Anda di halaman 1dari 4

Program Doktor Ilmu Ekonomi

Universitas Terbuka

Metode Penelitian

Dari Inisiasi 1.
Diskusi 1. Dasar-dasar Penelitian Kuantitatif

Ilmu manajemen adalah ilmu sosial, yakni ilmu yang mempelajari perilaku manusia.
Menurut Anda, manakah yang lebih tepat digunakan dalam mengembangkan ilmu
manajemen, paradigma positivism, paradigma constructivism, ataukah paradigma
pragmatism? Gunakan literature untuk mendukung argumen Anda.

Ilmu manajemen yang menjadi bagian dari ilmu sosial, bersama dengan ilmu alam
sejatinya berasal dari ilmu filsafat. Ilmu sosial berasal dari filsafat moral (moral philosophy)
dan ilmu alam berasal dari filsafat alam (Natural Philosophy) (Bentz & Saphiro, 1998). Ilmu
alam adalah ilmu yang mempelajari benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti
dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan
non manusia tentang Bumi dan alam sekitarnya (Art, 2015). Ilmu alam membentuk landasan
bagi ilmu terapan yang berkembang menjadi sejumlah disiplin ilmu seperti fisika, kimia,
biologi, astronomy, zoologi dan sebagainya. Sedangkan ilmu sosial mempelajari mengenai
manusia dalam konteks sosialnya atau sebagai anggota masyarakat (Mukminan, 2015).
Aspek kehidupan manusia itu terdiri dari: interaksi sosial, budaya, kebutuhan materi,
pendidikan, norma dan peraturan, sikap dan reaksi kejiwaan, geografi, dan sebagainya.
Aspek-aspek ini kemudian menghasilkan ilmu sosial seperti Sosiologi, Antropologi, Ilmu
Ekonomi, Ilmu Pendidikan, Ilmu Hukum, Psikologi Sosial, Geografi, Sejarah, dan lain
sebagainya. Pada pengembangan selanjutnya, berdasarkan pendekatan struktural, ilmu-
ilmu tadi telah berkembang menjadi cabang-cabang ilmiah yang lebih terperinci, salah
satunya adalah ilmu manajemen.
Ilmu manajemen adalah ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Mengingat
tujuan yang akan dicapai berbeda beda sesuai dengan kepentingan manajemennya maka
ilmu manajemen semakin terperinci seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen
keuangan, manajemen pendidikan, manajemen produksi, manajemen publik dan lain
sebagainya. Meskipun memiliki cabang yang banyak, ilmu manajemen sebagai bagian dari
ilmu sosial, dalam proses pengembangannya mengikuti metode yang digunakan dalam ilmu
sosial termasuk metode penelitiannya.
Penelitian dalam ilmu sosial memiliki metode yang didasarkan dalam beberapa
paradigma. Paradigma sering juga disebut perspektif atau cara pandang dapat didefinisikan
sebagai satu set proposisi yang menjelaskan bagaimana sesuatu dipahami, cara
menyederhanakan kompleksitas sesuatu tersebut, memberitahu peneliti dan para ilmuwan
secara umum tentang apa yang dianggap penting, sah dan rasional (Sarantakos, 1993).
Melalui penetapan paradigma itulah, seorang peneliti dapat memahami fenomena apa yang
akan diteliti, baik berkaitan dengan asumsi bagaimana memandang objek penelitian, dan
bagaimana melaksanakan proses penelitian.
Guba dan Lincoln (1994) mengklasifikasikan paradigma menjadi empat, yaitu:
positivism, post positivism, critical theory, dan constructivism. Keempat paradigma tersebut
adalah perkembangan dari dua paradigma besar yaitu paradigma positivism yang
menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai dasar pencarian kebenaran dan paradigma
constructivism yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Paradigma positivism didasarkan pada hukum-hukum dan prosedur-prosedur yang
baku, bersifat deduktif, berjalan dari hal yang umum dan bersifat abstrak menuju yang
konkrit dan bersifat sepesifik, nomotetik, yaitu didasarkan pada hukum-hukum yang kausal
yang universal dan melibatkan sejumlah variable.Paradigma positivism pada akhirnya
melahirkan pendekatan kuantitatif (Muslim, 2015). Pendekatan kuantitatif merupakan
pendekatan penelitian yang mendasarkan diri pada paradigma positivism dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Beberapa ciri khas pendekatan kuantitatif adalah:
bersandar pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif (numerik), menggunakan strategi
survei dan eksperimen, mengadakan pengukuran dan observasi, melaksanakan pengujian
teori dengan uji statistik.
Paradigma constructivism merupakan antitesis paradigma positivism. Paradigma ini
menyatakan bahwa positivistim merupakan paham yang keliru dalam mengungkap realitas,
dan harus ditinggalkan (Guba & Lincoln, 1994). Paradigma ini berangkat dari upaya untuk
mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada
perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan
memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial.
Fakta dilihat sebagai hal yang cair (tidak kaku), tidak imparsial, objektif dan netral. Fakta
merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual yang bergantung pada pemaknaan
sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung
ambiguisitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan
dapat dinterpretasikan dengan berbagai cara (Newman, 2000). Paradigma ini menekankan
pada ilmu bukanlah didasarkan pada hukum dan prosedur yang baku, setiap gejala atau
peristiwa bisa jadi memiliki makna yang berbeda, ilmu bersifat induktif, berjalan dari yang
sepesifik menuju ke yang umum dan abstrak. Ilmu bersifat idiografis, artinya ilmu
mengungkap realitas melalui simbol-simbol dalam bentuk deskriptif. Paradigma
constructivism pada akhirnya melahirkan pendekatan kualitatif (Muslim, 2015). Pendekatan
kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan fenomenologi dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Moleong (2004) menjabarkan sebelas karakteristik
pendekatan kualitatif yaitu: menggunakan latar alamiah, menggunakan manusia sebagai
instrumen utama, menggunakan metode kualitatif (pengamatan, wawancara, atau studi
dokumen) untuk menjaring data, menganalisis data secara induktif, menyusun teori dari
bawah ke atas (grounded theory), menganalisis data secara deskriptif, lebih mementingkan
proses daripada hasil, membatasi masalah penelitian berdasarkan fokus, menggunakan
kriteria tersendiri (seperti triangulasi, pengecekan sejawat, uraian rinci, dan sebagainya)
untuk memvalidasi data, menggunakan desain sementara (yang dapat disesuaikan dengan
kenyataan di lapangan), dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama oleh
manusia yang dijadikan sebagai sumber data.
Lebih lanjut tentang paradigma, Guba dan Lincoln (1994), juga merinci empat asumsi
yang melandasi pemikiran sebuah paradigma apakah tergolong positivism atau
constructivism, yaitu:
a. Ontologi, membahas apa yang ingin diketahui dalam penelitian.
b. Epistemologi, menanyakan bagaimana hal tersebut bisa diketahui.
c. Aksiologi, nilai-nilai apa yang harus diperatikan selama melaksanakan proses penelitian.
d. Metodologi, merupakan strategi yang akan kita gunakan untuk mendapatkan jawaban
permasalahan lewat data penelitian
Berdasarkan atas empat asumsi dasar tersebut, maka ada keyakinan di antara para
peneliti untuk memilih satu paradigma diantara positivism dan constructivism, karena empat
asumsi dasar yang dijadikan landasan kedua paradigma saling bertolakbelakang. Selain itu,
selama lebih tiga dekade, terjadi debat keras antara dua paradigma yang melatarbelakangi
penelitian ilmu sosial dan perilaku tersebut. Dalam perkembangannya, para ahli ilmu sosial
dan perilaku banyak menggabungkan pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif dalam
penelitian. Sejalan dengan kecenderungan ini, maka sejumlah ahli membangun paradigma
pragmatism yang dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian dengan desain
pendekatan gabungan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif (Tashakkori & Teddlie,
1998). Pendekatan gabungan, atau lebih dikenal dengan istilah multi metodologi dalam
penelitian, merupakan pendekatan penelitian yang memadukan penjaringan dan analisis
data kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan ini cenderung didasarkan pada paradigma
pragmatik (seperti orientasi konsekuensi, orientasi masalah, dan pluralistik). Pendekatan
gabungan dibedakan ke dalam dua bentuk: penelitian metode gabungan (mixed method
research) dan penelitian model gabungan (mixed model research). Dalam penelitian metode
gabungan peneliti menggunakan strategi kualitatif pada satu tahapan dan strategi kuantatif
pada tahapan lain, atau sebaliknya. Sebagai contoh, seorang peneliti melakukan eksperimen
(kuantitatif) dan setelah itu melakukan wawancara terhadap partisipan mengenai
pandangan mereka terhadap eksperimen tersebut dan mencari tahu apakah mereka setuju
dengan hasilnya. Dalam penelitian model gabungan peneliti memadukan strategi kuantitatif
dan kualitatif dalam satu atau dua tahapan yang sama. Sebagai contoh, seorang peneliti
dapat melakukan sebuah survei dan menggunakan sebuah kuesioner yang terdiri dari
beberapa pertanyaan tertutup dengan jawaban berganda (kuantitatif) dan beberapa
pertanyaan terbuka (kualitatif). Sebagai contoh lain, peneliti dapat menjaring data kualitatif
yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif.
Selanjutnya, dalam pengembangan ilmu manajemen, paradigma apakah yang tepat
untuk digunakan? Menurut saya paradigma yang tepat adalah berdasarkan paradigma yang
dianut oleh seorang peneliti yang akan menggunakan salah satu dari ketiga pendekatan
yang telah dijelaskan yaitu kuantitatif, kualitatif atau gabungan. Hal ini dapat ditinjau dari
tiga elemen kerangka kerja, yaitu asumsi-asumsi psikologis tentang pembentuk tuntutan
pengetahuan (knowledge claim), prosedur umum penelitian (strategies of inquiry) dan
prosedur penjaringan dan analisis data serta pelaporan (research method) (Emzir, 2008).

