Anda di halaman 1dari 22

BAHASA JURNALISTIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Jurnalistik


Dosen Pembimbing :
Maria Fitriah, S.Sos., M.Si.

Disusun oleh :

Firly Zahran Dwiyana G.1810814

Siti Fatimah Khoiriyah G.1810866


Siti Nurhasanah G.1810802

UNIVERSITAS DJUANDA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN
SAINS KOMUNIKASI
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya. Buku ini disusun diharapkan
dapat memberikan kemudahan untuk pembaca dalam mempelajari bahasa
jurnalistik.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, kami berharap dengan penuh keikhlasan untuk para pembaca agar
memberikan saran maupun kritik demi memperbaiki buku ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari buku sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Bogor, November 2020

Penyusun

i2i
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
PENGANTAR ...................................................................................................... 4
I. PENGERTIAN BAHASA ...................................................................................6
II. PENGERTIAN JURNALISTIK ........................................................................7
III. PENGERTIAN BAHASA JURNALISTIK ......................................................8
IV. PENGERTIAN BAHASA JURNALISTIK MENURUT PARA AHLI ..........9
V. KARAKTERISTIK BAHASA JURNALISTIK ..............................................10
VI. PRINSIP BAHASA JURNALISTIK ..............................................................12
VII. GAYA PENULISAN JURNALISTIK ..........................................................14
VIII. BAHASA SIARAN JURNALISTIK ...........................................................15
8.1 Karakterisitik Bahasa Radio.................................................................15
IX. KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF BAHASA JURNALISTIK ............16
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

i3ii
4
PENGANTAR
Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dan merupakan
kunci utama dalam penyampaian pesan, dikarenakan jelas atau tidaknya suatu
informasi yang disampaikan kepada khalayak ditentukan oleh bahasa yang
digunakan. Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan harus
benar, jelas dan akurat. Sebaliknya, bahasa yang kacau dalam menyampaikan
informasi akan menyulitkan khalayak untuk memahami informasi itu. Karenanya,
dunia pers atau jurnalistik harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar
khalayak dapat memahami informasi yang disampaikan dengan mudah (Tebba,
2005: 118). Dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, dikenal langgam
bahasa lisan dan tulis. Keduanya terikat pada hukum-hukum, norma, aturan,
kaidah serta prinsip-prinsip dan sifat yang dimiliki bahasa yang digunakan. Tiap
bahasa harus tunduk pada tata bahasa masing-masing (Willing, 2010: 213).
Jurnalistik adalah kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah,
memuat, dan menyebarkan berita melalui media berskala pers, yakni surat kabar,
tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
Jurnalistik pada perkembangannya dapat dikelompokkan menjadi jurnalistik
media cetak, televisi, online, dan radio. Jurnalistik media cetak meliputi surat
kabar harian, mingguan, dan jurnalistik majalah. Jurnalisme mempunyai fungsi
sebagai pemberi informasi kepada mayarakat supaya warga bisa mengatur diri
sendiri. Media massa sangat membantu masyarakat dengan cara menyajikan berita
yang sedang terjadi di lingkungan, menjadikan masyarakat dapat mengetahui
permasalahan disekelilingnya yang bisa saja terlewat dari keseharian atau tidak
disadari. Dengan terdapatnya pemberitaan tersebut kebenaran berita menjadi dasar
dari perbuatan yang diambil oleh masyarakat.
Jurnalisme juga mempunyai fungsi untuk membangun masyarakat. Berita
yang menerangkan keadaan kelompok masyarakat yang selama ini mengalami
kesulitan dan dilupakan dapat mendorong kelompok masyarakat yang lain untuk
membantu keluar dari permasalahan yang dialami. Dalam batasan yang lebih
besar dapat menjadi pendorong negara untuk membuat kebijakan yang pro rakyat.
Jurnalisme mempunyai fungsi lain sebagai pemenuhan hak-hak warga negara.
Hak-hak ini bisa diartikan memperoleh informasi yang benar dan akurat. Media

