Juknis Surveyor Kadasteral
Juknis Surveyor Kadasteral
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS SURVEYOR KADASTER BERLISENSI
Menetapkan :
PETUNJUK TEKNIS
SURVEYOR KADASTER BERLISENSI
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan program percepatan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia masih terkendala terbatasnya jumlah Surveyor
Kadaster Berlisensi, sehingga diperlukan penguatan kebijakan,
kelembagaan, pembiayaan, serta sumberdaya Surveyor Kadaster untuk
percepatan dimaksud.
-2-
Pada tahun 2016 target legalisasi aset melalui Proyek Operasi Nasional
Agraria mencapai 1.064.151 bidang tanah, sedangkan pada tahun 2017
dinaikkan menjadi 5 juta bidang tanah. Peningkatan target sertipikasi
akan terus dijalankan. Pada tahun 2018, target sertipikasi menjadi 7
juta bidang tanah, dan menargetkan dapat mensertipikasi 23 juta
bidang tanah hingga tahun 2019, sehingga diharapkan pada tahun
2025 seluruh bidang tanah di Indonesia sudah terdaftar. Hal itu
dilakukan untuk memberikan kepastian hukum atas tanah milik
masyarakat.
BAB II
SURVEYOR KADASTER BERLISENSI
1. KJSKB
KJSKB adalah Surveyor Kadaster Berlisensi yang berbentuk Badan
Usaha baik Perorangan maupun Firma.
Secara umum bisa diartikan bahwa KJSKB merupakan wadah bagi
kelompok Surveyor Kadaster Berlisensiyang berbentuk badan usaha
dan bergerak di bidang jasa survei dan pemetaan dalam rangka
pelayanan pertanahan, yang telah mendapatkan izin usaha dari pihak
yang berwenang dan telah memperoleh Surat Ijin Kerja dari
Kementerian.
a. Bentuk KJSKB
KJSKB harus berbentuk badan usaha.
-4-
b. Nama KJSKB
Setiap KJSKB harus mempunyai nama yang digunakan sebagai
identitas untuk membedakan dengan KJSKB yang lain, yaitu :
1) KJSKBPerorangan menggunakan nama Surveyor Kadaster
yang bersangkutan.
2) Dalam hal nama Surveyor Kadaster lebih dari 1 (satu) kata,
nama KJSKB harus menggunakan paling sedikit 1 (satu) kata
yang merupakan bagian dari nama lengkap Surveyor
Kadaster.
3) KJSKBFirma menggunakan nama salah seorang yang
merupakan Surveyor Kadaster dan ditambahkan frasa “dan
Rekan” atau “& Rekan”.
4) Nama KJSKB dilarang menggunakan singkatan nama.
5) Apabila Surveyor Kadaster yang namanya digunakan sebagai
nama KJSKB meninggal dunia, maka nama KJSKB wajib
diganti.
6) Apabila Surveyor Kadaster yang namanya digunakan sebagai
nama KJSKB sudah bukan merupakan anggota dari KJSKB
dimaksud, maka nama KJSKB wajib diganti.
7) Nama KJSKB dapat dipergunakan setelah memperoleh
persetujuan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk dalam
arti Nama KJSKB dapat dipasang sebagai identitas KJSKB/
Papan Nama setelah KJSKB mendapat Surat Ijin Kerja dari
Menteri.
8) Penggantian nama KJSKB dilakukan melalui permohonan
tertulis kepada Menteri.
BAB III
TANGGUNG JAWAB PEKERJAAN
BAB IV
ASAL DAN TATA CARA PEKERJAAN
KJSKB dan SKB Perorangan dapat memperoleh pekerjaan yang berasal dari
masyarakat atau pekerjaan berdasarkan penugasan dari lingkungan
Kementerian.
a. Persiapan.
1) Permohonan dari masyarakat dapat diterima apabila:
a) Pemohon dapat menunjukkan bukti penguasaan bidang
tanah;
b) Bidang tanah yang akan diukur tidak dalam sengketa,
dibuktikan dengan Surat Pernyataan dari pemilik bidang
tanah tersebut.
c) Telah dilakukan pemasangan tanda batas dibuktikan
dengan Surat Pernyataan Pemasangan Tanda Batas
sesuai dengan Lampiran XIV;
Keabsahan dokumen merupakan tanggungjawab sepenuhnya
pihak pemohon.
