Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Bagus widodo

NIM : 13.0864.172.03
Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan atau nutrisi yag diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media yang berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya. Media dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
1. Media Minimal : media minimalis untuk pertumbuhan mikroba
2. Media Kompleks: media dengan senyawa penyusun tidak diketahui pasti karena
kekompleksannya
3. Media Diferensial: media untuk membedakan 2 mikroba, jadi keduanya tidak terbunuh.
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasarkan
karakter khusus yang ditunjukkan pada media diferensial.
4. Media Selektif: media untuk menyeleksi mikroba, sehingga salah satu jenis mikroba akan
terbunuh. Terbunuhnya salah satu mikroba dikarenakan dalam media tersebut selain
nutrisi juga ditambahkan suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan
pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
5. Media Sintetik Terdefinisi: media dengan senyawa penyusun yang diketahui pasti.
6. Media Kaya & Diperkaya: media dengan komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba
dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media kaya dan
diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam
media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi
membutuhkan komponen kompleks.
Dari semua media yang terdapat di atas, media yang penting diketahui komposisi dan fungsinya adalah Media
Selektif, Media Sintetik Terdefinisi, dan Media Kaya dan Diperkaya. Macam contoh media dari
klasifikasi media di atas yang menjabarkan komposisi serta fungsinya

Nutrient Broth (NB)


Merupakan media selektif yang digunakan oleh mikroorganisme yang berbentuk cair. Namun
sebenarnya nutient broth ini intinya sama saja dengan nutrient agar. Komposisi dari nutrient
broth antara lain:
a. 5 gram pepton
b. 1,85 L air destilasi atau aquades
c. 3 gram ekstrak daging

Nutrient Broth
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama
dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai berikut.
1. Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades.
2. Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama.
3. Atur pH sampai 7,0.
Alat dan Bahan

Erlenmeyer
Batang pengaduk
Gelas ukur
Kain kasa
Alumunium foil
Cawan petri
Corong
Beaker glass
Plastik krep
Tali kasur

PDA sintesis
NA sintesis
Aqua dest
Tabung reaksi
Spatel
Kapas
Kompor listrik
Autoklaf
Yellowpages

Prosedur Kerja
- Timbang PDA sintesis/NA sintesis sebanyak yang dibutuhkan untuk dalam 100 ml aqua dest.
Masukkan bahan yang telah ditimbang tersebut ke dalam erlenmeyer dan tambahkan aqua dest
100 ml. Kocok homogen.
- Kemudian panaskan di atas kompor listrik sampai mendidih, sambil di aduk.
Setelah mendidih, pindahkan ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing sebanyak 4 ml. Lalu
sisanya dimasukkan ke dalam erlenmeyer, jika perlu dengan penyaringan menggunakan kain
kasa dan kapas. Tidak lupa setelah diisi, tabung reaksi dan erlenmeyer tersebut ditutup dengan
penutup yang terbuat dari kapas.
Kemudian bungkus mulut tabung dengan plastik krep dan erlenmeyer dengan kertas
yellowpages yang diikat dengan tali kasur.
Masukkan semua tabung reaksi dan erlenmeyer yang berisi medium tersebut ke dalam autoklaf
untuk di sterilisasi.
Setelah proses sterilisasi selesai, medium yang ada pada erlenmeyer di pindahkan ke dalam
cawan petri sebelum berubah mengental. Sedangkan untuk medium yang ada dalam tabung
reaksi, dimiringkan sampai derajat kemiringan tertentu.
Proses pemindahan medium dilakukan di dekat api bunsen dengan teknik aseptis. Setelah itu,
cawan petri dibungkus dengan plastik krep.
- Masukkan tabung reaksi dan cawan petri tersebut ke dalam kulkas.

Contoh gambar :
Media nutrient broth

Morfologi Pasteurella multocida


Bakteri Pasteurella multocida berbentuk coccobacillus, mempunyai ukuran yang sangat
halus, dan bersifat bipolar. Sifat bipolar ini lebih jelas terlihat pada bakteri yang baru di isolasi
dari penderita dan diwarnai misalnya dengan cara Giemsa wright atau dengan karbol fuchsin.
Bakteri yang bersifat negatif ini tidak membentuk spora, bersifat non motil dan berselubung
(Direktorat Kesehatan Hewan 1977). Bakteri Pasteurella rentan terhadap suhu panas rendah
(550C). Selain itu bakteri ini juga sangat rentan terhadap disinfektan (OIE 2009) .Pasteurella
multocida umumnya berukuran 0,2-0,4 dan ada juga 0,6-2,5 mm, sensitif terhadap pensilin
Pasteurella multocida dapat menyebabkan infeksi zoonotik pada manusia, Pasteurella multocida
pertama kali ditemukan tahun 1878 oleh Louis Pasteur yang di isolasi dari ayam yang menderita
kolera.

