > 28 mm ±4%

3) Pekerjaan kolom
Proses pekerjaan kolom melalui beberapa tahap, dimulai dari
penyetelan tulangan sampai pada tahap pengecoran dan finishing.
Pada tahap penyetelan tulangan, tulangan yang akan dipasang
disesuaikan dengan jenis tulangan berdasarkan RKS dan gambar kerja
yang ada, baik itu jenis dimensi dan jumlah tulangannya. Hal yang
diperhatikan dalam proses penulangan kolom antara lain :
Gambar Detail Penulangan Kolom
a) Pembuatan begel diperhitungkan selimut beton (beton decking) 2,5
cm. Pemasangan begel harus siku dengan tulangan pokok, diikat
bendrat dengan kuat. Jarak tulangan begel yang diikat dengan
tulangan kolom, 10 cm pada bagian tumpuan sepanjang ¼L dan
sisanya jarak begel 15 cm.
b) Penempatan kait begel selang-seling, tidak boleh satu sisi/segaris.
c) Tulangan pokok jumlah, posisi, dan diameternya sesuai
dengan gambar. Kedudukan tulangan harus vertikal, sambunganya
tidak boleh satu tempat (diselang-seling). Tulangan pokok satu
dengan lainnya harus berjarak minimal sama dengan diameternya.
Pada ujung tulangan harus diberi kait 90˚. Setiap pemasangan besi
kolom harus diakhiri dengan pemasangan beton tahu sebelum di
bekisting. Tulangan harus terselimuti beton secara simetris dengan
tebal 3 cm.
4) Pekerjaan balok
Pekerjaan balok dilakukan apabila pekerjaan penulangan kolom sudah
selesai dilakukan, yaitu dimulai dari tahap penyetelan tulangan sampai
pada tahap pengecoran dan perawatan. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pekerjaan penulangan balok sebagai berikut :
a) Pada pembuatan begel; memperhitungkan selimut beton
decking
2,5cm. Pemasangan begel siku-siku terhadap tulangan
pokok/vertikaldiikat dengan bendrat pada tulangan pokok. Jarak
tulangan begelyang dekat tumpuan 10 cm sejauh ¼ L, yang
ditengah berjarak 15 cm. Penempatan kawat begel selang seling
tidak boleh satu sisi.
b) Tulangan pokok; diameter, jumlah, dan posisi sesuai dengan
gambar.Sambungan tidak boleh satu tempat, kedudukannya harus
lurushorisontal. Jarak tulangan pokok baris kesatu denga kedua
dibuatsebesar diameternya. Antar tulangan tidak boleh
bersinggungan,harus diberi jarak minimum=diameter tulangannya.
Pada ujungnyaharus diberi kait 45˚-90˚. Setiap pemasangan
tulangan segera diberitahu beton (decking).

5) Pekerjaan plat lantai


Pekerjaan pelat lantai melalui beberapa tahapan yaitu :
a) Pengurugan pasir;
b) Urugan berupa berupa pasir dan batu dengan ketebalan 10 cm;
c) Pembuatan lantai kerja;
d) Bahan pembuatan lantai kerja berupa semen, pasir, dan kerikil
dengan perbandingan 1:3:5. Pembuatan lantai kerja dilakukan
selama 3 hari;
e) Pekerjaan waterproofing;
f) Pemasangan kawat mesh;
g) Screed;
h) Pemasangan bekisting;
i) Penulangan
Penulangan lantai ada 2 cara, yaitu secara manual dan dengan
menggunakan BRC M8 berukuran 510cm x 210m. Sebelum dipasang
BRC terlebih dahulu dibersihkan dari karat. Pada pemasangannya BRC
bertumpu pada beton decking setebal 7cm. Beton decking tebuat dari
campuran semen dan pasir dengan perbandingan 1:3, berfungsi untuk
mengatur ketebalan pengecoran. Antara BRC satu dengan lainnya
diikat dengan bindraat dan saling overlap 1 kotak. Penulangan pada
pelat lantai dilakukan dengan dua arah, karena 10/4=25 berdasarkan
persyaratan ly/lxdiperhatikan dalam pekerjaan penulangan pelat lantai
adalah sebagai berikut :
a) Diameter tulangan polos 10mm, jarak antar tulangan 20cm as ke
as.
Selimut beton decking 1,5cm dipasang 5 buah tiap

b) Jarak sisi luar atas tulangan tumpuan dengan telasaran papan
triplek sebesar 10,5 cm (jarak tulangan atas dan bawah 9 cm)
c) Setiap persilangan tulangan pokok diikat dengan tulangan balok
dengan kawat bendrat
d) Tulangan pelat tidak boleh diikat dengan tulangan balok
e) Pada daerah tumpuan diberi kursi/kuda-kuda setiap jarak 50 cm
f) Sebelum pengecoran semua sparing pipa listrik (lampu, AC, stop
kontak, akses untuk LCD), stek penggantung plafon, air bersih, air
kotor, harus sudah terpasang semua
g) Pemasangan shear connector
h) Pengecoran

Gambar Detail Penulangan Pelat Lantai

 Konstruksi Baja
Prinsip dasar penggunaan konstruksi baja membutuhkan perhitungan yang
spesifik dan akurat tergantung bentang dan luasan bangunan. Oleh karena
itu, tidak ada standar baku ukuran yang dapat menjadi sebuah patokan
untuk bangunan. Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti :
1) SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan bangunan baja untuk
gedung, atau edisi terbaru;
2) Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam
perencanaan konstruksi baja;
3) Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja;
dan
4) Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja selama Pelaksanaan
Konstruksi.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
ataubelum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
Berikut ini gambar contoh simulasi sederhana potongan portal dan detail
sambungan baja untuk bangunan dengan ketinggian maksimal 2 lantai :
Gambar Potongan Portal Konstruksi Profil Baja

Gambar Detail Sambungan Profil Baja

 Konstruksi kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus mengikuti :
1) SNI 03-2407-1994 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan
gedung, atau edisi terbaru;
2) Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Bangunan Gedung; dan
3) Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi Kayu; Dalam hal masih
ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
d. Struktur Bawah Bangunan
 Pondasi Langsung
1) Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan
daya dukung tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya
bangunan tidak mengalami penurunan yang melampaui batas
2) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan
parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan
memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah
yang lain
3) Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana
dan spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli
yang memiiki sertifikasi sesuai
4) Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi
beton bertulang
 Pondasi Dalam
1) Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah
dengan daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan
tanah, sehingga penggunaan pondasi langsung dapat menyebabkan
penurunan yang berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.
2) Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai
teori mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan
parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan
memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah
yang lain.
3) Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam harus diverifikasi
dengan percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi dalam
direncanakan dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor
keamanan yang lazim.
4) Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan
berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
5) Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah 1% dari
jumlah titik pondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik
secara random, kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta
disetujui oleh Dinas Bangunan.
6) Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung harus memperhatikan
gangguan yang mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan pada masa
pelaksanaan konstruksi.
7) Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah tepi laut
yang dapat mengakibatkan korosif harus memperhatikan pengamanan
baja terhadap korosi.
8) Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan
pondasi yang belum diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten
dengan metode konstruksi yang belum dikenal, harus mempunyai
sertifikat yang dikeluarkan instansi yang berwenang.
9) Apabila perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak, harus
menggunakan perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi terkait.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

e. Keandalan Struktur
 Keselamatan Struktur
1) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus
dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai
dengan ketentuan dalam pedoman/petunjuk teknis tata cara
pemeriksaan keandalan bangunan gedung
2) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan
sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan bangunan gedung,
sehingga bangunan gedung selalu memenuhi persyaratan keselamatan
struktur
3) Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara
berkala sesuai klasifikasi bangunan dan harus dilakukan atau
didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai
 Persyaratan Bahan
1) Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua
persyaratan keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan
dan pengguna bangunan, serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait
2) Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses
sesuai dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang
dimaksud
3) Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki
sistem hubungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan
bahan- bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap
gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan
4) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis
 Pendekatan Sistem Utilitas Bangunan
Persyaratan utilitas bangunan gedung meliputi persyaratan sistem
penghawaan, pencahayaan, komunikasi dalam bangunan, kemampuan
bangunan terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan dan sanitasi.

f. Sistem Penghawaan
Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus mengikuti :
 SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan
gedung;
 SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
 Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan
sistem ventilasi;
 Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan
sistem ventilasi mekanis. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang
belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar
baku dan/atau pedoman teknis.