5
massa adalah alat yang sangat baik dan efektif untuk menyuarakan hak rakyat
baik melalui berita yang ditulis oleh wartawan, ataupun melalui opini dan surat
pembaca yang ditulis dalam media massa.
Bahasa yang digunakan dalam dunia jurnalistik adalah Bahasa Pers atau
Bahasa Jurnalistik. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa Indonesia khas
tulisan yang dipakai kalangan wartawan dalam menulis berita dan industri media
massa. Ini untuk membedakan dengan bahasa lain, atau bahasa Indonesia ragam
ilmiah, serta dialek daerah yang juga khas Disebut juga bahasa komunikasi massa
(language of mass communication, disebut pula newspaper language), yakni
bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi
lisan (tutur) di media elektronik (Radio dan TV) maupun tertulis (media cetak).
Agar dapat digunakan dan disebut sebagai bahasa jurnalistik, wartawan atau
media yang memuat berita harus memenuhi karakteristik bahasa jurnalistik dan
prinsip bahasa jurnalistik. Pemahaman bahasa jurnalistik juga harus dijadikan
dasar utama bagi setiap wartawan dalam penulisan beritanya. Karena, dalam
setiap penulisan bahasa jurnalistik mesti membawa muatan fakta, informasi yang
disampaikan harus bersifat netral dari penafsiran subyektif. Untuk itu, bahasa
jurnalistik harus bersifat umum. Berita ditulis dengan bahasa yang lancar, jelas,
lugas, sederhana, padat, singkat, dan menarik, namun dengan tetap mensyaratkan
bahasa baku, sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar
(Santana, 2005:154).

6
I. PENGERTIAN BAHASA
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang arbitrer yang digunakan
untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Ronald Wardhaugh
mendefinisikan bahasa sebagai “a system of arbitrary vocal symbols used for
human communication”. Definisi tersebut menekankan bahwa pada intinya
bahasa adalah ucapan, bukan tulisan, yang menggabungkan antara bunyi dan
makna. Tidak ada kaitan antara lambang, bunyi dan makna. Itu yang dimaksud
dengan arbitrer, sebagai salah satu sifat bahasa. Setiap lambang bahasa memiliki
makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan
suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran
bahasa memiliki makna. Misalnya, lambang bahasa yang berbunyi “kursi”
mengandung konsep atau makna ‘sesuatu yang dipakai sebagai tempat duduk”.
Kata “manusia” atau “human” wajib disebut dalam definisi bahasa, karena hanya
manusia yang bisa berbahasa. Begitu hebatnya peran bahasa bagi manusia,
sampai-sampai seorang Confucius, misalnya, pernah mendapatkan pertanyaan,
apa yang akan dilakukan seandainya diberi kesempatan memimpin negara.
"Membenahi bahasa", demikian jawaban singkat Confucius. Bahasa, menurut
filsuf Cina ini, bukan sekedar cermin keteraturan berpikir, tetapi bahkan akan
menentukan keteraturan atau malah ketidak-teraturan masyarakat.
Bahasa sudah menunjukkan adanya manfaat dari pengertiannya sendiri.
Bahasa dijadikan sebagai sebuah alat berkomunikasi antara satu orang dengan
orang lainnya. Antara manusia satu dengan manusia lain. Adapun fungsi bahasa
merupakan sebagai alat komunikasi yang amat penting bagi manusia untuk
berinteraksi dengan manusia lainnya. Komunikasi berarti mengirimkan sebuah
pesan kepada orang lain supaya dimaknai dan diinterpretasi sehingga bisa
mendapatkan feedback atau timbal balik atas pesan yang disampaikan.

