LP Cad
LP Cad
Disusun Oleh :
1
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar
di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi
jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma
ini disebut ateroesk.
2. Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi
sempit.Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan
masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan
atheroma.
Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung
(miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri
koroner.Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi
iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan
kerusakan jantung.Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit
arteri koroner.Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner adalah angina
dan serangan jantung (infark miokardial).
B. DEFINISI
2
berukuran sekitar sekepalan tangan itu kekurangan darah. Penyakit jantung
koroner / penyakit arteri koroner merupakan suatu manifestasi khusus dan
aterosklerosis pada arteri koroner. Plak terbentuk pada percabangan arteri
yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri
sirkumflek. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen
maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. (Joanne and Gloria.
1995)
3
angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
C. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara
spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri
koroner adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria). Sangat penting bagi kaum pria
mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner. Pria berusia
lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang
pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai
akibat operasi (bagi wanita).Wanita yang telah berhenti mengalami
menstruasi (menopause) secara fisiologis ataupun secara dini
(pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner apalagi ketika
usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat penyakit jantung di
dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak
normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet
keluarga.
4
4. Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke
jantung mereka.
5. Merokok. Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko
utama penyakit jantung koroner.Kandungan nikotin di dalam rokok dapat
merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung
terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh
darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).Tekanan darah yang tinggi dan menetap
akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah
arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner
(faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit arteri/jantung
koroner.
7. Kegemukan (obesitas).Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa
merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam
tubuh.Seseorang yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan
terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya
olahraga ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan
mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung koroner.
9. Stress.Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila
menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang
membahayakan jiwa.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Price & Lorraine (2001) seperti:
5
1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
terbakar;dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang)
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih cepat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa
E. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit
dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan
akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering
terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. Langkah
pertama dalam pembentukan terosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan
endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel
atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas
terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida,
sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak
pembuluh darah. Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi
dan imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit,
serta trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin
proinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih
banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses
pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang
6
berperan sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang mengaktifkan siklus
inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah
putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang
bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah
putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai
berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial,
monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap
melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi.
F. PATHWAY
7
Penyempitan pembuluh darah koroner
Metabolisme anaerob
Perubahan hemodynamic
Gangguan rasa nyaman
(TD & Nadi meningkat ringan)
Penurunan curah nyeri
Cardiak output menurun jantung
Tekanan jantung menningkat
Kurang pengetahuan
ANSIETAS
8
G. KOMPLIKASI
9
bagaikan balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian
curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu
gagal jantung kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural
dan aritmia ventrikel refrakter.
6. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga
merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi
peradangan.
7. Emboli Paru : Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia
atau kematian mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada
pasien payah jantung kongestif yang parah
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
10
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril)
and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah,
dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut
merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
6. Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang
menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk
membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana)
atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali
menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk
penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien
dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat
keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau
keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah
Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan
pengobatan yang lebih baik
7. Operasi
11
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
b. Revaskularisasi Transmiokardia
I. PENGKAJIAN
12
7. Pola Aktivitas Sehari – Hari
8. Keadaan/Penampilan/Kesan Umum Pasien
9. Tanda – Tanda Vital
Suhu tubuh, denyut nadi, tensi / TD,respirasi dan TB/BB
10. Pemeriksaan Fisik
(diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya ).
a. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
b. Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku
c. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
d. Pemeriksaan Thorax / Dada
e. Pemeriksaan Jantung
f. Pemeriksaan Abdomen
g. Pemeriksaan Muskuloskeletal
h. Pemerikasaan Neurologi
i. Pemeriksaan Penunjang Medis
j. Pelaksanaan/Terapi
k. Harapan Klien / Keluarga Sehubungan Dengan Penyakitnya
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan kontraktilitas,
perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme ventrikular).
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat
turunnya curah jantung.
13
K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
2.Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor tanda tanda vital seperti
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam tekanan darah, nadi dan suhu.
kelalahan dan diharapkan pasien 2.Catat respon kardiopulmonal
dispnue akibat menunjukkan peningkatan terhadap aktivitas, catat takikardi,
14
turunnya curah kemampuan dalam melakukan disritmia, dispnea, berkeringat,
jantung aktivitas dengan kriteria hasil: pucat
1.Pasien akan berpartisipasi 3.Kaji penyebab kelemahan
pada aktivitas yang diinginkan contoh pengobatan, nyeri, obat.
2.Memenuhi perawatan diri 4.Berikan bantuan dalam aktivitas
sendiri perawatan diri sesuai indikasi,
3.Mencapai peningkatan selingi periode aktivitas dengan
toleransi aktivitas yang dapat istirahat
diukur, dibuktikan oleh
menurunnya kelemahan dan
kelelahan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk
in Physical Workers and Managers.
16
Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart Disease: A
Systematic Review and Meta-Analysis.
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk
of coronary artery disease: a meta-analysis of individual participant data.
17