Tabel. Kebutuhan Laju Udara Ventilasi Berdasarkan SNI 03-6572-2001


Kerapatan Kebutuhan Udara luar
Fungsi penghunian per Satuan
100 m2 Luas lantai Merokok Tidak Merokok
Ruang Kerja 7 orang 0,30 0,15
m3 / min
Ruang Pertemuan 60 orang 1,05 0,21
orang
WC Umum 100 orang 2,25 3,25

g. Sistem Pencahayaan
Persyaratan pencahayaan harus mengikuti :
 SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
 SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
 SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada persyaratan
lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI,
digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Tabel. Daya Maksimum Pencahayaan
Data Pencahayaan
Jenis Bangunan / Ruangan
Maksimum Watt / m2
Kantor 15,0

Ruang Kelas 15,0

Auditorium 25,0

Gudang 5,0

Pintu masuk dengan kanopi gedung kantor 15,0


Taman 1,0

Jalan untuk kendaraan dan pejalan kaki 1,5


Tempat Parkir 2,0
Sumber : SNI 03-6759-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Teknis
Konservasi Energi pada Bangunan Rumah dan Gedung

h. Sistem Komunikasi Dalam Bangunan


Persyaratan komunikasi dalam bangunan gedung dimaksudkan sebagai
penyediaan sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan
maupun untuk hubungan ke luar, pada saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi
darurat lainnya. Termasuk antara lain: sistem telepon, sistem tata suara,
sistem voice evacuation, dan lain-lain.
Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat dimungkinkan
asal memenuhi pedoman dan standar teknis yang berlaku.
 Perencanaan Komunikasi dalam Gedung
1) Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata komunikasi
gedung dan lain-lainnya, penempatan harus mudah diamati,
dioperasikan, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan
merugikan lingkungan dan bagian bangunan serta sistem instalasi
lainnya, serta direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan standar,
normalisasi teknik dan peraturan yang berlaku.
2) Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak memberi
dampak, dan harus diamankan terhadap gangguan seperti
interferensi gelombang elektro magnetik dan lain-lain.
3) Secara berkala dilakukan pengukuran/pengujian terhadap EMC
(Electro Magnetic Campatibility). Apabila hasil pengukuran terhadap
EMC melampaui ambang batas yang ditentukan, maka langkah
penanggulangan dan pengamanan harus dilakukan.
 Instalasi telepon
1) Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan: (i)
Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada gena-
ngan air, aman dan mudah dikerjakan. (ii) Ukuran lubang orang
(manhole)
yang melayani saluran masuk ke dalam gedung untuk instalasi
telepon minimal berukuran 1,50 m x 0,80 m dan harus diamankan
agar tidak menjadi jalan air masuk ke bangunan gedung pada saat
hujan dll. (iii) Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon
dan dekat dengan jalan besar.
2) Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik,
minimal berjarak 0,10 m atau sesuai ketentuan yang berlaku.
3) Ruang PABX/TRO sistem telepon harus memenuhi persyaratan: (i)
Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup dan
tidak boleh kena sinar matahari langsung, serta memenuhi
persyaratan untuk tempat peralatan; (ii) Tidak boleh digunakan cat
dinding yang mudah mengelupas; (iii) Tersedia ruangan untuk
petugas sentral dan operator telepon.
4) Ruang batery sistem telepon harus bersih, terang, mempunyai dinding
dan lantai tahan asam, sirkulasi udara cukup dan udara buangnya
harus dibuang ke udara terbuka dan tidak ke ruang publik, serta tidak
boleh kena sinar matahari langsung.

i. Sistem Kemampuan Bangunan Terhadap Bahaya Petir dan Bahaya Kelistrikan


 Persyaratan Instalasi proteksi Petir
Persyaratan proteksi petir harus memperhatikan :
1) Perencanaan sistem proteksi petir
2) Instalasi Proteksi Petir
3) Pemeriksaan dan Pemeliharaan Persyaratan siste proteksi petir harus
memenuhi SNI 03-7015-2004 Sistem proteksi petir pada bangunan
gedung
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
 Persyaratan Sistem Kelistrikan
Persyaratan sistem kelistrikan harus memperhatikan
:
1) Perencanaan instalasi listrik;
2) Jaringan distribusi listrik;
3) Beban listrik;
4) Sumber daya listrik;
5) Transformator distribusi;
6) Pemeriksaan dan pengujian;
7) Pemeliharaan
Persyaratan sistem kelistrikan harus mengikuti
:
1) SNI 04-0227-1994 Tegangan standar, atau edisi terbaru
2) SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL 2000),
atau edisi terbaru
3) SNI 04-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat dan siaga, atau
edisi terbaru
4) SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya listrik darurat menggunakan
energi tersimpan, atau edisi terbaru
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.

j. Sistem Sanitasi
 Persyaratan Plumbing dalam Bangunan
Persyaratan plambing dalam bangunan gedung harus mengikuti
:
1) Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun
2005 tentang Pengembangan sistem Air Minum dan Permenkes
907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti Pedoman
Plambing
2) SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi
terbaru
3) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku
dan/atau pedoman teknis
 Sistem Pengolahan dan Pembuangan air limbah / kotor
Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti :
1) SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi
terbaru
2) SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan
sistem resapan, atau edisi terbaru
3) SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau
edisi terbaru
4) Tata cara perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan sistem
pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan gedung
mengikuti standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

 Persyaratan penyaluran air hujan


Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti :
1) SNI 03-4681-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru
2) SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru
3) SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan, atau edisi terbaru
4) Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
 Persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan (Saluran Pembuangan Air
Kotor, Tempat Sampah, Penampungan Sampah, dan/atauPengolahan
Sampah)
1) Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya
2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah yang
diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan
volume kotoran dan sampah
3) Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur
ulang, memanfaatkan kembali beberapa jenis sampah seperti botol
bekas, kertas, kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah plastik
dan sebagainya
4) Dengan demikian harus disediakan tempat sampah untuk mendaur
ulang.
5) Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak
mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya
6) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis

14. Pendekatan Pembiayaan


Yakni aspek yang berhubungan dengan penggunaan biaya pembangunan.
Perencanaan pembangunan mengacu pada anggaran yang telah disediakan
dengan harapan seluruh komponen bangunan dapat mewujudkan keberadaanya,
sesuai yang
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

telah ditentukan dalam KAK/TOR dan perubahannya dengan nilai ekonomi yang
menguntungkan.
Sebagaimana lazimnya bangunan pendidikan, biaya pembangunan fisik
cenderung
terbatas, meskipun tidak harus diartikan sebagai sederhana dan tidak optimal. Untuk
menyiasati keterbatasan ini, pendekatan manajemen alokasi penggunaan dana
perlu dipertimbangkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah untuk ruang
dan bangunan yang kurang memerlukan tampilan-tampilan secara spesifik
diusahakan sangat efisien dan cukup memenuhi standar minimal dan sangat
fungsional (fisik). Sebagai contoh bangunan/ruangan, mekanikal-elektrikal, serta
bangunan-bangunan service lainnya. Dengan cara ini secara keseluruhan akan
diperoleh kelebihan- kelebihan yang dapat dioptimalkan untuk ruangan/bangunan
yang memerlukan penyelesaian-penyelesaian khusus. Ketinggian bangunan,
ketinggian tiap lantai diarahkan sampai tingkat memenuhi standar saja sehingga
efisiensi bahan bangunan akan diperoleh.