7
II. PENGERTIAN JURNALISTIK
Berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada
“Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno, khususnya masa pemerintahan Julius
Caesar (100-44 SM). “Acta Diurna” adalah papan pengumuman –sejenis majalah
dinding (mading) atau papan informasi sekarang– yang diletakkan di Forum
Romanum agar diketahui oleh banyak orang. Secara harfiyah, Acta Diurna
diartikan sebagai Catatan Harian atau Catatan Publik Harian.
Acta Diurna awalnya berisi catatan proses dan keputusan hukum, lalu
berkembang menjadi pengumuman kelahiran, perkawinan, hingga keputusan
kerajaan atau senator dan acara pengadilan. Acta Diurna diyakini sebagai produk
jurnalistik pertama sekaligus pers, media massa, atau suratkabar/koran pertama di
dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Kata atau istilah jurnalistik pun berasal dari Acta Diurna itu. Orang yang
menghimpun dan menulis informasi untuk dipublikasikan di Acta Diurna disebut
diurnalis.Dari kata diurna muncul kata du jour (Prancis) yang berarti “hari ” dan
journal (Inggris) yang artinya laporan, lalu berkembang menjadi journalism atau
journalistic. Dalam bahasa Inggris, journalist artinya orang yang membuat atau
menyampaikan laporan.
Secara bahasa (Indonesia), jurnalistik adalah hal yang menyangkut
kewartawanan dan persuratkabaran dan seni kejuruan yang bersangkutan dengan
pemberitaan dan persuratkabaran (KBBI). Journalisme (journalism) diartikan
sebagai “the activity or profession of writing for newspapers, magazines, or news
websites or preparing news to be broadcast.” (aktivitas atau profesi penulisan
untuk suratkabar, majalah, atau situs web berita atau menyiapkan berita untuk
disiarkan). Dalam kamus bahasa Inggris, jurnalistik adalah “The collection and
editing of news for presentation through the media; writing designed for
publication in a newspaper or magazine” (Merriam Webster). Kata kunci dalam
pengertian jurnalistik adalah berita dan penyebarluasan (publikasi). Dengan
demikian, secara praktis, jurnalistik dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Jurnalistik adalah pengumpulan bahan berita (peliputan), pelaporan
peristiwa (reporting), penulisan berita (writing), penyuntingan naskah berita

8
(editing), dan penyajian atau penyebarluasan berita (publishing/broadcasting)
melalui media.”
Definisi jurnalistik di atas seperti dikemukakan Roland E. Wolseley dalam
buku Understanding Magazines (1969): jurnalistik adalah pengumpulan,
penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat
pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan
pada suratkabar, majalah, dan disiarkan.

III. PENGERTIAN BAHASA JURNALISTIK


Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam
menulis berita.Sebutan lain bahasa jurnalistik adalah bahasa media, bahasa pers,
dan bahasa koran (newspaper language). Dengan menggunakan bahasa khas
wartawan ini, maka tulisan di media menjadi ringkas, padat, mudah dipahami,
efektif, efisien, dan enak dibaca. Wartawan dapat meringkas banyak fakta dan
memadatkan makna dalam sebuah kata atau kalimat.
Bahasa jurnalistik disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of
Mass Communication), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui
media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV)
maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online), dengan ciri khas
singkat/ringkas, lugas, padat, dan mudah dipahami. Bahasa Jurnalistik hadir atau
diperlukan oleh insan pers atau awak media untuk kebutuhan komunikasi efektif
dengan pembaca (juga pendengar dan penonton).
Bahasa jurnalistik atau biasa yang disebut dengan bahasa pers, merupakan
salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik memiliki sifatsifat yang khas yaitu
singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas dan menarik. Akan tetapi jangan
dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Bahasa
jurnalistik harus memperhatikan ejaan yang benar. Bahasa jurnalistik merupakan
bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya
jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Dengan demikian, bahasa Indonesia
pada karya-karya jurnalistiklah yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik
atau bahasa pers.

9
10
IV. PENGERTIAN BAHASA JURNALISTIK MEN-
URUT PARA AHLI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa jurnalistik adalah salah satu
ragam bahasa Indonesia, selain tiga lainnya, yaitu ragam bahasa undang-undang,
ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa sastra. Adapun para ahli mendefinisikan
bahasa jurnalistik berdasarkan pengamatan yang diyakininya, diantaranya sebagai
berikut:
1. Rosihan Anwar : bahasa jurnalistik adalah yang digunakan oleh wartawan
dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki
sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, jelas, sederhana, lugas dan menarik.
Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi
kaidah-kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosakata
bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
2. S. Wojowasito : bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai
tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang
demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka
dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagaian masyarakat yang
melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian tuntutan bahwa
bahasa jurnalistik harus baik, tidak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain
bahasa jurnalistik yang baik harus sesuai dengan norma-norma tata bahasa
yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang
cocok.
3. JS. Badudu : bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas,
tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar
mengingat bahasa surat kabar divbaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang
tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus
menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas,
tetapi jelas agar mudah dipahami. Seseorang tidak mesti mengulang-ulang
apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat
kabar.
4. Asep Syamsul M. Romli : bahasa jurnalistik atau language of mass
communication, yaitu bahasa yang digunakan wartawan untuk menulis berita