2) KJSKB atau Surveyor Kadaster Perorangan wajib memberikan
tanda terima atas dokumen dan bukti pembayaran kepada
Pemohon.
3) KJSKB atau Surveyor Kadaster Perorangan membuat
persiapan akan dilakukannya kegiatan pengukuran dengan
meminta pemohon untuk menghadirkan tetangga batas pada
saat dilakukan pengukuran.
-8-
b. Pelaksanaan
1) Dalam melaksanakan pekerjaannya, KJSKB dan SKB
Perorangan wajib mengikuti standar, kriteria, persyaratan,
prosedur, dan tata cara serta menggunakan formulir-formulir
dan daftar-daftar isian pekerjaan survei dan pemetaan
sehingga hasil pengukuran bidang tanah tersebut:
a) dapat dipetakan pada Peta Dasar Pendaftaran;
b) letak, bentuk dan ukuran sesuai dengan kondisi di
lapangan;
c) dapat direkonstruksi batas-batasnya di lapangan;
d) tidak terjadi tumpang tindih dengan penguasaan atau
kepemilikan pihak lain.
2) Pemohon/pemilik tanah atau kuasanya bertanggung jawab
atas batas yang ditunjuk;
3) Hasil pekerjaan survei dan pemetaan bidang tanah adalah :
a) Gambar Ukur, baik dalam bentuk analog maupun digital;
b) Peta Bidang Tanah, Surat Ukur, dan produk pelayanan
survei dan pemetaan lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan.
4) Gambar Ukur ditandatangani oleh:
a) Surveyor Kadaster, dalam hal pengukuran dilaksanakan
oleh Surveyor Kadaster;
b) Asisten Surveyor Kadaster, dalam hal pengukuran
dilaksanakan oleh Asisten Surveyor Kadaster.
5) Gambar Ukur dan Peta Bidang Tanah harus dicek dan
divalidasi dalam aplikasi Komputerisasi Kegiatan Pertanahan.
6) Peta Bidang Tanah, Surat Ukur dan produk pelayanan survei
dan pemetaan lainnya yang dilaksanakan oleh KJSKB
ditandatangani oleh Pemimpin atau Pemimpin Rekan KJSKB.
7) Peta Bidang Tanah, Surat Ukur dan produk pelayanan survei
dan pemetaan lainnya yang dilaksanakan oleh SKB
Perorangan ditandatangani oleh :
a. Surveyor Kadaster apabila pekerjaan dilaksanakan oleh
Surveyor Kadaster; atau
b. pejabat yang berwenang di lingkungan Kantor Wilayah
BPN atau Kantor Pertanahan apabila pekerjaan
dilaksanakan oleh Asisten Surveyor Kadaster
-9-
c. Penyerahan Hasil
1) Penyerahan hasil survei dan pemetaan berupa :
a) Gambar Ukur :
Apabila pekerjaan di laksanakan oleh KJSKB atau SKB
Perorangan maka asli Gambar Ukur di simpan pada
Protokol KJSKB atau SKB Perorangan sedangkan
salinannya disimpan di Kantor Wilayah BPN atau Kantor
Pertanahan;
b) Peta Bidang Tanah:
Apabila pekerjaan di laksanakan oleh KJSKB atau SKB
Perorangan maka Peta Bidang Tanah di buat rangkap 3
(tiga), 1 (satu) lembar di simpan pada Protokol KJSKB
atau SKB Perorangan, 1 (satu) lembar digunakan untuk
proses pelayanan pertanahan di Kantor Wilayah atau
Kantor Pertanahan dan 1 (satu) lembar diserahkan
kepada Pemohon.
c) Surat Ukur :
Apabila pekerjaan di laksanakan oleh KJSKB atau SKB
Perorangan maka Surat Ukur dan salinan Surat Ukur
diserahkan ke Kantor Pertanahan, sedangkan minute
Surat Ukur disimpan oleh KJSKB atau SKB Perorangan
2) Kepala Kantor Wilayah BPN atau Kepala Kantor Pertanahan
menunjuk Pejabat sebagai pejabat yang berwenang
melakukan pemeriksaan hasil survei dan pemetaan yang
dihasilkan oleh KJSKB atau SKB Perorangan.