B. METODOLOGI
Metodologi dan tahapan pelaksanaan pekerjaan Jasa Konsultansi Perencana
Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu sesuai dengan
proses perencanaan ini dilakukan dengan kegiatan – kegiatan yang meliputi :
 Tahapan Awal, berupa kegiatan Pengumpulan data lapangan dan informasi yang
menyangkut rencana pembangunan, serta penelitian terhadap kondisi existing lahan
dan bangunan yang ada sebelumnya, dan diakhiri dengan konsepsi.
 Tahapan Kedua (tengah), berupa kegiatan perancangan dan pengembangan
rancangan
 Tahapan Akhir, berupa kegiatan penyusunan detail dan persetujuan rancangan.
Dalam mewujudkan sebuah karya ada 2 (dua) hal yang merupakan kunci utama
untuk menentukan keberhasilannya yakni perencanaan dan perancangan.
1. Perencanaan
Adalah sebuah pola pikir secara menyeluruh yang tidak terkait langsung dengan
fisik bangunannya dengan pola fikir yang berurutan.
a. Diagram alur dan Pola Pikir
1. Studi Eksisiting
Pengumpulan data dan studi- 2. Studi Literatur
studi 3. Studi Banding
4. Studi Pemecahan Permasalahan

Survei Lapangan

Penyusunan Konsep Tahap


Awal

Pra Rancangan

Persetujuan Pra Rancangan

Presentasi Awal

Alternatif – alternatif Tahap


Pengembangan Rancangan
Rancangan Tengah

Penyusunan Detail
Persetujuan Rancangan dan
Penandatanganan Gambar
Penyusunan RKS dan RAB
Penyusunan Dokumen
Lelang
Penyerahan Pekerjaan
Pengadaan Dokumen Tahap
Perencanaan
Akhir

b. Tahap Awal
Pada tahapan awal semua kegiatan akan diawali dengan pencarian data
yang bertujuan untuk analisa dan keberhasilan analisa tergantung dari
keakuratan
data yang diperoleh. Data yang dicari adalah :
 Eksisiting : Bangunan dan lingkungan
 Teknis, non teknis : Jumlah dan struktur organisasi pemakai
 Literatur : Literatur arsitektur, teknis sipil, utilitas,
Lansekap, dan literatur tentang bangunan
 Bangunan pembanding : Bangunan modern minimalis
 Pemecahan masalah : inventaris berbagai permasalahan
Perancangan dan pembangunan
Setelah tahap pengumpulan data, dilanjutkan dengan tahap pengolahan data.
Pada tahap ini, analisa dilakukan dengan mempertimbangkan setiap sisi /
komponen yang terkait dan memutuskan kesimpulan berdasarkan hasil
analisa
tersebut. Sisi / komponen yang terkait dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut :
 Sisi arsitektur dan program ruang
 Sisi ekonomis
 Sisi maintenance bangunan (pemeliharaan)
 Sisi psikologi, sosial - budaya dalam aktifitas belajar di sekolah
Setelah tahap pengolahan data, dilanjutkan penyusunan konsep. Konsep akan
menjadi pegangan dalam merancang arsitektur. Konsep yang dihasilkan
meliputi berikut :
 Konsep arsitektur dan program ruang
1) Merupakan bagian penting dalam kegiatan perancangan arsitektur,
suatu konsep mengandung kelayakan karena konsep menunjang
maksud, tujuan dan sasaran suatu proyek dan memperhatikan
karakteristik-karakteristik dan keterbatasan-keterbatasan yang khas
dan ada dalam suatu kegiatan/ proyek.
2) Peranan konsep dalam konteks arsitektur, yaitu suatu konsep
mengemukakan suatu cara khusus, bahwa syarat-syarat suatu
rencana, konteks dan keyakinan-keyakinan dapat digabungkan
bersama. Jadi konsep merupakan bagian penting dari perancangan
arsitektur.
3) Konsep yang utama yaitu bentuk mengikuti fungsi tanpa mengabaikan
kaidah-kaidah bentuk arsitektur setempat yang ada.
 Konsep struktur dan konstruksi
1) Konsep dasar struktur yang utama yaitu mudah (siapapun bisa
melaksanakan pekerjaan tersebut karena teknologi yang sederhana)
dan murah (tidak mahal, baik bahan baku untuk pembuatan struktur
itu sendiri maupun pemeliharaannya), tanpa mengabaikan/
mengurangi kekuatan dari sistem struktur itu sendiri.
2) Konsep bahan struktur yaitu mengutamakan bahan yang ada
dilingkungan setempat, karena sebaik atau sekuat apapun struktur
tersebut tapi kalau bahan yang tersedia tidak ada akan menimbulkan
masalah dikemudian hari, dalam hal pelaksanaan fisiknya.
3) Konsep lain yaitu struktur yang terpenting mampu mewadahi serta
selaras dengan bentuk tampilan arsitektur dari bangunan tersebut.
 Konsep utilitas bangunan
1) Sistem penyediaan air bersih
Sasaran tunggal daripada sistem penyediaan air bersih adalah
memberikan pengadaan air yang tepat dan mencukupi baik kuantitas
maupun kualitas untuk para pemakai bangunan.
2) Sistem pembuangan air kotor, kotoran maupun drainase
a) Sistem pembuangan air kotor dari wastafel dan kamar mandi
serta dari klosed langsung dihubungkan ke septicktank dari
sumur peresap/ resapan. Septicktank juga dilengkapi dengan
cerobong angin untuk sirkulasi udara.
b) Sistem drainase
Fungsi dari sistem drainase adalah menyalurkan pembuangan
air hujan baik berasal dari atap bangunan dari halaman disekitar
bangunan, yang perlu diperhatikan adalah sifat air yang selalu
mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Untuk ini kemiringan elevasi pembuangan sistem
drainase diharuskan menjauh dari bangunan untuk menghindari
timbulnya daerah-daerah genangan air.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka perencanaan sistem
drainase harus lebih dapat memanfaatkan kondisi topografi
(counter tanah) lokasi/ site serta keterpaduan dengan sistem
drainase setempat yang sudah ada.
 Konsep Mekanikal Elektrikal
1) Merupakan suatu konsep yang menggunakan sumber energi listrik
dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk penerangan/
pencahayaan bangunan beserta kelengkapannya.
2) Sebagai sumber energi berbagai instalasi dalam bangunan maka
penempatan sumber energi listrik sangat ditentukan jenis
instalasi dalam bangunan yang digunakan dan dengan demikian
penempatan instalasi dalam bangunan tersentralisir/ integrasi dengan
penempatan sumber energi agar pemanfaatan energi dapat
terkoordinasi dengan rapi dan efisien.
Syarat-syarat instalasi listrik :
a) Tegangan tinggi dipasang terpisah dengan tegangan rendah.
b) Dihindarkan dari tempat-tempat yang lembab dan basah.
c) Dipasang terbenam dalam bidang dan lantai (aman, pekerjaan
mudah, pengontrolan sukar).
d) Dipasang diluar dinding dan lantai (tingkat keamanan rendah,
pekerjaan mudah, pengontrolan mudah).
e) Variasi instalasi. Ditentukan oleh produk yang diinginkan dan
syarat-syarat kabel yang dianjurkan.
 Konsep tapak dan tata hijau
 Konsep perwujudan fisik bangunan (pembangunan)
c. Tahap Tengah
Tahap tengah meliputi kegiatan pra rancangan dan pengembangan rancangan.
Kegiatan perancangan tergantung pada dua komponen, yakni :
 Keahlian dan kejelian arsitek
 Akurasi masukan dari pihak terkait
Pengembangan rancangan diperlukan untuk mendapatkan rancangan yang
memenuhi berbagai syarat dan keinginan tambahan dari rancangan awal yang
diperoleh.
Pada tahapan tengah ini akan dilaksanakan presentasi untuk mengetahui
seluruh gambaran detail rancangan dan latar belakang maksud dan tujuan
rancangan yang dihasilkan.
d. Tahap Akhir
Pada tahapan ini dilaksanakan kegiatan pendetailan rancangan dan
penyusunan dokumen pembangunan. Pendetailan rancangan dimaksudkan
untuk menjelaskan lebih lanjut berbagai unsur (elemen) arsitektur yang
terdapat pada bangunan. Tujuan pendetailan ini adalah agar elemen arsitektur
secara lengkap dapat diketahui jelas oleh pembangun.
Kegiatan penyusunan dokumen merupakan kegiatan untuk menjelaskan
kepada calon pembangun agar mengerti aturan, keinginan dan harapan
pemilik bangunan akan kualitas seluruh bangunan dan kegiatan
pembangunannya. Harapan dari penyusunan dokumen ini adalah kelancaran
dan keberhasilan pada pekerjaan pembangunan nantinya.

