Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ayu Surya Ningsih

Npm : 19410002
Prodi : Agroteknologi
Tugas : Membuat Resume

PEMELIHARAAN TANAMAN PADI

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting
dalam peradaban Padi yang digunakan sebagai tanaman budidaya mengacu pada
beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
Padi diduga berasal dari India atau Indocina masuk ke Indonesia dibawa oleh
imigran dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan
ke-3 dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun, padi merupakan
sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.

Sebutir padi adalah biji sebutir buah disebut beras. Beras merupakan
makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia tidak dapat dengan mudah
diversifikasi pangan. Beras salah satu bahan makanan yang mengandung bahan
yang mudah diubah menjadi energi disebut juga makanan energy. Nilai gizi yang
diperlukan oleh setiap orang dewasa = 1821 kalori per hari setara dengan 0.88 kg
beras.

A. Pengairan

Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan


anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan
pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase
pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
Terdapat 2 pengairan pada tanaman padi
yaitu, sebagai berikut :

1. Pengairan Persemaian Kering

Dilakukan dengan cara


mengalirkan air ke selokan yang berada diantara bedengan  terjadi perembesan
sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung

2. Pengairan Persemaian basah

Persemaian basah yaitu persemaian yang langsung dilakukan di lahan


pertanian, seperti pada sistem konvensional. Sejak awal pengolahan tanah telah
membutuhkan genangan air  melunakkan tanah, kemudian tanah yang sudah
lunak diolah dengan bajak (2x) dan garu (2x). Bedengan digenangi air selama 24
kemudian air dikurangi hingga keadakan macak-macak  kemudian benih mulai
bisa disebar. Banyak dan kedalaman air merupakan faktor yang mempengaruhi
perkembangan benih di persemaian terutama pada pesemaian basah.

Pemberian air, dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian


air di petakan sawah maksimum 2 cm, paling baik macak-macak (0,5 cm). Pada
periode tertentu petak sawah harus dikeringkan sampai pecah-pecah. Pemberian
air terlalu tinggi akan menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan
pertumbuhan tunas tidak optimal.

B. Penyiangan

Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan


eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55. Apabila menggunakan
metode SRI penyiangan dilakukan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 -
3 kali dengan interval 10 hari.

C. Pemupukan

Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil
panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke
lahan sesuai dosis.

Waktu Aplikasi
Olah Tanah 14 hari 30 hari 45 hari 60 hari
Jenis Pupuk
(kg) ( kg ) ( kg ) ( kg ) ( kg )
Urea 36,5 9 9 9 9
ZA 3,5 1 1 1 1
SP-36 6,5 1,5 1,5 1,5 1,5
KCl 20 5 5 5 5
Dolomit 13 3 3 3 3

Pemupukan Organik

Mol yang disemprotkan terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut:

1. Penyemprotan I, di lakukan pad a saat umur 10 HST, dengan


mempergunakan mol yang terbuat dari daun gamal, dengan dosis 14
liter/ha.
2. Penyemprotan II, dilakukan pada saat umur 20 HST, dengan
mempergunakan mol yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30
liter/ha.
3. Penyemprotan III, dilakukan pada saat umur 30 HST, dengan
mempergunakan mol yang terbuat dari urine sapi, dengan dosis 30 liter/ha.
4. Penyemprotan IV, dilakukan pada saat umur 40 HST, dengan
mempergunakan mol yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30
liter/ha.
5. Penyemprotan V, dilakukan pada saat umur 50 HST, dengan
mempergunakan mol yang terbuat dari serabut kelapa, dengan dosis 30
liter/ha.
6. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 60 HST, dengan
mempergunakan mol yang terbuat dari buah-buahan dan sayur-sayuran,
dengan dosis 30 liter/ha
7. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 70 HST, dengan
mempergunakan mol yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha
8. Penyemprotan VI, dilakukan pada saat umur 80 HST, dengan
mempergunakan mol yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha

Pemupukan Anorganik (Kimia)

 I : pada umur 7 - 15 HST dengan dosis Urea 100 kglha, SP-36 50 Kg/ha.

 II : pada umur 25 - 30 HST dengan dosis Urea 50 kglha, Phonska 100


kg/ha.

 III : pada umur 40 - 45 HST dengan dosis Urea 50 kglha, ZA 50 kg/ha.

Teknik Pemelliharaan Tanaman Padi pada Sistem Jajar Legowo

A. Pemupukan

Pemupukan dilakukan secara alur pada tempat yang berjarak 20 cm dan


posisi orang yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini
hanya 40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk terkosentrasi sepanjang
tempat yang berjarak 20 cm, serta pupuk lebih dekat denga perakaran sehingga
dapat dimamfaatkan oleh tanaman secara maksimal.
Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur
akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat
signifikasi yang rendah.

B. Penyiangan

Pada cara tanam ini penyiangan sebaiknya dilakukan dengan


menggunakan landak/osrok cukup satu arah yaitu searah dalam barisan dan tidak
perlu dipotong sepertimpada cara tanam bujur sangkar (2 arah). Jarak tanam
dalam barisan 10 cm tidak perlu dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah
berkompetisi dengan pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya
penyiangan dapat di tekan sampai 50 %.

Anda mungkin juga menyukai