Referensi
Art, O. (2015). Apa Sih Ilmu Alam Dan Ilmu Sosial Itu?
https://www.kompasiana.com/ubedart/5554746f6523bd1f1e4aefb2/apa-sih-
ilmu-alam-dan-ilmu-sosial-itu
Bentz, V. M., & Shapiro, J. J. (1998). Mindful inquiry in social research. Thousand Oaks, Calif.,
London: SAGE Blaikie, Norman. 2009. Designing Social Research. Cambridge:
Polity Press.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Perkasa.
Guba, E. G. & Lincoln, S. Y. (1994). Competing Paradigms in Qualitative Research. Handbook
of Qualitative Research. California: Sage Publications.
Moleong. L. J. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mukminan. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Muslim. (2015). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, Dan Jenis Penelitian Dalam
Ilmu Komunikasi. Jurnal Wahana Vol. 1 No. 10. Bogor: Universitas Pakuan.
Newman, L. W. (2000). Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.
Boston: Allyn And Bacon.
Sarantakos, S. (1993). Social Research. Melbourne: Macmillan Education Australia Pty., Ltd.
Tashakkori, A. & Teddlie, C. (1998). Mixed methodology. Combining Qualitative and
Quantitative Approaches. Applied Social Research Methods Series Volume 46.
London: Sage Publications.

Anda mungkin juga menyukai