2. Perancangan
Perancangan adalah sebuah pola pikir secara menyeluruh terhadap wujud fisik
bangunan yang akan dihadirkan dengan pola pikir yang tidak harus runtut dalam arti
bisa langsung keluar bentuk dahulu baru studi konsep atau sebaliknya. Begitu juga
bisa bersamaan tergantung dari kecermatan perancang dan kekuatan pemahaman
terhadap maksud dari fungsi sebenarnya bangunan.
Diagram Alur dan Pola Pikir Rancangan

Karya yang Bermakna dan Dibanggakan

Organisasi Sains Ling.


Ruang Sirkulasi View Dalam Dekorasi dll

Potensi – potensi Elemen Arsitektur


(Standar, teori, data, dll)

Image Estetika
(Strategi : harmoni, beauty, rhytm, unity, dll)

Kontras dan Archetype (Form,


Proporsi Balance Dekorasi dll
Klimaks langgam, style, dll)

KONSEP ESTETIKA

Makna / Arti Obyek Desain


(Filsafat objek : tujuan, permasalahan, dll)

Studi Pengguna dan Pemilik Studi Objek Desain


(karakter dan keinginan) (atribut benda desain)

Wacana Studi Studi


seputar existing kasus
objek

a. Konsep Dasar Perancangan


Merupakan prinsip-prinsip dasar dalam perancangan, terdiri dari :
1) Adaptibiltas
Membuat suatu bentuk rancangan bangunan yang dapat menampung
segala jenis perilaku dalam bangunan. Bangunan dapat mengakomodasi
interaksi sosial karena keragaman perilaku pengguna.

2) Aksesibilitas
Bangunan dengan kemudahan bergerak baik diluar maupun di dalam
lingkungan. Perancangan yang digunakan adalah dengan penerapan pola
sirkulasi yang jelas dan terbuka dan dapat dijangkau dari segala arah.
3) Kenyamanan
Bangunan yang dirancang memiliki kenyamanan dari segi bangunan dan
segi manusia. Rancangan harus dapat mewadahi perilaku yang
bermacam– macam. Ruang harus dapat digunakan dari semua golongan
perilaku.

4) Privasi
Ruang dalam bangunan dapat menimbulkan privasi sehingga pemakai
tidak merasa terganggu oleh aktifitas lain dalam bangunan yang sama.
Dalam hal ini ruang untuk pemakai yang membutuhkan tingkat konsentrasi
tinggi.

5) Sosialitas
Bangunan dapat mewadahi kemampuan seseorang dalam melakukan
hubungan dengan lingkungannya. Memberikan ruang yang berkesan
akrab sehingga dalam melakukan hubungan sosial dapat berjalan dengan
baik.

6) Terlindung
Kecenderungan dari pemakai bangunan ingin merasa aman dan
terlindung dari lingkungan tanpa merasa terkekang. Arahan bangunan
adalah dengan memberikan elemen pembatas bangunan dengan
lingkungan sekitar.
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

7) Mengawasi
Kemampuan perletakkan bangunan untuk mengawasi dan aktifitas lainnya
dalam suatu lingkungan, yaitu dengan meletakkan bangunan ditempat–
tempat yang mudah baik secara visual maupuan aksesbilitas.

b. Konsep Tapak / Tatanan Ruang Luar


1) Zoning
Zoning tapak memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, kesesuaian
dengan kegiatan dan kemudahan sirkulasi. Zoning tapak terbagi atas zona
pengelola, zona pelatihan, dan zona hunian.
Zona pelatihan perletakkan di bagian akhir/belakang karena berhubungan
dengan kebisingan, sedangkan zona penerima dan parkir kendaraan
berada paling awal karena bersifat publik dan zona bersama menjadi
penghubung zona yang lain.
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

2) Sirkulasi
Sirkulasi terdiri dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki yaitu berupa
pedestrian. Sebaiknya menggunakan pencapain secara langsung (linier)
dimana suatu pendekatan yang mengarah langsung ke suatu tempat
melalui sebuah jalan lurus yang segari dengan sumbu bangunan, hal
ini akan memudahkan dalam pencapaian ke bangunan, sehingga tidak
membingungkan pegunjung.

3) Orientasi Bangunan
Dalam memberikan citra permulaan yang baik bagi pengunjung, orientasi
bangunan utama berorientasi ke arah utara. Hal ini mempertimbangkan :
 Tata letak bangunan yang ingin ditonjolkan terhadap kawasan
 Arah datang sinar matahari, dikaitkan dengan efisiensi energi dan
pemanfaatan efek bayangan pada bangunan
 Best view yang baik, berpengaruh terhadap pembentukan orientasi
bangunan yang berkesan mengundang. Hal ini disesuaikan dengan
jalan utama

4) Tata Ruang Hijau


Rancangan harus dapat mewadahi beragam aktifitas, memberikan
rangsangan indrawi yang reaktif, memiliki kesesuaian antara fungsi dan
suasana.
Konsep tata hijau pada rancangan tata luar ditekankan pada penggunaan
jenis tanaman berdasarkan fungsi :
 Jenis pohon digunakan sebagai penahan angin dan sinar matahari;
 Jenis perdu digunakan sebagai pengarah sirkulasi ruang luar,
peneduh pada ruang terbuka dan area parkir;
 Jenis semak digunakan penahan polusi udara dan kebisingan
5) Parkir Kendaraan
Penataan parkir kendaraan cenderung menggunakan pola yang
disesuaikan dengan kondisi site dan efektifitas.

c. Konsep Arsitektur Bangunan


Konsep dasar perancangan yang dipakai dalam perancangan gedung fasilitas
umum berasal dari tema sustainable arsitektur yang diantaranya ekonomi,
ekologi dan sosial. Penerapan konsep sustainable arsitektur berupa
pemanfaatan secara maksimal kondisi site kawasan. Konsep Arsitektur yang
dipakai pada perancangan ini adalah “Greeen Building”. Terdapat 6 (enam)
aspek yang menjadi pedoman dalam evaluasi penilaian Green Building oleh
tim GBCI (Green Building Council Indonesia) yang terdiri dari :
1) Tepat Guna Lahan (Approtiate Site
Development/ASD);
2) Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency &
Conservation/EEC);
3) Konservasi Air (Water Conservation/WAC);
4) Sumber dan Siklus Material (Material Resource and
Cycle/MRC);
5) Kualitas Udara & Kenyamanan Ruang (Indoor Air Health and
Comfort/IHC);
6) Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and
Environment
Management/BEM)
Konsep dasar perancangan yang dipakai dalam perancangan gedung fasilitas
umum meliputi :
1) Tata massa bangunan
Bentuk dan wujud yang diterapkan melalui bentuk dan wujud geometri dan
simetris yang merupakan jawaban dari ekspresi independency dan unity
karena hal ini sesuai dengan fasilitas gedung atau markas kepolisian.