11
di media massa. Sifatnya komunikatif yaitu langsung menjamah materi atau
pokok persoalan (straight to the point), tidak berbungabunga, dan tanpa basa-
basi, serta spesifik yakni harus jelas dan mudah dipahami orang banyak,
hemat kata, menghindarkan penggunaan kata mubazir dan kata jenuh,
menaati kaidah-kaidah bahasa yang berlaku (Ejaan Yang Disempurnakan),
dan kalimatnya singkat-singkat.
5. Dewabrata : penampilan bahasa ragam jurnalistik yang baik bia ditengarai
dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancer dari atasa sampai akhir,
menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga masyarakat sehari-
hari, tidak menggunakan susunan yang kaku, formal dan sulit dicerna.
Susunana kalimat jurnalistik yang baik akan menggunakan kat-kata yang
paling pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuanasa
yang terkandung dalam masingmasing kata pun perlu diperhitungkan.

V. KARAKTERISTIK BAHASA JURNALISTIK


Bahasa jurnalistik merupakan suatu bahasa komunikasi masa yang
digunakan wartawan dalam penulisan produk pers yang memiliki karakteristik
yaitu: singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, jelas sehingga dapat dimengerti
oleh masyarakat pembaca. Oleh karena itu, fokus makalah ini hanya dibatasi pada
kajian tentang karakteristik bahasa jurnalistik bersifat singkat, padat, sederhana,
lugas, menarik, jelas dan implementasinya pada media cetak Indonesia. Lukas
(2006) diperkuat Suroso (2001) pada KIPBIPA IV menjelaskan kriteria bahasa
jurnalistik:
1. Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point) tidak bertele-
tele, tidak berputar-putar, tidak membosankan waktu pembaca yang sangat
berharga. Konsekuensinya apapun pesan yang akan disampaikan tidak boleh
bertentangan dengan filosofi, fungsi dan karakteristik pers.
2. Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat atau
paragraph yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk
khalayak pembaca.
3. Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang
paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca. Kata-kata dan

12
kalimat yang rumit yang hanya dipahami maknanya oleh ssegelintir orang,
tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.
4. Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufisme atau
penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca
sehingga terjadi peredaan persepsi dan keslahan konklusi.
5. Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya membangkitkan minat
perhatian khalayak pembaca. Memicu selera baca. Membuat orang sedang
tertidur terjaga seketika. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik,
benar, dan baku.
6. Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat
dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak
menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari
ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu,
seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna
denotatif.
7. Demokratis, salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik
adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal
tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak
yang disapa sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan
priyayi keratin.
8. Mengutamakan Kalimat Aktif, Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih
disukai oleh khalayak pembaca dari pada kalimat fasif. Sebagai contoh
pencuri mengambil perhiasaan dari dalam lemari pakaian, dan bukan
diambilnya perhiasan itu dari dalam lemari pakaian oleh pencuri. Bahasa
jurnalistik harus jelas susunan katanya, dan kuat maknanya.
9. Menghindari Kata atau Istilah Teknis, karena ditujukan untuk umum maka
bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak
membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut.
10. Tunduk kepada Kaidah dan Etika Bahasa Baku, Salah satu fungsi utama pers
adalah edukasi, mendidik (to educate). Fungsi ini bukan saja terercermin pada
isi berita, laporan, gambar, dan arikel-artikelnya, melainkan juga harus
tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja

13
mencerminkan pikiran seseorang tetapi sekaligus juga menunjukkan etika
orang itu. Orang terpelajar beretika tinggi. Orang kurang ajar beretika rendah.
Bahasa pers merujuk kepada bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi
sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman pembentukan istilah yang
menyertainya.

