Kebijakan Perlindungan Hutan, Flores
Kebijakan Perlindungan Hutan, Flores
Sabaria Niapele
Staf Pengajar Fak Pertanian dan Kehutanan Univ. Nuku-Tidore, e-mail: -
ABSTRAK
mempercepat kerusakan hutan. Ini terjadi Kepulauan dalam upaya perlindungan hutan
karena diperlukannya lahan yang lebih luas Pada Kawasan Hutan Lindung Kie Matubu.
dan material bangunan yang lebih banyak, baik
lahan untuk pemukiman maupun lahan untuk II. METODE PENELITIAN
kegiatan bercocok tanam, dan bahan material 2.1. Waktu dan tempat
untuk bangunan-bangunan baru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Pemanfaatan fungsi ekonomi hutan Juni - September 2013 di Hutan Lindung Kie
secara berlebihan oleh manusia (eksploitasi Matubu dan Dinas Pertanian dan Kehutanan
hutan) tanpa mempedulikan keseimbangan Kota Tidore Kepulauan.
ekologis dapat menimbulkan malapetaka bagi
manusia itu sendiri, dan memerlukan biaya 2.2. Bahan dan Alat Penelitian
(cost) ekonomi dan sosial yang jauh lebih besar Dalam penelitian ini penulis
dibanding hasil ekonomi yang telah diperoleh. menggunakan koisioner, alat tulis, Camera
Masyarakat yang tinggal dan bermata Digital dan recorder yang penulis pakai untuk
pencaharian di sekitar hutan, di satu sisi melakukan proses wawancara lansung pada
seringkali dituding sebagai salah satu para responden.
penyebab kerusakan hutan, tetapi di sisi lain
seringkali pula diharapkan sebagai pelaku 2.3. Metode penelitian
utama bagi upaya perlindungan hutan itu Metode pengumpulan data dalam
sendiri. penelitian ini adalah:
Harapan bagi masyarakat yang tinggal di 1. Observasi (Pengamatan), pengumpulan data
sekitar hutan sebagai pelaku utama bagi melalui pengamatan langsung ke objek
perlindungan hutan merupakan sesuatu yang penilitian untuk memperoleh gambaran
wajar, karena dalam kehidupan kesehariannya yang jelas tentang objek yang sedang
mereka berinteraksi langsung dengan hutan diteliti.
dan merupakan orang pertama yang langsung 2. Wawancara (interview), Mengadakan
menerima dampak dari kerusakan hutan, wawancara langsung dengan pihak terkait
seperti bencana alam berupa banjir, tanah yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
longsor dan kebakaran hutan. (Iskandar
Sembiring Dkk, 2004) 2.4. Analisis Data.
Adapun beberapa masalah yang penulis 1 Dalam penelitian ini, peneliti
temukan saat berdiskusi dengan warga sekitar menggunakan analisis SWOT, yang
hutan lindung kie matubu terkait dengan bertujuan untuk dapat menggambarkan
kedatangan pengunjung adalah berbagai sejelas-jelasnya tentang Kebijakan
sampah anorganik yang belum teratasi dengan Perlindungan Hutan Pada Kawasan Hutan
baik, pengunjung sering mengambil jenis Lindung Kie Matubu Kota Tidore
tanaman trutu dan anggrek untuk di bawa Kepulauan.
pulang ke rumah, para pengunjung sering 2 Data yang diperoleh kemudian dianalisa
membuat api di lokasi hutan lindung kie dan dikaji dengan cara menganalisis factor
matubu, dengan menggunakan jenis tumbuhan lingkungan internal (kekuatan,
kayu dan rotan yang sudah kering. Dari kelemahan), dan faktor lingkungan
masalah diatas maka penulis tertarik untuk eksternal (peluang, ancaman) yang ada.
melakukan penelitian tentang kebijakan 3 Analisis ini didasarkan pada logika yang
perlindungan hutan pada kawasan hutan dapat memaksimalkan kekuatan (stengths),
lindung kie matubu kota Tidore Kepulauan. dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan
1.2. Tujuan dan kegunaan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
Penelitian ini bertujuan untuk (threats). Diagram SWOT dapat dilihat
mengetahui kebijakan yang di terapkan oleh pada gambar di bawah, yaitu :
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Tidore Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang
sangat menguntungkan. Instansi tersebut
memiliki peluang dan kekuatan,
80
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)
Analisa SWOT dapat menghasilkan 4 pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
(empat) kemungkinan strategi alternatif meminimalkan kelemahan yang ada.
(Rangkuti, 2006), yaitu : 3 Strategi Strength-Threats (ST), ini adalah
1 Strategi Strength-Opportunities (SO). strategi dalam menggunakan kekuatan yang
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran dimiliki organisasi/instansi untuk mengatasi
dari sebuah organisasi/insatansi terkait, ancaman.
yaitu dengan memanfaatkan seluruh 4 Strategi Weaknesses-Threats (WT), strategi
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
peluang sebesar-besarnya. defensif dan berusaha meminimalkan
2 Strategi Weaknesses-Opportunities (WO), kelemahan yang ada serta menghindari
strategi ini diterapkan berdasarkan ancaman.
81
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)
82
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)
dan jelas adalah adanya perda yang telah Fungsi koordinasi belum optimal juga
mengatur susunan organisasi dan adanya menjadi salah satu faktor penghambat
penetapan tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan tugas, belum
kepada setiap aparatur sehingga optimalnya fungsi koordinatif ini
memungkinkan terwujudnya disebabkan oleh sumber daya manusia
profesionalisme kerja. yang masih rendah.
2. Sarana dan Prasarana Mendukung 3. Belum adanya Peraturan Daerah
Sarana dan prasarana lengkap (PERDA) yang mengatur tentang
merupakan alat bantu vital, dan sangat kawasan Hutan lindung Kie Matubu.
mutlak diperlukan dalam rangka Peraturan daerah merupakan sebuah
pelaksanaan tugas, olehnya itu dengan aturan yang harus di patuhi oleh setiap
sarana dan prasarana yang lengkap instansi dan masyarakat. Olehnya itu
merupakan salah satu faktor penunjang demi kelancaran pembangunan dalam
dalam menciptakan efektifitas kerja yang rangka meningkatkan kesejahteraan
optimal kedepan, tinggal bagaimana masyarakat maka sangat di perlukan
memanfaatkan kekuatan yang ada. adanya peraturan daerah yang mengatur
Sarana dan prasarana yang telah di tentang kawasan Hutan lindung kie
bangun dalam kawasan Hutan Lindung Matubu Kota Tidore Kepulauan.
Kie Matubu adalah, Menara Pemantau b. Faktor Eksternal yaitu :
Kebakaran, Pos Jaga Kehutanan, dan 3. Peluang
Papan Informasi Kehutanan. 1. Dukungan pemerintah Kota Tidore
3. Dukungan Pimpinan Kepulauan baik.
Dukungan pimpinan yang dimaksud Setiap kegiatan yang di lakukan oleh
adalah adanya dukungan dari pimpinan dinas pertanian dan kehutanan mendapat
dalam melaksanakan tugas, sehingga dukungan yang sangat baik dari
akan meningkatkan motivasi kerja pemerintah Kota Tidore kepulauan, hal
aparatur, dan adanya dukungan ini dapat di lihat dari bantuan
kebijakan ini akan menjadi salah satu pemerintah dalam bentuk anggaran yang
faktor penunjang dalam rangka bersumber dari Anggaran Pendapatan
peningkatan motivasi kerja aparatur. belanja daerah (APBD) dan Dana Alokasi
2. Kelemahan Khusus (DAK). Sehingga hal ini dapat
1. Kuantitas dan Kualitas SDM Terbatas mendukung program kerja yang di
Secara kuantitas jumlah kepegawaian rencanakan oleh Dinas Pertanian dan
dinas pertanian dan kehutanan masih Kehutanan.
sangat terbatas hal ini dapat dilihat dari 2. Perencanaan agrowisata di Hutan
Kurangnya personil pengamanan hutan lindung Kie Matubu
sehingga merupakan salah satu faktor Posisi kawasan hutan Lindung Kie
yang menjadi kelemahan dalam Matubu sangat strategis sehingga dapat
meningkatkan produktifitas dan menarik perhatian bagi pengunjung,
efektifitas kerja, dan berakibat pada terutama panorama alam yang indah. Jika
mutu hasil kerja yang tidak optimal kita berada di Kie Matubu, kita akan
dalam pengawasan hutan. Kualitas SDM dapat menikmati pemandangan alam
terbatas merupakan salah satu faktor yang berada di sekitar Kota Tidore
penghambat pencapaian optimalisasi Kepulauan, kita juga dapat melihat Kota
kerja, hal ini terjadi oleh karena Ternate, Pulau Mare, Pulau Maitara dan
kurangnya kesempatan aparatur untuk Pulau Halmahera.
mengikuti pendidikan baik formal 3. Dukungan masyarakat terhadap status
ataupun non formal (Teknis). Hutan Lindung
2. Fungsi koordinasi antara instansi terkait 4. Dengan adanya Dukungan masyarakat
belum optimal dalam penetapan kawasan Hutan
Lindung Kie Matubu dapat
83
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)
mempermudah berbagai program kerja 3.2.2. Interaksi Faktor Internal Dan Eksternal
yang nantinya dilaksanakan oleh dinas Teknik penyusunan strategi yang
pertanian dan kehutanan dalam rangka dipergunakan adalah dengan mengambil hasil
pengembangan kawasan hutan lindung formulasi interaksi faktor internal dan faktor
kie matubu. eksternal yaitu formulasi strategi SO, formulasi
4. Ancaman strategi WO, formulasi strategi ST, dan
1. Pemahaman masyarakat tentang Hutan formulasi strategi WT, yang artinya sebagai
Lindung yang masih rendah. berikut :
Minimnya Pengetahuan masyarakat S O = Memakai kekuatan untuk
tentang hutan lindung khusunya memanfaatkan peluang
masyarakat kelurahan gurabunga, di S T = Menggunakan kekuatan merubah
sebabkan karena kurangnya sosialisasi ancaman menjadi peluang
penyuluhan, dan pembinanaan dari W O = Menanggulangi kelemahan dan
dinas pertanian dan kehutanan yang memanfaatkan peluang
terkait dengan hutan lindung. olehnya W T = Memperkecil kelemahan untuk
itu, kegiatan sosialisasi, penyuluhan dan menghindari ancaman
pembinaan kawasan hutan perlu untuk Untuk jelasnya dapat dilihat pada
di tingkatkan. Sehingga dalam Tabel 2.
