Anda di halaman 1dari 32

-1-

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2016

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS SURVEYOR KADASTER BERLISENSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Menetapkan :

PETUNJUK TEKNIS
SURVEYOR KADASTER BERLISENSI

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan program percepatan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia masih terkendala terbatasnya jumlah Surveyor
Kadaster Berlisensi, sehingga diperlukan penguatan kebijakan,
kelembagaan, pembiayaan, serta sumberdaya Surveyor Kadaster untuk
percepatan dimaksud.
-2-

Dengan telah diundangkannya Peraturan Menteri Agraria dan Tata


Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang
Surveyor Kadaster Berlisensi diharapkan dapat mendorong percepatan
pendaftaran tanah tersebut karena peraturan ini memberi ruang
kepada swasta atau masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam
kegiatan survei dan pemetaan dengan menjadi Surveyor Kadaster
Berlisensi.

Pada tahun 2016 target legalisasi aset melalui Proyek Operasi Nasional
Agraria mencapai 1.064.151 bidang tanah, sedangkan pada tahun 2017
dinaikkan menjadi 5 juta bidang tanah. Peningkatan target sertipikasi
akan terus dijalankan. Pada tahun 2018, target sertipikasi menjadi 7
juta bidang tanah, dan menargetkan dapat mensertipikasi 23 juta
bidang tanah hingga tahun 2019, sehingga diharapkan pada tahun
2025 seluruh bidang tanah di Indonesia sudah terdaftar. Hal itu
dilakukan untuk memberikan kepastian hukum atas tanah milik
masyarakat.

Sehubungan dengan target capaian tersebut, maka akan terjadi


kekurangan juru ukur sekitar 10.000 orang. Untuk itu, diperlukan
tenaga di luar pegawai negeri sipil (PNS) yang sudah diberi lisensi oleh
Kementerian.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud di susunnya petunjuk teknis ini adalah untuk melengkapi
penjelasan secara teknis yang sangat dibutuhkan terkait Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 33
Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi.

Sedangkan tujuan disusunnya petunjuk teknis ini adalah :


a. agar terdapat pemahaman yang sama dalam melaksanakan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster
Berlisensi;
b. agar menjadi pedoman dalam pelaksanaan Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 33
Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi;
-3-

BAB II
SURVEYOR KADASTER BERLISENSI

Surveyor Kadaster Berlisensi adalah mitra kerja Kementerian Agraria dan


Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang diangkat dan diberhentikan
oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional,
yang terdiri dari Surveyor Kadaster dan Asisten Surveyor Kadaster.

Surveyor Kadaster adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan


ketrampilan dalam menyelenggarakan proses survei dan pemetaan
pertanahan dalam rangka pendaftaran tanah dan bertanggung jawab mutlak
dihadapan hukum atas data survei dan pemetaan yang dihasilkan.
Asisten Surveyor Kadaster adalah seseorang yang mempunyai keterampilan
dalam menyelenggarakan proses survei dan pemetaan pertanahan dalam
rangka pendaftaran tanah di bawah supervisi seorang Surveyor Kadaster
dan bertanggung jawab mutlak atas data survei dan pemetaan yang
dihasilkan.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Surveyor Kadaster Berlisensi dapat:
a. bergabung atau membentuk Kantor Jasa Surveyor Kadaster Berlisensi
(KJSKB); atau
b. bertindak selaku Perorangan.

1. KJSKB
KJSKB adalah Surveyor Kadaster Berlisensi yang berbentuk Badan
Usaha baik Perorangan maupun Firma.
Secara umum bisa diartikan bahwa KJSKB merupakan wadah bagi
kelompok Surveyor Kadaster Berlisensiyang berbentuk badan usaha
dan bergerak di bidang jasa survei dan pemetaan dalam rangka
pelayanan pertanahan, yang telah mendapatkan izin usaha dari pihak
yang berwenang dan telah memperoleh Surat Ijin Kerja dari
Kementerian.

a. Bentuk KJSKB
KJSKB harus berbentuk badan usaha.
-4-

Bentuk badan usaha KJSKB, dapat berupa:


1) Badan Usaha Perorangan; atau
2) Badan Usaha Persekutuan dalam bentuk Firma
Surveyor Kadaster dalam KJSKB dalam pelaksanaan pekerjaannya
dibantu oleh Asisten Surveyor Kadaster.
KJSKB sebagai Badan Usaha Perorangan atau KJSKB Perorangan
didirikan oleh seorang Surveyor Kadaster yang sekaligus bertindak
sebagai Pemimpin, dan paling sedikit 1 (satu) orang Asisten
Surveyor Kadaster.

KJSKB sebagai Badan Usaha Persekutuan atau KJSKB Firma


didirikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang Surveyor Kadaster,
masing-masing sekutu merupakan Rekan dengan salah seorang
sekutu bertindak sebagai Pemimpin Rekan, dan beranggotakan
paling sedikit 2 (dua) orang Asisten Surveyor Kadaster.
KJSKB sebagai Badan Usaha belum bisa langsung melaksanakan
pekerjaan di lingkungan Kementerian.

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan di lingkungan Kementerian,


KJSKB harus memiliki Surat Ijin Kerja.
Untuk mendapatkan Surat Ijin Kerja di lingkungan Kementerian,
Pemimpin atau Pemimpin Rekan harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Menteri dengan melampirkan:
1) Akta Pendirian atau Perjanjian Pendirian KJSKB yang dibuat
oleh dan dihadapan Notaris;
2) Surat Keterangan Domisili KJSKB yang diterbitkan oleh
RT/RW setempat atau pengelola gedung perkantoran;
3) Kartu identitas penduduk Pemimpin atau Pemimpin Rekan;
4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pemimpin atau Pemimpin
Rekan
5) NPWP KJSKB;
6) Lisensi Surveyor Kadaster dan Asisten Surveyor Kadaster
Pemimpin dan anggota KJSKB; dan
7) Daftar peralatan survei dan pemetaan yang dimiliki, disewa
dan/atau dikerjasamakan.
-5-

Pemimpin atau Pemimpin Rekan wajib melapor kepada Menteri


apabila dikemudian hari terdapat perubahan alamat atau domisili
KJSKB.

b. Nama KJSKB
Setiap KJSKB harus mempunyai nama yang digunakan sebagai
identitas untuk membedakan dengan KJSKB yang lain, yaitu :
1) KJSKBPerorangan menggunakan nama Surveyor Kadaster
yang bersangkutan.
2) Dalam hal nama Surveyor Kadaster lebih dari 1 (satu) kata,
nama KJSKB harus menggunakan paling sedikit 1 (satu) kata
yang merupakan bagian dari nama lengkap Surveyor
Kadaster.
3) KJSKBFirma menggunakan nama salah seorang yang
merupakan Surveyor Kadaster dan ditambahkan frasa “dan
Rekan” atau “& Rekan”.
4) Nama KJSKB dilarang menggunakan singkatan nama.
5) Apabila Surveyor Kadaster yang namanya digunakan sebagai
nama KJSKB meninggal dunia, maka nama KJSKB wajib
diganti.
6) Apabila Surveyor Kadaster yang namanya digunakan sebagai
nama KJSKB sudah bukan merupakan anggota dari KJSKB
dimaksud, maka nama KJSKB wajib diganti.
7) Nama KJSKB dapat dipergunakan setelah memperoleh
persetujuan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk dalam
arti Nama KJSKB dapat dipasang sebagai identitas KJSKB/
Papan Nama setelah KJSKB mendapat Surat Ijin Kerja dari
Menteri.
8) Penggantian nama KJSKB dilakukan melalui permohonan
tertulis kepada Menteri.

2. SURVEYOR KADASTER BERLISENSI SELAKU PERORANGAN


Surveyor Kadaster Berlisensi selaku Perorangan (SKB Perorangan)
adalah:
a. Surveyor Kadaster; atau
b. Asisten Surveyor Kadaster.

Selaku Perorangan, Surveyor Kadaster maupun Asisten Surveyor


Kadaster dapat bekerja secara mandiri dan tidak saling tergantung.
Jadi Surveyor Kadaster dapat melaksanakan pekerjaan survei dan
pemetaan tanpa Asisten Surveyor Kadaster. Demikian pula Asisten
Surveyor Kadaster dalam melaksanakan pekerjaan survei dan pemetaan
-6-

tidak dalam supervisi Surveyor Kadaster tetapi mendapat supervisi dari


pejabat yang berwenang di Kantor Wilayah BPN atau Kantor
Pertanahan.
SKB Perorangan dapat menerima pekerjaan langsung dari masyarakat
atau berdasarkan penugasan dari Kepala Kantor Wilayah BPN, Kepala
Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk.

BAB III
TANGGUNG JAWAB PEKERJAAN

Dalam rangka pelaksanaan tugasnya, KJSKB dan SKB Perorangan memiliki


tanggung jawab administrasi, teknis serta tanggungjawab secara pribadi
sebagai berikut :
a. KJSKB dan SKB Perorangan bertanggung jawab secara administratif
kepada pemberi kerja atau publik atau lingkungan Kementerian.
b. KJSKB dan SKB Perorangan bertanggungjawab secara teknis sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan
hasilnya kepada:
1. Kepala Bidang; atau
2. Kepala Seksi.
Pertanggungjawaban teknis ini dalam pelaksanaannya meliputi
pemeriksaan yangberupa pengecekan produk survei dan pemetaan yang
dihasilkan KJSKB dan SKB Perorangan oleh pejabat yang berwenang.
c. Tanggungjawab hasil survei dan pemetaan oleh KJSKB menjadi
tanggungjawab mutlak secara tanggung renteng antara Asisten
Surveyor Kadaster, Surveyor Kadaster, dan Pemimpin/Pemimpin Rekan
secara bersamaan.
d. Tanggung jawab hasil survei dan pemetaan oleh SKB Perorangan
menjadi tanggungjawab mutlak secara pribadi dari SKB Perorangan,
baik Surveyor Kadaster atau Asisten Surveyor Kadaster yang
bersangkutan.
-7-

BAB IV
ASAL DAN TATA CARA PEKERJAAN

KJSKB dan SKB Perorangan dapat memperoleh pekerjaan yang berasal dari
masyarakat atau pekerjaan berdasarkan penugasan dari lingkungan
Kementerian.

1. TATA CARA PEKERJAAN YANG BERASAL DARI MASYARAKAT


Pelaksanaan pekerjaan yang berasal dari masyarakat mempunyai
tahapan pekerjaan sebagai berikut :
a. Persiapan;
b. Pelaksanaan; dan
c. Penyerahan Hasil

a. Persiapan.
1) Permohonan dari masyarakat dapat diterima apabila:
a) Pemohon dapat menunjukkan bukti penguasaan bidang
tanah;
b) Bidang tanah yang akan diukur tidak dalam sengketa,
dibuktikan dengan Surat Pernyataan dari pemilik bidang
tanah tersebut.
c) Telah dilakukan pemasangan tanda batas dibuktikan
dengan Surat Pernyataan Pemasangan Tanda Batas
sesuai dengan Lampiran XIV;
Keabsahan dokumen merupakan tanggungjawab sepenuhnya
pihak pemohon.
2) KJSKB atau Surveyor Kadaster Perorangan wajib memberikan
tanda terima atas dokumen dan bukti pembayaran kepada
Pemohon.
3) KJSKB atau Surveyor Kadaster Perorangan membuat
persiapan akan dilakukannya kegiatan pengukuran dengan
meminta pemohon untuk menghadirkan tetangga batas pada
saat dilakukan pengukuran.
-8-

b. Pelaksanaan
1) Dalam melaksanakan pekerjaannya, KJSKB dan SKB
Perorangan wajib mengikuti standar, kriteria, persyaratan,
prosedur, dan tata cara serta menggunakan formulir-formulir
dan daftar-daftar isian pekerjaan survei dan pemetaan
sehingga hasil pengukuran bidang tanah tersebut:
a) dapat dipetakan pada Peta Dasar Pendaftaran;
b) letak, bentuk dan ukuran sesuai dengan kondisi di
lapangan;
c) dapat direkonstruksi batas-batasnya di lapangan;
d) tidak terjadi tumpang tindih dengan penguasaan atau
kepemilikan pihak lain.
2) Pemohon/pemilik tanah atau kuasanya bertanggung jawab
atas batas yang ditunjuk;
3) Hasil pekerjaan survei dan pemetaan bidang tanah adalah :
a) Gambar Ukur, baik dalam bentuk analog maupun digital;
b) Peta Bidang Tanah, Surat Ukur, dan produk pelayanan
survei dan pemetaan lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan.
4) Gambar Ukur ditandatangani oleh:
a) Surveyor Kadaster, dalam hal pengukuran dilaksanakan
oleh Surveyor Kadaster;
b) Asisten Surveyor Kadaster, dalam hal pengukuran
dilaksanakan oleh Asisten Surveyor Kadaster.
5) Gambar Ukur dan Peta Bidang Tanah harus dicek dan
divalidasi dalam aplikasi Komputerisasi Kegiatan Pertanahan.
6) Peta Bidang Tanah, Surat Ukur dan produk pelayanan survei
dan pemetaan lainnya yang dilaksanakan oleh KJSKB
ditandatangani oleh Pemimpin atau Pemimpin Rekan KJSKB.
7) Peta Bidang Tanah, Surat Ukur dan produk pelayanan survei
dan pemetaan lainnya yang dilaksanakan oleh SKB
Perorangan ditandatangani oleh :
a. Surveyor Kadaster apabila pekerjaan dilaksanakan oleh
Surveyor Kadaster; atau
b. pejabat yang berwenang di lingkungan Kantor Wilayah
BPN atau Kantor Pertanahan apabila pekerjaan
dilaksanakan oleh Asisten Surveyor Kadaster
-9-

8) Pemimpin atau Pemimpin Rekan melaksanakan supervisi


terhadap pekerjaan pengukuran yang dilaksanakan oleh
Surveyor Kadaster atau Asisten Surveyor Kadaster dalam
KJSKB yang bersangkutan.