Pasteurella Multocida
I. Klasifikasi
bakteri
Pasteurella Multocida
: Filum:
Proteobacteria
Kelas:
Gamma Proteobacteria
Ordo:
Pasteurellales
Family :
Pasteurellaceae
Genus :
Pasteurella

deskripsi habitat
P. multocida adalah penghuni saluran pernapasan atas berbagai spesies inang vertebrata ( yaitu
ayam , kalkun , sapi , babi , kucing , anjing , kelinci ) . Spesies tuan rumah dianggap reservoir
utama untuk bakteri ini dan kehadiran mereka di lingkungan eksternal dianggap sementara di
alam

mengandung kuman selama berada dalam kelompok kandang tersebut. Ayam yang terinfeksi
melalui paruh masuk ke trakea dan paru, maka kuman
P. multocida
akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan berbiak secara cepat di dalam hati/limfa dan beredar
di dalam darah (bakterimia). Kuman dalam darah ini sangat menentukan jalannya penyakit,
karena komponen kapsula dan komponen LPS (
Pcho residu
) sebagai penentu virulensi terhadap respon imunitas diperantarai komplemen dan fagositosis
pada ayam yang bersangkutan (Ressang, 1984).
Gejala klinis
Manifestasi dari gejala klinis bersifat akut, sub akut dan kronis. Setelah terjadi invasi bibit
penyakit ke dalam tubuh, maka ayam akan mengalami
bacterimia
(bakteri sudah beredar ke seluruh pembuluh darah) tahap awal. Masa inkubasi (waktu mulai
masuknya bibit penyakit hingga menimbulkan gejala klinis) berlangsung selama 4-9 hari dan
umumnya menyerang ayam berumur 3 bulan ke atas.

Perakut Pada bentuk perakut, ayam tiba-tiba mati tanpa ditandai adanya gangguan/gejala klinik
sebelumnya kejadian ini bersifat eksplosif

Akut Gejala akut kerap kali ditemukan pada beberapa jam sebelum terjadi kematian. Gejala yang
tampak adalah penurunan nafsu makan, bulu mengalami kerontokan, diare yang awalnya encer
kekuningan, lama-kelamaan akan berwarna kehijauan disertai mucus (lendir), peningkatan
frekuensi pernapasan, daerah muka, jengger dan pial membesar. Kematian dapat berkisar antara
0-20%. Selain itu, kejadian penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan
penurunan berat badan. Kerugian yang lain adalah meningkatnya biaya pengobatan.

Kronis Pada bentuk kronis, dimana penyakit berlangsung lama (berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan) dengan virulensi bakteri rendah. Gejala yang nampak
sehubungan dengan adanya infeksi lokal pada pial, sendi kaki, sayap dan basal otak. Gejala yang
terlihat biasanya terjadinya pembengkakkan pada pial, infeksi pada kaki (Glisson et al, 2003).
Patologi anatomi
Gambar patologik pada kolera unggas bervarisi dan bergantung pada tipe dan keganasan kuman
P.multocida
yang menyerang. Selain itu kelainan-kelainan disebabkan oleh sifat perjalanan penyakit apakah
akut atau kronis. Pada keadaan yang akut semua perubahan dalam tubuh berhubungan dengan
gangguan pada pembuluh darah. Pembendungan, udema dan perdarahan ditemukan ditemukan
disemua alat tubuh termasuk kulit, larynx, epiglottis, mediastinum, paru- paru, hati, limpa,
pankreas, ginjal, usus,otak dan terjadi hidropericardium. Perdarahan pada jantung/sub-epicardial
paling sering ditemukan. Perubahan pada paru-parupun ditemukan lebih hebat pada itik bila
dibandingkan dengan ayam. Gambaran patologik pada kolera yang menahun biasanya hanya
terbatas pada saluran pernafasan termasuk kantong-kantong udara dan sinus. Radang paru-paru
dapat bersifat kataral sampai purulen (Ressang, 1984).
Diagnosa
Dalam melakukan diagnosa penyakit, tidak dapat hanya dilihat dari satu gejala klinis atau satu
perubahan patologi anatomi saja karena terdapat beberapa penyakit yang memiliki gejala klinis
yang hampir mirip. Oleh karenanya dalam mendiagnosa diperlukan beberapa kumpulan sejarah
penyakit, gejala klinis dan perubahan patologi anatomi. Akan lebih meyakinkan lagi apabila
diagnosa didukung dengan pemeriksaan uji laboratorium.
1
Diferensial diagnosa
Adanya perdarahan berupa
ptechiae
pada lemak jantung merupakan gejala yang mirip dengan penyakit ND maupun AI. Kejadian
enteritis (radang usus) memiliki banyak kesamaan penyakit seperti colibacillosis. Adanya
gangguan pada pernapasan sering dikelirukan dengan kejadian CRD maupun korisa.
Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan Kolera unggas/Pasteurellosis dapat diatasi dengan pemberian antibiotik kombinasi
golongan sulfa dan trimethoprim yang merupakan antibakteri berspektrum luas, efektif
mengatasi bakteri gram (-) dan gram (+) yang menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan dan
pernafasan seperti
Colibacillosis, Salmonellosis, Staphylococcosis, Infectious Coryza,
dan
Fowl Cholera (Pasteurellosis).
Pencegahan kolera terutama ditujukan untuk menghilangkan sumber dari bakteri
P. multocida
beserta vektornya untuk mencegah penularan lebih lanjut. Prinsip pencegahan penyakit tersebut
adalah :

Mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam


Mencegah kontak antara bibit penyakit dengan ayam
Penyimpanan pakan dan transportasi ransum harus benar
Pemberantasan vektor pembawa penyakit seperti tikus dan lalat dengan menggunakan
insektisida.
Meningkatkan daya tahan tubuh ayam

Contoh bakteri
Pasterula multicoda

DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia:
Jakarta. 1993.
Indan Entjang. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
2003.
Koes Irianto. Mikrobiologi Jilid I. Bandung: Yrama Widjaya, 2006
Lud Waluyo. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: UMM
Press, 2008.
Volk , W. A & Wheeler. M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5.
Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai