1. Endotoksin yang sifatnya termostabil dan terdapat dalam dinding sel kuman.
2. Protein yang bersifat termolabil dan dermonekrotik . toksin ini dibentuk dala
protoplasma dan dapat dilrpaskan dari sel dengan memecah sel tersebut , atau
dengan jalan ekstaksi memakai NaCl.
B. Biakan
Isolasi primer B pertussis memerlukan medium yang subur. Medium Brodet-Gengou
(agar kentang-darah-gliserol) yang mengandung penisilin G,0,5 µg/ml, dapat
digunakan; walaupun demikian, medium mengandung carkoal yang mirip dengan yang
digunakan untuk Legionella pneumophila lebih dipilih. Cawan diinkubasi pada pada
suhu 35-37 selama 3-7 hari pada lingkungan yang lembab (misalnya, tas plastik yang
disegel). Bakteri garam –negatif kecil yang sedikit dapat diidentifikasikan oleh
pewarnaan imunofluoresen. B pertussis tidak dapat bergerak.
C. Sifat pertumbuhan
Organisme ini sangat aerob dan membentuk asam tetapi tidak menghasilkan gas dari
glukosa dan laktosa. Organisme ini tidak memerlukan factor X dan V pada subkultur.
Hemolisis medium yang mengandung darah dikaitkan dengan virulensi B pertussis.
D. Variasi
Jika diisolasi dari pasien dan dibiakkan pada media yang subur, B pertussis sedang
dalam fase hemolitik dan fase virulen produksi-toksin pertussis. Terdapat dua
mekanisme yang dipakai B pertussis untuk merubah bentuk nonhemoilitik, avirulen
yang tidak memproduksi toksin. Modulasi fenotipik reversible terjadi jika B pertussis
ditumbuhkan pada kondisi lingkungan tertentu (misalanya, 28 lawan 37 ,
mengandungs MgSO4 dsb.). Variasi fase reversible terjadi setelah mutasi frekuensi
rendah pada lokus genetic yang mengontrol ekspresi factor virulensi . Terdapat
kemungkinan bahwa mekanisme ini berperan pada proses infeksi, tetapi hal ini belum
pernah dibuktikan secara klinis.
2. Bordetella parapertussis
Organisme ini dapat menghasilkan penyakit yang sama dengan batuk whooping.
Infeksinya sering bersifat subklinis. Bordetella parapertussis tumbuh lebih cepat
daripada B pertussis yang khas dan membentuk koloni yang lebih besar. Organisme ini
juga tumbuh pada agar darah. Toksin B parapertussis mempunyai kemiripan dengan
gen toksin pertusis.
3. Bordetella bronchiseptica
Bordetella bronchiseptica adalah basilus gram-negatif kecil yang menempati saluran
nafas anjing. Dan dapat menyebabkan “batuk kennel” serta pneumonitis.
Organisme ini menyebabkan snuffles pada kelinci dan rinitis atrofi pada babi.
Organisme ini jarang menyebabkan infeksi kronis saluran nafas pada manusia. B
bronchiseptica tumbuh pada medium agar darah dan mempunyai toksin yang mirip
dengan gen toksin pertusis.
Ketiga spesies membentuk zona hemolisiis. Sifat-sifat ini dapat berubah tergantung
lingkungan dimana kuman ini dibiakan, yang diikuti perubahan-perubahan sifat
antigenic serta virulensinya.
Ref : Mikrobiologi kedokteran , Jawetz,melnick & Adelberg. Edisi 23. Hal 298-300