c. Penyerahan Hasil
1) Penyerahan hasil survei dan pemetaan berupa :
a) Gambar Ukur :
Apabila pekerjaan di laksanakan oleh KJSKB atau SKB
Perorangan maka asli Gambar Ukur di simpan pada
Protokol KJSKB atau SKB Perorangan sedangkan
salinannya disimpan di Kantor Wilayah BPN atau Kantor
Pertanahan;
b) Peta Bidang Tanah:
Apabila pekerjaan di laksanakan oleh KJSKB atau SKB
Perorangan maka Peta Bidang Tanah di buat rangkap 3
(tiga), 1 (satu) lembar di simpan pada Protokol KJSKB
atau SKB Perorangan, 1 (satu) lembar digunakan untuk
proses pelayanan pertanahan di Kantor Wilayah atau
Kantor Pertanahan dan 1 (satu) lembar diserahkan
kepada Pemohon.
c) Surat Ukur :
Apabila pekerjaan di laksanakan oleh KJSKB atau SKB
Perorangan maka Surat Ukur dan salinan Surat Ukur
diserahkan ke Kantor Pertanahan, sedangkan minute
Surat Ukur disimpan oleh KJSKB atau SKB Perorangan
2) Kepala Kantor Wilayah BPN atau Kepala Kantor Pertanahan
menunjuk Pejabat sebagai pejabat yang berwenang
melakukan pemeriksaan hasil survei dan pemetaan yang
dihasilkan oleh KJSKB atau SKB Perorangan.
3) Apabila setelah dilakukan pemeriksaan oleh pejabat yang
berwenang ternyata hasil pekerjaan tidak memenuhi kaidah
teknis, maka Pemimpin atau Pemimpin Rekan KJSKB atau
SKB Perorangan wajib segera melakukan perbaikan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja dengan tidak memungut biaya
tambahan kepada pemohon untuk perbaikan pekerjaan
dimaksud.
- 10 -

4) Dalam hal terhadap hasil survei dan pemetaan terdapat


keberatan dari pihak lain, maka Kepala Kantor Wilayah BPN
atau Kepala Kantor Pertanahan memberitahukan secara
tertulis kepada Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau SKB
Perorangan agar para pihak menyelesaikan permasalahannya
secara musyawarah dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari.
5) Apabila dalam waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud
dalam angka (4) tidak tercapai maka pihak yang merasa
dirugikan diminta untuk melakukan upaya hukum dan proses
layanan pertanahan terhadap hasil survei dan pemetaan
dihentikan sampai permasalahan tersebut mempunyai
kekuatan hukum tetap.
6) Dalam hal terjadi permasalahan di lapangan terkait bidang
tanah yang diukur sebagaimana dimaksud dalam angka 5
maka hal tersebut harus dicatat pada peta dasar baik dijital
maupun analog.
7) Hasil survei dan pemetaan oleh KJSKB menjadi
tanggungjawab bersama antara Surveyor Kadaster, Asisten
Surveyor Kadaster dan Pemimpin atau Pemimpin Rekan.
8) Hasil survei dan pemetaan oleh SKB Perorangan menjadi
tanggungjawab pribadi yang bersangkutan.
9) Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau atau SKB Perorangan
melampirkan Surat Pernyataan Tanggungjawab Mutlak pada
saat penyerahan hasil pekerjaan.
Surat Pernyataan Tanggungjawab Mutlak dibuat sesuai
dengan Lampiran XII.
10) KJSKB atau SKB Perorangan menyerahkan hasil survei dan
pemetaan paling lama 14 (empat belas) hari kerja untuk
pekerjaan sampai dengan 10 (sepuluh) bidang tanah dan 21
(dua puluh satu) hari kerja untuk pekerjaan dengan jumlah
lebih dari 10 (sepuluh).
11) Dalam rangka menjamin keberlanjutan pelayanan
pertanahan, Pemohon yang sebelumnya telah mendapat
pelayanan pertanahan dari KJSKB atau SKB Perorangan,
dapat meminta pelayanan pemeliharaan data pertanahan ke
Kantor Pertanahan atau atau KJSKB lainnya atau SKB
Perorangan lainnya.
12) Hasil survei dan pemetaan yang dilaksanakan oleh KJSKB
dan SKB Perorangan menjadi milik Kementerian dan
- 11 -

dipergunakan untuk pelayanan pertanahan dan kegiatan


pertanahan lainnya.

2. TATA CARA PELAKSANAAN PEKERJAAN YANG BERASAL DARI


LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang berasal dari lingkungan
Kementerian yaitu Kantor Wilayah BPN atau Kantor Pertanahan, dapat
dilakukan dengan mekanisme :
a. Lelang; atau
b. Pengadaan Langsung.

Pengadaan pekerjaan melalui mekanisme lelang diatur sesuai peraturan


perundang-undangan yang mengatur tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
KJSKB atau SKB Perorangan dapat melaksanakan pekerjaan di
lingkungan Kementerian yaitu di Kantor Wilayah BPN atau Kantor
Pertanahan melalui Pengadaan Langsung atau penugasan dari pejabat
di lingkungan Kementerian dengan mekanisme atau tahapan kerja
sebagai berikut :
a. Kantor Wilayah BPN atau Kantor Pertanahan
mengumumkan pekerjaan survei dan pemetaan pada wilayah
kerjanya.
b. Pengumuman seperti dimaksud pada huruf a, dibuat sesuai
dengan Lampiran I.
c. KJSKB atau SKB Perorangan yang berminat terhadap pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat mendaftar ke Kantor
Wilayah BPN atau Kantor Pertanahan.
d. Kepala Kantor Wilayah BPN atau Kepala Kantor Pertanahan
menerbitkan Surat Keputusan tentang KJSKB atau SKB
Perorangan sebagai Pelaksana Pekerjaan Survei dan Pemetaan
yang memenuhi persyaratan.
e. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dibuat
sesuai dengan Lampiran II.
f. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf d, menjadi
dasar Kepala Bidang atau Kepala Seksi untuk menyampaikan
Nota Dinas kepada PPK perihal Daftar Pekerjaan Survei dan
Pemetaan yang akan dilaksanakan oleh KJSKB atau SKB
Perorangan per bidang tanah atau per bulan atau per
desa/kelurahan.
- 12 -