VI. PRINSIP BAHASA JURNALISTIK


Jurnalistik adalah salah satu ilmu yang berkaitan dengan penulisan berita
baik di media cetak, elektronik, ataupun online. Dalam penulisan berita, terdapat
beberapa prinsip yang harus diketahui dengan baik oleh jurnalis. Prinsip ini harus
dipegang dan diterapkan dalam setiap penulisan berita atau informasi yang akan
disampaikan kepada massa. berikut ini adalah beberapa prinsip dalam jurnalistik
yang perlu diketahui:

1. Berdasarkan kebenaran
Kebenaran adalah hal yang sangat mahal dan tidak bisa dibeli dengan
uang. Hal inilah yang harus disampaikan oleh jurnalis ketika membuat
sebuah informasi. Kebenaran yang ada dalam informasi tersebut harus
sesuai dengan kebenaran yang sesungguhnya terjadi. Ketika seseorang
menjadi jurnalis, maka salah satu sumpahnya adalah menyajikan
kebenaran kepada khalayak ramai dan tidak menyembunyikan sesuatu
demi keuntungan semata. Namun sayangnya, di jaman yang semakin maju
ini justru kebenaran semakin sulit dilihat dan didapatkan. Beberapa media
juga justru menjadi alat dalam menyampaikan berita bohong yang sering
disebut hoax.
2. Kesetiaan
Prinsip yang satu ini bukan bermakna setia pada satu orang atau institusi
saja, tapi setia kepada masyarakat. Dalam penyampaian informasi, seorang
jurnalis harus setia pada kebenaran yang akan disampaikan pada
masyarakat. Ia tidak boleh memihak pada pihak tertentu yang hanya
menguntungkan diri sendiri.
3. Verifikasi

14
Untuk bisa mendapatkan kebenaran yang utuh, seorang jurnalis harus rajin
dan disiplin dalam melakukan verifikasi informasi yang ia dapatkan. Ini
merupakan prinsip dalam jurnalistik yang sangat penting. Verifikasi yang
dilakukan hendaknya juga berulang kali untuk mendapatkan kepastian
kebenaran informasi tersebut. Verifikasi sangat penting dalam jurnalistik
modern, apalagi dengan semakin banyaknya berita bohong yang dengan
mudah beredar di masyarakat luas. Tindakan verifikasi merupakan salah
satu bentuk tanggung jawab dalam jurnalistik modern.
4. Independen
Independen adalah kebebasan dari pihak yang mengekang atau
mengarahkan informasi tertentu. Seorang jurnali haruslah independen dan
terbebas dari rasa kekangan atau ketakutan dalam menyampaikan
kebenaran. Independen bukan berarti netralitas. Sering kali seorang
jurnalis menyampaikan kebenaran namun dianggap memihak pada pihak
tertentu. Hal ini terjadi akibat adanya sensitivitas pada pihak tertentu dari
masyarakat.
5. pemantau
Jurnalis tidak seharusnya menjadi alat dari pihak tertentu untuk
melancarkan kepentingannya sendiri. Jurnalis harus bisa menjadi
pemantau dari rakyat kecil yang tidak mampu bersuara untuk bisa
mengeluarkan pendapatnya agar didengar oleh penguasa.
6. Menampung Aspirasi
Prinsip dalam jurnalistik, seorang jurnalis tak hanya memberikan
informasi saja, ia harus bisa menjadi wadah bagi mereka yang membantu
banyak orang untuk memberikan tanggapan, kritik, dan aspirasi lain terkait
beberapa isu tertentu.
7. membuat berita yang menarik dan relevan
Prinsip jurnalistik selanjutnya adalah mampu menyajikan informasi yang
menarik dan relevan. Banyak informasi yang sebenarnya sangat penting
untuk diketahui oleh masyarakat, namun sayangnya karena penyajian yang
tidak menarik, informasi tersebut tidak digubris oleh masyarakat. Maka
dari itu, sangat penting untuk bisa menyajikan dan mengolah informasi

15
yang didapatkan menjadi informasi yang menarik. Jika berita atau
informasi yang disampaikan tidak menarik, tentu berita itu menjadi sia-sia
karena tidak ada yang melihatnya.
8. Mudah di cerna
Jurnalis bukanlah penulis yang akan menyajikan informasi kepada kaum
intelek, tapi seluruh kalangan masyarakat. Maka dari itu, jurnalis harus
mampu menyajikan informasi yang mudah dicerna oleh setiap kalangan.
Sajian yang berimbang dan luas sangat penting untuk difokuskan.
9. Menggunakan Hati Nurani
Seorang jurnalis bukan menulis berita hanya berdasarkan permintaan atau
logika saja, tapi juga hati nurani. Dengan adanya hati nurani, maka secara
otomatis jurnalis akan memiliki etika dan moral yang mengutamakan
kepentingan masyarakat dan kebenaran yang hakiki.

VII. GAYA PENULISAN JURNALISTIK


Gaya penulisan merupakan bagaimana cara seorang jurnalis memilih tata
bahasa sesuai dengan angle berita yang dipilih. Dalam penggunaannya, gaya
penulisan jurnalistik harus efektif. Beberapa unsur agar gaya penulisan jurnalistik
menjadi efektif adalah sebagai berikut (Kusumaningrat, 2016):
1. Kecermatan dalam pemberitaan
Seorang jurnalis harus memahami seluruh fakta terhadap berita yang akan dia
tulis. Karena dengan hal itu jurnalis dapat menemukan inti permasalahan
dalam berita tersebut.
2. Organisasi dalam berita
Sebelum membuat sebuah berita, sebaiknya susunannya harus dirancang
terlebih dahulu. Sehingga berita yang dihasilkan lebih efektif dalam
penyampaiannya.
3. Diksi dan tata bahasa yang tepat
Penggunaan kata dalam sebuah penulisan berita sangat berpengaruh terhadap
penyampaian informasi. Tata bahasa yang dimaksudkan disini adalah
ketentuan-ketentuan dalam menyusun kata dan kalimat dalam suatu pola yang
teratur.

16
4. Prinsip hemat kata dalam penulisan berita
Hemat kata sudah menjadi kewajiban dalam penulisan jurnalistik. Meskipun
gaya penulisan tempo dulu adalah berpanjang-panjang, tetapi sekarang
penulisan berita harus dibuat lebih ringkas. Tulisan yang hemat kata dan
ringkas memerlukan waktu, pikiran, dan kemauan keras untuk membatasi
retorika yang ada dalam pikiran jurnalis.
5. Daya hidup, warna dan imajinasi
Unsur terakhir agar penulisan jurnalistik yang efektif dapat tercapai adalah
dengan upaya menghidupkan tulisan. Hal yang harus dihindari adalah tulisan
yang terlalu bertele-tele dan kekurangtepatan dalam memilih kata.

VIII. BAHASA SIARAN JURNALISTIK


Bahasa siaran jurnalistik atau bahasa jurnalistik radio merupakan sebuah
bahasa yang harus mengikuti kaidah bahasa yang baku, dimana radio tersebut
disiarkan. Misalkan radio tersebut disiarkan di Indonesia, maka bahasa yang
digunakankan haruslah bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar. Bahasa
jurnalistik radio dengan ketepatan kata dan bahasa yang diucapkan oleh seorang
penyiar memiliki fungsi untuk tidak akan menimbulkan interpretasi atau salah
pengertian kepada pendengar. Bahasa jurnalistik radio juga harus memiliki
kesesuaian kata atau bahasa yang diucapkan oleh penyiar agar tidak akan merusak
thema atau wacana yang sedang dibicarakan pada saat radio sedang siaran.
Pengucapan dan pemakaian kata-kata bahasa jurnalistik radio juga harus memiliki
sifat komunikatif agar para pendengar dapat mengerti dan merasakan setiap kata
demi kata yang diucapkan oleh penyiar.
Penggunaan bahasa jurnalistik radio yang baik dan benar juga akan
mendukung setiap program dari siaran radio itu sendiri. Bahasa jurnalistik radio
yang baku secara tidak langsung akan menuntut para penyiar radio untuk mampu
memilih kata-kata yang akan diucapkan dengan tepat dan sesuai dengan tema
yang dibawakan pada saat siaran radio sedang berlangsung.
8.1 Karakteristik Bahasa Radio
Untuk mendapatkan bahasa jurnalistik radio yang baik, setiap penggunaan
kalimat atau kata – kata yang telah disusun haruslah efektif agar mampu