2) Bentuk dan tampilan bangunan


Bentuk keseluruhan bangunan harus mudah dipahami sebagai suatu
komposisi yang berkesinambungan, mempunyai kejelasan dan orientasi.
Bangunan harus sesuai dengan fungsi karakter, serta keselarasan antara
lingkungan sekitar. Aspek perancangan bangunan tropis diambil sesuai
dengan keadaan lingkungan guna membantu menimbulkan kekhasan
suasana.
3) Warna
Pada zona umum dan pengelola menggunakan warna pastel sesuai
prinsip responsibility karena akan memberikan kesan tenang dan netral.
Sedangkan untuk ruang penerima dan hunian menggunakan warna–
warna hangat sesuai prinsip solidarity sehingga menghadirkan kesan
akrab dan hangat.
4) Tekstur dan bahan
Menggunakan teksture dan bahan yang halus sesuai dengan prinsip unity
dan memperhatikan kesesuaian dengan prinsip responsibility karena
karakteristik permukaan akan mempengaruhi transmisi panas ke dalam
bangunan.
5) Ukuran skala dan proporsi
Pada zona hunian termasuk didalamnya kamar dan ruang santai
digunakan skala akrab sesuai dengan prinsip solidarity sehingga dapat
menciptakan suasana keakraban. Skala wajar digunakan pada ruang
pengelola dan umum. Skala menengah pada ruang hall (plaza) sebagai
ekspresi independency karena memberikan kesan terbuka dan leluasa.
Pada ruang hall menggunakan bukaan yang lebar dan rendah untuk
menciptakan kesan bebas.
6) Pencahayaan
 Pencahayaan alami
a) Menggunakan teritisan yang cukup panjang dan mengatur posisi
ketinggian jendela terhadap lantai;
b) Menggunakna jendela semaksimal mungkin agar cahaya
dan
terang langit dapat masuk ke ruangan;
c) Menggunakan open space (taman atau lahan terbuka di tengah
bangunan) untuk memasukkan sinar matahari ke dalam
bangunan yang memiliki area yang tidak terkena penetrasi
cahaya.
 Pencahayaan buatan
Sistem pencahayaan buatan diisolasikan sebagai cahaya lampu
dengan sistemdownlight dengan warna yang netral sehingga dapat
memberikan pencerahanyang seimbang.
7) Konsep ruang
Konsep ruang harus berkesan mendidik tetapi sederhana, keteraturan
dan kedisiplinan dalam ruang.
8) Sirkulasi
 Makro
Sirkulasi antara massa bangunan menggunakan sirkulasi terpusat
sesuai dengan prinsip solidarity, karena hal ini akan mengakomodasi
penghuni ke dalam sebuah massa bangunan yang memiliki
kepentingan bersama.

 Mikro
Sirkulasi antar ruang menggunakan pencapaian langsung atau linier
sesuai dengan prinsip equality karena akan mempermudah
dalam pencapaian dan mempersingkat jarak tempuh.

d. Konsep Struktur Bangunan


Struktur harus dapat mempermudah perletakkan fungsi atau ruang,
mencerminkan kesederhanaan dan fungsional yang maksimal tetapi tetap
memperhatikan estetika. Bahan utama yang digunakan adalah beton bertulang
dengan finishing yang menunjukkan nilai estetika seperti penggunaan kayu,
penggunaan atap sirap sebagai cerminan nuansa tropis. Struktur beton
bertulang
pada konstruksi bagian bawah dan perpaduan beton bertulang dan rangka baja
pada bagian konstruksi atas.
Konsep perencanaan struktur pekerjaan Jasa Konsultansi Perencana
Kegiatan
Pembangunan Gedung Baru Pengadilan Agama Pringsewu untuk memaparkan
sejelas mungkin konsep dan hasil analisa struktur gedung. Konsep
Perancangan Struktur ini berdasarkan atas :
1) Hasil perancangan Arsitektur, Mekanikal/Elektrikal, serta disiplin ilmu
lain yang terkait dengan perancangan struktur;
2) Data laporan penyelidikan tanah di lokasi bangunan akan didirikan, berupa
sifat-sifat fisik tanah, sifat-sifat teknis tanah serta data Muka Air Tanah;
3) Kondisi lingkungan sekitar bangunan;
4) Ketersediaan bahan bangunan pembentuk elemen struktur;
5) Standard perencanaan struktur yang berlaku dan Peraturan
Pemerintah
Daerah setempat yang berkaitan dengan perencanaan struktur
Konsep perancangan aklimatisasi ruang pada bangunan meliputi penggunaan
struktur bangunan dan bahan bangunan. Sistem struktur bangunan akan
mempengaruhi terbentuknya bangunan, sehingga akan mempengaruhi
penampilan bangunan tersebut. Ada beberapa persyaratan pokok struktur,
antara lain :
1) Fungsional, agar sesuai dengan fungsinya yang didasarkan atas tuntutan
besaran ruang, fleksibilitas terhadap penyusunan unit-unit hunian,
pola sirkulasi, sistem utilitas dan lain-lain;
2) Estetika struktur dapat merupakan bagian integral dengan ekspresi
arsitektur yang serasi dan logis;
3) Keseimbangan, agar massa bangunan tidak bergerak;
4) Kestabilan, agar bangunan tidak goyah akibat gaya luar dan punya daya
tahan terhadap gangguan alam, misalnya gempa, angin dan kebakaran;
5) Kekuatan, berhubungan dengan kesatuan seluruh struktur yang
menerima beban
6) Ekonomis, baik dalam pelaksanaan maupun
pemeliharaan
Pemilihan bahan material yang digunakan dalam perancangan sesuai dengan
unsur sustainable arsitektur.
Sistem struktur bangunan terdiri dari :
1) Sub structure
Struktur bawah bangunan atau pondasi. Karakter struktur tanah dan jenis
tanah sangat menentukan jenis pondasi. Sub structure pada bangunan
bertingkat menggunakan pondasi tiang pancang, sedangkan bangunan
tidak bertingkat menggunakan pondasi footplate dan pondasi lajur batu
kali.
2) Upper structure
Upper Structure adalah struktur kolom dan balok yang berada diatas
pondasi digunakan pada gedung ini adalah struktur rangka kaku (rigid
frame structure). Struktur ini baik untuk bangunan tinggi karena
kekakuannya yang terbentuk dari permukaan grid kolom dengan balok.
Bahan untuk struktur ini selain dari beton bertulang dapat juga berdiri
atas campuran beton dengan baja (komposit) atau cukup baja saja.
3) Plat dan balok
Bahan untuk struktur ini selain dari beton bertulang dapat juga berdiri
atas campuran beton dengan baja (komposit) atau cukup baja saja.
4) Dinding
Dinding menggunakan pasangan bata ringan, finishing dinding
menggunakan bahan ACP (Alumunium Composite Panel).
5) Plafond
Pada bahan plafond menggunakan bahan gypsum, dengan rangka hollow,
langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan, langit-
langit tingginya minimal 2,60 meter dari lantai.
6) Lantai
Finishing lantai pada bangunan dengan menggunakan pelapis lantai
granite tile dan pada luar bangunan dengan menggunakan paving, batu
sikat dan batu tempel.
7) Atap
Bentuk Joglo mempunyai sistem struktur penahan beban lateral yang
berbeda dengan rumah tradisional Jawa lainnya. Perbedaan itu terletak
pada struktur penahan gaya lateral melalui pembebanan pusat bangunan
yang berupa soko guru dan tumpang sari (Frick, 1998), dengan tujuan agar
bangunan menjadi berat dan stabil bila terkena gaya lateral. Kestabilan
kuda-kuda soko guru dijamin dengan angka keamanan yang cukup tinggi
(Ronald, 1988). Jumsai (1988) menyatakan bahwa rumah- rumah
tradisional di Siam dan Pasifik Barat cenderung berkonstruksi dan
berbahan ringan (lightweight constructionorganic). Pada bentuk Joglo
sebaliknya, terkesan berkonstruksi berat walaupun berbahan ringan
(kayu).
e. Konsep Utilitas
1) Sistem instalasi listrik
Penyediaan listrik bangunan, menggunakan sumber dari PLN. Sebagai
back up cadangan bila terjadi pemadaman listrik menggunakan genset.