g. Nota dinas sebagaimana dimaksud pada huruf f, dibuat


sesuai dengan Lampiran III.
h. PPK Kantor Wilayah BPN atau Kantor Pertanahan sebagaimana
dimaksud pada huruf f, membuat Surat Perintah Kerja
pelaksanaan Pekerjaan Survei dan Pemetaan olehKJSKB atau
SKB Perorangan.
i. Surat Perintah Kerja sebagaimana dimaksud pada huruf h, dibuat
sesuai dengan Lampiran IV
j. Surat Perintah Kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf
h, menjadi dasar Kepala Bidang atau Kepala Seksi menerbitkan
Surat Tugas Survei dan Pemetaan kepada KJSKB atau SKB
Perorangan.
k. Surat Tugas sebagaimana dimaksud pada huruf j, dibuat sesuai
dengan Lampiran V.
l. KJSKB atau SKB Perorangan melaksanakan pekerjaan survei, dan
pemetaan sesuai peraturan perundang-undangan dan
menyerahkan hasil pekerjaan kepada Kepala Bidang atau
Kepala Seksi dengan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.
m. Berita acara sebagaimana dimaksud pada huruf l, dibuat sesuai
dengan Lampiran VI.
n. Pejabat yang ditunjuk dilingkungan Kantor Wilayah BPN atau
Kantor Pertanahan (Pejabat Pemeriksa) melakukan pemeriksaan
kualitas/kendali mutu terhadap hasil pekerjaan survei dan
pemetaan dari KJSKB atau SKB Perorangan.
o. Dalam hal hasil pekerjaan dinyatakan telah memenuhi syarat
teknis yang ditentukan, maka dibuatkan Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan.
p. Berita Acara sebagaimana dimaksud pada huruf o, dibuat sesuai
dengan Lampiran VII.
q. Dalam hal hasil pekerjaan dinyatakan tidak memenuhi syarat
teknis yang ditentukan, maka Pejabat Pemeriksa memerintahkan
KJSKB atau SKB Perorangan untuk melakukan perbaikan
terhadap hasil pekerjaan dimaksud paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja.
r. Dalam hal Berita Acara sebagaimana dimaksud pada huruf o telah
ditandatangani, Kepala Bidang atau Kepala Seksi
- 13 -

menyampaikan Nota Dinas perihal Daftar Pekerjaan Survei dan


Pemetaan yang telah selesai kepada PPK.
s. Nota dinas sebagaimana dimaksud pada huruf r, dibuat
sesuai dengan Lampiran VIII.
t. Nota dinas sebagaimana dimaksud pada huruf r, menjadi
dasar PPK memerintahkan Bendahara untuk melakukan
pembayaran secara langsung ke rekening sesuai dengan
penugasan disertai kuitansi kepada KJSKB atau SKB Perorangan
sebesar yang diterima oleh Petugas Ukur di lingkungan
Kementerian dan dipotong Pajak Penghasilan (PPh) sesuai
peraturan perundang-undangan.
u. Kuitansi sebagaimana dimaksud pada huruf t, dibuat sesuai
dengan Lampiran IX.

BAB V
RUANG LINGKUP PEKERJAAN DAN WILAYAH KERJA

1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


KJSKB dan SKB Perorangan mempunyai lingkup pekerjaan :
a. melaksanakan pekerjaan di bidang survei dan pemetaan di
lingkungan Kementerian
b. melaksanakan jasa pelayanan di bidang survei dan pemetaan dari
masyarakat/pemohon
c. menyimpan, mengelola dan merahasiakan hasil pelaksanaan
pekerjaan survei dan pemetaan dalam Buku Protokol

Pekerjaan di bidang survei dan pemetaan tersebut adalah :


a. Survei, pengukuran dan pemetaan dalam rangka pendaftaran
tanah untuk pertama kali;
b. Survei, pengukuran dan pemetaan dalam rangka pemeliharaan
data pendaftaran tanah;
c. Survei, pengukuran dan pemetaan dalam rangka rekonstruksi
batas tanah;
d. Survei, pengukuran dan pemetaan dalam rangka pengadaan
tanah;
- 14 -

e. Survei, pengukuran dan pemetaan dalam rangka konsolidasi


tanah;
f. Survei dan pemetaan tematik;
g. Survei, pengukuran dan pemetaan dalam rangka layanan
pertanahan lainnya.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, KJSKB atau SKB Perorangan


mengikuti standar, kriteria, persyaratan, prosedur dan tata cara serta
menggunakan formulir-formulir dan daftar-daftar isian pekerjaan survei
dan pemetaan sesuai peraturan perundang-undangan.

2. WILAYAH KERJA
a. KJSKB dan Surveyor Kadaster Berlisensi mempunyai wilayah kerja
dalam wilayah 1 (satu) Provinsi.
b. Menteri atau pejabat yang ditunjuk menetapkan wilayah kerja
KJSKB dan Surveyor Kadaster Berlisensi dengan
mempertimbangkan pernyataan pemilihan wilayah kerja yang
bersangkutan.
c. Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir (2) dilakukan
berdasarkan jumlah KJSKB atau Surveyor Kadaster Berlisensi
yang sudah ada di wilayah kerja yang dipilih.
d. Apabila dalam 1 (satu) wilayah provinsi tidak cukup atau tidak
terdapat KJSKB atau Surveyor Kadaster Berlisensi, maka Menteri
atau pejabat yang ditunjuk dapat menetapkan wilayah kerja
KJSKB atau Surveyor Kadaster Berlisensi untuk lebih dari 1 (satu)
Provinsi.
e. Penetapan wilayah kerja untuk lebih dari 1 (satu) Provinsi
dilakukan berdasarkan permohonan tertulis dari Pimpinan atau
Pimpinan Rekan atau Surveyor Kadaster Berlisensi yang
bersangkutan atau berdasarkan penugasan dari Kementerian.
f. Penambahan wilayah kerja ini dilakukan pada Provinsi yang
berbatasan langsung dengan Provinsi induknya, atau Provinsi yang
mempunyai kemudahan akses dari Provinsi induknya.
g. KJSKB mempunyai wilayah kerja dalam 1 (satu) Propinsi, sehingga
dalam pelaksanaannya wajib berkantor pada 1 (satu)
Kabupaten/Kota dalam wilayah kerjanya dan apabila dibutuhkan
dapat membuka kantor cabang pada Kabupaten/Kota dalam
wilayah kerjanya.
- 15 -

h. Pembukaan kantor cabang ini harus memperhitungkan aspek


kecepatan pelayanan kepada masyarakat mengingat produk dari
KJSKB yaitu Peta Bidang Tanah, Surat Ukur atau produk layanan
pertanahan lainnya ditandatangani oleh Pemimpin atau Pemimpin
Rekan.
Sehingga Kantor Cabang tersebut diharapkan berada pada
Kabupaten/Kota yang berbatasan langsung dengan Kantor Pusat
nya atau pada Kabupaten/Kota yang mempunyai kemudahan
akses dari Kantor Pusatnya.

BAB VI
SUMBER PEMBIAYAAN

Sumber pembiayaan survey dan pemetaan dapat berasal dari pemerintah,


pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Pembiayaan yang bersumber dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah
berasal dari:
a. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
b. Daftar Isian Program Anggaran (DIPA) Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan/atau Kementerian/ Lembaga
Pemerintah lainnya; atau
c. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi, Kabupaten/Kota
dan Desa; atau
d. penerimaan lain yang sah berupa hibah atau bentuk lainnya melalui
mekanisme PNBP.