17
menyampaikan pesan atau informasi secara lengkap. Selain itu, kalimat tersebut
haruslah memiliki satu kesatuan yang memudahkan setiap pendengar untuk
memahami apa yang diucapkan oleh penyiar. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik
haruslah bersifat :
1. Publisitas, Jurnalisme Radio haruslah memiliki sifat publisitas yang tinggi
dengan tujuan dan maksudnya tersampaikan. Selain itu agar siaran radio
dapat menjangkau dan diterima oleh semua golongan masyarakat.
2. Universitas (universal), Radio juga harus memiliki sifat universal dengan
berbagai aspek dan persoalan kehidupan. Siaran radio yang memiliki sifat
universal akan menjadikan radio tersebut digemari oleh setiap lapisan
pendengar.
3. Perioditas, Siaran radio harus memiliki perioditas atau periode tertentu
untuk menunjukan kehadiran siaran radio secara berkala. Apabila siaran
tidak dilakukan secara berkala, bukan tidak mungkin siaran radio tersebut
ditinggal penggemarnya.
4. Kontinuitas, Sistem Komunikasi Radio juga harus berlangsung secara
kontinuitas agar pendengar dapat menantikan setiap topik yang dibahas.
Apabila diberhentikan secara tiba-tiba, itu akan mengecewakan pendengar
setia dari siaran radio tersebut.
Aktualitas, Radio juga harus memiliki keaktualan didalam setiap pemberitan
atau penyampaian informasi yang dilakukannya. Aspek ini sangat penting
terutama bagi siaran radio yang menyiarkan berita berita terbaru.

IX. KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF BAHASA


JURNALISTIK
Ada bagian penting yang harus diperhatikan ketika akan mengawali
menulis berita. Bagian penting tersebut adalah lead atau alenia pembuka. Lead
dalam berita merupakan ringkasan yang terdapat pada awal alinea
(Kusumaningrat, 2016:126). Unsur 5W + 1H sangat penting dalam penulisan lead.
Karena lead merupakan awalan berita yang harus berisikan keseluruhan ringkasan
berita. Lead dalam berita merupakan sebuah kalimat pertama pada sebuah berita

18
untuk menarik pembaca agar membaca berita lanjutannya. Unsur terpenting dalam
lead sebuah berita adalah sebagai berikut: (Kusumaningrat, 2016)
Berikutnya, kalimat dalam penulisan jurnalistik sebaiknya kalimat tunggal,
karena lebih sederhana dan mudah dipahami. Kalimat tunggal merupakan kalimat
yang subyek, predikat, dan obyeknya satu. Contoh kalimat tunggal: Saya bekerja
di Jakarta. Hindari penggunaan kata yang kabur atau tidak jelas (ambigu)
merupakan hal penting dalam membuat naskah berita. Contoh: Hanya sebagian
kecil anggota DPR yang menandatangani pernyataan yang meminta Akbar
tanjung mundur dari jabatan Ketua Dewan. Kalimat tersebut sebaiknya ditulis:
Hanya 70 dari 500 anggota DPR yang menandatangani pernyataan yang meminta
Akbar Tandjung mundur dari jabatan Ketua Dewan.
Dalam menulis berita terdapat istilah struktur piramida terbalik (Siregar,
1998). Struktur tersebut menekankan bahwa penulisan berita diawali dengan yang
namanya teras berita (sesuatu yang paling penting dalam sebuah berita) lalu
semakin ke bawah ditulis hal-hal yang kurang penting. Jadi dapat digambarkan isi
sebuah berita seperti bentuk segitga yang mengerucut ke bawah.
Berita-berita yang terdapat dalam media cetak pada umumnya merupakan
berita yang mempunyai nilai berita. Walaupun merupakan ada informasi yang
dapat dibilang lebih santai dibandingkan hard news, namun informasi tersebut
mempunyai nilai berita sehingga layak naik cetak pada media tersebut. Beberapa
nilai berita yang kita ketahui dalam sebuah penulisan berita adalah sebagai
berikut: (Pasqua, 1990)
1. Magnitude, Pengaruh yang besar terhadap masyarakat ketika berita
tersebut diberitakan.
2. Significance, Seberapa penting peristiwa dalam berita bagi masyarakat
3. Proximity (kedekatan), Kedekatan suatu berita akan mempengaruhi
ketertarikan pembaca terhadap berita tersebut. Ada 2 jenis kedekatan,
yaitu: kedekatan geografis dan kedekatan psikologis.
4. Timeliness (aktual), Berita akan menarik bagi pembaca ketika berita
tersebut sedang hangat diperbincangkan. Semakin actual berita, maka
semakin tinggi pula nilai berita tersebut.
5. Prominence, Keterkenalan suatu tokoh dalam sebuah berita.