PLN Gardu Listrik

Meteran Dalam Gedung

Trafo Panel Utama

Genset Luar Gedung

2) Sistem pencegahan kebakaran


Sistem pencegahan kebakaran menggunakan 2 jenis :
 Pencegahan Aktif
a) Sprinkler
b) Detector
c) Pemadam Portable
d) Fire Hydrant

Penempatan fire alarm alat pemadam kimia portable, yang


mudah dijangkau
Penempatan fire hydrant dan house rell di sekitar
bangunan

 Pencegahan pasif
a) Lebar koridor min 1.8 m, pintu darurat min 90 cm
b) Jarak tangga kebakaran max 30 m
c) Perancangan tangga atau jalan keluar darurat yang mudah
ditemukan oleh pengguna

3) Sistem Keamanan Bangunan


Sistem keamanan bangunan menggunakan intelligent Building System,
yang pengaplikasiannya menggunakan CCTV (Closed Circuit Television)
yang dapat diamati dari ruang pengawas dan dilengkapi alarm jika ada
yang merusak system.
Bagi visitor juga disediakan access card yang digesekkan saat akan
masuk area kantor. Pengamanan manual disediakan di pintu masuk parkir
kendaraan, lobby drop off, lobby basement, oleh staff security.

4) Sistem penghawaan
 Penghawaan alami
Penghawaan alami menggunakan bukaan melalui jendela untuk
mengalirkan udara alami. Penghawaan alami diterapkan pada seluruh
ruang yang berhubungan langsung dengan ruang luar serta ruang–
ruang servis dan utilitas.
 Penghawaan buatan
Penghawaan buatan menggunakan AC type central dan split. AC
central diterapkan pada ruang ruang tertentu berskala besar untuk
kegiatan bersama sedangkan AC split digunakan pada ruang – ruang
berskala kecil.
5) Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi terdiri dari :
 Tata suara (sound system)
Berfungsi sebagai pemberi kondisi pendengaran yang memuaskan
dan menunjang kelancaran kegiatan dalam bangunan, terdiri dari
microphone, amplifier, speaker. Penempatannya terutama zona
pelatihan.
 Komunikasi eksternal
Komunikasi yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan luar
bangunan. Media yang digunakan adalah telepon, faksimil dan
internet. Sistem jaringan yang digunakan adalah komunikasi dua arah
(duplex) seperti telepon dan void, serta komunikasi semi dua arah
(half duplex) seperti FAX, Chat Room.

6) Sistem penangkal petir


Penangkal petir menggunakan sistem faraday dan diletakkan pada
seluruh bagian luar bangunan di setiap ujung-ujung tertinggi massanya.

7) Sistem Plumbing
 Sistem air bersih
Kebutuhan air bersih berasal dari sumber primer PDAM dan
ditambahkan penyediaan air sumur dalam (deep well).

PDAM Meteran

Tangki air Pompa

Sumur
Dalam
 Sistem air kotor
Air kotor yang berupa kotoran padat dari kloset ditampung dalam
septcitank kemudian air dialirkan ke sumur resapan, sedangkan air
kotor cair dari urinoir dan kamar mandi diarahkan ke peresapan. Air
kotor dari dapur juga langsung diarahkan ke sumur peresapan,
dengan terlebih dahulu di treatment dalam bak lemak untuk
memisahkan lemak dan air kotor. Sistem pembuangan air kotor dibagi
berdasarkan zoning masing - masing dengan sistem terpisah.
Air hujan dialirkan melalui got yang terletak disekitar bangunan dan
penyediaan daerah resapan. Hal ini ditunjang dengan bentuk atap
bangunan yang mengambil bentuk joglo sehingga air hujan
dapat mengalir dengan baik.

Pembuangan air hujan dialirkan langsung ke saluran


kota

AIR KOTOR
Closet SEPTICTANK

WATER TREATMENT
Urinoir air KM
PLANT

SALURAN KOTA

AIR KOTOR DAPUR PENYARING LEMAK

AIR HUJAN
8) Sistem Pembuangan Sampah
Sampah dari tiap ruangan dikumpulkan dengan dipisahkan sampah
kering, sampah basah organik, sampah basah non organik kemudian
diangkut ke TPA, untuk sampah basah organik dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk untuk tanaman. Sedangkan sampah kering dapat didaur
ulang. Pada bangunan yang bertingkat menggunakan penyalur
pembuangan berupa shaff yang menghubungkan tiap lantai bangunan.