Pembiayaan pekerjaan survei dan pemetaan yang bersumber dari anggaran


Pemerintah dan Pemerintah Daerah dilakukan melalui mekanisme
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Mekanisme Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat dilakukan dengan :
a. Lelang; atau
b. Pengadaan langsung
- 16 -

Kepala Kantor Wilayah BPN, Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang
ditunjuk wajib menerbitkan Surat Perintah Mulai Pekerjaan (SPMP) kepada
KJSKB atau Surveyor Kadaster Berlisensi yang telah mendapatkan
pekerjaan berdasarkan mekanisme Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pembiayaan pekerjaan surveidan pemetaan yang bersumber dari masyarakat


dapat berupa:
a. swadaya masyarakat; atau
b. bantuan pihak badan usaha swasta dan badan usaha
pemerintah/daerah dalam bentuk tanggungjawab sosial kepada
pelanggan atau customer social responsibility (CSR);
Pembiayaan pekerjaan survei dan pemetaan yang bersumber dari
masyarakat didasarkan kepada tarif pelayanan yang disepakati oleh para
pihak dengan berpedoman kepada azas kepatutan dan keterbukaan.

BAB VII
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

1. HAK
KJSKB atau SKB Perorangan mempunyai hak:
a. Memperoleh penghasilan atas jasa yang diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. memperoleh data atau informasi dari Kementerian tentang:
1) Jenis pekerjaan yang akan diperoleh di lingkungan
Kementerian;
2) Data fisik yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan
dilakukan.
3) Proses pengadaan pekerjaan survei dan pemetaan di
lingkungan Kementerian melalui mekanisme pengadaan
barang/jasa pemerintah sesuai peraturan perundang-
undangan.
4) Akses ke data pertanahan yang terkait dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan baik analog, digital maupun sistem
Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP) maupun GeoKKP
c. menjalankan hak-haknya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2. KEWAJIBAN
- 17 -

KJSKB atau SKB Perorangan mempunyai kewajiban:


a. Mentaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
kode etik profesi.
b. Menjaga kerahasiaan data, dokumen dan/atau warkah yang
diperoleh di lingkungan Kementerian.
c. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal dan
peraturan perundang-undangan.
d. Berperan serta dalam kegiatan program prioritas pemerintah
dibidang survei dan pemetaan, seperti Prona atau kegiatan lainnya
disamping melaksanakan pekerjaan yang diperoleh langsung dari
masyarakat.
e. KJSKB dan SKB Perorangan wajib mengadministrasikan semua
pekerjaan secara tertib dan mengelola Buku Protokol.
KJSKB dan SKB Perorangan mempunyai kewajiban untuk
mengadministrasikan dokumen terkait pekerjaan survei dan
pemetaan dengan baik mengingat dokumen tersebut pada suatu
saat dibutuhkan, baik dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
maupun sebagai bukti dalam perkara di pengadilan.
f. KJSKB dan SKB Perorangan juga mempunyai kewajiban untuk
meminjamkan dokumen, seperti Gambar Ukur atau dokumen
lainnya yang dibutuhkan oleh KJSKB lain atau SKB Perorangan
atau Kantor Wilayah BPN atau Kantor Pertanahan dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan.
g. KJSKB dan SKB Perorangan wajib melakukan evaluasi kinerja dan
menyampaikan laporan bulanan pada setiap minggu pertama awal
bulan berikutnya kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan
tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN dan Menteri.
h. Dalam hal terjadi permasalahan di lapangan, khususnya saat
melakukan pengukuran pada pekerjaan yang berasal dari
Kementerian, yaitu pekerjaan program prioritas Kementerian
sehingga menyebabkan tertundanya pekerjaan, Pemimpin atau
Pemimpin Rekan atau SKB Perorangan paling lama 3 (tiga) hari
kerja melaporkan adanya permasalahan tersebut secara tertulis
disertai saran penyelesaian kepada Kepala Kantor Pertanahan
dengan tembusan kepadaKepala Kantor Wilayah BPN dan Menteri.

3. LARANGAN
KJSKB dan SKB Perorangan dalam melaksanakan pekerjaan dilarang :
a. melakukan perbuatan melawan hukum dan/atau etika profesi;
- 18 -

b. berkompetisi secara tidak wajar dan bertentangan dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan dalam memperoleh
pekerjaan dari masyarakat maupun dari Kementerian;
c. mengalihkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya;
d. menyalahgunakan hasil pekerjaan;
e. menyalahgunakan data, dokumen dan/atau warkah yang terdapat
di lingkungan Kementerian;
f. mengurangi dan menambah persyaratan yang telah ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
g. mengatasnamakan Kementerian, KJSKB atau SKB Perorangan
lainnya untuk kepentingan pribadi yang melawan hukum

Surveyor Kadaster Berlisensi dilarang merangkap jabatan sebagai:


a. advokat, konsultan atau penasehat hukum;
b. pegawai negeri, pegawai badan usaha milik negara, pegawai
badan usaha milik daerah, pegawai swasta;
c. pejabat negara atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK);
d. pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri, atau perguruan
tinggi swasta;
e. PPAT;
f. penilai tanah;
g. mediator; dan/atau
h. jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-
undangan.

BAB VIII
PERSYARATAN UJIAN, PEMBERIAN DAN
PERPANJANGAN LISENSI SERTA PENGANGKATAN SUMPAH/JANJI

1. PERSYARATAN UJIAN
Untuk menjadi Surveyor Kadaster Berlisensi, Calon Surveyor Kadaster
Berlisensi harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri.
- 19 -

Permohonan tersebut dibuat sesuai dengan Lampiran X dengan


memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Apabila telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka calon
Surveyor Kadaster Berlisensi dapat mengikuti ujian yang
diselenggarakan oleh Kementerian.
Persyaratan untuk mengikuti ujian sebagai calon Surveyor Kadaster
Berlisensi adalah :
a. Warga Negara Indonesia;
b. Telah mendaftar untuk menjadi anggota atau telah menjadi
anggota asosiasi atau perhimpunan atau ikatan profesi surveyor di
Indonesia.
Dalam hal calon Surveyor Kadaster Berlisensi belum menjadi
anggota asosiasi profesi, maka yang bersangkutan wajib mendaftar
sebagai anggota asosiasi profesi setelah dinyatakan lulus dalam
ujian lisensi yang diselenggarakan oleh Kementerian.
c. Telah mengikuti dan dinyatakan lulus pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Surveyor Kadaster yang diselenggarakan oleh Kementerian,
Perguruan Tinggi, Sekolah Tinggi, Politeknik atau Asosiasi Profesi.
Persyaratan ini diperuntukkan bagi lulusan Sekolah Menengah
Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan jurusan di luar bidang
Survei dan Pemetaan dalam rangka memenuhi kebutuhan Asisten
Surveyor Kadaster sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (1)
dan (3) yaitu :
“Menteri dapat menyelenggarakan pendidikan singkat selama 6
(enam) bulan untuk calon Asisten Surveyor Kadaster, untuk
memenuhi kebutuhan Asisten Surveyor Kadaster” dan
“Persyaratan pendidikan singkat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling kurang lulusan Sekolah Menengah Umum atau Sekolah
Menengah Kejuruan”
d. Telah membuat Surat Pernyataan Pemilihan Wilayah Kerja;
e. Melengkapi persyaratan administrasi yaitu membayar biaya
layanan lisensi sesuai peraturan perundang-undangan

Kualifikasi untuk dapat menempuh ujian sebagai Surveyor Kadaster:


a. Berpendidikan Strata Satu (S1) Program Studi di bidang Survei dan
Pemetaan dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi atau yang
setara;
b. Mantan pegawai Kementerian yang telah bekerja berturut-turut
selama 20 (dua puluh) tahun yang mempunyai keahlian di bidang
- 20 -

pengukuran dan pemetaan ditunjukkan dengan surat rekomendasi


dari Kepala Kantor Wilayah BPN;

Kualifikasi untuk dapat menempuh ujian sebagai Asisten Surveyor


Kadaster adalah:
a. Berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan, Diploma satu (DI)
atau Diploma tiga (DIII) Program Studi di bidang Survei dan
Pemetaan dari Sekolah atau Perguruan Tinggi yang terakreditasi
b. Berpendidikan Sekolah Menengah Umum atau Sekolah Menengah
Kejuruan Program Studi di luar Survei dan Pemetaan yang telah
mengikuti pendidikan singkat selama 6 (enam) bulan atau
disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh
lingkungan Kementerian.