3) Apabila setelah dilakukan pemeriksaan oleh pejabat yang
berwenang ternyata hasil pekerjaan tidak memenuhi kaidah
teknis, maka Pemimpin atau Pemimpin Rekan KJSKB atau
SKB Perorangan wajib segera melakukan perbaikan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja dengan tidak memungut biaya
tambahan kepada pemohon untuk perbaikan pekerjaan
dimaksud.
- 10 -
BAB V
RUANG LINGKUP PEKERJAAN DAN WILAYAH KERJA
2. WILAYAH KERJA
a. KJSKB dan Surveyor Kadaster Berlisensi mempunyai wilayah kerja
dalam wilayah 1 (satu) Provinsi.
b. Menteri atau pejabat yang ditunjuk menetapkan wilayah kerja
KJSKB dan Surveyor Kadaster Berlisensi dengan
mempertimbangkan pernyataan pemilihan wilayah kerja yang
bersangkutan.
c. Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir (2) dilakukan
berdasarkan jumlah KJSKB atau Surveyor Kadaster Berlisensi
yang sudah ada di wilayah kerja yang dipilih.
d. Apabila dalam 1 (satu) wilayah provinsi tidak cukup atau tidak
terdapat KJSKB atau Surveyor Kadaster Berlisensi, maka Menteri
atau pejabat yang ditunjuk dapat menetapkan wilayah kerja
KJSKB atau Surveyor Kadaster Berlisensi untuk lebih dari 1 (satu)
Provinsi.
e. Penetapan wilayah kerja untuk lebih dari 1 (satu) Provinsi
dilakukan berdasarkan permohonan tertulis dari Pimpinan atau
Pimpinan Rekan atau Surveyor Kadaster Berlisensi yang
bersangkutan atau berdasarkan penugasan dari Kementerian.
f. Penambahan wilayah kerja ini dilakukan pada Provinsi yang
berbatasan langsung dengan Provinsi induknya, atau Provinsi yang
mempunyai kemudahan akses dari Provinsi induknya.
g. KJSKB mempunyai wilayah kerja dalam 1 (satu) Propinsi, sehingga
dalam pelaksanaannya wajib berkantor pada 1 (satu)
Kabupaten/Kota dalam wilayah kerjanya dan apabila dibutuhkan
dapat membuka kantor cabang pada Kabupaten/Kota dalam
wilayah kerjanya.
- 15 -
BAB VI
SUMBER PEMBIAYAAN
Kepala Kantor Wilayah BPN, Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang
ditunjuk wajib menerbitkan Surat Perintah Mulai Pekerjaan (SPMP) kepada
KJSKB atau Surveyor Kadaster Berlisensi yang telah mendapatkan
pekerjaan berdasarkan mekanisme Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
BAB VII
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN
1. HAK
KJSKB atau SKB Perorangan mempunyai hak:
a. Memperoleh penghasilan atas jasa yang diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. memperoleh data atau informasi dari Kementerian tentang:
1) Jenis pekerjaan yang akan diperoleh di lingkungan
Kementerian;
2) Data fisik yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan
dilakukan.
3) Proses pengadaan pekerjaan survei dan pemetaan di
lingkungan Kementerian melalui mekanisme pengadaan
barang/jasa pemerintah sesuai peraturan perundang-
undangan.
4) Akses ke data pertanahan yang terkait dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan baik analog, digital maupun sistem
Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP) maupun GeoKKP
c. menjalankan hak-haknya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. KEWAJIBAN
- 17 -
3. LARANGAN
KJSKB dan SKB Perorangan dalam melaksanakan pekerjaan dilarang :
a. melakukan perbuatan melawan hukum dan/atau etika profesi;
- 18 -
BAB VIII
PERSYARATAN UJIAN, PEMBERIAN DAN
PERPANJANGAN LISENSI SERTA PENGANGKATAN SUMPAH/JANJI
1. PERSYARATAN UJIAN
Untuk menjadi Surveyor Kadaster Berlisensi, Calon Surveyor Kadaster
Berlisensi harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri.