pelaksanaan kegiatan yang di
programkan oleh pemerintah, masyarakat 3.3. Penyusunan Strategi
dapat memahami dan membantu Penyusunan strategi, menggunakan
mensuskseskan kegiatan pemerintah metode dari hasil penentuan faktor kunci
dalam rangka pengembangan kawasan diatas, yang kemudian dimaksudkan kedalam
hutan lindung kie matubu kota tidore kegiatan yang orientasi positif, untuk lebih
kepulauan. jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
2. Beluma adanya Tapal Batas Permanen
pada kawasan Hutan Lindung Kie 3.4. Perkirakan Kesulitan Dan Cara
Matubu. Mengatasinya
Tapal batas permanen pada kawasan Untuk mencapai hasil yang diinginkan
hutan lindung kie matubu sangat perlu atau yang diperkirakan untuk dicapai, maka
dilakukan agar masyarakat mengetahui kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul
batasan-batasan yang terdapat di dalam pelaksanaannya diupayakan diperkecil
kawasan hutan lindung. Sehingga dalam atau dihilangkan sama sekali. Beberapa
pembukaan wilayah hutan untuk di kesulitan yang diperkirakan timbul dalam
jadikan tempat bercocok tanam bagi penerapan strategi yang direncanakan untuk
masyarakat (berkebun) tidak melewati menanggulangi terlihat pada Tabel 3.
batas kawasan hutan lindung.
3. Pembukaan kebun untuk masyarakat 3.5. Tujuan Dan Sasaran Yang Dicapai
cukup tinggi. a. Tujuan Dengan memperhatikan rumusan
Seiring dengan pembukaan lahan permasalahan serta faktor-faktor kunci
pertanian oleh masyarakat setempat yang keberhasilan, maka dapat ditetapkan tujuan
terus merambat pada kawasan hutan yang ingin dicapai adalah meningkatkan
lindung kie matubu, dapat profesionalisme aparatur sesuai tupoksi,
mengakibatkan kerusakan hutan yang peran aparatur dalam pelayanan dan
cukup signifikan, hal ini jika tidak produktivitas kerja aparatur.
dicegah maka akan mengakibatkan b. Sasaran Guna pencapaian tujuan yang telah
kerusahan hutan yang kritis dan sangat dirumuskan dan ditetapkan, maka perlu
sulit untuk ditanggulangi. Sehingga menetapkan sasaran, sasaran dimaksud
nantinya akan menyebabkan dampak merupakan penjabaran dari tujuan yang
erosi dan kebaanjiran pada saat musim ingin dicapai. Adapun sasaran dimaksud
hujan yang lebat. adalah meningkatnya kinerja aparatur
84
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)
85
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 7 Edisi 1 (Mei 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1989. ‚Lestari Alamku” dalam : Jaringan Kerja Sama Pelestarian Hutan Indonesia
(SKHEPI). I-Mei/Juni, Jakarta
Arief, A. 1994. Hutan, Hakekat Dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Departemen kehutanan 2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor, 41/1999. Tentang
Kehutanan. Research Institute For Forestry Decenthalization extention service. Bogor.
Departemen Kehutanan 2007. Peraturan Pemerintah No. 6/2007 Tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta
Evans, J. 1982. Plantation Frostry In The Tropic. Oxford. Clarendron Pres. 472p
Haeruman, J.S.H. 1994. Manfaat Hutan Dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati Dalam
Pembangunan Berkelanjutan, Fak. Kehutanan, IPB Bogor.
Hawley, R.C. dan P.W. Stickel. 1959. Forest Protection. 2nded. John Wiley & Sons.Inc. New York.
355p
Iskandar Sembiring Dkk, 2004. Jurnal Kearifan Tradisional Terhadap Perlindungan Hutan D
Kabuaten Dairi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals Of Ekology. Saunders, Philadelphia. 546p
Rangkuti, F. 2006.Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Keduabelas. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Reksohadiprojo, 2000. Kajian Identifikasi Potensi dan Permaslahan hutan Kemasyarakatan Di Desa
Soakonora Kabupaten Halmahera Barat Propinsi Maluku Utara. Dalam Skripsi Ridwan
Din, Universitas Nuku.
Soemarwoto, O. 1992. Peranan Hutan Topik Dalam Hidrologi, Pemanenan Global dan
Keaneragaman Hayati. Melestarikan Hutan Tropika Permasalahan, manfaat dan
kebijakannya. Yayasan Obor Indonesia.
Soerianegara. 1982. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan Dan Strastifikasi Hutan Rakyat. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Sumardi dan S. M. Widyastuti, 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University
Prees. Yogyakarta.
86