C. PROGRAM KERJA
Secara garis besar, urutan langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan Jasa
Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama
Pringsewu sebagai berikut :
1. Pengumpulan dan kompilasi data
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan survey lapangan dan kompilasi data yang akurat,
sehingga hasil yang didapatkan dari item pekerjaan ini dapat maksimal yaitu berupa
data pengukuran lapangan dan data visualisasi berupa dokumen foto lokasi, hal ini
dilakukan untuk mengetahui volume pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Analisa Laporan Survey
Berdasarkan hasil laporan survey, kondisi eksisting dianalisa dan dihitung, analisa
juga termasuk potensi dan hambatan yang ada di lingkungan. Setelah
laporan analisis hasil survey sudah diketahui, kemudian dikompilasi dengan teori
dan ketentuan yang berlaku, baik ketentuan tentang gedung/bangunan konstruksi
tapi juga peraturan-peraturan setempat dan utamanya rencana pengembangan
lingkungan setempat.
3. Presentasi
Setelah diperoleh hasil survey, kemudian hasilnya dipresentasikan kepada pihak-
pihak terkait, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan-masukan dari
berbagai pihak sebelum penyusunan hasil survey tersebut dilaksanakan.
4. Penggambaran/Pengembangan Survey
Dari hasil pekerjaan survey kemudian dilakukan kompilasi data dan cross check
data, guna diperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya berdasarkan data tersebut kemudian dilakukan penggambaran, yaitu
berupa gambar eksisting, tampak, denah dan detail-detailnya.
5. Konsultansi
Selama berlangsungnya tahapan penggambaran, dilakukan pula kegiatan
konsultansi dengan Pengelola Proyek baik kepada Pengguna Anggaran/
Penanggung Jawab Kegiatan ataupun Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)/
Dinas Teknis terkait. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kepastian, masukan
dan pendapat apakah keinginan Pengguna Anggaran/ Penanggung Jawab Kegiatan
sebagai Pemberi Tugas telah terekam dalam gambar karya perencanaan
ataupun dari Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan sebagai unsur Pembina dan Pembimbing dalam hal
teknis perencanaan apakah gambar tersebut telah memenuhi unsur teknis sesuai
dengan peraturan teknis yang berlaku.
6. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Tahapan ini dilaksanakan setelah gambar tampak, denah telah selesai dikerjakan
dan telah dilakukan konsultasi, perhitungan ini meliputi perhitungan volume tiap item
pekerjaan yang kemudian dikaitkan dengan harga satuan masing-masing item
pekerjaan untuk selanjutnya didapatkan biaya pekerjaan secara global (Jumlah
Anggaran Biaya Untuk Pekerjaan Fisik).
Membuat analisa unit price dari setiap jenis satuan pekerjaan berdasarkan unsur-
unsur material, peralatan, tenaga kerja, pajak-pajak, over head, keuntungan, sosial
yang didapat dari data informasi dari harga bahan/ material dan ongkos kerja yang
berlaku dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dokumen Perhitungan Biaya berisikan :
a. Analisa Biaya Harga satuan
b. Rencana Anggaran untuk masing-masing jenis pekerjaan
c. Rekapitulasi Biaya berdasarkan item-item pokok pekerjaan termasuk
pajak- pajak.
7. Penyusunan Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)/ Spesifikasi
Bersamaan dengan pembuatan perhitungan Anggaran Biaya dilakukan juga aktifitas
pelaksanaan pekerjaan penyusunan RKS, Dokumen yang dihasilkan dalam tahapan
pekerjaan ini adalah berupa persyaratan-persyaratan pelaksanaan pekerjaan baik
secara umum, administratif dan teknis.
Spesifikasi teknis dibuat sebagai pedoman pelaksanaan yang direncanakan,
dimana dibuat uraian umum, syarat administrasi dan syarat teknis.
Syarat-syarat teknis terbagi dalam lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan dan tata
cara pelaksanaan.
8. Legalisasi/ Pengesahan Karya Perencanaan
Setelah seluruh tahapan pekerjaan diatas selesai, maka tahapan pekerjaan
selanjutnya adalah legalisasi/ pengesahan gambar perencanaan, penelitian RAB
dan RKS oleh Pengguna Anggaran/ Penanggung Jawab Kegiatan, Instansi teknis
terkait lainnya yang berhubungan dengan proyek.
9. Penggandaan dan Penyerahan Dokumen Karya Perencanaan
Setelah mendapatkan legalisasi/ pengesahan, maka tahapan terakhir dari pekerjaan
perencanaan ini adalah berupa penggandaan dokumen dalam jumlah sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati untuk selanjutnya diserahkan kepada
Pengguna Anggaran/ Penanggung Jawab Kegiatan selaku Pemberi Tugas.
10. Tahap Pelelangan
Dalam tahap ini Konsultan Perencana berperan dalam melaksanakan penjelasan
pekerjaan kepada calon Kontraktor yang lulus seleksi, yang diundang untuk hadir
dalam rapat penjelasan pekerjaan dan penghitungan volume.
11. Tahap Pelaksanaan Konstruksi Fisik
Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan konstruksi fisik dilapangan
yang menyangkut teknis lelang/ pengadaan antara lain :
a. Memberikan penjelasan tambahan untuk memperjelas maksud dan
pengertian yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.
b. Membuat gambar-gambar atau syarat-syarat tambahan untuk
menyesuaikan dengan keadaan lapangan, bila dianggap perlu untuk
memperjelas hal-hal yang belum cukup jelas dalam dokumen kontrak/
dokumen lelang.
c. Memeriksa apabila perlu memperbaiki gambar-gambar tambahan yang
dibuat oleh Kontraktor untuk pelaksanaan fisiknya.
d. Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan paling sedikit 1 bulan sekali dan paling
banyak 1 minggu sekali.
12. Tahap Pengawasan Berkala
Konsultan Perencana akan melakukan pengawasan berkala, baik diundang maupun
tidak, dan memberikan masukan kepada Pemberi Tugas berkaitan
dengan perencanaan terhadap realisasi pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Kontraktor. Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan konstruksi fisik
dilapangan yang menyangkut teknis lelang/ pengadaan meliputi antara lain :
a. Memeriksa pelaksanaan pekerjaan (kesesuaian dengan rencana)
secara berkala.
b. Menyetujui besarnya prestasi fisik yang telah dicapai yang berkaitan
dengan pembayaran angsuran pelaksanaan.
c. Memberikan penjelasan/ memberi solusi pemecahan terhadap persoalan-
persoalan yang timbul selama masa konstruksi.
d. Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan paling sedikit 1 bulan sekali dan
paling banyak 1 minggu sekali.
13. Tahap Pelaporan
a. Produk dan laporan-laporan yang dipersyaratkan dalam RKS
Sesuai Dengan produk-produk sebagaimana hasil kerja Konsultan Perencana
b. Tata cara penyampaian laporan hasil karya perencanaan akan dibahas Pada
kesempatan penyampaian usulan kerja antara lain:
 Laporan Pendahuluan
 Laporan Hasil Perencanaan yang meliputi :
1) Dokumen gambar rencana DED ukuran A3
2) Dokumen RAB dan perhitungan volume / aktual check
3) Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
 Laporan Pelelangan Konstruksi
 Laporan Akhir Perencanaan
 Laporan Pendukung yang meliputi hasil pengukuran / survei
vi. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
Jadwal penugasan Personil direncanakan dalam 60 (Enam puluh) hari kalender
selama pelaksanaan pekerjaan perencanaan. Waktu yang ditentukan berdasarkan
Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

Pelaksanaan Item Kegiatan


Penyusunan DED Tender Pengawasan Berkala
No. Item Kegiatan Pekerjaan Konstruksi Ket
Bulan Ke Bulan Ke
(35 hari
1 2 kalender) 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4
1 Survei Lokasi dan Bahan
2 Kompilasi dan Analisa Data
3 Pra Rencana dan Gambar Rencana
4 Perhitungan RAB dan Penyusunan RKS
5 Konsultansi PPK dan PPTK
6 Legalisasi Dokumen Perencanaan
7 Penyerahan Dokumen Perencanaan
8 Tahap Pelelangan Konstruksi
9 Tahap Pengawasan Berkala

Dokumen Penawaran Teknis


Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

vii. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN


A. Komposisi Tim
Komposisi tim yang ditugaskan dalam kegiatan Jasa Konsultansi Perencana
Pembangunan Gedung Kantor Baru Pengadilan Agama Pringsewu sebagai berikut :

Dokumen Penawaran Teknis


Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

TEAM LEADER
AINUR ROSYIDI, ST. MT.

ADMINISTRATOR
KHARISOLIHUDIN, ST.

OPERATOR KOMPUTER
EKO HERU U., S.Kom.

TA. ARSITEKTUR TA. SIPIL TA. MEKANIKAL TA. ELEKTRIKAL TA. ESTIMASI BIAYA TA. K3 KONSTRUKSI
NIKE INDAH FITRIA, ST. RAHMAD PRIBADI, ST. SUN AN, ST. LUKMAN HAKIM, ST. FAHRYAN YUSUF HB., ST. HARY SURIYANTO, ST.

ASISTEN TA. ARSITEKTUR ASISTEN TA. ELEKTRIKAL


AGUNG TRI B., ST. SYAMSUDDIN A., ST.