Selain itu, seorang Asisten Surveyor Kadaster yang memiliki kriteria:


a. telah berpengalaman lebih dari 10 (sepuluh) tahun secara terus
menerus dan secara aktif ;
b. tidak pernah mendapatkan sanksi yang dibuktikan dengan surat
rekomendasi dari Kepala Kantor Wilayah BPN; dan
c. telah lulus program matrikulasi pendidikan strata satu (S1) atau
setara dengan strata satu (S1) program studi di bidang survei dan
pemetaan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, sekolah
tinggi, politeknik atau asosiasi profesi
dapat diangkat menjadi Surveyor Kadaster setelah yang bersangkutan
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.

Permohonan tersebut dilengkapi dengan :


d. Fotocopy kartu identitas;
e. Fotocopy kartu lisensi;
f. Fotocopy ijazah S1;
g. Rekomendasi dari Kepala Kantor Wilayah BPN; dan
h. Membayar biaya layanan lisensi sesuai peraturan perundang-
undangan.

2. PEMBERIAN DAN PERPANJANGAN LISENSI


Menteri atau pejabat yang ditunjuk memberikan Lisensi dan
mengangkat serta memberhentikan Surveyor Kadaster atau Asisten
Surveyor Kadaster.
- 21 -

Pemberian lisensi dan pengangkatan Surveyor Kadaster Berlisensi


dilakukan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh Kementerian.

Lisensi untuk pertama kalidiberikan dengan jangka waktu selama 2


(dua) tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5
(lima ) tahun berikutnya secara periodik.

Pemberian lisensi pertama untuk jangka waktu 2 (dua) tahun ini


dimaksudkan untuk mengetahui keseriusan Surveyor Kadaster
Berlisensi dalam melaksanakan pekerjaan di lingkungan Kementerian.
Untuk selanjutnya lisensi dapat diperpanjang dalam jangka waktu 5
(lima) tahun.

Surveyor Kadaster atau Asisten Surveyor Kadaster harus mengajukan


permohonan perpanjangan lisensi kepada Menteri atau pejabat yang
ditunjuk, paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa lisensi berakhir.

Lisensi yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang dengan


mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri, dengan
melengkapi persyaratan:
a. Fotocopy Lisensi; dan
b. Surat Pernyataan Pelaksanaan Pekerjaan paling sedikit 100
(seratus) bidang tanah/tahun yang dibuktikan dengan fotokopi
Gambar Ukur yang dihasilkan atau rekomendasi dari Kepala
Kantor Wilayah BPN.
Rekomendasi dari Kepala Kantor Wilayah BPN berisi penjelasan
bahwa Surveyor Kadaster Berlisensi dalam melaksanakan
pekerjaan :
1) telah melayani masyarakat dengan baik; dan
2) telah melaksakan pekerjaan sesuai peraturan perundang-
undangan.

3. PENGANGKATAN SUMPAH/JANJI
Surveyor Kadaster Berlisensi sebelum melaksanakan tugas wajib
mengangkat sumpah/janji di hadapan Kepala Kantor Wilayah atau
pejabat yang ditunjuk.
- 22 -

Pengangkatan sumpah/janji Surveyor Kadaster Berlisensi dituangkan


dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh yang bersangkutan,
Kepala Kantor Wilayah, Rohaniawan dan para saksi.

Susunan kata-kata sumpah/janji Surveyor Kadaster Berlisensi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan Lampiran XI.

Pengangkatan sumpah/janji jabatan Surveyor Kadaster Berlisensi


dilakukan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
tanggal keputusan pengangkatan sebagai Surveyor Kadaster Berlisensi.

Selain mengangkat sumpah/janji, sebelum melaksanakan pekerjaan,


Surveyor Kadaster Berlisensi menandatangani Pakta Integritas.

Pakta integritas yang ditandatangani oleh Surveyor Kadaster Berlisensi


dibuat sesuai dengan Lampiran XII.

BAB IX
PEMBERHENTIAN DAN ALIH WILAYAH TUGAS
SURVEYOR KADASTER BERLISENSI

1. PEMBERHENTIAN SURVEYOR KADASTER BERLISENSI


Pemberhentian sebagai Surveyor Kadaster Berlisensi secara otomatis
dalam hal:
a. meninggal dunia;
b. telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun;
c. terbukti melakukan tindak pidana yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; atau
d. merangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 33 Tahun 2016 pasal 22 huruf g.
Surveyor Kadaster Berlisensi dapat memperpanjang usia pensiun
hingga 2 (dua) kali sampai dengan usia 70 (tujuh puluh) tahun, dengan
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.
- 23 -

Pemberhentian sebagai Surveyor Kadaster Berlisensi dengan Surat


Keputusan dalam hal:
a. atas permintaan sendiri;
b. tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena keadaan
kesehatan badan atau kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan oleh
tim pemeriksa kesehatan yang berwenang.
Surveyor Kadaster Berlisensi diberhentikan sementara apabila :
a. Sedang dalam pemeriksaan pihak berwajib sebagai tersangka atas
suatu perbuatan perdata atau pidana;
b. Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam huruf a
berlaku sampai ada putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Dalam hal Surveyor Kadaster Berlisensidalam KJSKBmeninggal dunia,
Pemimpin atau Pemimpin Rekan atau Surveyor Kadaster Berlisensi
dalam KJSKBmemberitahukan secara tertulis kepadaKepala Kantor
Pertanahan setempat dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah
BPN dan Menteri.

Dalam hal Surveyor Kadaster Berlisensi selaku Perorangan meninggal


dunia, maka ahli waris yang bersangkutan memberitahukan secara
tertulis kepadaKepala Kantor Pertanahan setempat dengan tembusan
kepada Kepala Kantor Wilayah BPN dan Menteri.
Dalam hal Pemimpin KJSKB Perorangan meninggal dunia atau bubar
maka Surveyor Kadaster Berlisensi dalam KJSKB yang bersangkutan
menyerahkan Buku Protokol ke KJSKB setempat dengan Berita Acara
Serah Terimadan melaporkannya kepada Kepala Kantor Pertanahan
dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN dan Menteri.