19
6. Human interest, Berita dapat menyentuh perasaan pembaca.
Nilai berita tersebut yang nantinya digunakan jurnalis dalam menentukan
sebuah angle berita. Angle berita merupakan sudut pandang jurnalis terhadap
obyek berita. Cara menentukan angle berita adalah dengan menyesuaikan
kelayakan berita. Angle berita juga harus disesuaikan dengan kepentingan
pembaca. Kadangkala angle berita dipengaruhi oleh kebijakan redaksi.
Sistematika penulisan di atas merupakan sistematika penulisan naskah
jurnalistik pada media cetak konvensional (pada umumnya). Banyak hal yang
harus diperhatikan ketika seorang jurnalis akan menuliskan berita pada media
cetak. Karena sistematika penulisan beritanya cukup memiliki banyak aturan dan
tatacara. Hal tersebut dimaksudkan agar pembaca dapat memahami berita yang
dihasilkan sesuai dengan angle berita yang dibuat oleh jurnalis dan ditetapkan
oleh redaksi. Namun pada era digital saat ini, cukup banyak bermunculan media
online. Informasi yang terdapat dalam media online juga cukup beragam.
Terdapat berita hard news, soft news, dan future. Namun juga tidak jarang ada
berita yang memang kurang penting dan tidak memuat nilai berita.
Penulisan berita dalam media cetak konvensional dengan media online
sangat berbeda sekali. Selain gaya bahasa dan konten dalam media tersebut,
perbedaan juga terlihat pada angle atau cara pandang dalam setiap berita. Angle
yang terdapat pada media cetak konvensional biasanya seputar fakta-fakta penting
yang ada di dalam berita tersebut. Namun pada media online biasanya muncul
fakta-fakta lain yang ditampilkan. Hal tersebut dimaksudkan agar berita terlihat
lebih menarik dan dapat mengundang minat baca pembaca. Kolom komentar yang
ada dalam media online juga sangat berbeda dengan respon pembaca yang ada
pada media cetak konvensional. Dalam media online, kita dapat dengan bebas
memberikan respon terhadap berita yang ditayangkan atau memberikan komentar
terhadap konten media online tersebut. Tetapi dalam media cetak konvensional,
ketika kita ingin memberikan respon terhadap berita yang ada di dalamnya, kita
harus sangat memperhatikan cara penulisan komentar kita. Karena hampir semua
media cetak memperhatikan gaya penulisan pembaca yang memberikan respon
hingga pada akhirnya nanti dimasukkan ke dalam kolom pembaca (salah satu

20
bagian khusus dalam media cetak yang berfungsi sebagai wadah interaksi dengan
pembaca).

DAFTAR PUSTAKA

Aryusmar. 2011. Karakteristik Bahasa Jurnalistik dan Penerapannya pada Media


Cetak.
https://media.neliti.com/media/publications/166982-ID-karakteristik-
bahasa-jurnalistik-dan-pen.pdf. (diakses pada 02 November 2020)

Santoso, Agung Budi. 2017. Sistematika Penulisan Naskah Jurnalistik pada Media
Online dan Media Cetak (Analisis Perbandingan Penulisan Berita pada Media Online
Tirto.id dengan Media Cetak Konvensional).
https://www.kompasiana.com/leonwical/59d5377bb5fdf275663e9c72/siste
matika-penulisan-naskah-jurnalistik-pada-media-online-dan-media-cetak-
analisis-perbandingan-penulisan-berita-pada-media-online-tirto-id-dengan-
media-cetak-konvensional?page=all (diakses pada 01 November 2020)

Seputar Pengetahuan. 2018. Pengertian Jurnalistik, Sejarah, Tujuan, Jenis dan Kode
Etiknya.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/08/pengertian-jurnalistik-
sejarah-tujuan-jenis-jenis-dan-kode-etik-terlengkap.html (diakses pada 03
November 2020)
Sitepu, Jaba. 2017. 20 Bahasa Jurnalistik Radio – Jurnalistik.
https://pakarkomunikasi.com/bahasa-jurnalistik-radio. (diakses pada 02
November 2020)

Suhaemi dan Ruli Nasrullah. 2010. Bahasa jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta hlm. 6, 37)
http://digilib.uinsby.ac.id/15180/5/Bab%202.pdf. (diakses pada 02
November 2020)

21
22

Anda mungkin juga menyukai