CAD OPERATOR SURVEYOR


ANDRE SURYA P., S.Kom DANANG S., A.Md

PESURUH / GUARD
NGARIYONO

Dokumen Penawaran Teknis


Tenaga Ahli
(Personil Inti)
Jumlah
Nama Tenaga Ahli Lingkup Posisi Uraian
Perusahaan Orang
Personil Lokal/Asing Keahlian Diusulkan Pekerjaan
Bulan

AINUR ROSYIDI, ST. MT CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Arsitektur Team Leader - 1
RAHMAD PRIBADI CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Sipil TA. Sipil TA. - 1
NIKE INDAH FITRIA, ST CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Arsitektur Arsitektur TA. - 1
SUN’AN, ST LUQMAN CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Mesin Mekanikal TA. - 1
HAKIM, ST FAHRYAN CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Elektro Elektrikal - 1
YUSUF HB., ST HARY CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Sipil TA. Estimasi Biaya - 1
SURIYANTO, ST CV. PANORAMA Tenaga Ahli Lokal Teknik Sipil TA. K3 Konstruksi - 1
Tenaga Pendukung
(Personil lainnya)
Jumlah
Nama Tenaga Ahli Lingkup Posisi Uraian
Perusahaan Orang
Personil Lokal/Asing Keahlian Diusulkan Pekerjaan
Bulan

AGUNG TRI BIJAKSONO, ST CV. PANORAMA Tenaga Lokal Teknik Arsitektur Asisten TA. Arsitek - 1
SYAMSUDDIN AMINARTO, ST CV. PANORAMA Tenaga Lokal Teknik Elektro Asisten TA. Elektrikal - 1
ANDRE SURYA PRADANA, A.Md CV. PANORAMA Tenaga Lokal Komputer Teknik CAD Operator - 1
DANANG SETYAWAN, A.Md CV. PANORAMA Tenaga Lokal Sipil Teknik Sipil Surveyor - 1
KHARISOLIHUDIN, ST CV. PANORAMA Tenaga Lokal Op. Komputer Administrator - 1
EKO HERU UTOMO, S. Kom CV. PANORAMA Tenaga Lokal SMU Sarjana Komputer - 1
NGARIYONO CV. PANORAMA Tenaga Lokal Guard - 1
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

B. Uraian Tugas Personil


Untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan ini diperlukan Tenaga Ahli dan Tenaga
Pendukung yang mana personil yang terpilih dilibatkan dalam penanganan pekerjaan
perencanaan ini adalah personil-personil yang klasifikasinya dan kualifikasinya teruji
pada penanganan pekerjaan-pekerjaan sejenis.
1. Team Leader
a. Memelihara kemajuan pekerjaan menurut Time Schedule.
b. Melakukan kontrol dan koordinasi terhadap seluruh staf pelaksana dalam
teknis pelaksanaan, khususnya pekerjaan audit di lapangan.
c. Mengkoordinir staf tenaga ahli dan staf teknik/administrasi lainnya
dalam pelaksanaan penyelesaian pekerjaan audit konstruksi ini.
d. Memeriksa kemajuan hasil pekerjaan dan memberikan pengarahan
terhadap anggota team dalam kegiatan operasional sehari-hari.
e. Memeriksa pengumpulan informasi lapangan yang diperlukan untuk
kelancaran kegiatan pekerjaan.
f. Merencanakan Arsitektur Bangunan sesuai kaidah kaidah
teknis. g. Memeriksa isi laporan.
h. Menyusun buku Strategi Pelaksanaan Fisik
2. Ahli Arsitektur
a. Menata letak bangunan-bangunan yang memiliki keterikatan fungsi
dalam sebuah site dan mendesain site tersebut.
b. Mengolah tata ruang sebuah bangunan
c. Menentukan konsep desain interior sebuah bangunan (termasuk
perletakan furniturenya, dll).
d. Mengolah bentuk luar dan tampak sebuah bangunan.
e. Menentukan jenis dan letak sistem struktur pada bangunan.
f. Menentukan jenis dan letak instalasi listrik pada bangunan.
g. Menentukan jenis dan letak instalasi pipa air dan jalur penghawaan udara.
h. Menentukan jenis dan letak alat-alat transportasi dalam bangunan (lift, dsb).
3. Ahli Teknik Bangunan Gedung
a. Bertanggung jawab terhadap hasil perencanaan struktur bangunan gedung
dan struktur pendukung lainnya
b. Mengidentifikasi dan merumuskan kembali ketentuan -ketentuan
teknis perenncanaan bangunan
c. Membuat gambar kerja rencana kerja, merumuskan syarat syarat pelaksanaan
serta bill of quantity
d. Bertanggung jawab dalam perhitungan struktur
e. Menganalisis kondisi struktur existing Membantu Ahli Sipil SDA
melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam keahlian perencanan SDA

Dokumen Penawaran Teknis


4. Ahli Elektrikal / Mekanikal
a. Bertanggung jawab dalam hasil perencanaan sistem elektrikal bangunan
Gedung
b. Bertanggung jawab terhadap perhitungan kebutuhan elektrikal bangunan
gedung c. Melaksanakan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan sistem
elektrikal
5. Ahli Estimasi Biaya
a. Bertanggung jawab terhadap ke Absahan Hasil Perhitungan Volume dan
Biaya. b. Bertanggung jawab terhadap Back Up Data dan Volume Bangunan
Gedung.
c. Bertanggung jawab terhadap perhitungan kebutuhan Rencana Anggaran Biaya.
6. Ahli K3 Konstruksi
a. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi
b. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi c. Merencanakan dan menyusun program K3
d. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
e. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3
f. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan
pedoman teknis K3 konstruksi
g. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3,
jika diperlukan
h. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
serta keadaan darurat
7. Drafter /Operator CAD
Membantu Tugas Arsitek dalam menyiapkan gambar rancangan dan gambar kerja
8. Surveyor
a. Membantu Kegiatan survey dan pengukuran diantaranya pengukuran
topografi lapangan dan melakukan penyusunan dan penggambaran data-data
lapangan.
b. Melakukan pelaksanaan survei lapangan dan penyelidikan Dan pengukuran
tempat-tempat lokasi yang akan dikerjakan terutama untuk pekerjaan.

Dokumen Penawaran Teknis


viii. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
Untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan ini diperlukan Tenaga Ahli dan Tenaga
Pendukung yang mana personil yang terpilih dilibatkan dalam penanganan pekerjaan
perencanaan ini dengan jadwal penugasan tenaga sebagai berikut.
Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

JADWAL PENUGASAN TENAG A AHLI


Masukan Personil
Nama Orang Bulan
No (dalam bentuk diagram balok)²
Personil 1 2 3
Nasional
1 AINUR ROSYIDI, ST. MT
2 RAHMAD PRIBADI, ST
3 NIKE INDAH FITRIA, ST
4 SUN’AN, ST
5 LUQMAN HAKIM, ST
6 FAHRYAN YUSUF HB., ST
7 HARY SURIYANTO, ST
Subtotal
Asing
1
n
Sub Total
Total
Masukan Masukan
Penuh- Paruh-
Waktu Waktu

Keteranga n :
1 Untuk Tenaga Ahli pengisian masukan harus mencantumkan nama personil, untuk Tenaga Pendukung cukup dicantumkan posisi, misalnya juru gambar, staf administrasi,
dan sebagainya.
2 Masukan personil dihitung dalam bulan dimulai sejak penugasan.

Dokumen Penawaran Teknis


ix. DAFTAR RIWAY AT HIDUP PERSONIL (TERLAMPIR)

x. SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK DITUGASKAN (TERLAMPIR)

Dokumen Penawaran Teknis


Jasa Konsultansi Perencana Pembangunan Gedung Kantor
Baru
Pengadilan Agama Pringsewu

PENUTUP

Sehubungan dengan terbatasnya waktu perencanaan yang ditetapkan hanya 60 (Enam Puluh)
hari kalender terhitung sejak tanggal diterbitkannya Surat Perintah Kerja (SPK) perencanaan, maka
efektifitas dan efisiensi dalam penyusunan program dan pelaksanaan pekerjaan perencanaan/
perancangan menjadi hal utama yang perlu mendapatkan perhatian utama sehingga dapat
mencapai hasil karya perencanaan yang lebih optimal.

Demikian uraian singkat kami yang merupakan pendekatan dalam pencapaian hasil karya
perencanaan secara sistematika berdasarkan pengalaman kami selama ini dalam menangani
perencanaan/ perancangan gedung-gedung pemerintah.

Gresik, 04 Februari 2021


CV. PANORAMA

AINUR ROSYIDI, ST. MT


Direktur

Dokumen Penawaran Teknis

Anda mungkin juga menyukai