Dalam hal Pemimpin Rekan KJSKB Firma meninggal dunia maka


Surveyor Kadaster Berlisensi dalam KJSKB yang bersangkutan
menunjuk Pemimpin Rekan yang baru dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan Akta Pendirian Badan Usaha pada pejabat yang
berwenang dan selanjutnya melaporkan secara tertulis penunjukan
Pemimpin Rekan yang baru kepada Menteri.

2. ALIH WILAYAH KERJA KJSKB DAN SURVEYOR KADASTER


BERLISENSI
- 24 -

Surveyor Kadaster Berlisensi atau KJSKB dapat mengajukan alih


wilayah kerja ke wilayah kerja lainnya dengan mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Menteri.
Permohonan tersebut dengan melampirkan:
a. Fotokopi Surat Keputusan sebagai Surveyor Kadaster Berlisensi
atau KJSKB;
b. Fotokopi Kartu Lisensi atau Fotokopi Surat Ijin Kerja;
c. Telah aktif melaksanakan tugas di daerah kerja semula minimal
selama 2 (dua) tahun;
d. Berkinerja baik selama melaksanakan tugas di daerah asal
ditunjukkan dengan Surat Rekomendasi dari Kepala Kantor
Wilayah BPN.
Dalam hal permohonan alih wilayah kerja tersebut disetujui, maka
Menteri atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan Surat Keputusan yang
baru.

Selanjutnya sebelum alih wilayah, maka Pemimpin KJSKB


menyerahkan Buku Protokol ke KJSKB setempat dengan Berita Acara
Serah Terimadan melaporkannya kepada Kepala Kantor Pertanahan
dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN dan Menteri.

BAB X
KARTU IDENTITAS, PAPAN NAMA, KOP SURAT,
STEMPEL DAN TANDA TANGAN

1. KARTU IDENTITAS
Setiap Surveyor Kadaster Berlisensi diberikan Kartu Identitas dan wajib
dipakai pada saat melaksanakan pekerjaan.

Dalam hal Kartu Identitas rusak atau hilang, Surveyor Kadaster


Berlisensi mengajukan secara tertulis permohonan Kartu Identitas
Pengganti kepada Menteri dengan melampirkan kartu yang rusak atau
berita acara laporan kehilangan dari instansi yang berwenang.

2. PAPAN NAMA
- 25 -

KJSKB wajib memasang papan nama pada bagian depan kantor yang
bersangkutan.
Papan nama tersebut paling sedikit mencantumkan:
a. nama KJSKB sesuai Surat Ijin Kerja;
b. nomor ijin kerja;
c. alamat KJSKB.

3. KOP SURAT
KJSKB wajib memiliki kop surat yang dipergunakan dalam setiap
dokumen resmi.
Kop surat tersebut paling sedikit memuat:
a. Nama KJSKB sesuai Surat Ijin Kerja;
b. Nomor ijin kerja KJSKB;
c. Alamat KJSKB.

4. STEMPEL
Setiap KJSKB wajib memiliki stempel yang mencantumkan paling
sedikit nama KJSKB dan Nomor Ijin Kerja
Stempel tersebut wajib dipergunakan untuk :
a. Surat menyurat secara resmi; dan
b. Identitas pada hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh KJSKB.

5. TANDA TANGAN
Setiap Pemimpin dan Pemimpin Rekan wajib menyampaikan contoh
tanda tangan dan teraan paraf kepada Menteri, Kepala Kantor Wilayah
BPN dan Kepala Kantor Pertanahan

BAB XI
ORGANISASI PROFESI

Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi serta untuk memudahkan


koordinasi dengan Kementerian, Surveyor Kadaster Berlisensi :
- 26 -

a. wajib menjadi anggota organisasi profesi; dan


b. mentaati Kode Etik Profesi yang dibuat oleh organisasi profesi.

Surveyor Kadaster Berlisensi juga terikat kepada nilai-nilai etika profesi,


sebagai berikut:
a. bersikap perilaku obyektif dan independen: taat kepada peraturan
perundang-undangan, jujur, tidak bias, tanpa prasangka dan tidak
berpihak, serta hindari konflik kepentingan;
b. berbasis ilmu pengetahuan dan profesionalisme: berkerja sesuai bidang
keilmuannya, hanya menerima pekerjaan yang benar-benar dipercaya
dapat dilaksanakannya secara profesional, senantiasa meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, tetap mengikuti perkembangan
teknologi di bidangnya dan menerapkan keahliannya untuk
kepentingan masyarakat;
c. menjaga integritas dan kualitas: standar tertinggi atas kejujuran dan
integritas kepada siapa saja atau pihak mana saja yang yang
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung, menjaga
akurasi dan kehati-hatian dalam mengukur, mencatat, dan
menginterpretasikan semua data; dan
d. menjaga penugasan sebagai amanat: melayani dan mengutamakan
kepentingan masyarakat; memastikan proses yang transparan dan non-
diskrimitatif; menjaga kerahasiaan data dan kedisiplinan mekanisme
akses data secara memadai.

BAB XII
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN SANKSI

1. PEMBINAAN
Surveyor Kadaster Berlisensi wajib mengikuti pembinaan yang
dilaksanakan secara berkala oleh Dirjen atau pejabat yang ditunjuk.
Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama Kementerian
dengan lembaga pendidikan tinggi atau organisasi profesi.
Materi pembinaan meliputi:
a. peraturan di bidang pertanahan;
b. peraturan yang berkaitan dengan survei dan pemetaan; dan
- 27 -

c. perkembangan teknologi surveidan pemetaan


Pembiayaan dalam rangka Pembinaan terhadap Surveyor Kadaster
Berlisensi dibebankan pada DIPA Kementerian dan DIPA Kantor
Wilayah BPN.

2. PENGAWASAN
Kepala Bidang atau Kepala Seksi yang ditunjuk pada Kantor Wilayah
BPN atau Kantor Pertanahan melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan KJSKB atau SKB Perorangan dalam wilayah
kerjanya.
Hasil pengawasan tersebut akan digunakan sebagai bahan evaluasi
terhadap kinerja KJSKBatau SKB Perorangan.
Evaluasi terhadap kinerja KJSKB atau SKB Perorangandilaksanakan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun, meliputi :
a. evaluasi etika dan disiplin, yaitu apakah KJSKB atau SKB
Perorangan telah melayani masyarakat dengan baik dan sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta menjunjung
tinggi etika profesi yaitu bersikap obyektif dan independen,
berbasis ilmu pengetahuan dan profesionalisme, menjaga integritas
dan kualitas serta menjaga penugasan sebagai amanat;
b. evaluasi teknis, meliputi aspek-aspek teknis pengukuran apakah
telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
c. evaluasi administratif, meliputi kerapihan dalam mengelola Buku
Protokol.
Evaluasi terhadap kinerja KJSKB atau SKB Perorangan dapat
dipergunakan sebagai sanksi menurut tingkat pelanggarannya.
3. SANKSI
Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan sanksi kepada
KJSKB atau SKB Perorangan.
Pelanggaran atas kewajiban dan larangan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi
serta berdasarkan evaluasi kinerja ini dapat dikenakan sanksi
administratif.
Sanksi administratif diberikan sesuai tingkat pelanggarannya, yaitu :
a. Teguran lisan
- 28 -

diberikan kepada KJSKB atau SKB Perorangan yang tidak


memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf
a, huruf c, huruf d serta huruf f.
b. Teguran tertulis
diberikan kepada KJSKB atau SKB Perorangan apabila teguran
lisan tidak diindahkan atau apabila tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf b dan huruf e serta
melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 huruf a
sampai dengan huruf f dan huruf h.
c. Pemberhentian sementara,
diberikan kepada Surveyor Kadaster Berlisensi apabila :
1) Sedang dalam pemeriksaan pihak berwajib sebagai tersangka
atas suatu perbuatan perdata atau pidana;
2) Pemberhentian sementara tersebut berlaku sampai ada
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
d. Pemberhentian tetap,
diberikan kepada Surveyor Kadaster Berlisensi yang melanggar
larangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 huruf g dan
sebagaimana dimaksud pada penjelasan Pasal 8 ayat (2).