- 19 -
3. PENGANGKATAN SUMPAH/JANJI
Surveyor Kadaster Berlisensi sebelum melaksanakan tugas wajib
mengangkat sumpah/janji di hadapan Kepala Kantor Wilayah atau
pejabat yang ditunjuk.
- 22 -
BAB IX
PEMBERHENTIAN DAN ALIH WILAYAH TUGAS
SURVEYOR KADASTER BERLISENSI
BAB X
KARTU IDENTITAS, PAPAN NAMA, KOP SURAT,
STEMPEL DAN TANDA TANGAN
1. KARTU IDENTITAS
Setiap Surveyor Kadaster Berlisensi diberikan Kartu Identitas dan wajib
dipakai pada saat melaksanakan pekerjaan.
2. PAPAN NAMA
- 25 -
KJSKB wajib memasang papan nama pada bagian depan kantor yang
bersangkutan.
Papan nama tersebut paling sedikit mencantumkan:
a. nama KJSKB sesuai Surat Ijin Kerja;
b. nomor ijin kerja;
c. alamat KJSKB.
3. KOP SURAT
KJSKB wajib memiliki kop surat yang dipergunakan dalam setiap
dokumen resmi.
Kop surat tersebut paling sedikit memuat:
a. Nama KJSKB sesuai Surat Ijin Kerja;
b. Nomor ijin kerja KJSKB;
c. Alamat KJSKB.
4. STEMPEL
Setiap KJSKB wajib memiliki stempel yang mencantumkan paling
sedikit nama KJSKB dan Nomor Ijin Kerja
Stempel tersebut wajib dipergunakan untuk :
a. Surat menyurat secara resmi; dan
b. Identitas pada hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh KJSKB.
5. TANDA TANGAN
Setiap Pemimpin dan Pemimpin Rekan wajib menyampaikan contoh
tanda tangan dan teraan paraf kepada Menteri, Kepala Kantor Wilayah
BPN dan Kepala Kantor Pertanahan
BAB XI
ORGANISASI PROFESI
BAB XII
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN SANKSI
1. PEMBINAAN
Surveyor Kadaster Berlisensi wajib mengikuti pembinaan yang
dilaksanakan secara berkala oleh Dirjen atau pejabat yang ditunjuk.
Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama Kementerian
dengan lembaga pendidikan tinggi atau organisasi profesi.
Materi pembinaan meliputi:
a. peraturan di bidang pertanahan;
b. peraturan yang berkaitan dengan survei dan pemetaan; dan
- 27 -
2. PENGAWASAN
Kepala Bidang atau Kepala Seksi yang ditunjuk pada Kantor Wilayah
BPN atau Kantor Pertanahan melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan KJSKB atau SKB Perorangan dalam wilayah
kerjanya.
Hasil pengawasan tersebut akan digunakan sebagai bahan evaluasi
terhadap kinerja KJSKBatau SKB Perorangan.
Evaluasi terhadap kinerja KJSKB atau SKB Perorangandilaksanakan
paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun, meliputi :
a. evaluasi etika dan disiplin, yaitu apakah KJSKB atau SKB
Perorangan telah melayani masyarakat dengan baik dan sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta menjunjung
tinggi etika profesi yaitu bersikap obyektif dan independen,
berbasis ilmu pengetahuan dan profesionalisme, menjaga integritas
dan kualitas serta menjaga penugasan sebagai amanat;
b. evaluasi teknis, meliputi aspek-aspek teknis pengukuran apakah
telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
c. evaluasi administratif, meliputi kerapihan dalam mengelola Buku
Protokol.
Evaluasi terhadap kinerja KJSKB atau SKB Perorangan dapat
dipergunakan sebagai sanksi menurut tingkat pelanggarannya.
3. SANKSI
Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan sanksi kepada
KJSKB atau SKB Perorangan.
Pelanggaran atas kewajiban dan larangan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi
serta berdasarkan evaluasi kinerja ini dapat dikenakan sanksi
administratif.
Sanksi administratif diberikan sesuai tingkat pelanggarannya, yaitu :
a. Teguran lisan
- 28 -
BAB XIII
LAIN-LAIN
Ditetapkan di Jakarta
Pada
Direktur Jenderal
Infrastruktur Keagrariaan