Selain sanksi administratif, Menteri dapat menjatuhkan sanksi tambahan


berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari nilai pekerjaan yang
disetorkan ke kas negara melalui mekanisme Penerimaan Negara Bukan
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal sanksi tambahan berupa denda, Kepala Kantor Wilayah


menyampaikan pertimbangan atas sanksi tersebut kepada Menteri setelah
dilakukan pemeriksaan terhadap para pihak.

Pelanggaran yang bersifat atau terhadap ketentuan-ketentuan keperdataan


dan/atau pidana, dikenakan ketentuan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pelanggaran terhadap etika profesi dapat dikenakan sanksi pelanggaran


etika oleh lembaga atau asosiasi profesi di mana yang bersangkutan menjadi
anggotanya.
- 29 -

BAB XIII
LAIN-LAIN

KJSKB dapat melaksanakan terlebih dahulu pekerjaan survei dan pemetaan


dalam rangka pendaftaran tanah perorangan atau kelompok masyarakat
maupun dalam rangka persiapan pendaftaran tanah lengkap dalam suatu
desa/kelurahan, sehingga Peta Bidang Tanah dan Surat Ukur dapat dikutip
atau disalin dari Peta Dasar Pendaftaran hasil survei dan pemetaan yang
dibuat oleh KJSKB.
Peta Bidang Tanah dan Surat Ukur dapat dikutip atau disalin dari Peta
Dasar Pendaftaran, setelah Peta Dasar Pendaftaran tersebut telah dilakukan
pemeriksaan oleh Pejabat yang berwenang dan telah disahkan
penggunaannya sebagai Peta Pendaftaran oleh Kepala Kantor Wilayah BPN
atau Kepala Kantor Pertanahan.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan Asisten Surveyor Kadaster, Menteri


dapat menyelenggarakan pendidikan singkat selama 6 (enam) bulan atau
disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan di lingkungan
Kementerian.

Pendidikan singkat tersebut diperuntukkan bagi lulusan Sekolah Menengah


Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan di luar program studi Survei dan
Pemetaan.
Pendidikan singkat juga dapat berupa magang di lingkungan Kantor Wilayah
BPN atau Kantor Pertanahan, sehingga setelah cukup mempunyai
ketrampilan di bidang survei dan pemetaan, Kepala Kantor Wilayah BPN
dapat memberikan rekomendasi kepada yang bersangkutan untuk dapat
mengikuti ujian lisensi yang diselenggarakan oleh Kementerian

Pendidikan singkat tersebut dapat diselenggarakan di :


a. Kantor Kementerian;
b. Pusat Pendidikan dan Latihan;
c. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional; atau
d. Kantor Wilayah BPN Provinsi di seluruh Indonesia.

Di lingkungan Kementerian, Menteri atau Kepala Kantor Wilayah atau


Kepala Kantor Pertanahan dapat menetapkan aparatur sipil negara dalam
lingkup kerjanya diluar bidang atau seksi survei dan pemetaan untuk
- 30 -

melaksanakan pekerjaan survei dan pemetaan setelah diberikan pendidikan


dan latihan singkat di bidang survei dan pemetaan.

Badan Hukum Perseroan yang bergerak di bidang industri survei, pemetaan


dan informasi geospasial dapat melaksanakan pekerjaan survei dan
pemetaan dalam rangka pendaftaran tanah.
Badan Hukum Perseroan yang akan melaksanakan pekerjaan survei dan
pemetaan di lingkungan Kementerian harus mendapatkan Surat Ijin Kerja
dari Menteri.
Untuk mendapatkan Surat Ijin Kerja dari Kementerian, Pemimpin Badan
Hukum Perseroan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Akta Pendirian atau AD/ART Badan Hukum Perseroan;
b. Surat Keterangan Domisili Badan Hukum Perseroan yang diterbitkan
oleh RT/RW setempat atau pengelola gedung perkantoran;
c. Kartu identitas penduduk Pemimpin Badan Hukum Perseroan;
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pemimpin Badan Hukum Perseroan;
e. NPWP Badan Hukum Perseroan;
f. Lisensi Surveyor Kadaster dan Asisten Surveyor Kadaster yang bekerja
dalam Badan Hukum Perseroan; dan
g. Daftar peralatan survei dan pemetaan yang dimiliki, disewa dan/atau
dikerjasamakan.

Pekerjaan survei dan pemetaan yang dilaksanakan oleh Badan Hukum


Perseroan diutamakan pada pekerjaan yang bersifat massal atau sistematik
atau yang mempunyai volume banyak, misalnya pekerjaan survei dan
pemetaan lengkap dalam satu desa/kelurahan.
Pekerjaan survei dan pemetaan tersebut dapat berasal dari lingkungan
Kementerian melalui mekanisme pengadaan barang/jasa Pemerintah atau
berasal dari swadaya masyarakat.

Pelaksana kegiatan survei dan pemetaan pada Badan Hukum Perseroan


tersebut adalah Surveyor yang telah mendapat lisensi dari Kementerian,
yaitu Surveyor Kadaster dan Asisten Surveyor Kadaster.
Dalam rangka pekerjaan survei dan pemetaan lengkap atas suatu
desa/kelurahan maka Peta Dasar Pendaftarannya dapat dipergunakan
untuk pelayanan pertanahan setelah diperiksa oleh Pejabat yang berwenang
- 31 -

dan disahkan penggunaannya sebagai Peta Pendaftaran oleh Kepala Kantor


Wilayah BPN atau Kepala Kantor Pertanahan.

Tanggungjawab terhadap hasil pekerjaan survei dan pemetaan yang


dilaksanakan oleh Badan Hukum Perseroan merupakan tanggung jawab
bersama secara tanggung renteng antara Pimpinan Badan Hukum Perseroan
serta Surveyor Kadaster Berlisensi sebagai pelaksana pekerjaan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada

Direktur Jenderal
Infrastruktur Keagrariaan

Ir.. R.M. Adi Darmawan, M.Eng., Sc.


NIP. 19611226 199203 1 001
- 32 -

Anda mungkin juga menyukai